Anda di halaman 1dari 21

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan data serta permasalahan secara lengkap, faktual
dan sistematis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif kualitatif.
Pendekatan kuantitatif yang digunakan adalah yaitu untuk menghitung tingkat
aksesibilitas dan tingkat pengembangan wilayah, kemudian akan dilihat hubungan
antara dua variabel penelitian ini. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan
kualitatif, pendekatan kualitatif dalam penelitian ini digunakan dalam penentuan
arahan strategi dengan menilai kualitas lokasi dengan menggunakan metode
analisis SWOT.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berfokus pada wilayah kelurahan yang dilalui oleh jalan
penghubung area pusat kota pada Kawasan Karebosi menuju area pinggiran kota
pada Kawasan Tanjung Bunga. Jalan tersebut melewat 4 kecamatan dengan 16
kelurahan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Daftar Kecamatan dan Kelurahan yang Masuk dalam Lokasi Penelitian

Nama Kecamatan Nama Kelurahan


Kecamatan Wajo Kel. Pattunuang
Kel. Bulogading
Kel. Baru
Kecamatan Ujung Pandang Kel. Maloku
Kel. Sawerigading
Kel. Losari
Kel. Kunjungmae
Kel. Panambungan
Kel. Lette
Kecamatan Mariso Kel. Mariso
Kel. Matoanging
Kel. Kampung Buyang
Kel. Bontomarannu
Kel. Maccini Sombala
Kecamatan Tamalate Kel. Tanjung Merdeka
Kel. Barombong
Sumber : Penulis, 2019

37
Gambar 3.1. Peta Kelurahan Lokasi Penelitian
Sumber: Digitasi 2018

38
Penelitian ini dilaksanakan selama mata kuliah LBE Urban Design and
Planning yaitu pada bulan Agustus hingga bulan Desember 2017, lalu dilanjutkan
di Studio Akhir dari bulan Desember 2018 hingga Februari 2019. Adapun
kegiatan yang dilakukan yaitu berupa studi literatur, survei awal lokasi,
pengumpulan data sekunder, pengolahan data, analisis, kesimpulan dan saran, dan
penyusunan laporan penelitian..

3.3 Jenis dan Kebutuhan Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu :


3.3.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari sumber
asli atau sumber pertama. Data ini berupa hasil pengamatan kondisi eksisting pada
objek penelitian.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari data-data yang telah
ada baik itu berupa data yang dikumpulkan oleh dinas dan pemerintah maupun
data hasil dari penelitian terdahulu.

Tabel 3.2 Kebutuhan Data


No. Jenis Data Data yang Dibutuhkan Metode Pengumpulan

Kondisi eksisting jalan - Observasi jaringan


1 Data Primer penghubung area pusat kota jalan
dengan pinggiran kota - Dokumentasi

Jaringan jalan dan titik - Interpretasi dan


simpul kecamatan yang digitasi peta
2
Data Sekunder dilalui - Studi instansional :
2
Fasilitas umum pada Dinas PU Kota
kecamatan yang dilalui Makassar
Sumber: Peneliti, 2018

3.4 Populasi dan Sampel

Desain penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang


memanfaatkan teknik penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis.
Penentuan populasi dan sampel disesuaikan dengan teknik penginderaan jauh

39
memanfaatkan data citra yang diunduh dari GoogleMaps tahun perekaman 2009.
Populasi dan sampel penelitian ini dijelaskan pada uraian berikut:

1. Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyakanya terbatas


atau tidak terbatas adalah himpunan individu atau obyek yang dapat
diketahui atau diukur dengan jelas jumlah maupun batasnya (Tika, 2005).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh wilayah
kelurahan yang dilalui oleh jalan penghubung area pusat kota dengan
pinggiran kota.
2. Sampel adalah sebagian dari obyek atau individu-individu yang mewakili
populasi (Tika, 2005). Sehingga ditentukan sampel adalah ruas dan simpul
jaringan jalan. Dalam memenentukan arahan pengembangan aksesibilitas
untuk menunjang pengembangan wilayah pada lokasi penenlitian
dibutuhkan sampel yaitu pihak-pihak ahli yang memiliki pengalaman serta
pengetahuan yang lebih mengenai kawasan penelitiaan. Sehingga peneliti
tidak mengambil kesimpulan secara objektif, namun didukung dengan
pendapat para ahli. Adapun pihak ahli berdasarkan orang yang memiliki
wawasan mengenai upaya dalam pengembangan aksesibilitas dan wilayah
di jalan penghubung pusat kota, sehingga peneliti mengambil sampel dari
pihak pemerintah akademisi, dan masyarakat. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunnakan Non probabilty sampling dengan
menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling merupakan
satuan sampling yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan
tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik
yang dikehendaki. Teknik ini digunakan terutama apabila hanya ada
sedikit orang yang mempunyai keahlian (expertise) di bidang yang sedang
diteliti.
3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini terdapat dua metode pengumpulan data yang


digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu:

3.5.1 Data Primer


Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lokasi
penelitian yaitu di sepanjang jalan penghubung Pusat Kota Karebosi dengan

40
suburban Kawasan Tanjung Bunga beberapa kegiatan pengumpulan data
yaitu:
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data secara
langsung untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan secara terperinci
tentang kondisi wilayah lokasi penelitian. Metode ini dilakukan untuk
mengamati dan menganalisis langsung kualitas aksesibilitas dengan
berfokus pada kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
2. Kuesioner
Angket kuisioner diberikan kepada pihak-pihak ahli yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang lebih mengenai kawasan penelitiaan
serta hasil dari pengumpulan data kuisioner diperlukan untuk melihat
arahan pengembangan yang seignifikan yang ada dilokasi penelitiaan yang
dapat dikembangkan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi diperlukan sebagai pembuktian terhadapt kondisi eksisting
yang sedang diamati. Dokumentasi juga berfungsi untuk mendukung dan
memperkuat analisis yang akan dilakukan setelahnya.

3.5.2 Data Sekunder


1. Studi Instansional

Mengumpulkan informasi yang terkait dengan objek penelitian melalui


kantor kantor instansi seperti; Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar,
Dinas Tata Ruang Kota Makassar, dan instansi pemerintahan terkait
lainnya.

2. Studi Literatur

Mengumpulkan teori-teori, hasil kajian, ataupun penelitian yang telah


dilakukan mengenai materi pengembangan wilayah, aksesibiitas wilayah,
pengaruh aksesibilitas terhadapt pengembangan suatu wilayah serta teori
mengenai peruntukan kawasan pusat kota dan pinggiran kota.

41
3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini meliputi, perhitungan indeks alfa
(α), perhitungan Location Quotient (LQ), serta perhitungan korelasi antara indeks
alpha (α) dengan Location.

1. Untuk menyelesaikan tujuan penelitian mengenai identifikasi tingkat


akasesibilitas dan pengembangan wilayah yang dilalui jalan penghubung pusat
kota dengan pinggiran Kota Makassar dilakukan dengan menggunakan
perhitungan indeks alfa.

Penentuan tingkat aksesibilitas wilayah dapat menggunakan Indeks Alfa


yaitu untuk mengetahui konektivitas suatu graf (jaringan jalan) terhadap suatu
daerah dengan daerah lainnya. Indeks alpha (α) terdapat 2 yaitu Indeks Alfa untuk
graf planar dan untuk non-planar. Sebuah blok dikatakan planar apabila graf
tersebut dapat disajikan tanpa ruas yang berpotongan. Sedangkan sebuah blok
dikatakan nonplanar apabila graf tidak dapat disajikan tanpa ruas yang
berpotongan.

Untuk jaringan jalan lokasi penelitian termasuk indeks alpha


planar.Rumus Indeks Alpha sebagai berikut:

Keterangan:

Alpha (α) : Tingkat Aksesibilitas


m : jaringan jalan (graf)
t : titik tempat (simpul)
s : wilayah (sub graf)
(Sumber: Bintarto, 1982:13)

Interpretasi dari Indeks Alfa adalah jika nilai Indeks Alfa mendekati 1
maka nilai semakin tinggi atau tingkat aksesibilitasnya tinggi.

Pengembangan wilayah pada penilitian ini menggunakan teknik analisis


Location Quotient (LQ). Teknik analisis Location Quotient (LQ) merupakan salah
satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai
langkah awal untuk memahami sektor unggulan yang menjadi pemacu

42
pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relative atau derajat spesialisasi kegiatan
ekonomi melalui pendekatan perbandingan. Teknik analisis Location Quotient
(LQ) merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah
dalam sektor kegiatan tertentu.

Kesimpulan yang diperoleh baru merupakan kesimpulan sementara yang


masih harus dikaji dan ditilik kembali melalui teknik analisis lain yang dapat
menjawab apakah kesimpulan sementara di atas terbukti kebenarannya. Walaupun
teknik ini tidak memberikan kesimpulan akhir, namun dalam tahap pertama sudah
cukup memberikan gambaran akan kemampuan daerah yang bersangkutan dalam
sektor yang diamati. Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif
antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan
sektor yang sama pada daerah yang lebih luas.

Berbagai dasar dalam pemakaian LQ harus disesuaikan dengan


kepentingan penelitian dan sumber data yang tersedia. Jika penelitian
dimaksudkan untuk mencari sektor yang kegiatan ekonominya dapat memberikan
kesempatan kerja sebanyak-banyaknya maka yang dipakai sebagai dasar ukuran
adalah jumlah tenaga kerja, sedangkan bila keperluannya untuk menaikkan
pendapatan daerah, maka pendapatan merupakan dasar ukuran yang tepat
sedangkan jika hasil produksi maka jumlah hasil produksi yang dipilih.
Perbandingan relatif ini dinyatakan secara matematika sebagai berikut.

Xij : Derajat aktivitas ke-j di wilayah ke- i


Xi : Total aktivitas di wilayah ke-i
Xj : Total aktivitas ke-j di semua wilayah
X.. : Derajat aktivitas total wilayah
(Sumber : Rustiadi, 2009:182)

Analisis LQ merupakan alat sederhana untuk mengetahui apakah suatu


daerah sudah ada keseimbangan atau belum dalam ketersediaan sarana prasarana
yang dapat dilihat dari besarnya angka LQ sebagai berikut.

43
LQ > 1, menyatakan bahwa Kabupaten/Kota yang bersangkutan telah
memiliki fasilitas yang lebih memadai sehingga kabupaten tersebut memiliki
tingkat pengembangan kota yang tinggi.

LQ = 1, memperlihatkan Kabupaten/Kota yang bersangkutan memiliki


fasilitas yang cukup memadai sehingga kabupaten tersebut menjadi basis daerah
sendiri dan memiliki pengembangan yang sedang.

LQ < 1, menyatakan bahwa Kabupaten/Kota yang bersangkutan belum


memiliki fasilitas yang kurang memadai sehingga kabupaten tersebut memiliki
tingkat pengembangan yang rendah (Warpani, 1984: 70).

2. Untuk menyelesaikan tujuan penelitian mengenai investigasi hubungan


tingkat aksesibilitas terhadap pengembangan wilayah yang dilalui oleh jalan
penghubung pusat kota dengan pinggiran Kota Makassar digunakan analisis
korelasi.

Secara kuantitatif, sebagai ukuran korelasi (hubungan) antara dua variabel


dapat digunakan model matematika. Besarnya korelasi dinyatakan koefisiensi
korelasi sebagai berikut.

r = Koefisien korelasi
x = Aksesibilitas wilayah
y = Pengembangan Kabupaten/Kota
N = Jumlah Kabupaten/Kota
Nilai r berkisar antara -1 sampai 1
(Sumber : Pambudu Tika, 2005:79)

Interpretasi nilai r adalah jika r mendekati 0 maka hubungan dua variabel


sangat lemah atau tidak ada hubungan sama sekali. Begitu juga sebaiknya jika
nilai r mendekati 1 atau -1 maka hubungan kedua variabel sangat kuat.

Variabel-variabel yang dikorelasikan yaitu, jaringan jalan dengan


prasarana pendidikan, jaringan jalan dengan prasarana kesehatan, jaringan jalan
dengan peribadatan, jaringan jalan dengan prasarana komunikasi, jaringan jalan
dengan persebaran industri, dan jaringan jalan dengan faktor pengembangan

44
wilayah lainnya. Dengan mengkorelasikan 2 variabel yaitu variabel x dan y. Maka
dapat diketahui hubungan antara dua variabel baik sempurna maupun tidak ada
hubungan sama sekali.Location Quotient (LQ).

3. Untuk menyelesaikan tujuan penelitian mengenai perumusan arahan


pengembangan aksesibilitas dalam menunjang pengembangan wilayah pada
jalan penghubung pusat dengan pinggiran Kota Makassar digunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) dan dilanjutkan dengan analisis SWOT.
a. Analisis Analytical Hierarchy Process (AHP)
Identifikasi faktor yang berpengaruh terhadap lokasi penelitian bertujuan
untuk menentukan parameter prioritas menggunakan sistem scoring sebagai
acuan dalam analisis selanjutnya. Identifikasi parameter prioritas ini
menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode AHP
digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang sangat berpengaruh
dalam kawasan pengembangan berdasarkan kuesioner dalam bentuk tabel
matriks perbanding (pairwise) sehingga dapat dihitung dan diketahui
presentasi antar kriteria. Perhitungan selanjutnya menggunakan rumus
konsistensi indeks untuk menentukan validasi data tersebut. Pengolahan data
AHP ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi Expert Choice. Aplikasi ini
memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis indikator/parameter
dominan berdasarkan prinsip perbandingan berpasangan/pairwise comparison.
Adapun tahapan dalam analisis model AHP ini (Saaty, 1993), yaitu:
1). Penyusunan Hierarki (Dekomposisi)
Penyusunan hierarki maksudnya adalah penyusunan berbagai elemen dari
suatu sistem yang kompleks secara hierarkis agar dapat dipahami dalam
pemecahan masalahnya. Hierarki merupakan alat dasar dari pikiran
manusia dalam rangka menata suatu elemen dalam beberapa level.
Hierarki dalam metode AHP dibedakan atas dua berdasarkan bentuknya,
yaitu hierarki setengah (incomplete) dan hierarki penuh (complete).
Hierarki setengah hanya pada penentuan bobot tiap kriteria/prioritas
(tingkat dua) dan hierarki penuh sampai pada penentuan alternatif (tingkat
ketiga) (Saaty, 2004).

45
2). Pengisian Persepsi Responden
Pada metode AHP yang menjadi sumber data adalah responden yang
dipilih berdasarkan karakteristik tertentu. Pemilihan para ahli harus yang
memiliki kompetensi atau memahami kondisi di lokasi penelitiaan. Model
kuisioner AHP ini membandingkan antara satu elemen dengan lainnya
(perbandingan berpasangan) menggunakan skala 1 sampai 9. Penggunaan
skala ini didasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh Saaty (1980)
bahwa jumlah maksimal pilihan saat seseorang melakukan penilaian untuk
mencapai konsistensi data adalah sampai 9 butir.
3). Pengolahan data menggunakan program Expert choice
Pada pengolahan data metode AHP, peneliti menggunakan program
Expert Choice. Software expert chioice adalah program dengan fungsi
untuk menggabungkan hasil perbandingan dengan jumlah lebih dari satu
partisipan yaitu dengan menggabungkan fitur average untuk merata-rata
hasil penilaian berpasangan individu menjadi sebuah nilai. Metode yang
digunakan untuk mendapatkan nilai rata-rata tersebut yaitu dengan metode
perhitungan rata-rata geometrik. Expert choice sangat baik digunakan
untuk menganalisa permasalahan dalam pengambilan keputusan dengan
kriteria yang banyak dan hierarki yang besar atu hierarki yang memiliki
banyak level, karena tidak perlu untuk menghitung bobot secara manual,
sehingga tingkat kesalahan dalam perhitungan bobotnya sangat kecil,
namun tergantung ketelitian inputan dan preferensi responden. Hierarki
yang digunakan oleh peneliti adalah bentuk hierarki setengah dengan
tujuan untuk menghitung bobot parameter dalam arahan pengembangan
aksesibilitas untuk menunjang pengembangan wilayah pada lokasi
penelitian.

Berikut tahapan analisis dengan menggunakan program Expert Choice,


yaitu:

1). Penetapan Goals


Terdapat menu pada program expert choice yaitu Goal Description. Menu
ini mendeskripsikan tujuan atau fokus apa yang menjadi inti fokus
permasalahan yang ingin dipecahkan AHP. Dalam penelitian ini fokus

46
penelitian adalah bobot parameter dari arahan pengembangan aksesibilitas
untuk menunjang pengembangan wilayah pada lokasi penelitian
2). Pembuatan Kriteria
Pembuatan kriteria pada program ini menggunakan tools Insert Child of
Current Node. Kriteria merupakan hal-hal yang menjadi kriteria dari goal.
3). Penginputan matriks pairwise comparison
Sebagaimana prosedur yang dilakukan pada perhitungan manual, tahap
pembobotan pertama dilakukan pada hierarki II (chriteria) terhadap
hierarki I (goals). Artinya kita ingin memberikan bobot terhadap masing-
masing kriteria untuk mengetahui kriteria mana yang paling diunggulkan.
Arahan pada goal node untuk melakukan pembobotan pada kriteria dan
alternatif. Pertama, melakukan pembobotan pada setiap kriteria.
Selanjutnya, pembobotan dilakukan pada setiap alternatif dengan
membandingkannya pada setiap kriteria secara berpasangan. Fungsi yang
digunakan untuk melakukan langkah tersebut adalah Pairwise Verbal
Comparisons untuk setiap kriteria. Pada tahap ini dilakukan penginputan
dari hasil kuisioner para responden. Kuisioner mengadopsi bentuk
perbandingan berpasangan expert choice dengan prinsip penilaian yang
sama. Setelah seluruh kolom pada matriks pairwise comparison terisi,
maka secara otomatis expert choice memperlihatkan nilai inconsistence
dari hasil penilaian.
4). Identifikasi nilai inkonsistensi
Pada pengisian judgement tahap sebelumnya terdapat kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam membandingkan kriteria satu dengan
lainnya, sehingga diperlukan uji konsistensi. Dalam AHP, penyimpangan
toleransi ditoleransi dengan rasion inkonsistensi diabawah 10% (0,10).
Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi
dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan
hasilnya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan
indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing
matriks. Untuk mendapatkan hasil yang baik hasil inkoonsistensi harus
bernilai kurang dari atau sama dengan 10 % (≤ 0,10) maka mutu informasi
harus ditnjau kembali dan diperbaiki antara lain dengan memperbaiki cara

47
penggunaan pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuisioner dan
dengan mengarahkan responden yang mengisi kuisioner.
b. Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan


dalam menginterpretasikan wilayah pengembangan, khususnya pada kondisi
yang sangat kompleks dimana faktor eksternal dan internal memegang peran
yang sama pentingnya. Analisis SWOT digunakan untuk penelaahan terhadap
kondisi fisik, ekonomi dan sosial wilayah penelitiaan serta struktur ruang.
Dalam kasus ini, analisis SWOT digunakan untuk mengetahui Analisis ini
faktor yaitu potensi (Strength), Masalah (Weakness), Peluang (Opportunities),
dan Ancaman (Threat) dari kawasan pengembangan. Kekuatan dan
kelemahan merupakan faktor internal, sedangkan kesempatan dan ancaman
merupakan faktor eksternal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Gambar 3.2. Kuadran Analisis SWOT


Sumber: LM-FEUI (H Oka A Yoeti 1996)

Analis faktor strategi internal dan eksternal merupakan pengolahan


faktorfaktor strategis pada lingkungan internal dan eksternal dengan
memberikan pembobotan dan rating pada setiap faktor strategis.
1). Pembobotan (scoring)
Pembobotan pada lingkungan internal tingkat kepentingannya didasarkan
pada besarnya pengaruh faktor strategis terhadap posisi strategisnya,
sedangkan pada lingkungan eksternal didasarkan pada kemungkinan
memberikan dampak terhadap faktor strategisnya (Freddy Rangkuti, 2001

48
: 22-24). Jumlah bobot pada masing-masing lingkungan internal dan
eksternal harus berjumlah = 1 (satu), sedangkan nilai bobot menurut
Freddy Rangkuti (2001 : 22-24) berdasarkan ketentuan sebagai berikut :
“Skala 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting)” Besarnya
rata-rata nilai bobot bergantung pada jumlah faktor-faktor strategisnya (5-
10 faktor strategis) yang dipakai.
2). Penilaian (rating)
Nilai rating berdasarkan besarnya pengaruh faktor strategis terhadap
kondisi dirinya (Freddy Rangkuti, 2001 : 22-24) dengan kententuan
sebagai berikut :
“Skala mulai dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1 (lemah)”
Sangat Kuat Kuat Rata-rata Lemah
4 3 2 1

Variabel yang bersifat positif (variabel kekuatan atau peluang )


diberi nilai dari 1 sampai dengan 4 dengan membandingkan dengan rata-
rata pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif
kebalikannya, jika kelemahan atau ancaman besar sekali (dibanding
dengan rata-rata pesaing sejenis) nilainya adalah 1, sedangkan jika nilai
ancaman kecil/di bawah rata-rata pesaing-pesaingnya nilainya 4.
Menurut Kotler (1997), untuk mengidentifikasi peluang dan
ancaman dapat diuraikan dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman
apa saja yang sedang dan akan dialami. Hal ini merupakan faktor luar
yang dapat mempengaruhi pengembangan aksesibilitas di masa depan,
sehingga memang perlu untuk dicatat. Dengan demikian setiap pihak
yang berkepentingan akan menyiapkan tindakan, baik peluang maupun
ancaman perlu diberikan urutan sedemikian rupa sehingga perhatian
khusus dapat diberikan kepada yang lebih penting dan mendesak.
Proses penyusunan rencana strategis memulai tiga tahap yaitu tahap
pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap pengambilan keputusan.
Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan
pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra
analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data

49
internal, model yang dapat digunakan dalam tahap ini terdiri atas 3
model matriks (Kotler 1997), yaitu:
1). Matrik Faktor Strategi Internal/ Internal Factors Analysis Summary
(IFAS). Sebelum membuat matrik faktor strategi internal, kita perlu
mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel
IFAS
a). Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan
kelemahan).
b). Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar
kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari
nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1
(tidak baik) terhadap kekuatan dan nilai “rating” terhadap kelemahan
bernilai negatifnya.
c). Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot
(kolom 3). Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.
d). Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk
memperoleh scoring dalam kolom 4.
e). Jumlahkan scoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap
faktor-faktor strategi internalnya.
Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan
kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Internal Factors
Analysis Summary (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan
antara total skor kekuatan dan kelemahan.
2). Matrik Faktor Strategi Eksternal/External Factors Analysis Summary
(EFAS) Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu
mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel
EFAS.
a). Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan
ancaman).

50
b). Beri rating dalam masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar
kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari
nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1
(tidak baik) terhadap peluang dan nilai “rating” terhadap ancaman
bernilai negatif.
c). Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot
(kolom 3). Bobot ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.
d). Kalikan rating pada kolom 2 dengan pada kolom 3, untuk
memperoleh skoring dalam kolom 4.
e). Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap
faktor-faktor strategi eksternalnya.
3). Matrik posisi hasil analisis pada tabel matrik faktor strategi internal dan
faktor eksternal dipetakan pada matrik posisi dengan cara sebagai
berikut:
a). Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan,
sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.
b). Posisi ditentukan dengan hasil sebagai berikut:
 Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan
sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka
nilainya y < 0.
 Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0
dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan
maka nilainya x < 0.

51
Tabel 3.3 Matriks Analisis SWOT

Sumber: Rangkuti, 2009


Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan. Dengan demikian
penelitiaan harus menganalisis faktor - faktor dengan strategi (kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada pada lokasi
pengembangan aksesibilitas dalam menunjang pengembangan wilayah
pada lokasi penelitian berbasis persepsi masyarakat.

3.7 Definisi Oprasional


1. Aksesibilitas adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu
objek, pelayanan ataupun lingkungan. Dalam pengertian yang lain bahwa
aksesibilitas merupakan ukuran kemudahan lokasi untuk dijangkau dari
lokasi lainnya melalui sistem transportasi.
2. Aksesibilitas Wilayah dalam penelitian ini dimaksudkan pada kemudahan
suatu wilayah dalam mengakses sistem pelayanan berdasarkan banyaknya
sistem jaringan yang sebanding dengan jumlah wilayah tersebut.
3. Pengembangan Wilayah yaitu optimasi pemanfaatan sumberdaya yang
dimiliki secara harmonis, serasi dan terpadu melalui pendekatan yang
bersifat komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya dan
lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan
4. Pusat Kota Adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional.

52
5. Pinggiran Kota adalah wilayah yang berada di daerah paling ujung suatu
kota yang mengalami pergeseran fungsi-fungsi kekotaan ke daerah
pinggiran kota atau perbatasan karena sebab-sebab tertentu.
6. Jaringan Jalan yaitu jumlah jalan yang dihitung dari setiap simpul serta
ruas pada satu jalan disetiap kelurahan pada lokasi penelitian.
7. Simpul yaitu titik temu lebih dari dua ruas jalan sebagai lokasi
perpindahan moda yang mungkin terjadi.
8. Subwilayah (Subgraf) adalah hirarki setelah wilayah yang ditentukan
berdasarkan skala wilayah yang digunakan. Dalam penelitian ini wilayah
lokasi penelitian yaitu kelurahan yang dilalui oleh jalan penghubung pusat
dengan pinggiran kota sehingga subwilayah dalam penelitian ini adalah
rukun warga (RW) pada setiap kelurahan tersebut.
9. Fasilitas Umum yaitu fasilitas yang diadakan oleh pemerintah atau pihak
swasta yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum dalam lingkungan
pemukiman yang diadakan untuk kepentingan umum.
10.Fasilitas Pendidikan yaitu sarana yang digunakan untuk menunjang
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pendidikan taman kanak-kanak
(TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi.
11. Fasilitas Kesehatan yaitu suatu alat dan / atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan berupa Rumah Sakit
Umum (RSU), rumah bersalin, poliklinik, serta apotek.
12. Fasilitas Peribadatan yaitu tempat untuk menjalankan ibadah umat
beragama secara berjamaah untuk memenuhi kebutuhan rohani berupa
masjid, gereja dan vihara.
13. Fasilitas Perdagangan yaitu sarana yang digunakan dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi masyarakat umum serta wadah dalam meningkatkan
perekonomian suatu wilayah berupa pasar, mall, toko, rumah makan,
café/warkop, warung, hotel dan wisma.
14. Permukiman yaitu jumlah rumah yang bermukim pada suatu wilayah
yang dibedakan menjadi rumah laintai 1, rumah lantai dua, rumah lantai 3,
dan rumah lantai 4.

53
15. Indeks Alfa digunakan untuk mengetahui konektivitas suatu graf (jaringan
jalan) terhadap suatu daerah dengan daerah lainnya.
16. Location Quantient merupakan salah satu pendekatan yang umum
digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk
memahami sektor unggulan yang menjadi pemacu pertumbuhan
digunakan dalam menghitung tingkat pengembangan wilayah.
17. Analytical Hyrarchy Process (AHP) pada penelitian ini yaitu suatu
metode analisis yang digunakan untuk menetukan prioritas kepentingan
dari hasil analisis SWOT dan juga digunakan dalam pembobotan pada
masing-masing hasil SWOT tersebut agar nilai dari pembobotan tersebut
lebih terpercaya dengan menggunakan responden yang ahli.
18. SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threath) pada penelitian ini
yaitu suatu metode analisis yang digunakan untuk menjawab rumusan
masalah yang kedua yaitu untuk mengetahui arahan pengembangan
aksesibilitas dalam menunjang pengembangan wilayah pada lokasi
penelitian.

3.8 Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki 3 (tiga) pertanyaan penelitian dengan variabel


utama yaitu aksesibilitas jalan dan pengembangan wilayah berupa kondisi
fasilitas-fasilitas umum yang dapat menjadi indikator berkembangnya suatu kota
dan wilayah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
aksesibilitas dengan pengembangan wilayah sehingga dapat dirumuskan strategi-
strategi dalam meningkatkan aksesibilitas dan menunjang pengembangan suatu
wilayah. Matriks variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.4.

3.9 Alur Penelitian

Latar belakang penelitian diangkat dari kesenjangan antara teori dan


eksisting, latar belakang pada penelitian ini menghasilkan 3 (tiga) pertanyaan
penelitian yang dianalisis berdasarkan landasan teori dan landasa hukum sehingga
dapat menghasilkan arahan strategi berdasarkan permasalahan yang ada. Struktur
alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.3.

54
Tabel 3.4. Variabel Penelitian
Teknik
Tujuan Variabel Indikator Pengumpulan Analisis Output
Data
Tingkat Aksesibilitas
Jumlah jaringan jalan di
Wilyah kecamatan
setiap kelurahan Analisis yang dilalui oleh jalan
deskriptif penghubung area
Jumlah simpul atau titik Interpretasi
Aksesibilitas kuantitatif pusat kota dan
temu dan digitasi
Jalan pinggiran kota
Jumlah subgraf / wilayah peta
1. Mengidentifikasi tingkat Makassar dan Tingkat
(dalam hal ini jumlah
akasesibilitas wilayah dan Pengembangan
rukun warga pada setiap Analisis Index
perkembangan wilayah wilayah berdasarkan
kelurahan) Alpha
pada jalan penghubung fasilitas umum yang
1. Luas Kawasan Fasilitas berada di setiap
pusat kota dengan Pendidikan kelurahan yang dilalui
pinggiran Kota Makassar 2. Luas Kawasan Fasilitas oleh jalan penghubung
Peribadatan pusat kota dan
Tingkat Analisis
3. Luas Kawasan Fasilitas Studi Instansi, pinggiran selatan Kota
Pengembanga Location
Kesehatan Digitasi Peta Makassar
n Wilayah Quotient (LQ)
4. Luas Kawasan Fasilitas
Perdagangan
5. Luas Kawasan
Permukiman

55
Teknik
Tujuan Variabel Indikator Pengumpulan Analisis Output
Data
2. Menginvestigasi
hubungan antara tingkat Ada atau tidaknya
aksesibilitas terhadap Tingkat hubungan antara
Nilai Indeks Alfa Menurut
pengembangan wilayah Aksesibilitas Mengacu pada tingkat aksesibilitas
Kelurahan
kecamatan yang dilalui Wilayah hasil olahan terhadap
oleh jalan dan analisis Analisis pengembangan
penghubung pusat kota pada rumusan Korelasi wilayah kecamatan
dengan pinggiran Kota masalah yang dilalui oleh jalan
Makassar. Tingkat sebelumnya. penghubung pusat
Nilai LQ Menurut
Pengembanga kota dengan pinggiran
Kelurahan
n Wilayah Kota Makassar.

3. Merumuskan arahan
Strenght
pengembangan
(Kekuatan) Arahan strategi
aksesibilitas dalam
pengembangan
menunjang
Weakness aksesibilitas dalam
perkembangan wilayah Wawancara
(Kelemahan) Analisis AHP menunjang
pada jalan penghubung Hasil Pembobotan IFAS dan dan dan Analisis pengembangan
pusat dengan pinggiran EFAS
Opportunities Kuesioner SWOT wilayah pada jalan
Kota Makassar. AHP
(Peluang) penghubung pusat
dengan pinggiran
Threat Kota Makassar
(Ancaman)
Sumber : Penulis, 2019

56
Latar Belakang
Berdasarkan RTRW Kota Makassar tahun 2015-2034, Kota Makassar membutuhkan rencana jaringan jalan yang
dapat mengakses semua pusat pelayanan yang berada di Kota Makassar. Jalan penghubung area pinggrian kota
kawasan tanjung bunga dengan pusat kota kawasan karebosi merupakan salah satu akses menuju pusat pelayanan
dengan fungsi penting karena sebagai akses utama yang menghubungkan Kabupaten Takalar yang juga digunakan
dalam distirbusi barang dan jasa yang mencakup skala kota dan wilayah sekitar Kota Makassar. Sehingga
dibutuhkan aksesibilitas yang tinggi juga untuk memicu pengembangan wilayah dan perekonomiannya pada
wilayah yang dilalui oleh jalan tersebut.

Landasan Teori Landasan Hukum


1.Bagaimana tingkat akasesibilitas pada wilayah yang dilalui jalan
- Teori Perkemabngan Wilayah penghubung pusat kota dengan pinggiran Kota Makassar ? - RTRW Kota Makassar Tahun
(Hoover dan Giarratani (dalam 2.Bagaimana tingkat pengembangan wilayah yang dilalui oleh jalan 2015-2035.
INPUT

Nugroho dan Dahuri, 2004) penghubung pusat kota dengan pinggiran Kota Makassar ? - Undang-Undang Nomor 24
- Aspek Aksesibilitas Wilyah 3.Bagaimana hubungan tingkat aksesibilitas terhadap pengembangan Tahun 1992 tentang Penataan
(Bintarto, 1982) wilayah yang dilalui oleh jalan penghubung pusat kota dengan Ruang.
- Hubungan tingkat aksesibilitas pinggiran Kota Makassar ? - Undang-undang nomor 38 tahun
terhadap pengembangan wilayah 2004 tentang jalan
(Sumadi, 2017) - MKJI, 1997
- Metode analisis location quotient
(LQ) (Warpani (1984:70)

Tujuan 1 Variabel (Aksesibilitas Variabel (Pengembangan


Mengidentifikasi tingkat akasesibilitas wilayah Wilayah) Analisis Tingkat Aksesibilitas dengan
Wilayah)
dan pengembangan wilayah pada wilayah yang - Luas Fasilitas Pendidikan Menggunakan Perhitungan Indeks Alfa dan
- Jumlah Jaringan Jalan
dilalui jalan penghubung pusat kota dengan - Luas Fasilitas Peribadatan Analisis Tingkat Pengembangan Wilayah
- Jumlah Simpul - Luas Fasilitas Kesehatan
pinggiran Kota Makassar. dengan menggunakan Analisis LQ
- Jumlah Wilayah - Luas Fasilitas Perdagangan
(Subgraf) - Luas Permukiman
ANALISIS

Tujuan 2 Tingkat Aksesibilitas dan Tingkat


Menginvestigasi hubungan antara tingkat aksesibilitas Analisis Korelasi
Pengembangan Wilayah
terhadap pengembangan wilayah yang dilalui oleh jalan
penghubung pusat kota dengan pinggiran Kota Makassar

Tujuan 2
Merumuskan arahan pengembangan aksesibilitas dalam menunjang perkembangan Analisis AHP Analisis SWOT
wilayah pada jalan penghubung pusat dengan pinggiran Kota Makassar

ARAHAN PENGEMBANGAN AKSESIBILITAS DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN


OUTPUT

WILAYAH JALAN PENGHUBUNG PUSAT KOTA DENGAN PINGGIRAN KOTA MAKASSAR

Gambar 3.3 Alur Penilitian


Sumber : Penulis, 2019 57

Anda mungkin juga menyukai