Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS SENSITIVITAS DALAM MEMILIH MODA

TRANSPORTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL


HIERARCHY PROCESS (AHP)
(STUDI KASUS: KOTA BANDAR LAMPUNG)
Yosi Sumana Clara1, Muhammad Abi B.N 2, Michael3

Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Sumatera


Jalan Terusan Ryacudu, Desa Way Hui, Kecamatan Jatiagung, Lampung Selatan,
3536 E-mail : yosiclara8@gmail.com

ABSTRAK
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat di Kota Bandar Lampung, maka perkembangan
moda transportasi juga semakin meningkat hal ini disebabkan karena banyaknya kebutuhan masyarakat akan
moda transportasi dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat
akan transportasi, maka perlu diperhatikan faktor-faktor terkait penggunaan transportasi hal ini bertujuan agar
pengguna moda transportasi mendapatkan kepuasan tersendiri dalam menggunakan moda transportasi yang
tersedia. Pada permasalahan ini, peneliti akan menganalisis permasalahan yang ada di Kota Bandar Lampung
terkhususnya moda transportasi dengan cara menentukan prioritas pilihan transportasi jika dihadapkan dengan
berbagai faktor yang mempengaruhi seperti faktor waktu tempuh, biaya, kenyamanan, keamanan, kemudahan
serta mencari alternatif dari permasalahan tersebut. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis tingkat
prioritas moda transportasi jika dilakukan perubahan pada tiap kriteria serta membuat pemodelan menggunakan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dimana AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang
dapat menguraikan masalah multi faktor/multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki (Saaty 1993). Hasil
yang diperoleh dari penelitian ini yaitu angkutan pribadi menjadi prioritas pertama dengan bobot sebesar 46,6%,
angkutan online 30,7%, bus 13,8% dan angkot sebesar 8,9%. Urutan kriteria yang menjadi prioritas dalam
pemilihan moda transportasi yaitu kriteria waktu tempuh dengan bobot persentase 37,55%, kriteria biaya
19,52%, kriteria kemudahan 18,43% kriteria keamanan 15,91% dan kriteria kenyamanan 8,6%. Hal ini
memperlihatkan bahwa kriteria waktu tempuh merupakan faktor penting yang mempengaruhi pemilihan moda
transportasi Kota Bandar Lampung. Sedangkan hasil sensitivitasnya menunjukkan, perubahan tiap tiap kriteria
akan mengubah urutan pemilihan moda.

Kata Kunci : pemilihan moda, analisis sensitivitas, pemodelan pemilihan moda transportasi, Analytical
Hierarchy Process (AHP);

ABSTRACT

Bandar Lampung is the capital of Lampung province which is located on the island of Sumatra which has a
population of 1,166,066 million people in 2020. Along with rapid population growth in Bandar Lampung City, the
development of transportation modes is also increasing this is due to the large number of needs. people will use
the mode of transportation in carrying out their daily activities. With the increasing public need for transportation,
it is necessary to pay attention to factors related to the use of transportation, this is so that users of transportation
modes get their own satisfaction in using the available transportation modes. In this problem, the researcher will
analyze the problems that exist in the city of Bandar Lampung, especially the mode of transportation by
determining the priority of transportation choices when faced with various influencing factors such as travel time,
cost, convenience, security, convenience and looking for alternatives to these problems. The purpose of this
study is to analyze the priority level of transportation modes if changes are made to each criterion and make
modeling using the Analytical Hierarchy Process (AHP) method where AHP is a decision support model that can
describe complex multi-factor/multi-criteria problems into a hierarchy (Saaty 1993). The results obtained from this
study are that private transportation becomes the first priority with a weight of 46.6%, online transportation 30.7%,
buses 13.8% and public transportation by 8.9%. The order of the criteria that become priority in the selection of
transportation modes is the travel time criteria with a percentage weight of 37.55%, the cost criteria 19.52%, the
convenience criteria 18.43%, the safety criteria 15.91% and the comfort criteria 8.6%. This shows that the travel
time criterion is an important factor that influences the choice of transportation mode in Bandar Lampung City.
While the sensitivity results show, changes in each criterion will change the order of mode selection.

Keywords : mode selection, sensitivity analysis, mode of transportation selection modeling, Analytical Hierarchy
Process (AHP);
1. PENDAHULUAN

Bandar Lampung merupakan ibukota provinsi


Lampung yang memiliki jumlah penduduk sebanyak
1.166.066 juta jiwa pada tahun 2020. Seiring dengan
pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, maka
perkembangan moda transportasi di Kota Bandar
Lampung juga semakin meningkat hal ini disebabkan
karena banyaknya kebutuhan masyarakat akan moda
transportasi dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan transportasi, maka perlu
diperhatikan faktor-faktor terkait penggunaan
transportasi hal ini bertujuan agar pengguna moda
transportasi mendapatkan kepuasan tersendiri dalam
menggunakan moda transportasi yang tersedia.
Dalam penelitian ini, peneliti hendak menganalisis
pemilihan moda transportasi yang dihadapkan
dengan berbagai faktor yang mempengaruhi seperti
faktor waktu tempuh, biaya, kenyamanan, keamanan,
kemudahan dan alternatif moda yang tersedia di Kota
Bandar Lampung. Adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu Analytical Hierarchy
Process (AHP) dan menggunakan bantuan software
Expert Choice.

2. METODE PENELITIAN

2.1 Diagram Alir Penelitian

Dalam analisis sensitivitas pemilihan moda


transportasi dibutuhkan metode untuk
mendapatkan kebutuhan data, bertujuan untuk
mempermudah dalam mendapatkan hasil
berdasarkan pada yang ingin dicapai. Oleh
karena itu, metode penelitian harus dibuat Gambar 2. 1 Diagram Alir Penelitian
dengan baik mulai dari mencari studi literatur
dalam pemilihan moda transportasi sampai 2.2 Studi Literatur
pada diperolehnya hasil akhir yang optimal.
Studi literatur merupakan suatu kegiatan
Susunan proses penelitian akan menjadi yang berkenaan dengan metode
pedoman dalam pengumpulan data, pengumpulan data pustaka, membaca dan
pengolahan data, dan menganalisis data yang memcatat, serta mengelola bahan
ada sehingga didapatkan hasil yang optimal penelitian (Zed, 2008:3). Dalam
dan memperoleh data yang dapat diterapkan menganalisis sensitivitas dalam pemilihan
secara langsung di lapangan. Metode analisis moda transportasi, tahap awal yang
sensitivitas dalam memilih moda transportasi dilakukan adalah dengan mencari dan
akan diuraikan pada gambar 2.1 berikut ini: mempelajari literatur yang telah ada,
menentukan lokasi yang menjadi objek
penelitian dan melakukan survey
permintaan data dari instansi terkait. Studi
literatur yang digunakan peneliti dapat
diperoleh dari jurnal-jurnal penelitian
sebelumnya dan buku-buku yang berkaitan
dengan transportasi transportasi.
2.3 Pengumpulan Data dari Badan Pusat Statistik Kota Bandar
Lampung, data yang diperlukan diambil dari 5
Pada tahap pengumpulan data dibutuhkan data- tahun terakhir.
data pendukung. Data yang digunakan berupa data b. Jumlah Penduduk
primer dan data sekunder. Data jumlah penduduk Kota Bandar Lampung
1. Data Primer diperlukan untuk melihat berapa persentase
Data primer merupakan data yang diperoleh penggunaan kendaraan yang melintas di Kota
dengan cara menyebarkan kuesioner dan Bandar Lampung yang digunakan masyarakat.
wawancara kepada responden di tempat lokasi Jika sudah diketahui semua persentase yang
penelitian. Lembar kuesioner langsung dibawa menggunakan moda, setelah itu nantinya
oleh peneliti ke setiap responden sehingga peneliti akan melakukan pemilihan moda
diharapkan dapat memperjelas maksud yang melalui kuesioner dan dapat melihat
dikandung dalam kuesioner. Responden yang persentase moda yang terpilih serta
dituju oleh peneliti ialah responden yang melakukan analisis sensitivitas untuk
mengetahui moda transportasi secara mengetahui pengaruh kriteria yang besar
mendalam. dalam pemilihan moda berjenis angkutan
a. Kuesioner publik.
Proses pengumpulan data ini dilakukan
dengan menyebarkan kuesioner yang berisi 2.4 Metode Analisis Data
pertanyaan tentang membandingkan kriteria
antar kriteria, dan alternatif antar alternatif Pada hasil pengumpulan data akan didapatkan data
terhadap kriteria sehingga dapat menghasilkan yang selanjutnya diolah menggunakan metode
rangking prioritas terhadap pemilihan moda Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan
dari segi kriteria yang dinilai oleh seluruh bantuan perangkat lunak Miscrosoft Excel dan
responden. Pengisian kuesioner disajikan software Expert Choice. Hasil jawaban dari
dalam bentuk formulir untuk setiap kuesioner akan dimasukkan ke dalam tabel-tabel
pakar/responden. Penyusunan kuesioner yang kemudian akan diolah menjadi bahan
dimuat terlebih dahulu dengan pengisian data perhitungan selanjutnya. Berikut akan dijelaskan
karakteristik responden seperti halnya: nama, secara rinci proses analisis data menggunakan
jenis kelamin, pekerjaan, usia, pengahasilan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan
atau pendapatan serta beberapa pertanyaan penggunaan software Expert Choice.
yang menyangkut kriteria dan alternatif dalam 1. Analisis Data Menggunakan Analytical
memilih moda transportasi. Hierarchy Process (AHP)
b. Wawancara
Wawancara dilakukan berdampingan dengan Langkah-langkah dalam menganalisis data ini
pengisian kuesioner oleh responden. Peneliti dimulai dari menginput data hasil kuesioner,
akan menjelaskan maksud dari tujuan merekapitulasi hasil jawaban semua responden,
pertanyaan dan cara menjawab kuesioner yang melakukan perhitungan sampai diperolehnya
dibagikan. Dalam tahap wawancara, peneliti prioritas dalam pemilihan moda transportasi.
menanyakan kepada pakar mengenai tingkat Setelah mengolah data kuesioner, langkah
kepentingan kriteria terhadap kriteria lainnya selanjutnya ialah dengan merumuskan model
serta menanyakan alasan dalam menilai pemilihan moda transportasi yang nantinya
kepentingan kriteria tersebut, begitu juga digunakan untuk menghitung moda transportasi
untuk tingkat kepentingan alternatif pemilihan mana yang akan menjadi prioritas jika dilakukan
moda terhadap setiap kriteria. perubahan terhadap bobot prioritas pada tiap-tiap
2. Data Sekunder kriteria. Adapun penyusunan struktur hirarki dapat
dilihat pada Gambar 2.4.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh
dari instansi yang bersangkutan. Adapun data
sekunder yang menjadi data pendukung
penelitian yaitu:
a. Data jumlah kendaraan;
Data jumlah kendaraan yang diperlukan dalam
penelitian ini ialah data jumlah angkutan
online, angkutan pribadi, dan angkutan umum.
Data jumlah kendaraan diperlukan untuk
melihat laju perkembangan kendaraan dari
tahun ke tahun dan menjadi referensi bagi
peneliti untuk menganalisis tingkat permintaan
kendaraan oleh masyarakat dari moda Gambar 2. 4 Penyusunan Struktur Hirarki
transportasi yang ada. Perolehan data diambil
Adapun langkah untuk analisa data menggunakan Untuk mendapatkan nilai Konsistensi Indeks (CI)
AHP yaitu: digunakan rumus:
a. Mencari nilai Geometric Mean (Geomean) λmaks-n
CI =
Geometric Mean merupakan hasil rata-rata n-1
jawaban dari seluruh responden. Adapun untuk Keterangan:
mencari geomean menggunakan rumus: CI = Konsistensi Indeks
𝑛
G = √𝑋1 𝑥 𝑋2 𝑥 𝑋3 𝑥 … . . 𝑋𝑛 λmaks = Nilai Eigen Makimum
Keterangan: n = Ukuran Matriks
G = Geometric Mean Nilai 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 didapat dengan mengkalikan Eigen
X1,X2,X3…Xn= Hasil penilaian responden ke-1, Vektor/Bobot Prioritas dengan total nilai pada
responden ke-2, responden ke-3 dan matriks perbandingan berpasangan.
seterusnya.
n = Jumlah banyaknya responden Sedangkan untuk mendapatkan nilai Indeks Random
b. Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan (RI) menggunakan tabel 2.2 sebagai berikut:
(Pairwise Comparison). Matriks ini berisi Tabel 2.2. Nilai Indeks Random (RI)
penilaian kuesioner dari responden dengan Ukuran Matriks Indeks Random
menggunakan skala Saaty yakni skala 1 sampai 1 0,00
dengan 9 seperti yang dijelaskan pada Tabel 2 0,00
2.1. 3 0,58
Tabel 2.1. Skala Saaty 4 0,90
Indeks Definisi Keterangan 5 1,12
Elemen A sama 6 1,24
1 Sama pentingnya pentingnya dengan 7 1,32
elemen B 8 1,41
Elemen A sama penting 9 1,49
Sama atau sedikit
2 atau sedikit lebih 10 1,51
lebih penting
penting dari elemen B Sumber: Saaty, 2008
Sedikit lebih Elemen A sedikit lebih
3
penting penting dari elemen B
2. Analisis Data Menggunakan Expert Choice
Elemen A berada
Sedikit atau lebih diantara sedikit lebih Tahapan pertama yang dilakukan yaitu membuat
4
penting penting dan lebih goal (pemilihan moda transportasi), kriteria dan
penting dari elemen B alternatif. Langkah kedua yaitu menginput jawaban
Elemen A lebih penting kuesioner dari responden dan output yang didapat
5 Lebih penting
dari elemen B
ialah prioritas pemilihan moda terhadap kriteria yang
Elemen A berada
diantara lebih penting
memiliki nilai yang paling tinggi. Pada analisis data
6 Jauh lebih penting ini uji konsistensi yang diperoleh tidak boleh
dan sangat penting dari
elemen B melebihi 0,1 atau nilai CR ≤ 0,1. Untuk melihat
Elemen A sangat tingkat sensitivitas pemilihan moda terhadap kriteria,
7 Sangat penting penting dibandingkan maka klik ikon Sensitivity-Graphs pada sofware
elemen B Expert Choice akan muncul tingkat sensitivitas
Elemen A terletak pada dalam bentuk persentase dan diagram gafik.
Antara sangat
posisi antara sangat
penting dan
8 penting dan mutlak 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
mutlak sangat
sangat penting dari
penting
elemen B
9 Mutlak sangat Elemen A mutlak
3.1 Jumlah Penduduk di Kota Bandar
penting sangat penting Lampung
dibandingkan elemen B
Berikut hasil persentase jumlah penduduk di
Sumber: Saaty 1990
wilayah Kota Bandar Lampung pada tahun 2016
c. Melakukan perhitungan Eigen Vektor/Bobot sampai 2020.
Prioritas.
d. Melakukan uji Konsistensi Indeks Rasio (CR)
menggunakan rumus:
CI
CR =
RI
Keterangan:
CR = Konsistensi Rasio
CI = Konsistensi Indeks
RI = Konsistensi Random Indeks
Nilai Konsistensi Rasio (CR) ≤ 0.1 maka penilaian
mendekati valid. Sebaliknya, jika Konsistensi Rasio
(CR) > 0.1 maka dilakukan penilaian ulang.
mempengaruhi masyarakat dalam menentukan
Persentase Jumlah Penduduk Kota moda transportasi untuk berpergian.
Bandar Lampung
30,00% 3.3 Data Hasil Kuesioner
2,18%
25,00% 0,00 0,35% 0,34% 1. Hasil Perhitungan Kriteria Seluruh
20,00% 0,34%
Responden
15,00%
10,00% Geomean merupakan nilai rata-rata geometrik
5,00% penilaian (Geometric Mean) atau merata-ratakan
0,00% data dari hasil jawaban responden. Tujuannya
2016 2017 2018 2019 2020 adalah untuk mendapatkan suatu nilai tunggal yang
mewakili sejumlah responden. Berikut hasil
Selisih persentase jumlah penduduk
pengolahan data nilai Geometric Mean.
Persentase Jumlah Penduduk (%)
Tabel 3.1 Data Hasil Jawaban Satu Responden
Gambar 3.1 Persentase Jumlah Penduduk
Kota Bandar Lampung 2016-2020

Pada lima tahun terakhir pertumbuhan penduduk


semakin meningkat. Adapun rata-rata persentase
peningkatan pertumbuhan penduduk setiap
tahunnya sebesar 0,80%. Jika dilihat dari data
jumlah penduduk setiap tahun yang mengalami
peningkatan hal ini juga tidak menutup
kemungkinan bahwa moda transportasi juga akan
mengalami peningkatan.

3.2 Jumlah Kendaraan di Kota Bandar Pada tabel 3.2 daerah yang berwarna kuning
Lampung merupakan nilai yang didapat dari hasil geomean.
Sebaliknya untuk mendapatkan nilai yang tidak
Berikut persentase jumlah kendaraan Kota Bandar
berwarna kuning yaitu dengan membagikan satu per
Lampung 2016 sampai 2020 yang disajikan dalam
nilai geomean.
bentuk tabel dan grafik.
Tabel 3.2 Matriks Perbandingan Berpasangan
Waktu Biaya Kenyamanan Keamanan Kemudahan
Tempuh
Waktu 1 2,22 3,54 2,72 1,90
Tempuh
Biaya 0,45 1 2,20 1,36 1,16
Kenyamanan 0,28 0,46 1 0,4827 0,40
Keamanan 0,37 0,73 2,07 1 0,99
Kemudahan 0,53 0,86 2,48 1,01 1
Jumlah 2,63 5,27 11,29 6,58 5,45

Berdasarkan tabel 3.2 matriks perbandingan


berpasangan, setiap kolom kriteria dijumlahkan
Gambar 3.2 Persentase Jumlah Kendaraan sehingga menghasilkan nilai pada tabel 3.2.
Kota Bandar Lampung 2016-2020

Dilihat pada gambar 3.2 jumlah persentase


kendaraan dari tahun 2017 mengalami
pertumbuhan jumlah kendaraan yang terus
meningkat sampai tahun 2020. Dari data
pendukung yang diperoleh maka tidak menutup
kemungkinan pertumbuhan jumlah moda
transprotasi terus meningkat pada tahun yang akan
mendatang. Oleh sebab itu, peneliti ingin
melakukan penelitian serta mengkaji alasan
masyarakat memilih moda transportasi dengan
mengkaitkan beberapa kriteria guna dapat
memperoleh kriteria mana yang paling
Eigen vector dihitung dengan cara membagi nilai tabel 2.2 dikarenakan ukuran matriks 5
pada tiap baris kriteria dengan total jumlah pada (terdapat 5 kriteria), maka nilai IR yaitu 1,12.
kolom kriteria. Misalkan pada tabel 3.3 hasil 0,38
1 CI
didapatkan dengan pembagian
2,63
pada tabel CR=
IR
matriks berpasangan.
Lalu untuk mendapatkan hasil bobot prioritas 0,01
dilakukan dengan menjumlahkan nilai setiap baris CR=
1,12
pada kriteria dan dibagi 5 (terdapat 5 kriteria).
= 0,0072
Tabel 3.3 Normalisasi Matriks Karena CR < 0,1 maka seluruh jawaban
Waktu Bobot responden dalam penilaian kriteria adalah
Biaya Kenyamanan Keamanan Kemudahan konsisten.
Tempuh prioritas
Waktu
0,38 0,42 0,31 0,41 0,35 0,38
Tempuh 3.4 Hasil Perhitungan AHP Alternatif Terhadap
Biaya 0,17 0,19 0,19 0,21 0,21 0,20
Kriteria
Kenyamanan 0,11 0,09 0,09 0,07 0,07 0,09
Keamanan 0,14 0,14 0,18 0,15 0,18 0,16
3.4.1 Waktu Tempuh
Kemudahan 0,20 0,16 0,22 0,15 0,18 0,18
Jumlah 1 1 1 1 1
Dengan melakukan cara perhitungan yang sama
dengan perhitungan diatas, maka didapat masing-
Pada tahap ini dilakukan pengolahan matriks masing bobot prioritas alternatif terhadap kriteria
penjumlahan kriteria pada setiap baris dimana dan nilai konsistensi sebagai berikut.
dengan hasil penjumlahan matriks tiap baris dapat
dilihat pada tabel 3.4 berikut ini. Tabel 3.6 Perhitungan AHP Alternatif Terhadap
Kriteria Waktu Tempuh
Tabel 3.4 Penjumlahan Matriks Tiap Baris
Waktu Waktu Bus Angkot Angkutan Angkutan Bobot
Biaya Kenyamanan Keamanan Kemudahan Jumlah Tempuh online Pribadi prioritas
Tempuh
Waktu Bus 1 0,77 0,16 0,13 0,06
0,38 0,43 0,30 0,43 0,35 1,90
Tempuh Angkot 1,30 1 0,17 0,12 0,07
Biaya 0,17 0,20 0,19 0,22 0,21 0,98
Angkutan 6,29 5,99 1 0,76 0,38
Kenyamanan 0,11 0,09 0,09 0,08 0,07 0,43 Online
Keamanan 0,14 0,14 0,18 0,16 0,18 0,80 Angkutan 7,46 8,14 1,32 1 0,49
Kemudahan 0,20 0,17 0,21 0,16 0,18 0,92 pribadi
Jumlah 16,05 15,89 2,65 2,01
Rekapitulasi hasil penjumlahan matriks setiap baris λmaks = CI = IR = CR = 0,004
dengan bobot prioritas/eigen vector. 4,01 0,003 0,9

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Adapun hasil yang diolah melalui software Expert
Jumlah Perbaris Prioritas Choice sebagai berikut.
Waktu tempuh 1,90 0,38
Biaya 0,98 0,20
Kenyamanan 0,43 0,09
Keamanan 0,80 0,16
Mudahan 0,92 0,18

Perhitungan nilai λmaks didapatkan dari Jumlah


Perbaris dibagi Bobot Prioritas, setelah itu
dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah data dengan Gambar 3.1 Bobot Alternatif Terhadap Kriteria
hasil 5,03. Waktu Tempuh

Nilai Consistency Index (CI) Dari gambar diatas dapat dilihat hasil pengolahan
data menggunakan software Expert Choice dimana
(λmaks - n) untuk konsistensi yang diperoleh yaitu 0,004 yang
CI =
n-1 artinya data bisa digunakan dengan penilaian yang
cukup konsisten (CR ≤ 0,1).
(5,03 - 5)
CI = Dari gambar 3.1 menunjukkan angkutan pribadi
5-1 berada pada prioritas pertama dengan bobot sebesar
49,4% sedangkan angkutan online berada pada urutan
= 0,01 kedua, angkot dan bus berada pada urutan ketiga dan
keempat. Hasil yang didapat menujukkan
Untuk mendapatkan nilai Consistency Ratio bahwasannya angkutan umum berjenis angkot dan
(CR) diperlukan nilai Indeks Random pada
bus masih belum dapat diandalkan dalam segi waktu adalah 0,07 maka data yang diperoleh bisa digunakan.
tempuh.hal ini dikarenakan jumlah armada yang tidak
terlalu banyak sehingga dalam waktu tunggu Tabel 3.8 Perhitungan AHP Alternatif terhadap Kriteria
angkutan ini lebih lama daripada angkutan lainnya. Kenyamanan
Maka dari itu perlu dilakukannya pengaturan Kenyamanan Bus Angkot
Angkutan Angkutan Bobot
timetable (pengaturan jadwal pergi dan tiba). Online Pribadi prioritas
Bus 1 3,66 0,21 0,17 0,11
Angkot 0,27 1 0,1786 0,13 0,05
3.4.2 Biaya Angkutan
4,68 5,60 1 0,76 0,36
Online
Setelah dilakukan pengolahan data kuesioner didapat Angkutan
5,92 7,64 1,32 1 0,47
bobot prioritas alternatif terhadap kriteria biaya pribadi
dapat dilihat pada tabel 3.8. Jumlah 11,87 17,90 2,71 2,06
λmaks = CI = IR = CR =
4,15 0,05 0,9 0,06
Tabel 3.7 Perhitungan AHP Alternatif terhadap
Kriteria Biaya
Angkutan Angkutan Bobot
Biaya Bus Angkot
online Pribadi prioritas
Bus 1 3,45 5,04 1,16 0,42
Angkot 0,29 1 3,76 0,46 0,17
Angkutan
0,20 0,27 1 0,23 0,07 Gambar 3.3 Bobot Alternatif Terhadap Kriteria
Online
Angkutan Kenyamanan
0,87 2,19 4,33 1 0,34
pribadi
Jumlah 2,35 6,90 14,13 2,84 Dari hasil olahan data yang menjadi prioritas utama
λmaks = CI = IR = CR = dalam segi kenyamanan ialah angkutan pribadi dan
4,09 0,03 0,9 0,03
angkutan online dengan nilai persentase sebesar
42,1%. hal ini didasarkan pada kedua angkutan
tersebut mampu melayani dengan fasilitas yang
memadai dimulai dari tersedianya AC, terhindarnya
orang dari tindakan kriminalitas, terjaganya privasi
setiap orang, tidak ada keberisikan yang ditimbulkan
seperti suara tape angkutan, hp, atau sesama
penumpang yang berisik, kendaraan masih terawat
dengan baik, kendaraan tidak mengeluarkan bau
yang tidak sedap, tempat duduk yang masih nyaman
Gambar 3.2 Bobot Alternatif Terhadap digunakan sehingga dalam melakukan perjalanan
Kriteria Biaya orang bisa melakukan apa saja didalam angkutan
Dari hasil olahan data didapat nilai konsistensi (CR) tersebut. Sedangkan pada urutan ketiga dan keempat
sebesar 0,03 yang artinya data dapat digunakan untuk ialah bus dan angkot dengan masing-masing
dianalisis. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa dari persentase sebesar 10,8% dan 5% yang dinilai masih
segi biaya bus lebih unggul dengan bobot prioritas kurang dalam segi kenyamanan untuk melakukan
sebesar 42,6%, hal ini didasarkan bahwa tarif yang perjalanan dikarenakan fasilitas yang diberikan
dikeluarkan dalam melakukan sekali perjalanan bus belum cukup memadai.
relatif lebih murah jika dibandingkan dengan angkutan
lainnya. Responden menilai bahwa saat ini bus lebih 3.4.4 Keamanan
baik dari segi biaya jika dibandingkan dengan
angkutan lain. Kemudian prioritas kedua diduduki oleh Dari kriteria keamanan, penilaian responden
angkutan pribadi dimana pada saat ini responden terhadap kriteria keamanan cukup konsisten dimana
menilai angkutan pribadi juga sedikit mengeluarkan nilai uji konsistensi yang didapat sebesar 0,03 yang
biaya dalam melakukan perjalanan ditambah lagi artinya kurang dari 0,1 maka hasil tersebut layak
masih adanya subsidi BBM. Selanjutnya prioritas digunakan untuk dianalisis dan dijadikan pengolahan
ketiga ialah angkot dengan biaya ongkos/tarif yang data selanjutnya.
terbilang masih terjangkau untuk melakukan
perjalanan namun jika perjalanan yang dijangkau Tabel 3.9 Perhitungan AHP Alternatif terhadap
cukup jauh maka biaya yang dikeluarkan sedikit lebih Kriteria Keamanan
besar dibanding dengan perjalanan dalam jarak yang Keamanan Bus Angkot
Angkutan Angkutan Bobot
dekat. Sedangkan untuk prioritas ke empat yaitu online Pribadi prioritas
Bus 1 2,85 0,20 0,15 0,09
angkutan online dimana angkutan online dinilai masih
Angkot 0,35 1 0,16 0,12 0,05
relatif mahal dari segi biaya. Angkutan
5,03 6,34 1 0,70 0,36
Online
3.4.3 Kenyamanan Angkutan
6,69 8,17 1,42 1 0,49
pribadi
Jumlah 13,07 18,35 2,78 1,9763
Dari hasil olahan data yang dilakukan, penilaian λmaks = CI = IR = CR =
responden adalah konsisten dengan nilai konsistensi 4,09 0,03 0,9 0,034
pribadi lebih unggul dengan bobot 52,6% dari segi
kemudahan. Angkutan pribadi dan online masih
dapat diandalkan dikarena dinilai dapat menjangkau
setiap lokasi yang dituju. Namun untuk angkutan
umum belum ada manajemen yang baik dan handal
dalam segi akses ke setiap lokasi pemukiman warga.
Jika dibandingkan kedua angkutan umum ini, angkot
lebih unggul dibanding bus dikarenakan rute angkot
Gambar 3.4 Bobot Alternatif Terhadap Kriteria masih dapat menjangkau sampai ke pemukiman
Keamanan warga ditambah jumlah armada yang memadai akan
menjadi tolak ukur dalam melakukan perjalanan.
Berdasarkan jawaban responden dari hasil kuesioner
moda yang menjadi prioritas pertama ialah angkutan 3.5 Perumusan AHP pada Pemilihan Moda
pribadi dimana persentase yang didapat sebesar Transportasi
49,6% kemudian prioritas ketiga kemudian disusul
oleh angkutan online dengan bobot persentase Dari pengolahan data yang telah dilakukan,
36,3%. Pada kedua angkutan ini dinilai masih aman selanjutnya akan dibuat pemodelan/perumusan AHP
dalam melakukan perjalanan dikarenakan minimnya pemilihan moda transportasi. Perumusan AHP
kriminalitas yang terjadi, dan terjaganya privasi dari dibuat dengan mengkorelasikan kriteria dan
orang lain. Sedangkan urutan prioritas ketiga dan alternatif yang diperoleh dengan penjabaran proses
keempat dari segi keamanan ialah bus dengan perkalian matriks. Adapun perumusan yang telah
persentase sebesar 9,2% dan angkot dengan diperoleh adalah sebagai berikut:
persentase 4,9%, hal ini menunjukkan bus dan Bus = 0,06 Waktu Tempuh + 0,42 Biaya + 0,11
angkot belum mampu menjamin tingkat keamanan Kenyamanan + 0,09 Keamanan + 0,05
seseorang. Selain itu tingkat keamanan juga dilihat Kemudahan
dari fisik angkutan umum tersebut yang sudah tua Angkot = 0,07 Waktu Tempuh + 0,17 Biaya + 0,05
dimulai dari mesinnya, belum ada uji kelayakan Kenyamanan + 0,05 Keamanan + 0,09
secara berkala untuk siap melayani penumpang. Kemudahan
Angkutan online = 0,38 Waktu Tempuh + 0,07
3.4.5 Kemudahan Biaya + 0,36 Kenyamanan + 0,36
Keamanan + 0,34 Kemudahan
Adapun hasil dari penilaian yang telah dilakukan Angkutan pribadi = 0,49 Waktu Tempuh + 0,34
responden terhadap kriteria kemudahan dapat dilihat Biaya + 0,47 Kenyamanan + 0,49
pada tabel 3.10. Dari hasil olahan data didapat nilai Keamanan + 0,52 Kemudahan
konsistensi sebesar 0,05 yang artinya data dapat
digunakan untuk dianalisis. Pada perumusan yang telah diperoleh, maka
perumusan AHP ini dapat digunakan untuk
mempermudah mencari nilai sensitivitas pada
pemilihan moda berdasarkan kriteria dan mencari
Tabel 3.10 Perhitungan AHP Alternatif terhadap tingkat prioritas suatu pemilihan moda transportasi.
Kriteria Kemudahan
Angkutan Angkutan Bobot 3.6 Tingkat Prioritas Pemilihan Moda
Kemudahan Bus Angkot
online Pribadi prioritas Transportasi
Bus 1 0,33 0,16 0,12 0,05
Angkot 3,07 1 0,19 0,13 0,09
Angkutan
Peringkat prioritas moda transportasi yang terpilih
6,33 5,15 1 0,57 0,34 setelah dilakukan pengolahan data adalah sebagai
Online
Angkutan
8,22 7,46 1,75 1 0,52
berikut:
pribadi
Jumlah 18,62 13,93 3,11 1,83 Tabel 3.11 Peringkat Prioritas Pemilihan Moda
λmaks = CI = IR =
4,13 0,04 0,9
CR = 0,05 Moda Bobot Bobot
Prioritas
Transportasi (%) (%)
1 Angkutan pribadi 0,47 47%
2 Angkutan online 0,31 31%
3 Bus 0,14 14%
4 Angkot 0,09 9%

Gambar 3.5 Bobot Alternatif Terhadap Kriteria


Kemudahan

Dari gambar 3.5 menjelaskan bahwa angkutan


pertama, angkutan online menjadi prioritas kedua,
sedangkan bus dan angkot menjadi prioritas ketiga
dan keempat. Dari hasil yang diperoleh, angkutan
umum berjenis bus masih diandalkan masyarakat
untuk melakukan perjalanan tanpa mementingkan
waktu tempuh dibandingkan angkot hal ini berkaitan
juga dengan fasilitas kenyamanan yang diberikan
bus selama melakukan perjalanan.

Gambar 3.6 Grafik Dynamic Sensitivity Kriteria

Gambar 3.8 Penurunan Waktu Tempuh

b. Peningkatan Waktu Tempuh


Gambar 3.9 memperlihatkan perubahan bobot
prioritas pemilihan moda akibat meningkatnya
kriteria waktu tempuh. Peningkatan kriteria waktu
Gambar 3.7 Grafik Dynamic Sensitivity Alternatif tempuh berarti pelaku perjalanan semakin
mementingkan kecepatan waktu tempuh dan
Dari olahan data yang dilakukan, hasil akhir kelancaran dalam perjalanan.
menunjukkan angkutan pribadi menjadi prioritas Berdasarkan perubahan bobot kriteria waktu tempuh,
pertama karena dinilai sangat mudah digunakan angkutan pribadi akan menjadi pilihan utama diikuti
kapan saja artinya tidak terbatas waktu dan dapat oleh angkutan online dan yang terakhir bus dengan
dijangkau langsung ke lokasi yang ingin dituju serta bobot persentase 6,10%. Dari hasil yang diperoleh,
dapat memberi kenyamanan, keamanan dan dapat dianalisis bahwa transportasi umum berjenis
kemudahan untuk melakukan perjalanan. Sedangkan angkot masih dibutuhkan dalam melakukan
untuk angkutan umum belum memiliki keunggulan perjalanan jika ditinjau dari segi waktu tempuh.
dari beberapa kriteria sehingga sangat kurang Akan tetapi kedua angkutan umum ini belum bisa
digunakan untuk melakukan perjalanan namun diandalkan dikarenakan waktu tempuh perjalanan
unggul dari segi kriteria biaya. Di Kota Bandar yang lama dan sering memakan waktu untuk
Lampung sendiri saat ini kriteria yang paling menunggu penumpang lain. Oleh karena itu perlu
dominan atau berpangaruh dalam memilih moda adanya pengaturan waktu jadwal keberangkatan dan
transportasi yaitu waktu tempuh dengan bobot tiba guna meningkatkan kualitas angkutan umum
37.7% kemudian biaya perjalanan dengan bobot agar dapat bersaing dengan angkutan lainnya.
19.5%, kemudahan 18.4%, keamanan 15.9% dan
kenyamanan dengan bobot sebesar 8.6%.
3.7 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan analisis yang


dilakukan untuk mengukur tingkat kesensitivitasan
berbagai kriteria pada pemilihan moda. Analisis
sensitivitas dipergunakan untuk mengetahui
kecenderungan pemilihan moda yang diprioritaskan
berdasarkan perubahan bobot setiap kriterianya.
Berikut hasil sensitivitas dalam pemilihan moda.

3.7.1 Analisis Sensitivitas Terhadap Kriteria Gambar 3.9 Peningkatan Bobot Waktu Tempuh
Waktu Tempuh
3.7.2 Analisis Sensitivitas Terhadap Kriteria
a. Penurunan Bobot Waktu Tempuh Biaya
Penurunan bobot waktu tempuh mengakibatkan
perubahan bobot pada pemilihan moda. Gambar 3.8 a. Peningkatan Bobot Biaya
menunjukkan angkutan pribadi menjadi prioritas
Pada gambar 3.10 dilakukan peningkatan bobot cukup dalam melakukan perjalanan. Namun dari
setiap 10% pada kriteria biaya. Bus menjadi prioritas analisis yang dilakukan, angkutan pribadi tetap
utama disusul oleh angkutan pribadi, kemudian yang menjadi prioritas utama disusul oleh angkutan
menjadi prioritas ketiga dan keempat yaitu angkot online, dan angkot menjadi pilihan terakhir
dan angkutan online. Maka dapat disimpulkan, bus responden.
dan angkot sensitif terhadap perubahan bobot
kriteria biaya. Angkutan umum ini menjadi pilihan
moda terbaik dalam melakukan perjalanan karena
saat ini biaya perjalanan yang dikeluarkan sangat
rendah untuk bepergian jarak jauh maupun dekat.

Gambar 3.12 Peningkatan Bobot Keamanan

3.7.5 Analisis Sensitivitas Terhadap Kriteria


Kemudahan

Gambar 3.10 Peningkatan Bobot Biaya a. Peningkatan Bobot Kemudahan


Grafik pada gambar 3.13 memperlihatkan perubahan
3.7.3 Analisis Sensitivitas Terhadap Kriteria bobot prioritas pemilihan moda akibat
Kenyamanan meningkatmya bobot kemudahan. Berdasarkan
perubahan bobot kriteria kemudahan angkutan
a. Peningkatan Bobot Kenyamanan pribadi tetap menjadi priortas pertama dan angkutan
Gambar 3.11 memperlihatkan perubahan bobot online menjadi prioritas kedua. Namun angkot
prioritas pemilihan moda akibat meningkatnya bobot menjadi prioritas ketiga dan bus menjadi prioritas
kenyamanan. Berdasarkan perubahan bobot keempat. Hal ini menjelaskan pada saat ini angkot
kenyamanan urutan prioritas pemilihan moda tidak mudah untuk ditemukan dikarenakan jumlah
akan berubah meski bobot kenyamanan meningkat armadanya lumayan cukup dibandingkan bus dan
sebesar 99%. Angkutan pribadi tetap menjadi urutan juga dapat mengakses daerah dekat pemukiman
pertama dalam pemilihan moda bagi masyarakay warga. Sedangkan untuk bus saat ini persediaan
Kota Bandar Lampung dan disusul dengan angkutan halte dinilai sangat minim sehingga sulit
online. menjangkau daerah-daerah pemukiman masyarakat.

Gambar 3.11 Peningkatan Bobot Kenyamanan

3.7.4 Analisis Sensitivitas Terhadap Kriteria Gambar 3.13 Peningkatan Bobot Kemudahan
Keamanan
4. KESIMPULAN
a. Peningkatan Bobot Keamanan
Gambar 3.12 menjelaskan jika bobot keamanan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka
menjadi prioritas utama dalam pemilihan moda dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
transportasi maka terjadi juga peningkatan angkutan 1. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam
online sebesar 36%, sedangkan keamanan tidak pemilihan moda yaitu waktu tempuh, biaya,
berpengaruh terhadap angkutan pribadi. Untuk moda kenyamanan, keamanan dan kemudahan.
transportasi umum berjenis angkot dan bus Urutan kriteria yang paling berpengaruh dalam
mengalami sedikit penurunan persentase karena pemilihan moda transportasi adalah sebagai
dinilai belum memenuhi kriteria keamanan yang berikut:
a. Kriteria waktu tempuh dengan bobot
persentase 38% pemukiman warga. Dari segi kriteria
b. Kriteria biaya dengan bobot persentase 20% kenyamanan dan keamanan perlu
c. Kriteria kemudahan dengan bobot memperbaiki fasilitas angkutan umum
persentase 18% berupa AC, tempat duduk yang nyaman,
d. Kriteria keamanan dengan bobot persentase cctv agar dapat memberikan tingkat
16% keamanan kepada pengguna serta menjamin
e. Kriteria kenyamanan dengan bobot privasi pengguna dengan aman.
persentase 9%
Hal ini memperlihatkan bahwa kriteria waktu DAFTAR PUSTAKA
tempuh merupakan faktor penting yang
mempengaruhi pemilihan moda transportasi Astuti, Septiana Widi, Ahmad Soimun, and
Kota Bandar Lampung. A.A Bagus Oka Krisna. 2019. "Pemilihan
2. Urutan alternatif moda yang menjadi prioritas Alternatif Trase Kereta Api di Kabupaten
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bangka Menggunakan Metode Analytical
a. Mobil pribadi dengan bobot persentase Hierarchy Process." Jurnal
46,6% Perkeretaapian Indonesia Volume III
b. Angkutan online dengan bobot persentase Nomor 2 125-132.
30,7%
c. Bus dengan bobot persentase 13,8% Badan Pusat Statistik, Kota Bandar Lampung.
d. Angkot dengan bobot persentase 8,9% n.d. "Kota Bandar Lampung dalam Angka,
3. Pada analisis sensitivitas yang telah dilakukan, 2021." Badan Pusat Statistik Kota Bandar
maka didapatkan hasil sebagai berikut: Lampung.
a. Jika kriteria biaya menjadi prioritas utama
dalam memilih moda transportasi maka Haradongan, Fedrickson. 2014. "Analisis
angkutan bus dan angkot berpeluang Tingkat Kepentingan Pemilihan Moda
terpilih dalam melakukan perjalanan Transportasi Dengan Metode AHP (Studi
dikarenakan pada saat ini masyarakat Kasus: Rute Jakarta-Yogyakarta)." Jurnal
merasa bahwa biaya yang dikeluarkan Penelitian Transportasi Darat.
untuk perjalanan jauh maupun dekat masih
tergolong rendah dibanding dengan Hardiyanti, Annisaa Putri. 2016. "Model
transportasi pribadi dan online. Jadi dapat Pemilihan Moda Dengan Metode AHP
disimpulkan, angkutan umum masih (Analytical Hierarchy Process) (Studi
dibutuhkan sebagian masyarakat untuk Kasus: Perumnas Palur, Desa Ngringo,
melakukan perjalanan namun yang perlu Kecamatan Jaten, Kabupaten
diperhatikan sebaiknya para pengambil Karanganyar)."
kebijakan perlu melakukan evaluasi dan
mengatur tarif perjalanan yang terjangkau, Kwanto, R., & Arliansyah J. 2016. "Analisis
agar dapat mendorong masyarakat Pemilihan Moda Transportasi Umum
menggunakan transportasi umum serta Antara Transportasi Umum Konvemsional
dapat menekan penggunaan kendaraan dan Transportasi Umum Online Di Kota
pribadi dan online. Palembang." ISSN: 2477-4863.
b. Jika kriteria waktu tempuh, keamanan,
kenyamanan, dan kemudahan menjadi Rimantho, dkk. 2016. "Aplikasi Analytical
prioritas utama dalam melakukan Hierarchy Process Pada Pemilihan Metode
perjalanan, maka moda transportasi yang Analisis Zat Organik Dalam Air." JITI,
memiliki peluang besar terpilih adalah Vol.15 (1) 47-56.
angkutan pribadi dan angkutan online, hal
ini dikarenakan angkutan pribadi dan online Risdiyanto, Nindyo Cahyo Kresnanto, and
dapat memberi tingkat keamanan, Zenildo X.C. 2019. "Faktor Penentu
kenyamanan yang baik dan memiliki waktu Dalam Pemilihan Moda Angkutan Umum
tempuh yang singkat serta dapat Perkotaan Menggunakan Metode Analytic
menjangkau ke semua tempat sehingga Hierarchy Process (AHP)." Prosiding
masyarakat masih memilih angkutan ini Simposium Studi Transportasi antar
untuk melakukan perjalanan dibanding Perguruan Tinggi Ke 22 1-8.
angkutan bus dan angkot. Jadi, untuk
meningkatkan angkutan umum maka perlu Saaty, Thomas L. 2008. Decision making with
adanya pengaturan penjadwalan the analytic hierarchy process. USA: Katz
keberangkatan dan tiba di tujuan sehingga Graduate School of Business, University
tidak memerlukan waktu tunggu yang lama. of Pittsburgh.
Kemudian perlu penambahan jumlah
armada agar dapat melayani masyarakat Sodikin, Mahardi, S. & Lizar. 2018. "Analisis
pada jam-jam sibuk, serta pengaturan rute Pemilihan Moda Transportasi
yang dapat menjangkau ke lokasi Menggunakan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) Bengkalis-
Dumai." Seminar Nasional Industri dan
Teknologi (SNIT), Politeknik Negeri
Bengkalis hlm. 195-24.
Sugiyanto, I Wayan Arnaya, Stefanus Sylvan
Ryanto, and A.A Bagus Oka Khrisna
Surya. 2021. "Analisa Faktor Pemilihan
Moda Transportasi Menggunakan Metode
Analytic Hierarchy Process." Jurnal
Teknologi Transportasi dan Logistik
Volume 2 No 1 11-18.

Wicaksana, Dali Kesuma. 2015. "ANALISA


SENSITIVITAS DAN
KARAKTERISTIK MASYARAKAT DI
KOTA PALEMBANG DALAM
MEMILIH MODA TRANSPORTASI
DENGAN METODE ANALYTICAL
HIERARCHY PROCESS (AHP)." Jurnal
Teknik Sipil dan Lingkungan 3: 775.

Z.Tamin, Ofyar. 1997. Perencanaan


pemodelan dan rekayasa transportasi. 2.
Bandung: Penerbit ITB

Anda mungkin juga menyukai