Anda di halaman 1dari 6

KOMUNIKASI DALAM PERKERETAAPIAN

Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi Ujian Tengah Semester

Pada mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi

Disusun oleh :

Nama : Al Shadri R

NIM : 17107030033

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

2017
A. PENDAHULUAN

Kereta api merupakan transportasi darat yang memiliki jalur dan pola
operasional tersendiri. Dalam lingkup Kementerian Perhubungan, banyak
undang-undang yang mengatur tentang kereta api, mulai dari pengoperasian
gerbong, pengoperasian lokomotif, tata cara perjalanan kereta api, dan lain-
lain. Termasuk pula bagaimana cara interaksi antara masinis dengan petugas
atau penumpang dengan petugas. Hal tersebut sangat menarik untuk dibahas
karena dalam ruang lingkup perkeretaapian banyak sekali isyarat dan cara-
cara yang dapat membentuk komunikasi antar warga PT Kereta Api Indonesia
(Persero), khususnya dalam bidang operasional.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana bentuk komunikasi dalam perkeretaapian ?
2. Apa saja isyarat yang ada dalam berkomunikasi antar sesama pegawai
dinas ?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui bagaimana cara-cara berkomunikasi dalam kereta api
2. Untuk menambah wawasan tentang perkeretaapian

D. PEMBAHASAN
Menurut Atep Adya Barata, komunikasi non-verbal adalah suatu jenis
komunikasi yang diungkapkan lewat objek di setiap kategori lainnya (the
object language), komunikasi yang menggunakan gerak (gesture) sebagai
sinyal (sign language), serta komunikasi melalui tindakan atau gerakan tubuh
manusia (action language). Dalam hal ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero)
sudah menerapkan system komunikasi non verbal. Dari hasil wawancara
mengenai perjalanan kereta api dengan Bapak Ason Sunjaya (Kondektur KA
Bogowonto) sudah ada peraturan dinas yang mengatur bentuk komunikasi
non verbal, seperti Peraturan Dinas III yang berisi tentang semboyan atau
isyarat perkeretaapian. Adapun isyarat yang dimaksud, contohnya semboyan
1, yakni ketika PAP (Pengawas peron) bersama dengan aparat stasiun
melakukan gerakan sikap sempurna sebagai tanda bahwa PAP siap melayani
kereta, baik yang berjalan langsung maupun yang akan berhenti di stasiun
tersebut, dan biasanya akan dibalas dengan semboyan 35 yang berupa suling
lokomotif atau klakson tanda mengerti. Ada pula semboyan 41 yang
merupakan bunyi peluit tanda kereta diberangkatkan. Dalam pelangsiran
rangkaian pun juga terjadi komunikasi non verbal seperti penggunaan
selompret (terompet kecil) sebagai isyarat langsir, yang dibalas dengan
semboyan 51.

Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan


komunikator kepada komunikan dengan tertulis atau lisan atau melalui simbol
tertentu. Menurut Prof. Deddy Mulyana, simbol atau pesan verbal adalah
semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga
dianggap sebagai sistem kode verbal.

2
PT Kereta Api Indonesia juga telah menerapkan bentuk komunikasi
verbal, baik dalam pelayanan maupun pengoperasian. Dalam pengoperasian
seperti adanya maklumat perjalanan kereta api (MALKA) tertulis yang harus
diserahkan kepada PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) ketika berhenti di
stasiun. Selain itu ada pula komunikasi antara petugas palang pintu, petugas
stasiun, masinis dan PK (Pusat Kendali) mengenai posisi kereta. Adapun
bentuk komunikasi verbal dalam pelayanan seperti tersedianya call center 121
untuk memudahkan penumpang dalam menyampaikan aspirasi. Penumpang
dapat melakukan komunikasi dengan pihak PT Kereta Api itu sendiri. Selain
itu petinggi kereta api juga sering melakukan komunikasi verbal dengan
masyarakat, seperti pada musim mudik lalu dimana Direktur Utama masuk ke
dalam kereta untuk mendengarkan aspirasi penumpang. Serta pemberian
nomor kondektur untuk membantu perjalanan. Sayangnya banyak oknum
kondektur yang kurang tanggap dalam melayani, sehingga membuat
penumpang kecewa.

3
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
i. Bentuk komunikasi dalam perkeretaapian berupa komunikasi non-
verbal dan verbal
ii. Isyarat yang ada sudah diatur dalam peraturan dinas
2. Saran
Dalam bidang pelayanan hendaknya PT Kereta Api Indonesia dapat
lebih peka dan tanggap terhadap penumpang, selalu mengutamakan
keramahan dan ketulusan. Dalam pengoperasian pun juga harus didsiplin dan
cekatan, karena jika salah sedikit bisa fatal akibatnya.

F. DAFTAR PUSTAKA
1. Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung:Rosda
Karya
2. Indonesia, Kereta Api. 2010. Peraturan Dinas 3 PT Kereta Api Indonesia.
Bandung:PT Kereta Api Indonesia (Persero)
3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 10 Tahun 2011 tentang Persyaratan
Teknis Peralatan Persinyalan Perkeretaapian

Anda mungkin juga menyukai