pdf
1. TUPOKSI.pdf
2. PERATURAN oke.pdf
3. ADM.pdf
4. MATERIAL.pdf
5. KERUSAKAN.pdf
6. METODE.pdf
7. KONSTRUKSI DARURAT.pdf
8. LAIN-LAIN.pdf
9. COVER.pdf
buku saku
PERAWATAN
JALAN REL
buku saku
PERAWATAN
JALAN REL
IDENTITAS
Nama :
NIPP :
Resort :
No. Telp :
E.mail :
1.1
TUPOKSI
TUGAS POKOK JALAN REL & JEMBATAN
Tugas Pokok Kepala Administrasi Teknik (KAT)
melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan serta menjamin kelaikan jalan
rel dan sepur simpang di wilayah kerjanya serta secara rutin membuat
perencanaan dan evaluasi administrasi biaya pekerjaan dan pegawai.
Tugas Pokok Kepala Satuan Kerja (Kasatker) / Flying Gang
melakukan pemeliharaan jalan kereta api beserta komponen pendukung
dan perlengkapannya, sehingga tiap-tiap bagiannya dapat dengan aman
dilalui dengan kecepatan puncak yang telah ditentukan
Tugas Pokok Juru Periksa Jalan (JPJ)
memeriksa/mengamati lintas jalan rel di daerahnya dalam waktu yang telah
ditentukan pada buku jadwal yang telah dibuat oleh UPT Resor Jalan Rel
Tugas Pokok Penjaga Pintu Perlintasan (PJL)
menutup dan membuka serta menjaga pintu perlintasan sebelum/sesudah
KA lewat di jalan perlintasan tersebut
Tugas Pokok Juru Periksa Terowongan (JPTW)
memeriksa/mengamati terowongan lintas jalan rel di daerahnya dalam
waktu yang telah ditentukan pada buku jadwal yang telah dibuat oleh UPT
Resor Jalan Rel
1.2
TUPOKSI
PENJABARAN TUGAS POKOK
KEPALA RESORT JALAN REL (SK)
Mengacu Surat TJ No.546/TJ/XII/2010 Tgl. 21 Desember 2010 Perihal
Penetapan Tugas dan Tanggung Jawab Pegawai Pemeliharaan
Jalan Rel dan Jembatan
1. Bertanggung jawab langsung atas keamanan, kenyamanan dan
kecepatan KA sesuai yang ditentukan di lintas pada wilayahnya
2. Bertanggung jawab atas kondisi konstruksi jalan rel (tubuh ban, balas,
bantalan, alat penambat dan rel serta saluran-saluran pembuangan air)
dengan melakukan kegiatan pemeliharaan
3. Bertanggung jawab atas ketersediaan, penjagaan dan pemeliharaan
alat kerja dan material jalan rel
4. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas-tugas, pengetahuan,
keselamatan, ketenangan kerja dan ketaatan bawahannya sesuai
dengan peraturan dan instruksi yang telah diberikan
5. Bertugas menyaksikan sendiri kondisi jalan rel dengan berkereta api,
berlori atau berjalan kaki secara teratur dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Setiap hari harus mengunjungi wilayahnya dengan berjalan kaki,
berlori, lokrit atau bordesrit.
b. Berjalan kaki sekurang-kurangnya tiga kali dalam 1 bulan
menempuh seluruh wilayahnya
c. Melaksanakan lokrit/bordesrit sekurang-kurangnya satu kali
dalam satu minggu menyaksikan sendiri kondisi jalan rel diseluruh
wilayahnya
d. Menjalankan lori untuk memeriksa kondisi jalan rel di seluruh
wilayahnya, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan.
6. Bertugas merencanakan pemeliharaan berdasarkan siklus dan
kerusakan serta mengusulkannya ke Manager Jalan rel dan Jembatan
untuk kegiatan pemeliharaan dan perbaikan.
7. Bertugas merencanakan dan melaksanakan persiapan lahan serta
mengawal pelaksanaan, mengecek hasil pemecokan dengan MTT
diwilayahnya sesuai dengan SOP yang berlaku.
8. Bertugas memeriksa kualitas kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
oleh pegawai dibawahnya dan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan
yang dilakukan oleh Pihak III
9. Bertugas mengamati dan memeriksa pelaksanaan tugas Juru Periksa
Jalur KA dan Penjaga Jalan Perlintasan pada waktu pagi / malam hari
sekurang-kurangnya dua kali dalam sebulan.
10. Bertugas memeriksa pekerjaan pegawai-pegawai pemeliharaan pada
waktu-waktu tak tentu (SIDAK)
1.3
TUPOKSI
PENJABARAN TUGAS POKOK
KEPALA RESORT JALAN REL (SK)
11. Bertugas melakukan pembinaan, pengarahan mengenai pelaksanaan
tugas-tugas pegawai pemeliharaan dibawahnya sekurang-
kurangnya sebulan sekali.
12. Bertugas meneruskan, menerjemahkan dan menjabarkan instruksi dari
atasannya kepada pegawai dibawahnya serta mengecek realisasi
pelaksanaanya
13. Bertugas melaksanakan tugas-tugas administrasi di kantor yang
pelaksanaannya dibantu oleh KAT, membuat laporan ke Manager Jalan
rel dan Jembatan mengenai kegiatan pemeliharaan di wilayahnya
setiap bulan
14. Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk pengembangan kemajuan
wilayahnya
15. Melakukan kerja sama dengan unit-unit kerja lain untuk kelancaran
pelaksanaan tugas nya
1.4
TUPOKSI
PENJABARAN TUGAS POKOK
KEPALA ADMINISTRASI TEKNIS JALAN REL (KAT)
1.5
TUPOKSI
PERATURAN
PERATURAN YANG BERKAITAN
DENGAN UNIT JALAN REL & JEMBATAN
ŸUndang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2007 Tentang
Perkeretaapian
ŸPD 3 : Hal Semboyan
ŸPD 8 : Peraturan Tentang Pernakaian Material
ŸPD10 : Peraturan Perencanaan Konstruksi Jalan Rel
ŸPD10.A : Peraturan Perawatan Jalan Rel Indonesia
ŸPD10.B :Peraturan Pelaksanaan Pembangunan Jalan Rel
Indonesia
ŸPD10.C : Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia
* Catatan hal yang belum diatur dalam PD.10 untuk sementara masih diatur
dengan R.10 sampai saat dikeluarkan PD 10.A - B - C.
T = 360 x S x TE
TE = Tp + Kb . Tb + K1 . T1
Dimana:
T = Daya angkut lintas (ton/tahun)
TE = Tonase ekivalen (ton/hari)
Tp = Tonase penumpang dan kereta harian
Tb = Tonase barang dan gerbong harian
2.1
PERATURAN
& JALUR KA
PERHITUNGAN PASSING TONAGE
Sumber: Buku 1 Perjana 2012
6.5m
4m
RUMAJA
RUMIJA
RUWASJA
Gambar 2.1, Ruang Bebas Jalan Rel Single Track
BATAS RUANG
As Track s/d Rumaja : ukuran tergantung konstruksi
Rumaja s/d Rumija : 6m
Rumija s/d Ruwasja : 9m
ŸRUMAJA : Ruang manfaat jalur kereta api. Ruang manfaat jalur kereta
api diperuntukkan bagi pengoperasian kereta api dan
merupakan daerah yang tertutup untuk umum.
ŸRUMIJA : Ruang milik jalur kereta api. Adalah bidang tanah di kiri dan
di kanan ruang manfaat jalur kereta api yang digunakan
untuk pengamanan konstruksi jalan rel.
ŸRUWASJA : Ruang pengawasan jalur kereta api. Adalah bidang tanah
atau bidang lain di kiri dan di kanan ruang milik jalur kereta
api untuk pengamanan dan kelancaran operasi kereta api.
2.2
PERATURAN
& JALUR KA
RUANG BEBAS
Sumber: Peraturan Dinas No.10 (PD 10)
1.95
BATAS IV KR±0.00 +6.20
+6.045
Aliran Atas Tertinggi +5.90
+5.50
Aliran Atas Normal
BATAS III KR±0.00 1.95 +5.00
+4.845
BATAS II KR±0.00 1.50
+4.70
+4.50 +4.32
BATAS I KR±0.00 1.00
+4.05
+4.02
Aliran Atas Terendah
+3.35
1.95 1.95
Peron Tinggi Peron Rendah
1.60 +1.00
+0.75
1.53 +0.45
1.30 +0.20
1.00 +0.04 KR±0.00
1.067
Gambar 2.2, Ruang Bebas Jalan Rel Single Track
Keterangan:
ŸBATAS I : Untuk jembatan dengan kecepatan sampai dengan 60 km/jam
ŸBARAS II : Untuk ‘Viaduk’ dan terowongan dengan kecepatan sampai
dengan 60 km/jam dan jembatan tanpa pembatas kecepatan.
ŸBATAS III : Untuk ‘Viaduk’ baru dan bangunan lama kecuali
terowongan dan jembatan
ŸBATAS IV : Untuk lintas kereta listrik.
Untuk Double Track, ditambah dengan jarak antar as sepur sebesar 4m.
2.3
PERATURAN
& JALUR KA
RUANG BANGUN & RUANG MUAT
Sumber: Peraturan Dinas No.10 (PD 10) & Peraturan Dinas No.8 (PD 8)
RUANG BANGUN
Jarak Ruang Bangun tersebut ditetapkan sebagai berikut :
a. Pada lintas bebas : 2,35 sampai 2,53 m di kiri kanan sumbu sepur.
b. Pada emplasemen : 1,95 m sampai 2,35 di kiri kanan sumbu sepur
c. Pada jembatan : 2,15 m di kiri kanan sumbu sepur.
RUANGMUAT
RUANG MUAT
1275 1275
+4000 +4050
+3820
+3700
+3550 1200 1200
+2800
Peron Tinggi Peron Rendah
1950 1950
1700
1540
1350 1350
+1100 +1050
+1050 1230 1600 +1000
+1000 1300 1540
+750
1260
+600
+500
+250 1000 1530 +450
+200 1300
+40+60 980
±0
a c ±0 a: 320mm
b: 366mm
c: 105mm
d: 110mm
Gambar 2.4, Ruang Muat Jalan Rel Single Track Lintas Bergigi
Keterangan:
Profil Ruang Bebas
Profil Ruang Kelonggaran
Profil Ruang Kelonggaran untuk Semboyan KA
Profil Ruang Muatan
2.4
PERATURAN
& JALUR KA
PERPOTONGAN & PERSINGGUNGAN
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM.36 Tahun 2011
10m
10m
ruang sisi kiri & kanan
-0.95
2.5
PERATURAN
& JALUR KA
RUANG BEBAS : PREIPAL
Sumber: Peraturan Dinas No.10 (PD 10)
patok preipal
axle counter/isol
panjang terpakai
(dari axle counter ke axle counter)
panjang fisik
(dari ujung wesel ke ujung wesel)
c
a
b
Balast
d1
1.5
1: d2 Sub-Balast
al
sim
ak
m k1
k2
2.6
PERATURAN
& JALUR KA
JARAK PANDANG MASINIS
PADA PERLINTASAN SEBIDANG
Pada perlintasan sebidang antara jalan rel dan jalan raya harus tersedia
jarak pandangan yang memadai bagi kedua belah pihak, terutama bagi
pengendara kendaraan. Daerah pandangan pada perlintasan merupakan
daerah pandangan segitiga di mana jarak-jaraknya ditentukan
berdasarkan pada kecepatan rencana kedua belah pihak. Jarak-jarak
minimum untuk berbagai kombinasi kecepatan adalah seperti yang
tercantum dalam tabel , dan dijelaskan dalam gambar 2.5.
Kecepatan Kendaraan Jalan Raya (Km/Jam)
Kecepatan KA Mulai Sedang
(km/jam) Bergerak Bergerak
0 20 40 60 80 100 120
panjang pada pihak jalan rel (meter)
40 185 97 75 78 85 94 105
60 273 145 112 116 127 141 158
80 363 193 150 155 170 188 210
90 409 217 168 174 191 212 237
100 454 241 187 194 212 235 263
110 500 266 206 213 233 259 289
120 545 290 224 233 255 282 319
panjang pada pihak jalan raya (meter)
2.8
SEMBOYAN
SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
2.9
TANDA & MARKA
SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
TANDA MENDEKATI
SINYAL MASUK
Perintah untuk berhati-
hatibahwa kereta api
telah mendekati sinyal
8 masuk pada jarak kurang
lebih 1000meter.
MARKA KELANDAIAN
Pemberitahuan
perubahan kelandaian
jalan rel.
10J Ketentuan Landai sesuai
PD10:
Ÿ Emplasemen :
0 sampai 1,5 ‰
Ÿ Lintas datar :
0 sampai 10 ‰
Ÿ Lintas pegunungan :
10 ‰ sampai 40 ‰
Ÿ Lintas dengan rel gigi :
40 ‰ sampai 80 ‰
2.10
SEMBOYAN
SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
MARKA LOKASI
Pemberitahuan lokasi
pada jalur kereta api
10K
2.11
MARKA
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2 DI LURUSAN
Kecepatan 5 s/d 20 km/jam
H3 H2 H1
S2
400m 600m
Lokasi
dilindungi
600m 400m
H1 H2 H3
S2
300m
750m
1000m
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN
SEMBOYAN
2.12
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2 DI LENGKUNG
Kecepatan 5 s/d 20 km/jam
400
m
S2
600m 400m
S2
S2
2.13
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2 DI LURUSAN
Kecepatan 20 s/d 40 km/jam
H3 H2 H1
300m 600m
600m 300m
H1 H2 H3
S2 300m
750m
1000m
SEMBOYAN
2.14
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2 DI LENGKUNG
Kecepatan 20 s/d 40 km/jam
300
m
S2
600m 300m
S2
S2
2.15
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2 DI LURUSAN
Kecepatan 40 km/jam
H3 H2 H1 100m S2 600m
600m
S2 100m 300m H1 H2 H3
750m
1000m
SEMBOYAN
2.16
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2 DI LENGKUNG
Kecepatan 40 km/jam
S2
100
m
600m
100m
S2 S2
2.17
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2A DI LURUSAN
H3 H2 H1
100m S2A 600m
600m H1 H2 H3
S2A 100m 300m
750m
1000m
SEMBOYAN
2.18
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2A DI LENGKUNG
100
m
600m 100m
S2A
S2A
2.19
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2B DI LURUSAN S2B
100m
200m
H3 H2 H1 S2A
600m
600m H1 H2 H3
200m
100m
300m
750m
S2B 1000m
SEMBOYAN
2.20
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2B DI LENGKUNG
Kecepatan 40 km/jam
S2B
S2A
600m
200m
100m
S2A
S2A S2B
2.21
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2C DI LURUSAN
Sebelum diwartakan
S2C
500m 600m
600m 500m
S2C
SEMBOYAN
2.22
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
S2C S2B S2A
SEMBOYAN 2C DI LURUSAN
Sesudah diwartakan
H3 H2 H1
100m
100m
200m
600m
600m H1 H2 H3
S2A S2B S2C 300m
750m
100m
100m
200m
1000m
2.23
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2C DI LENGKUNG
Sesudah diwartakan
S2C
S2B
S2A
200m
100m
100m
600m
S2A
S2A S2B S2C
S2A
SEMBOYAN
2.24
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 3 DI LURUSAN
Sebelum diwartakan
3
500m 600m
600m 500m
3
2.25
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 3 DI LURUSAN
Sesudah diwartakan
3
200m 600m
600m 200m
3
SEMBOYAN
2.26
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 3 DI LENGKUNG
Sesudah diwartakan
600m 500m
2.27
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 3 DI LURUSAN
Sesudah diwartakan, dilengkapi dengan semboyan muka 2A, 2B.
200m
100m
200m
3 S2B S2A
600m
600m
200m
100m
SEMBOYAN
2.28
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 3 DI LENGKUNG
Sesudah diwartakan, dilengkapi dengan semboyan muka 2A, 2B.
3
S2B
S2A
600m
S2A S2B 3
200m
100m
200m
S2A
2.29
SEMBOYAN
SIKLUS PEMELIHARAAN
BERKALA JALAN REL
Frekuensi per Tahun
Pekerjaan Satuan Sumber Penjelasan
Sp. Raya Sp. KA
Pemeliharaan Sambungan
Pemeriksaan berupa siar rel yang sudah diluar toleransi, depek
Penerlitian siar rel Titik 8 4 Perjana, D141
/aus/cacat; lakukan juga penelitian terhadap rayapan pada rel.
Setiap 1 titik sambungan, diperiksa menurut fungsi (baut sambung
Pemeriksaan sambungan Titik 8 4 Perjana, D141
kendor/rusak/hilang, plat sambung aus/retak/putus); menurut
kelengkapan (baut sambung tidak lengkap, plat sambung tidak
utuh), penambat tidak lengkap; dan menurut kerusakannya
(rel cacat/depek/ambles, penambat rusak/hilang, bantalan lapuk
/bengkok/putus/pecah), balas kurang/kotor/kecrotan.
Setiap 1 titik sambungan, masing-masing baut sambung dilepas
Pelumasan sambungan Titik 8 4 Perjana, D141
satu per satu (tidak serentak) dilumasi dengan oli atau sejenisnya
lalu dipasang kencang kembali.
SIKLUS
2.21
PERAWATAN
SIKLUS PEMELIHARAAN
BERKALA JALAN REL
Frekuensi per Tahun
Pekerjaan Satuan Sumber Penjelasan
Sp. Raya Sp. KA
Pemeliharaan Alat Penambat
pemeriksaan dilakukan dengan cara uji petik setiap 50 m tiap 1 km;
Pemeriksaan alat-alat M’ 4 Perjana, D141
periksa berdasarkan fungsi, kelengkapan dan kerusakan;
penambat
kerusakannya dicatat serta ditandai dengan cat;
Lokasi pengencangan sesuai dengan hasil pemeriksaan penambat
Pengencangan alat M’ 4 Perjana, D141
penambat
Pemecokan: Angkatan & Listringan Pilih-pilih
Oprit BH Angkatan dan listringan dikerjakan 20 m'sp kanan dan kiri BH
M’ 2 Perjana, D141
(total menjadi 40 m'sp)
Angkatan dan listringan dikerjakan 20 m'sp kanan dan kiri JPL
Oprit Perlintasan M’ 2 Perjana, D141
(total menjadi 40 m'sp); JPL > 3 m
Pengukuran dengan Optik Pengukuran dilakukan maksimal/paling lambat 2 hari sebelum
M’ 2 Perjana, D141
untuk penyiapan lahan pemecokan dilaksanakan; lebih dari 2 hari dilakukan pengukuran
MTT / optik ulang: JPL < 2m dibongkar.
Pemeliharaan Lengkung: Pemeriksaan
Lengkung R≤500 R.13 BAB.II Ps.IV, Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan jadwal pemeriksaan (siklus
M’ 4 Perjana, D141 lengkung); periksa papan lengkung di BB dan EB, patok lengkung
R.13 BAB.II Ps.IV, per 10 m, tanda/nomor lengkung tiap 10 m (termasuk tanda BB,EB,
Lengkung 500<R<1000 M’ 2
Perjana, D141 MBA dan ABA pada sisi dalam kaki rel); cek anak panah lengkung,
R.13 BAB.II Ps.IV, pertinggian, keausan rel, lebar sepur dan kerusakan material di
Lengkung R≥1000 M’ 1
Perjana, D141 lengkung; catat kerusakan/hasil pemeriksaan pada buku laporan,
pastikan penandaan lengkap dan lakukan pendokumentasian.
PERAWATAN
2.22
SIKLUS
SIKLUS PEMELIHARAAN
BERKALA JALAN REL
Frekuensi per Tahun
Pekerjaan Satuan Sumber Penjelasan
Sp. Raya Sp. KA
Pemeliharaan Lengkung: Pemeriksaan
Lengkung R≤500 R.13 BAB.II Ps.IV, Berpedoman pada hasil pemeriksaan/opname lengkung, lakukan
M’ 4 Perjana, D141 perbaikan anak panah, pertinggian dan lebar sepur; hasil
R.13 BAB.II Ps.IV, perbaikan dicatat pada buku laporan, dilaporkan bila perlu
Lengkung 500<R<1000 M’ 2
Perjana, D141 didokumentasikan/foto; Volume perbaikan lengkung =25% dari
R.13 BAB.II Ps.IV, total Lengkung (MBA awal s/d MBA akhir)
Lengkung R≥1000 M’ 1
Perjana, D141
Terowongan
Perawatan selokan Selokan dibersihkan kotoran dan di perdalam dari tumpukan tanah
M’ 2 Perjana, D141
drainase terowongan /pasir lalu dibuang sejauh mungkin.
Lingkungan
Perawatan patok-patok Patok yang dirawat adalah patok km/hm, patok lengkung(termasuk
Buah 1 Perjana, D141
tanda patok boardboogh), preipal, papan landai, semb. tetap, semb. 35,
andreas kruis, tanda stop.
Pembersihan alur roda Pembersihan alur lebar 34mm sedalam 30 mm sepanjang lebar Jpl
M’ 4 Perjana, D141
Cabut rumput dikerjaan sampai dengan kaki balas kanan/kiri track
Pencabutan rumput M’sp 8 Perjana, D141
Babatan arit Babatan rumput mulai dari kaki balas (2,15m dari as track) sampai
M’sp 4 Perjana, D141
ke tepi selokan (5,75m dari as track); dikerjakan kanan kiri track
Babatan rumput mulai dari kaki balas (2,15m dari as track) sampai
Babatan Mesin M’sp 4 Perjana, D141
ke tepi selokan (5,75m dari as track); dikerjakan kanan kiri track
Semprotan racun Semprot dikerjakan dari as track sampai 2,85m (ujung berman)
M’sp 8 Perjana, D141
kanan/kiri track
Perawatan selokan / Selokan dibersihkan kotoran dan di perdalam dari tumpukan tanah
M’ 2 Perjana, D141
drainase / pasir lalu dibuang sejauh mungkin
SIKLUS
2.23
PERAWATAN
SIKLUS PEMELIHARAAN
BERKALA JALAN REL
Frekuensi per Tahun
Pekerjaan Satuan Sumber Penjelasan
Sp. Raya Sp. KA
Wesel
Semua jenis wesel diperiksa; pemeriksaan dilakukan menurut
Pemerikasaan Wesel / Unit 4 2 Perjana, D141
fungsi, kelengkapan dan kerusakan; kelengkapan alat-alat
Persilangan
penambat, klos dan baut-baut, kerusakan lidah, kerusakan
bantalan, kondisi balas mati/kecrotan; hasil pemeriksaan dicatat,
dilaporkan dan didokumentasikan.
Angkatan & Listringan Angkatan menyeluruh di wesel sesuai dengan siklus pemeliharaan
Unit 4 2 Perjana, D141
Wesel Menyeluruh
Setiap baut-baut yang terdapat pada wesel dilumasi dan
Pengencangan Baut-baut Unit 4 2 Perjana, D141
dikencangkan
Perbaikan alat penambat Alat-alat penambat yang rusak/hilang diganti dan diperbaiki serta
Unit 4 2 Perjana, D141
tirepon & penambat dipasang dan dikencangkan
Penelitian Batas Meliputi point protection; lebar alur rel paksa; lebar bukaan lidah;
Unit 4 2 Perjana, D141
Keamanan lebar sepur di ujung wesel, pertengahan lidah, pangkal lidah dan
belakang wesel; siar rel; keausan pada jarum dan vangrel
Perbaikan yang melebihi perbaikan berdasarkan hasil penelitian batas keamanan, antara
Unit 4 2 Perjana, D141
batas keamanan lain: memperbaiki jarak point protection, lebar sepur dan bukaan
/ pengelasan lidah; penggerindaan siar rel depek/pengedrekan/ganti rel;
pengelasan/pemopokan jarum dan vangrel
PERAWATAN
2.24
SIKLUS
ADMINISTRASI
WAKTU
KEGIATAN
PELAKU
OPNAME ASET Awal bulan Maret sampai
& KERUSAKAN dengan akhir bulan Mei
(DMJR) KAT (3 bulan)
PEMBUATAN
KERTAS KERJA
PEMBUATAN
RPO/RAB
PEMBUATAN
A19
PEMBUATAN
C19
PEMBUATAN JADWAL
PELAKSANAAN DAOP Awal bulan Juli sampai akhir
PERBULAN bulan Juli (1 bulan)
& TRIWULAN
PEMBUATAN
LAPORAN PERBULAN DAOP
(PU2, A.1 &B.1B.1)
3.1
ALUR
ADMINISTRASI
ADMINISTRASI
JALAN REL
BENTUK ADMINISTRASI PERAWATAN BERENCANA
? Bentuk D.140: Rencana kerja mingguan (RKM), dibuat oleh SK
/Kasatker (mandor).
? Bentuk D.141: Buku lampiran perhitungan kebutuhan tenaga dan
material untuk perawatan.
? Bentuk D.142: Rencana perawatan tahunan
? Bentuk D.145: Pemeriksaan wesel
? Bentuk D.146: Pemeriksaan hasil kerja
? Bentuk D.147: Pemeriksaan lengkung
? Bentuk D.148: Laporan bulanan jam kerja regu perawatan JR.
? Bentuk D.122: Pencatatan hasil lokrit
3.2
BENTUK
ADMINISTRASI
ADMINISTRASI
JALAN REL
BENTUK ADMINISTRASI PERAWATAN BERENCANA
DMJR
? :Form opname yang berisikan gambaran kondisi material
per 100 m.
Kertas Kerja :Form rekap DMJR yang berisikan rekap kerusakan
?
beserta penanganan dan prioritasnya.
A2
? :Form rekapitulasi asset
A3
? :Form rekapitulasi kerusakan
Form CD
? :Form perhitungan aset dengan perawatan siklus, Jumlah
Orang yang dibutuhkan, serta breakdown (schedule)
perawatan siklus Jalan Rel.
Form AB
? :Form yang menyajikan kerusakan, alternatif
perbaikan/pemeliharaan dan biaya (dari Rpo) yang
dibutuhkan untuk perawatan secara keseluruhan,
terdapat rincian per koridor.
RPO
? :Rincian biaya per pekerjaan yang mengacu pada analisa
harga satuan pekerjaan serta harga satuan upah dan
bahan yang ditetapkan ditiap daerah.
3.3
BENTUK
ADMINISTRASI
MATERIAL
R33
R41
13,5
138
134
11
110
10
90 105 110
63,8 70
68,5
159
153
R42
R50
R54
138
13,5 15 16
Tirepon Tn
20
14
16
10
119 26 11,5 20
145 31,5
13
Tirepon Ta
20
14
20
14
18
10
105 14 111,5 20
120
9 3
14
14
14
12
Paku Rel
2
18
0,8
28
35 15 20 20
10
123 11 3
f
R6
8 8
30
5
Lock Spike
R1
5
55
152
KA klip
Pendrol
PENAMBAT
MATERIAL JALAN REL
SAMBUNGAN
MACAM SAMBUNGAN
52CM
Gambar 4.4, Sambungan Melayang
SAMBUNGAN
MELAYANG
Antara kedua bantalan ujung berjarak 30 cm
Jarak sumbu ke sumbu bantalan ujung 52 cm
35CM
Gambar 4.5, Sambungan Menumpu
SAMBUNGAN
MENUMPU
Sambungan menumpu pada bantalan kayu dengan lebar
bantalan lebih besar.
PENEMPATAN SAMBUNGAN
SAMBUNGAN SIKU
Penempatan secara siku,
d i m a n a k e d u a
sambungan berada pada
Gambar 4.6, Sambungan Siku satu garis yang tegak
lurus terhadap sumbu
sepur.
SAMBUNGAN SELING
Penempatan secara
berselang-seling ,
d i m a n a k e d u a
Gambar 4.7, Sambungan Selang-seling (Tidak Siku) sambungan rel tidak
berada pada satu garis
yang tegak lurus
terhadap sumbu sepur.
(Sumber: PERJANA, BAB 1: Material Jalan Rel
& Peraturan Dinas No. 10)
4.3
SAMBUNGAN
MATERIAL JALAN REL
SAMBUNGAN
PELAT SAMBUNGAN
Sepasang pelat penyambung harus sama panjang dan mempunyai
?
ukuran yang sama.
Bidang singgung antara pelat penyambung dengan sisi bawah kepala rel
?
dan sisi atas kaki rel harus sesuai kemiringannya, agar didapat bidang
geser yang cukup.
Baut pelat sambung harus dipenuhi seluruhnya, sekurang-kurangnya 4
?
buah baut per pelat sambung.
LUBANG SAMBUNGAN
R25 47,5
Ø Lubang 26mm
58 130
57
R33
Ø Lubang 30mm 60 211 130
R41/R42 60,5
Ø Lubang 22.5mm
59,5 211 130
R50 65
Ø Lubang 26mm
77 130 100
R54 69,6
Ø Lubang 30mm
60 170 170
SAMBUNGAN
MATERIAL JALAN REL
SAMBUNGAN
MACAM/ SAMBUNGAN
CELAH SIAR
Di sambungan rel harus ada celah untuk menampung timbulnya
?
perubahan panjang rel akibat perubahan suhu.
Besar celah ditentukan sebagai berikut :
?
1) Untuk semua tipe rel, besar celah pada sambungan rel standard dan rel
pendek tercantum pada tabel 4.1.
2) Pada sambungan rel panjang, besar celah dipengaruhi juga oleh tipe
rel dan jenis bantalan.
a) Untuk sambungan rel panjang pada bantalan kayu, besar celah
tercantum pada Tabel 3.7.
b) Untuk sambungan rel panjang pada bantalan beton, besar celah
tercantum pada Tabel 3.8.
Suhu Panjang Rel (m)
Pemasangan (oC) 25 50 75 100
£20 8 14 16 16
22 7 13 16 16
24 6 12 16 16
26 6 10 15 16
28 5 9 13 16
30 4 8 11 14
32 4 7 9 12
34 3 6 7 9
36 3 4 6 7
38 2 3 4 4
40 2 2 2 2
42 1 1 0 0
44 0 0 0 0
³46 0 0 0 0
Tabel 4.1, Besar celah untuk semua tipe rel pada sambungan
rel standard dan rel pendek.
SAMBUNGAN
MATERIAL JALAN REL
WESEL
Titik
matematis Cermat memilih form D145,
sesuaikan dengan merk dan wesel
Siklus Pemeriksaan & Perawatan
Wesel :
Sepur Raya: 4 kali dalam 1 tahun
Sepur KA: 2 kali dalam 1 tahun
e
f
Gambar 4.9, Anatomi Wesel.
B
antalan rel adalah landasan tempat rel bertumpu dan diikat dengan
penambat rel oleh karena itu harus cukup kuat untuk menahan
beban kereta api yang berjalan di atas rel. Bantalan dipasang
melintang rel pada jarak antara bantalan dengan bantalan sepanjang 0,6
meter (60cm).
MACAM SAMBUNGAN
BANTALAN KAYU
Bantalan kayu merupakan bantalan yang pertama sekali digunakan
dalam dunia kereta api, serta digunakan di jembatan karena kayu lebih
elastis dari beton. Kelemahan kayu adalah daya tahan yang tidak terlalu
lama terutama didaerah yang hujan dan kelembabannya tinggi.
T
BANTALAN
MATERIAL JALAN REL
BANTALAN
Jenis Kayu
Kayu Jati (Tectona Grandis) atau Kayu Rimba Kualitas A mengacu
pada SNI 11-0197-1987 dengan kelas kuat I.
Syarat Fisik Bantalan
Pada permukaan kayu
a. Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar bantalan dan tidak
boleh lebih dari 3.5 cm;
b. Bantalan tidak boleh mengandung sisi lengkung yang lebih besar dari
1/10 tinggi bantalan dan 1/10 lebar bantalan;
c. Miring arah serat (tg) tidak boleh lebih dan 1/10;
d. Retak-retak di arah radial (hr) tidak boleh lebih dari pada 1/4 tebal
bantalan, dan retak-retak menurut lingkaran tumbuh (ht) tidak boleh
melebihi 1/5 tebal bantalan.
Sifat Mekanis
a. Tegangan lentur yang diijinkan (a It) : > 108 kg/cm'
b. Tegangan tekan yang diijinkan (a tk) : > 92 kg/cm 2
c. Berat jenis : > 0.9
d. Momen maksimum di bawah rel dan di tengah bantalan : 800 kg.m
Pelabelan Bantalan Kayu
Setiap bantalan kayu yang terpasang di lintas, harus diberi label tahun
pemasangan bantalan.
Cara pelabelan:
? Nama bulan (dalam angka romawi) dan tahun(angka biasa, 2 digit)
contoh: VIII-12, baca: bulan 8 (Agustus) tahun 2012;
? Tulisan menghadap ke arah KM besar;
? Posisi tulisan pada tengah bantalan;
? Cara pelabelan dengan pahat.
KM Besar
(bulan-tahun)
VIII-12
KM Kecil
Gambar 4.11, Pelabelan Bantalan Kayu
BANTALAN
JENIS KERUSAKAN
5.1
NO GO ITEM
JENIS KERUSAKAN
REL
MACAM SAMBUNGAN
KEAUSAN REL
a
e
h
Keausan Maksimum yang diizinkan:
Jenis Rel e.max(mm) a.max(mm)
R42 13 10
R50 15 12
R54 15 12
R60 15 12
Gambar 5.1, Keausan Rel
MACAM SAMBUNGAN
DEFECT (DEPEK / CACAT)
Defect pada sambungan
Diakibatkan karena
celah yang terlalu lebar
sehingga hantaman
roda membuat cacat
pada bagian ujung rel.
Dorslag / Selip
Aus berupa titik pada
kepala rel karena
selipnya roda kereta.
Defect pada
sambungan las
Diakibatkan sambungan
las yang tidak siku,
Gambar 5.2, Cacat Rel (Defect) sehingga menjadi cacat
akibat hantaman
MACAM
REL PATAH
SAMBUNGAN bandasi roda.
Rel Patah Pada Las
Biasa terjadi pada
sambungan las dimana
pada posisi tersebut
Gambar 5.3, Rel Patah
terdapat lubang baut
sambung atau bekas
pemotongan rel yang
dengan blander.
5.2
KERUSAKAN
REL
JENIS KERUSAKAN
PENAMBAT
KELENGKAPAN
Ketidaklengkapan alat penambat berpengaruh pada pelebaran
?
sepur.
Tidak boleh terdapat ketidaklengkapan alat penambat 2 bantalan
?
sejajar & beruntun.
JENIS KERUSAKAN
SAMBUNGAN
5.3
PENAMBAT
& SAMBUNGAN
JENIS KERUSAKAN
WESEL
KERUSAKAN GEOMETRI
a. Pertinggian ¹ 0.
Persilangan Penyebab: Balas tidak padat
Efek Kerusakan: Menyebabkan rel aus
Bagian
tidak merata.
b. Lebar Sepur.
a c
Penyebab: Lubang penambat pada
h bantalan longgar, bantalan lapuk,
b penambat kendor atau rel aus.
Efek Kerusakan: Keausan pada material
wesel seperti jarum, lidah dan rel paksa.
c. Lidah Gantung.
g Penyebab: Balas tidak padat atau bantalan
lapuk.
Efek Kerusakan: Lidah wesel tidak bisa
menutup rapat sehingga rawan terlanggar
Penerus
d
KERUSAKAN MATERIAL
a. Keausan Material Rel
Penyebab: Adanya pertinggian ¹ 0 atau
adanya pelebaran sepur.
Efek Kerusakan: Pelebaran lebar sepur.
b. Keausan Material Lidah
g Penyebab: Lebar sepur tidak normal, wesel
merupakan bagian dari lengkung.
Efek Kerusakan: Goyangan pada KA
karena lidah tidak menutup sempurna.
c. Keausan Material Jarum
Penyebab: Lebar sepur pada Point of
Pengarah
Bagian
5.4
WESEL
JENIS KERUSAKAN
WESEL
KATEGORI KERUSAKAN JARUM
T
erdapat 3 jenis kategori kerusakan jarum wesel. Pengelompokan ini
berfungsi sebagai acuan prioritas perbaikan. Adapun jenis dan ciri
kerusakannya dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini:
Rusak Ringan
400mm Jarum Aus ±6mm
200mm
5.5
WESEL
JENIS KERUSAKAN
BANTALAN
BANTALAN KAYU
Kerusakan Bantalan Kayu dikategorikan menjadi 3 jenis kerusakan sesuai dengan
jenis kerusakan pada DMJR.
Kerusakan kategori I (X) : Bantalan tidak dapat menahan gaya
arah longitudinal (L) yaitu pergerakan rel tegak lurus bantalan.
Contoh: lubang baut/tirepon longgar.
L
Gambar 5.10, Arah Gaya Yang Bekerja Pada Bantalan
BANTALAN BESI
Kerusakan bantalan besi umumnya karena bentuk bantalan yang sudah
berubah (karena retak atau bengkok), sehingga mempengaruhi lebar
sepurnya.
Gambar 5.11, Jenis Kerusakan Bantalan
Besi, bengkok akibat anjlogan sehingga
lebar sepur menyempit.
BANTALAN BETON
Setiap kerusakan pada bantalan beton mempengaruhi kekuatan dari
bantalan beton itu sendiri, beberapa jenis kerusakan pada bantalan
beton:
Kerusakan kategori I (X): Bantalan tidak dapat menahan gaya arah
longitudinal (L) yaitu pergerakan rel tegak lurus bantalan.
Contoh: penambat tidak dapat mencengkeram rel (clamping force
melemah)
5.6
BANTALAN
JENIS KERUSAKAN
KONSTRUKSI BAWAH
BANTALAN
Kerusakan kategori II (XX): Bantalan tidak dapat menahan gaya arah
transversal (T) dan gaya arah longitudinal (L).
Contoh: shoulder rusak sehingga penambat tidak dapat terpasang
sempurna.
Kerusakan kategori III (XXX): Bantalan tidak dapat menahan gaya arah
transversal (T), gaya arah longitudinal (L) dan gaya arah vertical (V).
Contoh: bantalan pecah sehingga tendon terlihat dan bantalan di bawah
rel hancur.
JENIS KERUSAKAN
KONSTRUKSI BAWAH
konstruksi atas
konstruksi bawah
5.7
KONSTRUKSI
BAWAH
JENIS KERUSAKAN
GEOMETRI JALAN REL
Kerusakan geometri bukan kerusakan fisik material jalan rel. Akan tetapi
kerusakan geometri salah satunya bisa disebabkan karena adanya
kerusakan material. berlaku juga kebalikannya, kerusakan geometri
yang dibiarkan bisa berakibat pada rusaknya material jalan rel.
LEBAR SEPUR
Bentuk Kerusakan : Lebar sepur melebar atau menyempit.
Penyebab : Rel Aus, Lubang bantalan kayu longgar,
Bantalan besi bengkok, Salah tipe lebar sepur
bantalan beton, Isolator hilang, Bantalan pecah.
Toleransi Lebar Sepur +5mm, -2mm
ALINEMEN
Bentu Kerusakan : Goyangan, Genjotan
Penyebab : Balas tidak padat (kerusakan alinemen vertikal),
balas tipis (kerusakan alinemen horisontal), rel
spaten, tubuhbaan bergerak.
LENGKUNG
Kerusakan geometri pada lengkung biasanya terjadi karena
permasalahan:
? Pertinggian PLA
? Anak Panah PLA
? Pertinggian Lengkung Penuh
? Anak Panah Lengkung Penuh
? Pelebaran Sepur
? Posisi balas lebih banyak di bahu luar.
SKILU
Perbedaan tinggi pada rentang 3 meter jalan rel dengan toleransi
kecepatan yang berlaku pada titik tersebut.
Tidak boleh terdapat Skilu pada jalan rel terutama pada titik-titik
mati!
OPRIT
Kerusakan Angkatan karena landai terlalu curam
5.8
GEOMETRI
PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN
Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan
K
ejadian anjlogan tentu tidak pernah kita harapkan, selain berpotensi
menghilangkan nyawa seseorang, buruknya pencitraan publik pada
jasa armada kereta api, dan perpecahan internal akibat perdebatan
terjadinya anjlogan. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan tentang penyebab
dari tejadinya anjlogan, bukan untuk mendukung perdebatan, melainkan
untuk menjadi wawasan untuk meminimalisir potensi terjadinya anjlogan
terutama yang diakibatkan oleh faktor prasarana.
Anjlogan Kereta didefinisikan sebagai keluarnya roda dari rel. Ada dua
jenis cara anjlog:
1. Karena suatu sebab, roda dipaksa naik sampai ketinggian tertentu
sehingga flens berada di atas kepala rel kemidan akibat pengaruh
gaya lateral, flens tersebut menyeberangi rel dan jatuh di sisi lain.
2. Roda naik sendiri begitu tinggi sehingga ujung flens berada di atas
kepala rel, bergerak lateral dan kemudian jatuh.
1 2 3 4 5
5.9
PENYEBAB
ANJLOGAN
PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN
Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan
6. Langsiran panjang
yang melewati
lengkung tajam
(lengkung radius
kecil), tekanan pada
boper menjadi besar
dan berpotensi
menyebabkan
anjlog.
7. K e s a l a h a n
menempatkan
Gambar 5.13, Pengereman mendadak
m u a t a n d a n
bergesernya muatan ketika kereta berjalan.
8. KA melanggar kecepatan maksimum.
9. Anjlog akibat naiknya flens menyangkut masalah kondisi
pemeliharaan sarana dan geometri jalan rel. Penyebab utama
naiknya flens roda:
Gambar 5.14, Saat Memasuki Lengkung Posisi Flens Roda Tetap Searah Kereta,
Tidak Dinamis Mengikuti Bentuk Lengkung.
5.10
PENYEBAB
ANJLOGAN
PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN
Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan
2. Tidak memadainya kualitas gerak lateral sarana
? Penjelasan : Dalam suatu pergerakan sarana terdapat
keterkaitan antara lebar sepur dan profil flens. Namun yang utama
dalam keterkaitan tersebut adalah lebar celah antara roda dan rel.
Ketika lebar celah diluar toleransi maka kemungkinan yang terjadi
adalah pergerakan kereta ke arah lateral menjadi besar, sehingga
dorongan roda untuk keluar dari track menjadi besar.
? Permasalahan : Lebar sepur tidak terjaga, Rel aus, flens roda aus.
? Pencegahan :
? Menjaga lebar sepur agar tetap dalam batasan toleransi (-2mm,
+5mm).
? Prioritas penggantian rel aus terutama pada area rawan
(lengkung).
5.11
PENYEBAB
ANJLOGAN
PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN
Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan
? Pencegahan :
? Lebar sepur : ganti bantalan yang sudah tidak mengikat lebar
sepur, terutama bantalan kayu lapuk, bantalan beton pecah dan
lengkapi penambat yang tidak terpasang.
? Skilu : perawatan geometri, terutama kerataan track.
? Liukan : melengkapi penambat, menambah balas pada
area yang sering terjadi spaten.
? Lidah wesel : baud-baud dikencangkan, perhatikan kerataan
(tidak ada pertinggian/pertinggian pada wesel harus = 0mm)
? Jarum aus : lakukan pemeriksaan dan perbaikan secara
periodik sesuai lokasi wesel dan segera ajukan pengelasan jarum
sudah mendekati batas toleransi aus.
Gambar 5.16, Skilu pada jalan rel mengakibatkan hilangnya tekanan roda.
5.12
PENYEBAB
ANJLOGAN
PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN
Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan
? Pencegahan :
? Mempersiapkan kondisi jalan rel agar tidak berpotensi pada
terjadinya anjlogan.
? Pihak sarana mempersiapkan sarana yang siap operasi.
Kesimpulan
Sebagai pengarah gerak roda sarana, setiap kerusakan yang terjadi pada
jalan rel akan berefek pada setiap sarana yang bergerak di atasnya. Dalam
banyak situasi kejadian anjlogan lebih banyak disebabkan oleh prasarana
jalan rel yang tidak siap operasi. Kondisi geometri yang tidak baik dapat
memicu ketidakstabilan sarana yang berjalan di atasnya sehingga
akhirnya keluar dari track.
Maka yang harus dilakukan adalah pencegahan agar tidak terjadi anjlogan,
dengan mempersiapkan jalan rel yang siap operasi.
5.13
PENYEBAB
ANJLOGAN
METODE KERJA
METODE KERJA
KLASIFIKASI TIPE PEKERJAAN
T iap kali kereta lewat di atas rel, jalan kereta api mengalami gaya
vertikal dan horizontal. Profil balas dan pengaturan bantalan telah
direncanakan untuk menambah gaya-gaya tersebut. Namun,
beberapa tipe pekerjaan jalan rel seperti pengeluaran balas, mengganti
bantalan, angkatan dan listringan yang cukup besar dapat menggangu
kestabilan jalan yang cukup serius. Oleh sebab itu dibutuhkan tindakan
pencegahan pendahuluan.
KATEGORI 1
Pekerjaan Kategori 1: Pekerjaan yang tidak memberi efek pada
kestabilan jalan rel :
Ÿ Perbaikan sambungan rel.
Ÿ Perbaikan celah rel.
Ÿ Pengecangan alat penambat.
Ÿ Perbaikan alat penambat (kecuali untuk RPM)
Ÿ Perbaikan lebar sepur / jarak rel.
Ÿ Penggantian rel, penggantian elemen-elemen rel pada RPM.
Ÿ Pengerindaan rel dan pekerjaan yang sejenis.
KATEGORI 2
Pekerjaan Kategori 2: Semua pekerjaan yang dapat mengurangi /
mengganggu kestabilan jalan rel.
Ÿ Perbaikan alat pemambat pada RPM (Rel panjang menerus)
Ÿ Angkatan dan Listringan.
Ÿ Pengorekan balas.
Ÿ Pembersihan balas.
Ÿ Penggantian bantalan, pengaturan jarak bantalan dan penyikuan
bantalan.
Ÿ Pekerjaan Katagori 2 memerlukan perhatian khusus supaya
keamanan kereta terjamin dan tidak memerlukan penggunaan
pembatasan kecepatan.
T
oleransi Pekerjaan merupakan batasan suatu pekerjaan, agar
dalam pelaksanaannya tidak perlu mengganggu Perjalanan Kereta
dengan pemasangan semboyan.
PENGATURAN Ÿ Antara dua bantalan, jangan gorek balas lebih dari 5 cm dibawah
ARAK BANTALAN garis dasar bantalan.
ATAU PENYIKUAN Ÿ Bilamana mengorek balas, jangan rusakkan lapisan dasar dibawah
BANTALAN bantalan.
Ÿ Harus diikuti persiapan “perbaikan alat penambat”
Ÿ Jangan angkat rel lebih dari 20 cm dengan dongkrak.
Ÿ Penampang lintang harus diselesaikan pada akhir tiap hari
pekerjaan.(Profil)
Ÿ Tunggu masa penstabilan antara dua kegiatan.
(Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel)
6.2
TOLERANSI
METODE KERJA
TOLERASI DALAM PEKERJAAN
PENGATURAN Jangan gorek balas lebih dari 4 Jangan gorek balas lebih dari 2
ARAK BANTALAN spasi bantalan berurutan dan lebih spasi bantalan berurutan dan lebih
ATAU PENYIKUAN dari 20 % spasi bantalan dari 20 % spasi bantalan
BANTALAN sepanjang 20 m sepanjang 20 m
Titik Pedoman
+5 +8 +15
3m 3m 3m 3m
+8
0 TP 0
0 TP 0
X
X
X
X
Gambar 6.x, Pemecokan dilakukan oleh 4 orang pada bantalan yang sama
pada dua sisi secara bersamaan.
M
etode pemecokan mekanis mempunyai kesamaan dengan
metode pemecokan biasa. Perbedaan utamanya hanya pada alat
pemecokan. Untuk metode pemecokan mekanis ini peralatan
pemecokan adalah alat pemecok dengan mesin listrik/hamper, sedangkan
untuk pemecokan biasa alat pemecoknya adalah belincong / dandang.
Pada metode ini jalan rel diangkat dengan dongkrak dan balas dimasukan
kebawah bantalan dengan penggetaran tanpa pengorekan balas. Metode
ini dapat digunakan untuk pekerjaan angkatan pada masa perawatan,
terutama pada RPM. Pemecokan jalan rel dengan RPM yang tidak kokoh
keduduk kannya. Pekerjaan angkatan pada wesel.
Gambar 6.x,
20cm 20cm 40cm Area balas yang dipadatkan
c b a a b c c b a a b c Gambar 6.x,
e d de e d de
f f f f Waktu pemecokan dengan HTT
Waktu pemecokan:
a : 13 detik
b,c : 10 detik
d,e,f : 9 detik
X
X
Gambar 6.x, Pemecokan
dilakukan oleh 4 orang pada
X bantalan yang sama pada dua sisi
X secara bersamaan.
T
ujuan cara ini adalah: Secara otomatis pengangkatan jalan rel dan
pemecokan balas dibawah bantalan dilakukan sampai kedudukan
yang benar dengan penggetaran dan penekanan / pemadatan.
Kegiatan ini dilaksanakan tanpa pengorekan balas.
Catatan :
Pada penggantian bantalan baru untuk mencapai ketebalan balas
dibawah bantalan dilakukan lebih dahulu pemecokan dengan
manual/HTT sampai mencapai ketebalan yang disyaratkan untuk
dilakukan pemecokan dengan MTT
Sumber: PERJANA, BAB 3: Perawatan Jalan Rel &
Penataan Pengelolaan Sarana Pemeliharaan Jalan Rel Pola Terpadu,
Instruksi Direksi No : TM.402/VI/3/KA-2008 Tanggal : 30 juni 2008
6.9
MTT
METODE KERJA
PEMECOKAN DENGAN MTT
Prosedur Kerja Sebelum Pemecokan MTT
Lakukan pengoptikan
Ÿ Optik Angkatan (vertikal)
Ÿ Optik Listringan (horisontal)
Ÿ Hasil optik dituliskan pada bantalan dan dicatat
MTT
METODE KERJA
PEKERJAAN ANGKATAN
ANGKATAN PILIH-PILIH LURUSAN
Peralatan:
2 Buah Mistar Angkatan
Benang nylon 30 meter
2 Buah Dongkrak
Kapur besi
1 Set HTT
Langkah Kerja:
Ÿ Cari titik tinggi pada rel dengan disawang mata, titik tinggi berjarak
antara 18-30 m.
Ÿ Dilanjutkan dengan mencari titik pedoman angkatan dengan cara
membentangkan benang dengan bantuan mistar angkatan.
Ÿ Untuk mencari titik pedoman pada satu titik kerusakan, pastikan lokasi
kerusakan dengan membentangkan benang dengan jarak antar titik
sebesar 20 meter.
Ÿ Ambil ukuran tinggi setiap 10 meter atau ½ jarak benang dengan cara
dicolok dengan mistar. Nilai pertinggian tuliskan di atas bantalan.
Ÿ Ukur pertinggian sejarak 100 meter.
Ÿ Jadikan 2 titik dengan angka terendah sebagai pedoman.
Ÿ Nilai yang lebih besar pada titik ukur 10 meter diangkat mendekati nilai
titik pedoman.
Gambar 6.x,
Ilustrasi perbaikan darurat rel patah
Ÿ Angkat titik-titik rendah dengan dongkrak
Ÿ Pada titik yang sama ratakan pertinggian rel dengan rel sebelahnya
dengan menggunakan mistar timbang (waterpass).
Ÿ Lakukan pemecokan, padatkan balas di bawah bantalan hingga
tercapai tinggi yang diharapkan.
Ÿ Pastikan rel sebelah memiliki ketinggian yang sama.
Ÿ Ulangi kegiatan sampai semua titik mencapai pertinggian yang
diharapkan.
Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel
6.11
ANGKATAN
PILIH-PILIH
METODE KERJA
PEKERJAAN ANGKATAN
ANGKATAN PILIH-PILIH LENGKUNG
Langkah Kerja:
Ÿ Mencari tahu radius lengkung terlebih dahulu, cek patok identitas lengkung
atau cek register lengkung.
Ÿ Mencari pertinggian seharusnya lengkung penuh dengan cara menghitung
2
dengan rumus: h = 6V / R, contoh: kecepatan rencana (V) = 80km/j, dan
radius (R) lengkung diketahui 500m, maka pertinggian seharusnya pada
lengkung penuh: 6 x (80)2 / 500 à 6 x 6400 / 500 à 76,8mm, dibulatkan
menjadi 77mm.
Ÿ Mencari pertinggian seharusnya pada lengkung alih: dengan cara
menghitung dengan rumus: hLA = hpenuh / PLA , contoh: h penuh = 77mm,
panjang lengkung alih (PLA) = 0.01 h V à 0.01 x 77 x 80 à 62 meter. Maka
perubahan pertinggian (h) pada lengkung alih = 77 / 62 à 1,25mm, artinya
setiap 1 meter terjadi pertinggian 1,25mm atau 12,5mm setiap 10 meter.
Gambar 6.x, Mencari nilai pertinggian pada lengkung dengan mistar timbang
Ÿ Membuat tanda titik lengkung dengan cat pada kaki rel setiap 10 meter,
dimulai dari 40 meter sebelum MBA (mulai busur alih) sampai ABA (akhir
busur alih).
Ÿ Ukur pertinggian rel di setiap titik lengkung (per 10 meter) dengan mistar
timbangan, rel dalam sebagai acuan titik nol.
Ÿ Beri tanda nilai angkatan pada bantalan di titik lengkung tersebut jika nilai
pertinggian tidak sesuai hasil perhitungan. Contoh: pertinggian seharusnya
77mm, hasil timbangan: 65mm, maka pada titik tersebut harus diangkat
setinggi: 77-65mm 12mm. Jika terdapat pertinggian lebih dari 77 maka harus
dilakukan angkatan menyeluruh (lihat: angkatan menyeluruh pada lengkung).
Ÿ Membuat tanda titik lengkung dengan cat pada kaki rel setiap 10 meter,
dimulai dari 40 meter sebelum MBA (mulai busur alih) sampai ABA
(akhir busur alih).
Ÿ Ukur pertinggian rel di setiap titik lengkung (per 10 meter) dengan mistar
timbangan, rel dalam sebagai acuan titik nol.
Ÿ Beri tanda nilai angkatan pada bantalan di titik lengkung tersebut jika
nilai pertinggian tidak sesuai hasil perhitungan. Tambahkan 5mm s/d
maksimal 10mm pada setiap nilai angkatan, Contoh: pertinggian
seharusnya 77mm, hasil timbangan: 65mm, maka pada titik tersebut
harus diangkat setinggi: (77-65) +5mm 17mm, Atau jika terdapat
pertinggian lebih dari 77mm, misal h=80mm, maka diangkat dengan
nilai: (77-80)+5mm -3 + 5 2mm.
Penempatan Dongkrak:
Balas dikeluarkan dari spasi bantalan sepanjang rel dengan memakai
belincong. Dongkrak ditempatkan pada tempatnya sampai menyentuh
rel. Dongkrak harus dibuat miring supaya jalan rel bergerak kesamping
dan tidak terangkat.
Melepaskan Dongkrak:
Pelepasan dongkrak harus dilakukan dalam dua tahap.
Ÿ Pertama : Lepaskan lebih dahulu dongkrak yang bekerja pada rel (
Memaksa penggeseran ).
Ÿ Kedua : Lepaskan selanjutnya kedua dongkrak lainnya bersama -
sama.
PENDOKUMENTASIAN
PEMERIKSAAN
LENGKUNG
SELESAI
S
uatu balas yang baik adalah balas yang bersih dan dapat meloloskan
air, untuk memungkinkan perputaran udara dari lapisan dasar balas,
penguapan dan pengaliran air.
Kekotoran balas bagian permukaan oleh elemen-elemen dengan butiran
kecil dan pengotoran yang disebabkan oleh muatan-muatan kereta (bara,
bahan yang bersipat tepung, minyak, gemuk, dan lain-lain) menyebabkan
lapisan balas bantalan digumpal secara perlahan-lahan. Akibatnya
bantalan berlumpur, tidak kokoh dan rayapan bantalan.
Pembersihan balas memungkinkan angkatan yang baik, karena menjaga
material (khususnya bantalan) dalam kondisi yang baik. Tetapi
pembersihan balas hanya tertentu, yakni terbatas pada daerah yang kotor,
sambungan yang berlumpur.
Gambar 6.x, Area yang digali pada penampang melintang jalan rel
1 2 3 4 5
daerah gorekan
M
etode perbaikan darurat dilakukan dalam kondisi sangat darurat
dimana KA harus terus berjalan. Segera dilakukan perbiakan ke
tahap perbaikan permanen (las), atau minimal dengan perbaikan
sementara (dengan plat sambung).
Kelengkapan Peralatan:
Ÿ 4 Buah Klem (penjepit) khusus
Ÿ 1 Pasang Pelat Sambung
Ÿ 1 Batang Bantalan kayu bekas
Ÿ 4 Buah Tirepon
Ÿ Semboyan 2C
Langkah Pelaksanaan:
Ÿ Sisipkan bantalan kayu bekas tepat di bawah rel patah.
Ÿ Ikat bantalan kayu dengan khaki rel dengan menggunakan tirepon.
Ÿ Pasang Pelat sambung tanpa melubangi rel.
Ÿ Isi dan kencangkan lubang pelat dengan klem.
Ÿ Padatkan balas pada bagian bawah dan samping bantalan kayu.
Tampak Atas
rel patah
pelat sambung
tirepon
Potongan Melintang klem
P
enanganan rel patah secara darurat selain menggunakan pelat
sambung juga bisa menggunakan Emergency Rail Bridge (ERB).
ERB berguna sebagai media yang menjembatani celah akibat
adanya rel patah.
Selain lebih aman penggunaan ERB untuk penanganan rel patah lebih
efektif dan efisien secara waktu penanganan dibanding dengan
menggunakan pelat sambung.
Gambar 6.20, Ilustrasi pemasangan ERB pada rel patah dan dilalui roda KA
M
etode perbaikan sementara adalah bentuk penanganan rel patah
paling minimal, karena tingkat keamanannya lebih terjamin. Jenis
perbaikan ini bukan merupakan penangan secara permanen,
harus dilakukan perbaikan secara permanen (las atau ganti rel) pada
kesempatan berikutnya.
Kelengkapan Peralatan:
Ÿ 1 Pasang Pelat Sambung
Ÿ 6 Buah baut (sejumlah lubang pelat sambung)
Ÿ Semboyan 2A
Langkah Pelaksanaan:
Ÿ Lubangi rel dengan bor rel sejumlah lubang pada pelat sambung.
Ÿ Atur celah sambungan sesuai dengan suhu pemasangan.
Ÿ Pasang pelat sambung seperti pemasangan pelat sambung normal.
Kondisi khusus:
Apabila terjadi rel patah pada posisi las thermit, gunakan pelat sambung
modifikasi untuk perbaikan sementara atau memotong bagian las thermit
kemudian pasang pastuk.
Gambar 6.x, Ilustrasi perbaikan darurat rel patah pada las thermit
Pada saat opname DMJR, sambungan rel patah tidak dihitung dalam
asset sambungan, tetapi dimasukan dalam usulan perbaikan!
M
etode perbaikan sementara adalah bentuk penanganan rel patah
paling minimal, karena tingkat keamanannya lebih terjamin. Jenis
perbaikan ini bukan merupakan penangan secara permanen,
harus dilakukan perbaikan secara permanen (las atau ganti rel) pada
kesempatan berikutnya.
Kelengkapan Peralatan:
Ÿ 2 buah kunci tirepon
Ÿ 2 buah mata bor ukuran 14 mm
Ÿ 2 buah mata bor kayu
Ÿ 2 buah linggis
Ÿ 6 buah garpu + 2 Pengki
Ÿ 1 Set alat pecok (dandang pemecok atau HTT)
Ÿ 1 buah mistar pengukur lebar sepur (sepur mal)
Ÿ 2 buah cangkul untuk balas.
Langkah Pelaksanaan:
Ÿ Menggorek balas sekitar bantalan
Ÿ Melepaskan alat penambat
Ÿ Mengeluarkan pelat landas
Ÿ Gorek Balas rata bawah bantalan
Ÿ Mengeluarkan bantalan rusak, Dorong bantalan ke samping ke arah
balas yang telah digorek dengan menggunakan kepala linggis.
Ÿ Membersihkan balas, Setelah bantalan lama dikeluarkan, balas di
bawah bekas bantalan yang lama dibersihkan (jika diperlukan).
Ÿ Memasukkan bantalan baru, Mulai dengan memasukkan bantalan
baru dari bawah rel (menggunakan penjepit bantalan) ke tempat bekas
bantalan lama, lalu pecok balas di bawah bantalan pada 20 cm kedua
sisi setiap rel setelah pelat landas dipasang.
Ÿ Mengukur lebar sepur dan melubangi, Sesuaikan lebar sepur antara
kedua rentangan rel-rel dengan menggunakan alat pengatur lebar
sepur dan alat pengukur lebar sepur
Ÿ Memasang kembali alat penambat
Ÿ Mengembalikan balas, Balas dikembalikan dengan garpu.
M
etode perbaikan sementara adalah bentuk penanganan rel patah
paling minimal, karena tingkat keamanannya lebih terjamin. Jenis
perbaikan ini bukan merupakan penangan secara permanen,
harus dilakukan perbaikan secara permanen (las atau ganti rel) pada
kesempatan berikutnya.
Kelengkapan Peralatan:
Ÿ 1 buah kunci alat penambat (pendrol, DE, KA klip, dll)
Ÿ 2 buah Dongkrak
Ÿ 6 buah garpu + 2 buah Pengki
Ÿ 1 Set alat pecok semi mekanik (HTT)
Ÿ 1 buah mistar pengukur lebar sepur (sepur mal)
Ÿ 2 buah cangkul untuk balas.
Ÿ 2 buah linggis
Ÿ 2 Buah ganto/ belincong/HTT
Langkah Pelaksanaan:
Ÿ Menggorek balas sekitar bantalan sampai rata bawah bantalan
Ÿ Melepaskan alat penambat dan isolator
Ÿ Mengeluarkan bantalan rusak, Angkat rel dengan dongkrak, dorong
bantalan ke samping ke arah balas yang telah digorek dengan
menggunakan kepala linggis.
Ÿ Membersihkan balas, Setelah bantalan lama dikeluarkan, balas di
bawah bekas bantalan yang lama dibersihkan (jika diperlukan).
(Sumber: PERJANA, BAB 3: Perawatan Jalan Rel)
6.28
GANTI BANTALAN
METODE KERJA
PENGGANTIAN BANTALAN
Ÿ Memasukkan bantalan baru, Mulai dengan memasukkan bantalan
baru dari bawah rel (menggunakan penjepit bantalan) ke tempat bekas
bantalan lama, lalu pecok balas di bawah bantalan pada 20 cm kedua
sisi setiap rel.
Ÿ Mengukur lebar sepur, Sesuaikan lebar sepur antara kedua rentangan
rel-rel dengan menggunakan alat pengukur lebar sepur
Ÿ Memasang kembali alat penambat
Ÿ Mengembalikan balas, Balas dikembalikan dengan garpu.
Ÿ Memasang kembali alat penambat
Ÿ Mengembalikan balas, Balas dikembalikan dengan garpu.
bantalan kayu
besi begel Ø 19mm
besi siku 70x70x7
7.1
REL BENDEL
KONSTRUKSI DARURAT
STAPELING
Stapeling adalah bantalan kayu yang dipasang bersilang tegak lurus
sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan yang dapat
menerima beban dengan ketinggian tertentu.
Susunan Stapeling:
?Gambangan, Susunan bantalan kayu merata sebagai pondasi atau
perata beban.
?Susunan Bantalan Stapeling
bantalan kayu
sejajar bantalan
bantalan kayu
sejajar rel
gambangan
bantalan kayu
sejajar bantalan
bantalan kayu
sejajar rel
gambangan
bantalan kayu
pengikat
bantalan kayu
sejajar bantalan
bantalan kayu
sejajar rel
gambangan
STAPELING
KONSTRUKSI DARURAT
STAPELING
Perhitungan Gambangan
Apabila beban diatasnya melebihi 12 ton maka untuk meneruskan
beban agar diterima oleh landasan terbagi merata terhadap permukaan
tanah, pada dasar stapling disusun gambangan yang disatukan dengan
rel atau profil baja.
ó = P/A
Dimana : P : beban (kg)
ó : Kekuatan tanah ( kg/cm²)
A : Luas bidang yang diperlukan
Bila diketahui:
Beban= 50 ton,
?
Tegangan tanah ijin ditetapkan= 0,5 kg/cm2
?
Ukuran bantalan = 22 x 13 x 200 cm
?
Berapa luas gambangan?
?Luas gambangan:
a = p/ ó ijin = 50.000/0,5 = 100.000 cm2
?Jumlah bantalan:
100.000/(200x22) = 22,73 = 23 batang
?Panjang gambangan = 23 x 22 = 506 cm
?Maka ukuran gambangan = 5,06 x 2 meter
7.3
STAPELING
& PANCANG
LAMPIRAN
8
TRACK & BRIDGE
TEKNIK JALAN REL & JEMBATAN
PANDUAN PENYUSUNAN
BUKU SAKU LINTAS JALAN REL
S
elain buku saku perawatan, setiap SK dan KAT harus membuat dan
membawa Buku Saku Lintas, yang disusun dengan materi sebagai
berikut:
?
Data Asset Lintas per-resort
?
Data Kuantitas Jalan Rel
?
Peta Asset
?
Data Lengkung
?
Data Wesel
?
Data Sambungan
?
Data Perlintasan
?
Data Bangunan Hikmat
?
Data Emplasemen
?
Data Material Rel
?
Data Material Penambat
?
Data Material Bantalan
?
Data Landai
?
Data Daerah Rawan
?
Passing Tonage
?
Jadwal Pemeliharaan JO-Siklus
?
Data Peralatan Regu
8.1
BUKU LINTAS
PERANGKAT KESELAMATAN STANDAR
UNTUK PEKERJA PERAWATAN JALAN REL
P
enggunaan perangkat keselamatan bertujuan
untuk melindungi pekerja dari hal-hal yang
berpotensi mebahayakan keselamatan
dari pekerja itu sendiri. Perangkat minimal yang
harus digunkan dalam kegiatan perawatan
jalan rel antara lain:
Helm
Kaca Mata
Wajib digunakan saat melakukan pekerjaan
pengelasan.
Rompi Kerja
Sarung Tangan
Sepatu Kerja
8.2
PERANGKAT
KESELAMATAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK PREIPAL
Patok preipal dipasang di setiap bagian belakang wesel dan persilangan
(kruistuk) dengan jarak 1,95 meter dari dua as track (sepur belok dan lurus).
Ketentuan ukuran peletaan patok preipal lihat pada bagian 2, halaman 2.6
tentang ruang bebas.
as track
220cm
kop rel
2,53m
Gambar 8.3, Dimensi dan pewarnaan semboyan 2(A,B,C)
(Sumber: Peraturan Dinas No. 19)
8.3
DIMENSI
SEMBOYAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK PREIPAL
PEMBATAS KECEPATAN
Pembatas kecepatan atau Semboyan 2 merupakan semboyan yang
bersifat semi permanen, diperuntukan membatasi kecepatan untuk
melindungi lokasi tertentu, misal lengkung radius kecil, daerah rawan
ambles, area emplasemen. Setiap pembatas kecepatan harus terdaftar
dalam GAPEKA.
Warna cat teks dan list kuning
scottlight
dasar hitam doff (tidak
6 6
mengkilat).
cm
50
cm
60
6 220cm
as track
40cm
kop rel
24cm 2,53m
tebal teks 6,5cm
kop rel
2,53m
Gambar 8.5, Dimensi dan pewarnaan semboyan 3
(Sumber: Peraturan Dinas No. 19)
8.4
DIMENSI
SEMBOYAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK
PENGHABISAN
PREIPALTASPAT
Penghabisan pembatas kecepatan atau Semboyan 2H merupakan tanda
batas area yang dilindungi oleh pembatas kecepatan. Setelah melewati
semboyan 2H, KA bisa berjalan kembali dengan kecepatan normal yang
diizinkan.
H H
50cm
60cm
cm
50
cm
putih scottlight
dasar hijau doff (tidak
H mengkilat).
H as track
17,5cm
220cm
kop rel
13cm 2,53m
tebal teks 4cm
Gambar 8.6, Dimensi dan pewarnaan semboyan 2H
500m
1m
1
500
100
100m
Informasi kelandaian:
KA akan melewati tanjakan dengan kelandaian 1/100m
dengan jarak tempuh 500m.
Putih:
Menandakan posisi yang akan dilalui oleh Kereta setelah
melewati Marka kelandaian.
Hitam:
Menandakan posisi Kereta saat melewati Marka
kelandaian.
Kemiringan papan:
Menunjukan gambaran medan yang sedang dilalui (warna hitam) dan
yang akan dilalui (warna putih) oleh KA.
20cm
as track
165cm
65cm
kop rel
2,53m
PAPAN INFORMASI
LENGKUNG
13
BAGIAN DEPAN
MB : 20+500
4
AB : 22+700
4
SUDUT : 5.78 °
55
RADIUS : 180 m
4
AP : 20 mm
4
PLA : 90 m
4
T : 100 mm
V : 80 km/j
ABA
ABA
MBA
MBA
B A G IA N B E L A K A N G
PEMERIKSAAN PERBAIKAN PEMERIKSAAN PERBAIKAN
TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL:
7
10 10 10 10
40
ABA
ABA
MBA
MBA
8.8
DIMENSI
SEMBOYAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK
MARKAPREIPAL
WESEL
Marka wesel merupakan marka yang berisikan informasi tentang wesel.
Papan wesel dipasang tegak lurus dengan titik matematis wesel (Mulai
Busur) sejarak 2 meter dari as rel, di setiap wesel yang ada.
PAPAN INFORMASI
WESEL
13
B A G IA N D E P A N
4
SUDUT : 1 : 12
55
TIPE REL : R 54
4
2
40
akhir wesel
awal wesel
8.9
DIMENSI
SEMBOYAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK
RIWAYAT PREIPAL
PEMERIKSAAN WESEL
Riwayat pemeriksaan wesel merupakan papan yang berisikan informasi
riwayat pemeriksaan dan realisasi perbaikan wesel serta pengelasan
wesel. Informasi yang ada pada papan ini harus sesuai dengan apa yang
diprogramkan di kantor Resor. Papan diletakan di belakang papan wesel.
RIWAYAT PEMERIKSAAN
13 WESEL
RIWAYAT
2 2
B A G IA N B E L A K A N G
PENGELASAN
PEMERIKSAAN PERBAIKAN PEMERIKSAAN PERBAIKAN JARUM
TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL:
7
8 8 8 8 8
40
Gambar 8.10, Dimensi dan Informasi papan riwayat pemeliharaan wesel
titik matemastis
akhir wesel
awal wesel
8.10
DIMENSI
SEMBOYAN
BENTUK D.145
FORM PEMERIKSAAN WESEL
Bentuk D.145 adalah bentuk pemeriksaan wesel. Saat melakukan
pemeriksaan wesel data hasil pemeriksaan dituliskan langsung di form
D145. Perbaikan wesel langsung dilakukan sesuai dengan hasil dari
pemeriksaan.
8.11
OPNAME
WESEL
BENTUK D.145
FORM PEMERIKSAAN WESEL
LAPORAN tentang keadaan wesel biasa dengan lidah pegas dari rel tinggi 159 mm (Rel no.54)
dengan perbandingan sudut 1:12 ( Wesel Italia) di emplasemen.....................
Wesel No : .............................. Tanggal .............................................
Jarak Bantalan
560 45 ±1
557 CA
45
Lebar alur pada rel paksa 45
1033
560 34 ±1 557
44
44
34 34
560 557
43
43
-1 -1
Lebar alur pada jarum dengan +1
560 557
42
+1 42 58 ±2
rel paksa 560 557
1067 1067 41 1067 ±1 41
1067 ±1
1033 1033 560 557
40
40
+2 +2 420 58 +2 -1 420 39
-0 -0 39 80 ± 5
652 648 30520
1067 ±1 1072
±1
38
38 16536
13984
652 648
37
1067 1072 37
652 648
36
-1 -1 36 1:12
+5 +5 4°45'49"
+1 +1 650 648
-5 -5 35
35
80 80 650 648
34
34
58 58 650 648
33
+2 +2 33 Point Protection
-1 650 648
-1 +1 32
32 34 -1
10 1033 +2
650 648 15
3 45 ±1 31
31
650 648
30
30
1072 ±1
650 648
1067 ±1 6,9 ±1 29
29
650 648
1067 1072 28
28
650 648
-1 -1 27
27
+1 +1 650 648
26
26
650 648
25
25
600 598
24
24
Jarak antara lidah dan rel lantak 520
276 ±2
282 ±2 520
23
23
276 282 600
22
22
±2 ±2
650
21
21
600
20
20
600
19
19
630
18
18 1072 ±1
630
1072 1072 17
17
630
±1 ±1 16
16 1067 ±1 B
630 ......
1067 1067 15
15
630
±1 ±1 14
14
630
13
13
630 30 cm
12
12 ...... A
630
11
11
630 ......
10
10 30
630
9
9
625
120 ..... 8
8
1067
640 Section A
7
7
640
..... 6
6
.....
640
Jarak antara ujung lidah 5
5
terbuka dengan rel lantak 640
4 Section B 4
640
2
1. Kelengkapan baut-baut 2
BENTUK D. 145
Mengetahui :
SK.................................. ........................ , tgl.......................
Dibuat KAT.........................
........................................ .......................................................
8.12
OPNAME
WESEL
TRACK & BRIDGE
TEKNIK JALAN REL & JEMBATAN