Anda di halaman 1dari 121

0. COVER.

pdf
1. TUPOKSI.pdf
2. PERATURAN oke.pdf
3. ADM.pdf
4. MATERIAL.pdf
5. KERUSAKAN.pdf
6. METODE.pdf
7. KONSTRUKSI DARURAT.pdf
8. LAIN-LAIN.pdf
9. COVER.pdf
buku saku
PERAWATAN
JALAN REL
buku saku
PERAWATAN
JALAN REL
IDENTITAS
Nama :
NIPP :
Resort :
No. Telp :
E.mail :

TRACK & BRIDGE


TEKNIK JALAN REL & JEMBATAN
KATA PENGANTAR
Buku Saku Perawatan Jalan Rel ini disusun untuk
membantu para karyawan PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) unit Jalan Rel dan Jembatan dalam
melaksanakan tugas sehari-hari di lintas.

Secara umum materi buku ini berisi kutipan pentunjuk


teknis yang berkaitan dengan tugas dari perawat
jalan rel. Materi buku ini bersumber dari Peraturan
Dinas,buku Perawatan Jalan Rel Terencana (Perjana
2012) dan sumber lainnya. Buku dibuat dalam ukuran
saku agar mudah dibawa saat bertugas.
Harapan kami, dengan adanya buku saku ini dapat
lebih memudahkan untuk mencapai hasil kerja
maksimal sebagaimana yang diharapkan.

Bandung, Juni 2012


Direktur Teknik
PT. Kereta Api Indonesia VP Track & Bridge

Judarso Widyono M.N.Fadhila


Nipp.31854 Nipp.46908
TUPOKSI

TRACK & BRIDGE


TEKNIK JALAN REL & JEMBATAN
TUGAS POKOK JALAN REL & JEMBATAN
SK DIREKSI PT. KERETA API (Persero)
NOMOR : KEP.U/OT.003/X/ /KA-2009
TANGGAL : 12 OKTOBER 2009
KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI, SUSUNAN
ORGANISASI DAN TATA LAKSANA UNIT PELAKSANA TEKNIS
(UPT) RESOR JALAN REL, RESOR JEMBATAN DAN UPT.
MEKANIK JALAN REL & JEMBATAN DIBAWAH SEKSI JALAN
REL DAN JEMBATAN

Tugas Pokok Manager


merumuskan,, menyusun dan melaksanakan program pemeliharaan jalan
rel, sepur simpang dan jembatan, serta mengevaluasi kinerja
pemeliharaan jalan rel, sepur simpang dan jembatan dan pengoperasian
fasilitas sarana pemeliharaan jalan rel (MPJR) dan Jembatan di seluruh
wilayah Daerah Operasi

Tugas Pokok Junior Manager Inspector


melaksanakan pemantauan, pengawasan, pemeriksaan dan pembinaan
mutu teknis pemeliharaan jalan rel, sepur simpang dan jembatan serta
administrasi operasional dan keuangan

Tugas Pokok Assistant Manager Program


melaksanakan penyusunan dan pengendalian program anggaran serta
evaluasi kinerja pemeliharaan jalan rel, sepur simpang dan jembatan

Tugas Pokok Assistant Manager Konstruksi


melaksanakan penyusunan perencanaan teknik pemeliharaan dan
kelaikan jalan rel dan sepur simpang dan jembatan

Tugas Pokok Assistant Manager Fasilitas Sarana Pemeliharaan


melaksanakan penyusunan, perencanaan, perawatan dan pengoperasian
mesin berat dan ringan fasilitas sarana pemeliharaan jalan rel, sepur
simpang dan jembatan serta evaluasi pemeliharaan jalan rel, sepur
simpang dan jembatan

Tugas Pokok UPT Resor Jalan Rel


melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan serta menjamin kelaikan Jalan
Rel dan sepur simpang di wilayah kerjanya

1.1
TUPOKSI
TUGAS POKOK JALAN REL & JEMBATAN
Tugas Pokok Kepala Administrasi Teknik (KAT)
melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan serta menjamin kelaikan jalan
rel dan sepur simpang di wilayah kerjanya serta secara rutin membuat
perencanaan dan evaluasi administrasi biaya pekerjaan dan pegawai.
Tugas Pokok Kepala Satuan Kerja (Kasatker) / Flying Gang
melakukan pemeliharaan jalan kereta api beserta komponen pendukung
dan perlengkapannya, sehingga tiap-tiap bagiannya dapat dengan aman
dilalui dengan kecepatan puncak yang telah ditentukan
Tugas Pokok Juru Periksa Jalan (JPJ)
memeriksa/mengamati lintas jalan rel di daerahnya dalam waktu yang telah
ditentukan pada buku jadwal yang telah dibuat oleh UPT Resor Jalan Rel
Tugas Pokok Penjaga Pintu Perlintasan (PJL)
menutup dan membuka serta menjaga pintu perlintasan sebelum/sesudah
KA lewat di jalan perlintasan tersebut
Tugas Pokok Juru Periksa Terowongan (JPTW)
memeriksa/mengamati terowongan lintas jalan rel di daerahnya dalam
waktu yang telah ditentukan pada buku jadwal yang telah dibuat oleh UPT
Resor Jalan Rel

Tugas Pokok Tugas Pokok UPT Resor Jembatan


melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan serta menjamin kelaikan
jembatan di wilayah kerjanya
Tugas Pokok Kepala Administrasi Teknik (KAT)
melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan serta menjamin kelaikan
jembatan di wilayah kerjanya serta secara rutin membuat perencanaan
dan evaluasi administrasi biaya pekerjaan dan pegawai.
Tugas Pokok Kepala Satuan Kerja (Satker) / Flying Gang
melakukan pemeliharaan jembatan kereta api beserta komponen
pendukung dan perlengkapannya, sehingga tiap-tiap bagiannya dapat
dengan aman dilalui dengan kecepatan puncak yang telah ditentukan

Tugas Pokok UPT. Mekanik Jalan Rel & Jembatan


melaksanakan program perawatan, perbaikan dan pengoperasian asset
fasiltas sarana pemeliharaan Jalan Rel dan Jembatan serta melaksanakan
administrasi dan pergudangan.
Tugas Pokok Kepala Operator MPJR
melaksanakan dan mengendalikan pengoperasian MPJR yang beroperasi
di wilayah Daop serta melaksanakan pemantauan pada saat asset MPJR
Daop beroperasi di Daop lain.

1.2
TUPOKSI
PENJABARAN TUGAS POKOK
KEPALA RESORT JALAN REL (SK)
Mengacu Surat TJ No.546/TJ/XII/2010 Tgl. 21 Desember 2010 Perihal
Penetapan Tugas dan Tanggung Jawab Pegawai Pemeliharaan
Jalan Rel dan Jembatan
1. Bertanggung jawab langsung atas keamanan, kenyamanan dan
kecepatan KA sesuai yang ditentukan di lintas pada wilayahnya
2. Bertanggung jawab atas kondisi konstruksi jalan rel (tubuh ban, balas,
bantalan, alat penambat dan rel serta saluran-saluran pembuangan air)
dengan melakukan kegiatan pemeliharaan
3. Bertanggung jawab atas ketersediaan, penjagaan dan pemeliharaan
alat kerja dan material jalan rel
4. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas-tugas, pengetahuan,
keselamatan, ketenangan kerja dan ketaatan bawahannya sesuai
dengan peraturan dan instruksi yang telah diberikan
5. Bertugas menyaksikan sendiri kondisi jalan rel dengan berkereta api,
berlori atau berjalan kaki secara teratur dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Setiap hari harus mengunjungi wilayahnya dengan berjalan kaki,
berlori, lokrit atau bordesrit.
b. Berjalan kaki sekurang-kurangnya tiga kali dalam 1 bulan
menempuh seluruh wilayahnya
c. Melaksanakan lokrit/bordesrit sekurang-kurangnya satu kali
dalam satu minggu menyaksikan sendiri kondisi jalan rel diseluruh
wilayahnya
d. Menjalankan lori untuk memeriksa kondisi jalan rel di seluruh
wilayahnya, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan.
6. Bertugas merencanakan pemeliharaan berdasarkan siklus dan
kerusakan serta mengusulkannya ke Manager Jalan rel dan Jembatan
untuk kegiatan pemeliharaan dan perbaikan.
7. Bertugas merencanakan dan melaksanakan persiapan lahan serta
mengawal pelaksanaan, mengecek hasil pemecokan dengan MTT
diwilayahnya sesuai dengan SOP yang berlaku.
8. Bertugas memeriksa kualitas kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
oleh pegawai dibawahnya dan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan
yang dilakukan oleh Pihak III
9. Bertugas mengamati dan memeriksa pelaksanaan tugas Juru Periksa
Jalur KA dan Penjaga Jalan Perlintasan pada waktu pagi / malam hari
sekurang-kurangnya dua kali dalam sebulan.
10. Bertugas memeriksa pekerjaan pegawai-pegawai pemeliharaan pada
waktu-waktu tak tentu (SIDAK)

1.3
TUPOKSI
PENJABARAN TUGAS POKOK
KEPALA RESORT JALAN REL (SK)
11. Bertugas melakukan pembinaan, pengarahan mengenai pelaksanaan
tugas-tugas pegawai pemeliharaan dibawahnya sekurang-
kurangnya sebulan sekali.
12. Bertugas meneruskan, menerjemahkan dan menjabarkan instruksi dari
atasannya kepada pegawai dibawahnya serta mengecek realisasi
pelaksanaanya
13. Bertugas melaksanakan tugas-tugas administrasi di kantor yang
pelaksanaannya dibantu oleh KAT, membuat laporan ke Manager Jalan
rel dan Jembatan mengenai kegiatan pemeliharaan di wilayahnya
setiap bulan
14. Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk pengembangan kemajuan
wilayahnya
15. Melakukan kerja sama dengan unit-unit kerja lain untuk kelancaran
pelaksanaan tugas nya

1.4
TUPOKSI
PENJABARAN TUGAS POKOK
KEPALA ADMINISTRASI TEKNIS JALAN REL (KAT)

Mengacu Surat TJ No.546/TJ/XII/2010 Tgl. 21 Desember 2010 Perihal


Penetapan Tugas dan Tanggung Jawab Pegawai Pemeliharaan
Jalan Rel dan Jembatan
1. Bertanggung jawab atas berjalannya pelaporan bulanan atas kegiatan
pemeliharaan diwilayah resornya
2. Bertanggung jawab atas terlaksananya pemeriksaan lintas untuk
memperoleh data-data asset, kerusakan dan geometri terbaru
diwilayah resornya
3. Bertanggung jawab atas terlaksananya penjagaan dan pemeliharaan
alat kerja dan material jalan rel
4. Bertugas membantu kepala resor dengan ikut mengetahui kondisi jalan
rel dengan berkereta api, berlori atau berjalan kaki secara teratur
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Sekurang-kurangnya dua hari dalam 1 minggu harus
mengunjungi wilayahnya dengan berjalan kaki, berlori, lokrit atau
bordesrit.
b. Berjalan kaki sekurang-kurangnya satu kali dalam dua bulan
menempuh seluruh wilayah resor.
c. Melaksanakan lokrit/bordesrit sekurang-kurangnya satu kali
dalam dua minggu menyaksikan sendiri kondisi jalan rel diseluruh
wilayahnya
5. Bertugas membantu kepala resor untuk membuat perencanaan
pemeliharaan berdasarkan siklus dan kerusakan serta
mengusulkannya ke Manager Jalan rel dan Jembatan untuk kegiatan
pemeliharaan dan perbaikan.
6. Bertugas membantu kepala resor untuk memeriksa kualitas kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan oleh pegawai dibawahnya dan kegiatan
pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan oleh Pihak III
7. Bertugas membantu kepala resor untuk mengamati dan memeriksa
pelaksanaan tugas Juru Periksa Jalur KA dan Penjaga Jalan
Perlintasan pada waktu pagi / malam hari sekurang-kurangnya satu
kali dalam 1 bulan.
8. Bertugas membantu kepala resor untuk memeriksa pekerjaan
pegawai-pegawai pemeliharaan pada waktu-waktu tak tentu (SIDAK)
9. Bertugas membantu kepala resor untuk meneruskan, menerjemahkan
dan menjabarkan instruksi dari atasannya kepada pegawai
dibawahnya serta mengecek realisasi pelaksanaanya
10. Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk pengembangan kemajuan
wilayahnya

1.5
TUPOKSI
PERATURAN
PERATURAN YANG BERKAITAN
DENGAN UNIT JALAN REL & JEMBATAN
ŸUndang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2007 Tentang
Perkeretaapian
ŸPD 3 : Hal Semboyan
ŸPD 8 : Peraturan Tentang Pernakaian Material
ŸPD10 : Peraturan Perencanaan Konstruksi Jalan Rel
ŸPD10.A : Peraturan Perawatan Jalan Rel Indonesia
ŸPD10.B :Peraturan Pelaksanaan Pembangunan Jalan Rel
Indonesia
ŸPD10.C : Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia
* Catatan hal yang belum diatur dalam PD.10 untuk sementara masih diatur
dengan R.10 sampai saat dikeluarkan PD 10.A - B - C.

ŸR11 : Pegawai Pemlihara Dinas Jalan dan Bangunan


ŸR13 : Peraturan Teknik dan Tata Cara Untuk Dinas Jalan dan
Bangunan
ŸPD19 Jilid III : Peraturan Tentang Pergerakan Gerbong dan Lori diwaktu
Luar Kerja
ŸPD19 Jilid IV : Peraturan Tentang :
a.Kereta Api Kerja Siang
b.Dresin dan Lori
PERHITUNGAN PASSING TONAGE
Sumber: Buku 1 Perjana 2012
Perawatan jalan rel dimulai dengan menghitung siklus
perawatanperawatan menyeluruh yang ditentukan berdasarkan beban
lintas yang melewati suatu koridor dalamperiode satu tahun (Daya Angkut
Lintas). Daya Angkut Lintas yang dimaksud dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikuti:

T = 360 x S x TE

TE = Tp + Kb . Tb + K1 . T1

Dimana:
T = Daya angkut lintas (ton/tahun)
TE = Tonase ekivalen (ton/hari)
Tp = Tonase penumpang dan kereta harian
Tb = Tonase barang dan gerbong harian

2.1
PERATURAN
& JALUR KA
PERHITUNGAN PASSING TONAGE
Sumber: Buku 1 Perjana 2012

T1 = Tonase lokomotif harian


Kb = koefisien yang besarnya tergantung pada beban gandar
Kb = 1.5 untuk beban gandar < 18 ton
Kb = 1.3 untuk beban gandar > 18 ton
K1 = Koefisien yang besarnya = 1.4
S = Koefisien yang besarnya tergantung pada kualitas lintas
S = 1.1 untuk lintas dengan kereta penumpang yang berkecepatan
maksimum 120 km/jam
S = 1.0 untuk lintas tanpa kereta penumpang

JALUR KERETA API


Sumber: UU RI No.23 TAHUN 2007

6.5m
4m

RUMAJA
RUMIJA
RUWASJA
Gambar 2.1, Ruang Bebas Jalan Rel Single Track
BATAS RUANG
As Track s/d Rumaja : ukuran tergantung konstruksi
Rumaja s/d Rumija : 6m
Rumija s/d Ruwasja : 9m
ŸRUMAJA : Ruang manfaat jalur kereta api. Ruang manfaat jalur kereta
api diperuntukkan bagi pengoperasian kereta api dan
merupakan daerah yang tertutup untuk umum.
ŸRUMIJA : Ruang milik jalur kereta api. Adalah bidang tanah di kiri dan
di kanan ruang manfaat jalur kereta api yang digunakan
untuk pengamanan konstruksi jalan rel.
ŸRUWASJA : Ruang pengawasan jalur kereta api. Adalah bidang tanah
atau bidang lain di kiri dan di kanan ruang milik jalur kereta
api untuk pengamanan dan kelancaran operasi kereta api.

2.2
PERATURAN
& JALUR KA
RUANG BEBAS
Sumber: Peraturan Dinas No.10 (PD 10)

1.95
BATAS IV KR±0.00 +6.20
+6.045
Aliran Atas Tertinggi +5.90
+5.50
Aliran Atas Normal
BATAS III KR±0.00 1.95 +5.00
+4.845
BATAS II KR±0.00 1.50
+4.70
+4.50 +4.32
BATAS I KR±0.00 1.00
+4.05
+4.02
Aliran Atas Terendah
+3.35

1.95 1.95
Peron Tinggi Peron Rendah

1.60 +1.00
+0.75
1.53 +0.45
1.30 +0.20
1.00 +0.04 KR±0.00

1.067
Gambar 2.2, Ruang Bebas Jalan Rel Single Track

Keterangan:
ŸBATAS I : Untuk jembatan dengan kecepatan sampai dengan 60 km/jam
ŸBARAS II : Untuk ‘Viaduk’ dan terowongan dengan kecepatan sampai
dengan 60 km/jam dan jembatan tanpa pembatas kecepatan.
ŸBATAS III : Untuk ‘Viaduk’ baru dan bangunan lama kecuali
terowongan dan jembatan
ŸBATAS IV : Untuk lintas kereta listrik.

Untuk Double Track, ditambah dengan jarak antar as sepur sebesar 4m.

2.3
PERATURAN
& JALUR KA
RUANG BANGUN & RUANG MUAT
Sumber: Peraturan Dinas No.10 (PD 10) & Peraturan Dinas No.8 (PD 8)

RUANG BANGUN
Jarak Ruang Bangun tersebut ditetapkan sebagai berikut :
a. Pada lintas bebas : 2,35 sampai 2,53 m di kiri kanan sumbu sepur.
b. Pada emplasemen : 1,95 m sampai 2,35 di kiri kanan sumbu sepur
c. Pada jembatan : 2,15 m di kiri kanan sumbu sepur.
RUANGMUAT
RUANG MUAT
1275 1275
+4000 +4050
+3820
+3700
+3550 1200 1200

+2800
Peron Tinggi Peron Rendah

1950 1950

1700
1540
1350 1350

+1100 +1050
+1050 1230 1600 +1000
+1000 1300 1540
+750
1260
+600
+500
+250 1000 1530 +450
+200 1300
+40+60 980
±0

Gambar 2.3, Ruang Muat Jalan Rel Single Track


Khusus Sisi Bawah Untuk Lintas Bergigi
b d

a c ±0 a: 320mm
b: 366mm
c: 105mm
d: 110mm
Gambar 2.4, Ruang Muat Jalan Rel Single Track Lintas Bergigi
Keterangan:
Profil Ruang Bebas
Profil Ruang Kelonggaran
Profil Ruang Kelonggaran untuk Semboyan KA
Profil Ruang Muatan

2.4
PERATURAN
& JALUR KA
PERPOTONGAN & PERSINGGUNGAN
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM.36 Tahun 2011

Perpotongan Dan/Atau Persinggungan Antara Jalur Kereta Api


Dengan Bangunan Lain

BAB II: PERPOTONGAN


Pasal 2
(1) Perpotongan antara jalur kereta api dengan bangunan lain dapat berupa
perpotongan sebidang atau perpotongan tidak sebidang.
(2) Perpotongan tidak sebidang sebagai mana dimaksud pada ayat (1),
keberadaannya dapat di atas maupun di bawah jalur kereta api.
Pasal 7
Perpotongan di atas jalur kereta api dengan bangunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2) harus memenuhi:
a. ruang tinggi minimal 6,20 meter dari kepala rel;
b. raung sisi kiri dan sisi kanan dari jalur kereta api minimal 10 meter d i h i t u n g
dari as rel terluar;
c. pondasi bangunan ditanam minimal 1,5 meter dibawah permukaan t a n a h
dengan jarak minimal 10 meter; dan
d. dipasang alat pengaman;
Pasal 8
Perpotongan di bawah jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2) harus memenuhi:
a. untuk konstruksi bangunan minimal 80 cm di bawah kepala rel atau dihitung
sesuai dengan konstruksi jalan rel kecuali untuk pipa dan kabel minimal 150
cm di bawah permukaan tanah (subgrade);
b. untuk bangunan pipa dan kabel penanaman dimulai minimal 10 meter dari
sisi terluar jalur kereta api;
c. dilengkapi dengan pengaman; dan
d. memberi tanda kepemilikan.
ruang tinggi minimal +6.20
jarak penanaman pipa dan kabel

konstruksi terluar jalan rel

10m
10m
ruang sisi kiri & kanan

kepala rel ±0.00

-0.95

kedalaman minimal kabel,pipa dan kedalaman pondasi -2.45


Gambar 2.5, Ruang Perpotongan dan Persinggungan

2.5
PERATURAN
& JALUR KA
RUANG BEBAS : PREIPAL
Sumber: Peraturan Dinas No.10 (PD 10)

patok preipal
axle counter/isol
panjang terpakai
(dari axle counter ke axle counter)
panjang fisik
(dari ujung wesel ke ujung wesel)

detail 1.95 m Jarak 1.95 m adalah jarak


posisi minimal untuk preipal
patok sesuai acuan ruang bebas
preipal patok preipal PD10.
1.95 m Jarak antara patok preipal
sampai dengan axle
ujung wesel axle
counter
counter/isol minimal
/isol sebesar 3m.
3m
Gambar 2.3, Ilustrasi Ruang bebas pada emplasemen (preipal)
PROFIL JALAN REL
Sumber: Peraturan Dinas No.10 (PD 10)
C
L

c
a
b

Balast
d1
1.5
1: d2 Sub-Balast
al
sim
ak
m k1
k2

Gambar 2.4, Penampang melintang jalan rel

KELAS Vmaks d1 b c k1 d2 k2 a Volume


JALAN (km/jam) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Balas (m3)
I 120 30 150 235 265-315 15-50 375 185-237 1,75
II 110 30 150 235 265-315 15-50 375 185-237 1,75
III 100 30 140 225 240-270 15-50 325 170-200 1,65
IV 90 25 140 215 240-250 15-35 300 170-190 1,42
V 80 25 135 210 240-250 15-35 300 170-190 1,38

2.6
PERATURAN
& JALUR KA
JARAK PANDANG MASINIS
PADA PERLINTASAN SEBIDANG
Pada perlintasan sebidang antara jalan rel dan jalan raya harus tersedia
jarak pandangan yang memadai bagi kedua belah pihak, terutama bagi
pengendara kendaraan. Daerah pandangan pada perlintasan merupakan
daerah pandangan segitiga di mana jarak-jaraknya ditentukan
berdasarkan pada kecepatan rencana kedua belah pihak. Jarak-jarak
minimum untuk berbagai kombinasi kecepatan adalah seperti yang
tercantum dalam tabel , dan dijelaskan dalam gambar 2.5.
Kecepatan Kendaraan Jalan Raya (Km/Jam)
Kecepatan KA Mulai Sedang
(km/jam) Bergerak Bergerak
0 20 40 60 80 100 120
panjang pada pihak jalan rel (meter)
40 185 97 75 78 85 94 105
60 273 145 112 116 127 141 158
80 363 193 150 155 170 188 210
90 409 217 168 174 191 212 237
100 454 241 187 194 212 235 263
110 500 266 206 213 233 259 289
120 545 290 224 233 255 282 319
panjang pada pihak jalan raya (meter)

28 57 102 162 233 322

Daerah pandangan segitiga harus bebas dari benda-


benda penghalang setinggi 1,00 meter ke atas.
Sudut perpotongan perlintasan sebidang
diusahakan sebesar 90o dan bila tidak
memungkinkan sudut perpotongan harus lebih besar
dari pada 30o. Kalau akan
a membuat perlintasan baru, jarak antara perlintasan
baru dengan yang sudah ada tidakboleh kurang dari
800 meter.

a: panjang jarak pandang


pada pihak jalan rel.
b: panjang jarak pandang
pada pihak jalan raya.

Gambar 2.5, Perlintasan sebidang jalan rel


dengan jalan raya
(Sumber: Peraturan Dinas No. 10)
2.7
PERATURAN
& JALUR KA
SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)

SIANG MALAM ISYARAT KONDISI SIAP


Petugas siap menerima
kedatangan Kereta Api.

SIANG MALAM ISYARAT BERJALAN HATI-HATI


Kereta api berjalan hati-
hati dengan kecepatan
tidak melebihi 40
2A km/jam

SIANG MALAM ISYARAT BERJALAN HATI-HATI


Kereta Rek
Listrik/Lokomotif Listrik
“berjalan hati-hati”
2A1 dengan kecepatan tidak
melebihi
40 km/jam

SIANG MALAM ISYARAT BERJALAN HATI-HATI


Kereta api berjalan hati-
hati dengan kecepatan
tidak melebihi 20
2B km/jam

2.8
SEMBOYAN
SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)

SIANG MALAM ISYARAT BERHENTI


Kereta Rek
Listrik/Lokomotif Listrik
“berjalan hati-hati”
2B1 dengan kecepatan tidak
melebihi
20 km/jam

SIANG MALAM ISYARAT KONDISI SIAP


Kereta api berjalan hati-
hati dengan kecepatan
tidak melebihi 5 km/jam
2C

SIANG MALAM ISYARAT BERHENTI


Kereta harus Berhenti

SIANG MALAM PEMBATAS KECEPATAN


Kereta api berjalan
dengan kecepatan tidak
melebihi angka yang
2 ditentukan.

2.9
TANDA & MARKA
SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)

TANDA PENGHABISAN TASPAT


Kereta api mulai berjalan
sesuai kecepatan yang
diizinkan
2H

SIANG TANDA PENGHABISAN TASPAT


Kereta rel listrik/lokomotif
listrik mulaiberjalan
sesuai kecepatan yang
2H1 diizinkan

TANDA MENDEKATI
SINYAL MASUK
Perintah untuk berhati-
hatibahwa kereta api
telah mendekati sinyal
8 masuk pada jarak kurang
lebih 1000meter.

MARKA KELANDAIAN
Pemberitahuan
perubahan kelandaian
jalan rel.
10J Ketentuan Landai sesuai
PD10:
Ÿ Emplasemen :
0 sampai 1,5 ‰
Ÿ Lintas datar :
0 sampai 10 ‰
Ÿ Lintas pegunungan :
10 ‰ sampai 40 ‰
Ÿ Lintas dengan rel gigi :
40 ‰ sampai 80 ‰

2.10
SEMBOYAN
SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)

MARKA LOKASI
Pemberitahuan lokasi
pada jalur kereta api

10K

SIANG MARKA LENGKUNG


Pemberitahuan
keterangan lengkung
jalan rel
10L

2.11
MARKA
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2 DI LURUSAN
Kecepatan 5 s/d 20 km/jam
H3 H2 H1
S2
400m 600m
Lokasi
dilindungi
600m 400m
H1 H2 H3
S2

300m
750m
1000m
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN

SEMBOYAN
2.12
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)

SEMBOYAN 2 DI LENGKUNG
Kecepatan 5 s/d 20 km/jam

400
m

S2
600m 400m

S2
S2

2.13
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2 DI LURUSAN
Kecepatan 20 s/d 40 km/jam
H3 H2 H1
300m 600m
600m 300m
H1 H2 H3
S2 300m
750m
1000m

SEMBOYAN
2.14
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)

SEMBOYAN 2 DI LENGKUNG
Kecepatan 20 s/d 40 km/jam

300
m

S2

600m 300m

S2
S2

2.15
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2 DI LURUSAN
Kecepatan 40 km/jam
H3 H2 H1 100m S2 600m
600m
S2 100m 300m H1 H2 H3
750m
1000m

SEMBOYAN
2.16
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)

SEMBOYAN 2 DI LENGKUNG
Kecepatan 40 km/jam
S2
100
m

600m
100m

S2 S2

2.17
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2A DI LURUSAN
H3 H2 H1
100m S2A 600m
600m H1 H2 H3
S2A 100m 300m
750m
1000m

SEMBOYAN
2.18
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)

SEMBOYAN 2A DI LENGKUNG

100
m

600m 100m

S2A
S2A

2.19
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2B DI LURUSAN S2B
100m

200m
H3 H2 H1 S2A
600m
600m H1 H2 H3
200m

100m
300m
750m
S2B 1000m

SEMBOYAN
2.20
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)

SEMBOYAN 2B DI LENGKUNG
Kecepatan 40 km/jam

S2B

S2A

600m

200m
100m
S2A
S2A S2B

2.21
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2C DI LURUSAN
Sebelum diwartakan
S2C
500m 600m
600m 500m
S2C

SEMBOYAN
2.22
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
S2C S2B S2A
SEMBOYAN 2C DI LURUSAN
Sesudah diwartakan
H3 H2 H1

100m
100m
200m
600m

600m H1 H2 H3
S2A S2B S2C 300m
750m

100m
100m

200m
1000m

2.23
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2C DI LENGKUNG
Sesudah diwartakan
S2C
S2B
S2A
200m

100m

100m
600m
S2A
S2A S2B S2C
S2A

SEMBOYAN
2.24
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)

SEMBOYAN 3 DI LURUSAN
Sebelum diwartakan

3
500m 600m

600m 500m
3

2.25
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 3 DI LURUSAN
Sesudah diwartakan
3
200m 600m
600m 200m
3

SEMBOYAN
2.26
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)

SEMBOYAN 3 DI LENGKUNG
Sesudah diwartakan

600m 500m

2.27
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 3 DI LURUSAN
Sesudah diwartakan, dilengkapi dengan semboyan muka 2A, 2B.
200m

100m

200m
3 S2B S2A
600m
600m
200m

100m

S2A S2B 3 200m

SEMBOYAN
2.28
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)

SEMBOYAN 3 DI LENGKUNG
Sesudah diwartakan, dilengkapi dengan semboyan muka 2A, 2B.
3
S2B

S2A

600m
S2A S2B 3

200m
100m
200m
S2A

2.29
SEMBOYAN
SIKLUS PEMELIHARAAN
BERKALA JALAN REL
Frekuensi per Tahun
Pekerjaan Satuan Sumber Penjelasan
Sp. Raya Sp. KA
Pemeliharaan Sambungan
Pemeriksaan berupa siar rel yang sudah diluar toleransi, depek
Penerlitian siar rel Titik 8 4 Perjana, D141
/aus/cacat; lakukan juga penelitian terhadap rayapan pada rel.
Setiap 1 titik sambungan, diperiksa menurut fungsi (baut sambung
Pemeriksaan sambungan Titik 8 4 Perjana, D141
kendor/rusak/hilang, plat sambung aus/retak/putus); menurut
kelengkapan (baut sambung tidak lengkap, plat sambung tidak
utuh), penambat tidak lengkap; dan menurut kerusakannya
(rel cacat/depek/ambles, penambat rusak/hilang, bantalan lapuk
/bengkok/putus/pecah), balas kurang/kotor/kecrotan.
Setiap 1 titik sambungan, masing-masing baut sambung dilepas
Pelumasan sambungan Titik 8 4 Perjana, D141
satu per satu (tidak serentak) dilumasi dengan oli atau sejenisnya
lalu dipasang kencang kembali.

Setiap 1 titik sambungan, dari hasil pemeriksaan perbaiki menurut


Perbaikan sambungan Titik 8 4 Perjana, D141
fungsi, kelengkapan dan kerusakannya.
Pemecokan sepanjang 3 m'sp (kanan/kiri sambungan atau totalnya
Angkatan sambungan Titik 8 4 Perjana, D141
6 m'sp = 12 btg); utk jenis sambungan tidak sejajar/zigzag dihitung
lebih dari 1 titik sambungan

Pemeliharaan Rel Gongsol / Guide Rel


Masing-masing baut dikencangkan
Pengencangan baud M’ 4 Perjana, D141
Sambungan yang rusak (menurut fungsi, kelengkapan dan
Perbaikan sambungan M’ 4 Perjana, D141
kerusakan) diperbaiki
Rel penjaga di BH diganti/diperbaiki sesuai dengan fungsi dan
Perbaikan guide rel BH M’ 4 Lampiran D141 revisi
kebutuhannya

SIKLUS
2.21
PERAWATAN
SIKLUS PEMELIHARAAN
BERKALA JALAN REL
Frekuensi per Tahun
Pekerjaan Satuan Sumber Penjelasan
Sp. Raya Sp. KA
Pemeliharaan Alat Penambat
pemeriksaan dilakukan dengan cara uji petik setiap 50 m tiap 1 km;
Pemeriksaan alat-alat M’ 4 Perjana, D141
periksa berdasarkan fungsi, kelengkapan dan kerusakan;
penambat
kerusakannya dicatat serta ditandai dengan cat;
Lokasi pengencangan sesuai dengan hasil pemeriksaan penambat
Pengencangan alat M’ 4 Perjana, D141
penambat
Pemecokan: Angkatan & Listringan Pilih-pilih
Oprit BH Angkatan dan listringan dikerjakan 20 m'sp kanan dan kiri BH
M’ 2 Perjana, D141
(total menjadi 40 m'sp)
Angkatan dan listringan dikerjakan 20 m'sp kanan dan kiri JPL
Oprit Perlintasan M’ 2 Perjana, D141
(total menjadi 40 m'sp); JPL > 3 m
Pengukuran dengan Optik Pengukuran dilakukan maksimal/paling lambat 2 hari sebelum
M’ 2 Perjana, D141
untuk penyiapan lahan pemecokan dilaksanakan; lebih dari 2 hari dilakukan pengukuran
MTT / optik ulang: JPL < 2m dibongkar.
Pemeliharaan Lengkung: Pemeriksaan
Lengkung R≤500 R.13 BAB.II Ps.IV, Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan jadwal pemeriksaan (siklus
M’ 4 Perjana, D141 lengkung); periksa papan lengkung di BB dan EB, patok lengkung
R.13 BAB.II Ps.IV, per 10 m, tanda/nomor lengkung tiap 10 m (termasuk tanda BB,EB,
Lengkung 500<R<1000 M’ 2
Perjana, D141 MBA dan ABA pada sisi dalam kaki rel); cek anak panah lengkung,
R.13 BAB.II Ps.IV, pertinggian, keausan rel, lebar sepur dan kerusakan material di
Lengkung R≥1000 M’ 1
Perjana, D141 lengkung; catat kerusakan/hasil pemeriksaan pada buku laporan,
pastikan penandaan lengkap dan lakukan pendokumentasian.

PERAWATAN
2.22
SIKLUS
SIKLUS PEMELIHARAAN
BERKALA JALAN REL
Frekuensi per Tahun
Pekerjaan Satuan Sumber Penjelasan
Sp. Raya Sp. KA
Pemeliharaan Lengkung: Pemeriksaan

Lengkung R≤500 R.13 BAB.II Ps.IV, Berpedoman pada hasil pemeriksaan/opname lengkung, lakukan
M’ 4 Perjana, D141 perbaikan anak panah, pertinggian dan lebar sepur; hasil
R.13 BAB.II Ps.IV, perbaikan dicatat pada buku laporan, dilaporkan bila perlu
Lengkung 500<R<1000 M’ 2
Perjana, D141 didokumentasikan/foto; Volume perbaikan lengkung =25% dari
R.13 BAB.II Ps.IV, total Lengkung (MBA awal s/d MBA akhir)
Lengkung R≥1000 M’ 1
Perjana, D141
Terowongan
Perawatan selokan Selokan dibersihkan kotoran dan di perdalam dari tumpukan tanah
M’ 2 Perjana, D141
drainase terowongan /pasir lalu dibuang sejauh mungkin.
Lingkungan
Perawatan patok-patok Patok yang dirawat adalah patok km/hm, patok lengkung(termasuk
Buah 1 Perjana, D141
tanda patok boardboogh), preipal, papan landai, semb. tetap, semb. 35,
andreas kruis, tanda stop.

Pembersihan alur roda Pembersihan alur lebar 34mm sedalam 30 mm sepanjang lebar Jpl
M’ 4 Perjana, D141
Cabut rumput dikerjaan sampai dengan kaki balas kanan/kiri track
Pencabutan rumput M’sp 8 Perjana, D141

Babatan arit Babatan rumput mulai dari kaki balas (2,15m dari as track) sampai
M’sp 4 Perjana, D141
ke tepi selokan (5,75m dari as track); dikerjakan kanan kiri track
Babatan rumput mulai dari kaki balas (2,15m dari as track) sampai
Babatan Mesin M’sp 4 Perjana, D141
ke tepi selokan (5,75m dari as track); dikerjakan kanan kiri track
Semprotan racun Semprot dikerjakan dari as track sampai 2,85m (ujung berman)
M’sp 8 Perjana, D141
kanan/kiri track
Perawatan selokan / Selokan dibersihkan kotoran dan di perdalam dari tumpukan tanah
M’ 2 Perjana, D141
drainase / pasir lalu dibuang sejauh mungkin

SIKLUS
2.23
PERAWATAN
SIKLUS PEMELIHARAAN
BERKALA JALAN REL
Frekuensi per Tahun
Pekerjaan Satuan Sumber Penjelasan
Sp. Raya Sp. KA
Wesel
Semua jenis wesel diperiksa; pemeriksaan dilakukan menurut
Pemerikasaan Wesel / Unit 4 2 Perjana, D141
fungsi, kelengkapan dan kerusakan; kelengkapan alat-alat
Persilangan
penambat, klos dan baut-baut, kerusakan lidah, kerusakan
bantalan, kondisi balas mati/kecrotan; hasil pemeriksaan dicatat,
dilaporkan dan didokumentasikan.
Angkatan & Listringan Angkatan menyeluruh di wesel sesuai dengan siklus pemeliharaan
Unit 4 2 Perjana, D141
Wesel Menyeluruh
Setiap baut-baut yang terdapat pada wesel dilumasi dan
Pengencangan Baut-baut Unit 4 2 Perjana, D141
dikencangkan
Perbaikan alat penambat Alat-alat penambat yang rusak/hilang diganti dan diperbaiki serta
Unit 4 2 Perjana, D141
tirepon & penambat dipasang dan dikencangkan
Penelitian Batas Meliputi point protection; lebar alur rel paksa; lebar bukaan lidah;
Unit 4 2 Perjana, D141
Keamanan lebar sepur di ujung wesel, pertengahan lidah, pangkal lidah dan
belakang wesel; siar rel; keausan pada jarum dan vangrel
Perbaikan yang melebihi perbaikan berdasarkan hasil penelitian batas keamanan, antara
Unit 4 2 Perjana, D141
batas keamanan lain: memperbaiki jarak point protection, lebar sepur dan bukaan
/ pengelasan lidah; penggerindaan siar rel depek/pengedrekan/ganti rel;
pengelasan/pemopokan jarum dan vangrel

PERAWATAN
2.24
SIKLUS
ADMINISTRASI

TRACK & BRIDGE


TEKNIK JALAN REL & JEMBATAN
ALUR PEMBUATAN & EVALUASI RKA

WAKTU
KEGIATAN

PELAKU
OPNAME ASET Awal bulan Maret sampai
& KERUSAKAN dengan akhir bulan Mei
(DMJR) KAT (3 bulan)

PEMBUATAN
KERTAS KERJA

PEMBUATAN FORM AB Pertengahan bulan April


(DENGAN 3 PRIORITAS) sampai dengan akhir bulan
Juni (2,5 bulan)
SK
PEMBUATAN
FORM CD

PEMBUATAN
RPO/RAB

PEMBUATAN
A19

PEMBUATAN DAOP Awal bulan Juli sampai akhir


B19 bulan Juli (1 bulan)

PEMBUATAN
C19

PEMBUATAN JADWAL
PELAKSANAAN DAOP Awal bulan Juli sampai akhir
PERBULAN bulan Juli (1 bulan)
& TRIWULAN

PEMBUATAN
LAPORAN PERBULAN DAOP
(PU2, A.1 &B.1B.1)

3.1
ALUR
ADMINISTRASI
ADMINISTRASI
JALAN REL
BENTUK ADMINISTRASI PERAWATAN BERENCANA
? Bentuk D.140: Rencana kerja mingguan (RKM), dibuat oleh SK
/Kasatker (mandor).
? Bentuk D.141: Buku lampiran perhitungan kebutuhan tenaga dan
material untuk perawatan.
? Bentuk D.142: Rencana perawatan tahunan
? Bentuk D.145: Pemeriksaan wesel
? Bentuk D.146: Pemeriksaan hasil kerja
? Bentuk D.147: Pemeriksaan lengkung
? Bentuk D.148: Laporan bulanan jam kerja regu perawatan JR.
? Bentuk D.122: Pencatatan hasil lokrit

BENTUK ADMINISTRASI TEKNIK JALAN REL


Bentuk D.63 :
? Laporan penggantian batalan – bantalan
Bentuk D.65:
? Tanggung jawab atas bahan-bahan
Bentuk D.78:
? Berita acara pemeriksaan keadaan rumah dinas
Bentuk D.80:
? Laporan pemeriksaan selesai pekerjaan
Bentuk D.82:
? Laporan kerja bongkar balas
Bentuk D.91:
? Pos jalan juru periksa jalan KA
Bentuk D.102:
? Peristiwa luar biasa hebat (PLH)
Bentuk G.202:
? Pemberitahuan pengosongan dan pengisian rumah
dinas
Bentuk G.166:
? Nota dinas
Bentuk D.15/D.70:
? Rencana biaya / rencana perongkosan ( RPO )
Bentuk No. 26 :
? Permintaan SAP
. Bentuk No. 451 :
? Surat angkutan kiriman dinas

BENTUK SISTEM ADMINISTRASI BARU


Bentuk 13 C/SAB
? : Kartu barang
Bentuk 13 / SAB
? : Kartu persediaan
Bentuk 14 / SAB
? : Bentuk penerimaan barang persediaan
Bentuk 14A/SAB
? : Bukti penerimaan barang untuk persedian
Bentuk 15A / SAB
? : Bukti penerimaan barang
Bentuk 15B/ SAB
? :Bukti permintaan dan pengeluaran barang untuk
pemakaian

3.2
BENTUK
ADMINISTRASI
ADMINISTRASI
JALAN REL
BENTUK ADMINISTRASI PERAWATAN BERENCANA
DMJR
? :Form opname yang berisikan gambaran kondisi material
per 100 m.
Kertas Kerja :Form rekap DMJR yang berisikan rekap kerusakan
?
beserta penanganan dan prioritasnya.
A2
? :Form rekapitulasi asset
A3
? :Form rekapitulasi kerusakan
Form CD
? :Form perhitungan aset dengan perawatan siklus, Jumlah
Orang yang dibutuhkan, serta breakdown (schedule)
perawatan siklus Jalan Rel.
Form AB
? :Form yang menyajikan kerusakan, alternatif
perbaikan/pemeliharaan dan biaya (dari Rpo) yang
dibutuhkan untuk perawatan secara keseluruhan,
terdapat rincian per koridor.
RPO
? :Rincian biaya per pekerjaan yang mengacu pada analisa
harga satuan pekerjaan serta harga satuan upah dan
bahan yang ditetapkan ditiap daerah.

3.3
BENTUK
ADMINISTRASI
MATERIAL

TRACK & BRIDGE


TEKNIK JALAN REL & JEMBATAN
MATERIAL JALAN REL
REL
58 68
53
R25

R33

R41
13,5

138
134
11
110
10

90 105 110

63,8 70
68,5

159
153
R42

R50

R54
138

13,5 15 16

110 127 140

Gambar 4.1, Jenis Rel di PT. Kereta Api Indonesia


Jenis rel berdasarkan panjang:
Rel normal adalah rel yang panjangnya sampai dengan 24 m.
Rel panjang adalah rel yang panjangnya antara 24 m sampai 85 m.
Rel Panjang Menerus (RPM) adalah rel yang panjangnya lebih dari
300 m.
MATERIAL JALAN REL
PENAMBAT RIGID

Tirepon Tn
20
14

16

10
119 26 11,5 20
145 31,5
13

Tirepon Ta
20
14

20
14
18

10
105 14 111,5 20
120
9 3
14

14

14
12

Paku Rel
2

18

0,8
28

35 15 20 20
10

123 11 3
f

R6
8 8

30
5

Lock Spike
R1
5

55
152

Gambar 4.2, Jenis dan ukuran Penambat Rigid


(Sumber: PERJANA, BAB 1: Material Jalan Rel
& Peraturan Dinas No. 10)
4.1
REL &
PENAMBAT
MATERIAL JALAN REL
PENAMBAT ELASTIK
Selain berfungsi mengikat rel pada
bantalan, penambat dapat meredam
getaran yang dapat merusak
bantalan beton.

Sistem kerja alat penambat elastik


adalah dengan cara memberi gaya
jepit (clamping force) yang tinggi
F type
danmemberikan perlawanan
rangkak (creep resistance).

Pada umumnya penambat elastik


dapat dibagi ke dalam dua jenis
yaitu:
a. Daya jepit dihasilkan sendiri
F type (langsung)Termasuk jenis ini
antara lain adalah alat penambat
elastik Dorken, Pandrol dan DE.
b. Daya jepit dihasilkan dengan
bantalan mur-baut atau tirepon.
Temasuk jenis ini antara lain
adalah penambat elastic tipe F,
DE klip Nabla.

KA klip

Pendrol

Gambar 4.3, Jenis Penambat Elastik

(Sumber: PERJANA, BAB 1: Material Jalan Rel


4.2 & Peraturan Dinas No. 10)

PENAMBAT
MATERIAL JALAN REL
SAMBUNGAN
MACAM SAMBUNGAN

52CM
Gambar 4.4, Sambungan Melayang
SAMBUNGAN
MELAYANG
Antara kedua bantalan ujung berjarak 30 cm
Jarak sumbu ke sumbu bantalan ujung 52 cm

35CM
Gambar 4.5, Sambungan Menumpu

SAMBUNGAN
MENUMPU
Sambungan menumpu pada bantalan kayu dengan lebar
bantalan lebih besar.
PENEMPATAN SAMBUNGAN

SAMBUNGAN SIKU
Penempatan secara siku,
d i m a n a k e d u a
sambungan berada pada
Gambar 4.6, Sambungan Siku satu garis yang tegak
lurus terhadap sumbu
sepur.
SAMBUNGAN SELING
Penempatan secara
berselang-seling ,
d i m a n a k e d u a
Gambar 4.7, Sambungan Selang-seling (Tidak Siku) sambungan rel tidak
berada pada satu garis
yang tegak lurus
terhadap sumbu sepur.
(Sumber: PERJANA, BAB 1: Material Jalan Rel
& Peraturan Dinas No. 10)
4.3
SAMBUNGAN
MATERIAL JALAN REL
SAMBUNGAN
PELAT SAMBUNGAN
Sepasang pelat penyambung harus sama panjang dan mempunyai
?
ukuran yang sama.
Bidang singgung antara pelat penyambung dengan sisi bawah kepala rel
?
dan sisi atas kaki rel harus sesuai kemiringannya, agar didapat bidang
geser yang cukup.
Baut pelat sambung harus dipenuhi seluruhnya, sekurang-kurangnya 4
?
buah baut per pelat sambung.

LUBANG SAMBUNGAN

R25 47,5
Ø Lubang 26mm
58 130

57
R33
Ø Lubang 30mm 60 211 130

R41/R42 60,5
Ø Lubang 22.5mm
59,5 211 130

R50 65
Ø Lubang 26mm
77 130 100

R54 69,6
Ø Lubang 30mm
60 170 170

Gambar 4.8, Ukuran lubang sambungan setiap jenis rel.

(Sumber: PERJANA, BAB 1: Material Jalan Rel


4.4 & Peraturan Dinas No. 10)

SAMBUNGAN
MATERIAL JALAN REL
SAMBUNGAN
MACAM/ SAMBUNGAN
CELAH SIAR
Di sambungan rel harus ada celah untuk menampung timbulnya
?
perubahan panjang rel akibat perubahan suhu.
Besar celah ditentukan sebagai berikut :
?
1) Untuk semua tipe rel, besar celah pada sambungan rel standard dan rel
pendek tercantum pada tabel 4.1.
2) Pada sambungan rel panjang, besar celah dipengaruhi juga oleh tipe
rel dan jenis bantalan.
a) Untuk sambungan rel panjang pada bantalan kayu, besar celah
tercantum pada Tabel 3.7.
b) Untuk sambungan rel panjang pada bantalan beton, besar celah
tercantum pada Tabel 3.8.
Suhu Panjang Rel (m)
Pemasangan (oC) 25 50 75 100
£20 8 14 16 16
22 7 13 16 16
24 6 12 16 16
26 6 10 15 16
28 5 9 13 16
30 4 8 11 14
32 4 7 9 12
34 3 6 7 9
36 3 4 6 7
38 2 3 4 4
40 2 2 2 2
42 1 1 0 0
44 0 0 0 0
³46 0 0 0 0
Tabel 4.1, Besar celah untuk semua tipe rel pada sambungan
rel standard dan rel pendek.

Perhatikan Lebar Siar! (Sesuai ukuran siar pada tabel)


Lengkapi dan kencangkan setiap lubang baut!
Tidak Boleh terdapat sambungan pelat di BH dan Perlintasan!
Siklus Pemeriksaan & Perawatan Sambungan :
Sepur Raya: 8 kali dalam 1 tahun
Sepur KA: 2 kali dalam 1 tahun
(Sumber: PERJANA, BAB 1: Material Jalan Rel
& Peraturan Dinas No. 10)
4.5
SAMBUNGAN
MATERIAL JALAN REL
SAMBUNGAN
PELAT SAMBUNGAN
Suhu Jenis Rel
Pemasangan (oC) R42 R50 R54 R60
£28 16 16 16 16
30 16 16 16 16
32 14 14 15 16
34 10 11 12 13
36 8 9 10 10
38 6 6 8 8
40 5 4 6 6
42 4 3 5 5
44 3 3 3 4
46 2 3 3 3
³48 2 2 2 2
Tabel 4.2, Besar celah untuk sambungan rel panjang pada bantalan kayu.

Suhu Jenis Rel


Pemasangan (oC) R42 R50 R54 R60
£22 16 16 16 16
24 14 16 16 16
26 13 14 15 16
28 13 12 13 14
30 10 11 11 12
32 8 9 10 10
34 7 8 8 9
36 6 6 7 7
38 5 5 5 6
40 4 4 4 5
42 3 3 3 4
44 3 3 3 3
³46 2 2 2 2
Tabel 4.3, Besar celah untuk sambungan rel panjang pada bantalan beton.
Panjang Suhu (oC) Jenis Suhu (oC)
Rel Min. Max. Rel Min. Max.
25 20 44 R42 28 46
50 20 42 R50 30 48
75 26 40 R54 30 48
100 30 40 R60 32 48
Tabel 4.4, Batas suhu pemasangan rel standard dan rel pendek.

(Sumber: PERJANA, BAB 1: Material Jalan Rel


4.6 & Peraturan Dinas No. 10)

SAMBUNGAN
MATERIAL JALAN REL
WESEL

F ungsi wesel adalah untuk mengalihkan kereta dari satu sepur ke


sepur yang lain. Perhatikan ukuran-ukuran dan lebar sepur pada
titik-titik tertentu sesuai yang tertera pada form D.145.
Titik-titik Yang Perlu Diperhatikan:

a. Lebar alur dan kedalaman vang rel


Persilangan

b. Point of Protection: Jarak antara


Bagian

jarum dengan rel paksa dan kondisi


material jarum.
a c. Lebar alur rel paksa.
h c d. Lebar sepur lurus dan belok pada
b bagian penerus.
e. Lebar bukaan lidah, lebar sepur
pada ujung lidah, lidah menggantung
atau tidak dan kondisi material lidah.
g f. Siku sambungan rel dengan wesel.
g. Kelengkapan baut sambungan
Penerus

h. Kelengkapan baut sepatu rel paksa


Bagian

Pada wesel pertinggian harus = 0.


Tidak boleh terdapat kecrotan pada
Pengarah
Bagian

Titik
matematis Cermat memilih form D145,
sesuaikan dengan merk dan wesel
Siklus Pemeriksaan & Perawatan
Wesel :
Sepur Raya: 4 kali dalam 1 tahun
Sepur KA: 2 kali dalam 1 tahun
e
f
Gambar 4.9, Anatomi Wesel.

(Sumber: PERJANA, BAB 1: Material Jalan Rel


& Peraturan Dinas No. 10)
4.7
WESEL
MATERIAL JALAN REL
BANTALAN

B
antalan rel adalah landasan tempat rel bertumpu dan diikat dengan
penambat rel oleh karena itu harus cukup kuat untuk menahan
beban kereta api yang berjalan di atas rel. Bantalan dipasang
melintang rel pada jarak antara bantalan dengan bantalan sepanjang 0,6
meter (60cm).
MACAM SAMBUNGAN
BANTALAN KAYU
Bantalan kayu merupakan bantalan yang pertama sekali digunakan
dalam dunia kereta api, serta digunakan di jembatan karena kayu lebih
elastis dari beton. Kelemahan kayu adalah daya tahan yang tidak terlalu
lama terutama didaerah yang hujan dan kelembabannya tinggi.
T

P Gambar 4.10, Bantalan Kayu


Dimensi:
L
Bantalan P(mm) L(mm) T(mm)
Kayu Raya 2200 220 130
Jembatan Tipe 1 1800 220 180
Jembatan Tipe 2 2000 220 180
Wesel Varian 220 130

Spesifikasi Teknik Bantalan Kayu


Fungsi
I. Mengikat rel sehingga lebar sepur tetap terjaga
2. Mendistribusikan beban dari rel ke balas (gays vertikal)
3. Stabilitas ke arah luar jalan rel, dengan mendistribusikan gaya
longitudinal dan lateral dari rel ke balas.

Ukuran atau Dimensi


Panjang Lebar Tebal
Bantalan jalan lurus 2.000 mm 220 mm 130 mm
Bantalan sarnbungan rel 2.000 mm 220 mm 130 mm
Bantalan jembatan 1.800 mm* 220 mm 200 mm
Bantalan wesel (2.000 — 4.000) mm* 220 mm 130 mm

Toleransi +40 mm to -20 mm +20 mm to -10 mm +10 mnt to -0 mm

*atau sesuai dengan lampiran kebutuhan bantalan kayu

(Sumber: PERJANA, BAB 1: Material Jalan Rel


4.8 & Peraturan Dinas No. 10)

BANTALAN
MATERIAL JALAN REL
BANTALAN
Jenis Kayu
Kayu Jati (Tectona Grandis) atau Kayu Rimba Kualitas A mengacu
pada SNI 11-0197-1987 dengan kelas kuat I.
Syarat Fisik Bantalan
Pada permukaan kayu
a. Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar bantalan dan tidak
boleh lebih dari 3.5 cm;
b. Bantalan tidak boleh mengandung sisi lengkung yang lebih besar dari
1/10 tinggi bantalan dan 1/10 lebar bantalan;
c. Miring arah serat (tg) tidak boleh lebih dan 1/10;
d. Retak-retak di arah radial (hr) tidak boleh lebih dari pada 1/4 tebal
bantalan, dan retak-retak menurut lingkaran tumbuh (ht) tidak boleh
melebihi 1/5 tebal bantalan.

Sifat Mekanis
a. Tegangan lentur yang diijinkan (a It) : > 108 kg/cm'
b. Tegangan tekan yang diijinkan (a tk) : > 92 kg/cm 2
c. Berat jenis : > 0.9
d. Momen maksimum di bawah rel dan di tengah bantalan : 800 kg.m
Pelabelan Bantalan Kayu
Setiap bantalan kayu yang terpasang di lintas, harus diberi label tahun
pemasangan bantalan.

Cara pelabelan:
? Nama bulan (dalam angka romawi) dan tahun(angka biasa, 2 digit)
contoh: VIII-12, baca: bulan 8 (Agustus) tahun 2012;
? Tulisan menghadap ke arah KM besar;
? Posisi tulisan pada tengah bantalan;
? Cara pelabelan dengan pahat.

KM Besar

(bulan-tahun)
VIII-12
KM Kecil
Gambar 4.11, Pelabelan Bantalan Kayu

(Sumber: PERJANA, BAB 1: Material Jalan Rel


& Peraturan Dinas No. 10)
4.9
BANTALAN
MATERIAL JALAN REL
BANTALAN
BANTALAN
MACAM SAMBUNGAN
BESI
Bentuk bantalan baja pada irisan melintang menyerupai hurup U gunanya
untuk mencengkeram balas sehingga mempunyai pertahanan
longitudinal.

Gambar 4.12, Bantalan Besi


BANTALAN
MACAM SAMBUNGAN
BETON
Bantalan beton dibuat dari beton bertulang prategang, pada bantalan
beton juga sekaligus ditempatkan angker penambat. Keunggulan dari
bantalan beton adalah berat maka kestabilannya baik, umur konstruksi

Gambar 4.13, Bantalan Beton

(Sumber: PERJANA, BAB 1: Material Jalan Rel


4.10 & Peraturan Dinas No. 10)

BANTALAN
JENIS KERUSAKAN

TRACK & BRIDGE


TEKNIK JALAN REL & JEMBATAN
KELAIKAN KONDISI JALAN REL
BERKAITAN DENGAN KESELAMATAN PERKA

5.1
NO GO ITEM
JENIS KERUSAKAN
REL
MACAM SAMBUNGAN
KEAUSAN REL
a
e
h
Keausan Maksimum yang diizinkan:
Jenis Rel e.max(mm) a.max(mm)
R42 13 10
R50 15 12
R54 15 12
R60 15 12
Gambar 5.1, Keausan Rel
MACAM SAMBUNGAN
DEFECT (DEPEK / CACAT)
Defect pada sambungan
Diakibatkan karena
celah yang terlalu lebar
sehingga hantaman
roda membuat cacat
pada bagian ujung rel.
Dorslag / Selip
Aus berupa titik pada
kepala rel karena
selipnya roda kereta.

Defect pada
sambungan las
Diakibatkan sambungan
las yang tidak siku,
Gambar 5.2, Cacat Rel (Defect) sehingga menjadi cacat
akibat hantaman
MACAM
REL PATAH
SAMBUNGAN bandasi roda.
Rel Patah Pada Las
Biasa terjadi pada
sambungan las dimana
pada posisi tersebut
Gambar 5.3, Rel Patah
terdapat lubang baut
sambung atau bekas
pemotongan rel yang
dengan blander.

5.2
KERUSAKAN
REL
JENIS KERUSAKAN
PENAMBAT
KELENGKAPAN
Ketidaklengkapan alat penambat berpengaruh pada pelebaran
?
sepur.
Tidak boleh terdapat ketidaklengkapan alat penambat 2 bantalan
?
sejajar & beruntun.

Gambar 5.4, Tanpa Penambat 2 bantalan sejajar dan beruntun.


Tidak boleh terdapat ketidaklengkapan alat penambat 2 bantalan
sejajar & beruntun
MACAM SAMBUNGAN
KERUSAKAN GAYA JEPIT
Selain dapat meredam getaran, alat penambat elastik juga mampu
menghasilkan gaya jepit (clamping force) yang tinggi dan mampu
memberikan perlawanan rangkak (creep resistance). Oleh karena itu tidak
dibenarkan memasang alat penambat elastik dengan cara dipukul dengan
palu, karena dapat melemahkan gaya jepit penambat.
Dilarang memasang alat penambat elastik
dengan cara dipukul dengan menggunakan palu!

JENIS KERUSAKAN
SAMBUNGAN

Gambar 5.5, Pelat Sambungan


Jenis Kerusakan Pada Sambungan:
?Kelengkapan Baut Sambungan : Baut harus terpasang sesuai dengan
jumlah lubang baut yang ada.
?Baut Kendor : Kurang kencangnya baut mempengaruhi kerasnya
hentakan roda pada sambungan rel.
?Jarak celah atau siar yang terlalu lebar (Untuk ukuran lebar celah ideal
lihat Bab sebelumnya).
Dilarang memotong dan melubangi rel dengan
menggunakan blander!

5.3
PENAMBAT
& SAMBUNGAN
JENIS KERUSAKAN
WESEL

KERUSAKAN GEOMETRI
a. Pertinggian ¹ 0.
Persilangan Penyebab: Balas tidak padat
Efek Kerusakan: Menyebabkan rel aus
Bagian

tidak merata.
b. Lebar Sepur.
a c
Penyebab: Lubang penambat pada
h bantalan longgar, bantalan lapuk,
b penambat kendor atau rel aus.
Efek Kerusakan: Keausan pada material
wesel seperti jarum, lidah dan rel paksa.
c. Lidah Gantung.
g Penyebab: Balas tidak padat atau bantalan
lapuk.
Efek Kerusakan: Lidah wesel tidak bisa
menutup rapat sehingga rawan terlanggar
Penerus

oleh roda KA.


Bagian

d
KERUSAKAN MATERIAL
a. Keausan Material Rel
Penyebab: Adanya pertinggian ¹ 0 atau
adanya pelebaran sepur.
Efek Kerusakan: Pelebaran lebar sepur.
b. Keausan Material Lidah
g Penyebab: Lebar sepur tidak normal, wesel
merupakan bagian dari lengkung.
Efek Kerusakan: Goyangan pada KA
karena lidah tidak menutup sempurna.
c. Keausan Material Jarum
Penyebab: Lebar sepur pada Point of
Pengarah
Bagian

Titik Protection tidak normal atau Jarak rel


matematis paksa dengan rel luar terlalu lebar.
Efek Kerusakan: Tidak terarahkannya roda
KA sehingga memungkinkan terjadi anjlog.
d. Bantalan Lapuk
Penyebab: Usia bantalan,
Efek Kerusakan: Pelebaran sepur dan
genjotan.
e e. Keausan Material Rel Paksa
Penyebab: Jarak antara rel paksa dan rel
f luar kurang dari normal.
Efek Kerusakan: Lebar sepur pada point of
protection tidak terjaga, jarum menjadi aus.
f. Kecrotan
Penyebab: Balas tipis, adanya campuran
tanah pada balas, drainase tidak baik.
Gambar 5.6, Anatomi Wesel. Efek Kerusakan: Genjotan.

5.4
WESEL
JENIS KERUSAKAN
WESEL
KATEGORI KERUSAKAN JARUM

T
erdapat 3 jenis kategori kerusakan jarum wesel. Pengelompokan ini
berfungsi sebagai acuan prioritas perbaikan. Adapun jenis dan ciri
kerusakannya dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini:

Rusak Ringan
400mm Jarum Aus ±6mm

200mm

Gambar 5.7, Ilustrasi kerusakan jarum kategori rusak ringan


Rusak Sedang
400mm Jarum Aus ±10mm 25mm

200mm Aus ±10mm

Gambar 5.8, Ilustrasi kerusakan jarum kategori rusak sedang


Rusak Berat
400mm Jarum Aus ±45mm 50mm
Retak Kedalaman 50mm

200mm Aus ±70mm

Gambar 5.9, Ilustrasi kerusakan jarum kategori rusak berat

5.5
WESEL
JENIS KERUSAKAN
BANTALAN
BANTALAN KAYU
Kerusakan Bantalan Kayu dikategorikan menjadi 3 jenis kerusakan sesuai dengan
jenis kerusakan pada DMJR.
Kerusakan kategori I (X) : Bantalan tidak dapat menahan gaya
arah longitudinal (L) yaitu pergerakan rel tegak lurus bantalan.
Contoh: lubang baut/tirepon longgar.

Kerusakan kategori II (XX) : Bantalan tidak dapat menahan gaya


arah transversal (T) dan gaya arah longitudinal (L).
Contoh: Bantalan lapuk disekitar lubang tirepon

Kerusakan kategori III (XXX) : Bantalan tidak dapat menahan gaya


arah transversal (T), gaya arah longitudinal (L) dan gaya arah vertical
(V).
Contoh: Bantalan lapuk keseluruhan, pecah memanjang arah bantalan,
dan bantalan putus V

L
Gambar 5.10, Arah Gaya Yang Bekerja Pada Bantalan

BANTALAN BESI
Kerusakan bantalan besi umumnya karena bentuk bantalan yang sudah
berubah (karena retak atau bengkok), sehingga mempengaruhi lebar
sepurnya.
Gambar 5.11, Jenis Kerusakan Bantalan
Besi, bengkok akibat anjlogan sehingga
lebar sepur menyempit.

BANTALAN BETON
Setiap kerusakan pada bantalan beton mempengaruhi kekuatan dari
bantalan beton itu sendiri, beberapa jenis kerusakan pada bantalan
beton:
Kerusakan kategori I (X): Bantalan tidak dapat menahan gaya arah
longitudinal (L) yaitu pergerakan rel tegak lurus bantalan.
Contoh: penambat tidak dapat mencengkeram rel (clamping force
melemah)

5.6
BANTALAN
JENIS KERUSAKAN
KONSTRUKSI BAWAH
BANTALAN
Kerusakan kategori II (XX): Bantalan tidak dapat menahan gaya arah
transversal (T) dan gaya arah longitudinal (L).
Contoh: shoulder rusak sehingga penambat tidak dapat terpasang
sempurna.

Kerusakan kategori III (XXX): Bantalan tidak dapat menahan gaya arah
transversal (T), gaya arah longitudinal (L) dan gaya arah vertical (V).
Contoh: bantalan pecah sehingga tendon terlihat dan bantalan di bawah
rel hancur.

JENIS KERUSAKAN
KONSTRUKSI BAWAH

konstruksi atas

konstruksi bawah

Gambar 5.12, Penampang Melintang Jalan Rel

Kerusakan suatu konstruksi bawah jalan rel tidak berpengaruh secara


langsung kepada perjalanan KA. Akan tetapi jika konstruksi bagian bawah
jalan rel tidak baik atau rusak, maka stabilitas konstruksi di atasnya akan ikut
terganggu.
Ada beberapa bentuk kerusakan konstruksi bawah jalan rel, antara lain:
Kecrotan
Penyebab :
? Celah sambungan terlalu besar
? Rel depek atau las kenik vertikal
? Bantalan pecah tidak diganti
? Drainase tidak baik (Saluran tidak mengalir, muka air tinggi)
Balas Mati
Penyebab :
? Tubuh ban tipis
? Tumpahan pelumas dari KA
Tubuh Baan Kurus
Ciri fisik :
Posisi urugan terlalu curam dan tidak terdapat penahan balas

Tidak Boleh Terdapat Kecrotan Pada Jalan Rel!


Jika Terdapat Rumput Di Atas Balas Indikasi Balas Tipis

5.7
KONSTRUKSI
BAWAH
JENIS KERUSAKAN
GEOMETRI JALAN REL
Kerusakan geometri bukan kerusakan fisik material jalan rel. Akan tetapi
kerusakan geometri salah satunya bisa disebabkan karena adanya
kerusakan material. berlaku juga kebalikannya, kerusakan geometri
yang dibiarkan bisa berakibat pada rusaknya material jalan rel.
LEBAR SEPUR
Bentuk Kerusakan : Lebar sepur melebar atau menyempit.
Penyebab : Rel Aus, Lubang bantalan kayu longgar,
Bantalan besi bengkok, Salah tipe lebar sepur
bantalan beton, Isolator hilang, Bantalan pecah.
Toleransi Lebar Sepur +5mm, -2mm

ALINEMEN
Bentu Kerusakan : Goyangan, Genjotan
Penyebab : Balas tidak padat (kerusakan alinemen vertikal),
balas tipis (kerusakan alinemen horisontal), rel
spaten, tubuhbaan bergerak.
LENGKUNG
Kerusakan geometri pada lengkung biasanya terjadi karena
permasalahan:
? Pertinggian PLA
? Anak Panah PLA
? Pertinggian Lengkung Penuh
? Anak Panah Lengkung Penuh
? Pelebaran Sepur
? Posisi balas lebih banyak di bahu luar.
SKILU
Perbedaan tinggi pada rentang 3 meter jalan rel dengan toleransi
kecepatan yang berlaku pada titik tersebut.
Tidak boleh terdapat Skilu pada jalan rel terutama pada titik-titik
mati!
OPRIT
Kerusakan Angkatan karena landai terlalu curam

5.8
GEOMETRI
PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN
Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan

K
ejadian anjlogan tentu tidak pernah kita harapkan, selain berpotensi
menghilangkan nyawa seseorang, buruknya pencitraan publik pada
jasa armada kereta api, dan perpecahan internal akibat perdebatan
terjadinya anjlogan. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan tentang penyebab
dari tejadinya anjlogan, bukan untuk mendukung perdebatan, melainkan
untuk menjadi wawasan untuk meminimalisir potensi terjadinya anjlogan
terutama yang diakibatkan oleh faktor prasarana.

Anjlogan Kereta didefinisikan sebagai keluarnya roda dari rel. Ada dua
jenis cara anjlog:
1. Karena suatu sebab, roda dipaksa naik sampai ketinggian tertentu
sehingga flens berada di atas kepala rel kemidan akibat pengaruh
gaya lateral, flens tersebut menyeberangi rel dan jatuh di sisi lain.
2. Roda naik sendiri begitu tinggi sehingga ujung flens berada di atas
kepala rel, bergerak lateral dan kemudian jatuh.

1 2 3 4 5

Gambar 5.13, Proses naiknya flens roda

Berdasarkan penyebabnya, anjlogan dapat terjadi akibat oleh beberapa


hal di bawah ini:
1. Cacat pada geometri jalan rel, jalan rel meliuk (spaten) akibat
tekanan suhu yang tinggi dan melebarnya sepur.
2. Cacat pada as roda, bearing macet, pegas atau komponen suspensi
ada yang patah.
3. Gaya longitudinal yang bekerja sepanjang rangkaian.
4. Pengereman mendadak, menyebabkan tumburan dari rangkaian
dan naiknya roda.
5. Boper dari kereta terangkai lepas dan saling menimpa, akibat
kurangnya kelenturan. Biasanya terjadi di lengkung atau ketika
melewati wesel.

5.9
PENYEBAB
ANJLOGAN
PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN
Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan
6. Langsiran panjang
yang melewati
lengkung tajam
(lengkung radius
kecil), tekanan pada
boper menjadi besar
dan berpotensi
menyebabkan
anjlog.
7. K e s a l a h a n
menempatkan
Gambar 5.13, Pengereman mendadak
m u a t a n d a n
bergesernya muatan ketika kereta berjalan.
8. KA melanggar kecepatan maksimum.
9. Anjlog akibat naiknya flens menyangkut masalah kondisi
pemeliharaan sarana dan geometri jalan rel. Penyebab utama
naiknya flens roda:

1. Tidak memamadainya karakteristik sarana untuk lengkung


? Penjelasan : Dalam kondisi ideal, flens hanya sedikit
menyentuh rel. Karena sifatnya yang rigid (kaku) roda memiliki
keterbatasan gerak untuk menyesuaikan posisinya. Saat memasuki
lengkung, roda tetap bergerak lurus, sehingga flens menyentuh rel
dan mengarahkan sarana sesuai dengan lengkung.
? Permasalahan : Ketika memasuki lengkung, bidang kontak roda
dengan rel semakin luas, kemungkinan flens terangkat dan keluar
track menjadi besar.
? Pencegahan :
? Lebar sepur pada lengkung harus sesuai dengan radiusnya.
? Lakukan pemeriksaan dan perbaikan lengkung secara periodic.

Gambar 5.14, Saat Memasuki Lengkung Posisi Flens Roda Tetap Searah Kereta,
Tidak Dinamis Mengikuti Bentuk Lengkung.

5.10
PENYEBAB
ANJLOGAN
PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN
Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan
2. Tidak memadainya kualitas gerak lateral sarana
? Penjelasan : Dalam suatu pergerakan sarana terdapat
keterkaitan antara lebar sepur dan profil flens. Namun yang utama
dalam keterkaitan tersebut adalah lebar celah antara roda dan rel.
Ketika lebar celah diluar toleransi maka kemungkinan yang terjadi
adalah pergerakan kereta ke arah lateral menjadi besar, sehingga
dorongan roda untuk keluar dari track menjadi besar.
? Permasalahan : Lebar sepur tidak terjaga, Rel aus, flens roda aus.
? Pencegahan :
? Menjaga lebar sepur agar tetap dalam batasan toleransi (-2mm,
+5mm).
? Prioritas penggantian rel aus terutama pada area rawan
(lengkung).

Gambar 5.15, Gerakan sarana saat berjalan pada track.


3. Kerusakan alinemen jalan rel
? Penjelasan : Sebagai pengarah gerak roda sarana, setiap
kerusakan yang terjadi pada jalan rel akan berefek pada setiap sarana
yang bergerak di atasnya.
? Permasalahan :
? Lebar Sepur tidak terjaga akibat bantalan tidak mengikat lagi dan
kurangnya penambat.
? Skilu, perbedaan Perbedaan tinggi pada rentang 3 meter jalan rel
dengan toleransi kecepatan yang berlaku pada titik tersebut.
? Liukan, adanya spaten atau ngulet akibat suhu lingkungan yang
tinggi dan kurangnya penambat terpasang.
? Lidah wesel tidak menutup sempurna, flens naik atau membuka
paksa lidah yang tertutup, atau karena flens roda tipis.
? Jarum aus, posisi vang rel lebih tinggi, sehingga roda kehilangan
arah saat memasuki jarum.

5.11
PENYEBAB
ANJLOGAN
PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN
Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan
? Pencegahan :
? Lebar sepur : ganti bantalan yang sudah tidak mengikat lebar
sepur, terutama bantalan kayu lapuk, bantalan beton pecah dan
lengkapi penambat yang tidak terpasang.
? Skilu : perawatan geometri, terutama kerataan track.
? Liukan : melengkapi penambat, menambah balas pada
area yang sering terjadi spaten.
? Lidah wesel : baud-baud dikencangkan, perhatikan kerataan
(tidak ada pertinggian/pertinggian pada wesel harus = 0mm)
? Jarum aus : lakukan pemeriksaan dan perbaikan secara
periodik sesuai lokasi wesel dan segera ajukan pengelasan jarum
sudah mendekati batas toleransi aus.

Gambar 5.16, Skilu pada jalan rel mengakibatkan hilangnya tekanan roda.

4. Kerusakan alinemen sarana atau alinemen jarak roda pada bogi

? Penjelasan : Jenis puntiran yang kesemuanya memberikan


kontribusi terhadap hilangnya tekanan roda yaitu: puntiran fisik pada
jalan rel (skilu), puntiran akibat selisih lawan lendut (camber) pada
pegas sarana, puntiran karena rangka bawah sarana, puntiran karena
muatan yang tidak seimbang letaknya. Puntiran menyebabkan
hilangnya tekanan roda depan luar dan menimbulkan goncangan
pada sarana yang berjalan. Goncangan (gerakan rotasi sepanjang
diagonal) akan terus berlanjut sampai roda depan lainnya kehilangan
tekanan sehingga yang menyangga sarana tinggal dua pasang roda
yang berlawanan (masuknya tinggal bogi belakang saja).
? Permasalahan :
? Beratnya berkurang
? Pegasnya lebih keras, sehingga lebih mudah anjlog
Seberapa jauh sarana bisa mengimbangi kerusakan jalan rel
tergantung pada lawan lendut pegasnya. Sarana yang berat dengan
pegas yang lebih baik lebih mudah mengatasi skilu.

5.12
PENYEBAB
ANJLOGAN
PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN
Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan
? Pencegahan :
? Mempersiapkan kondisi jalan rel agar tidak berpotensi pada
terjadinya anjlogan.
? Pihak sarana mempersiapkan sarana yang siap operasi.

Gambar 5.17, Skilu pada bogi


terjadi puntiran karena muatan yang
tidak seimbang letaknya
dan pegas yang keras

Kesimpulan
Sebagai pengarah gerak roda sarana, setiap kerusakan yang terjadi pada
jalan rel akan berefek pada setiap sarana yang bergerak di atasnya. Dalam
banyak situasi kejadian anjlogan lebih banyak disebabkan oleh prasarana
jalan rel yang tidak siap operasi. Kondisi geometri yang tidak baik dapat
memicu ketidakstabilan sarana yang berjalan di atasnya sehingga
akhirnya keluar dari track.

Maka yang harus dilakukan adalah pencegahan agar tidak terjadi anjlogan,
dengan mempersiapkan jalan rel yang siap operasi.

5.13
PENYEBAB
ANJLOGAN
METODE KERJA
METODE KERJA
KLASIFIKASI TIPE PEKERJAAN

T iap kali kereta lewat di atas rel, jalan kereta api mengalami gaya
vertikal dan horizontal. Profil balas dan pengaturan bantalan telah
direncanakan untuk menambah gaya-gaya tersebut. Namun,
beberapa tipe pekerjaan jalan rel seperti pengeluaran balas, mengganti
bantalan, angkatan dan listringan yang cukup besar dapat menggangu
kestabilan jalan yang cukup serius. Oleh sebab itu dibutuhkan tindakan
pencegahan pendahuluan.
KATEGORI 1
Pekerjaan Kategori 1: Pekerjaan yang tidak memberi efek pada
kestabilan jalan rel :
Ÿ Perbaikan sambungan rel.
Ÿ Perbaikan celah rel.
Ÿ Pengecangan alat penambat.
Ÿ Perbaikan alat penambat (kecuali untuk RPM)
Ÿ Perbaikan lebar sepur / jarak rel.
Ÿ Penggantian rel, penggantian elemen-elemen rel pada RPM.
Ÿ Pengerindaan rel dan pekerjaan yang sejenis.

KATEGORI 2
Pekerjaan Kategori 2: Semua pekerjaan yang dapat mengurangi /
mengganggu kestabilan jalan rel.
Ÿ Perbaikan alat pemambat pada RPM (Rel panjang menerus)
Ÿ Angkatan dan Listringan.
Ÿ Pengorekan balas.
Ÿ Pembersihan balas.
Ÿ Penggantian bantalan, pengaturan jarak bantalan dan penyikuan
bantalan.
Ÿ Pekerjaan Katagori 2 memerlukan perhatian khusus supaya
keamanan kereta terjamin dan tidak memerlukan penggunaan
pembatasan kecepatan.

(Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel)


6.1
KLASIFIKASI
METODE KERJA
TOLERASI DALAM PEKERJAAN

T
oleransi Pekerjaan merupakan batasan suatu pekerjaan, agar
dalam pelaksanaannya tidak perlu mengganggu Perjalanan Kereta
dengan pemasangan semboyan.

Nama Pekerjaan Rel Panjang Normal Rel Panjang Menerus


Ÿ Pada satu rentangan rel : Jangan buka semua alat penambat
PERBAIKAN ALAT pada salah satu sisi rel dari 2 bantalan yang berurutan.
PENAMBAT Ÿ Jangan buka lebih dari 20 % jumlah alat penambat satu
rentangan panjang 20

PERBAIKAN Ÿ Pada sambungan tidak boleh


SAMBUNGAN membongkar kedua
DAN PENGATURAN sambungan yang berhadapan
SIAR REL sekaligus pada waktu yang
sama.
Ÿ Jangan biarkan kereta lewat
pada sambungan yang telah
dibuka.

PERBAIKAN Ÿ Untuk perbaikan siar rel,


SAMBUNGAN DAN jangan putar/buka tirepon lebih
PENGATURAN dari 1 cm tingginya.
SIAR REL Ÿ Nilai siar maksimum yang
diizinkan selama pekerjaan
Pengecualian: adalah 25 mm
Pengaturan siar rel Ÿ S e w a k t u p e r b a i k a n
untuk alat penambat sambungan,nilai siar
tipe PANROL dan maksimum yang diizinkan
DE tidak boleh adalah antara 25 mm dan 50
dilakukan tanpa mm
semboyan 3. Ÿ Pastuk sementara (rel pengisi)
harus ditambah untuk
mendapat satu siar dengan
ukuran kurang dari 25 mm.
Ÿ Dilarang adanya nilai siar lebih
dari 50 mm, walaupun
mengunakan pastuk
sementara.

PENGATURAN Ÿ Antara dua bantalan, jangan gorek balas lebih dari 5 cm dibawah
ARAK BANTALAN garis dasar bantalan.
ATAU PENYIKUAN Ÿ Bilamana mengorek balas, jangan rusakkan lapisan dasar dibawah
BANTALAN bantalan.
Ÿ Harus diikuti persiapan “perbaikan alat penambat”
Ÿ Jangan angkat rel lebih dari 20 cm dengan dongkrak.
Ÿ Penampang lintang harus diselesaikan pada akhir tiap hari
pekerjaan.(Profil)
Ÿ Tunggu masa penstabilan antara dua kegiatan.
(Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel)
6.2
TOLERANSI
METODE KERJA
TOLERASI DALAM PEKERJAAN

Nama Pekerjaan Rel Panjang Normal Rel Panjang Menerus

PENGATURAN Jangan gorek balas lebih dari 4 Jangan gorek balas lebih dari 2
ARAK BANTALAN spasi bantalan berurutan dan lebih spasi bantalan berurutan dan lebih
ATAU PENYIKUAN dari 20 % spasi bantalan dari 20 % spasi bantalan
BANTALAN sepanjang 20 m sepanjang 20 m

PEMBERSIHAN Ÿ Jangan ganggu lapisan dasar dibawah bantalan.


BALAS Ÿ Jangan gorek balas pada bagian ujung bantalan tetapi penggorekan
seharusnya diantara bantalan

Persyaratan sama seperti pada Metode tanpa semboyan.


p e n g a t u r a n d a n p e n y i k u a n Pengorekan balas harus dilakukan
bantalan dalam bagian jalan rel yang
pendek (panjang 20 m), dengan
jarak lebih dari 60 m antara 2
bagian pekerjaan.

Pada suatu bagian 20 m


Ÿ Jangan gorek lebih dari 2 spasi
bantalan berurutan dan lebih
dari 20 % spasi bantalan
Ÿ Beberapa kegitan diperlukan.

Profil balas harus diselesaikan


untuk mulai kegiatan selanjutnya.
Untuk mulai bagian 20 m yang
selanjutnya, tunggulah masa
penstabilan.

Metode dengan semboyan.


Ÿ Pengerjaannya harus dilakukan
dengan pembatasan kecepatan
20 km/jam (2B).
Ÿ Panjang bagian jalan rel
berurutan adalah 20 m dengan
jarak lebih dari 60 m antara 2
bagian pekerjaan.
Ÿ Penampang lintang harus
diselesaikan sebelum mulai
bagian panjang 20 m yang
berikut.
Ÿ Pembatasan kecepatan dicabut
sesudah masa pensrabilan
jalan rel telah terpenuhi.

(Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel)


6.3
TOLERANSI
METODE KERJA
TOLERASI DALAM PEKERJAAN

Nama Pekerjaan Rel Panjang Normal Rel Panjang Menerus

PENGGANTIAN Ÿ Jangan ganti lebih dari 2 Ÿ Jangan ganti lebih dari 1


BANTALAN bantalan berurutan. bantalan tiap 5 buah bantalan.
Ÿ Jangan ganti lebih dari 1/3 Ÿ Buat beberapa kali kegiatan
jumlah bantalan tiap panjang dengan masa penstabilan
rel. diantaranya.
Ÿ Jika bantalan lebih dari 1/3 yang
harus diganti, kerjakan 2 atau 3
kali kegiatan dengan
penstabilan diantaranya.
(*) kecuali untuk Ÿ Jalan rel tidak boleh diangkat lebih dari 2 cm. (*)
bantalan besi yang Ÿ Jangan gorek balas pada bagian ujung bantalan, tetapi pengorekan
merupakan suatu seharusnya diantara bantalan.
kekecualian. Ÿ Jangan biarkan kereta api lewat waktu tempat bantalan kosong.

LISTRINGAN Ÿ Pengeseran rel maksimum Ÿ Penggeseran rel maksimum


(Secara manual ) adalah 50 mm adalah 20 mm
Ÿ Pengeseran harus dibuat dalam
operasi yang bertahap,
maksimum tiap kalinya 20 mm
Ÿ Jika perlu menggeser antara 20
mm sampai 50 mm, lakukan
minimum 3 kali kegiatan
dengan periode penstabilan
diantaranya.

ANGKATAN Ÿ Pengangkatan maksimum Ÿ Pengangkatan maksimum


(Secara manual). untuk pemecokan adalah untuk pemecokan adalah
30 mm 30 mm
Ÿ Bila lebih dari 30 mm harus Ÿ Pengangkatan maksimum pada
dibuat secara bertahap dengan titik pedoman adalah 10 mm
masa penstabilan antara
2 kegiatan.
Ÿ Perbedaan pertinggian: jika pertinggian jalan rel berbeda dari
pertinggian teoritis sebesar +/- 7 mm, harus segera diperbaiki.
Ÿ Batas liukan / Skilu :
V 60 km/H : 4 mm/m (12 mm/3 m)
60 km/H < V 90 km/H : 3 mm/m (9 mm/3 m) atau
V 90 km/H : 2,5 mm/m (7 mm/3 m )

Ketentuan tambahan untuk pekerjaan katagori 2 ( Kecuali untuk perbaikan


alat penambat pada RPM ): Untuk pekerjaan katagori 2 yang dapat
menimbulkan ketidak-kokohan jalan rel,dimana ketentuan-ketentuan toleransi
di atas tidak dapat dipenuhi, satu pembatasan kecepatan 20 km/jam
(Semboyan 2B) harus dipasang. Pembatasan kecepatan 20 km/jam dicabut
sesudah masa penstabilan / pemantapan jalan rel. Sesudah suatu pekerjaan

(Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel)


6.4
TOLERANSI
METODE KERJA
PENGOPTIKAN
Kegiatan pengoptikan dilakukan untuk mencari tahu nilai suatu pertinggian
dengan menggunakan alat optik (teropong theodolit). Pengoptikan bisa
digunakan untuk kegiatan angkatan pilih-pilih, angkatan menyeluruh,
persiapan kerja MTT maupun untuk kegiatan listringan.

Adapun cara menggunakannya:


Ÿ Cari titik pedoman pada rel dengan disawang mata, titik pedoman
berjarak antara 18-30 m.
Ÿ Arahkan teropong ke bak baca (papan angka) dengan pembacaan=0
pada benang silang datar.
Ÿ Tulis nilai angkatan (hasil bacaan pada bak baca) pada bantalan
terdekat.
Ÿ Selanjutnya ulangi kegiatan, pindahkan bak setiap 6 bantalan (3m)

Titik Pedoman
+5 +8 +15

3m 3m 3m 3m

Gambar 6.x, Membaca nilai angkatan


+15
+5

+8
0 TP 0

0 TP 0

Gambar 6.x, Penulisan nilai angkatan pada bantalan

Hindari kegiatan menyawang dalam suatu acuan kegiatan


perbaikan geometri jalan rel!
Kegiatan menyawang hanya boleh dilakukan untuk pencarian suatu
titik pedoman baik dalam angkatan dan listringan!

(Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel)


6.5
PENGOPTIKAN
METODE KERJA
PEMECOKAN
PEMECOKAN MANUAL
Langkah 1 – Mengeluarkan Balas.
ŸPertama, keluarkan balas selebar 20 cm dari tiap sisi rel dan sedalam 5
cm dibawah garis dasar bantalan dengan menggunakan sekop atau
belincong.
ŸBalas diletakan pada ujung bantalan sejajar jalan rel.
ŸAngkat jalan rel dengan dongkrak sampai kedudukan yang diinginkan.

area balas yang


digali
area yang balas
20cm 20cm 40cm
dipadatkan

Gambar 6.x, Area balas yang dipadatkan

Langkah 2 – Pemecokan Balas.


ŸPemecokan dilakukan oleh 4 orang pada bantalan yang sama pada dua
sisi secara bersamaan.
ŸUntuk pemecokan: gorek bagian samping atas lapisan dasar bantalan
dengan menggunakan bagian daun dari belincong / dandang.
Kemudian masukkan dan pecok balas di bawah bantalan dengan
bagian bodem dari belincong. Pemecokan dilakunan secara
bersamaan agar hasilnya benar – benar padat
ŸBagian tengah dan ujung bantalan jangan dipecok.

Gambar 6.x, Mekanisme pemecokan manual yang benar.


Masukan balas di bawah bantalan lalu dipadatkan.

(Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel)


6.6
PEMECOKAN
MANUAL
METODE KERJA
PEMECOKAN
PEMECOKAN MANUAL
Langkah 3 – Pemasukan Balas Kembali.
ŸMasukan kembali balas dengan garpu dan atur kembali propil balas,
buang balas kotor dari jalan rel.
Langkah 4 – Pemeriksaan Pekerjaan.
ŸBila pemecokan selesai, mandor harus memeriksa, apakah tiap
bantalan telah dipecok dengan baik.
ŸMandor mengujinya dengan menggunakan tongkat bola untuk
membedakan suara yang timbul untuk tahu bahwa bantalan dipecok
dengan baik atau tidak.

X
X

X
X
Gambar 6.x, Pemecokan dilakukan oleh 4 orang pada bantalan yang sama
pada dua sisi secara bersamaan.

Pemecokan dengan metode manual hanya boleh dilakukan pada


jalan rel dengan bantalan kayu atau besi saja! tidak dibenarkan
melakukan pemecokan manual pada bantalan beton!

(Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel)


6.7
PEMECOKAN
MANUAL
METODE KERJA
PEMECOKAN
PEMECOKAN SEMI-MEKANIK (HTT)

M
etode pemecokan mekanis mempunyai kesamaan dengan
metode pemecokan biasa. Perbedaan utamanya hanya pada alat
pemecokan. Untuk metode pemecokan mekanis ini peralatan
pemecokan adalah alat pemecok dengan mesin listrik/hamper, sedangkan
untuk pemecokan biasa alat pemecoknya adalah belincong / dandang.

Pada metode ini jalan rel diangkat dengan dongkrak dan balas dimasukan
kebawah bantalan dengan penggetaran tanpa pengorekan balas. Metode
ini dapat digunakan untuk pekerjaan angkatan pada masa perawatan,
terutama pada RPM. Pemecokan jalan rel dengan RPM yang tidak kokoh
keduduk kannya. Pekerjaan angkatan pada wesel.

Bila mesin pemecok telah dihidupkan, sewaktu pemecokan akan dimulai,


pelat pemecok didekatkan pada rel. Sebab getaran alat memaksa pelat
tergeser kearah rel, balas dipaksa masuk kedaerah dimana pemadatan
harus benar-benar padat. Ujung pelat pemecok digerakkan maju ke arah
rel.

Gambar 6.x,
20cm 20cm 40cm Area balas yang dipadatkan

c b a a b c c b a a b c Gambar 6.x,
e d de e d de
f f f f Waktu pemecokan dengan HTT
Waktu pemecokan:
a : 13 detik
b,c : 10 detik
d,e,f : 9 detik

X
X
Gambar 6.x, Pemecokan
dilakukan oleh 4 orang pada
X bantalan yang sama pada dua sisi
X secara bersamaan.

(Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel)


6.8
PEMECOKAN HTT
METODE KERJA
PEMECOKAN DENGAN MTT

T
ujuan cara ini adalah: Secara otomatis pengangkatan jalan rel dan
pemecokan balas dibawah bantalan dilakukan sampai kedudukan
yang benar dengan penggetaran dan penekanan / pemadatan.
Kegiatan ini dilaksanakan tanpa pengorekan balas.

Syarat: Lintas masuk dalam katagori “A”

Pengoptikan Untuk Angkatan Dan Listringan:


Ÿ Dicatat dalam buku
Ÿ Dilakukan tidak terlalu lama dengan pemecokan (maksimum : 2 hari)
Ÿ Batasan mesin per pekerjaan untuk angkatan 30mm & listringan 30mm
Ÿ Untuk lengkung harus dilakukan opname lengkung dan perbaikan
manual lebih dahulu.
Ÿ Cek kesiapan dengan “jalan kaki” dilakukan bersama oleh pihak kru /
operator dan pihak Daop / Manager JJ / Inspektor JJ / SK / KAT
Ÿ Pengalokasian “window time khusus” (pola terpadu)
Ÿ Menyiapkan tempat standby mesin di emplasemen terdekat.

Persyaratan Yang Harus Dipenuhi Untuk Mendapatkan Kualitas Dan


Daya Tahan Pemecokan Yang Baik:
• Lapisan di bawah balas (sub-balas) berada dalam kondisi yang baik
• Balas dalam kondisi bersih dan cukup dengan kedalaman dibawah
bantalan minimal 15 cm untuk bantalan kayu dan 20 cm untuk bantalan
beton
• Material jalan rel (rel dan bantalan) harus dalam kondisi yang baik, alat
penambat terkunci dengan baik dan sambungan terpelihara
• Dilakukan optik untuk menentukan angka angkatan dan lestrengan
yang diperlukan
• Dilakukan profil balas sebelum dan sesudah pemecokan dengan
mesin PBR/SSP/USP untuk lebih baik dan merata hasilnya
• Dilakukan pemadatan dengan mesin VDM untuk mendapatkan daya
tahan pemecokan yang baik
• Untuk bantalan besi tidak direkomendasi, karena harus diikuti
pemecokan pada bagian tengah bantalan dengan manual / HTT
(bentuk bantalan besi berupa cekungan)

Catatan :
Pada penggantian bantalan baru untuk mencapai ketebalan balas
dibawah bantalan dilakukan lebih dahulu pemecokan dengan
manual/HTT sampai mencapai ketebalan yang disyaratkan untuk
dilakukan pemecokan dengan MTT
Sumber: PERJANA, BAB 3: Perawatan Jalan Rel &
Penataan Pengelolaan Sarana Pemeliharaan Jalan Rel Pola Terpadu,
Instruksi Direksi No : TM.402/VI/3/KA-2008 Tanggal : 30 juni 2008
6.9
MTT
METODE KERJA
PEMECOKAN DENGAN MTT
Prosedur Kerja Sebelum Pemecokan MTT

Lakukan pemeriksaan jalan rel / lahan:


Ÿ Pemeriksaan ketebalan balas
Ÿ Pemeriksaan balas samping
Ÿ Pemeriksaan lapisan kebersihan balas (kecrotan, balas mati dll)
Ÿ Pemeriksaan bantalan (termasuk jarak bantalan dan siku bantalan)
Ÿ Pemeriksaan alat penambat
Ÿ Pemeriksaan sambungan rel, tidak boleh terdapat pastuk
Ÿ Pemeriksaan keausan rel
Ÿ Pemeriksaan perlintasan
Ÿ Pemeriksaan BH / jembatan
Ÿ Pemeriksaan Wesel-wesel
Ÿ Pemeriksaan Lengkung: opname lengkung, hitung geseran, hasil geseran
tulis pada bantalan.

Lakukan pengoptikan
Ÿ Optik Angkatan (vertikal)
Ÿ Optik Listringan (horisontal)
Ÿ Hasil optik dituliskan pada bantalan dan dicatat

Menentukan metode kerja:


Ÿ Metode Kompensasi
Ÿ Metode Presisi

Batasan Pengoperasian MTT:


• Batasan nilai angkatan dalam 1 x tamping / pemecokan adalah 20–30 mm
• Untuk mendapatkan nilai angkatan > 30mm harus dilakukan berulang-
ulang, dengan durasi tamping yang satu keberikutnya setelah (masa
penstabilan) ± 20.000 ton atau 5 hari dengan minimum 1 KA berat yang
lewat. Contoh : untuk nilai angkatan 90 mm harus dilakukan 3x tamping.
Ÿ Batasan nilai geseran 30mm dalam 1x geseran

Prosedur Kerja Sesudah Pemecokan:


• Memeriksa kondisi bantalan dan alat penambat yang telah dilakukan
pemecokan
• Memeriksa kondisi geometri jalan rel (vertikal dan horisontal) dengan alat
ukur (timbangan;benang), dan segera menghentikan apabila terjadi
penyimpangan akibat pemecokan
• Memeriksa kondisi balas, baik diantara bantalan maupun diujung bantalan
• Dilanjutkan profil balas dengan PBR/SSP dan dilakukan pemadatan pada
permukaan balas (dengan mesin VDM)

Sumber: PERJANA, BAB 3: Perawatan Jalan Rel &


6.10 Penataan Pengelolaan Sarana Pemeliharaan Jalan Rel Pola Terpadu,
Instruksi Direksi No : TM.402/VI/3/KA-2008 Tanggal : 30 juni 2008

MTT
METODE KERJA
PEKERJAAN ANGKATAN
ANGKATAN PILIH-PILIH LURUSAN
Peralatan:
2 Buah Mistar Angkatan
Benang nylon 30 meter
2 Buah Dongkrak
Kapur besi
1 Set HTT

Langkah Kerja:
Ÿ Cari titik tinggi pada rel dengan disawang mata, titik tinggi berjarak
antara 18-30 m.
Ÿ Dilanjutkan dengan mencari titik pedoman angkatan dengan cara
membentangkan benang dengan bantuan mistar angkatan.
Ÿ Untuk mencari titik pedoman pada satu titik kerusakan, pastikan lokasi
kerusakan dengan membentangkan benang dengan jarak antar titik
sebesar 20 meter.
Ÿ Ambil ukuran tinggi setiap 10 meter atau ½ jarak benang dengan cara
dicolok dengan mistar. Nilai pertinggian tuliskan di atas bantalan.
Ÿ Ukur pertinggian sejarak 100 meter.
Ÿ Jadikan 2 titik dengan angka terendah sebagai pedoman.
Ÿ Nilai yang lebih besar pada titik ukur 10 meter diangkat mendekati nilai
titik pedoman.

Gambar 6.x, Mencari nilai pertinggian dengan mistar angkatan

Gambar 6.x,
Ilustrasi perbaikan darurat rel patah
Ÿ Angkat titik-titik rendah dengan dongkrak
Ÿ Pada titik yang sama ratakan pertinggian rel dengan rel sebelahnya
dengan menggunakan mistar timbang (waterpass).
Ÿ Lakukan pemecokan, padatkan balas di bawah bantalan hingga
tercapai tinggi yang diharapkan.
Ÿ Pastikan rel sebelah memiliki ketinggian yang sama.
Ÿ Ulangi kegiatan sampai semua titik mencapai pertinggian yang
diharapkan.
Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel
6.11
ANGKATAN
PILIH-PILIH
METODE KERJA
PEKERJAAN ANGKATAN
ANGKATAN PILIH-PILIH LENGKUNG
Langkah Kerja:
Ÿ Mencari tahu radius lengkung terlebih dahulu, cek patok identitas lengkung
atau cek register lengkung.
Ÿ Mencari pertinggian seharusnya lengkung penuh dengan cara menghitung
2
dengan rumus: h = 6V / R, contoh: kecepatan rencana (V) = 80km/j, dan
radius (R) lengkung diketahui 500m, maka pertinggian seharusnya pada
lengkung penuh: 6 x (80)2 / 500 à 6 x 6400 / 500 à 76,8mm, dibulatkan
menjadi 77mm.
Ÿ Mencari pertinggian seharusnya pada lengkung alih: dengan cara
menghitung dengan rumus: hLA = hpenuh / PLA , contoh: h penuh = 77mm,
panjang lengkung alih (PLA) = 0.01 h V à 0.01 x 77 x 80 à 62 meter. Maka
perubahan pertinggian (h) pada lengkung alih = 77 / 62 à 1,25mm, artinya
setiap 1 meter terjadi pertinggian 1,25mm atau 12,5mm setiap 10 meter.

Gambar 6.x, Mencari nilai pertinggian pada lengkung dengan mistar timbang
Ÿ Membuat tanda titik lengkung dengan cat pada kaki rel setiap 10 meter,
dimulai dari 40 meter sebelum MBA (mulai busur alih) sampai ABA (akhir
busur alih).
Ÿ Ukur pertinggian rel di setiap titik lengkung (per 10 meter) dengan mistar
timbangan, rel dalam sebagai acuan titik nol.
Ÿ Beri tanda nilai angkatan pada bantalan di titik lengkung tersebut jika nilai
pertinggian tidak sesuai hasil perhitungan. Contoh: pertinggian seharusnya
77mm, hasil timbangan: 65mm, maka pada titik tersebut harus diangkat
setinggi: 77-65mm 12mm. Jika terdapat pertinggian lebih dari 77 maka harus
dilakukan angkatan menyeluruh (lihat: angkatan menyeluruh pada lengkung).

Ÿ Angkat titik-titik rendah dengan dongkrak


Ÿ Lakukan pemecokan, padatkan balas di bawah bantalan hingga tercapai
tinggi yang diharapkan.
Ÿ Ulangi kegiatan sampai semua titik mencapai pertinggian yang diharapkan.

Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel


6.12
ANGKATAN
PILIH-PILIH
METODE KERJA
PEKERJAAN ANGKATAN
ANGKATAN MENYELURUH LURUSAN
Langkah Kerja:
Ÿ Mencari titik pedoman angkatan dengan cara membentangkan benang.
Ÿ Untuk mencari titik pedoman pada satu titik kerusakan, pastikan lokasi
kerusakan dengan membentangkan benang dengan jarak antar titik
sebesar 20 meter.
Ÿ Ambil ukuran tinggi setiap 10 meter atau ½ jarak benang dengan cara
dicolok dengan mistar. Nilai pertinggian tuliskan di atas bantalan.
Ÿ Ukur pertinggian sejarak 100 meter.
Ÿ Jadikan 2 titik dengan angka terendah sebagai pedoman.
Ÿ Nilai yang lebih besar pada titik ukur 10 meter diangkat mendekati nilai
titik pedoman.
Ÿ Tambahkan 5mm s/d maksimal 10mm setiap nilai angkatan, termasuk
titik pedoman.

TP=0 T.Angkat= +4mm TP=0

Gambar 6.x, Mencari nilai pertinggian dengan mistar angkatan

TP=+5mm T.Angkat= +9mm TP=

Gambar 6.x, Mencari nilai pertinggian dengan mistar angkatan

Ÿ Angkat titik-titik rendah dengan dongkrak


Ÿ Lakukan pemecokan, padatkan balas di bawah bantalan hingga
tercapai tinggi yang diharapkan.
Ÿ Pada titik yang sama ratakan pertinggian rel dengan rel sebelahnya
dengan menggunakan mistar timbang (waterpass).
Ÿ Pastikan rel sebelah memiliki ketinggian yang sama.
Ÿ Ulangi kegiatan sampai semua titik mencapai pertinggian yang
diharapkan.

Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel


6.13
ANGKATAN
MENYELURUH
METODE KERJA
PEKERJAAN ANGKATAN
ANGKATAN MENYELURUH LENGKUNG
Langkah Kerja:
Ÿ Mencari tahu radius lengkung terlebih dahulu, cek patok identitas
lengkung atau cek register lengkung.
Ÿ Mencari pertinggian seharusnya lengkung penuh dengan cara
menghitung dengan rumus: h = 6V2 / R, contoh: kecepatan rencana
(V) = 80km/j, dan radius (R) lengkung diketahui 500m, maka pertinggian
seharusnya pada lengkung penuh: 6 x (80)2 / 500 à 6 x 6400 / 500 à
76,8mm, dibulatkan menjadi 77mm.
Ÿ Mencari pertinggian seharusnya pada lengkung alih: dengan cara
menghitung dengan rumus: hLA = hpenuh / PLA , contoh: h penuh =
77mm, panjang lengkung alih (PLA) = 0.01 h V à 0.01 x 77 x 80 à 62
meter. Maka h lengkung alih = 77 / 62 à 1,25mm, artinya setiap 1 meter
terjadi pertinggian 1,25mm atau 12,5mm setiap 10 meter.

Ÿ Membuat tanda titik lengkung dengan cat pada kaki rel setiap 10 meter,
dimulai dari 40 meter sebelum MBA (mulai busur alih) sampai ABA
(akhir busur alih).
Ÿ Ukur pertinggian rel di setiap titik lengkung (per 10 meter) dengan mistar
timbangan, rel dalam sebagai acuan titik nol.
Ÿ Beri tanda nilai angkatan pada bantalan di titik lengkung tersebut jika
nilai pertinggian tidak sesuai hasil perhitungan. Tambahkan 5mm s/d
maksimal 10mm pada setiap nilai angkatan, Contoh: pertinggian
seharusnya 77mm, hasil timbangan: 65mm, maka pada titik tersebut
harus diangkat setinggi: (77-65) +5mm 17mm, Atau jika terdapat
pertinggian lebih dari 77mm, misal h=80mm, maka diangkat dengan
nilai: (77-80)+5mm -3 + 5 2mm.

Ÿ Angkat titik-titik rendah dengan dongkrak


Ÿ Lakukan pemecokan, padatkan balas di bawah bantalan hingga
tercapai tinggi yang diharapkan.
Ÿ Ulangi kegiatan sampai semua titik mencapai pertinggian yang
diharapkan.

Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel


6.14
ANGKATAN
MENYELURUH
METODE KERJA
PEKERJAAN LISTRINGAN
LISTRINGAN DI TRACK LURUS
Pendahuluan :
Ÿ Listringan dapat diselenggarakan tersendiri, tetepi pada umunya
dikerjakan bersama-sama dengan angkatan.
Ÿ Listringan dan angkatan hendaknya dikerjakan dengan urutan sbb. :
1. Listringan dengan penggeseran kecil dari jalan K.A :
Angkatan dikerjakan dulu
Kemudian baru di listring
2. Listringan dengan penggeseran lebar dari jarak K.A :
Listringan besar diselenggarakan ditempat jalan K.A
Angkatan kemudian di listring lagi setelah jalan K.A tepat kedudukanya.
Ÿ Listringan dikerjakan sesudah angkatan, karena sedidiktnya harus ada
sebuah kereta api yang melewati jalan K.A yang telah di angkat sebelum
di listring. Biasanya antara angkatan dan listringan ada jarak satu hari,
tetapi hendakanya listringan jangan dikerjakan lebih dari satu hari
setelah angkatan.

Listringan Pada Jalan Lurus


Langkah Kerja:
Ÿ Mencari titik pedoman awal dengan cara disawang.
Ÿ Kemudian gunakan alat untuk mencari titik pedoman listringan yang
presisi dengan cara membentangkan benang.
Ÿ Untuk mencari titik pedoman pada satu titik kerusakan, pastikan lokasi
kerusakan dengan membentangkan benang dengan jarak antar titik
sebesar 20 meter.
Ÿ Ambil ukuran tinggi setiap 10 meter atau ½ jarak benang dengan cara
dicolok dengan mistar. Nilai dan arah geseran tuliskan di atas bantalan.
Ÿ Ukur geseran sejarak 100 meter.
Ÿ Jadikan 2 titik dengan angka terendah sebagai pedoman.
Ÿ Nilai yang lebih besar pada titik ukur 10 meter digeser mendekati nilai
titik pedoman.

Ÿ Geser titik-titik rendah dengan dongkrak


Ÿ Gorek balas pada tepi bantalan terlebih dahulu agar proses
penggeseran menjadi ringan
Ÿ Setelah digeser dengan nilai yang diharapkan, kembalikan segera
balas pada posisi semula.
Ÿ Lakukan pemrofilan balas agar kondisi geometri tidak cepat berubah.
Ÿ Ulangi kegiatan sampai semua titik mencapai geseran yang
diharapkan.

Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel


6.15
LISTRINGAN
METODE KERJA
PEKERJAAN LISTRINGAN
LISTRINGAN DI TRACK LENGKUNG
Ÿ Pekerjaan listring pada lengkung didahului dengan proses opname
dan memasang patok lengkung
Ÿ Membuat dan beri nomor titik lengkung setiap 10 meter dimulai dari
40meter sebelum MBA dan 40 meter setelah ABA
Ÿ Bentangkan benang 20 meter pada titik lengkung,
Ÿ Ukur nilai AP lengkung di posisi ½ bentang 20 meter (per 10 meter).
Ÿ Ukur dan catat nilaiAP setiap titik lengkung sampai tuntas.
Ÿ Ukur jarak rel luar dengan patok lengkung sebelum digeser dan
dicatat pada kaki rel atau patok lengkung.
Ÿ Hasil opname diproses terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai
geseran dengan cara membuat grafik geseran lengkung .

Ÿ Regu bekerja menggeser dengan hasil perhitungan geseran yang


dilakukan oleh KAT.
Ÿ Nilai dan arah geseran terlebih dahulu ditulis pada bantalan di setiap
titik lengkung.
Ÿ Gorek balas pada tepi bantalan pada titik yang akan digeser
Ÿ Geser titik yang perlu digeser dengan acuan patok lengkung (jarak
sebelum digeser & hasil perhitungan geseran).
Ÿ Geser titik yang perlu digeser dengan menggunakan 3 buah
dongkrak sampai mencapai nilai geseran yang diharapkan
Ÿ Setelah digeser dengan nilai yang diharapkan, kembalikan segera
balas pada posisi semula
Ÿ Lakukan pemrofilan balas agar kondisi geometri tidak cepat
berubah.
Ÿ Ulangi kegiatan sampai semua titik mencapai geseran yang
diharapkan

Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel


6.16
LISTRINGAN
METODE KERJA
DONGKRAK LISTRINGAN
Kebutuhan dan Perletakan Dongkrak:
Ÿ Mandor membuat tanda untuk lokasi dongkrak pada rel dengan kapur,
sesuai dengan arah penggeseran.
Ÿ Tiap dongkrak yang dibutuhkan adalah :
Dua dongkrak untuk menggeser rel,ditempatkan disisi dalam rel kea rah
geseran (lihat tanda panah pada ganbar dibawah). Jarak antara dua
dongkrak adalah 6 atau 7 bantalan.
Ÿ Satu dongkrak untuk pengeseran rel lainnya. Dongkrak ini ditempatkan
pada rel lainnya, ditengah diantara kedua dongkrak terdahulu (lihat
gambar) dan berada pada titik yang akan digeser.

Pada track lurus:

Pada track lengkung:

Gambar 6.x, Posisi perletakan dongkrak untuk kegiatan listring.

Penempatan Dongkrak:
Balas dikeluarkan dari spasi bantalan sepanjang rel dengan memakai
belincong. Dongkrak ditempatkan pada tempatnya sampai menyentuh
rel. Dongkrak harus dibuat miring supaya jalan rel bergerak kesamping
dan tidak terangkat.

Gambar 6.x, Penempatan dongkrak untuk kegiatan listring.

Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel


6.17
GEOMETRI
METODE KERJA
DONGKRAK LISTRINGAN
Penggunaan Dongkrak:
Ÿ Tempatkan dongkrak disamping rel sampai menyentuh rel tanpa rel
tergeser.
Ÿ Mandor memberi perintah pengoperasian / bekerjanya dongkrak
Dongkrak harus bekerja secara bersamaan.
Ÿ Mandor mengawasi jarak rel kepatok pedoman atau kebenang nilon
sampai nilai yang ditentukan sudah tercapai.
Ÿ Pelaksanaan penggeseran dipaksa sampai melebihi 2 atau 3 mm.
Sebab jalan rel cenderung bias bergerak kembali keposisi semula
setelah dongkrak dilepaskan.

Melepaskan Dongkrak:
Pelepasan dongkrak harus dilakukan dalam dua tahap.
Ÿ Pertama : Lepaskan lebih dahulu dongkrak yang bekerja pada rel (
Memaksa penggeseran ).
Ÿ Kedua : Lepaskan selanjutnya kedua dongkrak lainnya bersama -
sama.

Pemeriksaan Kembali Listringan:


Sesudah dongkrak dilepaskan, Mandor memeriksa jarak dan membuat
pembetulan seperlunya. ( Prosesnya sama seperti untuk listringan
jalan rel dengan linggis ).

Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel


6.18
GEOMETRI
METODE KERJA
PERBAIKAN LENGKUNG
SOP PEMERIKSAAN LENGKUNG
MULAI

CEK JADWAL PEMERIKSAAN


LENGKUNG & REVISI REGISTER
TIDAK LENGKUNG
DATA /REGISTER BERDASARKAN
LENGKUNG SUDAH SESUAI KECEPATAN & RADIUS
KONDISI SEKARANG ?
MENGKLASIFIKASIKAN DATA
LENGKUNG BERDASARKAN
YA RADIUS UNTUK MENENTUKAN
SIKLUS PEMELIHARAAN
MENYIAPKAN ALAT, MEMBUAT JADWAL
PERSONIL, DAFTAR & PEMELIHARAAN
FORM PEMERIKSAAN BERDASARKAN SIKLUS
LENGKUNG YANG DITENTUKAN

MEMBUAT & PASANG


CEK PAPAN LENGKUNG TIDAK PAPAN LENGKUNG SESUAI
DI LOKASI BB (MB) & EB (AB) ADA
REGISTER LENGKUNG
CEK PATOK LENGKUNG DAN MEMBUAT & PASANG PATOK
TTK.LENGKUNG TIAP 10 M LENGKUNG SERTA
TITIK LENGKUNG TIAP 10 M
YA

MENCATAT TITIK MATI, KONDISI


MATERIAL SERTA MENGUKUR
& MENCATAT ANAK PANAH,
PERTINGGIAN & KEAUSAN REL

PENDOKUMENTASIAN
PEMERIKSAAN
LENGKUNG

SELESAI

(Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel)


6.19
PERBAIKAN
LENGKUNG
METODE KERJA
PERBAIKAN LENGKUNG
SOP PEMERIKSAAN LENGKUNG
1. Cek jadwal pemeriksaan lengkung dan data/register lengkung, jika
belum sesuai kondisi sekarang lakukan kegiatan no.2,3,4
2. Revisi register lengkung berdasarkan kecepatan dan radius
2
- Berdasarkan nilai V, hitung R min dengan rumus Rmin=0,054 V
- Hitung nilai AP lengkung penuh = 50
R 6V 2
AP lengkung peralihan dihitung pertambahannya = R
Ap penuh
- Hitung pertinggian, h penuh =
PLA
,pertinggian lengkung peralihan, = h penuh
PLA
- Hitung panjang lengkung
PLA = 0,01 hv
- Cek pelebaran sepur (LS) berdasarkan PD.10
R ³ 600, LS = 0
550 £ R < 600, LS = 5
400 £ R < 550, LS = 10
350 £ R < 400, LS = 15
3. Mengklasifikasikan data lengkung berdasarkan radius untuk menentukan
- untuk R > 1000, 1 kali dalam setahun
- untuk 300 < R < 1000, 2 kali dalam setahun
- untuk R < 300, 4 kali dalam setahun
4. Membuat jadwal pemeliharaan berdasarkan siklus yang ditentukan
- Pembuatan jadwal pemeliharaan lengkung disesuaikan dengan siklus
pemeliharaan lengkung
5. Menyiapkan alat, personil, daftar lengkung dan form pemeriksaan
lengkung
6. Cek papan lengkung di lokasi BB (MB) dan EB (AB)cek
patok lengkung dan ttk.lengkung tiap 10 m
- jika papan, patok dan titik lengkung tidak ada,maka lakukan kegiatan
no.7

(Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel)


6.20
PERBAIKAN
LENGKUNG
METODE KERJA
PERBAIKAN LENGKUNG
SOP PEMERIKSAAN LENGKUNG

7. Membuat dan pasang papan lengkung sesuai register lengkung, membuat


dan pasang patok lengkung serta titik lengkung
tiap 10 m
- papan dan patok lengkung dipasang disebelah luar jalan rel
- papan lengkung memiliki uk. 30x47,4 cm, dipasang
- papan lengkung dipasang pada titik beralihnya lengkung kebagian yang
lurus (MBA) atau busur lain dengan jari-jari yang
berbeda
- data pada papan lengkung, meliputi , jari-jari (R), panjang (P), sudut titik
pusat ( < ), lebar sepur (Ls), pertinggian sepur (h),
panjang busur peralihan (PLA), penggeseran busur (gb)
- papan lengkung terbuat dari beton uk. 20x 30 cm dengan tinggi sejajar kop
rel sebelah luar atau terbuat dari potongan rel yang terletak 2-3 m dari
sumbu jalan KA
8. Memeriksa dan mencatat titik mati, kondisi material (balas, bantalan, alat
penambat, sambungan),mengukur dan mencatat anak panah, pertinggian
serta keausan rel dimulai pada titik -4 atau 40 m sebelum MBA awal (titik
0) sampai dengan 40 m setelah MBA akhir.
- Catat titik mati yang terletak antara 40 m sebelum MBA awal dan 40 m
setelah MBA akhir, berupa perlintasan, wesel dan BH
- Memeriksa kondisi material, antara lain balas kurang, balas mati (kecrotan);
bantalan lapuk/putus/pecah/bengkok atau spasing bantalan > 60 cm; alat
penambat kocak/kendor, hilang; baut dan plat sambung
hilang/rusak/kendor, lebar siar sambungan; dan kondisi tubuh ban
labil/ambles.
- Rentangkan benang sepanjang 20 m di titik -4 dan -2 lalu ukur anak panah,
pertinggian, keausan rel dan jarak antara sisi luar rel luar ke patok
lengkung di titik -3, kemudian rentangkan benang sepanjang 20 m di titik -3
dan -1 lalu ukur anak panah,pertinggian, keausan rel dan jarak antara sisi
luar rel luar ke patok lengkung di titik -2, dst

9. Pendokumentasian hasil pemeriksaan lengkung


- input data pencatatan titik mati, kondisi material, anak panah, pertinggian
serta keausan rel

(Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel)


6.21
PERBAIKAN
LENGKUNG
METODE KERJA
PEMBERSIHAN BALAS

S
uatu balas yang baik adalah balas yang bersih dan dapat meloloskan
air, untuk memungkinkan perputaran udara dari lapisan dasar balas,
penguapan dan pengaliran air.
Kekotoran balas bagian permukaan oleh elemen-elemen dengan butiran
kecil dan pengotoran yang disebabkan oleh muatan-muatan kereta (bara,
bahan yang bersipat tepung, minyak, gemuk, dan lain-lain) menyebabkan
lapisan balas bantalan digumpal secara perlahan-lahan. Akibatnya
bantalan berlumpur, tidak kokoh dan rayapan bantalan.
Pembersihan balas memungkinkan angkatan yang baik, karena menjaga
material (khususnya bantalan) dalam kondisi yang baik. Tetapi
pembersihan balas hanya tertentu, yakni terbatas pada daerah yang kotor,
sambungan yang berlumpur.

Ÿ Pembersihan harus dikerjakan selebar jalan rel dan pada lereng.


Ÿ Pada dasar galian harus diberi kemiringan melintang sedikitnya
3 cm/m.

area yang digali

Gambar 6.x, Area yang digali pada penampang melintang jalan rel

1 2 3 4 5

Gambar 6.x, Mekanisme pembersihan balas

(Sumber: PERJANA, BAB 3: Perawatan Jalan Rel)


6.22
PEMBERSIHAN
BALAS
METODE KERJA
PEMBERSIHAN BALAS

Untuk daerah kecrotan pendek:

Untuk daerah kecrotan panjang: Sub balas


tidak digorek

daerah gorekan

Gambar 6.x, Area balas yang digorek untuk dibersihkan

(Sumber: PERJANA, BAB 3: Perawatan Jalan Rel)


6.23
PEMBERSIHAN
BALAS
METODE KERJA
PERBAIKAN REL PATAH
PERBAIKAN DARURAT

M
etode perbaikan darurat dilakukan dalam kondisi sangat darurat
dimana KA harus terus berjalan. Segera dilakukan perbiakan ke
tahap perbaikan permanen (las), atau minimal dengan perbaikan
sementara (dengan plat sambung).

Kelengkapan Peralatan:
Ÿ 4 Buah Klem (penjepit) khusus
Ÿ 1 Pasang Pelat Sambung
Ÿ 1 Batang Bantalan kayu bekas
Ÿ 4 Buah Tirepon
Ÿ Semboyan 2C

Kecepatan KA yang diizinkan: Maksimal 5km/jam (Dilindungi


Semboyan 2C).

Langkah Pelaksanaan:
Ÿ Sisipkan bantalan kayu bekas tepat di bawah rel patah.
Ÿ Ikat bantalan kayu dengan khaki rel dengan menggunakan tirepon.
Ÿ Pasang Pelat sambung tanpa melubangi rel.
Ÿ Isi dan kencangkan lubang pelat dengan klem.
Ÿ Padatkan balas pada bagian bawah dan samping bantalan kayu.

Tampak Atas

rel patah
pelat sambung
tirepon
Potongan Melintang klem

Gambar 6.x, Ilustrasi perbaikan darurat rel patah


(Sumber: PERJANA, BAB 3: Perawatan Jalan Rel)
6.24
PERBAIKAN
REL PATAH
METODE KERJA
PERBAIKAN REL PATAH

P
enanganan rel patah secara darurat selain menggunakan pelat
sambung juga bisa menggunakan Emergency Rail Bridge (ERB).
ERB berguna sebagai media yang menjembatani celah akibat
adanya rel patah.

Selain lebih aman penggunaan ERB untuk penanganan rel patah lebih
efektif dan efisien secara waktu penanganan dibanding dengan
menggunakan pelat sambung.

Kecepatan KA yang diizinkan: Maksimal 5km/jam (Dilindungi Semboyan


2C).

Gambar 6.20, Ilustrasi pemasangan ERB pada rel patah dan dilalui roda KA

Bidang setuh roda KA

Gambar 6.21, Ilustrasi pemasangan ERB


(Sumber: PERJANA, BAB 3: Perawatan Jalan Rel)
6.25
PERBAIKAN
REL PATAH
METODE KERJA
PENGGANTIAN BANTALAN
PERBAIKAN SEMENTARA

M
etode perbaikan sementara adalah bentuk penanganan rel patah
paling minimal, karena tingkat keamanannya lebih terjamin. Jenis
perbaikan ini bukan merupakan penangan secara permanen,
harus dilakukan perbaikan secara permanen (las atau ganti rel) pada
kesempatan berikutnya.

Kelengkapan Peralatan:
Ÿ 1 Pasang Pelat Sambung
Ÿ 6 Buah baut (sejumlah lubang pelat sambung)
Ÿ Semboyan 2A

Kecepatan KA yang diizinkan: Maksimal 40km/jam (Dilindungi


Semboyan 2A).

Langkah Pelaksanaan:
Ÿ Lubangi rel dengan bor rel sejumlah lubang pada pelat sambung.
Ÿ Atur celah sambungan sesuai dengan suhu pemasangan.
Ÿ Pasang pelat sambung seperti pemasangan pelat sambung normal.

Kondisi khusus:
Apabila terjadi rel patah pada posisi las thermit, gunakan pelat sambung
modifikasi untuk perbaikan sementara atau memotong bagian las thermit
kemudian pasang pastuk.

Gambar 6.x, Ilustrasi perbaikan darurat rel patah pada las thermit

Pada saat opname DMJR, sambungan rel patah tidak dihitung dalam
asset sambungan, tetapi dimasukan dalam usulan perbaikan!

(Sumber: PERJANA, BAB 3: Perawatan Jalan Rel)


6.26
GANTI BANTALAN
METODE KERJA
PENGGANTIAN BANTALAN
GANTI BANTALAN KAYU

M
etode perbaikan sementara adalah bentuk penanganan rel patah
paling minimal, karena tingkat keamanannya lebih terjamin. Jenis
perbaikan ini bukan merupakan penangan secara permanen,
harus dilakukan perbaikan secara permanen (las atau ganti rel) pada
kesempatan berikutnya.

Kelengkapan Peralatan:
Ÿ 2 buah kunci tirepon
Ÿ 2 buah mata bor ukuran 14 mm
Ÿ 2 buah mata bor kayu
Ÿ 2 buah linggis
Ÿ 6 buah garpu + 2 Pengki
Ÿ 1 Set alat pecok (dandang pemecok atau HTT)
Ÿ 1 buah mistar pengukur lebar sepur (sepur mal)
Ÿ 2 buah cangkul untuk balas.

Langkah Pelaksanaan:
Ÿ Menggorek balas sekitar bantalan
Ÿ Melepaskan alat penambat
Ÿ Mengeluarkan pelat landas
Ÿ Gorek Balas rata bawah bantalan
Ÿ Mengeluarkan bantalan rusak, Dorong bantalan ke samping ke arah
balas yang telah digorek dengan menggunakan kepala linggis.
Ÿ Membersihkan balas, Setelah bantalan lama dikeluarkan, balas di
bawah bekas bantalan yang lama dibersihkan (jika diperlukan).
Ÿ Memasukkan bantalan baru, Mulai dengan memasukkan bantalan
baru dari bawah rel (menggunakan penjepit bantalan) ke tempat bekas
bantalan lama, lalu pecok balas di bawah bantalan pada 20 cm kedua
sisi setiap rel setelah pelat landas dipasang.
Ÿ Mengukur lebar sepur dan melubangi, Sesuaikan lebar sepur antara
kedua rentangan rel-rel dengan menggunakan alat pengatur lebar
sepur dan alat pengukur lebar sepur
Ÿ Memasang kembali alat penambat
Ÿ Mengembalikan balas, Balas dikembalikan dengan garpu.

(Sumber: PERJANA, BAB 3: Perawatan Jalan Rel)


6.27
GANTI BANTALAN
METODE KERJA
PENGGANTIAN BANTALAN
bantalan lama dikeluarkan

bantalan baru dimasukan

Gambar 6.23, Ilustrasi penggantian bantalan kayu

GANTI BANTALAN BETON

M
etode perbaikan sementara adalah bentuk penanganan rel patah
paling minimal, karena tingkat keamanannya lebih terjamin. Jenis
perbaikan ini bukan merupakan penangan secara permanen,
harus dilakukan perbaikan secara permanen (las atau ganti rel) pada
kesempatan berikutnya.

Kelengkapan Peralatan:
Ÿ 1 buah kunci alat penambat (pendrol, DE, KA klip, dll)
Ÿ 2 buah Dongkrak
Ÿ 6 buah garpu + 2 buah Pengki
Ÿ 1 Set alat pecok semi mekanik (HTT)
Ÿ 1 buah mistar pengukur lebar sepur (sepur mal)
Ÿ 2 buah cangkul untuk balas.
Ÿ 2 buah linggis
Ÿ 2 Buah ganto/ belincong/HTT

Langkah Pelaksanaan:
Ÿ Menggorek balas sekitar bantalan sampai rata bawah bantalan
Ÿ Melepaskan alat penambat dan isolator
Ÿ Mengeluarkan bantalan rusak, Angkat rel dengan dongkrak, dorong
bantalan ke samping ke arah balas yang telah digorek dengan
menggunakan kepala linggis.
Ÿ Membersihkan balas, Setelah bantalan lama dikeluarkan, balas di
bawah bekas bantalan yang lama dibersihkan (jika diperlukan).
(Sumber: PERJANA, BAB 3: Perawatan Jalan Rel)
6.28
GANTI BANTALAN
METODE KERJA
PENGGANTIAN BANTALAN
Ÿ Memasukkan bantalan baru, Mulai dengan memasukkan bantalan
baru dari bawah rel (menggunakan penjepit bantalan) ke tempat bekas
bantalan lama, lalu pecok balas di bawah bantalan pada 20 cm kedua
sisi setiap rel.
Ÿ Mengukur lebar sepur, Sesuaikan lebar sepur antara kedua rentangan
rel-rel dengan menggunakan alat pengukur lebar sepur
Ÿ Memasang kembali alat penambat
Ÿ Mengembalikan balas, Balas dikembalikan dengan garpu.
Ÿ Memasang kembali alat penambat
Ÿ Mengembalikan balas, Balas dikembalikan dengan garpu.

bantalan lama dikeluarkan

bantalan baru dimasukan

Gambar 6.24, Ilustrasi penggantian bantalan beton

(Sumber: PERJANA, BAB 3: Perawatan Jalan Rel)


6.29
GANTI BANTALAN
7
KONSTRUKSI DARURAT

TRACK & BRIDGE


TEKNIK JALAN REL & JEMBATAN
KONSTRUKSI DARURAT
REL BENDEL
Rel Bendel adalah rel yang disusun bolak-balik jumlah > 3 batang,
membentuk satu kesatuan yang diikat pada bantalan dengan rel bendel
(begel & siku).

Fungsi Rel Bendel :


Sebagai konstruksi penggantung, bila dipasang sebidang dengan rel
?
KA yang terpasang sehingga beban KA diterima langsung oleh rel
bendel.
Sebagai jembatan darurat, bila dipasang dibawah bantalan KA yang
?
rel bendel komposisi 3-3-3-3
rel eksisting

bantalan kayu
besi begel Ø 19mm
besi siku 70x70x7

Gambar 7.1, Ilustrasi pemasangan rel bendel komposisi 3-3-3-3


Kebutuhan Rel Bendel:
?Rel dengan ukuran sama besar
?Baut begel ukuran diameter 19 mm
?Ukuran siku begel bendel yang terkecil L 70 x 70 x 7

Komposisi Rel Bendel:


?(3,5,5,3) atau (3,3,3,3)
?(3,5,3) atau (3,3,3)

Dalam Pemasangan Perhatikan:


?Ukuran rel untuk rel bendel maksimum sama dengan rel yang
terpasang
?Kek pada rel bendel tidak perlu dipasang bila ukuran baut sesuai
dengan rel yang digunakan
?Pada ujung rel bendel perlu dipasang kek serong untuk menghindari
komponen kereta yang menggantung tidak tersangkut
?Begel bendel dipasang kurang lebih 3 bantalan

7.1
REL BENDEL
KONSTRUKSI DARURAT
STAPELING
Stapeling adalah bantalan kayu yang dipasang bersilang tegak lurus
sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan yang dapat
menerima beban dengan ketinggian tertentu.
Susunan Stapeling:
?Gambangan, Susunan bantalan kayu merata sebagai pondasi atau
perata beban.
?Susunan Bantalan Stapeling

bantalan kayu
sejajar bantalan
bantalan kayu
sejajar rel
gambangan

Tinggi max: 1,5 meter


Gambar 7.2, Ilustrasi susunan stapeling tunggal Beban max: 6 ton

bantalan kayu
sejajar bantalan
bantalan kayu
sejajar rel
gambangan

Tinggi max: 1,5 meter


Gambar 7.3, Ilustrasi susunan stapeling kandang rase Beban max: 6 ton

bantalan kayu
pengikat
bantalan kayu
sejajar bantalan
bantalan kayu
sejajar rel
gambangan

Tinggi max: 4 meter


Gambar 7.4, Ilustrasi susunan stapeling kembar Beban max: 12 ton

Dalam Pemasangan Perhatikan:


?Ukuran bantalan kemungkinan tidak sama antara yang satu dengan lainnya
untuk itu bantalan perlu dikek, agar kedudukan stapeling rata, dan kek tidak
boleh ditumpuk.
?Untuk mengikat bantalan stapeling agar tidak bergeser dipasang maskram.
?Maskram terbuat dari besi tulangan
(Sumber: PERJANA, BAB 1: Material Jalan Rel
7.2 & Peraturan Dinas No. 10)

STAPELING
KONSTRUKSI DARURAT
STAPELING
Perhitungan Gambangan
Apabila beban diatasnya melebihi 12 ton maka untuk meneruskan
beban agar diterima oleh landasan terbagi merata terhadap permukaan
tanah, pada dasar stapling disusun gambangan yang disatukan dengan
rel atau profil baja.
ó = P/A
Dimana : P : beban (kg)
ó : Kekuatan tanah ( kg/cm²)
A : Luas bidang yang diperlukan

Bila diketahui:
Beban= 50 ton,
?
Tegangan tanah ijin ditetapkan= 0,5 kg/cm2
?
Ukuran bantalan = 22 x 13 x 200 cm
?
Berapa luas gambangan?
?Luas gambangan:
a = p/ ó ijin = 50.000/0,5 = 100.000 cm2
?Jumlah bantalan:
100.000/(200x22) = 22,73 = 23 batang
?Panjang gambangan = 23 x 22 = 506 cm
?Maka ukuran gambangan = 5,06 x 2 meter

7.3
STAPELING
& PANCANG
LAMPIRAN
8
TRACK & BRIDGE
TEKNIK JALAN REL & JEMBATAN
PANDUAN PENYUSUNAN
BUKU SAKU LINTAS JALAN REL

S
elain buku saku perawatan, setiap SK dan KAT harus membuat dan
membawa Buku Saku Lintas, yang disusun dengan materi sebagai
berikut:

?
Data Asset Lintas per-resort
?
Data Kuantitas Jalan Rel
?
Peta Asset
?
Data Lengkung
?
Data Wesel
?
Data Sambungan
?
Data Perlintasan
?
Data Bangunan Hikmat
?
Data Emplasemen
?
Data Material Rel
?
Data Material Penambat
?
Data Material Bantalan
?
Data Landai
?
Data Daerah Rawan
?
Passing Tonage
?
Jadwal Pemeliharaan JO-Siklus
?
Data Peralatan Regu

8.1
BUKU LINTAS
PERANGKAT KESELAMATAN STANDAR
UNTUK PEKERJA PERAWATAN JALAN REL

P
enggunaan perangkat keselamatan bertujuan
untuk melindungi pekerja dari hal-hal yang
berpotensi mebahayakan keselamatan
dari pekerja itu sendiri. Perangkat minimal yang
harus digunkan dalam kegiatan perawatan
jalan rel antara lain:
Helm
Kaca Mata
Wajib digunakan saat melakukan pekerjaan
pengelasan.
Rompi Kerja
Sarung Tangan
Sepatu Kerja

Perangat Kerja Lain:


Herness
Wajib digunakan saat
melakukan pekerjaan
di atas jembatan KA. Gambar 8.1, Perlengkapan
keselamatan kerja untuk
Bendera Kerja pekerja jalan rel.
Jas Hujan

8.2
PERANGKAT
KESELAMATAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK PREIPAL
Patok preipal dipasang di setiap bagian belakang wesel dan persilangan
(kruistuk) dengan jarak 1,95 meter dari dua as track (sepur belok dan lurus).
Ketentuan ukuran peletaan patok preipal lihat pada bagian 2, halaman 2.6
tentang ruang bebas.

Bahan yang digunakan sebagai patok


sebisa mungkin bahan yang tahan terhadap
cuaca luar. Patok diberi cat warna putih
dari batas kop rel ke atas. Posisi yang lebih
rendah dari kop rel diberi warna hitam.
tinggi patok preipal
60cm
dari kop rel
kop rel

jarak dari kop rel


ke tanahdisesuaikan

Gambar 8.2, Dimensi dan pewarnaan patok preipal

ISYARAT BERJALAN HATI-HATI


Isyarat berjalan hati-hati atau Semboyan 2 (A,B,C) merupakan semboyan
yang bersifat sementara.
Semboyan ditempatkan pada lokasi yang membutuhkan perlindungan,
misal lokasi rel patah atau longsoran, dll.
Warna cat kuning scottlight
list hitam doff (tidak mengkilat).
50cm
60cm

as track
220cm

kop rel

2,53m
Gambar 8.3, Dimensi dan pewarnaan semboyan 2(A,B,C)
(Sumber: Peraturan Dinas No. 19)
8.3
DIMENSI
SEMBOYAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK PREIPAL
PEMBATAS KECEPATAN
Pembatas kecepatan atau Semboyan 2 merupakan semboyan yang
bersifat semi permanen, diperuntukan membatasi kecepatan untuk
melindungi lokasi tertentu, misal lengkung radius kecil, daerah rawan
ambles, area emplasemen. Setiap pembatas kecepatan harus terdaftar
dalam GAPEKA.
Warna cat teks dan list kuning
scottlight
dasar hitam doff (tidak

6 6
mengkilat).
cm
50

cm
60

6 220cm

as track
40cm

kop rel
24cm 2,53m
tebal teks 6,5cm

Gambar 8.4, Dimensi dan pewarnaan semboyan 2


ISYARAT
PATOK PREIPAL
BERHENTI
Isyarat berhenti atau Semboyan 3 merupakan semboyan yang bersifat
sementara, diperuntukan melindungi daerah yang tidak bisa dilalui KA
semetara waktu karena adanya kondisi insidentil seperti bencana alam
yang memutuskan jalur KA.
as track

Warna cat merah scottlight


220cm
60cm

kop rel

2,53m
Gambar 8.5, Dimensi dan pewarnaan semboyan 3
(Sumber: Peraturan Dinas No. 19)
8.4
DIMENSI
SEMBOYAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK
PENGHABISAN
PREIPALTASPAT
Penghabisan pembatas kecepatan atau Semboyan 2H merupakan tanda
batas area yang dilindungi oleh pembatas kecepatan. Setelah melewati
semboyan 2H, KA bisa berjalan kembali dengan kecepatan normal yang
diizinkan.

H H

50cm
60cm
cm
50

cm

Warna cat teks dan list


60

putih scottlight
dasar hijau doff (tidak
H mengkilat).

H as track
17,5cm

220cm

kop rel

13cm 2,53m
tebal teks 4cm
Gambar 8.6, Dimensi dan pewarnaan semboyan 2H

(Sumber: Peraturan Dinas No. 19)


8.5
DIMENSI
SEMBOYAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK
MARKAPREIPAL
KELANDAIAN
Marka kelandaian atau Semboyan 10J merupakan pemberitahuan adanya
perubahan kelandaian jalan rel.

Cara membaca marka kelandaian:

500m

1m
1
500
100
100m
Informasi kelandaian:
KA akan melewati tanjakan dengan kelandaian 1/100m
dengan jarak tempuh 500m.
Putih:
Menandakan posisi yang akan dilalui oleh Kereta setelah
melewati Marka kelandaian.
Hitam:
Menandakan posisi Kereta saat melewati Marka
kelandaian.
Kemiringan papan:
Menunjukan gambaran medan yang sedang dilalui (warna hitam) dan
yang akan dilalui (warna putih) oleh KA.

Warna hitam doff & putih biasa,


65cm 20cm teks warna hitam.

20cm
as track
165cm

65cm

kop rel

2,53m

Gambar 8.7, Dimensi dan pewarnaan semboyan 2H


(Sumber: Peraturan Dinas No. 19)
8.6
DIMENSI
SEMBOYAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK
MARKAPREIPAL
LENGKUNG
Marka lengkung atau Semboyan 10L merupakan marka yang berisikan
informasi tentang lengkung. Papan lengkung dipasang tegak lurus dengan
MB/BB (Mulai Busur) sejarak 2 meter dari as rel, di setiap lengkung yang
ada.
40
2

PAPAN INFORMASI
LENGKUNG
13

No. LENGKUNG : 100


4

BAGIAN DEPAN
MB : 20+500
4

AB : 22+700
4

SUDUT : 5.78 °
55

RADIUS : 180 m
4

AP : 20 mm
4

PLA : 90 m
4

T : 100 mm

LEBAR SEPUR : 1082 mm


14

V : 80 km/j

Gambar 8.8, Dimensi dan Informasi papan lengkung


AB(EB)
MB(BB)

ABA
ABA

MBA
MBA

Gambar 8.9, Perletakan papan informasi lengkung


(Sumber: Peraturan Dinas No. 19)
8.7
DIMENSI
SEMBOYAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK
RIWAYAT PREIPAL
PEMERIKSAAN LENGKUNG
Riwayat pemeriksaan lengkung merupakan papan yang berisikan
informasi riwayat pemeriksaan dan realisasi perbaikan lengkung secara
periodik. Informasi yang ada pada papan ini harus sesuai dengan apa yang
diprogramkan di kantor Resor. Papan diletakan di belakang papan
lengkung.
RIWAYAT PEMERIKSAAN
LENGKUNG
13

TANGGAL PROGRAM TANGGAL REALISASI


2 2

B A G IA N B E L A K A N G
PEMERIKSAAN PERBAIKAN PEMERIKSAAN PERBAIKAN
TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL:
7

TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL:


55

TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL:


7

TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL:


7
10

10 10 10 10

40

Gambar 8.8, Dimensi dan Informasi papan riwayat pemeliharaan lengkung


AB(EB)
MB(BB)

ABA
ABA

MBA
MBA

Gambar 8.9, Perletakan papan riwayat pemeliharaan lengkung

8.8
DIMENSI
SEMBOYAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK
MARKAPREIPAL
WESEL
Marka wesel merupakan marka yang berisikan informasi tentang wesel.
Papan wesel dipasang tegak lurus dengan titik matematis wesel (Mulai
Busur) sejarak 2 meter dari as rel, di setiap wesel yang ada.

PAPAN INFORMASI
WESEL
13

No. WESEL : 1103


4

KM/HM AWAL : 20+500

B A G IA N D E P A N
4

KM/HM AKHIR : 20+640


4

SUDUT : 1 : 12
55

TIPE REL : R 54
4

TIPE WESEL : CINA SHANGHAIGUAN


4

POSISI : SP. RAYA


18

2
40

Gambar 8.10, Dimensi dan Informasi papan wesel


titik matemastis

akhir wesel
awal wesel

Gambar 8.9, Perletakan papan informasi wesel

8.9
DIMENSI
SEMBOYAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK
RIWAYAT PREIPAL
PEMERIKSAAN WESEL
Riwayat pemeriksaan wesel merupakan papan yang berisikan informasi
riwayat pemeriksaan dan realisasi perbaikan wesel serta pengelasan
wesel. Informasi yang ada pada papan ini harus sesuai dengan apa yang
diprogramkan di kantor Resor. Papan diletakan di belakang papan wesel.

RIWAYAT PEMERIKSAAN
13 WESEL

RIWAYAT
2 2

TANGGAL PROGRAM TANGGAL REALISASI

B A G IA N B E L A K A N G
PENGELASAN
PEMERIKSAAN PERBAIKAN PEMERIKSAAN PERBAIKAN JARUM
TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL:
7

TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL:


55

TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL:


7

TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL:


7
10

8 8 8 8 8
40
Gambar 8.10, Dimensi dan Informasi papan riwayat pemeliharaan wesel
titik matemastis

akhir wesel
awal wesel

Gambar 8.11, Perletakan papan riwayat pemeliharaan wesel

8.10
DIMENSI
SEMBOYAN
BENTUK D.145
FORM PEMERIKSAAN WESEL
Bentuk D.145 adalah bentuk pemeriksaan wesel. Saat melakukan
pemeriksaan wesel data hasil pemeriksaan dituliskan langsung di form
D145. Perbaikan wesel langsung dilakukan sesuai dengan hasil dari
pemeriksaan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengisian:


Pilih form yang sesuai dengan pabrikan wesel, setiap pabrikan dan
?
sudut wesel berpengaruh pada perbedaan geometri dan fisik dari
wesel tersebut.
Ukur lebar sepur dan pertinggian.
?
Isi hasil pengukuran pada kotak yang disediakan.
?
Lokasi yang diukur harus sesuai dengan dengan lokasi yang tertera
?
pada form D145 (sesuai nomor bantalan).
Terdapat 3 kotak, kotak kiri berisikan ukuran geometri seharusnya,
?
kotak tengah berisikan hasil pengukuran, kotak kanan berisikan
ukuran setelah perbaikan.
Di bawah kotak pengisian terdapat informasi angka toleransi, jika
?
terdapat hasil pengukuran diluar toleransi yang ada, segera lakukan
perbaikan hingga dalam batas toleransi.
Pada kotak kanan bawah terdapat gambar komponen jarum yang
?
diperuntukan untuk menuliskan hasil pengukuran keausan jarum dan
vang rel.
Pada kotak paling kanan terdapat gambar dan nomor bantalan,
?
diperuntukan untuk pengisian kondisi bantalan (baik, X, XX atau XXX)
dan penambat yang ada pada wesel.
Pengisian dan perbaikan dilakukan sesuai dengan siklusnya (Sp. Raya
?
4 kali setahun dan Sp. KA 2 kali setahun)
Pengisian dilakukan oleh KAT
?
Pekerjaan perbaikan dilakukan oleh tenaga regu berkala dengan
?
pengawasan dari KAT.
Hasil pemeriksaan dilaporkan dalam laporan bulanan dan diarsipkan di
?
setiap kantor Resor.

8.11
OPNAME
WESEL
BENTUK D.145
FORM PEMERIKSAAN WESEL

PT.KERETA API INDONESIA (Persero)


DAOP/DIVRE ...............................

LAPORAN tentang keadaan wesel biasa dengan lidah pegas dari rel tinggi 159 mm (Rel no.54)
dengan perbandingan sudut 1:12 ( Wesel Italia) di emplasemen.....................
Wesel No : .............................. Tanggal .............................................
Jarak Bantalan

UKURAN TEMPAT2 PENTING LEBAR SEPUR



KETERANGAN
LURUS BELOK LURUS BELOK
52 Foto Wesel 52
1067 1067
JARAK 600 600
51
-2 51
-2 1067 1067
+5 600 600
+5 +5 +5 50
50
-5 -5 460 460 L
SE
49
49
80 80 560 557 WE
80 ± 5 O 48
OT
48
58 58 80 ± 5 58 +2 -1
+2
560
58 +2 -1 557
NF 47
+2 47
KA
-1 -1 560 557 UM
46 NT 46

560 45 ±1
557 CA
45
Lebar alur pada rel paksa 45
1033
560 34 ±1 557
44
44
34 34
560 557
43
43
-1 -1
Lebar alur pada jarum dengan +1
560 557
42
+1 42 58 ±2
rel paksa 560 557
1067 1067 41 1067 ±1 41
1067 ±1
1033 1033 560 557
40
40
+2 +2 420 58 +2 -1 420 39
-0 -0 39 80 ± 5
652 648 30520
1067 ±1 1072
±1
38
38 16536
13984
652 648
37
1067 1072 37
652 648
36
-1 -1 36 1:12
+5 +5 4°45'49"
+1 +1 650 648
-5 -5 35
35

80 80 650 648
34
34
58 58 650 648
33
+2 +2 33 Point Protection
-1 650 648
-1 +1 32
32 34 -1
10 1033 +2
650 648 15
3 45 ±1 31
31
650 648
30
30
1072 ±1
650 648
1067 ±1 6,9 ±1 29
29
650 648
1067 1072 28
28

650 648
-1 -1 27
27

+1 +1 650 648
26
26
650 648
25
25
600 598
24
24
Jarak antara lidah dan rel lantak 520
276 ±2
282 ±2 520
23
23
276 282 600
22
22
±2 ±2
650
21
21
600
20
20
600
19
19
630
18
18 1072 ±1

630
1072 1072 17
17

630
±1 ±1 16
16 1067 ±1 B
630 ......
1067 1067 15
15

630
±1 ±1 14
14
630
13
13
630 30 cm
12
12 ...... A
630
11
11
630 ......
10
10 30
630
9
9
625
120 ..... 8
8
1067
640 Section A
7
7
640
..... 6
6
.....
640
Jarak antara ujung lidah 5
5
terbuka dengan rel lantak 640
4 Section B 4

120 120 1067 1067 640


3 Opname Lain-lain: 3

640
2
1. Kelengkapan baut-baut 2

640 2. Lidah menggantung


1
1
1067 ±1
3. Kepadatan balas
0 1067
Tidak sikunya sambungan -1
+1
pada rel lantak

BENTUK D. 145

Mengetahui :
SK.................................. ........................ , tgl.......................
Dibuat KAT.........................

........................................ .......................................................

Gambar 8.12, Form pemeriksaan wesel (D145)

8.12
OPNAME
WESEL
TRACK & BRIDGE
TEKNIK JALAN REL & JEMBATAN

Anda mungkin juga menyukai