Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS SENSITIVITAS DALAM MEMILIH MODA TRANSPORTASI

MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS


(AHP)
(STUDI KASUS: KOTA BANDAR LAMPUNG)
Yosi Sumana Clara1, Muhammad Abi B.N 2, Michael3

Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Sumatera


Jalan Terusan Ryacudu, Desa Way Hui, Kecamatan Jatiagung, Lampung Selatan, 3536
E-mail : yosiclara8@gmail.com

ABSTRAK
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat di Kota Bandar Lampung, maka perkembangan moda
transportasi juga semakin meningkat hal ini disebabkan karena banyaknya kebutuhan masyarakat akan moda
transportasi dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
transportasi, maka perlu diperhatikan faktor-faktor terkait penggunaan transportasi hal ini bertujuan agar pengguna
moda transportasi mendapatkan kepuasan tersendiri dalam menggunakan moda transportasi yang tersedia. Pada
permasalahan ini, peneliti akan menganalisis permasalahan yang ada di Kota Bandar Lampung terkhususnya moda
transportasi dengan cara menentukan prioritas pilihan transportasi jika dihadapkan dengan berbagai faktor yang
mempengaruhi seperti faktor waktu tempuh, biaya, kenyamanan, keamanan, kemudahan serta mencari alternatif dari
permasalahan tersebut. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis tingkat prioritas moda transportasi jika
dilakukan perubahan pada tiap kriteria serta membuat pemodelan menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) dimana AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dapat menguraikan masalah multi
faktor/multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki (Saaty 1993). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu
angkutan pribadi menjadi prioritas pertama dengan bobot sebesar 46,6%, angkutan online 30,7%, bus 13,8% dan
angkot sebesar 8,9%. Urutan kriteria yang menjadi prioritas dalam pemilihan moda transportasi yaitu kriteria waktu
tempuh dengan bobot persentase 37,55%, kriteria biaya 19,52%, kriteria kemudahan 18,43% kriteria keamanan
15,91% dan kriteria kenyamanan 8,6%. Hal ini memperlihatkan bahwa kriteria waktu tempuh merupakan faktor
penting yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi Kota Bandar Lampung. Sedangkan hasil sensitivitasnya
menunjukkan, perubahan tiap tiap kriteria akan mengubah urutan pemilihan moda.

Kata Kunci : pemilihan moda, analisis sensitivitas, pemodelan pemilihan moda transportasi, Analytical Hierarchy Process
(AHP);

ABSTRACT

Bandar Lampung is the capital of Lampung province which is located on the island of Sumatra which has a population
of 1,166,066 million people in 2020. Along with rapid population growth in Bandar Lampung City, the development of
transportation modes is also increasing this is due to the large number of needs. people will use the mode of
transportation in carrying out their daily activities. With the increasing public need for transportation, it is necessary to
pay attention to factors related to the use of transportation, this is so that users of transportation modes get their own
satisfaction in using the available transportation modes. In this problem, the researcher will analyze the problems that
exist in the city of Bandar Lampung, especially the mode of transportation by determining the priority of transportation
choices when faced with various influencing factors such as travel time, cost, convenience, security, convenience and
looking for alternatives to these problems. The purpose of this study is to analyze the priority level of transportation
modes if changes are made to each criterion and make modeling using the Analytical Hierarchy Process (AHP)
method where AHP is a decision support model that can describe complex multi-factor/multi-criteria problems into a
hierarchy (Saaty 1993). The results obtained from this study are that private transportation becomes the first priority
with a weight of 46.6%, online transportation 30.7%, buses 13.8% and public transportation by 8.9%. The order of the
criteria that become priority in the selection of transportation modes is the travel time criteria with a percentage weight
of 37.55%, the cost criteria 19.52%, the convenience criteria 18.43%, the safety criteria 15.91% and the comfort
criteria 8.6%. This shows that the travel time criterion is an important factor that influences the choice of
transportation mode in Bandar Lampung City. While the sensitivity results show, changes in each criterion will change
the order of mode selection.

Keywords : mode selection, sensitivity analysis, mode of transportation selection modeling, Analytical Hierarchy Process
(AHP);
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bandar Lampung merupakan ibukota provinsi


Lampung yang memiliki jumlah penduduk
sebanyak 1.166.066 juta jiwa pada tahun 2020.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang
semakin pesat, maka perkembangan moda
transportasi di Kota Bandar Lampung juga
semakin meningkat hal ini disebabkan karena
banyaknya kebutuhan masyarakat akan moda
transportasi dalam melakukan kegiatan sehari-
hari. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan transportasi, maka perlu
diperhatikan faktor-faktor terkait penggunaan
transportasi hal ini bertujuan agar pengguna
moda transportasi mendapatkan kepuasan
tersendiri dalam menggunakan moda
transportasi yang tersedia.
Dalam penelitian ini, peneliti hendak
menganalisis pemilihan moda transportasi yang
dihadapkan dengan berbagai faktor yang
mempengaruhi seperti faktor waktu tempuh,
biaya, kenyamanan, keamanan, kemudahan
dan alternatif moda yang tersedia di Kota
Bandar Lampung. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Analytical
Hierarchy Process (AHP) dan menggunakan
bantuan software Expert Choice.

2. METODE PENELITIAN

2.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 2. 1 Diagram Alir Penelitian

Dalam analisis sensitivitas pemilihan 2.2 Studi Literatur


moda transportasi dibutuhkan metode
untuk mendapatkan kebutuhan data, Studi literatur merupakan suatu kegiatan yang
bertujuan untuk mempermudah dalam berkenaan dengan metode pengumpulan data
mendapatkan hasil berdasarkan pada pustaka, membaca dan memcatat, serta
yang ingin dicapai. Oleh karena itu, mengelola bahan penelitian (Zed, 2008:3).
metode penelitian harus dibuat dengan Dalam menganalisis sensitivitas dalam
baik mulai dari mencari studi literatur pemilihan moda transportasi, tahap awal yang
dalam pemilihan moda transportasi dilakukan adalah dengan mencari dan
sampai pada diperolehnya hasil akhir mempelajari literatur yang telah ada,
yang optimal. menentukan lokasi yang menjadi objek
Susunan proses penelitian akan menjadi penelitian dan melakukan survey permintaan
pedoman dalam pengumpulan data, data dari instansi terkait. Studi literatur yang
pengolahan data, dan menganalisis data digunakan peneliti dapat diperoleh dari jurnal-
yang ada sehingga didapatkan hasil yang jurnal penelitian sebelumnya dan buku-buku
optimal dan memperoleh data yang dapat yang berkaitan dengan transportasi transportasi.
diterapkan secara langsung di lapangan.
Metode analisis sensitivitas dalam
memilih moda transportasi akan diuraikan
pada gambar 2.1 berikut ini:
diperlukan untuk melihat laju perkembangan
2.3 Pengumpulan Data kendaraan dari tahun ke tahun dan menjadi
referensi bagi peneliti untuk menganalisis tingkat
Pada tahap pengumpulan data dibutuhkan data- permintaan kendaraan oleh masyarakat dari moda
data pendukung. Data yang digunakan berupa transportasi yang ada. Perolehan data diambil dari
data primer dan data sekunder.
Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, data
1. Data Primer
yang diperlukan diambil dari 5 tahun terakhir.
Data primer merupakan data yang diperoleh
b. Jumlah Penduduk
dengan cara menyebarkan kuesioner dan
wawancara kepada responden di tempat Data jumlah penduduk Kota Bandar Lampung
lokasi penelitian. Lembar kuesioner diperlukan untuk melihat berapa persentase
langsung dibawa oleh peneliti ke setiap penggunaan kendaraan yang melintas di Kota
responden sehingga diharapkan dapat Bandar Lampung yang digunakan masyarakat.
memperjelas maksud yang dikandung dalam Jika sudah diketahui semua persentase yang
kuesioner. Responden yang dituju oleh menggunakan moda, setelah itu nantinya peneliti
peneliti ialah responden yang mengetahui
akan melakukan pemilihan moda melalui kuesioner
moda transportasi secara mendalam.
a. Kuesioner dan dapat melihat persentase moda yang terpilih
Proses pengumpulan data ini dilakukan serta melakukan analisis sensitivitas untuk
dengan menyebarkan kuesioner yang berisi mengetahui pengaruh kriteria yang besar dalam
pertanyaan tentang membandingkan kriteria pemilihan moda berjenis angkutan publik.
antar kriteria, dan alternatif antar alternatif
terhadap kriteria sehingga dapat 2.4 Metode Analisis Data
menghasilkan rangking prioritas terhadap
pemilihan moda dari segi kriteria yang dinilai Pada hasil pengumpulan data akan didapatkan data
oleh seluruh responden. Pengisian yang selanjutnya diolah menggunakan metode
kuesioner disajikan dalam bentuk formulir Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan bantuan
untuk setiap pakar/responden. Penyusunan perangkat lunak Miscrosoft Excel dan software Expert
kuesioner dimuat terlebih dahulu dengan Choice. Hasil jawaban dari kuesioner akan dimasukkan
pengisian data karakteristik responden
ke dalam tabel-tabel yang kemudian akan diolah
seperti halnya: nama, jenis kelamin,
menjadi bahan perhitungan selanjutnya. Berikut akan
pekerjaan, usia, pengahasilan atau
pendapatan serta beberapa pertanyaan dijelaskan secara rinci proses analisis data
yang menyangkut kriteria dan alternatif menggunakan metode Analytical Hierarchy Process
dalam memilih moda transportasi. (AHP) dan penggunaan software Expert Choice.
b. Wawancara 1. Analisis Data Menggunakan Analytical Hierarchy
Wawancara dilakukan berdampingan Process (AHP)
dengan pengisian kuesioner oleh
responden. Peneliti akan menjelaskan Langkah-langkah dalam menganalisis data ini dimulai
maksud dari tujuan pertanyaan dan cara dari menginput data hasil kuesioner, merekapitulasi
menjawab kuesioner yang dibagikan. Dalam hasil jawaban semua responden, melakukan
tahap wawancara, peneliti menanyakan perhitungan sampai diperolehnya prioritas dalam
kepada pakar mengenai tingkat kepentingan pemilihan moda transportasi.
kriteria terhadap kriteria lainnya serta
menanyakan alasan dalam menilai Setelah mengolah data kuesioner, langkah selanjutnya
kepentingan kriteria tersebut, begitu juga ialah dengan merumuskan model pemilihan moda
untuk tingkat kepentingan alternatif transportasi yang nantinya digunakan untuk
pemilihan moda terhadap setiap kriteria. menghitung moda transportasi mana yang akan
menjadi prioritas jika dilakukan perubahan terhadap
2. Data Sekunder bobot prioritas pada tiap-tiap kriteria. Adapun
Data sekunder merupakan data yang penyusunan struktur hirarki dapat dilihat pada Gambar
diperoleh dari instansi yang bersangkutan. 2.4.
Adapun data sekunder yang menjadi data
pendukung penelitian yaitu:
a. Data jumlah kendaraan;
Data jumlah kendaraan yang diperlukan
dalam penelitian ini ialah data jumlah
angkutan online, angkutan pribadi, dan
angkutan umum. Data jumlah kendaraan
data jumlah penduduk setiap tahun yang mengalami
peningkatan hal ini juga tidak menutup kemungkinan
bahwa moda transportasi juga akan mengalami
peningkatan.

3.2 Jumlah Kendaraan di Kota Bandar Lampung

Berikut persentase jumlah kendaraan Kota Bandar


Lampung 2016 sampai 2020 yang disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik.

Gambar 2. 4 Penyusunan Struktur Hirarki

2. Analisis Data Menggunakan Expert Choice


Tahapan pertama yang dilakukan yaitu membuat
goal (pemilihan moda transportasi), kriteria dan
alternatif. Langkah kedua yaitu menginput
jawaban kuesioner dari responden dan output
yang didapat ialah prioritas pemilihan moda
terhadap kriteria yang memiliki nilai yang paling
tinggi. Pada analisis data ini uji konsistensi yang
diperoleh tidak boleh melebihi 0,1 atau nilai CR ≤
0,1. Untuk melihat tingkat sensitivitas pemilihan
moda terhadap kriteria, maka klik ikon Sensitivity-
Graphs pada sofware Expert Choice akan muncul Sumber: BPS Kota Bandar Lampung Dalam Angka, 2021
tingkat sensitivitas dalam bentuk persentase dan Gambar 3.2 Persentase Jumlah Kendaraan Kota
diagram gafik. Bandar Lampung 2016-2020

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dilihat pada gambar 3.2 jumlah persentase kendaraan
dari tahun 2017 mengalami pertumbuhan jumlah
kendaraan yang terus meningkat sampai tahun 2020.
3.1 Jumlah Penduduk di Kota Bandar
Dari data pendukung yang diperoleh maka tidak
Lampung
menutup kemungkinan pertumbuhan jumlah moda
Berikut hasil persentase jumlah penduduk di transprotasi terus meningkat pada tahun yang akan
wilayah Kota Bandar Lampung pada tahun 2016 mendatang. Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan
sampai 2020. penelitian serta mengkaji alasan masyarakat memilih
moda transportasi dengan mengkaitkan beberapa
kriteria guna dapat memperoleh kriteria mana yang
Persentase Jumlah Penduduk Kota paling mempengaruhi masyarakat dalam menentukan
Bandar Lampung moda transportasi untuk berpergian.
30,00% 0,00 0,35% 2,18%
0,34% 3.3 Data Hasil Kuesioner
20,00% 0,34%
1. Hasil Perhitungan Kriteria Seluruh Responden
10,00%
0,00% 1. Mencari nilai geomean
2016 2017 2018 2019 2020 Geomean merupakan nilai rata-rata geometrik penilaian
Selisih persentase jumlah penduduk
(Geometric Mean) atau merata-ratakan data dari hasil
jawaban responden. Tujuannya adalah untuk
Persentase Jumlah Penduduk (%) mendapatkan suatu nilai tunggal yang mewakili sejumlah
responden. Adapun rumus yang digunakan untuk
Sumber: BPS Kota Bandar Lampung Dalam Angka,
mencari nilai geomean adalah sebagai berikut:
2021 n
Gambar 3.1 Persentase Jumlah Penduduk Kota G = √X1 x X2 x X3 x…..Xn
Bandar Lampung 2016-2020 Keterangan:
G = Rata-rata Geometrik
Pada lima tahun terakhir pertumbuhan Xn = Penilaian resonden ke 1,2,3…n
penduduk semakin meningkat. Adapun rata-rata n = Jumlah penilaian
persentase peningkatan pertumbuhan penduduk
setiap tahunnya sebesar 0,80%. Jika dilihat dari
Tabel 3.1 Data Hasil Jawaban Satu Responden Matriks Perbandingan Bobot
Berpasangan Prioritas
1 2,22 3,54 2,72 1,90 0,38
0,45 1 2,20 1,36 1,16 0,20
0,28 0,46 1 0,48 0,40 𝑥 0,09
0,37 0,73 2,07 1 0,99 0,16
[0,53 0,86 2,48 1,01 1 ] [0,18]

X1.1 = (1 x0,38) + (2,22 x 0,20) + (3,54 x 0,09) + (2,72


x 0,16) + (1,90 x 0,18)
= 0,38 + 0,43 + 0,30 + 0,43 + 0,35
= 1,90

Adapun hasil perhitungan matriks penjumlahan setiap


2. Perhitungan Matriks Perbandingan baris dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini.
Berpasangan
Tabel 3.4 Penjumlahan Matriks Tiap Baris
Tabel 3.2 Matriks Perbandingan Berpasangan

5. Rekapitulasi hasil penjumlahan matriks setiap baris


dengan bobot prioritas/eigen vector.
Dilihat pada tabel 3.2 daerah yang berwarna
kuning merupakan nilai yang didapat dari hasil Tabel 3.5 Penjumlahan Matriks Tiap Baris
geomean. Sebaliknya untuk mendapatkan nilai
yang lain yaitu dengan membagikan satu per nilai
geomean. Misal, kriteria waktu tempuh terhadap
biaya mendapatkan penilaian 2,22 maka kriteria
1
biaya terhadap waktu tempuh yaitu 0,45.
2,22
Perhitungan dilakukan seterusnya dengan cara
yang sama.

3. Eigen Vector/Bobot Prioritas 6. Mencari nilai λmaks.


1=n
Eigen vector dihitung dengan cara membagi nilai
1 Hasil perhitungan matriks setiap baris
pada tiap baris kriteria dengan total jumlah pada λmaks = ∑
kolom kriteria. Misalkan pada tabel 3.3 hasil 0,38 n Bobot Prioritas
1 i=1
didapatkan dengan pembagian
2,63
pada tabel 1 1,90 0,98 0,43 0,80 0,92
= ( + + + + )
matriks berpasangan. 5 0,38 0,20 0,09 0,16 0,18
Lalu untuk mendapatkan hasil bobot prioritas 1
= (5,05 + 5,04 + 5,03 + 5,03 + 5,02)
dilakukan dengan menjumlahkan nilai setiap baris 5
pada kriteria dan dibagi 5 (terdapat 5 kriteria). = 5,03

Tabel 3.3 Normalisasi Matriks 7. Mencari nilai Consistency Index (CI)


(λmaks - n)
CI =
n-1
(5,03 - 5)
CI =
5-1
= 0,01
4. Matriks Penjumlahan Tiap Baris
8. Mencari nilai Consistency Ratio (CR)
Pada tahap ini dilakukan penjumlahan kriteria CI
CR=
pada setiap baris. Contoh perhitungan dapat IR
dilihat dibawah ini. 0,01
CR=
1,12
= 0,0072 2. Biaya

Karena CR < 0,1 maka seluruh jawaban Setelah dilakukan pengolahan data kuesioner
responden dalam penilaian kriteria adalah didapat bobot prioritas alternatif terhadap
konsisten. kriteria biaya dapat dilihat pada tabel 3.8.

3.4 Hasil Perhitungan AHP Alternatif Terhadap Tabel 3.7 Perhitungan AHP Alternatif terhadap
Kriteria Kriteria Biaya
1. Waktu Tempuh
Dengan melakukan cara perhitungan yang sama
dengan perhitungan diatas, maka didapat masing-
masing bobot prioritas alternatif terhadap kriteria
dan nilai konsistensi sebagai berikut.
Tabel 3.6 Perhitungan AHP Alternatif Terhadap
Kriteria Waktu Tempuh

Adapun hasil yang diolah melalui software Expert Gambar 3.2 Bobot Alternatif Terhadap Kriteria Biaya
Choice sebagai berikut.
Dari hasil olahan data didapat nilai konsistensi
(CR) sebesar 0,03 yang artinya data dapat
digunakan untuk dianalisis. Dari gambar diatas
dapat dilihat bahwa dari segi biaya bus lebih
unggul dengan bobot prioritas sebesar 42,6%,
hal ini didasarkan bahwa tarif yang dikeluarkan
dalam melakukan sekali perjalanan bus relatif
lebih murah jika dibandingkan dengan angkutan
lainnya. Responden menilai bahwa saat ini bus
Gambar 3.1 Bobot Alternatif Terhadap Kriteria Waktu lebih baik dari segi biaya jika dibandingkan
Tempuh dengan angkutan lain. Kemudian prioritas kedua
diduduki oleh angkutan pribadi dimana pada
Dari gambar diatas dapat dilihat hasil pengolahan saat ini responden menilai angkutan pribadi juga
data menggunakan software Expert Choice sedikit mengeluarkan biaya dalam melakukan
dimana untuk konsistensi yang diperoleh yaitu perjalanan ditambah lagi masih adanya subsidi
0,004 yang artinya data bisa digunakan dengan BBM. Selanjutnya prioritas ketiga ialah angkot
penilaian yang cukup konsisten (CR ≤ 0,1). dengan biaya ongkos/tarif yang terbilang masih
Dari gambar 3.1 menunjukkan angkutan pribadi terjangkau untuk melakukan perjalanan namun
berada pada prioritas pertama dengan bobot jika perjalanan yang dijangkau cukup jauh maka
sebesar 49,4% sedangkan angkutan online berada biaya yang dikeluarkan sedikit lebih besar
pada urutan kedua, angkot dan bus berada pada dibanding dengan perjalanan dalam jarak yang
urutan ketiga dan keempat. Hasil yang didapat dekat. Sedangkan untuk prioritas ke empat yaitu
menujukkan bahwasannya angkutan umum angkutan online dimana angkutan online dinilai
berjenis angkot dan bus masih belum dapat masih relatif mahal dari segi biaya.
diandalkan dalam segi waktu tempuh.hal ini
dikarenakan jumlah armada yang tidak terlalu 3. Kenyamanan
banyak sehingga dalam waktu tunggu angkutan ini
lebih lama daripada angkutan lainnya. Maka dari Dari hasil olahan data yang dilakukan, penilaian
itu perlu dilakukannya pengaturan timetable responden adalah konsisten dengan nilai
(pengaturan jadwal pergi dan tiba). konsistensi adalah 0,07 maka data yang
diperoleh bisa digunakan.
Tabel 3.8 Perhitungan AHP Alternatif
terhadap Kriteria Kenyamanan

Gambar 3.4 Bobot Alternatif Terhadap Kriteria Keamanan

Berdasarkan jawaban responden dari hasil kuesioner


moda yang menjadi prioritas pertama ialah angkutan
pribadi dimana persentase yang didapat sebesar 49,6%
kemudian prioritas ketiga kemudian disusul oleh
Gambar 3.3 Bobot Alternatif Terhadap Kriteria
angkutan online dengan bobot persentase 36,3%. Pada
Kenyamanan
kedua angkutan ini dinilai masih aman dalam melakukan
Dari hasil olahan data yang menjadi prioritas perjalanan dikarenakan minimnya kriminalitas yang
utama dalam segi kenyamanan ialah angkutan terjadi, dan terjaganya privasi dari orang lain. Sedangkan
pribadi dan angkutan online dengan nilai urutan prioritas ketiga dan keempat dari segi keamanan
persentase sebesar 42,1%. hal ini didasarkan ialah bus dengan persentase sebesar 9,2% dan angkot
pada kedua angkutan tersebut mampu melayani dengan persentase 4,9%, hal ini menunjukkan bus dan
dengan fasilitas yang memadai dimulai dari angkot belum mampu menjamin tingkat keamanan
tersedianya AC, terhindarnya orang dari tindakan seseorang. Selain itu tingkat keamanan juga dilihat dari
kriminalitas, terjaganya privasi setiap orang, tidak fisik angkutan umum tersebut yang sudah tua dimulai
ada keberisikan yang ditimbulkan seperti suara dari mesinnya, belum ada uji kelayakan secara berkala
tape angkutan, hp, atau sesama penumpang yang untuk siap melayani penumpang.
berisik, kendaraan masih terawat dengan baik,
kendaraan tidak mengeluarkan bau yang tidak 5. Kemudahan
sedap, tempat duduk yang masih nyaman
digunakan sehingga dalam melakukan perjalanan Adapun hasil dari penilaian yang telah dilakukan
responden terhadap kriteria kemudahan dapat dilihat
orang bisa melakukan apa saja didalam angkutan
pada tabel 3.10. Dari hasil olahan data didapat nilai
tersebut. Sedangkan pada urutan ketiga dan konsistensi sebesar 0,05 yang artinya data dapat
keempat ialah bus dan angkot dengan masing- digunakan untuk dianalisis.
masing persentase sebesar 10,8% dan 5% yang
dinilai masih kurang dalam segi kenyamanan Tabel 3.10 Perhitungan AHP Alternatif terhadap
untuk melakukan perjalanan dikarenakan fasilitas Kriteria Kemudahan
yang diberikan belum cukup memadai.

4. Keamanan

Dari kriteria keamanan, penilaian responden


terhadap kriteria keamanan cukup konsisten
dimana nilai uji konsistensi yang didapat sebesar
0,03 yang artinya kurang dari 0,1 maka hasil
tersebut layak digunakan untuk dianalisis dan
dijadikan pengolahan data selanjutnya.

Tabel 3.9 Perhitungan AHP Alternatif


terhadap Kriteria Keamanan

Gambar 3.5 Bobot Alternatif Terhadap Kriteria Kemudahan

Dari gambar 3.5 menjelaskan bahwa angkutan pribadi


lebih unggul dengan bobot 52,6% dari segi
kemudahan. Angkutan pribadi dan online masih dapat
diandalkan dikarena dinilai dapat menjangkau setiap
lokasi yang dituju. Namun untuk angkutan umum
belum ada manajemen yang baik dan handal dalam
segi akses ke setiap lokasi pemukiman warga.
Jika dibandingkan kedua angkutan umum ini,
angkot lebih unggul dibanding bus dikarenakan
rute angkot masih dapat menjangkau sampai ke
pemukiman warga ditambah jumlah armada
yang memadai akan menjadi tolak ukur dalam
melakukan perjalanan.

3.5 Perumusan AHP pada Pemilihan Moda


Transportasi

Dari pengolahan data yang telah dilakukan,


selanjutnya akan dibuat pemodelan/perumusan Gambar 3.6 Grafik Dynamic Sensitivity Kriteria
AHP pemilihan moda transportasi. Perumusan
AHP dibuat dengan mengkorelasikan kriteria
dan alternatif yang diperoleh dengan penjabaran
proses perkalian matriks. Adapun perumusan
yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:
Bus = 0,06 Waktu Tempuh + 0,42
Biaya + 0,11 Kenyamanan + 0,09
Keamanan + 0,05 Kemudahan
Angkot = 0,07 Waktu Tempuh + 0,17
Biaya + 0,05 Kenyamanan + 0,05
Keamanan + 0,09 Kemudahan
Angkutan online = 0,38 Waktu Tempuh + 0,07
Biaya + 0,36 Kenyamanan + 0,36
Keamanan + 0,34 Kemudahan
Angkutan pribadi = 0,49 Waktu Tempuh + 0,34 Gambar 3.7 Grafik Dynamic Sensitivity Alternatif
Biaya + 0,47 Kenyamanan + 0,49
Keamanan + 0,52 Kemudahan
Dari olahan data yang dilakukan, hasil akhir
Pada perumusan yang telah diperoleh, maka menunjukkan angkutan pribadi menjadi prioritas pertama
perumusan AHP ini dapat digunakan untuk karena dinilai sangat mudah digunakan kapan saja
mempermudah mencari nilai sensitivitas pada artinya tidak terbatas waktu dan dapat dijangkau
pemilihan moda berdasarkan kriteria dan langsung ke lokasi yang ingin dituju serta dapat memberi
mencari tingkat prioritas suatu pemilihan moda kenyamanan, keamanan dan kemudahan untuk
transportasi. melakukan perjalanan. Sedangkan untuk angkutan
umum belum memiliki keunggulan dari beberapa kriteria
3.6 Tingkat Prioritas Pemilihan Moda sehingga sangat kurang digunakan untuk melakukan
Transportasi perjalanan namun unggul dari segi kriteria biaya. Di Kota
Bandar Lampung sendiri saat ini kriteria yang paling
Peringkat prioritas moda transportasi yang dominan atau berpangaruh dalam memilih moda
terpilih setelah dilakukan pengolahan data transportasi yaitu waktu tempuh dengan bobot 37.7%
adalah sebagai berikut: kemudian biaya perjalanan dengan bobot 19.5%,
kemudahan 18.4%, keamanan 15.9% dan kenyamanan
Tabel 3.11 Peringkat Prioritas Pemilihan dengan bobot sebesar 8.6%.
Moda
3.7 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan


untuk mengukur tingkat kesensitivitasan berbagai kriteria
pada pemilihan moda. Analisis sensitivitas dipergunakan
untuk mengetahui kecenderungan pemilihan moda yang
diprioritaskan berdasarkan perubahan bobot setiap
kriterianya. Berikut hasil sensitivitas dalam pemilihan
moda.
3.7.1 Analisis Sensitivitas Terhadap Kriteria
Waktu Tempuh

a. Penurunan Bobot Waktu Tempuh


Penurunan bobot waktu tempuh mengakibatkan
perubahan bobot pada pemilihan moda. Gambar
3.8 menunjukkan angkutan pribadi menjadi
prioritas pertama, angkutan online menjadi
prioritas kedua, sedangkan bus dan angkot
menjadi prioritas ketiga dan keempat. Dari hasil
yang diperoleh, angkutan umum berjenis bus
masih diandalkan masyarakat untuk melakukan Gambar 3.9 Peningkatan Bobot Waktu Tempuh
perjalanan tanpa mementingkan waktu tempuh
dibandingkan angkot hal ini berkaitan juga dengan 3.7.2 Analisis Sensitivitas Terhadap Kriteria Biaya
fasilitas kenyamanan yang diberikan bus selama
melakukan perjalanan. Pada gambar 3.10 dilakukan peningkatan bobot setiap
10% pada kriteria biaya. Bus menjadi prioritas utama
disusul oleh angkutan pribadi, kemudian yang menjadi
prioritas ketiga dan keempat yaitu angkot dan angkutan
online. Maka dapat disimpulkan, bus dan angkot
sensitif terhadap perubahan bobot kriteria biaya.
Angkutan umum ini menjadi pilihan moda terbaik dalam
melakukan perjalanan karena saat ini biaya perjalanan
yang dikeluarkan sangat rendah untuk bepergian jarak
jauh maupun dekat.
a. Peningkatan Bobot Biaya

Gambar 3.8 Penurunan Waktu Tempuh

b. Peningkatan Waktu Tempuh


Gambar 3.9 memperlihatkan perubahan bobot
prioritas pemilihan moda akibat meningkatnya
kriteria waktu tempuh. Peningkatan kriteria waktu
tempuh berarti pelaku perjalanan semakin
mementingkan kecepatan waktu tempuh dan
kelancaran dalam perjalanan.

Berdasarkan perubahan bobot kriteria waktu


tempuh, angkutan pribadi akan menjadi pilihan Gambar 3.10 Peningkatan Bobot Biaya
utama diikuti oleh angkutan online dan yang
terakhir bus dengan bobot persentase 6,10%. 3.7.3 Analisis Sensitivitas Terhadap Kriteria
Dari hasil yang diperoleh, dapat dianalisis bahwa Kenyamanan
transportasi umum berjenis angkot masih
dibutuhkan dalam melakukan perjalanan jika Gambar 3.11 memperlihatkan perubahan bobot
ditinjau dari segi waktu tempuh. Akan tetapi prioritas pemilihan moda akibat meningkatnya bobot
kedua angkutan umum ini belum bisa diandalkan kenyamanan. Berdasarkan perubahan bobot
dikarenakan waktu tempuh perjalanan yang lama kenyamanan urutan prioritas pemilihan moda tidak
dan sering memakan waktu untuk menunggu akan berubah meski bobot kenyamanan meningkat
penumpang lain. Oleh karena itu perlu adanya sebesar 99%. Angkutan pribadi tetap menjadi urutan
pengaturan waktu jadwal keberangkatan dan tiba pertama dalam pemilihan moda bagi masyarakay Kota
guna meningkatkan kualitas angkutan umum Bandar Lampung dan disusul dengan angkutan online.
agar dapat bersaing dengan angkutan lainnya.
a. Peningkatan Bobot Kenyamanan ini angkot mudah untuk ditemukan dikarenakan jumlah
armadanya lumayan cukup dibandingkan bus dan juga
dapat mengakses daerah dekat pemukiman warga.
Sedangkan untuk bus saat ini persediaan halte dinilai
sangat minim sehingga sulit menjangkau daerah-
daerah pemukiman masyarakat.
a. Peningkatan Bobot Kemudahan

Gambar 3.11 Peningkatan Bobot Kenyamanan

3.7.4 Analisis Sensitivitas Terhadap Kriteria


Keamanan

Gambar 3.12 menjelaskan jika bobot keamanan


menjadi prioritas utama dalam pemilihan Gambar 3.13 Peningkatan Bobot Kemudahan
moda transportasi maka terjadi juga
peningkatan angkutan online sebesar 36%,
sedangkan keamanan tidak berpengaruh 4 KESIMPULAN
terhadap angkutan pribadi. Untuk moda
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka dapat
transportasi umum berjenis angkot dan bus
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
mengalami sedikit penurunan persentase 1. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pemilihan
karena dinilai belum memenuhi kriteria moda yaitu waktu tempuh, biaya, kenyamanan,
keamanan yang cukup dalam melakukan keamanan dan kemudahan. Urutan kriteria yang
perjalanan. Namun dari analisis yang paling berpengaruh dalam pemilihan moda
dilakukan, angkutan pribadi tetap menjadi transportasi adalah sebagai berikut:
prioritas utama disusul oleh angkutan online, a. Kriteria waktu tempuh dengan bobot
dan angkot menjadi pilihan terakhir persentase 38%
responden. b. Kriteria biaya dengan bobot persentase 20%
c. Kriteria kemudahan dengan bobot persentase
a. Peningkatan Bobot Keamanan 18%
d. Kriteria keamanan dengan bobot persentase
16%
e. Kriteria kenyamanan dengan bobot persentase
9%
Hal ini memperlihatkan bahwa kriteria waktu
tempuh merupakan faktor penting yang
mempengaruhi pemilihan moda transportasi Kota
Bandar Lampung.
2. Urutan alternatif moda yang menjadi prioritas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mobil pribadi dengan bobot persentase 46,6%
b. Angkutan online dengan bobot persentase
30,7%
Gambar 3.12 Peningkatan Bobot Keamanan
c. Bus dengan bobot persentase 13,8%
d. Angkot dengan bobot persentase 8,9%
3.7.5 Analisis Sensitivitas Terhadap Kriteria 3. Pada analisis sensitivitas yang telah dilakukan,
Kemudahan maka didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Jika kriteria biaya menjadi prioritas utama
Grafik pada gambar 3.13 memperlihatkan dalam memilih moda transportasi maka
perubahan bobot prioritas pemilihan moda akibat angkutan bus dan angkot berpeluang terpilih
meningkatmya bobot kemudahan. Berdasarkan dalam melakukan perjalanan dikarenakan pada
perubahan bobot kriteria kemudahan angkutan saat ini masyarakat merasa bahwa biaya yang
pribadi tetap menjadi priortas pertama dan dikeluarkan untuk perjalanan jauh maupun
angkutan online menjadi prioritas kedua. Namun dekat masih tergolong rendah dibanding
angkot menjadi prioritas ketiga dan bus menjadi dengan transportasi pribadi dan online. Jadi
prioritas keempat. Hal ini menjelaskan pada saat dapat disimpulkan, angkutan umum masih
dibutuhkan sebagian masyarakat untuk DAFTAR PUSTAKA
melakukan perjalanan namun yang
perlu diperhatikan sebaiknya para Astuti, Septiana Widi, Ahmad Soimun, and A.A
pengambil kebijakan perlu melakukan Bagus Oka Krisna. 2019. "Pemilihan Alternatif Trase
evaluasi dan mengatur tarif perjalanan Kereta Api di Kabupaten Bangka Menggunakan Metode
yang terjangkau, agar dapat mendorong Analytical Hierarchy Process." Jurnal Perkeretaapian
masyarakat menggunakan transportasi Indonesia Volume III Nomor 2 125-132.
umum serta dapat menekan
penggunaan kendaraan pribadi dan Badan Pusat Statistik, Kota Bandar Lampung.
online. n.d. "Kota Bandar Lampung dalam Angka, 2021." Badan
b. Jika kriteria waktu tempuh, keamanan, Pusat Statistik Kota Bandar Lampung.
kenyamanan, dan kemudahan menjadi
prioritas utama dalam melakukan Haradongan, Fedrickson. 2014. "Analisis Tingkat
perjalanan, maka moda transportasi Kepentingan Pemilihan Moda Transportasi Dengan
yang memiliki peluang besar terpilih Metode AHP (Studi Kasus: Rute Jakarta-Yogyakarta)."
adalah angkutan pribadi dan angkutan Jurnal Penelitian Transportasi Darat.
online, hal ini dikarenakan angkutan
pribadi dan online dapat memberi Hardiyanti, Annisaa Putri. 2016. "Model
tingkat keamanan, kenyamanan yang Pemilihan Moda Dengan Metode AHP (Analytical
baik dan memiliki waktu tempuh yang Hierarchy Process) (Studi Kasus: Perumnas Palur, Desa
singkat serta dapat menjangkau ke Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar)."
semua tempat sehingga masyarakat
masih memilih angkutan ini untuk Kwanto, R., & Arliansyah J. 2016. "Analisis
melakukan perjalanan dibanding Pemilihan Moda Transportasi Umum Antara Transportasi
angkutan bus dan angkot. Jadi, untuk Umum Konvemsional dan Transportasi Umum Online Di
meningkatkan angkutan umum maka Kota Palembang." ISSN: 2477-4863.
perlu adanya pengaturan penjadwalan
keberangkatan dan tiba di tujuan Rimantho, dkk. 2016. "Aplikasi Analytical
sehingga tidak memerlukan waktu Hierarchy Process Pada Pemilihan Metode Analisis Zat
tunggu yang lama. Kemudian perlu Organik Dalam Air." JITI, Vol.15 (1) 47-56.
penambahan jumlah armada agar dapat
melayani masyarakat pada jam-jam Risdiyanto, Nindyo Cahyo Kresnanto, and
sibuk, serta pengaturan rute yang dapat Zenildo X.C. 2019. "Faktor Penentu Dalam Pemilihan
menjangkau ke lokasi pemukiman Moda Angkutan Umum Perkotaan Menggunakan Metode
warga. Dari segi kriteria kenyamanan Analytic Hierarchy Process (AHP)." Prosiding Simposium
dan keamanan perlu memperbaiki Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi Ke 22 1-8.
fasilitas angkutan umum berupa AC,
tempat duduk yang nyaman, cctv agar Saaty, Thomas L. 2008. Decision making with
dapat memberikan tingkat keamanan the analytic hierarchy process. USA: Katz Graduate
kepada pengguna serta menjamin School of Business, University of Pittsburgh.
privasi pengguna dengan aman.
Sodikin, Mahardi, S. & Lizar. 2018. "Analisis
Pemilihan Moda Transportasi Menggunakan Metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) Bengkalis-Dumai."
Seminar Nasional Industri dan Teknologi (SNIT),
Politeknik Negeri Bengkalis hlm. 195-24.
Sugiyanto, I Wayan Arnaya, Stefanus Sylvan Ryanto,
and A.A Bagus Oka Khrisna Surya. 2021. "Analisa
Faktor Pemilihan Moda Transportasi Menggunakan
Metode Analytic Hierarchy Process." Jurnal Teknologi
Transportasi dan Logistik Volume 2 No 1 11-18.

Wicaksana, Dali Kesuma. 2015. "ANALISA


SENSITIVITAS DAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT
DI KOTA PALEMBANG DALAM MEMILIH MODA
TRANSPORTASI DENGAN METODE ANALYTICAL
HIERARCHY PROCESS (AHP)." Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan 3: 775.

Z.Tamin, Ofyar. 1997. Perencanaan pemodelan


dan rekayasa transportasi. 2. Bandung: Penerbit ITB

Anda mungkin juga menyukai