Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem transportasi perkotaan merupakan suatu sistem pergerakan manusia

dan barang antara zona asal dan tujuan dalam suatu wilayah perkotaan. Adapun

tujuan dari diselenggarakannya sistem transportasi agar proses pergerakan

manusia dan barang dapat dilaksanakan secara optimal dengan

mempertimbangkan faktor keamanan, kenyamanan dan kelancaran serta

efisiensi waktu dan biaya.

Banyaknya lokasi bangkitan dan tarikan perjalanan dalam kawasan

perkotaan seperti sekolah, perkantoran, pusat perbelanjaan dan bisnis,

perumahan dan sebagainya, mengakibatkan kondisi lalu lintas kendaraan

menjadi padat utamanya pada jam sibuk. Di Kota Makassar sendiri saat ini

banyak dibangun perumahan dan pusat perbelanjaan yang mengakibatkan

terjadinya bangkitan dan tarikan perjalanan. Selain itu, jumlah penduduk Kota

Makassar meningkat dari tahun ke tahun, sehingga mobilitas penduduk juga

akan semakin meningkat. Peningkatan mobilitas penduduk tersebut

memerlukan sarana transportasi yang baik untuk menunjang aktivitas sehari-

hari.

Dilihat dari kondisi Kota Makassar saat ini dapat dikatakan bahwa

keberadaan sarana transportasi umum mempunyai peranan penting dalam

kelancaran mobilitas penduduk. Akan tetapi mayoritas penduduk Kota

Makassar lebih memilih untuk menggunakan mobil pribadi, kendaraan motor,

bentor, pete-pete sehingga sering terjadi kemacetan akibat jumlah kendaraan

melebihi kapasitas jalan yang tersedia.


1
Jamaluddin (2021) mengatakan, jumlah kendaraan bermotor di Kota

Makassar pada tahun 2020 mencapai sekitar 2 juta unit dan didominasi oleh

kendaraan roda dua sekitar 1,6 juta unit. Keterangan serupa juga dipaparkan

oleh Zaenuddin (2021), pertumbuhan kendaraan bermotor di Makassar

mencapai 7,6 persen setahun yang didominasi oleh sepeda motor, disusul

angkutan umum, truk dan bus.

(Arbab, 2018) juga memaparkan khusus di Kota Makassar, pada tahun 2016

terdapat 1.425.150 unit kendaraan, di tahun 2017 meningkat menjadi 1.505.835

unit kendaraan, dan di tahun 2018 mencapai 1.563.608 unit kendaraan. Tahun

2021 jumlah kendaraan bermotor Kota Makassar berjumlah 1.7 juta sementara

penduduk Kota Makassar tercatat 1,5 juta jiwa (BPS, 2021).

Oleh sebab itu pemerintah melalui Kementrian Perhubungan RI

meresmikan BRT Trans Mamminasata sebagai upaya untuk mengurangi

kemacetan dan ketergantungan penduduk terhadap penggunaan kendaraan

pribadi. Sejak beroperasi, angkutan massal Bus Rapid Transit (BRT) Trans

Mamminasata sangat berpotensi khusus melayani didalam Kota Makassar

dalam hal ini menjangkau antar kawasan pusat - pusat kegiatan. Pelayanan

angkutan umum diusahakan mampu menyediakan aksesbilitas yang baik.

Untuk memenuhi hal tersebut, lintasan trayek angkutan umum diusahakan

melewati tata guna lahan dengan potensi permintaan yang tinggi. Dengan

demikian juga lokasi-lokasi yang berpotensial menjadi tujuan berpergian

diusahakan menjadi prioritas pelayanan BRT Mamminasata

2
Bagi pejabat publik, memutuskan untuk menerapkan sebuah kebijakan

memang tidak semudah yang dibayangkan oleh kebanyakan orang. Belum

diterapkan, penerapan BRT di Kota Makassar mendapatkan penolakan dari

para sopir angkutan kecil (petepete). Menurut mereka kehadiran BRT akan

semakin memperparah kemacetan Kota Makassar. Selain itu kehadiran BRT

akan mengurangi pendapatan mereka karena trayek koridor BRT tersebut

merupakan jalur angkutan kecil (petepete) yang selama ini melayani

transportasi umum di wilayah itu.

Selain itu, terjadi penurunan jumlah pengguna jasa dimulai dari pertengahan

tahun 2018 berdasarkan data jumlah penumpang dalam setiap

bulannya.Pelayanan angkutan umum diusahakan mampu menyediakan

aksesbilitas yang baik. Untuk memenuhi hal tersebut, lintasan trayek angkutan

umum diusahakan melewati tata guna lahan dengan potensi permintaan yang

tinggi. Dengan demikian juga lokasi-lokasi yang berpotensial menjadi tujuan

berpergian diusahakan menjadi prioritas pelayanan. Pada dasarnya penggunaan

kendaraan angkutan umum menghendaki adanya tingkat pelayanan yang cukup

memadai, baik waktu tempuh, waktu tunggu maupun keamanan dan

kenyamanan yang terjamin selama perjalanan. Tuntutan akan hal tersebut dapat

dipenuhi bila penyediaan armada angkutan penumpang umum berada pada

garis yang seimbang dengan permintaan jasa angkutan umum.

3
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah diperlukan agar penelitian mempunyai arah dalam

pengerjaannya, maka diperlukan rumusan masalah yang dapat ditarik dari latar

belakang adalah sistem berikut:

1. Bagaimana Efektivitas Kinerja dilihat dari Waktu Perjalanan, Kecepatan

Perjalanan, Beban Publik (Load factor), Waktu Antara Kendaraan

(Headaway), Waktu Tunggu Penumpang angkutan umum bus trans

mamminasata di Kota Makassar ?

2. Bagaimana upaya peningkatan pelayanan dan efektifitas angkutan umum

bustrans mamminasata ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan penelitian ini,dapat menguraikan tujuan penelitian sebagai

berikut :

1. Menentukan Efektivitas BRT Mamminasata, dilihat dari Waktu Perjalanan,

kecepatan Perjalanan, Waktu Antara Kendaraan (Headaway), Beban publik

(Load factor), dan Waktu tunguu Penumpang.

2. Menentukan Pelayanan BRT Mamminasata di lihat dari Bukti Fisik

(Tangibles), Keandalan (Reliability), Daya Tanggap (Responsiveness),

Jaminan (assurance), dan Empathy.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah berupa analisis studi

penerapan manajemen sistem transportasi dalam menanggulangi kemacetan

lalu lintas di Kota Makassar. Agar pembahasan dalam penelitian ini terarah,

4
maka perlu adanya batasan masalah. Adapun ruang lingkup dari batasan

masalah sebagai berikut:

1. Yang diteliti adalah tingkat efektivitas pelayanan dilihat dari Waktu

Perjalanan, kecepatan Perjalanan, Waktu Antara Kendaraan (Headaway),

beban publik (Load factor),Waktu tunguu Penumpang angkutan umum bus

trans mamminasata.

2. Penelitian ini dilakukan di koridor IV jalur kampus teknik unhas gowa –

Mall panakukang.

3. Identifikasi permasalahan yang terjadi di koridor IV jalur kampus teknik

unhas gowa – Mall panakukang.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teotoris

Manfaat teoritis yang diharapkan adalah bahwa hasil penelitian dapat

memberikan konstribusi positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan

dalam manajemen sistem transportasi.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Penulis, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi S1

Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia dan dapat menambah

wawasan khususnya dalam keahlian manajemen sistem transportasi.

2. Bagi Mahasiswa, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam

rangka penelitian lebih lanjut terkait sistem serupa dan menambah

wawasan manajemen sistem transportasi untuk menanggulangi

kemacetan lalu lintas.

5
3. Bagi Masyarakat, penelitian ini dapat memberikan gambaran dan

penjelasan tentang cara menanggulangi kemacetan lalu lintas.

4. Bagi instansi terkait, penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan

menjadi rekomendasi dalam perumusan formulasi kebijakan dalam

penerapan manajemen sistem transportasi.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir yang dipakai merupakan susunan

kerangka permasalahan, teoritis dan analisa yang dibagi dalam bentuk bab

perbab, sehingga pembahasan masalah yang dikemukakan terarah pada inti

permasalahan.

Untuk memberikan gambaran secara garis besarnya, maka secara ringkas

sistematika penulisan dapat diuraikan dalam komposisi bab sebagai berikut:

BAB 1 : Pendahuluan, dalam bab pendahuluan ini memuat tentang latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 : Tinjauan Pustaka, dalam bab ini berisi acuan yang menjadi dasar dari

analisis dan evaluasi dalam penulisan tugas akhir.

BAB 3 : Metode Penelitian, dalam bab ini akan dibahas tentang Metode yang

akan digunakan untuk analisis dan evaluasi.

BAB 4 : Hasil dan Pembahasan, tentang gambaran umum objek penelitian,

analisis data dan pembahasan hasil penelitian.

BAB 5 : Menyimpulkan hasil dari penelitian yang telah diolah dan memberikan

saran apa yang perlu.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Efektifitas

2.1.1 Pengertian Efektifitas

Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata

efektif yang berarti ada pengaruhnya, ada akibatnya, ada efeknya, bisa

diartikan sebagai kegiatan yang biasa membuahkan hasil yang memuaskan.

Jika dilihat dari asal katanya, efektif berasal dari bahasa inggris yaitu

effective yang berarti berhasil, atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan

baik. Kamus Ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan

penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Efektivitas merupakan

unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di

dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila

tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan

Menurut Beni (2016) Efektivitas adalah hubungan antara output dan

tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat

output, kebijakan dan prosedur dari organisasi. Efektivitas juga

berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor public

sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai

pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat

yang merupakan sasaran yang telah ditentukan.

Menurut Mardiasmo (2017) efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya

pencapaian tujuan suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu

7
organisasi mencapai tujuan maka organisasi tersebut telah berjalan dengan

efektif. Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak

(outcome) dari keluaran (Output) program dalam mencapai tujuan program.

Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian

tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja

suatu unit organisasi. Kata efektif berarti terjadinya suatu efek atau akibat

yang dikehendakidalam suatu perbuatan.

Jadi efektivitas adalah sesuatu keadaan yang mengandung pengertian

mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki. Jika seseorang

melakukan perbuatan dengan maksud tertentu atau mempunyai maksud

sebagaimana yang dikehendaki, maka orang tersebut dikatakan efektif (

Ensiklopedia Administrasi, 1989). Efektif dalam kamus Besar Bahasa

Indonesia berarti dapat membawa hasil, berhasil guna. Handoko

berpendapat (1993) efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan

yang tepat atau peralatan yang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut (Sondang P. Siagian, 2001:24) memberikan definisi:

“Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam

jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk

menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya.

Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran

yang telah ditetapkan.

Sondang P Siagian juga mengemukakan bahwa efektivitas suatu

organisasi dapat diukur dari berbagai hal diantaranya:

8
a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan supaya

karyawan dalam pelaksanaan tugasnya mencapai sasaran yang terarah

dan tujuan-tujuan organisasi dapat tercapai.

b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi

adalah “peta jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya

dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan agar para

implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.

c. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap berkaitan

dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan

artinya kebijaksanaan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan

dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.

d. Perencanaan yang matang pada hakekatnya berarti memutuskan

sekarang apa yang akan dikerjakan oleh organisasi di masa depan.

e. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu

dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab

apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak

dan bekerja.

f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas

organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif dengan sarana

dan Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu

program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka

organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan

pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.

9
g. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik

mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas

menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

Berdasarkan pengertian-pengertian efektivitas yang telah dijelaskan

diatas, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa efektivitas

diartikan tercapainya sasaran, tujuan atau hasil kegiatan yang telah

ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain, efektivitas merupakan

perbandingan antara hasil dengan apa yang telah ditentukan sebelumnya.

2.1.2 Ukuran Efektifitas

Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat

sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan

tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila

dipandang dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi

memberikan pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas

(output) barang dan jasa.

Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara

rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan.

Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak

tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang

diharapkan, maka halitu dikatakan tidak efektif.

Gibson (1997). kriteria efektivitas jangka pendek (produksi, efisiensi,

kepuasan) dan kriteria efektivitas jangka panjang (kelangsungan hidup).

Dengan mempertimbangan dimensi waktunya, organisasi dapat dikatakan

10
efektif dari segi kriteria produktivitas, kepuasan, adaptasi dan

pengembangan

Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif atau

tidak, dikemukakan oleh S.P. Siagian (1978), yaitu:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan agar

karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan

tujuan organisasi dapat tercapai.

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, strategi adalah “pada jalan” yang

diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai sasaran-

sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam

pencapaian tujuan organisasi

3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan

dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan

artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan

usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional

4. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan

sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.

5. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu

dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab

apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bekerja.

6. Salah satu indikator efektivitas organisasi adalah kemamapuan bekerja

secara produktif. Dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan

mungkin disediakan oleh organisasi.

11
7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu

program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka

organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan

pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.

8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik

mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas

organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas suatu organisasi, seperti

yang dikemukakan oleh Martani dan Lubis (1987), yakni:

1. Pendekatan Sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas

dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi.

untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yang sesuai

dengan kebutuhan organisasi.

2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh

mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses

internal atau mekanisme organisasi.

3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada

output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output)

yang sesuai dengan rencana.

2.2 Konsep Pelayanan

2.2.1 Definisi Pelayanan

Pelayanan dan kepuasan konsumen merupakan tujuan utama dalam

perusahaan karena tanpa konsumen, perusahaan tidak akan ada. Asset

12
perusahaan sangat kecil nilainya tanpa keberadaan konsumen. Karena itu

tugas utama perusahaan adalah penarik dan mempertahankan pelanggan.

Konsumen ditarik dengan tawaran yang lebih kompetitif dan dipertahankan

dengan memberikan kepuasan.

Secara sederhana, istilah Pelayanan (Service) bisa diartikan sebagai

melakukan sesuatu bagi orang lain. Ada tiga kata yang dapat mengacu pada

istilah tersebut, yakni jasa, layanan dan servis. Sebagai jasa, pelayanan

umumnya mencerminkan produk tidak berwujud fisik atau sektor industri,

seperti pendidikan, kesehatan, asuransi, perbankan, dan seterusnya. Sebagai

layanan, istilah Service menyiratkan segala sesuatu yang dilakukan pihak

tertentu (individu maupun kelompok) kepada pihak lain (individu maupun

kelompok).

Soetopo (1999) mendefinisikan pelayanan sebagai suatu usaha untuk

membantu menyiapkan/mengurus apa yang diperlukan orang lain.

Pelayanan adalah serangkaian kegiatan/proses pemenuhan kebutuhan orang

lain secara lebih memuaskan berupa produk jasa dengan sejumlah ciri

seperti tidak terwujud, lebih dapat dirasakan dari pada memiliki dan

konsumen lebih dapat berpartisi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa

tersebut.

Menurut malayu S.P Hasibuan pelayanan (service) adalah kegiatan

pemberian jasa dari satu pihak kepada pihak yang lainnya. Pelayanan yang

baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah, adil, cepat, dan

dengan etika yang baik.

13
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

63 Tahun 2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik.

Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh

penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan

penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

undangan

Pelayanan yang unggul atau service Exellent yaitu suatu sikap atau cara

karyawan dalam melayani konsumen secara memuaskan, dimana unsur

pokok adalah kecepatan, ketepatan, keramahan dan kenyamanan. Adapun

sasaran dan manfaat dari Service Exellent adalah :

1. Memuaskan konsumen

2. Meningkatkan loyalitas

3. Meningkatkan jasa penjualan dan jasa perusahaan

4. Meningkatkan pendapatan perusahaan

2.2.2 Standar Pelayanan

Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun

2013 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang

Pos, pengertian Standar Pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas

pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat

dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan

terukur.

14
Menurut Keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63

Tahun 2004, standar pelayanan, sekurang-kurangnya meliputi:

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima

pelayanan termasuk pengaduan.

2. Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan

sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan

3. Biaya Pelayanan

Biaya atau tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam

proses pemberian pelayanan.

4. Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

5. Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh

penyelenggara pelayanan publik.

6. Potensi Petugas Pemberi Pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat

berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku

yang dibutuhkan.

15
2.2.3 Pelayanan Prima (Service Excellent)

Definisi pelayanan prima (service excellent) menurut Nina

Rahmawanty adalah pelayanan yang sangat baik dan melampaui harapan

pelanggan. Awalnya pelanggan memiliki harapan yang sederhana dan

sementara di benaknya yang bersifat biasa dengan standar yang umum yang

banyak diberikan oleh perusahaan lainnya namun ternyata adanya

pelayanan ekstra yang tidak diduga dan merupakan surprise dari pelayanan

perusahaan.

Pelayanan Prima (Service Excellent) adalah pelayanan yang memiliki

ciri khas kualitas. Ciri khas kualitas yang baik meliputi kemudahan,

kecepatan, ketepatan, kehandalan dan empati dari petugas pelayanan dalam

pemberian dan penyampaian pelayanan kepada pelanggan yang berkesan

kuat yang dapat langsung dirasakan pelanggan waktu itu dan saat itu juga.

Sedangkan definisi pelayanan prima menurut Barata mengandung tiga

hal pokok, yaitu adanya pendekatan sikap yang berkaitan dengan kepedulian

kepada pelanggan, upaya melayani dengan tindakan yang terbaik, dan

adanya tujuan untuk memuaskan pelanggan dengan berorientasi pada

standart layanan tertentu.

Menurut Barata pelayanan prima (service excellent) terdiri dari enam unsur

pokok, antara lain sebagai berikut:

1. Kemampuan (ability)

Kemampuan adalah kemampuan dan keterampilan tentunya mutlak

diperlukan untuk menunjang program layanan prima yang meliputi

16
kemampuan kerja ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif,

mengembangkan motivasi, dan menggunakan public relation sebagai

instrument dalam membina hubungan kedalam dan keluar perusahaan.

2. Sikap (attitude)

Sikap adalah perilaku yang harus ditunjukkan ketika menghadapi

pelanggan.

3. Penampilan (appearance)

Penampilan seseorang baik berupa non fisik maupun fisik yang mampu

merefleksikan kepercayaan dan kredibilitas dari pihak lain

4. Perhatian (attention)

Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan, baik yang

berkaitan dengan perhatian dan kebutuhan keinginan pelanggan maupun

pemahaman atas saran dan kritiknya.

5. Tindakan (action)

Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam

memberikan pelayanan kepada pelanggan.

6. Tanggung jawab (accountability )

Tanggung jawab adalah suatu sikap berkepihakan kepada pelanggan

sebagai suatu wujud kepedulian untuk menghindarkan atau

meminimalkan kerugian atau ketidak puasan pelanggan.

17
2.3 Transpotasi

2.3.1 Pengertian Tranportasi

Transpotasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat

ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang

digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk

memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Di negara

maju, mereka biasanya menggunakan kereta bawah tanah (subway)dan

taksi. Penduduk di sana jarang yang mempunyai kendaraan pribadi karena

mereka sebagian besar menggunakan angkutan umum sebagai transportasi

mereka. Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi darat, laut, dan

udara.

Menurut (Nasution, 1996) Transportasi diartikan sebagai pemindahan

barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Sehingga dengan

kegiatan tersebut maka terdapat tiga hal yaitu adanya muatan yang diangkut,

tersedianya kendaraan sebagai alat angkut dan terdapatnya jalan yang dapat

dilalui.

Sedangkan Menurut (Agus Imam Rifusa, 2010) Proses pemindahan

dari gerakan tempat asal, dimana kegiatan pengangkutan dimulai dan ke

tempat tujuan dimana kegiatan diakhiri. Untuk itu dengan adanya

pemindahan barang dan manusia tersebut, maka transportasi merupakan

salah satu sektor yang dapat menunjang kegiatan ekonomi dan pemberi jasa

bagi perkembangan ekonomi.

18
2.3.2 Sistem Transportasi

Sistem transportasi adalah suatu bentuk keterikatan antara penumpang,

barang, sarana dan prasarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan

orang atau barang yang tercakup dalam tatanan baik secara alami maupun

buatan. (Haerany H.G., 2013).

Transportasi diselenggarakan dengan maksud untuk mengkordinasikan

proses pergerakan penumpang dan barang dengan cara mengatur

komponen-komponennya yaitu prasarana sebagai media dan sarana sebagai

alat yang digunakan dalam proses yang digunakan dalam proses

transportasi, yang bertujuan agar proses transportasi penumpang dan barang

dapat dicapai secara optimun dalam ruang dan waktu tertentu dengan

pertimbangan faktor keamanan, kenyamanan, kelancaran dan efesiensi atas

waktu dan biaya. (Tamin, 2008)

Fungsi transportasi secara umum dibedakan pada dua hal yakni sebagai

penggerak pembangunan dan melayani kegiatan. Fungsi transportasi yang

lain adalah penunjang terhadap pengembangan kegiatan sektor-sektor lain,

dan pendorong untuk menghubungkan daerah secara keseluruhan.

2.3.3 Klasifikasi Transportasi

Klasifikasi transportasi dapat ditinjau dari empat unsur transportasi,

yaitu jalan, alat angkut, tenaga penggerak dan terminal.

a. Jalan

Jalan merupakan suatu kebutuhan yang paling esensial dalam

transportasi. Tanpa adanya jalan tidak mungkin disediakan jasa

19
transportasi bagi penggunanya. Jalan ditujukan dan disediakan sebagai

basis bagi alat angkutan untuk bergerak dari tempat asal ke tempat

tujuan. Unsur jalan dapat berupa jalan raya, jalan kereta api, jalan air

dan jalan udara.

b. Alat Angkut

Kendaraan dan alat angkutan pada umumnya merupakan unsur

transportasi yang paling penting. Perkembangan dan kemajuan jalan

dan alat angkutan merupakan dua unsur yang saling memerlukan atau

saling berkaitan dengan yang lain. Alat angkutan ini dapat dibagi dalam

jenisjenis alat angkutan jalan darat, alat angkutan jalan air dan alat

angkutan jalan udara.

c. Tenaga Pengerak

Yang dimaksud dengan tenaga penggerak adalah tenaga atau energi

yang digunakan untuk menggerakkan alat angkutan tersebut. Untuk

keperluan ini dapat digunakan tenaga manusia, tenaga binatang, tenaga

uap, batubara, BBM, tenaga diesel dan tenaga listrik.

d. Terminal

Terminal adalah tempat dimana suatu perjalanan transportasidimulai

maupun berhenti atau berakhir sebagai tempat tujuannya. Karena itu di

terminal disediakan fasilitas pelayanan penumpang, bongkar muat dan

penyimpanan barang. Terlebih lagi untuk terminal yang dibuat seperti

stasiun kereta api, stasiun bus, bandara udara dan pelabuhan.

20
2.3.4 Permasalahan Transportasi Perkotaan

Pada umumnya permasalahan transportasi adalah bagaimana

memindahkan orang dari distribusi ruang awal ke distribusi ruang akhir

tertentu dengan biaya paling rendah yang dimungkinkan (Brancolini, 2016).

Biaya dalam hal ini adalah termasuk jarak dan waktu. Hal tersebut menjadi

salah satu argumen mengenai kepemilikan kendaraan bermotor pribadi yang

meningkat cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan angkutan umum.

Kepemilikan kendaraan bermotor per kapita akan naik secara cepat dan

penggunaan kendaraan pribadi tersebut menyebabkan turunnya permintaan

terhadap angkutan umum yang nantinya menyebabkan menurunnya kinerja

jalan dan naiknya beban terhadap ruang jalan yang tersedia. (Gossling,

2016) Untuk mengantisipasi penurunan kinerja jalan dapat diantisipasi

dengan pembangunan prasarana baru, peningkatan kapasitas prasarana yang

sudahada, dan peningkatan efisiensi penggunaan prasarana dengan berbagai

perangkat kebijakan rekayasa dan manajemen lalu lintas yang ada.

Pendekatan ini dirasakan efektif untuk selang waktu pendek saja. Sejalan

dengan peningkatan kebutuhan pergerakan dan urbanisasi yang sangat

cepat, pendekatan ini dirasakan tidak akan efektif lagi dan sangat sulit

dilaksanakan dilihat dari kebutuhan dana yang sangat besar,(Nugroho and

Malkhamah 2018).

2.3.5 Manajemen Sistem Transportasi

Sistem manajemen transportasi (transportation management sistem)

adalah rangkaian sistem atau pengelolaan terhadap moda transportasi oleh

21
suatu kelompok atau golongan. Jasa transportasi merupakan salah satu

faktor pemasukan (input) dari kegiatan produksi, perdagangan, pertanian,

dan kegiatan ekonomi lainnya. (Andriansyah 2015)

Manajemen sistem transportasi merupakan suatu proses merencanakan

dan mengoperasikan suatu sistem terpusat untuk transportasi perkotaan.

(Nugroho and Malkhamah 2018).

2.3.6 Lalu Lintas Secara Umum

Pengertian lalu lintas adalah gerak kendaraan bermotor, kendaraan

tidak bermotor, pejalan kaki dan yang merupakan salah satu cabang dari

transportasi yang menyangkut operasi dari jalan. Dalam hal ini peraturan

lalu lintas yag dimaksud yaitu Undang- Undang No. 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,Arus lalu lintas yaitu gerak kendaraan

sepanjang jalan (Sarry and Widodo 2014). Arus lalu-lintas pada suatu jalan

raya diukur berdasarkan jumlah kendaraan yang melewati titik tertentu

selama waktu tertentu. Dalam beberapa hal lalulintas dinyatakan dengan

Lalu-lintas Harian Rata-rata (LHR) bila periode pengamatannya kurangdari

satu tahun. Dalam MKJI 1997, definisi arus lalu lintas adalah jumlah

kendaraan bermotor yang melewati suatu titik jalan per satuan waktu,

dinyatakan dalam knd/jam (Q kend), smp/jam (Q smp), atau lalu-lintas

harian rata-rata tahunan (Q LHRT).

2.3.7 Angkutan Umum Perkotaan

Pengertian angkutan umum perkotaan menurut UU No. 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 142 huruf d, adalah angkutan

22
dari satu tempat ke tempat lain dalam kawasan perkotaan yang terikat dalam

trayek.Angkutan umum yang bersifat massal sehingga biaya angkut dapat

dibebankan kepada lebih banyak orang atau penumpang. Semakin

banyaknya jumlah penumpang yang memilih menaiki kendaraan umum

dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan perpenumpang serendah

mungkin. Karena merupakan angkutan massal maka diperlukan kesamaan

tempat tujuan. (Warpani, 1990). Diimbangi dengan ketersediaan angkutan

umum yang memadai. Intensitas transportasi dan pola arus pergerakan

trnsportasi sangat dipengaruhi oleh jumlah barang dan barang yang

memerlukan jasa transportasi serta lokasi kegiatan. (Asikin, 2001)

UURI No. 22 Tahun 2009 menjelaskan, bahwa Negara bertanggung

jawab atas lalu lintas dan angkutan jalan dan pembinaannya dilaksanakan

oleh pemerintah. Pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan meliputi :

a. Perencanaan c. Pengendalian

b. Pengaturan d. Pengawasan

2.3.8 Kinerja Angkutan Umum

Kinerja pelayanan angkutan umum berdasarkan Keputusan Direktur

Jenderal Perhubungan Darat No.SK.687/AJ.206/DRJD/2002, dapat diukur

dari indikator dan parameter-parameter sebagai berikut:

1. Waktu Perjalan

Waktu perjalanan dapat didefinisikan sebagai waktu yang

dibutuhkan untuk menempuh suatu jarak tertentu dan akan mempunyai

hubungan yang terkait dengan kecepatan rata-rata yang digunakan

23
untuk menempuh jarak tertentu. Informasi tersebut sangat berguna bagi

pengguna jalan karena pengguna jalan bisa memilih rute yang paling

baik yang akan dilaluinya dan dapat lebih mengalokasikan waktunya

lebih optimal (Mardani Sebayang – 2017). Waktu perjalanan digunakan

untuk mengukur waktu perjalanan suatu angkutan umum setiap

kilometer jarak tempuhnya. Waktu perjalanan dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan :

𝑇
𝑊=
𝐽

Pers 2. 1 Waktu Tunggu

Keterangan:

W = Waktu perjalanan angkutan umum (menit/km)

J = Jarak antar Segmen (km)

T = Waktu tempuh angkutan umum (menit)

2. Kecepatan Perjalanan

Kecepatan Perjalanan (journey speed) adalah kecepatan efektif

kendaraan yang sedang dalam perjalanan antara dua tempat, dan

merupakan jarak antara dua tempat dibagi dengan lama waktu bagi

kendaraan untuk menyelesaikan perjalanan antara dua tempat tersebut,

dengan lama waktu ini mencangkup setiap waktu berhenti oleh

hambatan (penundaan) lalu lintas (Hobbs, F.D. – 1995).

Kecepatan perjalanan angkutan umum perkotaan adalah

perbandingan jarak operasi dengan waktu perjalanan yang dibutuhkan

24
angkutan dalam melakukan operasi layanannya. Persamaan yang

digunakan dalam mengukur kecepatan perjalanan adalah:

𝐽
𝐾=
𝑇

Pers 2. 2 Kecepatan Perjalanan

Keterangan:

K = Kecepatan perjalanan angkutan umum (km/jam)

J = Jarak rute angkutan umum (km)

T = Waktu tempuh angkutan umum (menit)

3. Faktor Muat (Load Factor)

Load factor adalah rasio jumlah penumpang dengan kapasitas tempat

duduk per satuan waktu tertentu. Batas ideal load factor adalah < 70%

(KM 35 tahun 2003). Untuk menentukan load factor digunakan rumus

berikut:

𝐽𝑝
𝐿𝑓 = 100%
𝐶

Pers 2. 3 Load Factor

Keterangan:

Lf = load factor (%)

JP = jumlah penumpang perkendaraan umum

C = kapasitas penumpang perkendaraan umum

25
4. Waktu Antara Kendaraan (HeadWay)

Headway adalah waktu dari dua kendaraan didefinisikan sebagai

interval waktu antara bagian depan kendaraan melewati suatu titik

dengan saat dimana bagian depan kendaraan berikutnya melewati titik

yang sama. Waktu antara untuk sepasang kendaraan beriringan, secara

umum akan berbeda (Munawar 2005).Headway adalah interval waktu

antara kendaraan angkutan kota yang satu dengan kendaraan angkutan

kota di belakangnya untuk melalui satu titik tertentu. Nilai headway

dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

60. 𝐶. 𝐿𝑓
𝐻=
𝑃
Pers 2. 4 Headway

Keterangan :

H = Waktu Antara (menit).

C = Kapasitas Kendaraan

P = Jumlah penumpang perjam pada seksi terpadat

Lf = faktor muat,di ambil 70%

5. Waktu Tunggu Penumpang

Waktu tunggu penumpang adalah waktu yang diperlukan

penumpang untuk mendapatkan angkutan kota yang diinginkannya.

Waktu tunggu penumpang berhubungan dengan headway. Dengan

asumsi headway konstan, kedatangan penumpang merata dan

kendaraan mempunyai persediaan tempat.

26
𝐻
𝑊=
2
Pers 2. 5 Waktu Tunggu

Keterangan

W = Waktu tunggu penumpang rata-rata (menit)

H = Headway (menit)

2.4 BRT (Bus Rapid Transit)

2.4.1 Sejarah BRT (Bus Rapid Transit)

Pada tahun 1937, Chicago sudah mulai merencanakannya yang

kemudian diikuti oleh Washington D.C pada kurun waktu 1956-1959. Tidak

berhenti disitu, pada tahun 1959, St. Louis juga sudah mulai merancang, dan

Milwaukee menyusul pada tahun 1970 (Barton-Ashman Associates, 1971).

Pengembangan pertama dalam skala besar dari layanan bus ekspress

dimulai di Curitiba (Brazil) pada tahun 1974, tetapi ada beberapa proyek-

proyek kecil sebelum pembangunan itu. Sejak itu, pengalaman Curitiba

telah meberikan inspirasi pada kota-kota lain untuk mengembangkan sistem

serupa. Pada tahun 1970-an, pengembangan sistem BRT telah terbatas pada

Amerika Utara dan Selatan. Pada akhir tahun 1990-an, reproduksi konsep

BRT mulai tumbuh kembali dan di buka di Quito- Ekuador pada tahun 1996,

Los Angeles - USA pada tahun 1999 dan Bogota - Kolombia pada tahun

2000 dan telah menarik perhatian masyarakat internasional sebagai contoh

sistem BRT.

27
Di Asia, sebelum tahun 2000, percobaan BRT sangat terbatas ada

jumlah dan cakupannya. Sistem BRT di Nagoya - Jepang dan Taipe - China

telah dianggap sistem yang relative lengkap dikawasan Asia (Wright, 2005).

Penyebaran BRT di Asia menjadi lebih jelas sejak tahun 2004. Pada tahun

2004, jalur bus Transjakarta mulai beroprasi dari Blok M menuju Kota.

(Hook dan Ernst, 2005). Pada tanggal 1 Juli 2004, 3 koridor BRT sepanjang

37 km telah dibangun di Seoul - Korea Selatan (Pucher dan al. 2005). Pada

tangal 25 Desember 2004, tahap pertama komersial BRT diluncurkan di

Beijing - China sepanjang 5 km (Chang, 2005). Di Bangkok, proyek BRT

telah diumumkan pada tahun 2004 oleh Gubernur baru di Bangkok

Administration (BMA), dan dibuka pada Oktober 2005.

2.4.2 Pengertian BRT (Bus Rapid Transit)

Bus Rapid Transit (BTR) atau busway merupakan bus dengan kualitas

tinggi yang berbasis sistem transit yang cepat, nyaman, dan biaya murah

untuk mobilitas perkotaan dengan menyediakan jalan untuk pejalan kaki,

infrastrukturnya, operasi pelayanan yang cepat dan sering, perbedaan dan

keunggulan pemasaran dan layanan kepada pelanggan. Bus Rapid Transit

(BRT), pada dasarnya mengemulasi karakteristik kinerja sistem transportasi

kereta api modern. Satu sistem BRT biasanya akan dikenakan biaya 4-20

kali lebih kecil dari Light Rail Transit (LRT) dan 10-100 kali lebih kecil.

Istilah BRT telah muncul dari penerapannya di Amerika Utara dan

Eropa. Namun, konsep ini juga ditularkan melalui dunia dengan nama yang

berbeda- beda, seperti:

28
1. High Capacity Bus Systems

2. High Quality Bus Systems

3. Metro Bus

4. Surface Metro

5. Express Bus Systems

6. Busway Systems

Meskipun memiliki istilah yang bervariasi antara satu negara dengan

negara lain, tetapi memiliki prinsip dasar yang sama, seperti : kualitas,

pelayanan kendaraan yang bersaing dengan transportasi umum lainnya

dengan ongkos yang dapat terjangkau. Untuk memudahkan, Beberapa

tulisan yang dapat membantu menjelaskan pengertian BRT, seperti berikut:

“Bus Rapid Transit (BRT) adalalah suatu fleksibel, moda dengan roda

karet yang mempunyai transit yang cepat dan yang dikombinasikan dengan

station (halte), kendaraan, pelayanan, jalan dan elemen Intelligent

Transportation System (ITS) dalam satu sistem yang terintegrasi dengan

identitas yang kuat.”(Levinson et al.2003).

“Bus Rapid Transit (BRT) adalah berkualitas tinggi, transit orientasi

klien yang menawarkan kecepatan, nyaman, dan harga yang

terjangkau.”(Wright, 2003).

“Bus Rapid Transit (BRT) adalah suatu moda transportasi yang cepat

yang mengkombinasikan kualitas transportasi kereta dan fleksibiltas

bus.(Tomas).

29
2.4.3 BRT Mamminasata

1. Pengertian BRT Mamminasata

BRT Mamminasata (Makassar-Maros-SungguMinas-Takalar)

merupakan angkutan umum yang dapat digunakan masyarakat untuk

bepergian di Kota Makassar. Saat ini terdapat 87 unit bus Trans

Mamminasata yang dibagi pada 4 koridor. Khusus untuk koridor IV

sendiri, terdapat 15 unit bus yang tersedia di mana sebanyak 12 unit

beroperasi dan selebihnya merupakan cadangan. Sementara untuk daya

tampung bus dapat memuat sebanyak 40 orang, dengan 20 tempat

duduk.

Penyusunan kursi penumpang juga dibuat agak berjarak sehingga

orang-orang tetap merasa nyaman dan aman. Tidak hanya kursi, Trans

Mamminasata juga menyediakan fasilitas berupa Air Conditioner (AC)

yang dapat menyejukkan penumpang. Kehadiran BRT Mamminasata di

Kota Makassar merupakan implementasi program Buy The Service

(BTS) terbaru yang keenam oleh Kementerian Perhubungan Republik

Indonesia dengan Operator Trans Mamminasata menjadi operator yang

menjalankan operasional Teman Bus di Kota Makassar. Tujuan utama

adalah memberikan Transportasi Ekonomis, Mudah, Andal dan Nyaman

bagi masyarakat.

Angkutan Bus Rapid Transit (BRT) diperkotaan ini diharapkan dapat

mempermudah mobilisasi masyarakat di Kota Makassar karena

terkoneksi dengan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Pelabuhan

30
Soekarno Hatta dan beberapa perguruan tinggi yang ada di Kota

Makassar.

2. Trayek BRT Mamminasata

Sejak beroprasinya BRT Mamminasata kembali pada 17 Januari

2022 lalu, sejauh ini Trans Mamminasata telah memiliki empat koridor

yang tersedia di Kota Makassar.

Untuk kemudahan akses penumpang melihat rute perjalanan,

informasi jadwal keberangkatan dan kedatangan Bus secara real time

dapat melalui aplikasi TEMAN BUS.

Adapun koridor – koridor yang beroprasi di Kota Makassar yaitu :

Tabel 2. 1 Koridor BRT Mamminasata

KORIDOR TRAYEK
• Pergi
Mal Panakkukang Jl.Boulevard – Jl.AP Pettarani –
Jl.Pelita Raya – Jl.Sungai Saddang Baru – Jl.Sungai
Koridor 1
Saddang Lama – Jl.Bulu Kunyi -.Jl Rusa – Jl.Lanto
Mall Panakukkang
Dg Pasewang – Jl.Kasuari -.Jl.A Mappanyukki –

Jl.Haji Bau – Jl.Metro Tanjung Bunga –
Pelabuhan Galesong
Jl.Perdamaian Alam – Jl.Perjanjian Bongaya –
Jl.Abdul Kuddus – Jl.Poros Galesong Utara –
Jl.Karaeng Salamaka - Pelabuhan Galesong.
• Pulang
Koridor 1
Pelabuhan Galesong – Jl.Karaeng Salamaka –
Pelabuhan Galesong
Jl.Poros Galesong Utara – Jl.Abdul Kudus –

Jl.Perjanjian Bongaya – Jl.Perdamaian Alam –
Mall Panakukang
Jl.Metro Tanjung Bunga – Jl.Somba Opu –

31
KORIDOR TRAYEK
Jl.Penghibur – Jl.Pattimura – Jl.Slamet Riyadi –
Jl.Ahmad Yani – Jl.Balaikota – Jl.Thamrin –
Jl.Kajaolalido – Jl.Boto Lempangan – Jl.Arief Rate –
Jl.Haji Bau – Jl.Monginsidi – Jl.Bulu Kunyi –
Jl.Sungai Saddang Lama – Jl.Veteran Selatan –
Jl.Andi Djemma – Jl.AP Pettarani – Jl.Boulevard -
Mall Panakkukang.
• Pergi
Koridor 2 Mall Panakkukang Jl.Boulevard – Jl.Bougenville –
Mall Panakukang Jl.Pengayoman – Jl.Toddopuli Raya Timur – Jl.Batua
↓ Raya – Jl.Taman Makam Pahlawan – Jl.Urip
Bandara Sultan Sumoharjo -.Jl Perintis Kemerdekaan – Jl.Ir Sutami –
Hasanuddin Jl.Poros Bandara Baru - Bandara Sultan Hasanuddin

• Pulang
Koridor 2 Bandara Sultan Hasanuddin – Jl.Poros Bandara Baru
Bandara Sultan – Jl.Ir Sutami – Jl.Jalur Lingkar Barat – Jl.Perintis
Hasanuddin Kemerdekaan – Jl.Taman Makam Pahlawan –
↓ Jl.Batua Raya – Jl.Toddopuli Raya Timur –
Mall Panakukang Jl.Pengayoman – Jl.Adiyaksa – Jl.Boulevard – Mall
Panakkukang
• Pergi
Kampus 2 PNUP – Jl.Politeknik Pintu I – Jl.Poros
Koridor 3
Pammanjengeng – Jl.Paccerakkang – Jl.Berua Raya –
Kampus 2 PNUP
Jl.Bukit Hartako – Jl.Poros Hartako – Jl.Pajjaiang –

Jl.Dg Ramang – Jl.Perintis Kemerdekaan -Jl.Kapasa
Kampus 2 PIP
Raya – Jl.Ir Sutami – Jl.Daengta Qalia – Jl.Salodong -
Kampus 2 PIP

32
KORIDOR TRAYEK
• Pulang
Koridor 3 Jl.Salodong – Jl.Daengta Qalia – Jl.Ir Sutami –
Kampus 2 PIP Jl.Kapasa Raya – Jl.Perintis Kemerdekaan – Jl.Dg
↓ Ramang – Jl.Pajjaiang – Jl.Poros Hartako – Jl.Bukit
Kampus 2 PUNP Hartako - Jl.Berua Raya – Jl.Paccerakkang –
Jl.Poros Pammanjengeng – Jl.Politeknik Pintu I -
Kampus 2 PNUP
Koridor 4 • Pergi
Mall Panakukang Mall Panakkukang – Jl.Bougenville – Jl.AP Pettarani
↓ – Jl.Pengayoman – Jl.Toddopuli Raya – Jl.Letjen
Kampus Teknik Hertasning -Jl.Aeropala – Jl.Tun Abdul Razak –
Unhas Gowa Jl.Macanda – Jl.Malino - Kampus Teknik Unhas
Gowa
Koridor 4 • Pulang
Kampus Teknik Kampus Teknik Unhas Gowa – Jl.STTP Gowa –
Unhas Gowa Jl.Poros – Jl.Sultan Alauddin – Jl.Tun Abdul Razak –
↓ Jl.Aeropala – Jl.Letjen Hertasning – Jl.Adiyaksa –
Mall Panakukang Jl.Boulevard - Mall Panakkukang

2.5 Penelitian Terdahulu

Mengacu pada penelitian sebelumnya, penelitian ini ditujukan untuk

meningkatkan kinerja operasional transportasi angkutan umum BRT

Koridor IV Trans Mamminasata. Sehingga dapat mengoptimalkan kinerja

operasinalnya berdasarkan penelitian terdahulu.

33
Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu

Metode
Nama Judul Tujuan Faktor Hasil
Analisis
Mengtehaui pola pergerakan
pengguna angkutan umum di
Evaluasi Efektifitas KawasanTembalang, Mengevaluasi
Waktu tunggu,waktu Mengevaluasi
Dan Efisiensi tingkat efektivitas dan efisiensi
tempuh,kecepatan,load Deskriptif efektivitas dan efisiensi
Kusumawati Angkutan Umum angkutan umum dan Memberikan
Factor, Frekuensi, kualitatif angkutan umum
Wardani.2013 Di kawasan suatu rekomendasi peningkatan
kemudahan. dikawasan tembalang
Tambalang kinerja angkutan umum bila
diperlukan.

LoadFactor, Headway,
Waktu henti kendaraan
Kinerja Pelayanan
Menganalisis efektifitas kinerja ,waktu tempuh, waktu
Qadriathi DgBau, BUS TRANS Analisis Meningkatkan kinerja
pelayanan dan pengaruh terhadap perjalanan, kecepatan
Reza Muhajir, Mamminasata di statistik efektifitas Pelayanan
system pergerakan di Koridor 3 perjalanan dan sirkulasi
Batara Surya, Koridor 3 Kawasan deskriptif BRT
kawasan mamminasata antar halte availability
2019 Mamminasata
waktu pelayanan umur
kendaraan

34
Parameter kinerja
Efaluasi kinerja operasional Standar
angkutan umum kinerja angkutan umum
Mengetahui Kinerja Bus Rapid Load Factor, Headway
Bus Rapid Transit yang di tetapkan oleh
Aries Usman Transit (BRT) Trans Jateng Waktu Sirkulasi, Deskriptif
(BRT) Trans direktorat jendral
Hakim, Miftahul Koridor 1 Purwekerto - Kecepatan Perjalanan kualitatif
Jateng Koridor 1 perhunungan darat
Fauziah, 2021 Purbalingga dan ketersediaan armada
Purwekerto - (1999) belum memenuhi
Purbalingga standar

Analisis kinerja Besarnya kepuasan


Mengetahui bagaimana persepsi
layanan angkutan pelanggan terhadap
kepuasan penumpang terhadap
Dewa Made umum massal bus kinerja Bus Trans
pelayanan Bus Trans Sarbagita dan Kualitas pelayanan Primer dan
Priyantha trans sarbagita Sarbagita, keinginan
bagai mana kinerja pelayanan angkutan Umum Sekunder
Wedagama. berdasarkan pelanggan terhadap
angkutan umum missal Bus Trans
2020 persepsi kepuasan penyedia jasa yang
Sarbagita pada Koridor I dan II
penumpang ditawarkan.
Untuk menilai tingkat pelayanan
dan efisiensi (Bus rapid transit)
Di temukan bahwa
Penilaian kualitas dengan mengefaluasi parameter Ketepatan waktu,
Deskriptif responden menunjukkan
layanan sistem bus awal,termasuk sikap penumpang aksesibilitas, dan
Syeda Azka ,2020 kualitatif sikap positif terhadap
rapid transit terhadap kualitas, keselamatan, efisiensi
sebagian besar indikator.
keamanan, dan pelayanan yang di
berikan.
35

Anda mungkin juga menyukai