DISUSUN OLEH:
1. Andri Sofyandi 1312011040
2. Sawaludin Panggabean 1312011308
3. Dodi Dwijaya 1412011118
4. Iqbal Rusni Azmi 1412011189
5. Andri Smbas Surya Jaya 1412011459
6. Devi Sahid S Triendy 1412011100
7. Cici Afriyanti 1412011083
8. Dona Sopia 1512011003
9. Bella Sabrina Hadi 1512011009
UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS HUKUM
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T. , Tuhan Yang Maha Esa,
karena hanya atas karunia dan rahmat-Nya, penyusunan Naskah Akademik Rancangan
Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Transportasi dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan Naskah Akademik ini dilakukan untuk memberikan pembenaran secara
akademis dan sebagai landasan pemikiran atau materi pokok Rancangan Peraturan Daerah
dimaksud, didasarkan pada hasil kajian dan diskusi terhadap subtansi materi muatan yang
terdapat di berbagai peraturan perundang-undangan, serta kebutuhan hukum masyarakat akan
pengaturan Penyelenggaraan Transportasi di masyarakat. Adapun penyusunannya dilakukan
berdasarkan pengolahan dan hasil eksplorasi studi kepustakaan.
Kelancaran proses penyusunan Naskah Akademik ini tentunya tidak terlepas dari
keterlibatan dan peran seluruh Tim Penyusun, yang telah dengan penuh kesabaran,ketekunan
dan tanggung jawab menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya. Untuk itu, terima kasih atas
ketekunan dan kerjasamanya
Semoga Naskah Akademik ini bermanfaat bagi pembacanya
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. IDENTIFIKASI MASALAH
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN
D. METODE
A. KAJIAN TEORETIS
B. KAJIAN TERHADAP ASAS/PRINSIP YANG TERKAIT DENGAN
PENYUSUNAN NORMA
C. KAJIAN TERHADAP PRAKTIK PENYELENGGARAAN, KONDISI YANG
ADA, SERTA PERMASALAHAN YANG DIHADAPI MASYARAKAT
D. KAJIAN TERHADAP IMPLIKASI PENERAPAN SISTEM BARU YANG
AKAN DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG ATAU PERATURAN
DAERAH TERHADAP ASPEK KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN
DAMPAKNYA TERHADAP ASPEK BEBAN KEUANGAN
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Transportasi merupakan proses kegiatan memindahkan barang dan orang dari satu
tempat ke tempat yang lain, sehingga transportasi bukan suatu tujuan melainkan sarana untuk
mencapai tujuan guna menanggulangi kesenjangan jarak dan waktu, transportasi sangat
memegang peranan penting dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur kawasan
perkotaan. Suatu interaksi yang baik dan ideal antara komponen – komponen transportasi
(penumpang,barang, sarana dan prasarana) membentuk suatu sistem transportasi yang
komprehensif, efisien dan efektif sehingga diharapkan mampu mengoptimalkan fungsi
transportasi dalam suatu kawasan perkotaan.
Pentingnya peranan transportasi tersebut tentunya diimbangi dengan keterlibatan / partisipasi
aktif dari pihak – pihak yang terkait di dalamnya. Dalam ruang lingkup transportasi,
setidaknya terdapat tiga pihak yang harus terlibat aktif dalam hubungan yang kooperatif dan
berkesinambungan. Pihak yang pertama yaitu pemakai (user), dimana kita (masyarakat)
sebagai pengguna dan pemakai harus memberikan kontribusi yang maksimal terhadap
ketersediaan sarana transportasi. Pihak kedua, yaitu pemilik dan pengelola (operator), dalam
perannya diharapkan mampu memberikan pelayanan (service) dan pengadaan sarana
transportasi secara optimal. Pihak terakhir adalah regulator, dimana dalam hal ini pemerintah
sebagai pengatur sistem transportasi, berperan memberi dan mengeluarkan kebijakan bagi
pihak user dan operator dalam sistem transportasi tersebut. Mengingat pentingnya peranan
masing – masing pihak tersebut, hubungan yang kondusif dan berkesinambungan harus
tercipta di dalamnya.
Di era globalisasi yang diikuti dengan perkembangan teknologi informasi yang pesat saat ini,
pemerintah dituntut untuk lebih meningkatkan transparansi dalam setiap aktifitas pelayanan
publik, dalam konteks pemerintah yang baik yang mampu melayani kepentingan publik,
harus dibangun sistem penyelenggaraan transportasi yang sesuai dengan karakteristik suatu
daerah sehingga mampu melayani masyarakat di bidang sarana dan prasarana transportasi.
Otonomi daerah merupakan hal yang sangat mempengaruhi transportasi di daerah, sejak
berlakunya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, setiap daerah
diharapkan dapat mengembangkan potensi di daerahnya masing-masing secara mandiri.
Selanjutnya berdasarkan strategi pengembangan dan potensi kawasan andalan daerah tersebut
disusun suatu transportasi wilayah yang terpadu tetapi masih dalam suatu koridor yang
diantisipasi akan disepakati dalam perencanaan jaringan transportasi. Jadi otonomi daerah
selain memberikan hak maka juga memberikan tanggung jawab baru bagi pemerintah daerah.
Kondisi sektor transportasi di Kota Metro memiliki kondisi objektif sistem angkutan umum
yang cukup memprihatinkan seperti tingkat pelayanan yang rendah, pola dan sistem
manajemen yang masih lemah, serta orientasi pengoperasian angkutan umum lebih menjurus
pada aspek finansial dibandingan aspek pelayanan terhadap masyarakat.
Kota metro, pada dasarnya berupaya untuk membangun Kota metro ini menjadi maju dan
mandiri dan meningkatkan efisiensi serta efektivitas mekanisme pelayanan publik, trayek
transportasi pada kota metro, serta kelayakan transportasi publik di sektor transportasi.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Belum optimalnya Pemerinta Daerah Kota metro dalam upaya mengatur sektor transportasi
di wilayah Kota Metro
2. Pola dan sistem manajemen pelayanan umum di sektor transportasi yang masih rendah
Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan
penyusunan Naskah Akademik ini adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam menangani dan mengatur sektor
transportasi di Daerah Kota Metro serta cara-cara mengatasi permasalahan tersebut
2. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan penetapan Raperta
tentang Penyelenggaraan Transportasi sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi
permasalahan dalam penataan sektor transportasi di Daerah Kota Metro.
4. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan dan
arah pengaturan dalam Perda tentang Penyelenggaraan Transportasi
Kegunaan dalam penyusunan Naskah Akademik ini adalah sebagai acuan atau
referensi bersama bagi Tim Penyusun untuk kedepannya menyusun dan membahas Raperda
tentang Penyelenggaraan Transportasi.
D. METODE
Bila jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder sebagaimana halnya dalam penelitian
hukum normatif, maka studi dokumen dipergunakan sebagai alat pengumpulan data.
Berdasarkan data primer dan data sekunder yang terkumpul peneliti akan melakukan
pengkajian dan analisa sehingga dapat ditemukan tujuan khusus dari penelitian ini
1. Sifat Penelitian
Hasil penelitian ini bersifat deskriptif analitis, karena dari penelitian ini diharapkan
memperoleh gambaran secara menyeluruh, mendalam dan sistematis tentang
Penyelenggaraan Transportasi. Dikatakan analitis, karena kemudian akan dilakukan analisis
terhadap berbagai aspek yang diteliti, selain menggambarkan secara jelas tentang asas-asas
hukum, kaidah hukum, berbagai pengertian hukum, hasil penelitian di lapangan yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
Untuk penelitian kepustakaan materi penelitian dalam penelitian ini ada 2 macam
yaitu:
2) Bahan Hukum Sekunder terdiri dari : buku-buku, jurnal hukum, diktat, hasil
penelitian dan bahan-bahan di internet
Data yang dikumpulkan dari penelitian lapangan adalah data primer tentang segala
sesuatu yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Dalam memperoleh data tersebut
ditentukan wilayah dan obyek penelitian
1) Wilayah Penelitian
2) Obyek Penelitian
Sebagai obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Angkutan Darat, Jalan Umum,
Kantor Dinas Perhubungan yang ada di Daerah Kota Metro
3) Jalannya Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian lapangan ini ada langkah-langkah ditempuh terdiri dari
3 (tiga) tahap, sebagai berikut :
a. Tahap persiapan : Pada tahap ini dimulai dengan pengumpulan bahan kepustakaan,
dilanjutkan dengan penyusunan usulan penelitian
b. Tahap Pelaksanaan : Pada tahap ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan maksud
pengumpulan data dan pengkajian terhadap data sekunder, yang meliputi bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder. Dalam penelitian lapangan dilakukan pengumpulan data
primer melalui observasi
c. Tahap Penyelesaian : Pada tahap ini dilakukan berbagai kegiatan yaitu penulisan laporan
awal hasil penelitian dan menganalisis yang dilanjutkan dengan konsultasi serta perbaikan
dan diakhiri dengan pembuatan laporan akhir.
4) Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodi kualitatif. Data yang telah
terkumpul baik dari hasil observasi maupun hasil dari studi dokumen dikelompokan sesuai
dengan permasalahan yang akan di bahas. Data tersebut kemudian ditafsirkan dan dianalisis
guna mendapatkan kejelasan. Teknik analisis dilakukan secara interpretasi, yaitu data
diinterpretasikan dengan mendasarkan pada suatu norma-norma dan teori-teori ilmu hukum
yang berlaku, sehingga pengambilan keputusan yang menyimpang seminimal mungkin dapat
di hindari.
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS
A. Kajian Teoretis
Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam mendukung
segala aspek kehidupan dan penghidupan, baik dibidang ekonomi, sosial-budaya, politik,
maupun pertahanan dan keamanan negara.
Sistem transportasi harus ditata dan terus menerus disempurnakan untuk menjamin
mobilitas orang maupun barang dalam rangka menjamin kesejahteraan masyarakat.
Transportasi menyandang peranan sebagai penunjang dan pemacu bila dipandang dari sisi
melayani dan meningkatkan pembangunan. Selain itu, transportasi terkait pula dengan
produktivitas.
Kemajuan transportasi akan membawa peningkatan mobilitas manusia, mobilitas faktor-
faktor produksi, dan mobilitas hasil olahan yang dipasarkan. Makin tinggi mobilitas berarti
lebih cepat dalam gerakan dan peralatan yang terefleksi dalam kelancaran distribusi serta
lebih singkat waktu yang diperlukan untuk mengolah bahan dan memindahkannya dari
tempat dimana barang tersebut kurang bermafaat ke lokasi dimana manfaatnya lebih besar.
Makin tinggi mobilitas dengan demikian berarti lebih produktif.
Transportasi dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal
ke tempat tujuan. Dalam hal ini terkait pola transportasi adalah sebagai berikut:
ada sesuatu yang di angkat (manusia/barang/hewan)
Tersedianya sarana sebagai alat angkutnya (kendaraan)
Ada prasarana yang dilalui alat angkut (jalan)
Sehingga dapat dipahami bahwa proses transportasi ini merupakan gerak dari tempat asal
dari mana kegiatan dimulai ke tempat tujuan dimana kegiatan itu diakhiri. Adapun yang
menjadi fungsi transportasi ini adalah memindahkan barang atau orang dari satu tempat ke
tempat lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai.
Transportasi dilakukan karena nilai barang akan lebih tinggi di tempat tujuan daripada di
tempat asalnya. Oleh karena itu, transportasi dikatakan memberi nilai (added value) kepada
barang yang diangkut. Nilai itu akan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Nilai yang
diberikan berupa nilai tempat (place utility) dan nilai waktu (time utility). Kedua nilai
tersebut diperoleh jika barang yang diangkut ke tempat di mana nilainya lebih tinggi dan
dapat dimanfaatkan tepat pada waktunya. Dengan demikian transportasi memberikan jasa
kepada masyarakat yang disebut jasa angkut.
1. Unsur Transportasi
Transportasi memiliki lima unsur, yaitu:
a) Manusia
Manusia berperan sebagai subjek atau pelaku dari transportasi yang akan memanfaatkan
moda transportasi untuk melakukan aktifitasnya, manusia juga berperan sebagai pengatur
sistem transportasi agar masih bisa digunakan sesuai dengan fungsi dan manfaatnya.
b) Barang
Barang menjadi objek pengangkutan, pengiriman barang ke beberapa tempat dengan alasan
pemasaran sangatlah memerlukan moda transportasi, tidak hanya untuk pemasaran namun
juga mobilitas lalu lintas yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.
c) Sarana
Sarana berupa kendaraan atau kapal sebagai alat atau moda transportasi berperan penting
untuk mengantarkan dan memindahkan objek transportasi dari satu tepat ke tempat yang lain.
d) Prasarana
Prasarana berupa jalan/perairan dan terminal/ pelabuhan merupakan suatu unsur yang penting
dalam transportasi, prasarana menjadi jalur lewatnya moda transportasi serta simpul moda
transportasi tersebut berkumpul, prasarana akan menghubungkan suatu tempat dengan tempat
lainya guna memperlancar proses pengangkutan dan mobilitas.
e) Organisasi
Suatu sistem pasti membutuhkan suatu organisasi yang mengatur dan bekerja untuk
menjamin bahwa suatu sistem tersebut berjalan dengan baik tanpa ada gangguan atau
permasalahan di dalamnya.
Lima unsur yang telah disebutkan di atas bekerja dan saling berpengaruh satu sama lain untuk
terlaksananya transportasi yang aman, selamat, tertib, nyaman, terjangkau dan tepadu.
2. Peranan Transportasi
Peranan transportasi mencakup bidang yang luas di dalam kehidupan manusia yang meliputi
beberapa aspek :
a) Peranan Transportasi dalam Ekonomi
Transportasi, seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa transportasi dengan
segala kinerja dan perkembangannya telah mengingkatkan produktivitas manusia,
produktivitas dalam hal produksi serta peningkatan mobilitas pemasaran sehingga
meningkatkan keuntungan dan kesejahteraan.
Sumber daya alam adalah kebutuhan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup
ataupun untuk mencari penghasilan. Sumber daya alam tersebut tersebar di seluruh
permukaan bumi, tak ada satu lokasi di bumi yang dapat memenuhi suatu kebutuhan akan
sumber daya alam pada satu lokasi. Sehingga diperlukan alat transportasi untuk mengakses
kebutuhan tersebut. Selain itu, transportasi juga meminimalkan jarak sehingga menekan biaya
pengeluaran dalam suatu produksi dan meningkatkan efisiensi waktu.
Asas hukum ini merupakan “jantungnya” peraturan hukum. Hal ini dikarenakan asas hukum
merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum. Ini berarti, bahwa
peraturan-peraturan hukum itu pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas-asas tersebut.
Kecuali disebut landasan, asas hukum layaknya disebut sebagai alasan bagi lahirnya
peraturan hukum atau merupakan ratio legis dari peraturan hukum. Asas hukum tidak akan
habis kekuatannya dengan melahirkan suatu peraturan hukum, melainkan akan tetap saja ada
dan akan melahirkan peraturan-peraturan selanjutnya.
Dalam pembentukan suatu Perda yang baik perlu memperhatikan asas-asas pembentukan
peraturan perundang-undangan, baik secara formal dan secara materiil, yaitu:
1. Asas-asas formal:
a) Asas kejelasan tujuan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan (het beginsel
van de duidelijk doelstelling);
b) Asas yang menentukan kewenangan lembaga atau organ yang berhak membentuk dan
menerima delegasi pembentukan peraturan perundang-undangan (het beginsel van het jiuste
organ);
c) Asas keperluan yang mendesak (het nood zakelijk heids beginsel);
d) Asas kemungkinan pelaksanaan atau penegakan atas peraturan yang di bentuk (het
beginsel van de voorbaarheid);
e) Asas konsensus atau kesepakatan antara pemerintah dengan rakyat (het beginsel van de
consensus).
2. Asas-asas materiil
a) Asas peristilahan dan sistematik yang jelas (het beginsel van duidelijk terminology en
duidelijk sistematiek);
b) Asas dapat diketahui dan dikenali suatu peraturan oleh setiap orang (het beginsel van de
kenbaarheid);
c) Asas kepastian hukum (het rechtszakerheids beginsel);
d) Asas perlakuan yang sama terhadap hukum (het rechtsgelijkheids beginsel);
e) Asas perlakuan khusus terhadap keadaan tertentu (het beginsel van de individuale rechts
bedeling).
2. Asas Kemanusiaan
Dengan “asas kemanusiaan”, maka setiap materi muatan peraturan perundang-undangan
harus mencerminkan pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan
martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.
3. Asas Kebangsaan
Yang dimaksud dengan “asas kebangsaan” adalah bahwa setiap materi muatan peraturan
perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk
dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Asas Kekeluargaan
Yang dimaksud dengan “asas kekeluargaan” adalah bahwa setiap materi muatan peraturan
perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam
setiap pengambilan keputusan.
5. Asas Kenusantaraan
Dengan “asas kenusantaraan”, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan
senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan
peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum
nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sebenarnya membuka peluang bagi Kota
Metro untuk berkembang dengan lebih cepat sesuai dengan kondisi lokal maupun aspirasi di
daerah, karena kota kini memiliki diskresi untuk melakukan hal tersebut.
Secara geografis Kota Metro berada pada posisi 105°17’-105°19’ Bujur Timur dan dari 5°6’ -
5°8’ Lintang Selatan.
Secara administratif, Kota Metro memiliki batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Punggur dan Pekalongan
Sebelah Selatan : Metro Kibang
Sebelah Barat : Trimurjo
Sebelah Timur : Pekalongan dan Batanghari
Kota Metro mempunyai luas wilayah 68,74 Km2 , Secara administratif terbagi dalam
5 (lima) Kecamatan dan 22 Kelurahan.
Dalam rangka revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah Kota Metro mencoba
mengarahkan dukungan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam hal pelayanan
masyarakat, penyelenggaraan otonomi dan pemerintahan yang baik. Untuk itu sangat
diperlukan penyelenggaraan transportasi yang baik serta jelas sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang ada.
D. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Undang-
Undang atau Peraturan Daerah terhadap aspek kehidupan masyarakat dan
dampaknya terhadap aspek beban keuangan negara.