0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
59 tayangan16 halaman
Makalah ini membahas peran penting lembaga peradilan sebagai tempat mencari keadilan bagi warga negara. Lembaga peradilan harus independen dan hakim memiliki peran besar dalam memberikan putusan yang adil dengan mempertimbangkan bukti-bukti yang diajukan pihak-pihak. Hakim juga harus mengkonstatir peristiwa, menentukan hukumnya, dan memberikan putusan akhir berdasarkan pembuktian dan huk
Makalah ini membahas peran penting lembaga peradilan sebagai tempat mencari keadilan bagi warga negara. Lembaga peradilan harus independen dan hakim memiliki peran besar dalam memberikan putusan yang adil dengan mempertimbangkan bukti-bukti yang diajukan pihak-pihak. Hakim juga harus mengkonstatir peristiwa, menentukan hukumnya, dan memberikan putusan akhir berdasarkan pembuktian dan huk
Makalah ini membahas peran penting lembaga peradilan sebagai tempat mencari keadilan bagi warga negara. Lembaga peradilan harus independen dan hakim memiliki peran besar dalam memberikan putusan yang adil dengan mempertimbangkan bukti-bukti yang diajukan pihak-pihak. Hakim juga harus mengkonstatir peristiwa, menentukan hukumnya, dan memberikan putusan akhir berdasarkan pembuktian dan huk
Jl. Raya puncak Km. 86 No. 24 Tugu selatan Nsms kelompok : -Fazriel jaya - M. Bhakti F - M. Davi - M. Salman A - M. Husriya - Rahma Dhina Aura Jihan S Kata pemngantar
Assalamualaikum wr.wb. puji syukur kami ucapkan
kepada Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan hormat kepada Bapak Lingga semoga senantiasa sehat selalu dan diberikan umur yang panjang. Mohon maaf atas keterlambatan pengumpulan makalah ini. Lembaga peradilan sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi setiap warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan otonom,salah satu unsur penting dalam lembaga peradilan adalah Hakim.Hal ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam memberikan keadilan kepada setiap orang yang berperkara di persidangan. Sehingga diharapkan seorang hakim di dalam memeriksa, menyelesaikan, dan memutus suatu perkara juga harus bebas dari pengaruh apa atau siapapun untuk memberikan putusan yang seadil-adilnya kepada setiap orang yang berperkara di pengadilan. Oleh karena itu hakim sebagai penegak hukum harus benar-benar meguasai hukum dalam hal ini hukum acara perdata. Sesuai dengan sistem yang dianut Indonesia bahwa dalam suatu sidang itu harus dipimpin oleh seorang hakim, dan hakim harus aktif bertanya, maksud dari hal tersebut adalah untuk menemukan kebenaran. Pembuktian adalah sebagai salah satu cara hakim untuk mengetahui suatu peristiwa yang sebenarnya. Hakim menilai pembuktian terhadap faktafakta dalam sengketa tersebut. Dengan adanya pembuktian tersebut hakim dapat menentukan putusannya. Dalam sengketa yang diajukan dimuka persidangan tersebut para pihak yang bersengketa mengajukan dalil-dalil yang saling bertentangan. Hakim harus memeriksa dan menetapkan dalil-dalil manakah yang benar dan dalildalil manakah yang tidak benar. Dalam melakukan pemeriksaan ini, hakim harus mengindahkan aturan-aturan tentang pembuktian yang merupakan hukum pembuktian. Pada hakekatnya yang harus dibuktikan adalah peristiwanya dan bukan hukumnya. Oleh karena itu yang wajib membuktikan peristiwanya atau mengajukan alat bukti adalah para pihak, sedangkan hakim harus menentukan hukumnya terhadap peristiwa yang telah terbukti tersebut. Jadi hakim di dalam proses perkara perdata harus menetapkan dan menemukan kebenaran peristiwa atau hubungan hukumnya terhadap peristiwa yang telah ditetapkan itu Meskipun peristiwa ataupun faktanya itu disajikan oleh para pihak, hakim harus tahu pasti akan peristiwa yang diajukannya itu. Hakim harus mengkonstatir yang berarti bahwa hakim harus mengakui kebenaran peristiwa yang bersangkutan. Dan kebenaran peristiwa ini hanya dapat diperoleh dengan pembuktian. Segala peristiwa yang menimbulkan sesuatu hak harus dibuktikan oleh yang menuntut hak tersebut, sedangkan peristiwa yang menghapuskan hak harus dibuktikan oleh pihak yang menyangkal hak tersebut. Asas Actory in conbit probatio merupakan asas umum dalam beban pembuktian yang artinya siapa mengaku mempunyai hak harus dibebani pembuktian positif yang tercantum di dalam pasal 163 HIR. Asas ini sesuai dengan ketentuan yang ada dalam pasal 163 HIR, yang mengatur beban pembuktian dan menerapkan bahwa : “barang siapa yang menyatakan barang sesuatu hak atau menyebutkan suatu kejadian, untuk meneguhkan haknya itu atau untuk membantah hak orang lain, maka orang itu harus membuktikan adanya kejadian itu”. Disini yang berhak mengajukan adalah penggugat karena mengajukan suatu hak dan peristiwa maka ia harus membuktikan. Tergugat diberi kewajiban memmbuktikan apabila penggugat menyangkal atas bukti yang diajukan penggugat. Dari pasal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kedua belah pihak, baik tergugat ataupun penggugat mempunyai kewajiban untuk membuktikan. Apabila salah satu pihak dibebani pembuktian dan tidak dapat membuktikan maka Ia dapat dikalahkan. Pembagian pembuktian di atas akan adil dan tepat apabila yang dibebani pembuktian adalah pihak yang paling sedikit dirugikan, jika ia diwajibkan untuk membuktikan. Asas ini mendasarkan asas pembuktian yuridis, bahwa apa yang nampaknya ada secara sah, untuk sementara harus dianggap benar, demi kepastian hukum pihak yang menyangkal kebenaran tadi wajib membuktikanTugas pokok dari hakim adalah menerima, memeriksa, dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang daijukan kepadanya (pasal 2 ayat 1 UU 35 tahun 1999). Hakim menerima perkara yang di ajukan kepadanya dan tidak aktif mencari atau mengejar perkara, kemudian hakim meneliti perkara dan akhirnya mengadili yang berarti memberi kepada yang berkepentingan hak atau hukumnya. Hakim tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili sesuatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya, Pada hakekatnya seorang hakim hanya diharapkan atau diminta untuk mempertimbangkan tentang benar atau tidaknya suatu peristiwa yang diajukan kepadanya. Oleh karena itu hakim harus memeriksa dan mengadili setiap perkara yang diajukan kepadanya. Andaikata peraturan hukumnya tidak atau kurang jelas sebagai penegak hukum dan keadilan hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat ( pasal 27 ayat 1 UU 35 Tahun 1999 ). Di dalam kenyataannya tugas hakim tidaklah semudah dan sesederhana bunyi pasal 2 ayat 1 UU 35 Tahun 1999, pada hakekatnya dari seorang hakim diharapkan memberi pertimbangan tentang benar tidaknya suatu peristiwa atau fakta yang diajukan kepadanya dan kemudian memberikan atau menentukan hukumnya. Secara konkritnya dalam mengadili suatu perkara hakim harus melakukan tiga tindakan secara bertahap. Pertama, hakim harus mengkonstatir benar tidaknya suatu peristiwa yang diajukan itu. Mengkonstatir berarti melihat, mengakui atau membenarkan telah terjadinya peristiwa yang diajukan tersebut. Akan tetapi untuk sampai pada hal seperti itu hakim harus mempunyai kepastian. Jadi mengkonstatir peristiwa berarti sekaligus juga membuktikan atau menganggap telah terbuktinya peristiwa yang bersangkutan, maka diakui sebagai yang benar-benar terjadi. Apa yang harus dikonstatir adalah peristiwanya, untuk sampai pada hal tersebut hakim harus melakukan pembuktian. Peristiwa yang telah dikonstatir sebagai peristiwa yang benarbenar terjadi harus dikwalifisir. Mengkwalifisir berarti menilai peristiwa yang telah dianggap benar-benar terjadi itu termasuk dalam hubungan hukum apa atau yang mana, dengan kata lain menemukan hukumnya bagi peristiwa yang telah dikonstatir. Untuk menemukan hukumnya hakim sering melakukan penerapan hukum terhadap peristiwanya. Dicarikan dari peraturan hukum yang ada, ketentuan-ketentuan yang dapat diterapkan pada peristiwa yang bersangkutan. Dalam tahap terakhir, sesudah mengkonstatir dan mengkwalifisir peristiwa, hakim harus mengkonstituir atau memberikan konstitusinya, posisi hakim mempunyai kedudukan yang obyektif karena hakim merupakan fungsionaris yang ditunjuk untik memeriksa dan mengadili perkara tetapi penilaiannya pun adalah obyektif pula karena hakim harus berdiri di atas kedua belah pihak dan tidak boleh memihak. Tidak semua dalil yang menjadi dasar gugatan harus dibuktikan kebenarannya, sebab dalil- dalil yang tidak disangkal, apalagi diakui sepenuhnya oleh pihak lawan, tidak perlu dibuktikan lagi. Dalam pembuktian tidak selalu pihak penggugat saja yang harus membuktikan dalilnya. Hakim yang memeriksa perkara tersebut yang akan menentukan siapa di antara pihak-pihak yang berperkara akan diwajibkan untuk memberikan bukti, apakah pihak penggugat atau sebaliknya yaitu pihak tergugat. Dengan perkataan lain hakim sendiri yang menentukan pihak yang mana akan memikul beban pembuktian. Kalau penggugat tidak dapat membuktikan peristiwa yang diajukannya ia harus dikalahkan, sedang kalau tergugat tidak dapat membuktikan bantahannya ia harus dikalahkan. Jadi kalau salah satu pihak dibebani dengan pembuktian dan ia tidak dapat membuktikan maka ia akan dikalahkan (resiko pembuktian). Pada hakekatnya hal ini untuk memenuhi syarat keadilan, agar resiko dalam beban pembuktian itu tidak berat sebelah. Oleh karena itu beban pembuktian sangat menentukan jalannya peradilan, hakim harus sangat berhati-hati dalam melakukan pembagian beban pembuktian Oleh karena itu dengan adanya asas actory incombit probatio maka penggugat harus membuktikan peristiwa tersebut dan tergugat harus membuktikan bantahannya, disini yang dibebani dengan pembuktian adalahpenggugat dan tergugat. Dari pembuktian tersebut tentunya hakim harus mempertimbangkan peristiwa yang diajukan oleh para pihak dengan pembuktian tersebut akan dapat dihasilkan suatu peristiwa konkrit yang kemudian ditetapkan dengan hukumnya menjadi peristiwa hukum yang akhirnya dapat dibuat suatu putusan hakim. Landasan dibentuknya lembaga peradilan di Indonesia adalah pasal 24 UUD 1945 sebagai berikut. 1. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. 2. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama. Lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara, dan oleh sebuah mahkamah konstitusi Landasan pelaksanaan lembaga peradilan di Indonesia UU No. 4 Tahun 2004pasal 10 dinyatakan sebagai berikut : 1. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah agung dan badan peradilan yagn dibawahnya dan oleh sebuah mahkamah konstitusi. 2. Badan peradilan yang dibawah mahkamah agung meliputi badan peradilan militer dan peradilan tata usaha Negara. Lembaga pemegang kekuasaan yudikatif yang berfungsi menegakkan kebenarnya dan keadilan adalah lembaga peradilan. Menurut UU No. 14 Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh pengadilan Negara yang meliputi peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha Negara. Beberapa bukti pembentukan lembaga peradilan di Indonesia, antara lain sebagai berikut: 1. Undang-Undang Darurat No.1 Tahun 1951 tentang peradilan dalam Lingkungan peradilan Umum. 2. Unadang-Undang No.13 Tahun 1965 tentang mahkamah agung yang diperbarui dengan Undang- Undang No.14/1985. 3. Uandang-undang No.14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesatuan Kehakiman, yang diperbarui dengan UU No.35 Tahun 1999 jo. Undang- Undang No.4 Tahun 2004 jo.
PERANAN LEMBAGA-LEMBAGA PERADILAN
NASIONAL
Susunan lembaga peradilan di Indonesia:
a. Peradilan Umum (UU No. 2 Tahun 1986) b. Peradilan Agama (UU No. 7 Tahun 1989) c. Peradilan Militer (UU No. 5 Tahun 1950) d. Peradilan Tata Usaha Negara (UU No. 5 Tahun 1986) A.PERADILAN UMUM Peradilan umum adalah badan peradilan yang mengadili rakyat indonesia pada umumnya atau rakyat sipil
Lingkungan peradilan umum meliputi :
v Pengadilan negeri : Yaitu pengadilan kita sehari-hari yang memeriksa dan memutuskan suatu perkara v Pengadilan Tinggi : Pengadilan banding, yaitu pengadilan yang memeriksa kembali perkara yang telah diputuskan oleh pengadilan negeri. Tempat pengadilan tinggi di Ibukota provinsi B.PENGADILAN AGAMA Peradilan agama adalah peradilan agama islam. Tugas dan wewenangnya adalah memeriksa dan memutus sengketa antara orang-orang yang beragama islam mengenai bidang hukum perdata tertentu yang diputus berdasar syariat islam C.PERADILAN MILITER Peradilan militer adalah peradilan yang mengadili anggota-anggota atau TNI yang meliputi angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara. Lingkungan peradilan militer meliputi: v Peradilan militer adalah peradilan tingkat pertama yang mengadili kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan oleh TNI yang berpangkat Kapten ke bawah v Peradilan tinggi militer ketentuannya sbb: a. peradilan tingkat pertama yang mengadili kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan oleh TNI yang berpangkat Mayor ke atas b. Peradilan untuk memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara pidana yang telah diputus oleh peradilan militer dalam daerah hukumannya yang dimintakan banding v Disamping peradilan tentara terdapat pula kejaksaan tentara yang mempunyai daerah kekuasaan sama dengan daerah kekuasaan peradilan militer yang bersangkutan. D.PERADILAN TATA USAHA NEGARA Peradilan tata usaha negara adalah badan peradilan yang mengadili perkara-perkara yang berhubungan dengan administrasi pemerintahan. Masalah-masalah yang menjadi jangkauan PTUN : a. Bidang sosial, yaitu gugatan atau permohonan terhadap keputusan administrasi tentang penolakan permohonan surat izin b. Bidang ekonomi, yaitu gugatan atau permohonan yang berkaitan dengan perpajakan, merk, agraria, dsb. c. Bidang Function Publique, yaitu gugatan atau permohonan yang berhubungan dengan status atu kedudukan seseorang. Contoh bidang kepegawaian, pemecatan (PHK) dll. d. Bidang Hak Asasi Manusia, yaitu gugatan atua permohonan yang berkaitan dengan pencabutan hak milik seseorang serta penangkapan dan penahanan yang tidak sesuai dengan prosedur hukum a.)MAHKAMAH AGUNG Mahkamah agung sebagai pengadilan negara tertinggi berkedudukan di Ibukota negara. Tugas MA sebagai berikut: n Permohonan kasasi n Peninjauan kembali n Melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan di Indonesia n Memberikan pertimbangan hukum kepada presiden dalam permohonan grasi dan rehabilitasi b.)MAHKAMAH KONSTITUSI Mahkamah konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kedudukan MK di ibukota negara RI MK berwenang mengadilai pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk : 1) Menguji UU terhadap UUD NKRI tahun 1945 2) Memutus sengketa kewenangan negara 3) Memutus pembubaran partai politik 4) Memutus perselisihan tentang hasil Pemilu 5) Memutus pendapat DPR tentang dugaan pelanggaran oleh presiden atau wapres dan memutus pendapat DPR bahwa presiden atau wapres tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden atau wapres c.)KOMISI YUDISIAL Komisi yudisial merupakan lembaga pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang bersifat mandiri yang mempunyai wewenang mengsulkan pengangkatan hakim agung dan wewenang lain dalam rangka menjada dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta prilaku hakim. Tingkatan lembaga peradilan di Indonesia: a.)Peradib._lan tingkat pertama yaitu Peradilan Negeri, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan PTUN b.)Peradilan tingkat kedua atau banding yaitu Peradilan Tinggi Sipil atau Umum, Peradilan Tinggi Agama, Peradilan Tinggi Militer, dan Peradilan Tinggi Tata Usaha Negara c.)Peradilan tingkat kasasi yaitu MA Tingkatan lembaga peradilan di Indonesia: a.)Banding adalah hak terdakwa atau penasihat hukum untuk meminta pengadilan tinggi memeriksa kembali putusan pengadilan tingkat satu mengenai perkaranya b.)Kasasi adalah hak terdakwa atau penasihat hukum untuk meminta pembatalan putusan atau penetapan pengadilan dari semua lingkungan peradilan oleh MA c.)Grasi adalah pengampunan yang diberikan presiden kepada terpidana