OLEH:
03120180231 / 03120180269
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
yang terjadi pada ruas jalan, serta kebisingan dan polusi udara sangat sering di
penduduknya di atas 1 juta jiwa. Permasalahan yang terlihat pada beberapa kota
besar ini sangat bervariasi, ada yang berada pada tahap kritis rendah (low critical)
hingga tingkat kritis yang tinggi (high critical) (Aryandi & Munawar, 2014)
sangat pesat serta pertumbuhan penduduknya yang tinggi tidak terlepas dari kondisi
transportasi berupa kemacetan serta antrian kendaraan yang besar dan berdampak
pada kinerja ruas jalan. Selain dari pada itu, sarana dan prasarana yang berinteraksi
Ruas jalan Palattae merupakan ruas jalan yang disekitarnya adalah Pasar
Palattae. Pada jam-jam tertentu di ruas jalan ini tingkat kemacetannya sangat tinggi
terutama pagi dan sore hari, selain dari pada ruas jalan ini di padati oleh pedagang
kaki lima, hal ini disebabkan pula karena banyaknya aktivitas masyarakat dalam
1
hal ini pengunjung pasar Palattae. Hal ini yang sangat mempengaruhi kinerja ruas
jalan khususnya ruas jalan Palattae yang kemudian akan menyebabkan tingkat
pelayanan ruas jalan yang buruk dan akan berdapmpak pada distribusi kendaraan
yang ingin melewati ruas jalan tersebut (Srie Kusumastutie et al., 2020).
Arus lalu lintas dengan aktivitas dipinggir jalan yang berkaitan dengan tata
guna lahan disepanjang jalan tersebut dapat berupa pejalan kaki angkutan umum
dan kendaraan lain yang berhenti, kendaraan yang diparkir dibadan jalan, dan
kendaraan yang berjalan lambat. arus lalu lintas yang sama bahkan pada kendaraan
yang serupa, sehingga arus pada suatu ruas jalan khususnya ruas jalan Palattae yang
Sehingga dapat mempengaruhi tingkat kinerja tingkat pelayanan ruas jalan Palattae
yang berada di kawasan pasar Palattae. Gambaran kondisi yang demikian tentu saja
berdampak pada menurunnya kinerja lalu lintas dan tingkat pelayanan dari ruas
jalan.
tahun 1997, yang bertujuan untuk menganalisis kinerja ruas jalan yang mencakup
arus lalu lintas, kapasitas, derajat kejenuhan hingga tingkat pelayanan yang
kemudian hasil dari analisis tersebut nantinya akan dilakukan beberapa skenario.
Setelah itu akan dipilih skenario terbaik untuk ruas jalan tersebut khususnya ruas
jalan Palattae berada pada kawasan pasar Palattae dengan menggunakan software
kendaraan serta mencari alternatif yang baik demi mendukung kebutuhan kegiatan
2
Lokasi yang peneliti ambil untuk melakukan penelitian ini adalah sesuai
dengan judul yaitu Analisis Peningkatan Kinerja Ruas Jalan Palattae Terhadap
Vissim. Alasan peneliti memilih tempat penelitian tersebut karna tempat tersebut
mudah dijangkau oleh peneliti. Selain itu, kawasan ini juga merupakan salah satu
yang memiliki aktivitas yang cukup tinggi di Kabupaten Bone. Hal ini juga dapat
dilihat dari ruas jalan Palattae yang berada pada kawasan pasar Palattae yang
menjadi pusat aktivitas kegiatan jual beli dalam hal ini pasar Palattae serta salah
Kompleksnya masalah yang terjadi pada ruas jalan tersebutlah yang melatar
belakangi urgensi penelitian ini. Maka dari itu kita perlu mengkaji kinerja lalu lintas
di ruas jalan Palattae yang berada pada kawasan pasar Palattae lebih mendalam,
untuk dikaji dan dianalisa. Dari hal tersebut adapun rumusan masalah yang akan
dibahas yaitu:
1. Bagaimanakah kinerja ruas jalan pada kondisi eksisting di sekitar ruas jalan
3
2. Bagaimanakah kinerja ruas jalan Palattae setelah digunakan beberapa
Vissim?
software Vissim.
masyrakat disekitar jalan tersebut maupun bagi para pengguna jalan lain yang
1. Bagi kalangan akademisi, hal ini dapat sebagai pijakan dan referensi pada
kinerja ruas jalan serta kemampuan sains dalam hal ini penggunaan software.
4
1.4.2 Manfaat Praktis
tepat.
kinerja ruas jalan khususnya ruas jalan Palattae yang berada pada kawasan
pasar dalam hal ini sebagai objek atau sasaran sekaligus sebagai pengguna
simpang tersebut.
4. Bagi instansi terkait, sebagai bahan evalusi kinerja ruas jalan khususnya ruas
jalan Palattae yang berada pada kawasan pasar serta sebagai bahan
1. Lokasi pengambilan data dilakukan di sekitar ruas jalan Palattae yang berada
di kabupaten Bone.
5
3. Survey volume dan pergerakkan lalu lintas dilaksanakan pada hari Senin,
4. Data yang ditampilkan atau dianalisis merupakan Peak Hour atau volume
Untuk mempermudah penulisan tugas akhir ini, maka kami uraikan dalam
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini menguraikan tentang gambaran umum mengenai penelitian yang
akan dilakukan, seperti latar belakang pemilihan judul penelitian, tujuan dan
secara singkat komposisi masing-masing ba yang ada penulisan tugas akhir ini.
Dalam bab ini berisi metode yang digunakan untuk memenuhi data-data
serta uraian singkat tentang analisis yang dilakukan terhadap hasil pengolahan
data.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Homburger dan Kell (1981), Rekayasa lalu lintas adalah sesuatu
operasi lalu lintas jalan raya serta jaringannya, terminal, penggunaan lahan serta
Blunden (1981), rekayasa lalu lintas adalah ilmu yang mempelajari tentang
pengukuran lalu lintas dan perjalanan, studi hukum dasar yang terkait dengan arus
lalu lintas dan bangkitan, dan penerapan ilmu pengetahuan professional praktis
tentang perencanaan, perancangan dan operasi sIstem lalu lintas untuk mencapai
keselamatan dan pergerakan yang efisien terhadap orang dan barang (Winurini,
2011).
memberikan kondisi lalu lintas yang selancar dan seaman mungkin tanpa biaya
yang besar bagi pergerakan manusia, barang dan jasa dengan kondisi
geometrik/jaringan dan lalu lintas yang ada melalui system pengaturan, penataan
7
transportasi apa yang akan dipakai, tentu saja sejauh moda transportasi tersebut
kendaraan yang menggunakan dan terlalu sedikit atau sempit jalan. Penanggulan
persoalan pun tidak perlu sulit dipilih dari tiga kemungkinan berikut:
b. Batasi permintaan akan jalan dengan membatasi jumlah kendaraan yeng bisa
menggunakan jalan.
menggunakan jalan itu serta jaringan jalan yang sudah ada sampai batas
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006) (Freeman,
2013).
drainase dan seluruh perlengkapan jalan yang terkait, seperti rambu lalu lintas,
8
lampu penerangan, marka jalan, median, dan lain-lain. Jalan mempunyai empat
fungsi:
Ada beberapa cara yang dipakai para ahli lalu lintas untuk mendefinisikan
arus lalu lintas, tetapi ukuran dasar yang sering digunakan adalah konsentrasi aliran
dan kecepatan. Definisi arus lalu-lintas maksimum (mantap) yang dapat (smp/jam)
semua jalan melayani dua atau tiga fungsi dari empat fungsi jalan diatas akan tetapi
ada juga jalan yang mungkin hanya melayani satu fungsi (misalnya jalan bebas
1. Tipe Jalan
secara pembebanan lalu lintas tertentu. Misalnya jalan terbagi, jalan tak
terbagi dan jalan satu arah (Abdul Rahman, D.A.N Sri Astuti, ST., MT,
9
3. Bahu Jalan
Jalan perkotaan tanpa kereb pada umumnya mempunyai bahu pada kedua
4. Trotoar
rotoar adalah bagian jalan yang disediakan untuk pejalan kaki yang biasanya
sejajar dengan jalan dan dipisahkan dari jalur jalan oleh kereb (Finoriska,
2015) .
5. Kereb
Kereb sebagai batas antara jalur lalu lintas dan trotoar berpengaruh terhadap
dengan kereb lebih kecil dari jalan dengan bahu. Selanjutnya kapasitas
jalur lalu lintas, tergantung apakah jalan mempunyai kereb atau bahu
(Mufdillah, 2013).
6. Median Jalan
10
7. Alinyemen Jalan
bebas. Tanjakan yang curam juga mengurangi kecepatan arus bebas. Karena
secara umum kecepatan arus bebas di daerah perkotaan adalah rendah maka
Studi terhadap arus lalu-lintas dimulai pada tahun 1930-an. Pada tahun 1936
jalan (Winurini, 2011). Pada tahun 1935 Bruce D. Greenshields melakukan studi
mengenai model yang berhubungan dengan volume dan kecepatan di Yale Bureau
penggunaan mobil dan ekspansi dari sistem jalan raya meningkat pula studi
(Atmaja, 2015). Menurut Gartner, Messer, dan Rathi (2001:1-1) teori arus lalu-
11
2.3.1 Volume Lalu Lintas
yang melalui suatu titik pada suatu jalur gerak per satuan waktu, dan karena itu
biasanya diukur dalam satuan kendaraan per satuan waktu (Susanti, 2014). Tetapi,
pada analisis dari MKJI 1997 volume merupakan sebuah perubah (variable) yang
paling penting pada teknik lalu lintas dan pada dasarnya merupakan proses
perhitungan yang berhubungan dengan jumlah gerakan persatuan waktu pada lokasi
tertentu, yang dapat dinyatakan dalam kend/jam (Q kend), smp/jam (Q smp) atau
LHRT (Lalu Lintas Harian Rerata Tahun). Jumlah pergerakan yang dihitung dapat
meliputi hanya tiap macam moda lalu lintas saja, seperti pejalan kaki, mobil, bus,
yang dipilih tergantung pada tujuan dan konsekuensinya, tingkatan ketepatan yang
12
Tabel 2.1 Menyajikan nilai emp untuk jalan perkotaan tak terbagi sedangkan untuk
mentadapatkan nilai emp untuk jalan perkotaan terbagi dalam dilihat pada tabel 2.2.
Keterangan:
1. Kendaraan ringan (LV), yaitu kendaraan bermotor roda empat dengan dua
gandar berjarak 2.0 – 3.0 m (termasuk kendaraan penumpang oplet, micro bis,
2. Kendaraan berat (HV), yaitu kendaraan bermotor dengan dua gnadar, dengan
jarak 3.5 – 5.0 (termasuk bis kecil, truk dua as dengan enam roda, sesuai sistem
Klasifikasi Bina Marga). Truk besar, yaitu truk tiga gandar dan truk kombinasi
dengan jarak gandar (gandar pertama ke dua) <3.5 m (sesuai sistem klasifikasi
Bina Marga
• Dua arah
• Satu arah
• Arus lurus
13
• Arus belok kiri ataupun belok kanan
• Sepeda motor
Pada umumnya kendaraan pada suatu ruas jalan terdiri dari berbagai
komposisi kendaraan, sehingga volume lalu lintas menjadi lebih praktis jika
dikenal istilah satuan mobil penumpang (smp). Untuk mendapatkan volume dalam
smp, maka diperlukan faktor konversi dari berbagai macam kendaraan menjadi
mobil 1 penumpang, yaitu factor ekivalensi mobil penumpang atau emp (ekivalensi
menit, 1 jam.
d. Rate of flow atau flow rate adalah volume yang diperoleh dari pengamatan yang
lebih kecil dari 1 jam, akan tetapi kemudian dikonvesikan menjadi volume 1
e. Peak hour factor (PHF) adalah perbandingan volume 1 jam dengan puncak dari
flow rate pada jam tersebut, sehingga PHF dapat dihitung dengan rumus
berikut:
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 1 𝑗𝑎𝑚
PHF = 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑓𝑙𝑜𝑣 𝑟𝑎𝑡𝑒 ………….………………………………………....(2-1)
14
Pada penelitian ini yang digunakan adalah besaran arus (flow) yang lebih spesifik
untuk hubungan masing-masing penggal jalan yang ditinjau dengan kecepatan dan
2.3.2 Kecepatan
Kecepatan adalah jarak yang dapat ditempuh dalam satuan waktu tertentu,
biasa dinyatakan dalam satuan km/jam (Handayani, n.d.). Menurut Roess, Prassas
pergerakan dalam jarak per satuan waktu dengan adalah kecepatan, adalah jarak
dan adalah waktu (Winurini, 2011). Perhitungan kecepatan rata-rata dapat dihitung
dengan dua cara yaitu time mean speed (TMS) dan space mean speed (SMS). TMS
melewati suatu titik dari jalan selama periode waktu tertentu (Nabila Mardia, 2019).
SMS adalah Kecepatan rerata yang didasarkan waktu perjalanan kendaraan yang
melintasi suatu ruas jalan (Risdiyanto, 2014). Terdapat 3 jenis klasifikasi utama
a. Kecepatan setempat (Spot Speed), yaitu kecepatan kendaraan pada suatu saat
pada suatu jalur pada saat kendaraan bergerak (tidak termasuk waktu berhenti)
yang didapatkan dengan membagi panjang jalur yang ditempuh dengan waktu
15
c. Kecepatan perjalanan (Jeourney Speed), yaitu kecepatan efektif kendaraan
yang sedang dalam perjalanan antara dua tempat, yang merupakan jarak antara
dua tempat dibagi dengan lama waktu bagi kendaraan untuk menyelesaikan
perjalanan antara dua tempat tersebut, dengan lama waktu ini mencakup setiap
waktu berhenti yang ditimbulkan oleh hambatan lalu lintas (Alfredo, 2014).
Keterangan :
S = Kecepatan (km/jam)
Kecepatan arus bebas (FV) adalah kecepatan pada tingkat arus nol, yaitu
tanpa dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan (T. K. Sendow, Longdong
J., 2013).
Untuk jalan tak terbagi semua analisa (kecuali analisa – kelandaian khusus)
dilakukan pada dua arah, sedangkan untuk jalan terbagi dilakukan pada masing –
masing arah dan seolah-olah masing-masing arah adalah jalan satu arah yang
terpisah.
16
FV= (FVO + FVW) × FFVSF × FFVCS …………………………………………..(2-3)
Keterangan:
FFVSF =Faktor penyesuaian hambatan samping dan lebar bahu atau jarak kerena
penghalang
Kecepatan arus bebas segmen jalan pada kondisi ideal tertentu (geometri, pola
arus lalu-lintas dan faktor lingkungan (PUPR, 1997). Kecepatan arus bebas dasar
ditentukan berdasarkan jenis jalan dan jenis kendaraan. Secara umum kendaraan
ringan memiliki kecepataan arus bebas lebih tinggi dari pada kendaraan berat dan
sepeda motor. Jalan terbagi memiliki kecepatan arus bebas lebih tinggi dari pada
jalan tidak terbagi. Bertambahnya jumlah lajur sedikit menaikkan kecepatan arus
bebas.
Tabel 2.3 Kecepatan Arus Bebas Dasar (FVO) Untuk Jalan Perkotaan
Kecepatan Arus
Tipe Jalan Kendaraan Kendaraan Sepeda Semua
ringan berat motor kendaraan
LV HV MC (rata-rata)
Enam-lajur terbagi (6/2
D) atau Tiga-lajur satu- 61 52 48 57
arah (3/1)
17
Empat-lajur tebagi (4/2
D) atau Dua-lajur satu- 57 50 47 55
arah (2-1)
Empat-lajur tak-terbagi
(4/2 UD) 53 46 43 51
Dua-lajur tak-terbagi (2/2
UD) 44 40 40 42
Sumber: MKJI 1997, Hal – 5-44
b. Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Lebar Jalur Lalu Lintas (FVW)
Penyesuaian untuk kecepatan arus bebas dasar akibat lebar jalur lalu-lintas
(PUPR, 1997). Faktor, pada jalan selain 2/2 UD pertambahan dan pengurangan
kecepatan bersifat linier sejelan dengan selisihnya lebar jaluar standar (3,5 m). Hal
yang berbeda terjadi pada jalan 2/2 UD terutama untuk We (2 arah) kurang dari 6
m.
Tabel 2.4 Penyesuaian untuk pengaruh lebar jalur lalu lintas (FVW) pada kecepatan
arus bebas kendaraan ringan, jalan perkotaan
Lebar jalur lalu-lintas efektif
Tipe Jalan (Wc) (m) FVw (km/jam)
Per lajur
3,00 -4
Empat-lajur terbagi atau 3,25 -2
Jalan satu-arah 3,50 0
3,75 2
4,00 4
Per lajur
3,00 -4
Empat-lajur tak- 3,25 -2
Terbagi 3,50 0
3,75 2
4,00 4
Total
5 -9,5
6 -3
Dua-lajur tak-terbagi 7 0
8 3
Dua-lajur tak terbagi 9 4
10 6
11 7
Sumber: MKJI 1997, Hal 5-45
18
c. Faktor Penyesuaian Kecepatan arus Bebas Untuk Hambatan Samping
Faktor penyesuaian untuk kecepatan arus bebas dasar akibat hambatan samping
sebagai fungsi lebar bahu atau jarak kereb – penghalang (PUPR, 1997).
penduduk di Kota tempat ruas jalan tersebut berada. MKJI 1997 menyarankan
reduksi terhadap keepatan arus bebas dasar bagi kota berpenduduk kurang dari 1
juta jiwa dan kenaikkan terhadap kecepatan arus bebas dasar bagi kota berpenduduk
2.3.4 Kepadatan
jalan tertentu atau lajur,yang umumnya dinyatakan sebagai jumlah kendaraan per
kilometer atau satuan mobil penumpang per kilometer (smp/km) (Setiawan, 2017).
jumlah kendaraan pada setiap unit panjang jalan (Finoriska, 2015). Jika panjang
ruas yang diamati adalah 1, dan terdapat n kendaraan, maka kepadatan (k) dapat
19
𝑛
K= 𝐿 ………………………………………………………………………… (2-5)
Keterangan:
K= kepadatan
tertentu yang dapat mengamati jumlah kendaraan dalam panjang ruas jalan
tertentu), sehingga besarnya ditentukan dari dua parameter volume dan kecepatan,
Keterangan:
Secara etimologi, Kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance) berasal
dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Abdul Rahman, D.A.N Sri
20
Menurut Suwardi (2010) kinerja ruas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk
melayani kebutuhan arus lalu lintas sesuai dengan fungsinya yang dapat diukur dan
dibandingkan dengan standar tingkat pelayanan jalan. Nilai tingkat pelayanan jalan
dijadikan sebagai parameter kinerja ruas jalan (Gea & Harianto, 2011).
Penentuan kinerja jalan akibat arus lalu lintas yang ada atau diramalkan
Lebar jalan atau jumlah lajur yang diperlukan untuk melewatkan arus lalu lintas
tertentu dapat mempertahankan tingkat kinerja tertentu dan dapat dihitung untuk
tujuan perencanan, pengruh kapasitas dan kinerja dari segi perencanan lain (Fajar
Menurut Oglesby dan Hicks, 1990 kapasitas jalan adalah kapasitas suatu ruas
jalan dalam satu sistem jalan raya adalah jumlah kendaraan maksimum yang
memiliki kemungkinan yang cukup untuk melewati ruas jalan tersebut (dalam satu
maupun dua arah ) dalam periode waktu tertentu dan dibawah kondisi jalan dan lalu
lintas yang umum (Akbar, 2014). Dimana kapasitas jalan tersebut snagat
dipengaruhi oleh kondisi jalan yang mencakup geometrik dan tipe fasilitas lalu
lintas (karakteristik dan komponen arus lalu lintas), control keadaan (control desain
MKJI (1997) kapasitas adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan
pada kondisi tertentu (geometri, distribusi arah ,komposisi lalu lintas dan fakstor
lingkungan).
21
Dalam teknik lalu lintas dikenal tiga macam kapasitas:
suatu ruas jalan selama satu jam pada kondisi jalan dan lalu lintas yang
dapat melewati suatu ruas jalan yang direncanakan selama satu jam pada
kondisi lalu lintas yang dapat dipertahankan sesuai dengan tingkat pelayanan
jalan tertentu, artinya kepadatan dan gangguan lalu lintas yang terjadi pada arus
lalu lintas dalam batas-batas yang ditetapkan. Besaran kapasitas ini merupakan
suatu besaran yang ditetapkan sedemikian, sehingga lebih rendah dari kapasitas
kendaraan maksimum yang masih mungkin untuk melewati suatu ruas jalan
pada periode waktu tertentu pada kondisi jalan raya dan lalu lintas yang umum
(Setiawan, 2017).
1. Faktor jalan, seperti lebar lajur, kebebasan lateral, bahu jalan, ada median atau
tidak, kondisi permukaan jalan, alinyemen, kelandaian jalan, trotoar dan lain-
lain.
2. Faktor lalu lintas, seperti komposisi lalu lintas, volume, distributor lajur, dan
gangguan lalu lintas, adanya kendaraan tidak bermotor, gangguan samping dan
lain-lain.
22
3. Faktor lingkungan, seperti misalnya pejalan kaki, pengendara sepeda, binatang
Keterangan:
C = Kapasitas (smp/jam)
a. Kapasitas dasar (CO) adalah kapasitasdari suatu ruas jalan untuk seperangkat
kondisi ideal (Angelina Indri Titirlolobi, 2016). Besarnya kapasitas dasar jalan
b. Faktor penyesuaian untuk lebar jalur lalu lintas (FCW) adalah faktor
Penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat lebar jalur. Faktor penyesuaian lebar
23
Tabel 2.7 Faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalu Lintas
Tipe Jalan Lebar Jalan Efektif FCw Ket
3,00 0,92
4 Jalur dipisah atau jalan satu arah 3,25 0,96
3,50 1,00 Tiap Lajur
3,75 1,04
4,00 1,08
3,00 0,91
3,25 0,95
4 Lajur tidak dipisah 3,50 1,00 Tiap Lajur
3,75 1,05
4,00 1,09
5,00 0,56
6,00 0,87
7,00 1,00
2 Lajur tidak dipisah 8,00 1,14 Kedua
9,00 1,25 arah
10,00 1,29
11,00 1,34
Sumber: MKJI, 1997
penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat pemisah arah lalu lintas. Besarnya
24
Tabel 2.9 Faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping (FCSF)
Factor Penyesuaian Untuk Hambatan Samping dan
Kelas Lebar Bahu
Tipe Jalan Hambatan Lebar Bahu Efektif (WS)
Samping ≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0
VL 0,96 0,98 1,01 1,03
L 0,94 0,97 1,00 1,02
4/2 D M 0,92 0,95 0,98 1,00
H 0,88 0,92 0,95 0,98
VH 0,84 0,88 0,92 0,96
VL 0,96 0,99 1,01 1,03
L 0,94 0,97 1,00 1,02
4/2 UD M 0,92 0,95 0,98 1,00
H 0,87 0,91 0,94 0,98
VH 0,80 0,86 0,90 0,96
VL 0,94 0,96 0,99 1,01
2/2 UD atau Jalan L 0,92 0,94 0,97 1,00
Satu Arah M 0,89 0,92 0,95 0,98
H 0,82 0,86 0,90 0,95
VH 0,73 0,79 0,85 0,91
Sumber: MKJI, 1997
digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan
segmen jalan. Nilai Derajat Kejenuhan menunjukkan apakah segmen jalan tersebut
25
𝑄
DS = 𝐶 ……………………………………………………(2-13)
Keterangan :
DS = derajat jenuh
C = kapasitas (smp/jam)
Catatan :
a. Jika nilai derajat kejenuhan ≥ 0,8 menunjukkan kondisi lalu lintas padat.
b. Jika nilai derajat kejenuhan < 0,8 menunjukkan kondisi lalu lintas normal.
Tingkat pelayanan jalan atau level of service (LOS) adalah salah satu
metode yang digunakan untuk menilai kinerja jalan yang menjadi indikator dari
menghitung LOS disuatu ruas jalan, terlebih dahulu harus mengetahui kapasitas
jalan (C) yang dapat dihitung dengan mengetahui kapasitas dasar, faktor
Pada kondisi ini volume - kapasitas lebih besar atau sama dengan 0,80 V C
> 0,80, jika tingkat pelayanan sudah mencapai E aliran lalu lintas menjadi tidak
stabil sehingga terjadilah tundaan berat yang disebut dengan kemacetan lalu lintas.
menunjukkan angka diatas 0,80 sudah dikategorikan tidak ideal lagi yang secara
26
fisik dilapangan dijumpai dalam bentuk permasalahan kemacetan lalulintas (Nabila
Mardia, 2019).
Keterangan:
c = Kapasitas (SMP/jam)
berdasarkan kapasitas suatu jalan untuk menampung volume lalu lintas yang terjadi
tabel berikut:
27
Arus tidak stabil, kecepatan
terkadang terhenti, permintaan 0,85 – 1,00
E
sudah mendekati kapasitas
Arus dipasakan, kecepatan
rendah, volume diatas > 1,00
F kapasitas, antrian panjang
(macet)
Sumber: (Risqiansyah, 2019)
PTV (Planing Transportasi Verkehr AG) Karlsruhe, Jerman. Vissim berasal dari
berarti model simulasi lalu lintas perkotaan (Aryandi & Munawar, 2014).
mikroskopik yang berguna sebagai bahan simulasi atau model lalu lintas baik ruas
jalan maupun persimpangan. PTV Vissim dapat menganalisis pergerakan arus lalu
pergerakan, perilaku pengemudi serta mensimulasikan lampu lalu lintas baik pada
keputusan bagi perencana yang lebih efektif dan efisien (Lubis & Surbakti, 2017).
28
2.5.1 Simulasi Skenario Vissim
unik yang terdapat dalam sistem transportasi. Pengguna dapat memasukkan data-
keefektifan yang beragam bisa dimasukkan pada software vissim, antara lain
parkir di bahu jalan, satu arah, serta pelebaran jalan untuk meningkatkan kinerja
suatu ruas jalan. Software vissim memiliki kemampuan membuat animasi serta
macam kendaraan. Vissim yang berbasis software atau perangkat lunak ini dapat
dan rambu lalu lintas vissim dapat mensimulasikan ke dalam bentuk animasi 3-
lalu lintas, ketika lampu lalu lintas di salah satu pendekat menyala dengan
29
lengan persimpangan yang lainnya menyala dengan isyarat lampu yang
memiliki kemampuan direct atau membaca analisis pada saat Vissim telah
lintas merupakan salah satu informasi yang di baca oleh Vissim (Yin, 2019).
1. Data Geometrik.
a. Data segmen ruas jalan: panjang, lebar, jumlah jalur, lebah bahu, lebar
lajur dan jalur pada simpang, panjang kantong tikungan, dan desain
kantong tikungan.
APILL.
3. Karakteristik Kendaraan
30
a. Komposisi kendaraan dan dimensi, termasuk maksimum percepatan
simulasi.
31
2.5 Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan hasil studi kasus terdahulu tentang kinerja ruas jalan
pada jam sibuk seluruh kajian tersebut memiliki elvasi yang sangat erat denga
penelitian ini. Oleh karena itu, pada abagian ini dilakukan kajian penelitian yang
penelitian ini:
32
dalam kategori E (0,85-
1,00)
2 (Cindy, 2015) Untuk mengetahui Berdasarkan
Analisa dan Solusi seberapa besar hambatan pembahasan yang telah
Kemacetan Lalu samping,kapasitas, dilakukan, maka
Lintas di Ruas Jalan tingkat pelayanan kemacetan tertinggi
Kota (Studi Kasus jalan,dan tundaan pada berada pada Simpang
Jalan Imam Bonjol – ruas jalan Imam Bonjol-Tamin
Jalan dikarenakan DS
Sisingamangaraja) Simpang >1.
Sedangkan Nilai derajat
kejenuhan Segmen II
lebih besar jika
dibandingkan Segmen
I, hal ini dikarenakan
voulme lalu lintas
Segmen II lebih besar
dan kapasitas Segmen
II lebih sedikit jika
dibandingkan Segmen
I. Diharapkan Pemda
Lampung untuk
menertibkan pedagang
kaki lima yang
berjualan di pinggir
jalan serta penertiban
angkutan umum agar
tidak berhenti
sembarangan di ruas
jalan yang riskan akan
kemacetan, juga
membuat lampu merah
yang diletakkan pada
Simpang Jl. Imam
Bonjol-Tamin guna
menertibkan kendaraan
yang melintas agar
tidak menambah
masalah kemacetan
yang terjadi di ruas
jalan tersebut.
Sedangkan Nilai
derajat kejenuhan
Segmen II lebih besar
jika dibandingkan
Segmen I, hal ini
33
dikarenakan voulme
lalu lintas Segmen II
lebih besar dan
kapasitas Segmen II
lebih sedikit jika
dibandingkan Segmen
I. Diharapkan Pemda
Lampung untuk
menertibkan pedagang
kaki lima yang
berjualan di pinggir
jalan serta penertiban
angkutan umum agar
tidak berhenti
sembarangan di ruas
jalan yang riskan akan
kemacetan, juga
membuat lampu merah
yang diletakkan pada
Simpang Jl. Imam
Bonjol-Tamin guna
menertibkan kendaraan
yang melintas agar
tidak menambah
masalah kemacetan
yang terjadi di ruas
jalan tersebut.
3 (Pangestika, 2019) Maksud penulisan Jalan lingkar kota
Analisa Kinerja Jalan penelitian ini adalah Salatiga memiliki
Lingkar Kota Salatiga menganalisis kinerja volume kendaraan yang
Jalan Lingkar Salatiga kecil, dari hasil survei
sehingga bisa dijadikan bahwa pada jam
acuan untuk mengatasi puncakpagi hari volume
kemacetan lalu lintas. lalu lintas dari arah
Untuk maksud tersebut , selatan – utara lebih
tujuan khusus yang ingin besar dibandingkan dari
dicapai adalah : arah utara – selatan,
1) Menentukan sedangkan pada jam
volume non puncak siang dan
lalu lintas Lingkar jam puncak sore
Salatiga diketahui bahwa
2) Menentukan volume lalu lintas dari
karakteristik jalan arah utara – selatan
Lingkar Salatiga lebih besar
dibandingkan dari arah
selatan – utara dan
34
3) Menganalisa kinerja memilikiKondisi jalan
jalan Lingkar yang ada sekarang
Salatiga (kondisi II 4/2 D)
dengan nilai kapasitas
yaitu 6.600 smp/jam
masih dapat
menampung arus lalu
lintas pada 10 tahun
yang akan datang,
untuk jam puncak (pagi
dan sore) karena nilai
DS sangat mendekati
kategori tingkat
pelayanan C yaitu 0,38
pada jam puncak pagi,
dan 0,36 pada jam
puncak sore sehingga
tingkat pelayanan jalan
termasuk dalam
kategori B (DS < 0,54)
untuk jam jam puncak
pagi dan sore, kategori
A (DS < 0,35) untuk
jam non puncak siang.
Pada penilaian kinerja
jalan, bahwa jalan
lingkar Salatiga masih
mampu melayani
volume kendaraan
dibuktikan dengan hasil
perhitungan nilai
derajat kejenuhan
(Degree of Saturation)
yaitu sebesar 0,633.
Sedangkan syarat batas
maksimum kinerja jalan
yaitu memiliki nilai DS
< 0,75 yaitu sebesar
0,633. Sedangkan
syarat batas maksimum
kinerja jalan yaitu
memiliki nilai DS <
0,75
35
4 (Setiawan, 2017) tujuan yang ingin dicapai 1. Volume kendaraan
Analisis Kinerja Lalu dalam penulisan ini yaitu yang tercatat untuk
Lintas di Jalan Sekitar : lokasi pertama
Terminal Cappa 1. Untuk menganalisis adalah yang
Bungaya Gowa kinerja lalu lintas terpadat.
pada kondisi 2. Berdasarkanhasil
eksisting disekitar survey yang telah di
Terminal Cappa analisis, kelas
Bungaya Kabupaten hambatan samping
Gowa. pada lokasi pertama
2. Untuk dan kedua adalah
mengevaluasi Rendah.
kinerja lalu lintas 3. Derajat kejenuhan
disekitar Terminal pada lokasi pertama
Cappa Bungaya lebih tinggi di
Kabupaten Gowa. bandingkan lokasi
kedua.
4. Perhitungan
kecepatan kendaraan
berdasarkan hasil
survey untuk lokasi
pertama yaitu 14
km/jam dan lokasi
kedua adalah 21
km/jam.
5. Dari analisa
kepadatan
didapatkan bahwa
untuk lokasi
pertama lebih tinggi
dibandingkan lokasi
kedua. Pada lokasi
pertama kepadatan
kendaraan 150,67
km/jam dan pada
lokasi kedua 83,5
km/jam.
6. Dari segitingkat
pelayanan, lokasi
pertama dan kedua
pengamatan
tergolong dalam
kategori B yang
artinya arus stabil,
tetapi kecepatan
operasi mulai
36
dibatasi oleh kondisi
lalu lintas
7. Pada lokasi ketiga
kendaraan masuk
didominasi dari arah
Takalar – Gowa
sebanyak 1.199
kendaraan
8. Pada lokasi keempat
kendaraan keluar
didominasi menuju
arah Gowa –
Makassar sebanyak
1.196 kendaraan
37
c. Strategi penanganan gedung tinggi
untuk meningkatkan dikategorikan “B”
kinerja angkutan dalam artian volume
jalan Malino lalu lintas sedang
sehingga memiliki
keterbatasan dalam
memilih kendaraan
sedangkan pada ruang
kepadatan sedang
volume lalu lintas
rendah dengan kategori
tingkat pelayanan jalan.
Proyeksi pertumbuhan
lalu lintas 10 tahun ke
depan diprediksi berada
pada level pelayanan
kategori “C” sehingga
perlu adanya
pengendalian ruang lalu
lintas, pengendalian
perubahan jalan seiring
dengan peningkatan
kapasitas jalan, hingga
pemasangan rambu
rawan kecelakaan.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Analisis Kinerja ruas jalan Palattae yang mengambil studi kasus ruas jalan
yang berada pada kawasan pasar Palattae yang berada di kabupaten Bone
melakukan perhitungan data berupa angka dan dianalisis secara statistik. Penelititan
ini dianalisis pada saat volume puncak atau Peak Hour dari 3 hari survey.
3.2.1 Lokasi
Lokasi penelitian terletak pada ruas jalan Palattae, kabupaten Bone, Sulawesi
Selatan, jalan tersebut merupakan jalan yang sering di lewati berbagai jenis
kendaraan seperti kendaraan ringan sampai kendaraan berat dan truk salah satu
Secara rinci data ruas jalan Datuk Dibantah dapat dijelaskan sebagai berikut:
4. Pemanfaatan lahan disekitar ruas jalan adalah pedagang kaki lima dan
39
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Ruas Jalan Palattae
Sumber: Google Earth
40
Gambar 3.3 Foto Lokasi Penelitian Ruas Jalan Palattae
Sumber: Google Earth
3.2.2 Waktu
2. Hari Jum’at mewakili hari terakhir kerja per minggu pada pukul 06.00 - 18.00.
41
sebagai dasar untuk menentukan apakah ruas jalan
Palattae sudah bermasalah atau belum
bermasalah.
4 Kecepatan Kecepatan adalah parameter utama untuk
menggabarkan arus lalu lintas dan merupakan
lajur perjalanan yang dinyatakan dalam km/jam.
5 Kepadatan Kepadatan adalah jumlah rata – rata kendaraan
persatuan panjang jalur gerak dalam waktu
tertentu.
6 Tingkat Pelayanan Tingkat pelayanan adalah ukuran kinerja ruas
jalan atau simpang jalan yang dihitung
berdasarkan tingkat penggunaan
jalan,kecepatan,kepadatan dan hambatan yang
terjadi.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendapatkan seluruh data mentah yang akan
digunakan dalam analisis dan evaluasi terhadap kinerja ruas jalan Palattae. Data
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu primer dan data sekunder:
a. Data primer
titik pengamatan yang sudah ditentukan sebelumnya yang sesuai dengan tujuan
penelitian ini. Dalam proses pengambilan data ini, diperlukan 6 (enam) orang
surveyor, 4 (empat) orang bertugas untuk menghitung volume lalu lintas dan 2 (dua)
orang bertugas untuk menghitung waktu tempuh dan jarak tempuh kendaraan
(menggunakan Stopwatch).
42
d. Mempersiapkan alat – alat penelitian
• Volume kendaraan
Survey volume lalu lintas secara manual ini dilakukan dengan cara menghitung
jumlah kendaraan berdasarkan jenis yang telah ditentukan sebelumnya (HV, LV,
MC) dengan alat penghitung (counter) yang melewati titik pengamatan dalam suatu
• Kecepatan
Pengambilan data waktu tempuh dan jarak tempuh kendaraan dilakukan bersamaan
dengan pengambilan data volume lalu lintas. Dalam penelitian ini, survey data
b. Data sekunder didapat dari hasil survey ke instansi – instansi terkait antara
lain:
• Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone, yaitu untuk mendapatkan data jumlah
Adapun untuk mencapai tujuan, maka metode analisa data yang digunakan
adalah:
43
a. Untuk mengetahui karakteristik lalu lintas di ruas jalan Palattae Kabupaten Bone
• Volume
setiap jenis kendaran yang dicatat ke dalam satuan mobil penumpang (smp)
1997. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk grafis supaya dapat dilihat
• Kecepatan
Data waktu tempuh kendaraan dari tiap jenis kendaraan ysng disurvey tiap 15
menit dirata-ratakan untuk tiap jamnya. Nilai rata-rata dari tiap jenis kendaraan
ini dirata-ratakan lagi berdasarkan berapa jenis kendaraan yang melintas pada
tiap jam tersebut. Nilai rata-rata inilah yang menjadi waktu tempu rata-rata
b. Untuk mengetahui kinerja ruas jalan Palattae Kabupaten Bone pada jam sibuk,
• Kapasitas
Dari data geometrik yang didapat dari survey, maka ditentukan kapasitas ruas
Perbandingan antar volume lalu lintas harian rata-rata yang di dapatkan selama
44
derajat kejenuhan. Derajat kejenuhan menjadi salah satu tolak ukur kinerja
jalan. Dalam MKJI 1997 jika DS < 0,75 berarti jalan tersebut masih dalam
2. Menginput base data, yaitu jenis kendaraan pada 2D/3D model, vehicle
compositions.
Setelah data dan simulasi running time sudah di jalankan, langkah berikutnya
yaitu melihat keadaan distribusi kendaraan dan tingkat kinerja ruas jalan Palatte di
jam-jam tertentu serta peleberan jalan. Setelah opsi skenario dipilih, maka
hasil dari opsi tersebut yang nantinya akan di terapkan pada ruas jalan
tersebut khususnya ruas jalan Palattae yang berada pada kawasan pasar
45
Palattae di Kabupaten Bone untuk meningkatkan kinerja ruas jalan
tersebut.
• Langkah awal adalah pengumpulkan data sekunder yaitu gambar denah lokasi
3. Mengukur geometrik
meliputi kapasitas jalan, derajat kejenuhan dan tingkat pelayanan kinerja jalan.
permesalahan dilokasi.
46
3.7 Bagan Alir Penelitian
Mulai
Pengumpulan Data
Ya
Tahap Pengolahan Data
Tahap analisis kinerja ruas jalan Palattae menggunakan panduan Manual Kapasitas
Jalan Indonesia (MKJI 1997)
Selesai
47
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman, D.A.N Sri Astuti, ST., MT, A.A.S. Dewi Rahadiani, ST., M.
(2012). Analisis Kinerja Ruas Jalan Studi Kasus: Jalan Waturenggong di Kota
http://library.oum.edu.my/repository/725/2/Chapter_1.pdf
Angelina Indri Titirlolobi. (2016). Analisa Kinerja Ruas Jalan Hasanuddin Kota
Cindy, N. (2015). Analisa dan Solusi Kemacetan Lalu Lintas di Ruas Jalan Kota
Elmika, C., Wunas, S., & Rahim, J. (2017). Performance Analysis of Malino Road
48
Fajar Fitrah Anugrah, S. (2014). Fajar fitrah Anugrah. Penanganan Kemacetan
Lalu Lintas pada Kawasan Meninting. Rekayasa Lalu Lintas Sebagai Solusi
Freeman. (2013). Pengertian Jalan Raya, Klasifikasi Jalan, Kecelakaan Lalu Lintas.
Gea, M. S. A., & Harianto, J. (2011). Analisis Kinerja Ruas Jalan Akibat Parkir
Handayani, L. (n.d.). Evaluasi kinerja ruas jalan malonda kota palu. Los C.
Nabila Mardia, N. W. (2019). Analisis Kinerja Simpang Bersinyal Dan Ruas Jalan.
Analisis Kinerja Simpang Bersinyal Dan Ruas Jalan (Studi Kasus: Simpang
Dan Ruas Jln. Panjang Yang Terhubung Dengan Jln. Kedoya Duri Dan Jln.
49
Pangestika, F. (2019). Analisa kinerja jalan lingkar kota salatiga. Jurusan Teknik
Rahman, A., , D.A.N Sri Astuti, ST., M., & , A.A.S. Dewi Rahadiani, ST., M.
(2012). Analisis Kinerja Ruas Jalan Studi Kasus: Jalan Waturenggong di Kota
Risdiyanto. (2014). Rekayasa dan Manajemen Lalu Lintas: Teori dan Aplikasi.
Analisis Kinerja Ruas Jalan Akibat Hambatan Samping (Studi Kasus Jln.
Setiawan, A. (2017). Analisis Kinerja Lalu Lintas di Jalan Sekitar Terminal Cappa
Susanti, E. (2014). Analisis Arus Lalu Lintas Menerus (Through Trafic) di Kota
50
1(9), 608–615.
WELLS, G. R. (1993). Rekayasa Lalu Lintas. Rekayasa Lalu Lintas, 53(9), 1689–
1699.
51