Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL DESERTASI

PROGRAM DOKTOR (S3) TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK UNISSULA

Nama : Dr. HENNY PRATIWI ADI, ST,MT.

Mata Kuliah : APLIKASI METODE PENELITIAN

Nama Mahasiswa : JOKO SUSILO

No. Mahasiswa : 10201900006

SEKRETARIAT :
Jalan Raya Kaligawe Km. 4 Semarang, 50112
Telp. (024) 6583584 ext. 325, 327, 501 / email: dts@unissula.ac.id
Abstrak
Kebijakan pembatasan akses kendaraan angkutan truk pada tahun 2011 telah
berdampak pada kinerja sistem Jakarta Intra Urban Toll Way (JIUT). Meskipun
sebagian besar operator truk tidak mendukung kebijakan ini, pembatasan truk telah
menjadi strategi umum untuk mengurangi kemacetan di banyak kota di dunia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak keberadaan truk
dalam arus lalu lintas pada jalan tol baik dari sisi waktu tempuh maupun kinerja
jalan tol.. Analisis ini akan diharapkan dapak menilai seberapa besar kenaikan
kinerja jalan tol dengan tidak adanya kendaraan truk. Metode penelitian dengan
mengukur kinerja jalan tol dari sudut pandang makroskopis, yang diwakili oleh
model kecepatan-aliran-kepadatan. Model akan dikalibrasi oleh data pengamatan
24 jam di segmen jalan tol yang ditinjau. Model ketika truk dilarang untuk
digunakan dalam kondisi itu akan dibandingkan dengan model ketika truk diizinkan
untuk bepergian. Perbedaan antara kedua model akan menunjukkan dampak
kebijakan. Hasil yang diharapkan adalah perbandingan antara kedua kondisi
dapat menunjukkan kinerja lebih baik berdasarkan kecepatan aliran bebas dan
efisiensi kurang lebih 30% atau lebih tinggi pada laju aliran maksimum. Studi ini
akan bermanfaat bagi operator tol serta otoritas transportasi lokal dalam membuat
keputusan tentang kebijakan yang sama untuk mendapatkan keuntungan yang lebih
optimal dari implementasi.
1. PENDAHULUAN
Kinerja jalan tol sangat ditentukan berapa proporsi kendaraan truk yang lewat
pada jalan tol. Kendaraan truk ini biasanya mempunyai kecepatan yang lebih rendah
dari kecepatan rencana maupun kecepatan operasi jalan tol, sehinggakinerja jalan
tol menjadi menurun dan bahkan juga menyebabkan pendapatan tol juga menurun..
Truk besar dianggap bergerak lambat dan menghambat pergerakan lalu lintas arus
bebas. Aktivitas mereka dianggap memperburuk kemacetan dalam lalu lintas
perkotaan, terutama pada jam-jam sibuk.

Salah satu langkah paling populer untuk menangani logistik dan keterbatasan
kapasitas jalan pada kota adalah pembatasan truk. Pembatasan truk telah diterapkan
di beberapa kota, seperti Bangkok, Seoul, dan Paris, untuk mengurangi kemacetan
lalu lintas. Dengan membatasi truk-truk besar pada jam-jam sibuk dan mengalihkan
aktivitas mereka ke pengiriman malam hari, adalah mungkin untuk menghindari
gangguan dengan lalu lintas perkotaan selama jam-jam sibuk.

Berdasarkan kondisi tersebut diatas, maka perlu untuk mengevaluasi kinerja


lalu lintas di segmen jalan tol dengan ketiadaan kendaraan truk karena pembatasan
ini pada tingkat makroskopis. Berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya, tingkat makroskopik dianggap paling tepat untuk
memahami fenomena arus lalu lintas dan menganalisis efisiensi operasional
keseluruhan sistem.

Tujuan dari makalah ini adalah untuk membuat model arus lalu lintas
makroskopis dan menganalisis kinerja jalan tol karena peraturan pembatasan truk.
Penelitian ini didasarkan pada pengamatan kondisi lalu lintas selama satu minggu
di segmen jalan tol dalam kota Jakarta (Gambar. 1). Model arus lalu lintas dibuat
untuk menunjukkan efek pembatasan truk.
Gambar 1. Peta jalan tol dalam kota Jakarta

2 METODE PENELITIAN
Penelitian ini diinisialisasi oleh pencatatan lalu lintas 7x24 jam pada segmen
jalan tol yang dipilih,. Kemiringan longitudinal jalan adalah -1,0%. Video
yang direkam kemudian diproses untuk mendapatkan variabel lalu lintas,
yaitu volume lalu lintas (q), kecepatan rata-rata ruang, dan konsentrasi lalu
lintas (k). Interval waktu lima menit diambil sesuai dengan pedoman
pecatatan lalulitas keluaran Bina Marga di mana interval waktu antara 5
atau 15 menit sesuai untuk menghitung laju aliran per jam. Kecepatan rata-
rata ruang diperoleh dengan menghitung waktu tempuh 30 kendaraan
sampel yang melewati bagian studi untuk setiap lima menit.

Untuk menganalisis lalu lintas dari pendekatan makroskopis, model


matematika diciptakan untuk mewakili hubungan antara karakteristik lalu
lintas . Model-model ini mewakili ketergantungan di antara tiga variabel
lalu lintas .

Metode pemodelan paling umum hubungan antara variabel lalu lintas adalah
metode yang ada dari Greenshield (1935), Greenberg (1959), dan
Underwood (1961) [3]. Model-model ini menggunakan pendekatan dua
variabel rezim tunggal. Oleh karena itu, fungsi tunggal dikembangkan
dengan mengkalibrasi dua variabel lalu lintas, mis., Aliran dan kecepatan,
aliran dan kepadatan, dan kepadatan dan kecepatan. Dari model, parameter
berguna lainnya dapat disimpulkan, seperti aliran maksimum (qj),
kecepatan aliran bebas (uf), kecepatan rata-rata ruang pada aliran
maksimum (um), dan kepadatan lalu lintas maksimum (kj).

Model Greenshield (1935) mengembangkan fungsi linear antara kecepatan


rata-rata ruang - kepadatan lalu lintas (k) dan fungsi parabola antara volume
lalu lintas (q) - kecepatan rata-rata ruang (s) dan volume lalu lintas (q) -
kepadatan lalu lintas (k) ). Model Greenberg (1959) menciptakan fungsi
logaritmik antara s-k dan fungsi parabola antara q-s dan q-k, sedangkan
model Underwood (1961) mengembangkan fungsi eksponensial antara s-k
dan fungsi parabola antara q-s dan q-k.

Model dibagi menjadi dua negara, (1) model untuk mewakili lalu lintas
tanpa aktivitas truk dan (2) model untuk mewakili lalu lintas dengan
aktivitas truk. Model pertama dibentuk dengan menggunakan karakteristik
lalu lintas dari pukul 05.00 pagi hingga 10.00 malam .. Model kedua
dibentuk dengan menggunakan karakteristik lalu lintas mulai pukul 10.00
malam. sampai 05.00 pagi sebagai variabel. Data empiris dikalibrasi ke
dalam model Greenshield, model Greenberg, dan model Underwood, serta
model Multi-Regime. Akhirnya, model terbaik dipilih untuk kedua negara,
dan perbandingan dibuat untuk menganalisis efek pembatasan truk.

2. Diskusi

Kebijakan pembatasan akses kendaraan angkutan truk pada tahun 2011


telah berdampak pada kinerja sistem Jakarta Intra Urban Toll Way (JIUT).
Meskipun sebagian besar operator truk tidak mendukung kebijakan ini,
pembatasan truk telah menjadi strategi umum untuk mengurangi kemacetan
di banyak kota di dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis dampak keberadaan truk dalam arus lalu lintas pada jalan tol
baik dari sisi waktu tempuh maupun kinerja jalan tol.. Analisis ini akan
diharapkan dapak menilai seberapa besar kenaikan kinerja jalan tol dengan
tidak adanya kendaraan truk. Metode penelitian dengan mengukur kinerja
jalan tol dari sudut pandang makroskopis, yang diwakili oleh model
kecepatan-aliran-kepadatan. Model akan dikalibrasi oleh data pengamatan
24 jam di segmen jalan tol yang ditinjau. Model ketika truk dilarang untuk
digunakan dalam kondisi itu akan dibandingkan dengan model ketika truk
diizinkan untuk bepergian. Perbedaan antara kedua model akan
menunjukkan dampak kebijakan. Hasil yang diharapkan adalah
perbandingan antara kedua kondisi dapat menunjukkan kinerja lebih baik
berdasarkan kecepatan aliran bebas dan efisiensi kurang lebih 30% atau
lebih tinggi pada laju aliran maksimum. Studi ini akan bermanfaat bagi
operator tol serta otoritas transportasi lokal dalam membuat keputusan
tentang kebijakan yang sama untuk mendapatkan keuntungan yang lebih
optimal dari implementasi.

3. HASIL PENELITIAN

a. Hasil yang diharapkan adalah seberapa besar efektifkah kebijakan


pembatasan kendaraan truk pada jalan tol pada jam-jam sibuk..
b. Apakah Kinerja jalan tol dalam kondisi pembatasan truk secara signifikan
lebih baik dalam lalu lintas kepadatan rendah, dengan nilai kecepatan aliran
bebas yang lebih tinggi, yaitu lebih besar 30%. Kedua kondisi tersebut
menunjukkan peningkatan kinerja yang disebabkan oleh pembatasan truk.
c. Berapakah penurunan kecepatan rata-rata kendaraan truk pada kondisi
kepadatan menjadi lebih tinggi

REFERENSI

1. Tamin, O. Z. (2003). Perencanaan & Pemodelan Transportasi (Kesatu ed.).


Penerbit ITB.
2. Masrianto, Setomo, S., Poerwo, P., & Riyanto, B. (2012). Pembangunan
Jaringan Jalan Perkotaan Berdasarkan Kajian Struktur Ruang dan
Aksesibilitas Kota. Jurnal Transportasi , 12 (2), 153-164.
3. Najid, Najid, Tamin, O. Z., Salim, H. T., & Sjafruddin, A. (2001). Analisis
Kebutuhan Model Interaksi Tata Guna Lahan dan Transportasi Studi Kasus
Kotamadya Bandung. Simposium IV FSTPT. Bali.
4. Ismiyati. (2011). Mobilitas Transportasi Dikaitkan Dengan pemilihan
Tempat Tinggal Di Kawasan Pinggiran Kota Semarang. Semarang:
Program Doktor Teknik Arsitektur dan perkotaan Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro.
5. Najid, Tamin, O. Z., & Frazila, R. B. (2014). Analisis Dan Penanganan
Masalah Kemacetan Lalu Lintas Pada Lokasi Ramp On dan Ramp Off Jalan
Tol Dalam Kota studi kasus: Sekitar Simpang Grogol (Arah Grogol-Slipi).
Tarumanegara .
6. Nazir, M. (2014). Metode Penelitian (Kedelapan ed.). (R. F. Sikumbang,
Ed.) Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
7. Naga, D. S. (2013). Teori Sekor Pada Pengukuran Mental (Kedua ed.).
Jakarta: PT Nagarani Citrayasa.
8. Zuna, H. T. (2016). Pengembangan Model Kualitas Pelayanan Jalan Tol.
Sidang Terbuka Senat Akademik Universitas Indonesia. Depok: Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.
9. Zuna, H. T., Hadiwardoyo, S. P., & Rahadian, H. (2015). Atribut Pelayanan
Jalan Tol Dalam Peningkatan Kualitas Berkendara Di Jalan Tol Makasar.
Jurnal HPJI , 1 (2).
10. Direktorat Jenderal Bina Marga. (2009). Standar Geometri Jalan Bebas
Hambatan Untuk Jalan Tol. Standar Geometri Jalan Bebas Hamabatan
Untuk Jalan Tol . Direktorat Jenderal Bina Marga.
11. Pemerintah Republik Indonesia. (Maret, 2005). Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol .
Jakarta: Deputi Sekretaris Kabinet Bidang dan Perundang-undangan.
12. Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah. (22 Juni, 2001). Keputusan
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 354/KPTS/M/2001.
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
354/KPTS/M/2001 . Jakarta: Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah.
13. Iskandar, H. (2012). Kapasitas Dasar Jalan Bebas Hambatan. Jurnal Jalan-
Jembatan , 29 (1), 13-25.
14. Kusnandar, E. Modul ITS Untuk Jalan Tol. Bandung: Pusat Litbang Jalan
dan Jembatan.
15. Hermawan, R., Frazila, B. R., Awang, A., & Jongga, J. (2013). Hubungan
Antara Variasi Tarif Tol Dengan Pendapatan dan Tingkat Pelayanan. Jurnal
Teknik Sipil , 20 (1).
16. Zhao, N., Qi, T., Yu, L., Zhang, J., & Jiang, P. (2014). A Practical Method
for Estimating Traffic Flow Characteristic Parameters of Tolled
Expressway Using Toll Data. The 9th International Conference on Traffic
& Transportation Studies (pp. 632-640). Elsevier.
17. Aksoy, G., Celikoglu, H. B., & Gedizliglu, E. (2014). Analysis of Toll
Queues by Micro-Simulation: Result from A Case Study in Istanbul. 16th
Meeting of the EURO Working Group on Transportation (pp. 614-623).
Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai