id
BAB 2
Djamal (1993) mengutarakan bahwa hasil analisa dampak lalu lintas diharapkan
memberikan solusi terbaik yang dapat meminimalkan dampak serta memudahkan
pengaturan titik akses ke lahan pembangunan yang baru. Analisa ini akan
menganalisa dampak perkembangan kawasan terhadap kinerja sistem transportasi
yang sudah ada, dilihat dari segi kapasitas, kemacetan, keterlambatan, polusi,
lingkungan, dan parameter lainnya.
Tamin (2000) mengatakan bahwa analisa dampak lalu lintas atau traffic impact
analysis adalah studi yang mempelajari secara khusus tentang dampak lalu lintas
yang ditimbulkan oleh suatu bangunan yang mempengaruhi sistem transportasi.
Dampak lalu lintas yang timbul tergantung dari ukuran dan jenis bangunannya.
Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 6 Tahun 2005 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan di Kota Surakarta, pada bagian kelima Pasal 26 menyebutkan
bahwa untuk menghindarkan terjadinya dampak negatif lalu lintas akibat
terjadinya sistem kegiatan pada tata guna lahan tertentu, wajib dilakukan analisa
dampak lalu lintas.
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
Tujuan dari studi evaluasi dampak lalu lintas adalah untuk dapat mengantisipasi
dampak yang ditimbulkan oleh suatu kawasan pengembangan terhadap lalu lintas
di sekitarnya dan memprediksi dampak yang ditimbulkan suatu pembangunan
kawasan, beberapa penelitian yang berkaitan dengan evaluasi dampak lalu lintas:
pertumbuhan lalu lintas sebesar 7% tiap tahunnya, kondisi ruas jalan disekitar
lokasi tanpa pembangunan SPBU Cisoka mempunyai V/C ratio 0,83 dan
kecepatan jaringan sebesar 36,0 km/jam. Dengan asumsi tingkat pertumbuhan lalu
lintas yang sama, pada kondisi dengan pembangunan SPBU Cisoka pada tahun
2015, ruas jalan di sekitar lokasi mempunyai nilai V/C ratio 0,89 dan kecepatan
jaringan sebesar 35,4 km/jam.
Rahman (2010), menganalisis dampak lalu lintas dengan studi kasus berupa studi
kemacetan di Jalan Ngagel Madya Surabaya. Dari analisa lalu lintas didapatkan
hasil tingkat pelayanan jalan : untuk ruas jalan (kon disi lalu lintas pukul 06.00 –
07.00 WIB didapat DS = 0.320, kondisi lalu lintas pukul 13.00 – 14.00 WIB
didapat DS = 0.355), sedangkan untuk tingkat pelayanan simpang (kondisi lalu
lintas pukul 06.00 – 07.00 WIB didapat DS = 0.413, kondisi lalu lintas pukul
13.00 – 14.00 WIB didapat DS = 0.471). Dengan kondisi tingkat pelayanan (DS)
ruas dan simpang kurang dari 0.85, disimpulkan jalan Ngagel Madya tidak terjadi
kemacetan. Pada analisa antrian didapatkan hasil nilai tingkat kedatangan (λ)
kurang dari tingkat pelayanan (µ), kondisi ini menjelaskan kondisi antrian Jl.
Ngagel Madya masih baik atau tidak terjadi antrian yang berarti. Untuk
memperbaiki kondisi lalu lintas di masa mendatang disarankan kepada pihak
Santa Clara untuk menyediakan dan mengelolah sarana antar jemput siswa,
sehingga penutupan jalan Ngagel Madya dari arah Selatan ke Utara pada pukul
06.00 – 07.30 tidak perlu dilakukan lagi.
Studi evaluasi dampak lalu lintas ini juga erat kaitannya dengan tarikan dan
bangkitan suatu kawasan. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
tarikan dan bangkitan:
Munawar (2006) dalam Dokumen Analisa Dampak Lalulintas SPBU Jalan Ring
Road Selatan Jadan, Tamantirto, Kasihan, Bantul memodelkan tarikan pergerakan
menuju SPBU dengan persamaan Y1= 66,972 + 0,06905X, Y2= 33,38 + 0,155X,
dan Y3= 0,1X. Dimana Y1= tarikan pergerakan motor (kendaraan/jam), Y2=
tarikan pergerakan mobil (kendaraan/jam), Y3= tarikan pergerakan bus/truk
(kendaraan/jam), dan X= volume lalu lintas di ruas jalan searah dengan lokasi
SPBU (kendaraan/jam).
Dari beberapa pengertian diperoleh intisari pengertian analisis dampak lalu lintas
(pada penelitian ini selanjutnya disebut studi evaluasi dampak lalu lintas). Studi
evaluasi dampak lalu lintas adalah kajian yang menilai efek – efek yang
ditimbulkan akibat pengembangan tata guna lahan terhadap sistem pergerakan
commit to user
arus lalu lintas pada suatu ruas jalan terhadap jaringan transportasi di sekitarnya.
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
Lebih lanjut dikatakan bahwa dampak lalu lintas terjadi pada dua tahap, yaitu:
1. Tahap konstruksi/ pembangunan, pada tahap ini akan terjadi bangkitan lalu
lintas akibat angkutan material dan mobilitas alat berat yang membebani ruas
jalan pada rute material.
2. Tahap pasca konstruksi/ saat beroperasi, pada tahap ini akan terjadi bangkitan
lalu lintas dari pengunjung, pegawai, dan penjual jasa transportasi yang akan
membebani ruas – ruas jalan tertentu, serta timbulnya bangkitan parker
kendaraan.
Distribusi Pergerakan
(Trip Distribution)
Pemilihan Moda
(Modal Split).
Penggambaran dari dinamika bangkitan dan tarikan perjalanan dapat dilihat pada
gambar berikut:
commit to
Gambar 2.2 Bangkitan danuser
Tarikan Perjalanan
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
Pola distribusi lalu lintas antara zona asal dan tujuan adalah hasil dari dua hal
yang terjadi secara bersamaan, yaitu:
Ø Lokasi dan intensitas tata guna lahan yang akan menghasilkan lalu lintas.
Ø Spatial separation (pemisahan ruang), interaksi antara dua buah tata guna lahan
akan menghasilkan pergerakan
Jika terjadi interaksi antara dua tata guna tanah, seseorang akan memutuskan
bagaimana interaksi tersebut dilakukan. Biasanya interaksi tersebut mengharuskan
terjadinya perjalanan. Dalam kasus ini keputusan harus ditentukan dalam hal
pemilihan moda yang mana:
Ø Pilihan pertama biasanya antara jalan kaki atau menggunakan kendaraan.
Ø Jika kendaraan harus digunakan, apakah kendaraan pribadi (sepeda, sepeda
motor, mobil, dll) atau angkutan umum (bus, becak, dll).
Ø Jika angkutan umum yang digunakan, jenis apa yang akan digunakan (angkot,
bus, kereta api, pesawat, dll).
Pemilihan rute tergantung dari alternatif terpendek, tercepat, termurah, dan juga
diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai informasi yang cukup (misalnya
tentang kemacetan jalan) sehingga mereka dapat menentukan rute terpendek.
Hasil akhir dari tahap ini adalah diketahuinya volume lalu lintas pada setiap rute.
Ø Kendaraan pribadi, rute yang dipilih sembarang
commit to user
Ø Kendaraan umum, rute sudah tertentu
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
Catchment area diartikan sebagai wilayah/daerah yang terkena dampak lalu lintas
suatu daerah yang ditinjau. Dalam penjabarannya, catchment area dibagi menjadi
dua bagian, yaitu Ruas Simpang dan Ruas Jalan.
Pignataro (1973) mendefinisikan simpang sebagai suatu area yang kritis pada
suatu jalan raya yang merupakan tempat titik konflik dan tempat kemacetan
karena bertemunya dua ruas jalan atau lebih. Karena merupakan tempat terjadinya
konflik dan kemacetan maka hampir semua simpang terutama di perkotaan
membutuhkan pengaturan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
MKJI (1997) mendefinisikan ruas jalan sebagai daerah jalan yang dilalui
kendaraan, dimana tidak terpengaruh dengan keberadaan simpang terdekatnya.
Pendekatannya adalah sekitar 200 meter setelah maupun sesudah simpang.
Besarnya kapasitas ruas jalan didefinisikan sebagai volume lalu lintas maksimum
yang dapat dilayani oleh suatu ruas jalan pada kondisi tertentu, yang dinyatakan
dalam satuan mobil penumpang per jam (smp).
Besarnya kapasitas suatu ruas jalan dapat dihitung dengan persamaan berikut:
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs x FCks (2-5)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
Dimana:
C : Kapasitas (smp/jam)
Co : Kapasitas dasar untuk kondisi tertentu atau ideal (smp/jam)
FCw : Faktor penyesuaian lebar efektif jalan
FCsp : Faktor penyesuaian pemisah arah
FCsf : Faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs : Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota
FCks : Faktor penyesuaian dengan kerb dan bahu jalan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
Tipe jalan Lebar jalur lalu lintas efektif (WC) (m) FCw
Perlajur
3,00 0,92
Empat lajur
3,25 0,96
terbagi atau jalan
3,50 1,00
satu arah
3,75 1,04
4,00 1,08
Perlajur
3,00 0,91
Empat lajur tak 3,25 0,95
terbagi 3,50 1,00
3,75 1,05
4,00 1,09
Total dua arah
5 0,56
6 0,87
Dua lajur tak 7 1,00
terbagi 8 1,14
9 1,25
10 1,29
11 1,34
Sumber: MKJI (1997)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
Untuk mengetahui tingkat hambatan samping pada kolom (2) tabel (2.6 dan
2.7) dengan melihat kolom (3) tabel (2.8) dibawah ini, tetapi apabila data
terinci hambatan samping tersebut tersedia maka hambatan samping dapat
ditentukan dengan prosedur berikut:
1. Periksa mengenai kondisi khusus dari kolom (4) tabel (2.8) dan pilihsalah
satu yang yang paling tepat untuk keadaan segmen jalan yang dianalisa.
2. Amati foto pada gambar A-4:1-5 (MKJI 1997) yang menunjukkan kesan
visual rata-rata yang khusus dari masing-masing kelas hambatan samping.
Dan pilih slah satu yang paling sesuai dengan kondisi rata-rata
sesungguhnya pada kondisi lokasi untuk periode yang diamati.
3. Pilih kelas hambatan samping berdasarkan pertimbangan dari gabungan
langkah 1 dan 2 diatas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
Frekuensi Kelas
Berbobot Kondisi Khusus Hambatan Kode
Kejadian Samping
Pemukiman, beberapa
100-299 Rendah L
angkutan umum
FCS : Faktor koreksi arus jenuh akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
FSF : Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya tipe lingkungan jalan,
gangguansamping, dan kendaraan tidak bermotor
FG : Faktor koreksi arus jenuh akibat kelandaian jalan
FP : Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya kegiatan perparkiraan dekat
lengan persimpangan
FLT : Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya pergerakan belok kiri
FRT : Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya pergerakan belok kanan
Kinerja untuk ruas jalan dan persimpangan dalam penelitian ini dinilai dengan
VCR (Volume Capacity Ratio) atau DS (Degree of Saturation). Dimana DS
(Degree of Saturation) didefinisikan sebagai rasio arus lalu-lintas
(smp/jam) terhadap kapasitas (smp/jam) pada bagian jalan tertentu.
Nilainya didapatkan berdasarkan hasil survei volume lalu lintas dan survei
geometrik untuk mendapatkan besarnya kapasitas suatu ruas jalan. Besarnya DS
dirumuskan sebagai berikut:
DS = V / C (2-8)
Dimana :
DS : Derajat kejenuhan
V : Volume kendaraan (smp /jam)
C : Kapasitas jalan (smp/jam)
Nilai VCR atau DS yang dihasilkan kemudian dikategorikan seperti pada tabel
berikut:
Tabel 2.12 Pengkategorian Nilai VCR atau DS
VCR Keterangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
Bila nilai VCR atau DS ≤ 0,80, maka jalan tersebut masih layak, tetapi jika DS >
0,80 maka diperlukan penanganan pada jalan tersebut untuk mengurangi
kepadatan atau kemacetan.
Analisa dari penanganan dampak lalu lintas ini diharapkan dapat memberikan
solusi untuk meminimalkan dampak lalu lintas. Adapun langkah-langkah
penanganan masalah adalah sebagai berikut:
a. Do nothing, tidak melakukan kegiatan pada kondisi jaringan jalan yang ada.
b. Do something, melakukan upaya peningkatan perbaikan geometrik ruas dan
simpang, pembangunan jalan baru atau mengoptimalkan prasarana yang
tersedia (manajemen lalu lintas). Sasaran diberlakukannya manajemen lalu
lintas yaitu:
· Mengatur dan menyederhanakan lalu lintas dengan melakukan pemisahan
tipe, kecepatan, dan pemakai jalan yang berbeda untuk meminimumkan
gangguan terhadap lalu lintas.
· Mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas dengan menaikkan kapasitas
atau mengurangi volume lalu lintas pada suatu jalan.
· Melakukan optimasi ruas jalan dengan menentukan fungsi dari jalan dan
kontrol terhadap aktivitas-aktivitas yang tidak cocok dengan fungsi jalan
tersebut.
commit to user