Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Jalan dan Jembatan

PENGKINIAN MANUAL KAPASITAS JALAN


INDONESIA 1997
Erwin Kusnandar
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
Jl. A. H. Nasution No.264, Bandung 40294
E-Mail : erwin.koesnandar@gmail.com
Diterima : 29 Mei 2009; Disetujui : 31 Juli 2009

ABSTRAK
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, sebagai manual untuk kegiatan
analisis, perencanaan, perancangan, dan operasi fasilitas lalu lintas jalan,
merupakan produk hasil penelitian yang dilakukan secara empiris di beberapa
tempat yang dianggap mewakili kondisi karakteristik lalu lintas di wilayah
Indonesia. Nilai parameter analisis yang dihasilkan bukanlah angka yang mutlak,
bisa berubah dari waktu ke waktu dan dari lokasi ke lokasi. Kurun waktu sejak
diterbitkan kondisi yang dialami prasarana dan sarana transportasi jalan serta
penggunanya, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, sudah tidak sesuai lagi
dengan karakteristik lalu lintas dan kondisi prasarana saat itu. Kondisi tersebut
diduga akan mengubah parameter analisis dalam MKJI. Ketidak sesuaian
parameter analisis bisa menghasilkan hasil rancangan teknis yang mungkin
over/under design.
Tulisan ini bertujuan mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan MKJI
dengan cara mengkaji berbagai hasil penelitian yang terkait dengan permasalahan
parameter analisis sebagai faktor pembentuk kinerja lalu lintas jalan, serta
mengkaji peraturan dan perundang-undangan yang ada. Hasil rumusan masalah
yang teridentifikasi adalah adanya perubahan parameter analisis dibandingkan
dengan parameter analisisi MKJI 1997. Kesimpulan yang diperoleh adalah sudah
saatnya MKJI 1997 dilakukan pengkinian, terutama yang menyangkut nilai
parameter analisisnya.

Kata kunci : pengkinian MKJI, kinerja lalu lintas jalan, lingkungan jalan, volume
lalulintas, pertumbuhan lalu lintas

ABSTRACT
Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM), 1997, as a manual for the
analysis, design planning and operations of road traffic facilities is a research
product that was conducted empirically by considering various traffic

1 Volume 26 No. 2, Agustus 2009


Jurnal Jalan dan Jembatan

characteristics representing traffic condisions in Indonesian area, the resulted


value of analysis parameters is not absolute, but changeable depending on time
and locations. Since it was published, transportation infrastructure and road user
conditions experience lots of changes in terms of both quantity and quality,
resulting in outdated analysis parameters of traffic and road infrastructure
conditions.Those outdated analysis parameters can cause over-designs or under-
designs in road technical design products. A series of actions and corrections has
to be formulated on IHCM 1997 by identifying parameter problems as one of the
factors that forms the traffic charactristics and road performance including
analysing the present regulations. In general, the problems tend to lead to the
necessity of updating the manual by conducting a consensus to stadardize it in
user- friendly formatted.

Key word : IHCM renewal, road traffic performance, road environment, traffic
volume, traffic growth

PENDAHULUAN persyaratan laik fungsi secara teknis dan


administratif sesuai dengan pedoman
Keberadaan prasarana transportasi teknis yang ditetapkan oleh menteri
darat untuk saat ini, dimana penggunanya terkait.
masih memilih jenis prasarana jalan Departemen Pekerjaan Umum
sebagai pilihan utama dibanding dengan sebagai institusi yang bertanggung jawab
yang lainnya, karena jalan dipandang atas keberhasilan terselenggaranya
masih mempunyai keunggulan dalam hal pembangunan, pemeliharaan, dan
aksesibilitas dan mobilitas. Paragdima pengoperasian prasarana transportasi
tersebut menjadikan beban yang jalan. Dalam tataran teknis operasional
ditanggung oleh jalan dari waktu ke menjadikan standard, pedoman, dan
waktu mengalami kenaikan terus. Untuk manual sebagai kunci utama dalam
itu jalan dituntut untuk bisa mengimbangi pengawalan mutu pembangunan,
permintaan dan sekaligus bisa pemeliharaan, dan pengoperasian jalan.
memberikan kinerja pelayanan yang lebih Manual Kapasitas Jalan Indonesia
baik, sehingga bisa terpenuhinya (MKJI) tahun 1997, sebagai manual
kebutuhan dasar pergerakan lalu lintas berkaitan dengan kegiatan analisis,
seperti, selamat, cepat, lancar, nyaman, perencanaan, perancangan, operasi
dan ekonomis. fasilitas, dan model manajemen lalu lintas
Ketentuan lebih jauh seperti sebagai salah satunya untuk pengawalan
diamanatkan oleh landasan hukum, mutu pembangunan, pemeliharaan, dan
seperti tercantum pada Peraturan pengoperasian jalan.
Pemerintah, No. 34, Tahun 2006, tentang MKJI 1997 sebagai produk hasil
Jalan, dimana pasal 102 menyatakan penelitian yang dilakukan secara empiris
bahwa jalan umum bisa dioperasikan di beberapa tempat yang dianggap
manakala setelah ditetapkan memenuhi mewakili kondisi karakteristik lalu lintas

2 Volume 26 No. 2, Agustus 2009


Jurnal Jalan dan Jembatan

di wilayah-wilayah Indonesia, dimana tentang MKJI 1997 yang yang sudah


nilai parameter analisis yang dihasilkan umum terdengar yang diantaranya adalah:
bukanlah suatu angka yang mutlak, tetapi • Pendekatan pemahaman filosofis
bisa berubah dari waktu ke waktu dan lain kinerja lalu lintas jalan yang tidak
jenis fasilitas. Sehingga faktor-faktor sama;
pembentuk parameter analisis dari model • Hasil rancangan teknis yang
formulasi MKJI tersebut akan banyak mengindikasikan ketidak sesuai
dipengaruhi oleh kondisi saat itu. MKJI dengan kebutuhan;
1997 diluncurkan sejak tahun 1997 • Manual yang sulit dalam
dengan studi empirisnya dimulai sejak penggunaannya (tidak user friendly).
tahun 1990, kurun waktu sampai saat ini Informasi lain tentang permasalahan
sejalan dengan waktu dan pembangunan MKJI 1997 berkaitan dengan landasan
sosial, ekonomi, dan infrastruktur di teori maupun penggunaan di lapangan,
Indonesia yang berkembang cukup dari beberapa tulisan dalam jurnal-jurnal
signifikan. Perkembangan tersebut juga maupun secara lisan yang disampaikan
dialami oleh prasarana dan sarana kepada penulis oleh para peneliti/dosen
transportasi jalan serta penggunanya baik dan praktisi mengindikasikan bahwa,
dari segi kuantitas maupun kualitas, MKJI 1997 sudah waktunya untuk
kondisi tersebut diduga ada beberapa ditinjau dan dikaji kembali terutama
parameter analisis tertentu dan model menyangkut faktor-faktor pembentuk
tertentu dalam formulasi analisis MKJI kinerja lalu lintas jalan-nya.
1997 sebagai faktor pembentuk kinerja Tujuan dari penulisan ini adalah untuk
lalu lintas jalan sudah tidak sesuai dengan mengidentifikasi dan merumuskan
karakteristik lalu lintas dan kondisi permasalahan yang ada pada MKJI 1997
prasarana saat ini. Kesalahan dalam setelah 12 tahun berjalan dan apa yang
menetapkan parameter analisis bisa harus dilakukan.
menghasilkan hasil rancangan teknis yang
over/under design.
Salah satu tujuan lain dari KAJIAN PUSTAKA
diterbitkannya buku MKJI 1997 dan
perangkat lunak Kapasitas Jalan Indonesia Proyek Penelitian Kapasitas Jalan
(KAJI) saat itu adalah menyebarluaskan, Indonesia
mempopulerkan, dan mengajarkan
bagaimana menggunakan kepada MKJI 1997 adalah buku manual,
pengguna jasa, penyedia jasa, dan yang digunakan untuk menghitung kinerja
pembina jasa, sehingga bisa didapat lalu lintas jalan tetapi tidak dapat
keseragaman dalam perencanaan, digunakan untuk melihat atau
perancangan, dan analisis fasilitas lalu menganalisis secara jaringan. Fasilitas
lintas jalan di Indonesia dan bisa jalan yang bisa dianalisis kenerjanya
digunakan secara tepat guna. Sejauhmana hanya pada:
tujuan tersebut bisa terrealisasikan oleh 1) Persimpangan bersinyal;
pengguna di lapangan, pertanyaan ini sulit 2) Persimpangan tak bersinyal;
untuk bisa dijawab dengan pasti. Ada 3) Jalinan dan bundaran;
beberapa isu-isu dugaan permasalahan 4) Simpang susun sederhana;

3 Volume 26 No. 2, Agustus 2009


Jurnal Jalan dan Jembatan

5) Ruas jalan perkotaan; dasarnya, sehingga dibutuhkan


6) Ruas jalan luar kota; penyesuaian dalam penghitungan
7) Ruas jalan bebas hambatan. kapasitas, jadi setelah operasional
Manual tersebut merupakan pedoman kapasitas bukanlah angka yang mutlak
untuk perencanaan, perancangan, dan tetapi dapat berubah dari waktu ke waktu
analisis operasi fasilitas jalan, serta model dan lokasi-lokasi lainnya, karena akan
manajemen tepat biaya bagi: dipengaruhi oleh faktor pembentuknya.
1) Pengelolaan fasilitas jalan; Faktor yang bisa mempengaruhi kapasitas
2) Peramalan lalu lintas; diantaranya, lebar efektif jalur atau lajur,
3) Distribusi perjalanan, sesuai dengan ada tidaknya pemisah/median jalan,
hambatan bahu/kerb jalan, gradient jalan,
karakteristik, situasi dan kondisi lalu
karakteristik lalu lintas dan fisik jalan di
lintas Indonesia.
ruas jalan perkotaan atau antar kota,
Analisis kinerja lalu lintas jalan bisa ukuran kota yang mempengarihi ruas
dilakukan dengan buku MKJI dan bisa jalan yang ditinjau, dan hambatan
pula menggunakan perangkat lunak KAJI. samping sisi jalan. Berikut ini bentuk
MKJI 1997 dikerjakan secara proyek oleh persamaan dasar kapasitas di ruas jalan
Direktorat Jenderal Bina Marga, adalah seperti berikut ini;
berlangsung sejak tahun 1990 sampai
dengan tahun 1997, dimana pengambilan C = CO.FCW.FCSP.FCMC.FCSF ... (1)
data lapangan dilakukan dalam kurun keterangan:
waktu dari tahun 1991 sampai dengan C = kapasitas (smp/jam);
1995. CO = kapasitas dasar (smp/jam);
FCW = faktor penyesuaian lebar jalan;
Kinerja Lalu Lintas Jalan FCSP = faktor penyesuaian pemisahan
arah (hanya untuk jalan tak
Ukuran kuantitatif yang menerangkan terbagi);
kondisi operasional fasilitas lalu lintas FCMC = faktor penyesuaian sepeda
jalan dalam MKJI 1997 disebut dengan motor;
“kinerja lalu lintas jalan”. Unsur kinerja FCSF = faktor penyesuaian hambatan
meliputi; kapasitas, samping dan bahu jalan.
volume/komposisi/arah lalu lintas, Sedangkan untuk persimpangan
kecepatan/waktu tempuh, tundaan, persamaan dasar kapasitas seperti;
peluang antrian, panjang antrian, dan C = CO.FW.FM.FS.FRSU.FLT.FRT.FMI ... (2)
derajat kejenuhan. keterangan:
Kapasitas jalan adalah jumlah C = kapasitas;
maksimum dalam setiap jam di mana CO = kapasitas Dasar;
setiap orang atau kendaraan akan dapat FW = faktor penyesuaian lebar masuk;
melewati titik atau bagian yang seragam FM = faktor penyesuaian median jalan
dari sebuah lajur atau jalur selama utama;
periode waktu yang ditentukan sesuai FS = faktor penyesuaian ukuran kota;
kondisi sebelumnya pada badan jalan, lalu FRSU = faktor penyesuaian tipe
lintas, dan kontrol (TRB, 2000). Pada lingkungan jalan, hambatan
kebanyakan analisis kapasitas, kondisi samping dan kendaraan tak
yang dihitung tidak sama dengan kondisi bermotor;

4 Volume 26 No. 2, Agustus 2009


Jurnal Jalan dan Jembatan

FLT = faktor penyesuaian rasio belok Cara untuk menjumlahkan kendaraan


kiri; tersebut sebelumnya, setiap jenis
FRT = faktor penyesuaian rasio belok kendaraan harus dikonversikan ke
kanan; dalam kendaraan tertentu sebagai unit
FMI = faktor penyesuaian rasio arus yang paling diterima, biasa
jalan minor. digunakan adalah jenis kendaraan
Persamaan tersebut terlihat bahwa ringan/penumpang, yaitu nilai
kapasitas dasar akan mengalami ekivalen terhadap kendaraan
penurunan sesuai dengan intensitas faktor penumpang (emp). Jadi emp adalah
pembentuknya. satuan kendaraan di dalam arus lalu
Volume Lalu Lintas adalah total lintas yang disetarakan dengan
kendaraan yang melewati titik atau kendaraan ringan / mobil penumpang
segmen lajur atau jalur pada waktu bernilai 1.
tertentu, biasa dinyatakan dalam harian
atau jam-jaman. Faktor yang berkaitan Kecepatan sebagai rate of motion
dengan volume meliputi: yang digambarkan sebagai unit jarak
1) Komposisi jenis kendaraan, ini akan perwaktu, seperti km/jam. Dalam
mempengaruhi kapasitas kerana menentukan kecepatan arus lalu lintas,
kemampuan dari kecepatan, ruang yang harus ditentukan adalah kecepatan
yang tersedia, dan percepatan/ yang paling mewakili, dalam MKJI
perlambatan; menggunakan kecepatan tempuh sebagai
2) Distribusi arah memiliki pengaruh ukuran utama kinerja lalu lintas jalan, ini
yang besar pada operasional jalan 2 mudah dimengerti dan diukur dan
lajur antar kota yang akan mencapai merupakan masukan yang penting bagi
kondisi optimal pada saat kendaraan biaya pemakai jalan dalam analisa
memiliki arah yang sama. Analisis ekonomi. Kecepatan tempuh didefinisikan
kapasitas untuk jalan multilane akan sebagai kecepatan rata-rata ruang dari
terpusat pada satu arah lalu lintas. kendaraan ringan sepanjang segmen jalan.
Namun, pada setiap arah, biasanya Derajat Kejenuhan merupakan rasio
direncanakan untuk mengakomodasi dari volume arus lalu lintas terhadap
arus puncak pada dua arah. Biasanya kapasitasnya, dan digunakan sebagai
lalu lintas puncak pagi muncul pada salah satu indikator kondisi lalu lintas
satu arah, dan lalu lintas puncak sore pada suatu fasilitas jalan (ruas jalan dan
muncul pada arah yang sebaliknya. simpang). Nilai derajat kejenuhan
Distribusi lajur juga menjadi faktor mendekati 1, artinya bahwa fasilitas jalan
pada jalan multilane. tersebut telah mencapai kapasitasnya. Jadi
3) Berbagai ragam kepentingan dari nilai derajat kejenuhan tersebut
pengguna jalan menjadikan lalu lintas menunjukan kemampuan fasilitas jalan
di jalan terdiri atas berbagai macam dalam menampung volume lalu lintas
jenis, variasi, dan kemampuan yang terjadi saat itu.
(heterogeneous). Untuk menjumlahkan Kondisi umum lainnya berkaitan
kendaraan persatuan waktu tidak bisa dengan kinerja lalu lintas jalan didasarkan
dianggap sama dari setiap jenis atas penilaian kemampuan suatu fasilitas
kendaraan satu dengan yang lainnya.

5 Volume 26 No. 2, Agustus 2009


Jurnal Jalan dan Jembatan

jalan, yaitu melalui beberapa hubungan KLV, KMHV, dsb = koefisien yang
indikator lalu lintas seperti: menyatakan dampak pengurangan
1) Hubungan kecepatan dan kepadatan kecepatan pada setiap jenis
adalah linier yang berarti bahwa kendaraan
semakin tinggi kecepatan lalu lintas empMHV = KMHV / KLV …….. (4)
dibutuhkan ruang bebas yang lebih dan lainnya dengan metoda berdasarkan
besar antar kendaraan yang “kapasitas” adalah:
mengakibatkan jumlah kendaraan QLV = C–empHV.QHV–empMC.QMC–
perkilometer menjadi lebih kecil. empUM.QUM ........ (5)
2) Hubungan kecepatan dan arus adalah Keterangan :
parabolik yang menunjukkan bahwa C = kapasitas (smp/jam);
semakin besar arus kecepatan akan QLV = arus light vehicle (kend/jam);
turun sampai suatu titik yang menjadi QHV = arus heavy vehicle (kend/jam);
puncak parabola tercapai QMC = arus motor cycle (kend/jam);
kapasitasnya, setelah itu kecepatan QUM= arus unmotorised vehicle
akan semakin rendah lagi dan arus (kend/jam).
juga akan semakin mengecil. Penggunaan metoda tersebut tentunya
3) Hubungan antara arus dengan sangat tergantung dari kondisi volume
kepadatan juga parabolik semakin aliran lalu lintas.
tinggi kepadatan arus akan semakin Nilai emp untuk ruas jalan dalam
tinggi sampai suatu titik dimana MKJI 1997 untuk berbagai lokasi seperti
kapasitas terjadi, setelah itu semakin di area perkotaan (semi kota) dan luar
padat maka arus akan semakin kecil. kota untuk ruas jalan:
• Sepeda Motor = 0.4 & 0.8;
Ekivalen Mobil Penumpang (emp) • Sedan/Minibus/StationWagon/Jee/Pick-
Volume aliran lalu lintas atau Up /Combi/Mobil-Hantaran / Mikrolet
kapasitas jalan dalam satuan smp/jam, itu = 1.00;
artinya sudah mencerminkan berbagai • Bus = 1.3 & 1.6;
komposisi jenis lalu lintas, setelah • Truk/Tangki-2-sumbu=1.3 & 1.7;
dikonversikan dengan nilai emp. Untuk • Truk/Tangki 3-sumbu =2.5;
mendapatkan nilai emp dalam MKJI salah • Truk/Truk tangki 4-sumbu =2.7;
satu metoda yang digunakan yaitu • Truk Gandengan / Trailer =2.7 & 2.9
berdasarkan “kecepatan” adalah: (ringan–berat).
V = A–KLV.QLV–KMHV.QMHV– … – emp tersebut hasil penelitian secara
KMC.QMC ........ (3) empiris saat itu (1993), dimana jumlah
Keterangan : komposisi sepeda motor masih berkisar
V = kecepatan (km/jam) 30% dari total populasi (MKJI, 1997).
A = konstanta yang menyatakan
kecepatan arus bebas HIPOTESIS
Q = arus lalu lintas
LV, MHV, dsb = Light Vehicle, Medium Dari latar belakang permasalahan
Heavy Vehicle, dsb tentang MKJI 1997 yang telah diuraikan

6 Volume 26 No. 2, Agustus 2009


Jurnal Jalan dan Jembatan

pada bab sebelumnya, maka penulis (Bruton, M J, 1970). Bangkitan dan


mencoba menarik suatu hipotesa bahwa tarikan perjalanan tersebut yang sebagian
adanya beberapa parameter analisis dalam akan membebani ruas jalan pada rute-rute
formulasi MKJI 1997 yang didapat saat tertentu, atas dasar uraian tersebut MKJI
kondisi lalu lintas saat itu dibandingkan 1997 menetapkan bahwa pertumbuhan
dengan kondisi saat ini, parameter analisis lalu lintas jalan pertahun berkisat 7 s/d
tersebut akan mengalami perbedaan. 9%. Kurun waktu 12 tahun sejak
Faktor pembentuk parameter analisis diluncurkan MKJI 1997 dengan dibarengi
yangpaling signifikan terutama akan pembangunan dalam stiap faktor tersebut,
dikontribusi oleh perubahan jumlah dimana karakteristik lalu lintas selama itu
komposisi sepeda motor. sudah dipastikan mengalami banyak
perubahan baik jumlah dan perilakunya.
Dari beberapa cuplikan statement sebagai
METODOLOGI hasil kajian pustaka dari studi terdahulu
yang membahas permasalahan MKJI
Metode yang digunakan dalam 1997 menyimpulkan diantaranya seperti
rumusan tulisan ini dengan cara mengkaji berikut ini:
terhadap kepustakaan menyangkut Menurut Kusnandar, pada kolokium
landasan teori, peraturan/perundang- Pusjatan (2009), tentang komposisi
undangan, dan studi/tulisan yang sepeda motor bahwa dampak krisis
disampaikan dalam forum-forum ilmiah moneter yang masih terasa pengaruhnya
berkaitan dengan permasalahan MKJI terhadap kondisi keuangan pemerintah,
1997. Hasil tersebut dibahas dan yang hampir tidak memiliki kemampuan
dirumuskan tentang permaslahan MKJI untuk melakukan rehabilitasi dan
1997. pembangunan infrastruktur jalan,
sedangkan yang dialami masyarakat yang
tidak memiliki ongkos yang memadai
HASIL DAN ANALISIS untuk biaya transportasi jalan. Masyarakat
untuk mendapatkan kinerja transportasi
Banyak faktor yang bisa jalan yang lebih baik terutama di
mempengaruhi bangkitan dan tarikan perkotaan, cenderung untuk memilih
perjalanan dari suatu tata guna lahan/zona jenis moda sepeda motor, hal ini bisa
ke zona tertentu. Faktor yang bisa ditunjukan dengan komposisi sepeda
mempengaruhi bangkitan perjalanan motor saat ini sudah mencapai 70%
tersebut diantaranya: (Kusnandar, 2009). Kondisi
• Pola dan intensitas tata guna lahan perekonomian yang belum pulih,
dan perkembangannya; komunitas penggunaan sepeda motor
• Karakteristik sosio ekonomi populasi masih akan bertahan dalam waktu yang
pelaku perjalanan; cukup lama.
• Kondisi dan kapabilitas sistem Menurut Mulyadi, dalam simposium
transportasi yang tersedia di daerah ke VI, Forum Studi Transportasi Antar
tersebut dan skema Perguruan Tinggi (FSTPT), Universitas
pengembangannya. Hasanuddin Makassar (2003), dalam
mengevaluasi penggunaan MKJI 1997

7 Volume 26 No. 2, Agustus 2009


Jurnal Jalan dan Jembatan

pada persimpangan bersinyal, dengan cara tidak berkontrol dimana Departemen


membandingkan seberapa beda nilai Perhubungan tahun 1997 telah
hitung antara luaran hasil analisis mengeluarkan aturan sistem prioritas,
menggunakan MKJI 1997 dengan hasil menyatakan bahwa kendaraan di yang
observasi langsung di lapangan pada datang sebelah kiri terdekat diprioritaskan
beberapa indikator kinerja lalu lintas untuk terlebih dahulu, peraturan tersebut
seperti panjang antrian, tundaan, dan sampai saat ini belum pernah dievaluasi.
kapasitas, hasilnya menunjukan Dari hasil penelitian tingkahlaku
perbedaan yang cukup signifikan. pengemudi dibeberapa persimpangan
Menyarankan bahwa MKJI 1997 pada tidak berkontrol yang ada di Surakarta
analisis persimpangan bersinyal perlu dengan menggunakan variabel lag yang
divalidasi kembali, terutama menyangkut diterima oleh kendaraan non prioritas.
faktor-faktor pembentuk kinerja lalu lintas Hasil penelitian menunjukkan bahwa
seperti, ekivalen mobil penumpang, sekitar 80% kendaraan non prioritas
komposisi lalu lintas, dan lingkungan. melanggar aturan prioritas. Kondisi
Menurut Hidayat, pada simposium ke tersebut akan berdampak pada nilai
V, FSTPT, Universitas Indonesia (2002), kapasitas simpang sebagaimana
ada dua pendekatan dalam memposisikan dikeluarkan MKJI.
kendaraan lambat dalam analisis kinerja Menurut Murtiono, Magister Teknik
lalu lintas jalan, yaitu sebagai bagian dari Sipil, Universitas Dipenogoro Semarang
arus lalu lintas atau sebagai bagian (2007), pengaruh sepeda motor dalam
hambatan samping. Data hasil survai dan arus lalu lintas di kota Kendal tidak bisa
dianalis dengan menggunakan metode diabaikan, karena jumlah dan perilaku
MKJI 1997, hasil analisis pada saat pengendaranya. Karakteristik pengendara
prosentase kendaraan lambat mencapai sepeda motor di persimpangan yang
20,9%, dimana pendekatan kendaraan diatur dengan lampu cenderung
lambat sebagai bagian dari arus lalu lintas mengumpul dibagian depan dari antrian,
menghasilkan nilai derajat kejenuhan lebih dari 50% pengendara sepeda motor
0,73, sedangkan pendekatan sebagai berada pada sepertiga penggalan waktu
kendaraan lambat nilai derajat kejenuhan pertama dalam periode waktu hijau/jalan
0,4. Hasil ini menunjukkan selisih yang dan sisanya terbagi rata pada masing-
cukup besar. Hasil tersebut menunjukkan masing penggalan waktu lain.
bahwa jika kendaraan lambat dianggap emp mobil penumpang sepeda motor
sebagai bagian arus lalulintas, ruas jalan menentukan kapasitas ruas dan simpang
tersebut sudah memerlukan jalan, dari hasil penelitian menunjukan
penataan/perbaikan untuk meningkat kan bahwa emp sepeda motor menjadi 0,414
kinerjanya. pada lebar jalan 10 meter dan 11 meter.
Sedangkan pada kondisi komposisi Nilai emp tersebut berbeda dengan yang
kendaraan lambat tidak lebih dari 8% tercantum dalam MKJI 1997.
perbedaan hasil hitungan derajat Menurut Iskandar, pada Jurnal Jalan-
kejenuhan tidak terlalu besar. Jembatan, vol. 25 (2008), peran jalan
Menurut Sukarno, pada simposium sangat penting dalam mendukung semua
ke VI FSTPT, Universitas Hasanuddin kegiatan masyarakat perlu dipelihara
Makassar (2003), pada persimpangan secara berkesinambungan agar berfungsi

8 Volume 26 No. 2, Agustus 2009


Jurnal Jalan dan Jembatan

optimum sesuai dengan standarnya. empiris. Salah satu faktor utama yang
Standar jalan merupakan acuan memberi kontribusi terhadap nilai emp
perwujudan phisik prasarana transportasi adalah jumlah prosentase jenis sepada
yang menggunakan jalan darat, ditetapkan motor, saat ini prosentasi sepeda motor
dengan kriteria minimum sesuai dengan sudah mencapai 70% sedang saat
sarana yang harus dilayaninya berikut dilakukan studi empiris untuk
karakteristiknya sehingga apapun suatu mendapatkan nilai emp masih berkisar
perjalanan harus terlaksana secara aman, 30%. Sesuatu hal yang logis manakala
cepat, murah, dan nyaman. luaran hasil analisis menggunakan MKJI
Menurut Kurniawan, pada Kolokium 1997 banyak yang tidak sesuai dengan
Pusjatan (2009), penerapan dari kebutuhan lalu lintas. Atas dasar hasil
permodelan diperoleh bahwa kapasitas diskusi itu, hipotesa pada tulisan ini secra
jalan tol (berdasarkan pengukuran lalu kualitatif bisa dikatakan mengarah pada
lintas) lebih tinggi ketimbang yang telah keterbuktian.
diprediksikan baik oleh MKJI 1997 dan Beberapa pendapat lain dan opini dari
HCM (TRB, 2000), yaitu 2651 para pembina jasa, penyedia jasa, dan
smp/jam/lajur, dibanding dengan 2208 pengguna jasa dibidang sarana dan
dan 2250 smp/jam/lajur berturut-turut. prasarana transportasi jalan, yang
Setelah UU. No.38/2004 beserta PP menyikapi permasalahan MKJI 1997
No.34/2006 tentang jalan beserta setelah berumur 12 tahun yang
perangkat peraturan sebagai turunannya, disampaikan baik dalam lisan maupun
mengindikasikan adanya beberapa unsur tulisan kepada penulis. Pendapat dan
lalu lintas jalan yang perlu menyesuaikan. opini tersebut diantaranya adalah;
Dalam Peraturan Menteri 1) MKJI 1997, belum berstatus dalam
Perhubungan No. 14 tahun 2006, bahwa kelompok formal Standar, Pedoman,
kriteria tingkat pelayanan jalan secara dan Manual (SPM) yang sudah
kualitatif dikelompokan pada 6 tingkatan konsensus, MKJI 1997 baru sebagai
A, B, C, D, dan F, artinya dari kondisi acuan yang diizinkan untuk
arus lalu lintas yang bebas/A sampai yang digunakan dilingkungan Ditjen. Bina
tidak stabil/F. Marga melalui surat edaran Ditjen.
Bina Marga;
2) MKJI dan perangkat lunak KAJI,
PEMBAHASAN untuk pengguna di daerah masih
dirasakan kesulitan dalam
Pembahasan dari kajian pustaka bawa penggunaannya (tidak user friendly);
rumusan besaran parameter perancangan 3) Luaran kinenerja lalu lintas jalan
dan indikator kinerja lalu lintas jalan hasil analisis menggunakan MKJI
secara filosofis merupakan fungsi dari 1997 sering terjadi adanya perbedaan
nilai emp, beberapa tulisan yang dengan yang diukur secara
diidentufikasi mengindikasikan pula langsung/manual;
bahwa adanya perbedaan parameter dan 4) MKJI 1997, perlu divalidasi kembali
luaran analisis menggunakan MKJI 1997 terutama menyangkut faktor
mengalami perubahan. Nilai emp pada pembentuknya terhadap kinerja lalu
MKJI 1997 ditetapkan melalui studi lintas jalan;

9 Volume 26 No. 2, Agustus 2009


Jurnal Jalan dan Jembatan

5) Faktor pembentuk analisis kinerja DAFTAR PUSTAKA


lalu lintas jalan yang ada pada MKJI
1997, baik yang dikontribusi aspek Departemen Pekerjaan Umum, 1997.
lalu lintas, lingkunga, geometrik Manual Kapasitas Jalan Indonesia
jalan, dan peraturan-perundang- (MKJI). Jakarta: Ditjen Bina Marga
undangan yang banyak mengalami Indonesian Highway Capacity Manual.
perubahan dibandingkan dengan saat 1995. Working Papers, Jakarta:
MKJI awal diterbitkan; dan Binkot-Sweroad-PT Bina Karya.
6) Terlontar juga pertanyaan yang sulit Indonesian Highway Capacity Manual.
untuk dijawab yaitu apakah efektifitas 1996. Final Report, Jakarta:
penggunaan MKJI 1997 dalam Binkot-Sweroad - PT Bina Karya.
perencanaan, perancangan, dan Iskandar, H, 2009. Standar Jalan yang
analisis operasional jalan banyak Berwawasan Keselamatan
digunakan di lapangan; Transportasi Darat, Jurnal Jalan
Jembatan. 27(1):75-88
Murtiono, 2007. Magister Teknik Sipil,
KESIMPULAN Pengaruh Sepeda Motor di
Persimpangan Jalan dengan
Beberapa hal yang bisa disimpulkan Pengaturan Lalu Lintas di Kendal,
dari permasalahan MKJI 1997 dan tujuan Kendal: UNDIP.
studi ini adalah sebagai berikut: Mulyadi. 2003., Evaluasi Penggunaan
1) Sering terjadi perbedaan luaran hasil Manual Kapasitas Jalan Indonesia
analisis kinerja lalu lintas 1997 Untuk Simpang Bersinyal,
menggunakan MKJI 1997 dengan Makassar: Simposium VI FSTPT,
kondisi karakteristik lalu lintas yang UNHAS.
ada di lapangan; Kurniawan. Y. 2002. Kajian Kendaraan
2) Kesimpulan pada butir 1) tersebut, Lambat Sebagai Hambatan
mengindikasikan bahwa nilai Samping dan Sebagai Arus Bagian
Ekivalen Mobil Penumpang (emp) Arus Lalu Lintas di Ruas Jalan,
dalam berbagai analisis MKJI sesuai Jakarta: Simposium V, FSTPT, UI.
jenis fasilitas jalan telah mengalami 25-36
perubahan; Kurniawan, Y. 2009. Pemodelan
3) Permenhub No. 14/2006, ukuran Hubungan Parameter Lalu Lintas
kinerja lalu lintas dikelompokkan ke Pada Jalan Tol Jakarta Studi Kasus
dalam tingkatan tingkat pelayanan A, Pada Koridor Wiyoto Wiyono,
B, C, D, dan F, dengan A tingkat Kolokium PUSJATAN, Bandung.
pelayanan paling baik. Untuk itu PUSJATAN:296-317,
luaran kinerja lalu lintas hasil MKJI Kusnandar, E. 2009. Optimalisasi
perlu adanya penyetaraan; Penggunaan Lajur Bagi Sepeda
Motor, Kolokium Pusjatan,
Bandung: PUSJATAN: 259-269.

10 Volume 26 No. 2, Agustus 2009


Jurnal Jalan dan Jembatan

Soegondo, T, W. Tumewu, dan D. Transportation Research Board, 2000.


Kosasih. 1983. Saturation Flow, Highway Capacity Manual.
The Fourth Conference of The Washington D.C. National
Road Engineering Association of Research Council.
Asia and Australia, Vol 5. Jakarta: Wikipedia. 2009. Kapasitas Jalan.
REAAA:69-77 http://id.wikipedia.org/wiki/Kapasi
tas_jalan. (Diakses, 10 Juli 2009).

11 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

Anda mungkin juga menyukai