2338-1787
ABSTRAK
Moda transportasi berupa angkutan kota memiliki peranan sangat penting bagi kawasan perkotaan
dalam mendukung pertumbuhan perekonomian. Mikrolet merupakan satu-satunya angkutan kota yang
dimiliki Kota Malang. Dewasa ini, angkutan kota semakin tidak populer dan cenderung ditinggalkan oleh
pengguna jasa transportasi umum. Tujuan penelitian ini yaitu meningkatkan pelayanan angkutan kota
dengan harapan meningkatkan pula tingkat kepuasan pengguna angkutan kota dan pada akhirnya
masyarakat cenderung akan memilih angkutan kota sebagai pilihan moda transportasi utama dalam
mendukung kegiatannya sehari-hari. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kinerja pelayanan angkutan kota LDG yang mengacu pada Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang
dengan Kendaraan Bermotor (Permen No 98 Tahun 2013), Kano model untuk mengetahui persepsi
pengguna angkutan kota terhadap kinerja pelayanan. Analisis IFAS EFAS untuk mendapatkan alternatif
strategi untuk dipilih prioritas berdasarkan stakeholder menggunakan Multicriteria Analysis.Berdasarkan
hasil analisis, ditemukan beberapa variabel pelayanan yang belum memenuhi standar pelayanan minimal
seperti pengoperasian kendaraan yang belum memenuhi Standar Operasional Prosedur (SOP), selain itu
daya angkut kendaraan yang melebihi kapasitas maksimal.Berdasarkan hasil penilaian menurut stakeholder
menghasilkan prioritas dan fokus utama strategi revitalisasi pelayanan angkutan kota adalah
pengembangan desain fisik angkutan kota, yang selanjutnya berturut-turut adalah pengaturan time
schedule, pemeriksaan awak dan fisik angkutan kota serta pengoptimalan jumlah armada yang beroperasi.
Kata kunci :Angkutan Kota, Kano Model, Kinerja Pelayanan, Multicriteria Analysis
ABSTRACT
Modes of transport in the form of urban transportation has a very important role for urban areas
in supporting economic growth. Mikrolet is the only urban transportation in Malang. Today, public
transportation is becoming increasingly unpopular and likely to be abandoned by users. The research aims
to improve the urban transportation services in the hope of improving the level of satisfaction of public
transportation users and ultimately society will tend to choose public transportation as the primary
transportation mode choice in favor of their daily activities. The methods used toperformance analysis
analysis to determine the urban transportation services LDG which refers to the Minimum Service
Standards People with Motor Vehicle Equipment (Ministerial Regulation No. 98 in 2013), Kano model used
to determine the user's perception of urban transportation which then analyzed by IFAS EFAS to get an
alternative strategy for the chosen priorities based on stakeholder using Multicriteria Analysis. The result
showed, it was found some variabel services which do not meet minimum service standards such as the
operation of vehicles that do not meet the Procedure Operating Standard (SOP), in addition the carrying of
vehicles that exceed the maximum capacity. Based on the results of the assessment by the stakeholders
generated priority and the main focus of revitalization strategy transport services were developing the
physical design of urban transportation, which in turn are respectively setting time schedule, crew and
physical examination as well as the optimization of urban transportation operating fleet.
1
Alamat Korespondensi Penulis:
Aditia Damargita
Email: planoinc.ub_damar@yahoo.com
Alamat: Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 167 Malang, 65145
46
Indonesian Green Technology Journal E-ISSN.2338-1787
tingkat kepuasan pengguna angkutan kota dan kotamenggunakan analisis KANO [7]. Adapun
pada akhirnya masyarakat cenderung akan atribut yang digunakan pada analisis KANO
memilih angkutan kota sebagai pilihan moda mengacu pada Permen No 98 tahun 2013 yang
transportasi utama dalam mendukung terdiri lima aspek, yaitu keamanan, keselamatan,
kegiatannya sehari-hari. keselamatan, keterjangkauan dan keteraturan
(Tabel 2).
METODE PENELITIAN Tabel 2 Atribut Kano Model
Metode analisis yang digunakan yaitu Kode Atribut
analisis kinerja pelayanan angkutan kota trayek A1 Terdapat nomor kendaraan dan nama trayek berupa
stiker yang ditempel di bagian depan dan belakang
LDG yang di dalam menganalisa kinerja kendaraan
pelayanan angkutan kota dilakukan studi A2 Pengemudi mengenakan seragam dan identitas diri
komparasi antara kondisi karakteristik pelayanan A3 Terdapat lampu penerangan di dalam angkutan kota
angkutan kota eksisting dengan standar yang A4 Terdapat lapisan kaca kendaraan untuk mengurangi
cahaya matahari
digunakan, yaitu mengacu pada Peraturan A5 Terdapat lampu isyarat tanda bahaya dalam angkutan
Menteri Nomor 98 Tahun 2013 tentang Standar kota
Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan B1 Penerapan SOP pengoperasian, kompetensi dan
Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek, kondisi fisik yang baik bagi awak kendaraan
B2 Terdapat sarana berupa peralatan keselamatan,
dengan variabel diantaranya kemanan, fasilitas kesehatan dan informasi tanggap darurat di
keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan dan dalam angkutan kota
keteraturan [6] (tabel 1). B3 Terdapat prasarana berupa fasilitas penyimpanan dan
Tabel 1 Variabel Penelitian pemeliharaan kendaraan (pool)
Variabel Sub variabel Parameter C1 Kendaraan beroperasi mengangkut penumpang sesuai
dengan daya angkut yang diizinkan (8 orang)
Kinerja Keselamatan:
C2 Terdapat fasilitas pengatur suhu ruangan dan fasilitas
Pelayanan Awak kendaraan SOP Pengoperasian kebersihan (tempat sampah) di didalam kendaraan
Kompetensi D1 Tarif yang dikenakan terdiri dari tarif non ekonomi
Kondisi fisik (sesuai dengan pelayanan) dan tarif ekonomi (dengan
Sarana Peralatan keamanan subsidi)
Fasilitas kesehatan E1 Terdapat informasi pelayanan berupa jadwal
Informasi tanggap darurat keberangkatan, kedatangan, tarif dan trayek
Prasarana Fasilitas penyimpanan dan E2 Waktu yang diperlukan dalam menaikan dan
pemeliharaan kendaraan menurunkan penumpang
Keamanan: E3 Jarak antar kendaraan paling lama 15 menit (jam
Identitas Jumlah puncak) dan 30 menit (non puncak)
kendaraan E4 Jumlah kendaraan yang beroperasi paling sedikit 90%
Identitas awak Kelengkapan identitas dari jumlah armada
kendaraan E5 Umur kendaraan yang beroperasi maksimal 20 tahun
Penerangan Jumlah yang berfungsi
Kaca Presentase Kegelapan
Analisis KANO dapat dikembangkan lagi
Lampu isyarat Lokasi pemasangan,
bentuk, warna dan jumlah
untuk mengetahui tingkat prioritas
Kenyamanan: pengembangan produk. Pengkategorian dalam
Mobil bus Daya angkut pengembangan Kano Model didasarkan atas
Fasilitas pengatur suhu derajat tingkat kepentingan masing-masing
ruangan
atribut yang dibandingkan dengan rerata nilai
Fasilitas kebersihan
seluruh tingkat kepentingan. Dari pengembangan
Keterjangkauan:
Tarif Keterjangkauan tarif
ini, masing-masing kategori dari Kano Model
akan terbagi dalam tingkat kepentingan yang
Keteraturan:
Informasi Keteresediaan dan bentuk tinggi dan tingkat kepentingan yang rendah
pelayanan (Tabel 3).
Waktu berhenti Waktu Tabel 3 Pengkategorian Kano Model
Headway Waktu Kategori dalam Kategori Tingkat Kategori Tingkat
Kinerja Presentase armada yang Kano Model Kepentingan Tinggi Kepentingan Rendah
operasional beroperasi Attractive Highly attractive Less atrractive
Umur kendaraan One-dimensional High value-added Low value-added
Sumber: Permen No 98 Tahun 2013 Must-be Critical Necessary
Indifferent Potential Care-free
Disamping menilai kinerja pelayanan Sumber: The Refined Kano’s Model and its Application, 2005
berdasarkan SPM, kinerja pelayanan juga dinilai Hasil dari kedua analisis kinerja pelayanan
berdasarkan persepsi pengguna angkutan angkutan kota dan analisis KANO tersebut akan
48
Indonesian Green Technology Journal E-ISSN.2338-1787
dikombinasikan melalui analisis IFAS EFAS [8] Berdasarkan hasil analisis kinerja
untuk memperoleh alternatif strategi revitalisasi pelayanan angkutan kota LDG ditemukan
pelayanan angkutan kota, yang selanjutnya komponen-komponen pelayanan yang belum
analisis multikriteria [9] untuk menentukan sesuai dengan SPM, (1) kelengkapan identitas
prioritas strategi revitalisasi pelayanan angkutan awak kendaraan, (2) penerapan SOP, (3) sarana,
kota LDG berdasarkan persepsi stakeholder. (4) prasarana dan informasi pelayanan.
Ketidaksesuaian terhadap SPM tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN dikarenakan masih terdapat beberapa
1. Kinerja Pelayanan Angkutan Kota LDG pelanggaran yang dikarenakan ketidakdisiplinan
Analisis kinerja pelayanan angkutan Kota para pengemudi angkutan kota, selain itu sarana
Malang mengacu pada Peraturan Menteri kendaraan yang mendukung keselamatan
Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 98 penumpang juga terabaikan karena operator
Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal yang cenderung memenuhi target setoran harian.
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor 2. Persepsi pengguna terhadap kinerja
Umum dalam Trayek[6], yang merupakan pelayanan angkutan kota
persyaratan penyelengaraan angkutan orang Penggunaan model kano ini bertujuan untuk
dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek mengkategorikan ke 5 pek SPM (keamanan,
mengenai jenis dan mutu pelayanan yang berhak keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan dan
diperoleh setiap pengguna jasa angkutan keteraturan)ke dalam dua bagian, yaitu pertama
(Tabel4). pengklasifikasian kebutuhan pengguna apakah
Tabel 4 Analisis Kinerja Pelayanan angkutan Kota LDG mempengaruhi kepuasan pengguna atau tidak
Tidak Sesuai (gambar 2). Bagian yang kedua adalah penilaian
Sesuai SPM
Jenis SPM
% Jum % Jum
atribut terhadap tingkat kepuasan dan tingkat
KEAMANAN kepentingan terhadap kinerja pelayanan eksisting
Identitas Kendaraan 100% 85 - - (gambar 3).
Identitas Awak Kendaraan - - 100% 85
Penerangan 15% 13 85% 72
Kaca 100% 85
Lampu isyarat - - 100% 85
KESELAMATAN
a. Awak SOP - - 100% 85
Kendaraan pengoperasian
kendaraan.
Kompetensi - - 100% 85
Kondisi Fisik 100% 85 - -
b. Sarana Peralatan - - 100% 85
keselamatan
Fasilitas - - 100% 85
kesehatan
Informasi - - 100% 85
tanggap darurat
c. Prasarana Fasilitas - - 100% 85
penyimpanan
pemeliharaan - - 100% 85
kendaraan
(pool)
KENYAMANAN Gambar 2. Diagram Better dan Worse Atribut Kano
Mobil bus Daya angkut - - 100% 85
Berdasarkan kuadran Better dan Worse
Fasilitas - - 100% 85
pengatur suhu (gambar 2), diketahui terdapat 21 Atribut terbagi
ruangan. ke 4 bagian kategori, yaitu :
Fasilitas - - 100% 85 a. Attractive, yaitu Atribut yang jika dipenuhi
kebersihan
maka akan memberikan kepuasan bagi
KETERJANGKAUAN
Tarif 100% 85 - - konsumen, namun jika tidak dipenuhi maka
KETERATURAN tidak akan memberikan kepuasan apapun.
Informasi pelayanan - - 100% 85 Atribut yang termasuk ke dalam atribut ini
Waktu berhenti 100% 85 - - adalah :
Headway 31% 25 69% 60
Kinerja Armada yang 100% 85 - - 1) Atribut E1, terdapat informasi pelayanan
Operasional beroperasi berupa jadwal keberangkatan,
Umur Kendaraan 5% 4 95% 81 kedatangan, tarif dan trayek
49
Indonesian Green Technology Journal E-ISSN.2338-1787
b. Indifferent, yaitu atribut yang dimana ada apabila atribut ini tidak dipenuhi. Atribut
atau tidaknya atribut tidak akan berpengaruh yang termasuk ke dalam atribut ini adalah:
(netral) kepada tingkat kepuasan konsumen. 1) Atribut A1, terdapat nomor kendaraan
Atribut yang termasuk ke dalam atribut ini dan nama trayek berupa stiker yang
adalah : ditempel di bagian depan dan belakang
1) Atribut A3, terdapat lampu penerangan 2) Atribut C1, kendaraan beroperasi
di dalam angkutan kota mengangkut penumpang sesuai dengan
2) Atribut A4 , terdapat lapisan kaca daya angkut yang diizinkan (8 orang)
kendaraan untuk mengurangi cahaya Setelah dilakukan analisa data yang
matahari menghasilkan kuadran better dan worse yang
3) Atribut A5, terdapat lampu isyarat tanda mengkategorikan 21 Atribut ke dalam 4 atribut
bahaya di dalam angkutan kota yang sesuai, maka dilanjutkan dengan tahap
4) Atribut B4, terdapat peralatan berikutnya yaitu mendetailkan masing-masing
keselamatan di dalam angkutan kota atribut sesuai dengan derajat tingkat
5) Atribut B5, terdapat fasilitas kesehatan kepentingan masing-masing atribut (tabel 3).
di dalam angkutan kota Tabel 5 Nilai Statisfaction dan Important angkutan Kota LDG
6) Atribut B6, terdapat informasi tanggap Statisfication Important
Atribut Total Rata-rata Total Rata-rata
darurat di dalam angkutan kota Score Score Score Score
7) Atribut B7, terdapat prasarana berupa
A1 642 5.35 727 6.06
fasilitas penyimpanan dan pemeliharaan
A2 315 2.63 701 5.84
kendaraan (pool)
8) Atribut C2, terdapat fasilitas pengatur A3 457 3.84 749 6.24
suhu ruangan di didalam kendaraan. A4 428 4.16 725 6.04
9) Atribut C3, terdapat fasilitas kebersihan 415 3.46 700 5.83
A5
(tempat sampah) di didalam kendaraan.
B1 626 5.22 759 6.33
10) Atribut E2, waktu yang diperlukan dalam
menaikan dan menurunkan penumpang. B2 626 5.22 759 6.33
11) Atribut E4, jumlah kendaraan yang B3 626 5.22 759 6.33
beroperasi paling sedikit 90% dari 528 4.40 736 6.13
B4
jumlah armada.
B5 528 4.40 736 6.13
12) Atribut E5, umur kendaraan yang
beroperasi maksimal 20 tahun. B6 528 4.40 736 6.13
c. One Dimensional, yaitu atribut yang memiliki B7 513 4.28 620 5.17
hubungan linier dengan tingkat kepuasaan C1 466 3.88 759 6.33
konsumen, jika Atribut dimaksimalkan 308 2.57 763 6.36
C2
pelayanannya maka semakin tinggi pula
C3 308 2.57 763 6.36
tingkat kepuasan konsumen. Atribut yang
termasuk ke dalam atribut ini adalah : D1 752 6.27 808 6.73
1) Atribut A2, pengemudi mengenakan E1 339 2.83 750 6.25
seragam dan identitas diri 567 4.73 705 5.88
E2
2) Atribut B1, penerapan SOP
E3 470 3.92 813 6.78
pengoperasian kendaraan
3) Atribut B2, penyegaran kompetensi bagi E4 582 4.85 755 6.29
awak kendaraan E5 347 2.89 813 6.78
4) Atribut B3, pemeriksaan kondisi fisik bagi Rata-rata 4,08 6,19
awak kendaraan
5) Atribut D1, tarif yang dikenakan terdiri
Berdasarkan perhitungan rata-rata yang
dari tarif non ekonomi (sesuai dengan
telah diperoleh pada tingkat kinerja dan
pelayanan) dan tarif ekonomi (dengan
kepentingan (tabel 5), kemudian dibuat dalam
subsidi)
bentuk diagram importance – statisfication
6) Atribut E3, jarak antar kendaraan paling
dengan meletakkan skor tingkat kepuasan
lama 15 menit (jam puncak) dan 30 menit
(statisfaction) sebagai sumbu mendatar (X) dan
(non puncak)
tingkat kepentingan (importance) sebagai sumbu
d. Must be, yaitu atribut yang dianggap
tegak (Y) (Gambar 3).
konsumen harus ada dan tidak akan puas
50
Indonesian Green Technology Journal E-ISSN.2338-1787
3. Nilai 2, Surplus, yaitu kuadran dimana weakness dan opportunity (strategi W-O), antara
komponen di dalamnya tidak cukup penting, lain:
namun tingkat kepuasan pengunjung akan 1. Pengembangan desain fisik kendaraan
meningkat jika komponen dioptimalkan. angkutan kota oleh Dinas Perhubungan
4. Nilai 1, Care-Free, yaitu atribut yang dimana Pengembangan desain fisik kendaraan
ada atau tidaknya komponen tidak akan mencakup peremajaan angkutan kota yang telah
berpengaruh kepada tingkat kepuasan. berumur lebih dari 26 tahun yang disertai dengan
Berdasarkan hasil pemetaan pengembangan desain angkutan kota yang
terhadap matriks kuadran strategi analisis IFAS- mengakomodir peningkatan kenyamanan bagi
EFAS (gambar 4), dapat diketahui bahwa strategi penumpang, yang terdiri dari:
pengembangan kinerja pelayanan angkutan kota Perubahan desain angkutan kota yang
LDG yaitu pada kuadran II ruang D dengan memuat maksimal 8 orang. Dengan ini
strategi menggunakan Selective Maintenance diharapkan menghasilkan ruang lebih yang
Strategy, dimana pengembangan kinerja dapat dimanfaatkan untuk meletakkan
pelayanan angkutan kota LDG adalah dengan barang-barang yang dibawa oleh para
pemilihan hal-hal yang dianggap penting. penumpang angkutan kota.
Sehingga untuk menentukan alternatif strategi Pengadaan fasilitas kesehatan, kebersihan,
revitalisasi angkutan kota LDG maka lampu isyarat tanda bahaya, peralatan
menggunakan strategi perpaduan antara keselamatan serta informasi tanggap darurat
di dalam angkutan kota.
52
Indonesian Green Technology Journal E-ISSN.2338-1787
prioritaskan. Jika ditinjau dari kriteria pilihan alternatif apakah telah sesuai dengan
kenyamanan, alternatif pengembangan desain kondisi eksisting sehingga dilakukan tahap
fisik lebih diprioritaskan, sedangkan dari kriteria skoring oleh stakeholder dalam penilaian
keterjangkauan dan keteraturan, alternatif alternatif (Tabel 10).
pengetaruran time schedule lebih dipriotaskan.
Langkah selanjutnya yaitu proses sintesa Tabel 10 Pembobotan Skoring
penentuan alternatif prioritas (Tabel 9). Bobot
Gabungan Alternatif
Kriteria Bobot
Kriteria
PDF PTS PJA PAF
Tabel 8 Hasil Pembobotan Kriteria dan Alternatif
Keamanan 0,184 4,04 2,94 5,15 4,6
Kriteria Bobot Alternatif Bobot
Keselamatan 0,179 4,65 3,40 4,11 4,11
Keamanan 0.184 Pengembangan 0.272
Kenyaman 0,204 5,1 4,08 5,71 3,87
19% desain fisik
Keterjangkauan 0,273 8,46 5,73 7,09 3,82
Pengaturan time 0.217 Keteraturan 0,161 5,47 2,73 3,05 3,54
schedule
Jumlah 27,73 25,13 18,89 19,957
Pengoptimalan 0.206 Persentase 30% 27% 21% 22%
jumlah armada
Pemeriksaan awak 0.305
dan fisik kendaraan Pada perhitungan skoring dari stakeholder
Keselamatan 0.179 Pengembangan 0.249 didapatkan persentase dari bobot gabungan
18% desain fisik dengan urutan sebagai berikut :
Pengaturan time 0.242 1. Pengembangan desain fisik (PDF) = 30%
schedule
Pengoptimalan 0.190
2. Pengaturan time schedule(PTS) = 27%
jumlah armada 3. Pemeriksaan awak dan fisik (PAF) = 22%
Pemeriksaan awak 0.319 4. Pengoptimalan jumlah armada (PJA) = 21%
dan fisik kendaraan
Kenyamanan 0.273 Pengembangan 0.359
27% desain fisik
Pengaturan time 0,270
schedule
Pengoptimalan 0,192
jumlah armada
Pemeriksaan awak 0,179
dan fisik kendaraan
Keterjangkauan 0.161 Pengembangan 0.185
16% desain fisik
Pengaturan time 0.367
schedule
Pengoptimalan 0.283
jumlah armada Gambar 5. Persentase Kriteria dan Alternatif dalam
Pemeriksaan awak 0.165 Penentuan Revitalisasi Pelayanan Angkutan Kota LDG
dan fisik kendaraan
Keteraturan 0.204 Pengembangan 0.238 Dengan demikian goal/tujuan dalam
20% desain fisik
penentuan prioritas strategi revitalisasi
Pengaturan time 0.425
schedule pelayanan angkutan kota LDG sudah terpilih
Pengoptimalan 0.168 dengan prioritas pertama adalah pengembangan
jumlah armada desain fisik angkutan kota, selanjutnya beturut-
Pemeriksaan awak 0.169 turut adalah pengaturan time schedule,
dan fisik kendaraan
pemeriksaan awak dan fisik kendaraan dan
pengoptimalan jumlah armada.
Tabel 9 Hasil Sintesa Prioritas
Alternatif Bobot Rating
Pengembangan desain fisik 0,330 1 KESIMPULAN DAN SARAN
Pengaturan time schedule 0,228 2 Kesimpulan
Pengoptimalan jumlah armada 0,214 4 Berdasarkan hasil dari analisis dan
Pemeriksaan awak dan fisik kendaraan 0,224 3
pembahasan yang sudah dilakukan sebelumnya,
akan dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai
Disimpulkan bahwa dari keseluruhan dari berikut:
penggabungan alternatif, pengembangan desain 1. Kinerja pelayanan angkutan kota LDG belum
fisik merupakan prioritas utama dalam sepenuhnya memenuhi Standar Pelayanan
penentuan revitalisasi pelayanan angkutan kota Minimal, terdapat beberapa variabel dan sub
LDG. Diperlukan penilaian lebih lanjut pada
54
Indonesian Green Technology Journal E-ISSN.2338-1787
variabel yang belum memenuhi standar, yang disesuaikan dengan kebutuhan angkutan
diantaranya identitas awak kendaraan, kota LDG.
penerangan, lampu isyarat untuk variabel
keamanan, SOP pengoperasian kendaraan, UCAPAN TERIMAKASIH
kompetensi, peralatan keselamatan, fasilitas Ucapan terimakasih ditujukan kepada ibu Ir.
kesehatan, informasi tanggap darurat, Ismu Rini Dwi Ari, MT., Ph.D. dan Imma Widya
fasilitas penyimpanan kendaraan untuk Agustin, ST., MT., Ph.D. sebagai pembimbing tesis
variabel keselamatan, daya angkut, fasilitas dan teman-teman Pascasarjana Teknik
pengatur suhu, fasilitas kebersihan untuk Perencanaan Wilayah Dan Kota Angkatan 2012.
variabel kenyamanan, informasi pelayanan,
headway dan umur kendaraan untuk variabel DAFTAR PUSTAKA
keteraturan.. [1]. Abubakar. 1996. Menuju Lalu Lintas dan
2. Persepsi pengguna terhadap kinerja Angkutan Jalan yang Tertib. Jakarta: PT.
pelayanan angkutan kota LDG berdasarkan Bukit Mayana
analisis KANO menghasilkan beberapa atribut [2]. Joewono, T.B and Kubota, H.2007. Exploring
kano menjadi beberapa kategori yang Negative Experince and User Loyalty in
diantaranya merupakan kategori yang sangat Paratransit. Transportation Research
penting bagi pengguna sehingga sangat perlu Record : Journal of the Transportation
dilakukan pengoptimalan, antara lain daya Research Board, No. 2034, pp 134-142.
angkut, headway, informasi pelayanan, [3]. Lovelock, H. Christopher and Wright, K.
penerangan, fasilitas pengatur suhu ruangan, Lauren. 2007. Manajemen Pemasaran Jasa.
fasilitas kebersihan dan umur kendaraan. PT Indeks, Jakarta.
3. Strategi revitalisasi pelayanan angkutan kota [4]. Firman, M. 2004. The Structure of Affective
LDG berdasarkan persepsi stakeholder yang Reactions To Critical Incidents. Journal of
mengacu pada hasil analisis MCA berturut- Economics Psycology, Vol. 25, pp 33-53
turut adalah pengembangan desain fisik, [5]. Amina, S. 2012. Transportasi Publik dan
pengaturan time schedule, pemeriksaan awak Aksesibilitas Masyarakat
dan fisik kendaran dan pengoptimalan jumlah Perkotaan.(http://www.journal.unair.ac.id/f
armada. ilerPDF/Transportasi%20Publik%20dan%20
Saran Aksesibiltas.pdf.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat [6]. Peraturan Menteri Nomor 98 Tahun 2013
dikemukakan beberapa saran, yaitu: tentang Standar Pelayanan Minimal
1. Bagi penelitian selanjutnya, dapat lebih angkutan Kota dengan Kendaraan Bermotor
mendetailkan alternatif strategi yang ada Umum dalam Trayek
dengan perencanaan yang menyeluruh mulai [7]. Yang, C. Ching. 2005.The Refined Kano’s
dari pengaturan time schedule yang Model and its Application. Total Quality
mempertimbangkan seluruh suplai kendaraan Management, Vol.16, No.10, pp.1127-1137.
yang terbagi menjadi beberapa operator [8]. Freddy Rangkuti, 2004, Analisis SWOT
angkutan kota LDG. Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Graedia,
2. Untuk penelitian selanjutnya juga dapat Jakarta
dilakukan studi mengenai desain fisik [9]. Mendoza, Guillermo A. 1999.Panduan untuk
angkutan kota LDG yang tepat serta dapat Menerapkan Analisis Multikriteria dalam
mengakomodir kepentingan pengguna Menilai Kriteria dan Indikator. Jakarta:
angkutan dan berkelanjutan. Center for International Foresty Reasearch
3. Terkait dengan pemeriksaan awak dan fisik (CIFOR)
kendaraan dapat dilakukan studi mengenai [10]. Saaty, Thomas L. 1993. Pengambilan
jenis regulasi yang berisi mengenai sanksi dan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses
hukum yang lebih detail dan rinci jika terjadi Hirarki Analitik untuk Pengambilan
pelanggaran sehingga mendorong para Keputusan dalam Situasi yang Kompleks.
operator dan pengguna jasa angkutan kota Pustaka Binama Pressindo
lebih patuh dan tertib.
4. Diperlukan studi lebih lanjut pula mengenai
pengoptimalan jumlah armada yang
mempertimbangkan besar suplai kendaraan
55