2338-1787
Abstrak
Peningkatan jumlah penduduk yang diiringi dengan perbaikan ekonomi, menuntut ketersediaan moda angkutan dalam
jumlah cukup dan memadai. Di Kota Palu sendiri jumlah armada angkot mengalami penurunan seiring dengan menurunnya
minat pengguna angkutan kota Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja pelayanan angkutan kota berdasarkan
tingkat kepuasan pengguna sehingga angkutan kota kembali menjadi moda trasportasi utama bagi masyarakat Kota Palu.
Dalam mengevaluasi kinerja pelayanan angkutan kota (line B2)dari sisi supply di Kota Palu, menggunakan dua parameter
penilaian standar penilaian minimum (SPM) yaitu PM Nomor 98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan minimal angkutan
orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek dan Petunjuk Teknis penyelenggaraan Angkutan Penumpang
Perkotaan Dirjen Perhubungan Darat RI , 2002. Untuk menilai persepsi masyarakat terhadap kondisi dan tingkat
pelayanan angkutan kota menggunakan Severity Index. Pada hasil analisis pelayanan moda angkutan kota angkutan kota
(line B2)termasuk kategori kurang sementara tingkat pelayanan trayek angkot line B2 termasuk kriteria baik. Secara umum
penilaian persepsi masyarakat berdasarkan tingkat kepuasan terhadap angkutan kota line B2 trayek Mamboro-Manonda di
Kota Palu, dari lima dimensi SERVQUAL, tiga dimensi yaitu Tangibles(bukti langsung)dan , Reliability (kehandalan), nilai severi-
ty indeksnya berada di antara 12,5% sampai 37,5% termasuk skala penilaian persepsiRendah, sedangkan pada kategori
Responsiveness(daya tanggap), Assurance (jaminan/adanya kepastian), serta dimensi Empathy(empati), nilai severity in-
deksnya berada di antara 37,5 % sampai 62,5 % yaitu dalam kategori sedang . Indeks kepuasan terhadap kinerja pelayanan
berdasarkan persepsi masyarakat yang memiliki nilai terendah adalah lama menunggu angkot yaitu sebesar 33,5 % sementa-
ra indeks nilai tertinggi terkait perilaku pengemudi yaitu penggunaan bahasa dalam memberikan informasi yaitu sebesar
55,5%.
Abstract
The increasement number of inhabitants as the development of economical recovery required enough number of public
vehicle. In Palu city, the number of public city vehicle (angkot) was decreasing as the reduction of angkot users. This research
aimed to evaluate the angkot services based on the users satisfaction so that angkot became the main public vehicle for Palu
people. In evaluating angkot services (line B2) from the supply point of view in the Palu city, used two assessment
parameters, they are PM Number 98 year 2013 about Minimum in Track Public Vehicle Standard Services and Manual
techniques of City Vehicle Organization Directorate General of Land Tarsportation RI, 2002. To assess peoples perception
toward the condition and the level of city vehicle services, Severity Index was used. In the public vehicle services analysis,
angkot B2 was good. Over all peoples perception based on the the level of satisfaction toward angkot B2 which had
Mamboro- Manonda track in Palu, from five SERVQUAL dimensions, three dimensions were Tangibles and Realibility which
the severity index score was between 12.5% up to 37.5% which belonged to low perception score, while in the
Responsiveness category, Assurance, as well as Empathy, their index of neverity score were 37.5% up to 62.5% which
belonged to average . The lowest satisfaction index toward angkot services based on the peoples perception was the
length of waiting the angkot which was 33.5%. Whereas, the highest index score related to drivers attitude was the using of
language in giving information (55%)
kan pihak operator kepada masyarakat sebagai dominan dalam menyebarkan /mendistribusikan per-
pengguna jasa angkutan tersebut [2]. Tingkat pela- jalanan, dimana terminal Mamboro merupakan pintu
yanan yang dimaksud adalah pelayanan yang diberi- masuk utama ke Kota Palu dari lingkar jalan Trans
kan kepada pengguna sesuai dengan standar pela- Sulawesi, sementara Terminal Manonda berada pada
yanan yang telah dibakukan sebagai pedoman dalam salah satu pusat kegiatan ekonomi di Kota Palu. Line
memberikan layanan. Jika kualitas SDM yang buruk B2 pada trayek ini dipilih karena merupakan lintasan
dalam memberikan pelayanan, maka akan angkutan yang relevan untuk di ukur mengingat dua
menurunkan simpati pada penggunaan layanan khu- line pada trayek Mamboro-Manonda lainnya yaitu
susnya angkutan kota [3]. Faktor lain yang men- line B1 dan line B3 tidak dapat lagi diukur karena
dorong pengguna angkutan umum memilih ken- terkendala beberapa ruas jalan yang dilalui line ter-
daraan yang lebih mudah didapatkan seperti angku- sebut mengalami perubahan arah lajur yang da-
tan pribadi didalam melakukan perjalanan adalah hulunya dapat dilalui dua arah berubah menjadi satu
akses yang sulit dan ketersediaan angkutan itu arah. Selain itu trayek Mamboro Manonda line
sendiri.[4] B2(gambar 1) juga melewati beberapa titik-titik yang
Kota Palu saat ini mengalami peningkatan berpotensi besar menjadi pemicu bangkitan atau
jumlah penduduk yang cukup signifikan, pada peri- tarikan perjalanan seperti: sekolah, universitas,
ode tahun 2000-2010 angka persentase penduduk pasar, wilayah perkantoran , perumahan dan se-
rata-rata sebesar 1,71%, dengan jumlah penduduk bagainya,yang diharapkan mampu mewakili karakter-
347.856 jiwa pada akhir tahun 2012. Seiring dengan istik pengguna angkot.
peningkatan jumlah penduduk, terjadi pula pening-
katan kebutuhan akan jasa transportasi, salah
satunya adalah angkutan umum penumpang. Namun
berbanding terbalik dengan peningkatan jumlah
penduduk, jumlah armada angkutan umum di Kota
Palu terutama angkutan kota dalam kurun waktu
2008-2012 mengalami penurunan sebesar 50% [5].
Tujuan dari penilitian ini adalah untuk men-
gevaluasi kinerja palayanan angkutan kota. Evaluasi
kinerja terbagi atas 2 yaitu berdasarkan standar pela-
yanan minimum yaitu PM Nomor 98 Tahun 2013 ten-
tang Standar Pelayanan minimal angkutan orang
dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek dan
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penum-
pang Perkotaan Dirjen Perhubungan Darat RI, 2002,
dan menilai persepsi masyarakat terhadap kinerja
pelayanan angkutan kota menggunakan metode
Severity Index.
Hasil yang dikeluarkan severity index berupa
persentase dari indeks kepuasan yang lebih akurat
dan konsisten dibandingkan menggunakan nilai Mean
dan metode Variance. Indeks kepuasan dapat
Gambar 1. Rute Line B2 Trayek Mamboro-Manonda
digunakan dalam memberikan gambaran atau pen-
jelasan mengenai persepsi masyarakat mengenai Tabel 1. Variabel Penelitian
kinerja pelayanan angkot. Tujuan Variabel Sub Variabel
Dari hasil evaluasi dapat memberikan gambaran Mengevaluasi Kinerja Keamanan,
mengenai kinerja pelayanan angkutan kota di Kota kinerja pela- Pelayanan Keselamatan,
Palu khususnya line B2 yang diharapkan dapat untuk yanan angku- moda Kenyamanan
meningkatkan kinerja pelayanan sehingga menjadi- tan kota (line angkutan Kesetaraan
kan angkutan kota sebagai moda transportasi pilihan B2)dari sisi keteraturan
utama bagi masyarakat di Kota Palu. supply di Kota Kinerja Kecepatan rata-rata,
Palu Pelayanan waktu sirkulasi,
METODE PENELITIAN trayek load factor,
Lokasi Penelitian terletak di Kota Palu, pada angkutan headway,
penelitian ini dipilih trayek Mamboro Manonda, waktu henti kendaraaan
sebab trayek Mamboro-Manonda berpotensi paling jumlah armada
62
Indonesian Green Technology Journal E-ISSN.2338-1787
Tujuan Variabel Sub Variabel Q = proporsi pengguna yang tidak diambil se-
Mengukur Tingkat Tangibles bagai sampel (1-p)
tingkat Kepuasan (bukti fisik = tingkat ketelitian
kepuasan Reliability (keandalan) e = limit dari error atau presisi absolut
pengguna Responsiveness (daya tanggap) maka:
terhadap Assurance (jaminan)
angkutan Empathy (empati)
kota (line B2)
(minimal)
Perumusan variabel penelitian merupakan acuan
Diambil sampel sebanyak 100 orang pengguna,
pokok untuk menjawab rumusan masalah dan se- dengan teknik pengambilan sampel menggunakan
bagai dasar pengerjaan analisis.(tabel 1) Snowball sampling[6]
63
Indonesian Green Technology Journal E-ISSN.2338-1787
JP = jumlah penumpang per angkot Line B2 ai = Pembobotan yang diberikan terhadap tingkat
K = kapasitas penumpang per angkot Line B2 kinerja angkutan kota trayek Mamboro
Jumlah Armada yang dibutuhkan Manonda Line B2
N= CTT/H (7) xi = Frekuensi atau jumlah responden yang mem-
dimana: berikan jawaban terhadap indikator kinerja
N = Jumlah armada yang dibutuhkan angkutan kota trayek Mamboro Manonda
CTT = Waktu sirkulasi ( round trip time, menit) Line B2
H = Waktu antara ( Headway, menit) Setelah menghitung hasil severity indeks,
Waktu Sirkulas kemudian nilai tersebut dicocokkan dengan klasifikasi
CTTABA = (TAB+TBA)+(sAB+sBA)+(TTA+TTB) dari skala penilaian persepsi sebagai berikut :
(8) Sangat Rendah / Kecil (SR/SK) 0,00SI 12,5
dimana: Rendah / Kecil (R/K) 12,5 SI 37,5
TAB = Waktu perjalanan rata-rata dari Ter- Cukup / Sedang (C) 37,5 SI 62,5
minal Mamboro ke Terminal Manon- Tinggi / Besar (T/B) 62,5 SI 87,5
da Sangat Tinggi / Besar (ST/SB) 87,5 SI 100
TBA = Waktu perjalanan rata-rata dari Termi- HASIL DAN PEMBAHASAN
nal Manonda ke Terminal Mamboro 1. Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan Kota Tray-
sAB = Deviasi waktu perjalanan dari Terminal ek Mamboro-Manonda Line B2
Mamboro a. Analisis Pelayanan Moda Angkutan Kota
ke Terminal Manonda
Penilaian variabel kinerja pelayanan moda ang-
sBA = Deviasi waktu perjalanan dari ke Ter-
kot trayek Mamboro Manonda Line B2 di dasari atas
minal Mamboro
TTA = Waktu henti kendaraan di Terminal kertersediaan parameter serta berfungsi dengan baik
Mamboro atau tidaknya berdasarkan Peraturan Menteri Nomor
TTB = Waktu henti kendaraan di Terminal 98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal
Manonda Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum
Waktu Tunggu dalam Trayek .(Tabel 3)
Wt = 1/2 . Ht (4.4)
Tabel 3. Penilaian kinerja Moda
dimana:
Wt = Waktu Tunggu rata rata Kondisi Eksisting
Ht = headway keseimbangan Ber-
Seluruh penilaian dijumlah untuk kemudian dinilai Tersedia fungsi
Variabel Uraian
kualitas pelayanannya(Tabel 2) (%) dengan
Tabel 2. Standar Kinerja Pelayanan Angkutan baik (%)
Umum Berdasarkan Total Nilai Bobot Y T Y T
Kriteria Total Nilai Keamanan
Baik 18,00-24,0 Identitas Nomor dan nama
30 70
kendaraan trayek
Sedang 12,00-17,99 Mengenakan
Identitas
seragam dan
Kurang <12 awak ken- 100
identitas nama
daraan
pengemudi
Analisis yang digunakan untuk menilai persepsi Sumber cahaya di
masyarakat terhadap kondisi dan tingkat Penerangan 60 40
dalam mobil
pelayanan angkutan umum pada penelitian ini mengurangi caha-
yaitu perhitungan nilai probabilitas persepsi kinerja Kaca ya matahari lang- 46 54
yang diperoleh dengan menggunakan Severity Index sung
yang dihitung berdasarkan hasil jawaban Kesela-
responden[9] Severity Index dihitung menggunakan matan
rumus sebagai berikut: Awak Ken-
4 daraan
ai.xi SOP pen- Mengutamakan
SI i 0
(100%) (4.5)
4
gopera-sian keselamatan dan
4 xi 83 17
i 0 kendaraan kelancaran lalu
Dimana : lintas
64
Indonesian Green Technology Journal E-ISSN.2338-1787
66
Indonesian Green Technology Journal E-ISSN.2338-1787
Berdasarkan hasil perhitungan secara umum 1. Mengingat keterbatasan penelitian, maka dapat
penilaian persepsi masyarakat berdasarkan tingkat dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai
kepuasan terhadap angkutan kota line B2 trayek sistem transportasi terkait karakteristik supply
Mamboro-Manonda di Kota Palu Indeks kepuasan yang dipengaruhi oleh harga/biaya serta tentang
terhadap kinerja pelayanan berdasarkan persepsi pengaruh karakteristik permintaan(demand) yang
masyarakat yang memiliki nilai terendah adalah lama dipengaruhi oleh tata guna lahan dan
menunggu angkot yaitu sebesar 33,5 % sementara kependudukan sehingga upaya penanganan ma-
indeks nilai tertinggi terkait perilaku pengemudi yaitu salah angkutan di Kota Palu dapat ditangani
penggunaan bahasa dalam memberikan informasi secara lebih menyeluruh dan dari berbagai aspek
yaitu sebesar 55,5%. Secara keseluruhan dari 26 indi- yang mempengaruhi.
kator penilaiaan, 13 indikator menyatakan kinerja 2. Bagi pengguna angkutan kota, agar memahami
angkot rendah sementara 13 lainnya menyatakan dan menerima fakta bahwa penggunaan ken-
kinerja indikator sedang, sehingga kinerja pelayanan daraan umum menjadi sangat penting dibanding-
masih termasuk rendah. kan penggunaan kendaraan pribadi untuk kebu-
tuhan sehari hari sebab dampak berupa kemacet-
KESIMPULAN an lalu lintas yang merugikan akibat penggunaan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai kendaraan pribadi berpengaruh negatif sangat
kinerja pelayanan angkutan kota line B2 trayek Mamboro-
besar baik bagi pengguna maupun orang lain.
Manonda di Kota Palu, dapat disimpulkan :
Pengguna (masyarakat Kota Palu) juga dapat
1. Kinerja pelayanan angkutan kota line B2 trayek Mam-
melakukan kontrol bagi pemerintah Kota palu da-
boro-Manonda di Kota Palu, terdiri dari:
lam memenuhi kewajibannya dalam penyediaan
a. Kinerja pelayanan moda angkutan kota ber-
pelayanan yang baik sebagai bagian dari otonomi
dasarkan Peraturan Menteri Nomor 98 Tahun
daerah Kota Palu
2013 tentang Standar Pelayanan Minimal
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor
DAFTAR PUSTAKA
Umum dalam Trayek yang belum memenuhi
[1] Tamin OZ, 2000. Perencanaan dan Permodelan
standar pelayanan meliputi identitas
Transportasi. Edisi ke-2. Bandung : Penerbit ITB
pengemudi, kesesuaian trayek, fasilitas
[2] Aminah S, 2007. Transportasi Publik dan Aksesi-
keselamatan,keamanan dan kesehatan serta
bilitas Masyarakat Perkotaan. Jurusan Ilmu
ketersediaan jadwal trayek angkutan
Politik FISIP. Universitas Airlangga. Surabaya.
b. Kinerja pelayanan Trayek berdasarkan Kepu-
[3] Sugianto H, Evaluasi Kinerja Pelayanan Dinas
tusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
Perhubungan Dalam Bidang Angkutan Umum
No.SK.687/AJ.206 /DRJD/2002 tentang
Perkotaan, Journal of Public Administration Re-
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Angkutan
search (JOPAR), Vol 1, No1 2013 Hal 2-3
Penumpang Perkotaan berdasarkan jumlah
[4] Shen J, Li W. 2014. Discrete Hopfield neural
penilaian data eksisting di bagi jumlah
networks (DHNN) for Evaluation Service Quality
parameter penelitian diperoleh nilai 21. Nilai
of Public Transit. International Journal of Mul-
tersebut diartikan bahwa secara keseluruhan
timedia and Ubiquitous Engineering Vol.9, No.2
tingkat pelayanan angkot line B2 berdasarkan
p.331-340
nilai bobot termasuk kriteria baik
[5] Kota Palu Dalam Angka 2013. Badan Pusat
2. Secara umum penilaian persepsi masyarakat ber-
Statistik Kota Palu
dasarkan tingkat kepuasan terhadap angkutan ko-
[6] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinsasi.
ta line B2 trayek Mamboro-Manonda di Kota Pa-
Bandung : Alfabeta
lu, dapat dikategorikan Rendah .
[7] Peraturan Pemerintah No. 98 Th. 2013
3. Peningkatan kinerja pelayanan dilakukan dengan
[8] Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Angkutan
memperbaiki pelayanan yang tidak sesuai dengan
Penumpang Perkotaan (2002) Direktorat Jen-
standar pelayanan, serta di dukung oleh peran
dral Perhubungan Darat, Republik Indonesia
serta pemerintah sebagai pemangku kebijakan
[9] Iriani Y, Barokah M. 2012. Analisis Faktor
dan tindakan tegas bagi pelanggaran terhadap
Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
standar pelayanan khususnya pelayanan angkutan
Dalam Pembelian LPG 3 Kg (Studi Kasus Di PT
kota
Graffi Ferdiani Gerrits Energi) Prosiding Pekan
Saran
Ilmiah Dosen FEB-UKSW
Saran yang dapat diberikan untuk melengkapi dan
mendukung penelitian ini adalah beberapa hal pent-
ing yang berhubungan dengan penyelesaian masalah
67