IRAYA KONSULTAN
Way Halim, Bandar Lampung Telp./Fax. : 0721-705397
Pola pikir pendekatan merupakan salah satu upaya untuk menentukan metodologi
yang tepat bagi pelaksanaan pekerjaan. Dengan berpedoman pada metodologi yang
tepat dan memanfaatkan pengalaman Konsultan dalam melaksanakan pekerjaan
sejenis serta mengacu pada Kerangka Acuan Kerja, diharapkan pelaksanaan pekerjaan
“Survey Kondisi Jalan, Lereng dan Jembatan” di Provinsi Sulawesi Selatan ini akan
dapat diselesaikan secara efektif dan efesien. Berdasarkan pada pengalaman kami
dalam melaksanakan pekerjaan sejenis, kami merumuskan langkah-langkah
pendekatan dan metodologi yang paling efektif untuk diterapkan pada pekerjaan ini.
Data inventori dan kondisi jalan merupakan data utama jaringan jalan untuk mengukur
dan memonitor kondisi jaringan jalan, membuat prakiraan kondisi yang akan datang,
dan membantu dalam proses pengambilan keputusan strategis dalam manajemen
jaringan jalan. Data tersebut juga menjadi data utama dalam perencanaan umum
jaringan jalan, pemrograman dan penganggaran; memonitor kinerja jaringan jalan,
pengelolaan pengadaan kontrak pekerjaan pemeliharaan, menganalisis data
kecelakaan lalu lintas. Dengan demikian, data kondisi jaringan jalan harus bermutu
tinggi.
“Data merupakan inti dari setiap sistem informasi dan merupakan sumber daya utama
setiap organisasi. Pengertian tentang data dan informasi harus dibedakan. Data
didefinisikan sebagai rekaman dan gambaran faktual, sedangkan informasi adalah
pengetahuan yang diperoleh dari data.” (Section 2.4, International Infrastructure
Management Manual, Version 5, 2015. IPWEA).
Berbagai teknik dan peralatan dapat digunakan untuk mengukur kondisi jalan, dan
Ditjen Bina Marga menerapkan kebijakan penggunaan teknik dan peralatan yang dapat
memberikan fleksibilitas, kemanfaatan, keandalan, kecepatan, keamanan bagi personil
dan peralatan survei sesuai dengan kondisi geografis.
Diperolehnya data kondisi jalan yang akurat, andal, dan konsisten yang kemudian akan
digunakan oleh Ditjen Bina Marga dalam menetapkan kondisi faktual jaringan jalan
untuk:
Pelaporan data asset jalan yang ada,
Landasan untuk perencanaan manajemen asset jalan dan strategi investasi,
Hasil data yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan usulan pemograman
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksana survei pengumpulan data kondisi jalan
dengan menggunakan metode kerja, teknik dan peralatan pengumpulan data kondisi
jalan yang akurat, andal, dan konsisten, antara lain:
1. Mempersiapkan sumber daya manusia terlatih, alat dan bahan pemeriksaan
termasuk didalamnya manajemen mutu, K3L dan kalibrasi alat,
2. Menyusun rencana kerja pelaksanaan survei,
3. Melakukan Survei Pendahuluan,
4. Melaksanakan pekerjaan survei yang tercakup dalam lingkup pekerjaan.
5. Melaksanakan pengolahan data.
6. Melaksanakan seluruh prosedur yang terdapat dalam manajemen mutu
pengumpulan data
Secara kronologi, pekerjaan Survey Kondisi Jalan, Lereng dan Jembatan ini, lingkup
kegiatannya sebagai berikut :
1) Survei Apresiasi Lapangan (Pendahuluan)
2) Survei Linkdesc, titik referensi, dan survei Ketidakrataan Jalan (IRI)
3) Survei Inventarisasi dan Kondisi Jalan
4) Survei Kapasitas Struktur Perkerasan (Lendutan)
5) Survei Pencacahan Lalu Lintas (Traffic Counting) dan beban Lalu Lintas
6) Survei Kondisi Lereng
7) Survei Kondisi Jembatan
Metodologi yang digunakan dalam kegiatan ini ini adalah Metode Deskripsi analisis
melalui kegiatan survei dan pengungkapan keadaan faktual dan akurat tentang hasil
pengumpulan dan pengolahan data. Kegiatan pengumpulan data dilakukan untuk
mendapatkan informasi dari berbagai sumber informasi mengenai fenomena pada saat
sekarang (existing condition) secara obyektif. Tujuannya adalah untuk membuat
gambaran secara sistimatis, faktual, dan akurat mengenai kondisi jalan, lereng dan
jembatan yang akan di survei.
Gambar – E.1
BAGAN ALIR SURVEI
Ruas jalan, jembatan dan lereng yang akan disurvei dilengkapi dengan
informasi mengenal awal ruas serta informasi kordinatnya. Penilaian kondisi
jalan perlu dilakukan secara periodik baik struktural maupun nonstruktural.
Nilai kondisi jalan ini nantinya dijadikan acuan untuk menentukan jenis program
evaluasi yang harus dilakukan, apakah itu program peningkatan; pemeliharaan
berkala; atau pemeliharaan rutin.
E.1.2 Survei Linkdesc, Titik Referensi, dan Survei Ketidakrataan Jalan (IRI)
Survei linkdesc dan titik referensi dilaksanakan setidaknya 5 tahun sekali. Akan
tetapi, dikarenakan dengan adanya kebijakan survei dilaksanakan sesuai dengan
panjang lapangan di tahun 2018, maka perlu dilakukan survei linkdesc dan titik
referensi ditahun 2018. Survei dilakukan bersamaan dengan survei
ketidakrataan di semester pertama.
Survei linkdesc merekam informasi panjang jalan baik panjang datar ataupun
miring serta pengenal awal dan akhir ruas juga koordinatnya. Survei Data
Reference Points (DRP) adalah merekam koordinat per 100 meter real/panjang
miring dan event pengenal sepanjang ruas tersebut seperti: awal, akhir ruas,
persimpangan tidak sebidang, jembatan, patok Km, Tugu dll. Data Panjang dan
GPS per 100 meter dari survei ini akan menjadi acuan bagi survei lainnya dalam
proses pengolahan data.
Pengukuran nilai IRI dilakukan untuk setiap ruas jalan sebanyak 2 kali dalam
1 tahun. Pengukuran pertama dilaksanakan antara bulan Februari – Mei dan
Pengukuran kedua dilakukan pada bulan Agustus - November. Data yang sudah
valid harus masuk ke dalam SiPDJN (Sistem Pengolahan Data Base Jalan
Nasional) pada bulan Juni untuk pengukuran pertama dan Desember untuk
Pengukuran ke dua. Kegiatan pengukuran data IRI menggunakan alat
profilometer class III tipe responsif dengan menggunakan accelerometer atau
class I tipe laser profilometer. Metoda pelaksanaan survei ketidakrataan
mengacu pada pedoman pengukuran.
Atribut Acuan
Metode Penghitungan IRI ASTM E 1926 – 08
Cara Pengujian RSNI 03-3426-2017
Cara Uji survey ketidakrataan permukaan
pekerjaan jalan dengan alat tipe respon
Interval Data Per 100 m lajur
Arah Pengukuran 2 arah lalu lintas
Satuan m/km
Alat Profilometer class III tipe responsif dengan
menggunakan accelerpmeter dilengkapi
DMI, GPS, dan Kamera ber-GPS atau class I
tipe Laser Profilometer.
Survei lincdesc merekam informasi Panjang jalan baik Panjang datar maupun
miring serta pengenal awal dan akhir ruas beserta koordinatnya. Survei DRP
merekam koordinat per 100 meter real/Panjang miring dan event pengenal
sepanjang ruas jalan tersebut, seperti: awal, akhir ruas, persimpangan tidak
sebidang, jembatan, patok KM, Tugu dan lain-lain.
Data Panjang dan GPS per 100 meter dari survei ini akan menjadi acuan bagi
survei lainnya dalam proses pengolahan data. International Roughness Index
(IRI) atau indeks internasional kekasaran jalan merupakan indeks internasional
yang menunjukkan besaran kekasaran permukaan jalan dalam satuan m/km,
dimana survei dilakukan dengan menggunakan alat ukur kerataan roughometer
NAASRA (National Association of Australian State RoadAuthorities). Tata cara ini
berguna untuk menghitung tebal lapis tambahan bila dilihat dari sisi fungsional
jalan dan dilengkapi dengan formulir-formulir yang aplikatif dan komunikatif.
Dalam survei ketidakrataan permukaan jalan dengan alat ukur roughometer
NAASRA diperlukan beberapa alat bantu lainnya, yaitu: Dipstick Floor Profiler
yang digunakan sebagai alat ukur elevasi, Odometer sebagai alat pengukur
jarak tempuh, dua buah beban masing-masing seberat 50 kg dan alat pengukur
tekanan ban. Kegiatan pengukuran data IRI pada paket ini akan menggunakan
alat bantu Profilometer Class III tipe responsive dengan
menggunakanAccelerometer atau Class I tipe Laser Profilometer. Alat tersebur
juga dilengkapi dengan DMI (Distance Measuring Instrument)
untukmengambiljarakdan GPS (Global Positioning System) untuk mengambil
data koordinat. Selain itu mobil survei dilengkapi juga dengan kamera ber-GPS.
Pengukuran nilai IRI akan dilakukan untuk setiap ruas jalan sebanyak 2 kali
dalam 1 tahun yaitu antara bulan Februari-Mei dan antara bulan Agustus-
November. Data tersebut akan diolah dan dimasukkan kedalam SIPDJN
(SistemPengolahan Database Jalan Nasional) pada bulan Juni untuk pengukuran
pertama dan Desember untuk pengukuran kedua.
Adapun, untuk jalan yang masih dalam tahap konstruksi selama masih dapat
dilalui dilakukan servei namun diberikan tanda/event bahwa di lokasi sedang
ada pekerjaan perbaikan. Berdasarkan Panduan Survai Kekasaran Permukaan
Jalan Secara Visual yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga pada tahun 2007, terdapat rumusan korelasi RCI
dengan IRI, yaitu :
RCI = 10e-0,0944IRI
Dimana :
RCI = Road Condition Index
IRI = International Rounghness Index
Jalan Aspal
Baik IRI < = 4
Sedang IRI > = 4 & IRI < = 8
Rusak Ringan IRI > = 8 & IRI < = 12
Rusak Berat IRI < = 12
Jalan Penmac.
Baik IRI < = 8
Sedang IRI > = 8 & IRI < = 10
Rusak Ringan IRI > = 10 & IRI < = 12
Rusak Berat IRI < = 12
Jalan Tanah/Kerikil
Baik IRI < = 10
Sedang IRI > = 10 & IRI < = 12
Rusak Ringan IRI > = 12 & IRI < = 16
Rusak Berat IRI < = 16
Khusus untuk jalan dengan tipe perkerasan beton (rigid pavement), maka untuk
sementara dapat dikelompokkan kedalam tipe perkerasan aspal. Perkiraan
penilaian kondisi di atas disarankan digunakan dalam kondisi sebagai berikut :
1) Bila menggunakan alat pengukur ketidakrataan permukaan jalan
(Naasra/Romdas/Roughometer) hasilnya sudah tidak feasible
(nilai count/BI > 400).
2) Kalau situasi lapangan tidak memungkinkan menggunakan kendaraan
survai, maka disarankan menggunakan metodaRCI (Road Condition Index).
3) Jika tidak mempunyai kendaraan dan alat survai, maka disarankan
menggunakan metoda RCI (Road Condition Index).
Road Condition Index (RCI) atau indek kondisi kekasaran jalan merupakan
salah satu parameter yang digunakan untuk menilai suatu kondisi jalan,
dimana survei dilakukan secara penagamatan/visualisasi terhadap ruas jalan.
Rentangan nilai dari RCI ini adalah dari nol sampai sepuluh, dimana nilai nol
mewakili kondisi pererasan yang paling buruk dan nilai sepuluh mewakili
kondisi perkerasan yang paling baik. Selain memperhatikan kondisi
perkerasan, RCI juga memperlihatkan kondisi dari jenis permukaannya.
Roadroid adalah salah satu aplikasi pada ponsel pintar (smart phone)
Android yang dikembangkan oleh perusahaan di Swedia yang berfungsi
untuk mengukur ketidakrataan jalan (road roughness). Aplikasi ini hanya
dapat digunakan pada jenis ponsel yang memiliki spesifikasi tertentu, cara
kerja aplikasi ini dengan menggunakan sensor getaran built-in di ponsel
Pengukuran inventaris dan kondisi jalan dilakukan untuk setiap ruas jalan dan
dilakukan 1 kali pada Semester 1. Pengukuran dilakukan mulai bulan Februari
sampai dengan bulan Mei. Data yang sudah valid harus masuk ke dalam SIPDJN
(Sistem Pengolahan Data Base Jalan Nasional) pada bulan Juni.
JENIS PEK.
TINGKAT SURVAI
JALAN
Konstruksi Survai Utama :
Jalan Baru 1. Survai sumbu jalan untuk alinyemen
jalan baru (poligon tertutup termasuk
Pengukuran dan elevasi).
2. Survai penampang melintang setiap
melintang setiap jarak 25 m selebar
min.15 m masing-msing sisi dari sumbu
jalan.
JENIS PEK.
TINGKAT SURVAI
JALAN
3. Detail D.A.S dan drainase yang ada
(termasuk irigasi muka air tanah dll).
4. Detail harta milik disekitarnya dan detil
pemilikan tanah.
5. Fotograf.
Peningkatan Bentuk-bentuk survai yang pokok :
Jalan 1. Survai sumbu jalan (pengukuran &
elevasi)
2. Identifikasi panjang lengkung yang ada
radius dan titik-titik singgung
3. Penampang melintang typikal sampai
selembar DMJ
4. Detail selokan tepi yang ada, titik-lepas
air drainase dan gorong-gorong
5. Detail daerah milik jalan
6. Survai lalu – lintas
Pemeliharaan Detail survai kecil :
Berkala dan 1. Pengukuran sumbu
Lapis 2. Lebar jalan
Permukaan 3. Penampang melintang tipikal
Baru 4. Lokasi gorong-gorong dan titik-lepas air
drainase
5. Kondisi dan jenis selokan tepi jalan.
Bukan Kendaraan
Kendaraan Bermotor
Bermotor
Pejalan kakai Sepeda Motor
Pikulan Pick Up
(Penumpang/barang)
Sepeda Truk Ringan
Becak Truk Berat
Truk Sedang
Mobil/Jeep
E.1.3.2.1 Deskripsi
2. Ruang Lingkup
Tata cara ini memuat uraian tentang pelaksanaan survei
dalam rangka mendapatkan data teknis dan non teknis
3. Pengertian
Data Teknis : Data yang berhubungan
dengan masalah teknis jalan
ataupun jembatan misalnya
dimensi, struktur
jalan/jembatan
Data Non Teknis : Data yang tidak ada
hubungannya dengan masalah
teknis jalan ataupun jembatan
misalnya : situasi disekitar jalan
dan jembatan.
Koodinator : Petugas yang mengkoordinir
dan bertanggung jawab atas
semua hasil pekerjaan.
Pembantu Umum: Petugas yang membantu
koordinator untuk mengurus
administrasi, keuangan,
pralatan dan oprasi, serta
bertanggung jawab kepada
koordinator.
Ketua Kelompok : petugas yang mengawasi
seluruh kegiatan survei serta
bertanggung jawab kepada
koordinator.
Surveyor : petugas sebagai pelaksana
teknis survei yaitu pencatatan
data-data ukuran, konstruksi,
kondisi dan gambar skema
lokasi.
Pembantu : Petugas yang membantu
surveyor.
E.1.3.2.2 Persyaratan-persyaratan
1. Formulir
Ada 5 jenis formulir yang dipakai dalam pelaksanaan
survei adalah :
IJK – 1
IJK – 2 Untuk Survei Inventarisasi Jalan Kota
IJK – 3
IJK – 4
IJK – 5 Untuk Survei Inventarisasi Jembatan Kota
2. Team Survei
Untuk melaksanakan kedua jenis survei tersebut diatas
diperlukan kedua team survei.
a. Team survei Inventarisasi jalan
b. Team survei inventarisasi jembatan
6. Organisasi Pelaksanaan
Agar pelaksanaan survei berjalan lancar maka
diperlukan suatu organisasi lapangan sebagai berikut :
a. Koordinator
b. Pembantu Umum
c. Ketua Kelompok (jalan dan jembatan)
d. Surveyor
e. Pembantu
7. Kendaraan Operasional
Masing-masing group baik tim inventarisasi jalan
maupun tim inventarisasi jembatan disediakan sebuah
kendaraan operasional.
E.1.3.2.4 Pelaksanaan
A. Lembar I.J.K – 1
Lembar ini adalah daftar petunjuk untuk mengisi
jawaban dari pernayataan IJK – 1.
Pada dasarnya ada enam bagian besar jawaban
yaitu :
Permukaan besera kondisinya
Bangunan pelengkap
Drainase
Bahu/trotoar
Kelandaian
Banjir
B. Lembar I.J.K – 2
IJK – 2 adalah gambaran situasi jalan antar node.
Hal-hal yang ada didamija bahu dan teotoar
digambarkan dengan jelas dan skala bebas.
C. Lembar I.J.K – 3
Formulir dipergunakan sebagai laporan inspeksi
jembatan pada dasarnya cara melakukan survei ini
hampir sama dengan cara melalukan inventarisasi
jalan kota yang ditambah beberapa komentar.
D. Lembar I.J.K – 4
Formulir ini dipergunakan untuk melakukan
inventarisasi jembatan kota
E. Lembar I.J.K – 5
Formulir ini dipergunakan untuk melakukan survei
inventarisasi gorong-gorong.
Atribut Acuan
Metode Perhitungan Lendutan ASTM D4695 – 03
Cara Pengujian Pedoman (R2) : Tata Cara Pengujian
lendutan permukaan jalan dengan alat
falling weigh deflectometer (FWD)
Interval Data Per 100 m lajur
Arah Pengukuran 2 arah lalu lintas
Satuan Mikro
Alat FWD/APKJ
Saat ini acuan yang ada adalah Tata Cara Pemeriksaan Lendutan dengan alat
Benkelman Beam (SNI 07-2416-1991), Perencanaan Tebal Perkerasan dengan
Analisa Komponen (SNI 03-1732-1989) dan Manual Pemeriksaan Perkerasan
Jalan Dengan Alat Benkelman Beam (01/MN/B/1983). Dengan telah
diberlakukannya pedoman ini maka Manual Pemeriksaan Perkerasan Jalan
Dengan Alat Benkelman Beam (01/MN/B/1983) tidak berlaku lagi. Pedoman ini
diharapkan akan memberikan keterangan yang cukup bagi perencana,
pelaksana dan pengawas dalam perencanaan atau perhitungan tebal lapis
tambah untuk konstruksi perkerasan lentur.
6. Laston modifikasi
campuran beraspal dengan gradasi agregat gabungan yang
rapat/menerus dengan menggunakan bahan pengikat aspal keras
yang dimodifikasi (seperti aspal polimer, aspal multigrade dan
aspal keras yang dimodifikasi asbuton).
7. Latasto
campuran beraspal dengan gradasi agregat gabungan yang
senjang dengan menggunakan bahan pengikat aspal keras tanpa
dimodifikasi (Straight Bitumen)
Dengan :
CESA = akumulasi ekivalen beban sumbu standar
m = jumlah masing-masing jenis kendaraan
365 = jumlah hari dalam satu tahun
E = ekivalen beban sumbu
C = koefisien distribusi kendaraan
N = Faktor hubungan umur rencana yang sudah
disesuaikan dengan perkembangan lalu
lintas
E.1.4.5.2 Lendutan
dL = df1 x Ft x Ca x FKB-FWD
dengan :
dL = lendutan langsung (mm)
df1 = lendutan langsung pada pusat beban (mm)
Ft = faktor penyesuaian lendutan terhadap
temperatur standar 350C, yaitu sesuai
Rumus 8, untuk tebal lapis beraspal (HL)
lebih kecil 10 cm atau Rumus 9, untuk
tebal lapis beraspal (HL) lebih besar atau
sama dengan 10 cm atau menggunakan
Tabel 5 atau pada Gambar 1 (Kurva A
dengan :
dB = lendutan balik (mm)
d1 = lendutan pada saat beban tepat pada titik
pengukuran
d3 = lendutan pada saat beban berada pada jarak
6 meter dari titik pengukuran
dengan :
FKTBL = faktor koreksi tebal lapis tambah penyesuaian
MR = Modulus Resilien (MPa)
dengan pengertian :
Drencana = lendutan rencana, dalam satuan milimeter.
CESA = akumulasi ekivalen beban sumbu standar, dalam
satuan ESA atau dengan memplot data lalu-lintas
rencana (CESA) pada Gambar 3 Kurva C untuk
lendutan dengan alat FWD dan Gambar 4 Kurva D
untuk lendutan balik dengan alat BB.
dengan pengertian :
Ho = tebal lapis tambah sebelum dikoreksi temperatur
rata-rata tahunan daerah tertentu, dalam satuan
centimeter.
Dsbl ov = lendutan sebelum lapis tambah/Dwakil, dalam satuan
milimeter.
Dstl ov = lendutan setelah lapis tambah atau lendutan rencana,
dalam satuan milimeter.
hitung tebal lapis tambah/overlay terkoreksi (Ht) dengan
mengkalikan Ho dengan faktor koreksi overlay (Fo), yaitu sesuai
dengan Rumus;
Ht = Ho x Fo
dengan pengertian :
Bila jenis atau sifat campuran beraspal yang akan digunakan tidak
sesuai dengan ketentuan di atas maka tebal lapis tambah harus
dikoreksi dengan faktor koreksi tebal tebal lapis tambah
penyesuaian (FKTBL).
E.1.5 Survei Pencacahan Lalu Lintas (Traffic Counting) dan Beban Lalu Lintas
Survei pencacahan lalu lintas adalah kegiatan pokok dan sangat penting
dilakukan untuk mendapatkan data volume lalu lintas untuk berbagai keperluan
teknik lalu lintas maupun perencanaan transportasi. Survei pencacahan lalu
lintas dapat dilakukan dengan cara manual, semi manual (dengan bantuan
kamera video), ataupun otomatis (menggunakan tube maupun loop). Dari
ketiga metode ini, survei dengan cara manual sangat digemari dan banyak
digunakan di Indonesia karena tidak memerlukan persiapan yang rumit, dan
relatif dapat mengeliminasi kesalahan pencacahan akibat perilaku pengendara
di Indonesia yang cenderung tidak disiplin pada lajurnya. Mempertimbangkan
besarnya frekuensi penggunaan metoda ini, perlu ditetapkan suatu pedoman
yang mengatur kaidah-kaidah dan tata laksana pencacahan, sehingga
didapatkan data yang akurat dari pencacahan yang dilakukan.
Pedoman ini disusun untuk mengakomodasi berbagai keperluan data lalu lintas
baik pada ruas jalan maupun persimpangan. Referensi yang digunakan dalam
pedoman ini adalah berbagai pengalaman praktis dan manual-manual yang
telah disusun untuk berbagai kepentingan studi ataupun perencanaan. Dengan
diterbitkannya pedoman ini, diharapkan ada suatu keseragaman dalam metoda
pelaksanaan pencacahan, termasuk pengorganisasiannya, sehingga data yang
didapat dari pencacahan dapat diverifikasi dan pelaksanaan pencacahan dapat
dilakukan secara lebih sistematis.
Pedoman ini mengatur tata cara pencacahan lalu lintas dengan cara
manual pada ruas jalan dan persimpangan untuk berbagai tujuan
penggunaan data, seperti analisis geometri, kinerja lalu lintas dan
struktur perkerasan jalan maupun manajemen lalu lintas. Pedoman ini
5. Sepeda Motor
kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda (meliputi : sepeda
motor dan kendaraan roda 3).
7. Kapasitas
arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan pada suatu
bagian jalan dalam kondisi tertentu, biasanya dinyatakan dalam
kendaraan per jam atau smp/h.
9. J a l u r
bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan.
10. L a j u r
bagian jalur yang memanjang dengan marka jalan, yang memiliki
lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor selain sepeda motor.
E.1.5.4 Ketentuan
1. Ketentuan Umum
a. Perijinan
Pelaksanaan survei pencacahan lalu lintas harus meminta ijin
kepada instansi setempat yang berwenang memberi ijin,
minimal pembina jalan, dan melakukan koordinasi dengan
kepolisian.
2. Ketentuan Teknis
a. Organisasi Survei dan Uraian Tugas
Organisasi survei diperlukan untuk memudahkan pelaksanaan
pekerjaan dan memastikan seluruh komponen pekerjaan telah
ditangani dengan baik. Ketentuan pengorganisasian sesuai
pencacahan lalu lintas dijelaskan dalam butir-butir sebagai
berikut :
1) Besar kecilnya struktur organisasi survei pencacahan lalu
lintas tergantung dari skala pekerjaan satu tim survei,
sekurang-kurangnya terdiri atas : koordinator survei, ketua
kelompok/pos dan tenaga petugas survei. Apabila
dianggap perlu, koordinator dapat menunjuk seorang staf
yang berfungsi sebagai tenaga administrasi sekaligus
pembantu umum tim survei. Struktur ideal organisasi
pelaksana kegiatan diperlihatkan dalam Gambar 1.
2) Tanggung jawab dan uraian tugas dari komponen dalam
organisasi survei pencacahan lalu lintas;
(a) Koordinator Survei
Bertanggung jawab atas pelaksanaan survei,
mengontrol aktifitas petugas survei dan
mengadakan koordinasi dengan petugas lapangan
lainnya;
Mempelajari tujuan, kaidah, dan tata cara
pelaksanaan survei dan menjelaskannya kepada
seluruh personil yang terlibat dalam survei;
Menentukan saat mulai, penghentian sementara
dan akhir survei;
Mengambil keputusan di lapangan dan mengatasi
setiap permasalahan yang timbul selama
pelaksanaan survei kemudian mencatat dalam
berita pelaksanaan survei;
Membuat agenda (catatan harian) tentang berbagai
masalah yang timbul selama pelaksanaan survei,
c. Lokasi Pos
Pos pencacahan ditempatkan dengan memperhatikan kondisi
lokasi survei sebagai berikut :
1) Survei Pada Jaringan Jalan Antar Kota.
Pos harus ditempatkan pada ruas jalan, dimana :
lalu lintas tidak dipengaruhi oleh lalu lintas ulang alik
(commuter traffic).
pos mempunyai jarak dan kebebasan pandang yang
cukup untuk kedua arah.
karakter pergerakan lalu lintas mewakili pergerakan lalu
lintas pada ruas jalan.
2) survei pada jaringan jalan perkotaan.
Pos harus ditempatkan pada ruas jalan, dimana :
lalu lintas yang dicacah tidak dipengaruhi oleh
pergerakan lalu lintas dari persimpangan.
d. Jenis Kendaraan
Pencacahan lalu lintas secara garis besar dibagi dalam 8
golongan, yang masing-masing golongan terdiri atas beberapa
jenis kendaraan, seperti yang diuraikan dalam Tabel 2.
Catatan :
1) Kendaraan-kendaraan yang memiliki fungsi khusus, seperti
kendaraan militer (tank, pansher), kendaraan
konstruksi/alat berat (bulldozer dan lain-lain), mobil
pemadam kebakaran, ambulan dan konvoi kendaraan,
tidak dicacah.
2) Pengelompokan golongan kendaraan tersebut sudah
mewakili untuk berbagai jenis analisa, seperti untuk
digunakan pada : kinerja lalu lintas/kapasitas, geometri,
struktur perkerasan jalan maupun manajemen lalu lintas.
3) Kendaraan tak bermotor dimasukkan pada hambatan
samping.
e. Formulir Survei
f. Peralatan
Survei pencacahan lalu lintas dengan cara manual tidak
memerlukan peralatan secara khusus, peralatan yang
diperlukan meliputi :
1) peralatan utama, yang terdiri atas :
2) Survei pendahuluan
Untuk mengetahui situasi dan kondisi lapangan harus
dilakukan survei pendahuluan, hal yang perlu dilakukan dan
diperhatikan dalam survei pendahuluan adalah :
(a) pengurusan surat ijin atau pemberitahuan/koordinasi
dengan pembina jalan setempat;
(b) pengamatan dan penentuan penempatan pos survei, sesuai
sub-bab 4.2.3;
(c) perekrutan/mobilisasi tenaga/petugas survei;
(d) pelatihan bagi petugas survei, sebagai pembekalan dalam
tata cara survei.
3) Pelaksanaan pencacahan
(a) Cara pengisian formulir lapangan untuk ruas jalan
(1) Lembar ke …, dari …,
diisi dengan angka yang menunjukkan lembar ke
berapa (berurutan mulai angka 1 s/d n) dari jumlah
lembar total formulir survei pencacahan lalu lintas.
contoh :
lembar ke 1 dari 15
lembar ke 2 dari 15
lembar ke 15 dari 15.
(2) Nama Propinsi :
diisi dengan nama propinsi dimana survei pencacahan
lalu lintas tersebut dilakukan (nama propinsi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku).
contoh :
Nama Provinsi : J A W - B R T
maksudnya : Jawa Barat
Nomor Provinsi : 0 1 5
contoh :
0 3
(5) Lokasi Pos / Nomor Ruas :
Untuk ruas jalan, diisi dengan nomor ruas jalan
yang menunjukkan lokasi pos pencacahan lalu lintas
tersebut.
contoh :
Lokasi pos : 0 2 2 3 6 5
Lokasi pos : 0 2 2 0 2 3
(6) Tanggal :
diisi dengan tanggal, bulan dan tahun dimana
penghitungan lalu lintas tersebut dilakukan.
contoh :
Tanggal : 1 5 0 5 1 8
S U C I
contoh :
dari : B A N D U N G
ke : C I A N J U R
(9) Periode
diisi sesuai dengan periode pencacahan, misalnya
periode 1 antara pukul 06. 00 sampai dengan 14. 00
(satuan periode 8 jam).
(10) Waktu
diisi dengan lamanya waktu pengukuran dalam hal
periode / shift.
contoh :
Waktu : 06.00 – 14.00 (periode 1)
atau
14.00 – 21.00 (periode 2)
dan seterusnya
(11) Petugas pencacah :
diisi dengan identitas/nama petugas survei yang
melakukan pencacahan lalu lintas bersangkutan.
contoh :
pencatat : Pulan
(12) Pengawas
diisi dengan identitas/nama petugas pengawas survei
yang melakukan pencacahan lalu lintas
bersangkutan.
contoh :
pengawas : Ansari
(13) Pencacahan :
pencacahan dilakukan setiap kurun waktu 15 menit,
diisi dengan cara membubuhkan garis-garis yang
menunjukkan setiap adanya satuan kendaraan yang
melewati pos pencacahan tersebut.
WAKTU
1 2 3
06. - 07.
00 00
45 100 15
07.00 - 08.00 58 95 21
08.00 - 09.00 74 89 30
09.00 - 10.00 91 102 14
1) Total :
diisi dengan angka yang merupakan jumlah
total selama 24 jam pencacahan untuk tiap
golongan lalu lintas pada ruas jalan yang
bersangkutan.
2) Catatan :
diisi hal-hal yang perlu diutarakan dalam
pelaksanaan pencacahan lalu lintas.
(d) Pelaporan
Investigasi lapangan :
SNI 03-2411-1991, Metode pengujian lapangan tentang kelulusan
air bertekanan
SNI 03-2436-1991, Metode pencatatan dan interpretasi hasil
pemboran inti
SNI 06-2487-1991, Metode pengujian lapangan kekuatan geser
baling pada tanah berkohesi
SNI 03-2528-1991, Metode eksplorasi awal air tanah dengan cara
geolistrik wenner
SNI 03-2827-1992, Metode pengujian lapangan dengan alat sondir
SNI 03-2849-1992, Tata cara pemetaan geologi teknik lapangan
SNI 03-3968-1995, Metoda pengukuran kelulusan air pada tanah
zone tak jenuh dengan lubang auger
SNI 03-3969-1995, Metode pemboran air tanah dengan alat bor
putar sistem sirkulasi langsung
SNI 03-4153-1996, Metode pengujian penetrasi dengan SPT
SNI 03-4148.1-2000, Tata cara pengambilan contoh tanah dengan
tabung dinding tipis
SNI 03-6796-2002, Metode pengujian untuk menentukan daya
dukung tanah dengan beban statis pada pondasi dangkal
Pedoman Inventarisasi Lereng Jalan SE-2018
Pedoman Inspeksi Lereng Jalan SE-2018
Pedoman Penilaian resiko Lereng Jalan 2018
Pedoman Mitigasi Resiko Lereng Jalan 2018
berpengaruh terhadap iklim dan curah hujan, yang dicirikan oleh iklim
tropika basah dan terdiri dari dua musim, yaitu musim hujan (basah)
dan musim kemarau (kering). Turunnya hujan sangat dipengaruhi oleh
arah datangnya angin musim Barat dan Timur yang mengalir melalui
equator.
1. Gelincir (slide)
Gelincir terjadi akibat massa tanah bergerak pada suatu
bidang yang disebut bidang gelincir. Jenis-jenis gelincir
berupa translasi, rotasi atau kombinasi keduanya
(majemuk).
a. Gelincir translasi
Keruntuhan terjadi sepanjang zona lemah baik
pada tanah ataupun batuan.
Massa tanah dapat bergerak jauh sebelum
mencapai titik diamnya.
Umum terjadi pada tanah berbutir kasar,
sedangkan pada batuan biasanya terjadi bila
posisi bidang lemahnya searah dan memotong
kemiringan lereng.
b. Gelincir rotasi
Rotasi pada batuan
Tipe ini ditandai dengan adanya bentuk “sendok”.
Bagian lereng atas terbentuk “gawir” melengkung
dan di bagian tengah longsor terdapat bagian
yang labil dan nampak adanya gelombang yang
tidak rata (bulging). Jenis keruntuhan lereng ini
sangat umum terjadi pada batuan contohnya
pada serpih lapuk (shale-marine) dan mengalami
retakan cepat. Gerakannya progresif serta
meliputi daerah yang cukup luas.
c. Gelincir Kombinasi
Gelincir kombinasi merupakan bentuk gabungan
gelincir translasi dan rotasi. Tipe gelincir ini terjadi
pada tanah maupun batuan lapuk.
2. Jatuhan (fall)
Termasuk ke dalam kategori jatuhan adalah jatuh bebas
(free fall) dan rolling serta jungkiran.
3. Aliran (flow)
Aliran adalah suatu material lepas (batuan lapuk atau
tanah) yang setelah mengalami proses penjenuhan akan
mengalir seperti sifatnya fluida. Jenis aliran adalah
sebagai berikut :
a. aliran batuan lapuk atau material lepas;
Aliran pada batuan lapuk termasuk ke dalam
deformasi yang terus menerus, termasuk juga
rangkak. Aliran jenis ini umumnya melibatkan
rangkak dalam yang lambat dan perbedaan
pergerakan antara unit –unit yang utuh. Ciri-ciri
pergerakan aliran pada batuan lapuk adalah :
terjadi di sepanjang permukaan geser yang tidak
saling berhubungan;
distribusi kecepatan mirip aliran fluida yang
kental.
b. aliran pada tanah.
Aliran pada tanah adalah pergerakan material yang
menyerupai fluida kental. Permukaan gelincir pada
bidang material yang bergerak dapat berupa
permukaan tajam, perbedaan pergerakan atau suatu
zona distribusi geser (Gambar 10). Rentang
pergerakan mulai dari sangat cepat sampai sangat
lambat. Ciri-ciri pergerakan aliran pada tanah adalah :
pergerakan aliran terjadi ketika kondisi internal
dan eksternal menyebabkan tanah berperilaku
seperti cairan dan mengalir ke bawah meskipun
kemiringan lerengnya landai;
1. Pergerakan lambat
Pergerakan lambat terjadi selama 0.3 m/5 tahun – 1.5
m/tahun serta meliputi rangkak/rayapan dan solifluction.
Rangkak adalah pergerakan terus menerus pada kondisi
tegangan konstan, sedangkan solifluction adalah
pergerakan debris dalam kondisi jenuh. Pergerakan
lambat ditandai dengan miringnya tiang-tiang dan
pohon-pohon.
2. Pergerakan Sedang
Pergerakan sedang terjadi selama 1.5 m/tahun –
0.3 m/menit. serta meliputi :
Aliran tanah/lumpur (earth flows), yaitu pergerakan
yang lambat tetapi dapat dideteksi dengan mudah.
Hal ini biasanya terjadi pada tanah yang kadar airnya
3. Pergerakan cepat
Pergerakan cepat terjadi selama > 0.3 m/menit serta
terdiri dari :
Debris avalanche
Debris avalanche adalah tipe perpindahan tanah/
batuan yang sangat cepat yang diawali dengan
hancuran di sepanjang permukaan runtuhan.
Penyebab utamanya adalah rembesan air tanah yang
besar, curah hujan tinggi, gempa bumi atau rayapan
Tabel E.3 Jenis tanah/batuan dan tipe gerakan yang mungkin terjadi
1. Tahapan Penyelidikan
Usaha penanggulangan akan berhasil dengan baik
apabila perencanaannya didukung oleh data hasil
penyelidikan dan pengujian yang baik. Data yang
dihasilkan akan baik jika dilakukan melalui tahap-tahap
penyelidikan yang benar. Tahap penyelidikan geoteknik
di daerah gerakan tanah terdiri dari studi meja,
penyelidikan pendahuluan dan penyelidikan terinci.
Penyelidikan yang dilakukan mencakup pengujian di
lapangan dan laboratorium.
a) Studi meja
Peta Topografi;
Peta topografi memberikan gambaran
mengenai kemiringan lereng, relief, kerapatan
sungai, pola aliran, ketinggian dan bentuk
morfologi. Peta topografi juga dapat
menafsirkan tingkat erosi suatu daerah. Hal-hal
yang dapat mengakibatkan keruntuhan lereng
pada tebing jalan raya, jalan kereta api, tebing
penggalian batu dan tebing saluran perlu didata
karena kemungkinan tidak akan terlihat di
dalam peta topografi skala kecil. Gabungan
antara kerapatan sungai dan kemiringan lereng
pada peta topografi akan memberikan data
yang lebih baik. Umumnya daerah yang
berkerapatan sungai tinggi mempunyai
kecenderungan longsor lebih besar. Peta
topografi dapat diperoleh di Bakosurtanal dan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
dengan skala 1:25.000 atau 1:50.000 atau
1:100.000 atau 1:200.000.
Peta Geologi;
Peta geologi dapat memberikan gambaran
geologi seperti sebaran batuan baik vertikal
maupun lateral, struktur geologi dan sejarah
geologi. Peta geologi dengan skala 1:100.000
Foto Udara;
Foto udara dapat diinterpretasikan dan data
yang dihasilkan dapat digunakan untuk
menentukan penyelidikan gerakan tanah. Dari
interpretasi tersebut akan diperoleh sebaran,
jenis, tempat gerakan tanah dan potensi yang
membahayakan bangunan. Dengan mengetahui
hal–hal tersebut akan diperoleh sasaran yang
lebih sempit, sehingga penyelidikan dapat
direncanakan dengan tepat.Data lain juga dapat
diidentifikasi dari penafsiran foto udara seperti
jenis batuan, struktur geologi, tingkat erosi, dan
pola tata salir. Foto udara ini sangat disarankan
sekali untuk kasus keruntuhan lereng skala
besar. Cara mendapatkan foto udara ini bisa
menghubungi Bakosurtanal atau untuk daerah
yang banyak mengalami perubahan terain perlu
dilakukan foto udara ulang melalui konsultan-
konsultan penyedia foto udara.
Curah hujan;
Data curah hujan diperlukan untuk
merencanakan dimensi saluran drainase dan
analisis hidrologi lereng. Data curah hujan yang
diperlukan minimal adalah hujan 10 tahunan.
Data curah hujan dapat diperoleh dari Badan
Meteorologi dan Geofisika.
b) Penyelidikan pendahuluan
Penyelidikan pendahuluan dimaksudkan untuk
mendapat penjelasan umum daerah keruntuhan.
Ruang lingkup penyelidikan meliputi luas daerah
yang dimaksud, jenis keruntuhan, kedalaman
bidang keruntuhan, penyebab keruntuhan lereng
dan jika mungkin keaktifannya. Jika tersedia,
c) Penyelidikan detail
Dari hasil penyelidikan detail diharapkan akan
diperoleh perian yang mendetail secara kuantitatif
mengenai data lapangan dan data laboratorium.
Pemerian detail tersebut meliputi hal yang telah
tercakup dalam pemerian umum dan dilengkapi
dengan parameter geoteknik seperti yang terlihat
pada Tabel 3 untuk digunakan di dalam analisis dan
pemilihan cara penganggulangannya. Untuk
2. Faktor keamanan
1) Topografi
Data ‘site plan’ yang akurat harus memperlihatkan posisi
dari titik uji (bor, sondir, geolistrik dll.), area retakan, area
lokasi kekar, juga lokasi dari potongan melintang lereng
yang akan dianalisis. Pada potongan melintang, survey
harus dilakukan sedetail mungkin sehingga memungkinkan
penggambaran pada skala yang cukup besar dan terbaca
dimensinya dengan akurasi sekitar 1 meter, umumnya
cukup digunakan skala 1:100.
2) Geologi
Kedalaman pelapukan, adanya lapisan colluvium atau
timbunan serta adanya struktur yang segar dan batuan
yang mengalami pelapukan harus diketahui dari hasil
penyelidikan pada permukaan dan dalam tanah.
3) Kuat geser
Untuk lereng yang belum mengalami keruntuhan, kekuatan
geser material pembentuk lereng digambarkan pada
kondisi parameter efektifnya (c’ dan φ’). Parameter efektif
tersebut ditentukan dari hasil tes triaksial CU pada sampel
tanah yang mewakili material matriknya (tanah residual dan
batuan yang mengalami pelapukan) serta pada
bidanglemahnya (kekar). Sampel tersebut harus diuji pada
tegangan yang besarnya mendekati tegangan
lapangannya, serta harus berada pada kondisi jenuh.
Sedangkan untuk lereng yang sudah mengalami
keruntuhan, kekuatan geser material pembentuk lereng
menggunakan parameter kondisi residualnya atau kuat
geser sisanya. Cara mendapatkan parameter yaitu dengan
alat ring-shear,atau dapat pula menggunakan alat uji geser
langsung (direct shear) pada sampel remoldednya, dimana
nilai kuat geser diambil saat kondisi sampel tanah digeser
untuk kedua kalinya setelah mengalami pergeseran
pertama.
5) Beban-beban luar
Cara B :
Titik A dan B diukur di lapangan
Jika titik B sudah tidak tampak karena terkubur, maka
dapat diperkirakan dari tonjolan maksimum
2. Pendekatan penanggulangan
Menanam tumbuhan
Penanaman tumbuhan dimaksudkan untuk
mencegah erosi tanah permukaan,
mengurangi peresapan air permukaan dan
pengaruh cuaca. Penanaman tumbuhan
dapat dilakukan antara lain dengan
penaburan biji rerumputan atau lempengan
rumput. Untuk mempercepat air limpasan
permukaan, lereng juga dapat disemprot
aspal.
Tata salir
Tata salir/saluran permukaan sebaiknya
dibuat pada bagian luar keruntuhan lereng
dan mengelilingi keruntuhan lereng sehingga
dapat mencegah aliran limpasan yang datang
dari lokasi yang lebih tinggi. Untuk saluran
terbuka yang dipasang pada daerah
keruntuhan lereng harus diberi kemiringan
sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan
air secara cepat agar air tidak meresap ke
dalam daerah keruntuhan lereng.
Menutup rekahan
Penutupan rekahan dapat memperbaiki
kondisi pengaliran air permukaan pada
lereng. Rekahan dapat ditutup dengan tanah
lempung, aspal atau semen yang disesuaikan
dengan jenis tanahnya. Penutupan rekahan
Elekto osmosis
Elektro osmosis merupakan salah satu cara
penanggulangan keruntuhan lereng
khususnya untuk lanau dan lempung lanauan.
Cara ini relatif mahal dan jarang digunakan,
karena tidak dapat menyelesaikan masalah
secara tuntas jika proses elektro osmosis
tidak berjalan dengan baik. Metode ini
dilakukan dengan menempatkan dua
elektroda sampai kedalamam lapisan jenuh
air yang akan dikeringkan, untuk kemudian
dialiri arus listrik searah. Arus listrik terimbas
menyebabkan air pori mengalir dari anoda ke
katoda. Elektroda diatur agar tekanan air
menjauhi lereng yang berfungsi mengurangi
kadar air dan tekanan air pori sehingga
meningkatkan kemantapan lereng.
(d) Penambatan
i) Penambatan tanah
Bronjong
Geosintetis
Sumuran
Penskalaan
Segera sesudah proses ekskavasi (bulk
excavation), blok-blok batuan atau
boulder harus segera dipindahkan dari
permukaan lereng batuan yang terekspos.
Blok-blok yang berpotensi untuk menjadi
tidak stabil diangkat dan dipindahkan
secara hati-hati, tidak dengan cara
peledakan untuk mencegah lebih
banyaknya batuan yang terlepas dari
Permukaan
Dentisi
Ikatan material yang lembut yang
terekspos pada permukaan batuan harus
diangkat dari permukaan tersebut.
Kemudian bagian-bagian tersebut diisi
dengan material filter yang sesuai,
dilindungi oleh pasangan batu atau beton
dengan perkuatan untuk mencegah erosi
dari material lembut tersebut. Pada
batuan umumnya, material yang lembut
seperti ini hanya akan terjadi bila
pelapukan terjadi di sepanjang kekar,
patahan atau pada saluran yang
terbentuk pada batuan. Pelapukan yang
menembus hingga ke dalam
mengindikasikan adanya aliran air.
Dengan demikian, lubang suling-suling
(weepholes) harus tersedia di bagian
depan struktur penahan untuk
memastikan bagian yang lembut tersebut
teralirkan hingga tekanan air tinggi tidak
terbentuk. Rongga-rongga, batuan yang
menggantung dan kekar yang terbuka
dapat di atas dengan cara yang sama
seperti yang berhadapan dengan batuan
dengan beton atau pasangan batu dapat
dipakukan ke dalam batuan yang lebih
kuat dan keras, dimana jalinan lembut
terjadi.
Penyemprotan beton
Penyemprotan beton dapat digunakan
untuk menyediakan perlindungan pada
permukaan untuk zona yang terdiri dari
retakan batuan yang lemah hingga
berintensitas tinggi. Pada lokasi dimana
beton yang diperlukan direntangkan di
antara baut batuan atau struktur
2) Penggantian material
Penanggulangan dengan cara ini dilakukan
dengan mengganti material longsor dengan
material berbutir yang mempunyai kuat geser
lebih tinggi atau memadatkan kembali
material yang ada secara berlapis.
Penggantian material ini bisa seluruhnya atau
sebagian dan dapat digunakan untuk
keruntuhan lereng tipe rotasi tunggal yang
relatif kecil. Cara ini dapat berfungsi dengan
menambah tahanan di sepanjang bidang
keruntuhan lereng dan juga berfungsi
sebagai drainase bila digunakan material
berbutir.
3) Stabilisasi
Stabilisasi dimaksudkan untuk meningkatkan
kuat geser dari material longsor. Material
4) Bangunan silang
5) Relokasi
Cara ini dilakukan dengan memindahkan
bangunan misalnya jalan, saluran air dan
pemukiman ke tempat yang lebih aman.
Penanggulangan dengan cara ini baru
digunakan bila cara–cara lain tidak
memungkinkan lagi. Penanganan cara ini
hanya boleh digunakan bila dapat merupakan
penanggulangan permanen. Relokasi ini
dapat dilakukan ke arah mendatar atau tegak.
Penanggulangan ini harus memperhatikan
hal hal berikut :
Lokasi yang disarankan tidak akan
menimbulkan problema baru dari sudut
ketinggian, drainase dan sebagainya.
Lokasi di atas atau di bawah lokasi yang
direncanakan cukup mantap, atau tidak
akan menimbulkan masalah
ketidakmantapan baru.
Bila cara penanggulangan lainnya sudah
tidak mungkin secara teknik atau terlalu
mahal dan tidak dijamin keberhasilannya.
Tergantung kondisi lapangan.
2) Penyelidikan geoteknik
3) Pembuatan stratifikasi
1. Umum
Bab ini membahas secara ringkas mengenai
pelaksanaan konstruksi lereng antara lain:
Rencana pelaksanaan
Persiapan pelaksanaan
Penggalian dan pembuangan tanah
Pelaksanaan timbunan dan
Pelaksanaan pembuatan muka lereng.
2. Perencanaan pelaksanaan
Jangka waktu pekerjaan pelaksanaan harus bisa
diperkirakan dan rencana angkutan tanah buangan
atau material yang akan digunakan selama pelaksanaan
juga harus dirinci. Demikian pula dengan prosedur
pelaksanaan serta peralatan-peralatan berat yang akan
digunakan dalam pelaksanaan yang harus
direncanakan secara cermat.
3. Persiapan pelaksanaan
Perjalanan pengangkutan peralatan berat dipersiapkan
sebaik mungkin, fasilitas untuk pengamanan, persiapan
drainase awal, pemotongan pohon-pohon besar dan
pembuangan akar-akarnya dari tanah perlu dikaji
dalam pekerjaan persiapan.
5. Pekerjaan penimbunan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pekerjaan
timbunan, antara lain :
1. Umum
Survei Detail dilakukan pada seluruh jembatan, gorong-gorong, lintas atas dan
lintas bawah yang sudah ada dalam basis data. Survei Inventarisasi dilakukan
pada jembatan baru dan lintasan basah. Survei inventarisasi juga dilakukan
untuk jembatan lama dan gorong-gorong lama yang belum masuk kedalam
basis data. Survei Detail tidak termasuk jembatan khusus.
Prosedur pemeriksaan jembatan yang akan dilakukan pada pekerjaan ini antara
lain sebagai berikut :
2) Umum
3) Pemeriksaan Jembatan
4) Sistem Penomoran Jembatan
5) Pemeriksaan Inventarisasi
6) Pemeriksaan Detail
7) Pemeriksaan Rutin
8) Pemeriksaan Khusus
9) Elemen-elemen Jembatan
10) Elemen –elemen Jembatan dan Kerusakan-kerusakannya
11) Material/bahan Jembatan dan Kerusakannya
12) Kerusakan pada Elemen Jembatan
13) Laporan Pemeriksaan Jembatan – Laporan IBMS
14) Petunjuk untuk menilai Struktur dan Tingkat Kerusakan
15) Standar Bangunan Atas Jembatan.
E.1.7.1 Umum
E.1.7.1.1 Pendahuluan
3) Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin dilakukan setiap tahun sekali yaitu
untuk memeriksa apakah pemeliharaan rutin dilakukan
dengan baik atau tidak apakah harus dilaksanakan
tindakan darurat atau perbaikan untuk memelihara
jembatan supaya tetap dalam kondisi aman dan layak.
Pemeriksaan ini dilaksanakan diantara pemeriksaan
detail.
4) Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus biasanya disarankan oleh inspeksi
jembatan pada waktu pemeriksaan detail karena ia
merasa kurangnya data, pengalaman atau keahlian untuk
1. Pondasi
Hampir semua masalah pondasi disebabkan adanya
pergerakan yang tidak terlihat. Pada umumnya pondasi
mengalami sedikit pergerakan, yang mana apabila hal
tersebut kecil dan seragam, tidak akan mengakibatkan
keruskan pada struktur. Pergerakan yang besar
terutama jika terjadi perbedaan pergerakan, dapat
mengakibatkan kerusakan pada semua bagian struktur,
kecuali sudah diperhitungkan pada waktu perencanaan.
Suatu pergerakan dapat disebabkan karena adanya
penurunan (settlement) atau tidak berfungsinya
pondasi, scouring dan beruhnya tinggi air normal. Awal
suatu pergerakan pondasi sangat sukar dikenali
terkecuali mempunyai suatu alat yang dapat
mendeteksinya. Biasanya tanda awal gangguan ini
dapat terlihat, seperti adanya sesuatu yang aneh secara
geometrik struktur pergerakan landasan dan expasion
joint yang yang berlebihan, dan adanya retak pada
kepala jembatan tembok sayap atau bagian ujung dari
balok.
1. Gelegar Beton
Beton yang rontok – perlu perhatian khusus pada
perletakan/landasan yang kemungkinannya terjadi
kerusakan.
Retak – situasi arah/bentuk keratakan pada bagian
utama seharusnya digambar
Selimut beton – biasanya diperiksa dengan cover
meter tetapi kadang-kadang terlihat bahwa selimut
beton tersebut tidak cukup karena tampaknya karat
tulangan pada permukaan beton.
Jembatan beton pratekan harus diperiksa secara
khusus
Hilangnya plasteran terutama pada bagian yang
lemah dan ujung-ujung balok.
3. Struktur Kayu
Kondisi perawatan pelindung penurunan mutu
akibat cuaca, bahan kimia dan jamur
Serangan serangga berbagai macam rayap, kmbang
dan semut dapat menyerang kayu dalam berbagai
lingkungan
Kerusakan akibat api adalah nyata
Kerusakan akibat kecelakaan – tabrakan yang keras
biasanya menyebabkan pecah atau hancurnya kayu.
Getaran, lendutan dan peruabahn bentuk yang
berlebih – kayu yang biasanya dapat menahan
lendutan.
Longgar atau berkaratnya baut dan lubang yang
dipasak – kerusakan ini mengarah pada penurunan
mutu yang bertahap dan harus dideteksi untuk
penanganan perbaikan secepatnya.
5. Jembatan Gantung
11. Drainase
Drainase merupakan suatu bagian penting yang harus
diperiksa karena air yang terjebak, tergenang, mengalir
atau menyemprot dapat menyebabkan kerusakan
dengan berjalannya waktu dan tidak membahayakan
lalu lintas.
3. Lintaran Arah
Jembatan jala raya yang melintas diatas jalur kereta api
dicatat seperti biasa.
4. Jembatan Ganda
Bila suatu jalan digandakan, misalnya dibagian jalan
yang ganda biasanya dibangun jembatan yang terpisah
pada masing-masing badan jalan di atas sungai atau
jalur kereta api.
E.1.7.4.1 Umum
1. Personalia
Paling kurang seorang inspektur jembatan untuk
melakukan Pemeriksaan Inventarisasi, didampingan
oleh asisten-asisten lain.
3. Material Acuan
Sebelum melaksanakan pemeriksaan inventarisasi, para
inspector harus mengumpulkan material sdebagai
berikut :
Buku pegangan Pemeriksaan Jembatan dilapangan
Peta yang memperlihatkan ruas jalan provinsi (Peta
Perencanaan Jalan)
Laporan Data Lalu Lintas dan Ruas Jalan IBMS-IRI
untuk provinsi yang bersangkutan.
4. Urutan Pemeriksaan
Setiap jembatan harus diperiksa dengan menggunakan
urutan berikut ini :
Pemeriksaan dan catat administrasi pada halaman 1
dan 3 dari laporan pemeriksaan inventarisasi –
nama jembatan, lokasi, cabang dan seterusnya.
Keliling jembatan untuk mengetahui tata letak
umum dari struktur
1. Data Administrasi
Data administrasi dicatat dalam kotak-kotak pada
halaman 1 dan 3 dari laporan pemeriksaan.
5. Data Pelengkap
Bagian laporan Pemriksaan Inventarisasi ini digunakan
untuk memberikan informasi umum mengenai
jembatan, membantu persiapan strategi pemeliharaan
jembatan.
E.1.7.5.1 Umum
6. Pemeliharaan Rutin
Efektifitas suatu pemeliharaan rutin yang dilaksanakan
pada jembatan dinilai oleh Inspektur dan dicatat dalam
Bagian Pemeliharaan Rutin pada halaman 2 dari laporan
pemeriksaan.
E.1.7.6.1 Umum
E.1.7.7.1 Personil
Elemen pada level 4 adalah semua individual elemen dari jenis elemen
tersebut pada jembatan secara keseluruhan. Jadi elemen 4.224 adalah
semua elemen turap baja pada lokasi jembatan tersebut. Jika
diperlukan untuk mebedakan antar elemen dengan tipe yang sama
pada lokasi yang berbeda pada lokasi jembatan, elemen pada suatu
lokasi disebut sebagai elemen level 5. Setiap elemen “level 5”
mempunyai kode yang sama dengan kelompok pada level 4 __ tetapi
mempunyai lokasi yang khusus untuk mebedakannya dari elemen lain
dalam kelompok yang sama sebagai contok elemen 4.224 pada A1
berarti turap baja pada kepala jembatan 1.
E.1.7.8.1 Istilah
1. Jembatan
Yaitu struktur jembatan secara keseluruhan dan
lingkungannya termasuk daerah aliran sungai, timbunan
jalan pendeka, bangunan bawah dan bangunan atas.
b. Bronjong
e. Turap Baja
Turap baja adalah suatu jenis tiang pancang
khusus yang digunakan untuk menahan tanah
isian atau untuk pengamanan terhadap scouring.
Jenis Turap baja yang banyak digunakan ialah
(3) Timbunan
Yang termasuk dalam tanah timbunan adalah
timbunan jalan pendekat, drainase timbunan, lapisan
perkerasan, plat injak dan tanah bertulang. Yang
termasuk dalam Tanah timbunan pada elemen level :
Pusaran air
Pusaran air dapat terjadi baik pada daerah
hulu maupun hilir yang mengakibatkan erosi
pada tanah timbunan jalan pendekat. Jika hal
ini diketahui cukup awal, maka dapat
dibangun bangunan pengaman guna
pengamanan terhadap kerusakan yang lebih
lanjut
Longsor
Longsoran dapat terjadi jika tumit timbunan
hilang karena tergerus. Hal ini dapat
mengakibatkan runtuhnya kepala jembatan.
Tanda awal terjadinya kelongsoran ini
biasanya dengan ditemukan penurunan pada
jalan pendekat. Hal ini dapat terjadi sampai
25 meter di belakang kepala jembatan.
Drainase yang buruk pada jalan pendekat
jembatan
(5) Pondasi
Yang termasuk pondasi pada level 4/5 yaitu :
Tiang Pancang
Konstruksi ini dapat berupa tiang pancang, bor
atau ulir. Tiang pancang dapat berupa tiang
pancang baja, pipa baja atau tiang pancang kayu
berbentuk bundar maupun persegi.
Tiang Bor
Tiang bor dilaksanakan dengan cara membuat
lubang dengan cara mengebor dan mengisinya
dengan beton bertulang. Tiang bor biasanya
mepunyai diameter 40 cm sampai 150 cm. Tiang
bor ini mencakup juga tiang desak (displacement
pile) seperti Franki piles
Tiang Ulir
Sampai saat ini masih banyak dijumpai jenis tiang
ulir. Tiang ulir ini dapat dikenali dengan adanya
tiang baja masif yang panjang dan ramping dan
menjulang sampai ke bagian atas. Tiang baja
masif ini mempunyai diameter sekitar 130 mm
dan tidak digalvanis. Pada umumnya terdapat
pengaku yang melintang di bawah balok kepala.
Pondasi Sumuran (Caisson)
Terdapat banyak pondasi sumuran. Pada
umumnya penggalian pada pondasi sumuran ini
dilakukan dengan tenaga manusia. Pondasi
sumuran ikut turun sejalan dengan penggalian.
Diameter pondasi sumuran berkisar antara 250
cm sampai 450 cm. Biasanya terdapat 2 pondasi
sumuran untuk setiap kepala jembatan atau pilar.
− Pondasi Langsung
Tembok Sayap
Tembok sayap adalah sama dengan dinding
penahan tanah dan berfungsi untuk menahan
tanah isian/timbunan kepala jembatan.
Balok Kepala
Balok kepala adalah komponen bagian atas dari
bangunan bawah jembatan yang berfungsi untuk
meneruskan beban bangunan atas jembatan ke
kolom atau dinding bangunan bawah jembatan.
Balok kepala dapat dibuat dari beton, baja atau
kayu.
Penunjang / Pengaku
Sistem pengaku umumnya dipakai pada
konstruksi Kayu atau baja. Akan tetapi ada
beberapa jembatan beton menggunakan sistem
pengaku dari beton bertulang.
Penunjang Sementara
Penunjang sementara ini kadang-kadang
digunakan untuk memperkuat jembatan yang
berada dalam kondisi jelek. Penunjang sementara
ini dipertimbangkan sebagai bagian dari
jembatan, yang memerlukan pemeriksaan seperti
elemen lainnya.
Gelagar (Utama)
Gelagar utama adalah gelagar yang
membentang anatara pilar dan kepala
jembatan. Gelagar dapat terbuat dari
kayu, baja, beton bertulang atau beton
pratekan. Kerusakan-kerusakan pada
gelagar harus diperiksa dengan teliti
karena keruntuhan gelagar sangat
berbahaya. Jumlah gelagar pada setiap
bentang bervariasi dari dua sampai
delapan atau lebih.
Gelagar Melintang
Diaphragma
Diaphragma memberikan kestabilan dan
kekakuan pada gelagar.
(c) Pelengkung
Pelengkung adalah tipe konstruksi khusus
yang merupakan gabungan antara bangunan
atas dan bangunan bawah. Sampai saat ini
masih banyak didapati jembatan tipe
Gelagar Penguat
Gelagar penguat digunakan pada
jembatan jenis Acrow untuk
meningkatkan kemampuan daya dukung
jembatan.
Rangka Pengaku
Rangka mengaku digunakan dimana lebih
dari satu acrow digunakan pada sertiap
sisi dari jalur kendaraan. Pengaku
mengikat panel-panel menjadi satu.
Pin Panel/Surclip
Pin dan surclip didapatkan jembatan
rangka acrow dan transpanel australia.
Gelegar Melintang/Transom
Gelagar melintang terdapat pada setiap
jembatan rangka dan pada beberapa
jembatan kayu yang mempunyai lantai
kendaraan dengan balok arah
memanjang. Gelagar melintang ini
berfungsi meneruskan beban kepada
gelagar utama atau rangka.
Sambungan
Sambungan meliputi paku keling, baut
dan pelat buhul.
Lantai
Balok Tepi
Beberapa jembatan dengan lantai beton
mengurangi jumlah gelagar dengan
menambah besar ukuran kerb menjadi
balok tepi. Hal ini terdapat pada jembatan
rangka Callender Hamilton tipe lantai
bawah.
(i) Landasan/Perletakan
Landasan Baja
Landasan yang sederhana adalah pelat
geser. Yang lain adalah landasan rokers
(bergoyang) landasan rol atau landasan
sendi.
Landasan Karet (elastomeric)
Elastomer (karet atau neoprene) adalah jenis
landasan karet yang paling umum. Tebal
landasan ini lebih dari 30 mm, dimana di
dalamnya terdapat pelat-pelat baja tipis
sebagai perkuatannya.
(j) Sandaran
Yang termasuk dalam elemen level ini adalah
semua bentuk pembatas, sandaran dan
parapet.
(k) Perlengkapan
Perlengkapan jembatan, bukan merupakan
bagian konstruksi jembatan, tetapi meskipun
demikian memberikan petunjuk dan rasa
aman terhadap pemakai jalan yang melewati
jembatan tersebut.
Batas Ukuran
Banyak jembatan yang mempunyai tanda-
tanda batas ukuran tinggi atau lebar. Hal
ini berguna untuk pengaturan kendaraan.
Rambu
Rambu ini memberikan saran mengenai
kecepatan kendaraan. Berat kendaraan
atau batasan dimensi.
Marka Jalan
Marka jalan merupakan petunjuk bagi
para pemakai jalan mengenai jalur
kendaraan dilarang menyalip dan tempat
penyeberangan.
Papan Nama
Setiap jembatan harus mempunyai papan
nama yang menunjukkan atau
menyatakan nama dan nomor jembatan
dan informasi lain.
Utilitas
Banyak struktur yang melayani utilitas
yang termasuk dalam utilitas adalah pipa
(8) Gorong-Gorong
Gorong-gorong digunakan pada lokasi dimana :
Aliran air kecil
Tinggi konstruksi terbatas
Tanah pondasi cukup keras
Jika konstruksi tidak direncanakan untuk
menampung seluruh air yang mengalir tetapi
memberikannya kadang-kadang melimpah di
atas jalan.
3) Beton Bertulang
Besi tulangan ditanamkan didalam beton untuk menhan
gaya taris pada komponen. Beton bertulang digunakan
untuk semua bagian struktur pada jembatan.
4) Beton Pratekan
Beton pratekan pada umumnya hanya digunakan pada
gelagar bangunan atas atau lantai. Kadang-kadang
beton pratekan juga digunakan untuk tiang pancang.
2) Karat
Apabila sistem pelindung rusak dan udara serta uap air
berhubungan dengan permukaan baja, maka mulai
terjadi karat pada bagian tersebut. Karat adalah proses
kimia satu arah yang terjadi pada baja. Hal ini dapat
terlihat apabila permukaan berwarna cokalt berkarat.
Apabila tidak segera ditangani maka karat dapat
menjalar dan memakan ke bagian dalam baja dan
terjadilah lekukan. Lekukan ini merupakan penggerusan
akibat karat pada permukaan baja dan apabila proses
karat ini tidak dihentikan maka keadaan dapat menjadi
sangat buruk dan akan terjadi serpihan-serpihan. Maka
terjadi bahwa baja akan terpech-pech menjadi lapisan-
lapisan tipis yang mudah terkelupas. Jenis karat ini
memerlukan penanganan dengan segera karena
akibatnya sangat berbahaya. Jika karat terjadi diantara
dua pelat baja, gerakan mengembang akibat karat dapat
merenggangkan pelekatan antara kedua buah pelat
tersebut. Ini mengakibatkan beban tambahan pada paku
keling, baut atau las dan dapat mengakibatkan
kegagalan/kerusakan pada sambungan atau titik buhul.
Pembusukan kayu
Pembusukan pada kayu disebabkan oleh serangan jamur
yang berhubungan dengan kelembaban dalam kayu.
Sejalan dengan berkembangnya pembusukan, maka
kekuatan kayu akan menurun. Pemeriksaan harus
mengenali daerah-daerah yang dapat menjadi lembab
dan memeriksanya secara teliti untuk menemukan
pembusukan.
Serangan serangga
Pengaruh dari kerusakan akibat serangan serangga
dapat bermacam-macam dari suatu yang dapat
diabaikan dampai kerusakan total. Serangan serangga
biasanya dapat diketahui pada saat pemeriksaan dengan
terlihatnya lubang-lubang pada permukaan kayu.
Biasanya ada bubuk kayu disekeliling lubang tersebut.
3. Pengikisan (Scouring)
Pengikasan kadang kala terjadi pada daerah di sekitar
bangunan bawah oleh karena itu maka pada setiapo
jembatan pengikisan ini harus diperiksa.
Keluaran dari data Kondisi Jalan, Lereng dan Jembatan yang dihasilkan
merupakan data yang akurat, handal dan konsisten antara lain :
1. Data Lindesk dan LRP
2. Data Profile Melintang (RNI)
3. Data Ketidakrataan Jalan ( IRI)
4. Data Kerusakan Jalan (PCI)
5. Data Kondisi Lapis Perkerasan Jalan (Lendutan)
6. Data Kondisi Lalu Lintas
7. Data Kondisi Lereng
8. Data Kondisi Jembatan
A. Permasalahan
1. Survei Linkdesk dan Titik Referensi
Cuaca, Hujan sehingga tidak dapat menggambil dokumentasi
Ketidak cocokan data awal dengan data yang dilapangan (titik
referensi)
2. Survei Ketidakrataan (IRI)
Kerusakan pada alat (Odometer)
Cuaca, Hujan sehingga tidak dapat menggambil video
B. Pemecahan Masalah
1. Survei Linkdesk dan Titik Referensi
Pengambilan dokumentasi dapat dilakukan pada survey detail
Mengontrol titik referensi Pada peta kerja
2. Survei Ketidakrataan (Rouhmeter)
Memerlukan kalibrasi berulang
Melakukan survey pada kondisi cerah karena mempengaruhi nilai
kondisi
Metode survei
1. Metode manual, yang terdiri atas:
a) Perhitungan dan pencacahan volume lalu lintas langsung di
lapangan (in situ):
a. Dilakukan oleh surveyor.
b. Dilakukan berdasarkan arah lalu lintas, lajur lalu lintas dan jenis
kendaraan.
b) Perhitungan dan pencacahan volume lalu lintas tidak langsung (off
situ):
a. Menggunakan kamera perekam di luar Rumaja dengan sudut dan
ketinggian
6. Survey Jembatan
Adapun peralatan dan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam survey ini
meliputi :
Alat tulis, digunakan untuk menulis berupa ball point, pensil dan lain-lain.
Meteran, digunakan mengukur lebar kerusakan dan lebar penampang jalan.
Kamera, di gunakan untuk dokumentasi selama penelitian.
1. Data Primer
Jenis kerusakan dan Dimensi kerusakan jalan didapat dengan melakukan
survei. Peralatan yang digunakan adalah meteran, kertas, alat tulis, formulir
survei dan kamera. Pengukuran dan dokumentasi setelah pasca rehabilitasi
sesuai tahun 2018. Peralatan yang digunakan adalah meteran, kertas, alat
tulis, formulir survei dan kamera.
Data primer diperoleh melalui pengamatan data survei di lapangan, adapun
data yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Data Geometrik jalan, lereng dan jembatan.
b. Pengukuran Jenis kerusakan dan Dimensi kerusakan jalan, lereng dan
jembatan.
c. Data Hasil dari survei lapangan
d. Pencatatan lokasi terjadinya kerusakan
2. Data Sekunder
Data sekunder ini merupakan data yang diperoleh dari instansi yang terkait,
dalam hal ini adalah Satuan Kerja Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XIV Palu.
Data-data yang di perlukan adalah sebagai berikut :
a. Peta ruas jalan dan jembatan
b. Data struktur perkerasan yang ada;
c. Data Geometrik jalan dan jembatan
d. Jenis jalan, lereng dan jembatan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah untuk menunjang dari
pelaksanaan pekerjaan Survai Kondisi Jalan, lereng dan jembatan ditinjau dari
segi administrasi proyek. Tahap ini mempersiapkan dan membuat laporan-
laporan antara lain ; Laporan Pendahuluan, Laporan Bulanan, dan laporan
Akhir. Laporan-laporan ini sudah meng-cover semua kegiatan pelaksanaan
yang berjalan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja. Dari hasil seluruh kegiatan
dalam rangka pelaksanaan pekerjaan pengawasan teknik jalan dan jembatan
ini dirangkum dalam bentuk laporan, maka konsultan akan menyiapkan dan
menyerahkan laporan kepada Satuan Kerja Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XIV
Palu Unit Layanan Pengadaan (ULP) Sulawesi Tengah.
b. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan sekurang-kurangnya mencakup :
1) Peralatan yang akan digunakan;
2) Sertifikat kalibrasi dan metodologi validasi;
3) Daftar pendek seksi jalan untuk validasi;
4) Metodologi Survei;
5) Sumber daya dan jadwal;
6) Laporan Pendahuluan akan memperbaiki metodologi yang
diusulkan sesuai dengan kondisi lapangan.
Laporan Pendahuluan harus dibahas dan diserahkan selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sejak ditetapkannya
tanggal mulai pelaksanaan pekerjaan yang tercantum dalam SPMK
sebanyak 5 (lima) buku laporan.
JADWAL PELAKSANAAN
PEKERJAAN SURVEY KONDISI JALAN, LERENG DAN JEMBATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN
Waktu Survey Validasi & Verifikasi Jumlah Waktu TAHUN ANGGARAN 2021
NO Uraian Kegiatan KETERANGAN
(Bulan) (Bulan) (Bulan) MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 300 Hari Kalender
SEMESTER I (sampai dengan akhir Juli) 6 Maret 2021
1 Mobilisasi/ Demobilisasi s/d 31 desember 2021
Mobilisasi
Demobilisasi
2 Survei Apresiasi Lapangan (Pendahuluan) = 1745,92 KM
Survey Lapangan 50 Km/ Hari/Tim
Peng. Data Sekunder
3 Training/ Pelatihan
Materi/ Teori 3 Hari
Pelatihan Lapangan 4 Hari
4 Rencana Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Analisis Kajian
Laporan
5 Kalibrasi & Validasi Alat (Magaru/ APKJ)
Kalibrasi
Validasi Data
Upload Data
6 Survai Ketidakrataan, Inventarisasi dan Kondisi Jalan (Manual) = 200,766 KM
Survey Lindesk & LRP 50 Km/ Hari/Tim
Survei Penampang Melintang Jalan 8 Km/Hari/ Tim
Survei Inventori Drainase 8 Km/Hari/ Tim
Survei Inventori Konstruksi/Pemeliharaan 8 Km/Hari/ Tim
7 Survai Ketidakrataan, Inventarisasi dan Kondisi Jalan (Alat Magaru) = 3543,56 KM jalan
Survey Lapangan 100 km/ Hari
Olah Data 4 km/hari/ orang (IRI, RNI, PCI)
Evaluasi Data dan Analisis Data
Upload Data
8 Survei Ketidakrataan (Alat Roughometer) = 787,86 KM
Survey Lapangan 100 km/ Hari
Olah Data 4 km/hari/ orang
Evaluasi Data dan Analisis Data
Upload Data
9 Survei Perkerasan Jalan (Lendutan) = 1.000 titik
Survey Lapangan 35 Titik/ Hari
Olah Data
Evaluasi Data dan Analisis Data
Upload Data
10 Survei Kondisi Lereng (Sebagian) = 75 Titik
Survey Lapangan
Olah Data
Evaluasi Data dan Analisis Data
Upload Data
11 Survei Kondisi Jembatan = 1041Jembatan / Bangunan Pelintas/ Gorong' = 15145 Bangunan Pelintas dan Gorong2 Termasuk Bangunan Pelintas
Survey Jembatan 15 Jbt/ hr/Tim
Survey B. Pelintas/ Gorong2 25 Bangunan/ hr/Tim
Olah Data
Evaluasi Data dan Analisis Data
Upload Data
SEMESTER II (sampai dengan akhir November)
1 Survai Ketidakrataan (Alat Magaru) = 3543,56 KM
Survey Lapangan 100 km/ Hari
Olah Data 100 km/hari/ orang (IRI)
Evaluasi Data dan Analisis Data
Upload Data
2 Survei Ketidakrataan (Alat Roughometer) = 787,86 KM
Survey Lapangan
Olah Data
Evaluasi Data dan Analisis Data
Upload Data
3 Survei Kondisi Lereng (Sebagian) = 75 Titik
Survey Lapangan
Olah Data
Evaluasi Data dan Analisis Data
Upload Data
4 Survei Lalu Lintas (7 x 24 jam) = 80 ruas jalan)
Survey Lapangan
Olah Data
Evaluasi Data
Upload Data
Validasi dan Verifikasi Mutu Data
Validasi Data (Audit oleh Pengguna Jasa)
Verifikasi Data (Audit oleh Direktorat)
Audit oleh Direktorat
Manual dan Rencana
1 Rencana Manajemen Lalu lIntas
DOKUMEN PENAWARAN
2 Rencana Mutu Kontrak TEKNIS
3 RMK3L
PAKET SURVEY KONDISI JALAN, LERENG DAN JEMBATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN
Data dan Laporan
2
D -
2 Laporan Pendahuluan
3 Laporan Kemajuan Bulanan (Progress)
4 Laporan Hasil Survey
Jl. Rajabasa Raya Blok A No.2 Perumnas Way Halim, PT. IRAYA KONSULTAN
Way Halim, Bandar Lampung Telp./Fax. : 0721-705397
E.3.1. Organisasi
E.3.2.
Personil
Tenaga yang digunakan konsultan dalam pekerjaan Survei Kondisi Jalan, Lereng
dan Jembatan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut :
a. Tenaga Ahli
1) Ketua Tim : 1 orang
2) Ahli Geodesi : 1 orang
3) Ahli Teknik Jalan Muda : 1 orang
4) Ahli Teknik Jembatan
Ahli Jembatan Madya (Office) : 1 orang
Ahli Jembatan Muda 1 (Lapangan) : 1 orang
Ahli Jembatan Muda 2 (Lapangan) : 1 orang
5) Ahli Geoteknik
Ahli Geoteknik Madya (Office) : 1 orang
Ahli Geoteknik Muda 1 (Lapangan) : 1 orang
Ahli Geoteknik Muda 2 (Lpaangan) : 1 orang
6) Ahli Geologi
Ahli Geologi Muda 1 (Lapangan) : 1 orang
Ahli Geologi Muda 2 (Lapangan) : 1 orang
7) Ahli Teknik Lalu Lintas : 1 orang
8) Ahli K3 Konstruksi Muda : 1 orang
c. Tenaga Pendukung
1) Surveyor/ Tenaga Pendukung
2) Analis Data
3) Opertor Komputer
4) Sekretaris
5) Office Boy
6) Supir
Tugasnya adalah :
1) Mempersiapkan posisi geografis titik referensi untuk setiap
survei jalan dan jembatan;
Tugasnya adalah :
1. Melakukan kalibrasi dan ujicoba peralatan survei
khusunya terkait dengan pengumpulan data
ketidakrataan (IRI), kondisi, drainase, dan Lendutan ;
2. Melaksanakan kompilasi data dan melaksanakan
validasi data mandiri
3. Mengkoordinasikan tim pelaksana survei terkait survei
Ketidakrataan dan Lendutan
4. Melakukan pengolahan data sesuai spesifikasi data
yang dipersyaratakan;
Tugasnya adalah:
1) Membantu mengkoordinasikan tim
pelaksana survei terkait Inspeksi Jembatan
2) Melaksanakan kompilasi data dan
melaksanakan validasi data tim lapangan
3) Melakukan pengolahan data sesuai
spesifikasi data yang dipersyaratakan
Tugasnya adalah :
1) Validasi hasil inventarisasi, inspeksi
berkala, analisis risiko dan mitigasi risiko
lereng jalan.
2) Melakukan penilaian tingkat risiko lereng
jalan berdasarkan pemeringkatan nilai
bahaya dan konsekuensi lereng jalan yang
telah disurvey;
3) Membuat peta tingkat risiko lereng jalan;
4) Menyusun pelaporan;
Tugasnya adalah :
1) Melakukan ujicoba peralatan survei khususnya terkait
dengan Inspeksi Jembatan;
2) Mengkoordinasikan tim pelaksana survei terkait
Inspeksi Jembatan
3) Melaksanakan kompilasi data dan melaksanakan
validasi data mandiri
4) Melakukan pengolahan data sesuai spesifikasi data
yang dipersyaratakan.
Tugasnya adalah :
1) Melakukan kalibrasi dan ujicoba peralatan serta
fomulir survei;
2) Memberikan pengarahan pada asisten pelaksana
inventarisasi dan inspeksi berkala:
3) Melakukan koordinasi lapangan;
4) Melakukan prosedur inventarisasi lereng jalandimulai
dengan penentuan lokasi inventarisasi, pengumpulan
dan pengkajian data sekunder, persiapan alat,
pelaksanaan dan pengisian formulir inventarisasi.
KET :