KOTA MATARAM
Oleh :
Pedestrian di Indonesia sering kali mendapatkan permasalahan yang sama di wilayah dan
kota-kota besar dari tahun ke tahun (Kementrian Perhubungan Indonesia, 2012). Masalah yang
sering timbul ini biasanya terjadi karena karakteristik masyarakatnya yang lalai dan
menyalahgunakan fasilitas pedestrian sebagai tempat berjualan dan tempat parkir yang tidak
sesuai dengan dasar hukum pada Peraturan Daerah No.10 Tahun 2015 Tentang Pedagang Kaki
Lima dan Peraturan Walikota Mataram No. 09 Tahun 2016 Tentang Pengelolahan Parkir.
Kota Mataram merupakan salah satu dari beberapa kota dengan masalah pedestrian yang
masih disalahgunakan oleh masyarakatnya (survey primer, 2022), salah satunya berada di
sepanjang koridor pedestrian Jalan Majapahit, Kelurahan Kekalik Jaya, Kecematan Sekarbela,
Kota Mataram Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan data pada Profil Jalan Nasional NTB Tahun
2019, Jalan Majapahit merupakan salah satu Jalan Provinsi di Kota Mataram. Jalan ini menjadi
salah satu kawasan yang padat lalu lintas dan pergerakan di Kota Mataram (Dinas Perhubungan
Kota Mataram, 2022). Kepadatan ini juga dipengaruhi karena Jalan Majapahit dipenuhi dengan
sarana Perkantoran, Pendidikan, Perdagangan dan Jasa, Industry dan Sarana Kesehatan yang
merupakan kawasan potensional di Kota Mataram (Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 5
Tahun 2019 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah).
Permasalahan pada lokasi studi kawasan jalan majapahit yaitu terdapat parkir, pedagang
kaki lima, lebar jalur pejalan kaki yang masih tidak sesuai, dan kurangnya fasilitas pelengkap.
Berdasarkan hasil survey primer tahun 2022, Penyalahgunaan fasilitas kota ini dapat
menimbulkan masalah lainnya seperti kurangnya keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki
dan juga dapat mengurangi keindahan kota yang tidak sesuai dengan dasar hukum pada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2014. Permasalahan tersebut menjadikan
pedestrian terasa kurang nyaman, aman, serta tidak mendukung keindahan Kota Mataram yang
tidak sesuai dengan standar pada PERMEN PU No. 03 Tahun 2014. Berdasarkan Peraturan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas menjelaskan, tidak boleh ada aktivitas
parkir di jalan provinsi dan jalan nasional.
Berdasarkan permasalahan yang terdapat di jalur pedestrian Majapahit ini, peneliti akan
meneliti lebih jauh tentang kinerja jalur pedestrian yang dikaji pada penelitian saat ini dengan
judul : “EVALUASI KINERJA PEJALAN KAKI DI JALAN MAJAPAHIT KOTA
MATARAM”.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat dibuatlah
rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain seperti dibawah ini.
1. Bagaimana kondisi kinerja pelayanan jalur pedestrian jalan bagi pejalan kaki yang
berada di sepanjang Jalan Majapahit Mataram?
1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, tujuan dari penelitian yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Diharapkan hasil dari penelitian ini bisa menjadi masukan bagi pemerintah untuk
lebih memerhatikan pelayanan penggunaan pedestrian yang sesuai standar.
2. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian ilmu
teknik perencanaan wilayah dan kota.
3. Diharapkan juga dapat membantu masayarakat untuk dapat lebih nyaman dan aman
dalam menggunakan pedestrian
4. Diharapkan penelitian ini dapat membantu peneliti mengkaji dan memahami
kekurangan ataupun kinerja suatu fasilitas dan infrastuktur kota lebih baik.
Ruang lingkup materi ini menjelaskan terkait Evaluasi Kinerja Pedestrian Di Jalan
Majapahit, Kelurahan Kekalik Jaya, Kota Mataram. Untuk mengetahui kondisi pada kinerja
pedestrian jalan majapahit ini, peneliti menganalisis kinerja operasional dan kinerja
pelayanan pedestrian sesuai dengan standar Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 03
Tahun 2014 tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, Dan Pemanfaatan Prasarana Dan
Sarana Jaringan Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Evaluasi
Evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga (Worth). Sesuatu yang berharga
tersebut dapat berupa informasi mengenai suatu program, produksi serta alternatif prosedur
tertentu. Karenanya evaluasi bukanlah merupakan suatu hal baru dalam kehidupan manusia
karena hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang (Worthen dan Sanders,
1979 : 1). Menurut Gronlund ( 1975 ), Evaluasi adalah suatu proses secara sistematis untuk
menentukan tujuan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan – tujuan dari
pengajaran telah di capai oleh siswa. Secara garis besar dapat di katakan bahwa evaluasi
merupakan pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat di
pandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, serta menyediakan informasi yang
sangat di perlukan untuk membuat alternatif – alternatif keputusan (Purwanto, 2002 ).
Undang Undang RI No. 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, bab XVI
pasal 57 menyatakan bahwa evaluasi di lakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan terhadap
pihak – pihak yang berkepentingan.
2.1.2 Kinerja
a) Pedestrian
Pedestrian juga diartikan sebagai pergerakan atau sirkulasi atau perpindahan
orang atau manusia dari satu tempat ke titik asal (origin) ketempat lain sebagai tujuan
(destination) dengan berjalan kaki (Rubenstein, 1992).
Pedestrian berasal dari bahasa latin, yaitu pedestres yang artinya orang yang
berjalan kaki. Jalur pedestrian pertama kali dikenal pada tahun 6000 SM di Khirokitia,
Cyprus. Pada saat itu pedestrian terbuat dari batu gamping lalu permukaannya
ditinggikan terhadap tanah dan pada interval tertentu dan dibuat ramp untuk menuju ke
kelompok hunian pada kedua sisi-sisinya (Darmawan, 2004).
Pedestrian merupakan sebuah infrastuktur yang ada dalam membangun
perencanaan wilayah. Pedestrian adalah salah satu ruang interaksi social yang dapat
mendukung kenyamanan dan keindahan kota. Infrastuktur juga menjadi penting karna
berhubungan dengan pergerakan kota. Pedestrian juga dapat dijadikan ajang
mempromosikan berbagai hal mulai dari produk jual, iklan tv, dan ide bisnis lainnya.
Bahkan dengan zaman yang mulai maju sekarang pedestrian bahkan dijadikan sebagai
pendukung pariwisata.
Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang terletak pada daerah milik jalan yang
diberi lapisan permukaan dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan
jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan (Direktorat Jenderal
Bina Marga, 1995).
Jalur pedestrian yang baik harus dapat menampung setiap kegiatan pejalan kaki
dengan lancar dan aman. Persyaratan ini perlu dipertimbangkan di dalam perancangan
jalur pedestrian. Agar dapat menyediakan jalur pedestrian yang dapat menampung
kebutuhan kegiatan-kegiatan tersebut maka perancang perlu mengetahui kategori
perjalanan para pejalan kaki dan jenis-jenis titik simpul yang ada dan menarik bagi
pejalan kaki. Menurut Murtomo dan Aniaty (1991) jalur pedestrian di kota-kota besar
mempunyai fungsi terhadap perkembangan kehidupan kota, antara lain adalah:
1. Pedestrianisasi dapat menumbuhkan aktivitas yang sehat sehingga
mengurangi kerawanan kriminalitas
2. Pedestrianisasi dapat merangsang berbagai kegiatan ekonomi sehingga
akan berkembang kawasan bisnis yang menarik
3. Pedestrianisasi sangat menguntungkan sebagai ajang kegiatan promosi,
pameran, periklanan, kampanye dan lain sebagainya
4. Pedestrianisasi dapat menarik bagi kegiatan sosial, perkembangan jiwa
dan spiritual
5. Pedestrianisasi mampu menghadirkan suasana dan lingkungan yang
spesifik, unik dan dinamis di lingkungan pusat kota
6. Pedestrianisasi berdampak pula terhadap upaya penurunan tingkat
pencemaran udara dan suara karena berkurangnya kendaraan bermotor
yang lewat
b) Pelayanan Publik
Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik,
menyebutkan yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang- undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan
atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan public.
Pelayanan Publik Menurut Kurniawan (2005) Adalah Kegiatan Yang Dilakukan
Oleh Seseorang Atau Sekelompok Orang Dengan Landasan Faktor Material Melalui
Sistem, Prosedur Dan Metode Tertentu Dalam Usaha Memenuhi Kepentingan
Oranglain Sesuai Dengan Haknya. Pemberian Pelayanan Publik Oleh Aperatur
Pemerintah Kepada Masyarakat Sebenarnya Merupakan Implikasi Dari Fungsi Aparat
Negara Sebagai Sebagai Pelayan Masyarakat.
Pelayanan Publik menurut Sinambela dkk (2010) adalah sebagai setiap kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap
kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan
kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.
c) Pejalan Kaki
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2014, Pasal 1
menyatakan bahwa Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di ruang lalu lintas
jalan.
Menurut Pratama (2014) pejalan kaki adalah istilah dalam transportasi yang
digunakan untuk menjelaskan orang yang berjalan di lintasan pejalan kaki baik
dipinggir jalan, trotoar, lintasan khusus bagi pejalan kaki ataupun menyeberang jalan.
Menurut Purnama (2010) pejalan kaki adalah moda angkutan yang berperan
besar dalam sistem angkutan di perkotaan, pejalan kaki memberikan manfaat penting
terhadap peningkatan kualitas jalan, menghidupkan perekonomian kawasan, penigkatan
kualitas lingkungan,dan peningkatan sosial.
Pejalan kaki merupakan suatu aktivitas yang dilakukan manusia. Pejalan kaki
merupakan sekumpulan manusia yang berajalan atau berpergian tanpa menggunakan
moda transportasi. Pejalan kaki juga bisa dikatakan sebagai karakteristik yang
dilakukan manusia untuk sekedar memulai hari ataupun berkegiatan dengan jarak
dekat.
d) Pedagang dan Perdagangan
Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 10 Tahun 2015, Pasal 1 menyatakan
bahwa pedagang kaki lima yang selanjutnya di singkat PKL adalah pelaku usaha yang
melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak maupun
tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas social, fasilitas umum, lahan dan
bangunan milik pemerintah dan/atau sewasta yang bersifat sementara/tidak menetap.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pedagang adalah seseorang yang
pekerjaannya adalah berdagang. kamus Ekonomi pedagang adalah seseorang atau
lembaga yang membeli dan menjual barang kembali tanpa mengubah bentuk dan
tanggung jawab sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Menurut Marwati Djoened (1993), Perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang
mengaitkan antara para produsen dan konsumen. Sebagai kegiatan distribusi,
perdagangan menjamin peredaran, penyebaran, dan penyediaan barang melalui
mekanisme pasar.
Perdagang atau perdagangan adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang
dilakuakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari. Pedagang
merupakan sebutan yang biasa digunakan untuk orang yang menjual barang kepada
orang lain, sedangkan perdagangan merupakan kegiatan jual dan beli untuk
mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
Menurut Damsar (2002) Pedagang Kaki Lima (Sektor Informal) adalah mereka
yang melakukan kegiatan usaha dagang perorangan atau kelompok yang dalam
menjalankan usahanya menggunakan tempat-tempat fasilitas umum, seperti terotoar,
pinggir- pingir jalan umum, dan lain sebagainya.
e) Parkir
Peraturan Walikota Mataram Nomor 9 Tahun 2016, pasal 1 menyatakan bahwa
Tempat parkir umum adalah tempat parkir yang berada di tepi jalan yang tidak
bertentangan dengan rambu-rambu lalu lintas dan tempat-tempat lain yang sejenis yang
diperbolehkan untuk tempat parkir umum dan dipergun akan untuk menaruh kendaraan
bermotor dan/atau tidak bermotor yang tidak bersifat sementara.
Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat (1996), parkir merupakan keadaan
tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara sedangkan berhenti adalah
kendaraan tidak bergerak untuk sementara dengan pengemudi tidak meninggalkan
kendaraan.
Menurut Undang-Undang Lalu Lintas nomor 22 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 15,
parkir adalah keadaan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan
ditinggalkan pengemudinya.
Parkir adalah suatu aktivitas yang dilakukan pengemudi untuk memberhentikan
atau menyimpan kendaraan di area tertentu. System parkir di Indonesia sendiri sudah
ada sejak tahun 1950-an, dan sudah ada para pengelolah parkir yang tumbuh secara
alamiah.
Tabel. 01
Penelitian Terdahulu
Penggunaan
Lokasi Perbedaan
No Nama Judul Tujuan Variable Metode Hasil Studi Studi
Studi Studi
Terdahulu
1. Firman Analisis Daerah Untuk Menggunaka Jurnal ini Dari hasil analilis Penggunaan Perbedaan
Prayogi, Kinerja Dan istimewa mempermud n variable menggunakan kinerja dan tingkat tingkat studi bisa
Sigit Tingkat Yogyakar ah para penelitian metode pelayanan jalur kepuasan karna
Priyanto, Pelayanan ta penumpang Importance penelitian pejalan kaki yang konsumen lokasi dan
Imam KRL stasiun Performance Importance lebih mendapatakan pada fasilitas teknik
Fasilitas
Muthohar saat keluar Analysis Performance penangan khusus dan jalur mengelolah
Pejalan Kaki
(2020) dari stasiun (IPA) Analysis adalah trotoar di pedestrian. data.
Di Kawasan
untuk (IPA) kedua sisi jalan.
Stasiun Karet
mengakomo Trotoar yang berada
dasi disisi utara di
pergerakan tetapkan sebagai
mereka pelayanan dengan
menuju predikat level “C”
transportasi yang berarti tidak
public tersedia ruang bagi
lainnya pejalan kaki yang
bergerak lambat.
Sedangkan sisi timur
ditetapkan level “E”
yang artinya hampir
tidak ada ruang untuk
pejalan kaki untuk
bergerak.
Hasil analisis
kebutuhan fasilitas
penyebrangan,
membutuhkan
perbaikan dan
peningkatan fasilitas
penyebrangan pejalan
kaki menjadi fasilitas
penyebrangan tidak
sebidang.
2. Helanda Evaluasi Sidoarjo, Tujuannya Variable yg Metode 1.Berdasarkan hasil Negasari, Perbedaann
Kresna Kinerja Jalur Jawa adalah digunakan penelitian dari kinerja oktiviantia, yang
Fresdatama Pejalan Kaki Barat untuk menjadi dua menggunakan operasional terkait oshi. 2014. terjadi
,Budi Kawasan meningkatk yaitu untuk teknik kondisi ruang jalur Penataan Jalur adalah
Sugiarto Alun – Alun an kinerja mengidentifi kuisioner. pejalan kaki, kondisi Pejalan Kaki perbedaan
Waloejo, Sidoarjo jalur pejalan kasi kinerja beberapa segmen Berdasarkan lokasi dan
Imma kaki. operasional masih tidak sesuai persepsi dan hasil
Widyawati dan kinerja dengan standar atau penelitian.
Perilaku
Agustin pelayanan. peraturan.
Pejalan Kaki
(2021) Setelah
2. Berdasarkan hasil di Kawasan
mendapatkan
dari kinerja Pusat Kota
nilai tersebut
operasional terkait Malang (Studi
dilanjutkan
analisa ruang jalur Kasus: Jalan
untuk
pejalan kaki rata-rata Semeru, Jalan
mendapatkan
hanya 4 karakteristik Kahuripan,
rekomendasi
yang sesuai dari 10 Jalan Tugu,
metode QFD.
karakteristik yang Jalan
diteliti. Berdasarkan Kertanegara).
hasil penelitian Universitas
kinerja operasional Brawijaya
dibagi menjadi Los of
Service wilayah studi
didominasi oleh
tingkat pelayanan A,
kecuali segmen 3b
dan 4b weekend.
3. Berdasarkan hasil
penelitain kinerja
pelayanan dari 13
subvariabel yang
masingmasing
segmen yang masuk
ke dalam true
customer needs
berbeda-beda
hasilnya. Segmen 1a
terdapat 9 sub
variabel, segmen 1b
terdapat 7 sub
variabel, segmen 2a
terdapat 8 sub
variabel, segmen 2b
terdapat 8 sub
variabel, segmen 3a
terdapat 8 sub
variabel, segmen 3b
terdapat 8 sub
variabel, segmen 4
zona 1 terdapat 7 sub
variabel, dan segmen
4 zona 2 terdapat 7
sub variabel.
3. Ela Puspita Analisis Jalan Tujuan Variable Metode 1. Kesesuain rotoar Hidayat. Perbedaann
Sari, tingkat Kranggan pembangun merupakan penelitian terhadap standar Nursyamsu. 2 ya dengan
Theresia pelayanan Kota an kesesuaian yang teknis menurut Desember study yang
MCA jalur Surabaya pendestrian trotoar digunakan DPU.011/T/Bt/1995. 2016. Analisis saya
(2020) pedestrian di itu selain terhadap adalah metode lebar trotoar Tingkat lakukan
jalan untuk standar Survei traffic seharusnya 2.00 m Pelayanan adalah
kranggan kota menjaga teknis, counting sedangkan lebar Fasilitas studi ini
surabaya kenyamanan tingkat dengan trotoar yang ada Jalan Pejalan kaki. menganalis
pejalan kaki pelayanan melakukan Kranggan hanya 1.30 is tingkat
sekaligus trotoar penelitian m. Dari sini dapat pelayanan
untuk terhadap langsung di disimpulkan bahwa jalur
membenahi volume lokasi lebar trotoar belum pedestrian
saluran air. kecepatan, sesuai dengan standar dengan
survei.
kepadatan, teknis. aspek-
dan pejalan aspek
2. Berdasarkan
kaki di pelayanan
besarnya arus dan
daerah
tersebut, besarnya ruang lainnya.
serta pejalan kaki untuk
hubungan pejalan kaki pada
antara interval 15 menitan
variabel pada trotoar tersebut,
kecepatan, maka tingkat
kepadatan, pelayanan jalur
arus, dan pejalan kaki di Jalan
ruang gerak Kranggan, Kota
pejalan kaki. Surabaya termasuk
dalam kategori
tingkat pelayanan
“E“. Hubungan
antara variabel
kecepatan,
DEFINISI PEDESTRIAN:
Pedestrian juga diartikan sebagai pergerakan atau sirkulasi atau
perpindahan orang atau manusia dari satu tempat ke titik asal
(origin) ketempat lain sebagai tujuan (destination) dengan
berjalan kaki (Rubenstein, 1992).
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitan ini berada Di Jalan Majapahit, Kelurahan Kekalik Jaya. Jalan
majapahit merupakan jalan provinsi yang memiliki panjang ruas jalan sekitar 3,05 km
dengan lebar jalan yaitu 2x6 Meter (Ruas Jalan Kewenangan Provinsi NTB). Kelurahan
Kekalik Jaya merupakan pemekaran dari Kelurahan Tanjung Karang. Berikut merupakan
batas wilayah Jalan Majapahit, kelurahan kekalik jaya:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Taman Sari,Dasan Agung Baru,
Gomong dan Punia
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Karang Pule dan Tanjung Karang
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Pagesangan Timur
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Karang Permai
Gambar. 01
Peta lokasi
2. Waktu penelitian
Waktu yang digunakan untuk peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal
dikeluarkannya surat ijin meneliti pada tanggal 1 oktober dan akan dilakukan sekitar 1
(satu) bulan pengumpulan data, dan 1 (satu) bulan pengelolahan data yang meliputi
penyajian dalam bentuk skripsi dan proses bimbingan berlangsung.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode
penelitian kuantitaif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis,
terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya.
Metode penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2018;13) data kuantitatif merupakan metode
penelitian yang berlandaskan positivistic (data konkrit), data penelitian berupa angka-angka yang
akan diukur menggunakan statistik sebagai alat uji penghitungan, berkaitan dengan masalah yang
diteliti untuk menghasilkan suatu kesimpulan.
Menurut Sugiyono (2014:21) metode analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi.
Jenis penelitian Evaluasi Kinerja Pedestrian Di Jalan Majapahit Kota Mataram ini
menggunakan jenis penelitian kuantitaif dan penelitian deskriptif karena penlitian ini bersifat
factual berdasarkan data yang ada untuk memcahkan masalah yang terjadi pada ruas jalan studi
kasus.
Tabel. 02
Variable Penelitian
Kepadatan 2009
Negasari.2014
Ruang pejalan kaki
2. Kinerja Safety Tinggi jalur pejalan kaki Peraturan
pelayanan (keselamatan) Ketersediaan Menteri
marka/signage Pekerjaan
Convenience Jalur pejalan kaki bebas Umum nomor 3
(kondisi dari PKL atau parkir tahun 2014
menyenangkan) Jalur pejalan kaki bebas Anggraeni.
yang mengganggu
pergerakan
Comfort Keberadaan
(kenyamanan) shelter/tempat berteduh
Kondisi tempat sampah
Kondisi tempat duduk
Attractiveness Kondisi lampu
(daya tarik) penerangan
1. Populasi
Suharsimi Arikunto (2006:130) menyatakan populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau
sensus. Subyek penelitian adalah tempat variabel melekat.
Populasi penelitian ditentukan dengan menggunakan survey traffic counting yaitu
populasi jumlah pejalan kaki pada waktu tertinggi. Jumlah populasi yang didapatkan pada
survey adalah sekitar 258 pejalan kaki.
2. Sample
Menurut Mardalis (2009:55) sampel adalah contoh, yaitu sebagian dari seluruh
individu yang menjadi objek penelitian.
Sample yang digunakan adalah simple random sampling, Menurut Sugiyono
(2017) Simple Random Sampling adalah pengambilan anggot sampel dari populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Menurut Aloysius Rangga Aditya Nalendra, dkk. (2021:27-28), Rumus Slovin
adalah formula untuk menghitung jumlah sampel minimal jika perilaku sebuah populasi
belum diketahui secara pasti. Jumlah populasi pejalan kaki sudah diketahui sehingga
penelitian ini akan menggunakan Rumus Slovin untuk mendapatkan sampel yang
digunakan. Total dari samplenya 358 dibagi menjadi 2 segmen penelitian yaitu
179(Segmen A) dan 179(Segmen B).
Menurut Sugiyono (2018:456) Data primer yaitu sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti
langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Data yang
dibutuhkan dalam penelitian adalah :
1) Kinerja operasional
a) Data arus pejalan kaki
b) Data kecepatan pejalan kaki
c) Data kepadatan pejalan kaki
d) Data ruang pejalan kaki
2) Kinerja pelayanan
a) Tinggi jalur pejalan kaki
b) Ketersediaan marka/signage
c) Jalur pejalan kaki bebas dari PKL atau parkir
d) Jalur pejalan kaki bebas dari peletakkan fasilitas yang mengganggu
pergerakan
e) Keberadaan shelter/tempat berteduh
f) Kondisi tempat sampah
g) Kondisi tempat duduk
h) Kondisi lampu penerangan
Metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu metode yang bertujuan untuk
membuat gambar atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif yang menggunakan
angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dan
hasilnya (Arikunto, 2006).
Keterangan:
S = Ruang Pejalan Kaki (M²/Org )
D = Kepadatan (Org/M²)
Q = Arus (Org/M/Mnt)
Vs = Kecepatan Rata-Rata Ruang (M/Mnt)
Tabel. 05
Desain Survey
Cara
Data yang Sumber Instansi Metode
No Tujuan variable Sub variasi pengumpulan output
diperlukan data terdekat analisis
data
1. Untuk Kinerja Geometri Jarak minimum Data - Survey primer Analisis data Dapat
jalur pejalan kaki survey
Mengetahui operasioan jalur pejalan (obervasi) menggunakan diketaui
dengan bangunan
kinerja atau al kaki Jenis material L.O.S (Level of evaluasi
pelayanan Level of Arus pejalan kaki Data - services) kinerja
jalur service Kecepatan rata- survey operasional
rata
pedestrian pejalan kaki Kepadatan pedestrian.
Ruang pejalan
kaki
Kinerja Safety Tinggi jalur Data - Survey primer Analisis data Dapat
pelayanan (keselamatan) pejalan kaki survey (observasi) menggunakan diketaui
Ketersediaan analisis kano evaluasi
marka/signage dan analisis kinerja
Convenience Jalur pejalan kaki Data - QFD (Quality pelayanan
bebas dari PKL survey Function pedestrian.
(kondisi
atau parkir
menyenangka Jalur pejalan kaki
n) bebas dari Development)
peletakkan
fasilitas yang
mengganggu
pergerakan
Comfort Keberadaan Data -
shelter/tempat
(kenyamanan) survey
berteduh
Kondisi tempat
sampah
Kondisi tempat
duduk
Attractiveness Kondisi lampu Data -
(daya tarik) penerangan survey
DAFTAR PUSTAKA
Anggriani, N. 2009. Pedestrian Ways dalam Perancangan Kota. Klaten. Yayasan Humaniora.
Dharmawan, Doddy. 2004. Mengamati Peran Pedestrian dalam Kehidupan Sosial Ekonomi
Masyarakat Studi Kasus: Daerah Sudirman-Thamrin Jakarta. Jurnal Nalars, Vol
3, Januari, hal 76-95.
Dinas Perhubungan Kab. Kotawaringin Barat. 2022. Perbedaan Rambu Dilarang Stop/Berhenti
dan Dilarang Parkir Tahun 2022. Kalimantan Tengah: Dinas Perhubungan
Kabupaten Kotawaringin Barat.
Dinas Perhubungan Provinsi NTB. 2020. Pentingnya Jalur Pedestrian tahun 2020. Mataram:
Dinas Perhubungan Provinsi NTB.
Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Teknik. 1995. Manual Pemeliharaan Rutin
untuk Jalan Nasional dan Jalan Provinsi Jilid II No.002/T/Bt/1995. Departemen
Pekerjaan Umum.
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional Indonesia
VI. Jakarta: Balai Pustaka.
Murtomo dan Aniaty, 1991 dalam Muslihun, M. 2013. Studi Kenyamanan Pejalan Kaki
Terhadap Pemanfaatan Jalur Pedestrian Di Jalan Protokol Kota
Semarang.Universitas Negeri Semarang.
Putra, Sucipta., Purbanto, Gst, Raka., Negara, Nym, Widana. 2013. Analisis Tingkat Pelayanan
Fasilitas Pejalan Kaki (Studi kasus: Jalan Diponogoro di Depan Mall Ramayana).
Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastrukstur Teknik Sipil Volume 2 Nomor 2.
Rubenstein, Harvey M. 1992. Pedestrian Malls, Streetscapes, And Urban Scapes. New York:
John Wiley & Sons, Inc.
Sedayu, Agung. 2018. Pendekatan QFD Menggunakan Respon Teknis Untuk Peningkatan
Pelayanan Terminal: Studi Kasus Terminal Tlogomas Kota Malang. Jurnal
Penelitian Transportasi Darat, Volume 20, Nomor 2, Desember 2018 halaman 65-
74.
UU Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 15. 2009. Keadaan Berhenti atau Tidak
Bergerak Untuk Beberapa Saat dan Ditinggalkan Pengemudinya tahun 2009.
Jakarta: DPR RI.
UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. 2009. Pelayanan public tahun 2009. Jakarta :
DPR RI
3.9 Kerangka Analisis
Analisi Kinerja
Palayanan Dengan
Metode Kano