Anda di halaman 1dari 32

EVALUASI KINERJA PEDESTRIAN DI JALAN MAJAPAHIT

KOTA MATARAM

Oleh :

NUR INAYAH FATHIYAH


2019D1C021

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Rubenstein (1992), pedestrian diartikan sebagai suatu pergerakan dan


perpindahan manusia dari titik satu ke titik lainnya sebegai tujuan dengan berjalan kaki. Trotoar
adalah jalur pejalan kaki yang terletak pada daerah milik jalan yang diberi lapisan permukaan
dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar
dengan jalur lalu lintas kendaraan (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1995). Trotoar adalah jalur
pejalan kaki yang terletak pada daerah milik jalan yang diberi lapisan permukaan dengan elevasi
yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu
lintas kendaraan (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1995).

Pedestrian di Indonesia sering kali mendapatkan permasalahan yang sama di wilayah dan
kota-kota besar dari tahun ke tahun (Kementrian Perhubungan Indonesia, 2012). Masalah yang
sering timbul ini biasanya terjadi karena karakteristik masyarakatnya yang lalai dan
menyalahgunakan fasilitas pedestrian sebagai tempat berjualan dan tempat parkir yang tidak
sesuai dengan dasar hukum pada Peraturan Daerah No.10 Tahun 2015 Tentang Pedagang Kaki
Lima dan Peraturan Walikota Mataram No. 09 Tahun 2016 Tentang Pengelolahan Parkir.

Kota Mataram merupakan salah satu dari beberapa kota dengan masalah pedestrian yang
masih disalahgunakan oleh masyarakatnya (survey primer, 2022), salah satunya berada di
sepanjang koridor pedestrian Jalan Majapahit, Kelurahan Kekalik Jaya, Kecematan Sekarbela,
Kota Mataram Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan data pada Profil Jalan Nasional NTB Tahun
2019, Jalan Majapahit merupakan salah satu Jalan Provinsi di Kota Mataram. Jalan ini menjadi
salah satu kawasan yang padat lalu lintas dan pergerakan di Kota Mataram (Dinas Perhubungan
Kota Mataram, 2022). Kepadatan ini juga dipengaruhi karena Jalan Majapahit dipenuhi dengan
sarana Perkantoran, Pendidikan, Perdagangan dan Jasa, Industry dan Sarana Kesehatan yang
merupakan kawasan potensional di Kota Mataram (Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 5
Tahun 2019 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah).
Permasalahan pada lokasi studi kawasan jalan majapahit yaitu terdapat parkir, pedagang
kaki lima, lebar jalur pejalan kaki yang masih tidak sesuai, dan kurangnya fasilitas pelengkap.
Berdasarkan hasil survey primer tahun 2022, Penyalahgunaan fasilitas kota ini dapat
menimbulkan masalah lainnya seperti kurangnya keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki
dan juga dapat mengurangi keindahan kota yang tidak sesuai dengan dasar hukum pada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2014. Permasalahan tersebut menjadikan
pedestrian terasa kurang nyaman, aman, serta tidak mendukung keindahan Kota Mataram yang
tidak sesuai dengan standar pada PERMEN PU No. 03 Tahun 2014. Berdasarkan Peraturan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas menjelaskan, tidak boleh ada aktivitas
parkir di jalan provinsi dan jalan nasional.

Berdasarkan permasalahan yang terdapat di jalur pedestrian Majapahit ini, peneliti akan
meneliti lebih jauh tentang kinerja jalur pedestrian yang dikaji pada penelitian saat ini dengan
judul : “EVALUASI KINERJA PEJALAN KAKI DI JALAN MAJAPAHIT KOTA
MATARAM”.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Penyalahgunaan fasilitas pedestrtian sebagai lapak dagang dan parkir (laelatunni'am,


2022)
2. Menurunya kinerja pelayanan pedestrian yang mengakibatkan hilangnya keamanan
dan keamana bagi pejalan kaki serta menurunkan daya tarik keindahan kota.
(Nirkomala, 2022)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat dibuatlah
rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain seperti dibawah ini.

1. Bagaimana kondisi kinerja pelayanan jalur pedestrian jalan bagi pejalan kaki yang
berada di sepanjang Jalan Majapahit Mataram?
1.4 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, tujuan dari penelitian yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Untuk Mengetahui Kinerja Pelayannan Jalur Pedestrian Jalan Majapahit sesuai


dengan standar yang baik.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diharapkan dari penulisan penelitian ini adalah:

1. Diharapkan hasil dari penelitian ini bisa menjadi masukan bagi pemerintah untuk
lebih memerhatikan pelayanan penggunaan pedestrian yang sesuai standar.
2. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian ilmu
teknik perencanaan wilayah dan kota.
3. Diharapkan juga dapat membantu masayarakat untuk dapat lebih nyaman dan aman
dalam menggunakan pedestrian
4. Diharapkan penelitian ini dapat membantu peneliti mengkaji dan memahami
kekurangan ataupun kinerja suatu fasilitas dan infrastuktur kota lebih baik.

1.6 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi ini menjelaskan terkait Evaluasi Kinerja Pedestrian Di Jalan
Majapahit, Kelurahan Kekalik Jaya, Kota Mataram. Untuk mengetahui kondisi pada kinerja
pedestrian jalan majapahit ini, peneliti menganalisis kinerja operasional dan kinerja
pelayanan pedestrian sesuai dengan standar Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 03
Tahun 2014 tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, Dan Pemanfaatan Prasarana Dan
Sarana Jaringan Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminologi Judul

2.1.1 Evaluasi

Evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga (Worth). Sesuatu yang  berharga
tersebut dapat berupa informasi mengenai suatu program, produksi serta alternatif prosedur
tertentu. Karenanya evaluasi bukanlah merupakan suatu hal baru dalam kehidupan manusia
karena  hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang (Worthen dan Sanders,
1979 : 1). Menurut Gronlund ( 1975 ), Evaluasi adalah suatu proses secara  sistematis untuk
menentukan tujuan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan – tujuan dari
pengajaran telah di capai oleh siswa. Secara garis besar dapat di katakan bahwa evaluasi
merupakan  pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat di
pandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, serta menyediakan informasi yang
sangat di perlukan untuk membuat alternatif – alternatif keputusan (Purwanto, 2002 ).
Undang Undang RI No. 20 tahun 2003 mengenai  Sistem Pendidikan Nasional, bab XVI
pasal 57 menyatakan bahwa evaluasi di lakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan terhadap
pihak – pihak yang berkepentingan.

2.1.2 Kinerja

Menurut Moeheriono (2012:95), Kinerja atau performance merupakan sebuah


penggambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan
dalam suatu perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja menurut Siswanto (2015:11)
berasal dari kata job performance yang berarti prestasi kerja yang dicapai oleh seseorang
dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut
Menurut Afandi (2018:83) Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan organisasi secara illegal, tidak melanggar
hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika.
2.2 Tinjauan Teori

a) Pedestrian
Pedestrian juga diartikan sebagai pergerakan atau sirkulasi atau perpindahan
orang atau manusia dari satu tempat ke titik asal (origin) ketempat lain sebagai tujuan
(destination) dengan berjalan kaki (Rubenstein, 1992).
Pedestrian berasal dari bahasa latin, yaitu pedestres yang artinya orang yang
berjalan kaki. Jalur pedestrian pertama kali dikenal pada tahun 6000 SM di Khirokitia,
Cyprus. Pada saat itu pedestrian terbuat dari batu gamping lalu permukaannya
ditinggikan terhadap tanah dan pada interval tertentu dan dibuat ramp untuk menuju ke
kelompok hunian pada kedua sisi-sisinya (Darmawan, 2004).
Pedestrian merupakan sebuah infrastuktur yang ada dalam membangun
perencanaan wilayah. Pedestrian adalah salah satu ruang interaksi social yang dapat
mendukung kenyamanan dan keindahan kota. Infrastuktur juga menjadi penting karna
berhubungan dengan pergerakan kota. Pedestrian juga dapat dijadikan ajang
mempromosikan berbagai hal mulai dari produk jual, iklan tv, dan ide bisnis lainnya.
Bahkan dengan zaman yang mulai maju sekarang pedestrian bahkan dijadikan sebagai
pendukung pariwisata.
Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang terletak pada daerah milik jalan yang
diberi lapisan permukaan dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan
jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan (Direktorat Jenderal
Bina Marga, 1995).
Jalur pedestrian yang baik harus dapat menampung setiap kegiatan pejalan kaki
dengan lancar dan aman. Persyaratan ini perlu dipertimbangkan di dalam perancangan
jalur pedestrian. Agar dapat menyediakan jalur pedestrian yang dapat menampung
kebutuhan kegiatan-kegiatan tersebut maka perancang perlu mengetahui kategori
perjalanan para pejalan kaki dan jenis-jenis titik simpul yang ada dan menarik bagi
pejalan kaki. Menurut Murtomo dan Aniaty (1991) jalur pedestrian di kota-kota besar
mempunyai fungsi terhadap perkembangan kehidupan kota, antara lain adalah:
1. Pedestrianisasi dapat menumbuhkan aktivitas yang sehat sehingga
mengurangi kerawanan kriminalitas
2. Pedestrianisasi dapat merangsang berbagai kegiatan ekonomi sehingga
akan berkembang kawasan bisnis yang menarik
3. Pedestrianisasi sangat menguntungkan sebagai ajang kegiatan promosi,
pameran, periklanan, kampanye dan lain sebagainya
4. Pedestrianisasi dapat menarik bagi kegiatan sosial, perkembangan jiwa
dan spiritual
5. Pedestrianisasi mampu menghadirkan suasana dan lingkungan yang
spesifik, unik dan dinamis di lingkungan pusat kota
6. Pedestrianisasi berdampak pula terhadap upaya penurunan tingkat
pencemaran udara dan suara karena berkurangnya kendaraan bermotor
yang lewat
b) Pelayanan Publik
Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik,
menyebutkan yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang- undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan
atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan public.
Pelayanan Publik Menurut Kurniawan (2005) Adalah Kegiatan Yang Dilakukan
Oleh Seseorang Atau Sekelompok Orang Dengan Landasan Faktor Material Melalui
Sistem, Prosedur Dan Metode Tertentu Dalam Usaha Memenuhi Kepentingan
Oranglain Sesuai Dengan Haknya. Pemberian Pelayanan Publik Oleh Aperatur
Pemerintah Kepada Masyarakat Sebenarnya Merupakan Implikasi Dari Fungsi Aparat
Negara Sebagai Sebagai Pelayan Masyarakat.
Pelayanan Publik menurut Sinambela dkk (2010) adalah sebagai setiap kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap
kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan
kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.
c) Pejalan Kaki
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2014, Pasal 1
menyatakan bahwa Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di ruang lalu lintas
jalan.
Menurut Pratama (2014) pejalan kaki adalah istilah dalam transportasi yang
digunakan untuk menjelaskan orang yang berjalan di lintasan pejalan kaki baik
dipinggir jalan, trotoar, lintasan khusus bagi pejalan kaki ataupun menyeberang jalan.
Menurut Purnama (2010) pejalan kaki adalah moda angkutan yang berperan
besar dalam sistem angkutan di perkotaan, pejalan kaki memberikan manfaat penting
terhadap peningkatan kualitas jalan, menghidupkan perekonomian kawasan, penigkatan
kualitas lingkungan,dan peningkatan sosial.
Pejalan kaki merupakan suatu aktivitas yang dilakukan manusia. Pejalan kaki
merupakan sekumpulan manusia yang berajalan atau berpergian tanpa menggunakan
moda transportasi. Pejalan kaki juga bisa dikatakan sebagai karakteristik yang
dilakukan manusia untuk sekedar memulai hari ataupun berkegiatan dengan jarak
dekat.
d) Pedagang dan Perdagangan
Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 10 Tahun 2015, Pasal 1 menyatakan
bahwa pedagang kaki lima yang selanjutnya di singkat PKL adalah pelaku usaha yang
melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak maupun
tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas social, fasilitas umum, lahan dan
bangunan milik pemerintah dan/atau sewasta yang bersifat sementara/tidak menetap.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pedagang adalah seseorang yang
pekerjaannya adalah berdagang. kamus Ekonomi pedagang adalah seseorang atau
lembaga yang membeli dan menjual barang kembali tanpa mengubah bentuk dan
tanggung jawab sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Menurut Marwati Djoened (1993), Perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang
mengaitkan antara para produsen dan konsumen. Sebagai kegiatan distribusi,
perdagangan menjamin peredaran, penyebaran, dan penyediaan barang melalui
mekanisme pasar.
Perdagang atau perdagangan adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang
dilakuakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari. Pedagang
merupakan sebutan yang biasa digunakan untuk orang yang menjual barang kepada
orang lain, sedangkan perdagangan merupakan kegiatan jual dan beli untuk
mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
Menurut Damsar (2002) Pedagang Kaki Lima (Sektor Informal) adalah mereka
yang melakukan kegiatan usaha dagang perorangan atau kelompok yang dalam
menjalankan usahanya menggunakan tempat-tempat fasilitas umum, seperti terotoar,
pinggir- pingir jalan umum, dan lain sebagainya.
e) Parkir
Peraturan Walikota Mataram Nomor 9 Tahun 2016, pasal 1 menyatakan bahwa
Tempat parkir umum adalah tempat parkir yang berada di tepi jalan yang tidak
bertentangan dengan rambu-rambu lalu lintas dan tempat-tempat lain yang sejenis yang
diperbolehkan untuk tempat parkir umum dan dipergun akan untuk menaruh kendaraan
bermotor dan/atau tidak bermotor yang tidak bersifat sementara.
Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat (1996), parkir merupakan keadaan
tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara sedangkan berhenti adalah
kendaraan tidak bergerak untuk sementara dengan pengemudi tidak meninggalkan
kendaraan.
Menurut Undang-Undang Lalu Lintas nomor 22 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 15,
parkir adalah keadaan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan
ditinggalkan pengemudinya.
Parkir adalah suatu aktivitas yang dilakukan pengemudi untuk memberhentikan
atau menyimpan kendaraan di area tertentu. System parkir di Indonesia sendiri sudah
ada sejak tahun 1950-an, dan sudah ada para pengelolah parkir yang tumbuh secara
alamiah.

2.3 Tinjauan Kebijakan

1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2014 Tentang Pedoman


Perencanaan, Penyediaan, Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan
Kaki Di Kawasan Perkotaan
a) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2014, Pasal 1
menyatakan bahwa Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di ruang
lalu lintas jalan.
b) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2014, Pasal 1
menyatakan bahwa Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki adalah
fasilitas yang disediakan di sepanjang jaringan pejalan kaki untuk menjamin
keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki.
2. Peraturan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
a) Peraturan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009, pasal 1 menyatakan
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Lalu Lintas


a) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Lalu Lintas, Pasal 1
menyatakan bahwa Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di Ruang
Lalu Lintas Jalan.
b) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Lalu Lintas, Pasal 93 ayat 1
menyatakan bahwa pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan Pejalan
Kaki.
c) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Lalu Lintas, Pasal 1
menyatakan bahwa Parkir adalah keadaan Kendaraan berhenti atau tidak
bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya.
d) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Lalu Lintas, Pasal 43 ayat 1
menyatakan bahwa Penyediaan fasilitas Parkir untuk umum hanya dapat
diselenggarakan di luar Ruang Milik Jalan sesuai dengan izin yang diberikan.

4. Peraturan Walikota Mataram Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pengelolahan Parkir.


a) Peraturan Walikota Mataram Nomor 9 Tahun 2016, pasal 1 menyatakan
bahwa Tempat parkir umum adalah tempat parkir yang berada di tepi jalan
yang tidak bertentangan dengan rambu-rambu lalu lintas dan tempat-tempat
lain yang sejenis yang diperbolehkan untuk tempat parkir umum dan dipergun
akan untuk menaruh kendaraan bermotor dan/atau tidak bermotor yang tidak
bersifat sementara.
5. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 10 Tahun 2015 Tentang Pedagang Kaki
Lima
a) Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 10 Tahun 2015, Pasal 1 menyatakan
bahwa pedagang kaki lima yang selanjutnya di singkat PKL adalah pelaku
usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha
bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas
social, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah dan/atau sewasta
yang bersifat sementara/tidak menetap.
b) Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 10 Tahun 2015, Pasal 26
menyatakan bahwa PKL wajib memelihara keindahan, ketertiban, keamanan,
kebersihan dan kesehan lingkungan tempat usaha.
c) Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 10 Tahun 2015, Pasal 27
menyatakan bahwa PKL dilarang melakukan kegiatan usahanya diruangan
umum yang tidak ditetapkan untuk lokasi PKL dan diluar waktu berdagang
yang ditelah ditetapkan.
d) Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 10 Tahun 2015, Pasal 27
menyatakan bahwa PKL dilarang merombak, menambah dan mengubah
fungsi serta fasilitas yang ada ditempat atau lokasi usaha PKL yang telah
ditetapkan dan/atau ditentukan oleh walikota atau pejabat yang ditunjuk.
e) Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 10 Tahun 2015, Pasal 27
menyatakan bahwa PKL dilarang melakukan kegiatan usaha dengan cara
merusak dan/atau mengubah bentuk trotoar, fasilitas umum dan/atau
bangunan disekitarnya
f) Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 10 Tahun 2015, Pasal 27
menyatakan bahwa PKL dilarang berdagang ditempat-tempat larangan parkir,
pemberhentian sementara atau trotoar bagi PKL yang kegiatan usahanya
menggunaakan kendaraan.
2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel. 01
Penelitian Terdahulu

Penggunaan
Lokasi Perbedaan
No Nama Judul Tujuan Variable Metode Hasil Studi Studi
Studi Studi
Terdahulu

1. Firman Analisis Daerah Untuk Menggunaka Jurnal ini Dari hasil analilis Penggunaan Perbedaan
Prayogi, Kinerja Dan istimewa mempermud n variable menggunakan kinerja dan tingkat tingkat studi bisa
Sigit Tingkat Yogyakar ah para penelitian metode pelayanan jalur kepuasan karna
Priyanto, Pelayanan ta penumpang Importance penelitian pejalan kaki yang konsumen lokasi dan
Imam KRL stasiun Performance Importance lebih mendapatakan pada fasilitas teknik
Fasilitas
Muthohar saat keluar Analysis Performance penangan khusus dan jalur mengelolah
Pejalan Kaki
(2020) dari stasiun (IPA) Analysis adalah trotoar di pedestrian. data.
Di Kawasan
untuk (IPA) kedua sisi jalan.
Stasiun Karet
mengakomo Trotoar yang berada
dasi disisi utara di
pergerakan tetapkan sebagai
mereka pelayanan dengan
menuju predikat level “C”
transportasi yang berarti tidak
public tersedia ruang bagi
lainnya pejalan kaki yang
bergerak lambat.
Sedangkan sisi timur
ditetapkan level “E”
yang artinya hampir
tidak ada ruang untuk
pejalan kaki untuk
bergerak.

Hasil analisis
kebutuhan fasilitas
penyebrangan,
membutuhkan
perbaikan dan
peningkatan fasilitas
penyebrangan pejalan
kaki menjadi fasilitas
penyebrangan tidak
sebidang.

2. Helanda Evaluasi Sidoarjo, Tujuannya Variable yg Metode 1.Berdasarkan hasil Negasari, Perbedaann
Kresna Kinerja Jalur Jawa adalah digunakan penelitian dari kinerja oktiviantia, yang
Fresdatama Pejalan Kaki Barat untuk menjadi dua menggunakan operasional terkait oshi. 2014. terjadi
,Budi Kawasan meningkatk yaitu untuk teknik kondisi ruang jalur Penataan Jalur adalah
Sugiarto Alun – Alun an kinerja mengidentifi kuisioner. pejalan kaki, kondisi Pejalan Kaki perbedaan
Waloejo, Sidoarjo jalur pejalan kasi kinerja beberapa segmen Berdasarkan lokasi dan
Imma kaki. operasional masih tidak sesuai persepsi dan hasil
Widyawati dan kinerja dengan standar atau penelitian.
Perilaku
Agustin pelayanan. peraturan.
Pejalan Kaki
(2021) Setelah
2. Berdasarkan hasil di Kawasan
mendapatkan
dari kinerja Pusat Kota
nilai tersebut
operasional terkait Malang (Studi
dilanjutkan
analisa ruang jalur Kasus: Jalan
untuk
pejalan kaki rata-rata Semeru, Jalan
mendapatkan
hanya 4 karakteristik Kahuripan,
rekomendasi
yang sesuai dari 10 Jalan Tugu,
metode QFD.
karakteristik yang Jalan
diteliti. Berdasarkan Kertanegara).
hasil penelitian Universitas
kinerja operasional Brawijaya
dibagi menjadi Los of
Service wilayah studi
didominasi oleh
tingkat pelayanan A,
kecuali segmen 3b
dan 4b weekend.

3. Berdasarkan hasil
penelitain kinerja
pelayanan dari 13
subvariabel yang
masingmasing
segmen yang masuk
ke dalam true
customer needs
berbeda-beda
hasilnya. Segmen 1a
terdapat 9 sub
variabel, segmen 1b
terdapat 7 sub
variabel, segmen 2a
terdapat 8 sub
variabel, segmen 2b
terdapat 8 sub
variabel, segmen 3a
terdapat 8 sub
variabel, segmen 3b
terdapat 8 sub
variabel, segmen 4
zona 1 terdapat 7 sub
variabel, dan segmen
4 zona 2 terdapat 7
sub variabel.

3. Ela Puspita Analisis Jalan Tujuan Variable Metode 1. Kesesuain rotoar Hidayat. Perbedaann
Sari, tingkat Kranggan pembangun merupakan penelitian terhadap standar Nursyamsu. 2 ya dengan
Theresia pelayanan Kota an kesesuaian yang teknis menurut Desember study yang
MCA jalur Surabaya pendestrian trotoar digunakan DPU.011/T/Bt/1995. 2016. Analisis saya
(2020) pedestrian di itu selain terhadap adalah metode lebar trotoar Tingkat lakukan
jalan untuk standar Survei traffic seharusnya 2.00 m Pelayanan adalah
kranggan kota menjaga teknis, counting sedangkan lebar Fasilitas studi ini
surabaya kenyamanan tingkat dengan trotoar yang ada Jalan Pejalan kaki. menganalis
pejalan kaki pelayanan melakukan Kranggan hanya 1.30 is tingkat
sekaligus trotoar penelitian m. Dari sini dapat pelayanan
untuk terhadap langsung di disimpulkan bahwa jalur
membenahi volume lokasi lebar trotoar belum pedestrian
saluran air. kecepatan, sesuai dengan standar dengan
survei.
kepadatan, teknis. aspek-
dan pejalan aspek
2. Berdasarkan
kaki di pelayanan
besarnya arus dan
daerah
tersebut, besarnya ruang lainnya.
serta pejalan kaki untuk
hubungan pejalan kaki pada
antara interval 15 menitan
variabel pada trotoar tersebut,
kecepatan, maka tingkat
kepadatan, pelayanan jalur
arus, dan pejalan kaki di Jalan
ruang gerak Kranggan, Kota
pejalan kaki. Surabaya termasuk
dalam kategori
tingkat pelayanan
“E“. Hubungan
antara variabel
kecepatan,

kepadatan, arus, dan


ruang gerak pejalan
kaki di Jalan
Kranggan saling
keterkatian sehingga
membentuk linier.
2.5 Kerangka Teori

EVALUASI KINERJA PEDESTRIAN DI


JALAN MAJAPAHIT KOTA MATARAM

DEFINISI PEDESTRIAN:
Pedestrian juga diartikan sebagai pergerakan atau sirkulasi atau
perpindahan orang atau manusia dari satu tempat ke titik asal
(origin) ketempat lain sebagai tujuan (destination) dengan
berjalan kaki (Rubenstein, 1992).

KINERJA PEJALAN KAKI PEDAGANG DAN PARKIR


PELAYANAN PUBLIK PERDAGANGAN

Pedestrian juga Berdasarkan Undang-Undang Menurut Damsar (2002) Menurut Undang-Undang


diartikan sebagai No. 25 Tahun 2009 Tentang Pedagang Kaki Lima Lalu Lintas nomor 22
pergerakan atau Pelayanan Publik, (Sektor Informal) adalah Tahun 2009 Pasal 1 ayat
sirkulasi atau menyebutkan yang dimaksud 15, parkir adalah keadaan
mereka yang melakukan
dengan pelayanan publik berhenti atau tidak
perpindahan orang kegiatan usaha dagang
adalah kegiatan atau rangkaian bergerak untuk beberapa
atau manusia dari perorangan atau
kegiatan dalam rangka saat dan ditinggalkan
satu tempat ke titik kelompok yang dalam
pemenuhan kebutuhan pengemudinya.
asal (origin) pelayanan sesuai dengan menjalankan usahanya
ketempat lain peraturan perundang- menggunakan tempat-
sebagai tujuan undangan bagi setiap warga tempat fasilitas umum,
(destination) dengan negara dan penduduk atas seperti terotoar,
berjalan kaki barang, jasa, dan atau pinggir- pingir jalan
(Rubenstein, 1992). pelayanan administratif yang umum, dan lain
disediakan oleh penyelenggara sebagainya.
pelayanan public
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitan ini berada Di Jalan Majapahit, Kelurahan Kekalik Jaya. Jalan
majapahit merupakan jalan provinsi yang memiliki panjang ruas jalan sekitar 3,05 km
dengan lebar jalan yaitu 2x6 Meter (Ruas Jalan Kewenangan Provinsi NTB). Kelurahan
Kekalik Jaya merupakan pemekaran dari Kelurahan Tanjung Karang. Berikut merupakan
batas wilayah Jalan Majapahit, kelurahan kekalik jaya:
 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Taman Sari,Dasan Agung Baru,
Gomong dan Punia
 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Karang Pule dan Tanjung Karang
 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Pagesangan Timur
 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Karang Permai
Gambar. 01
Peta lokasi
2. Waktu penelitian
Waktu yang digunakan untuk peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal
dikeluarkannya surat ijin meneliti pada tanggal 1 oktober dan akan dilakukan sekitar 1
(satu) bulan pengumpulan data, dan 1 (satu) bulan pengelolahan data yang meliputi
penyajian dalam bentuk skripsi dan proses bimbingan berlangsung.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode
penelitian kuantitaif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis,
terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya.
Metode penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2018;13) data kuantitatif merupakan metode
penelitian yang berlandaskan positivistic (data konkrit), data penelitian berupa angka-angka yang
akan diukur menggunakan statistik sebagai alat uji penghitungan, berkaitan dengan masalah yang
diteliti untuk menghasilkan suatu kesimpulan.

Menurut Sugiyono (2014:21) metode analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi.

Jenis penelitian Evaluasi Kinerja Pedestrian Di Jalan Majapahit Kota Mataram ini
menggunakan jenis penelitian kuantitaif dan penelitian deskriptif karena penlitian ini bersifat
factual berdasarkan data yang ada untuk memcahkan masalah yang terjadi pada ruas jalan studi
kasus.

3.3 Variable Penelitian

Tabel. 02
Variable Penelitian

No Variable Sub variable Indicator Sumber


1. Kinerja Geometri jalur  Jarak minimum jalur Peraturan
operasioanal pejalan kaki pejalan kaki dengan Menteri
bangunan Pekerjaan
 Jenis material Umum nomor 3
Level of service  Arus pejalan kaki tahun 2014
pejalan kaki  Kecepatan rata-rata Anggraeni.

 Kepadatan 2009
Negasari.2014
 Ruang pejalan kaki
2. Kinerja Safety  Tinggi jalur pejalan kaki Peraturan
pelayanan (keselamatan)  Ketersediaan Menteri
marka/signage Pekerjaan
Convenience  Jalur pejalan kaki bebas Umum nomor 3
(kondisi dari PKL atau parkir tahun 2014
menyenangkan)  Jalur pejalan kaki bebas Anggraeni.

dari peletakkan fasilitas 2009

yang mengganggu
pergerakan
Comfort  Keberadaan
(kenyamanan) shelter/tempat berteduh
 Kondisi tempat sampah
 Kondisi tempat duduk
Attractiveness  Kondisi lampu
(daya tarik) penerangan

3.4 Populasi Dan Sample

1. Populasi
Suharsimi Arikunto (2006:130) menyatakan populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau
sensus. Subyek penelitian adalah tempat variabel melekat.
Populasi penelitian ditentukan dengan menggunakan survey traffic counting yaitu
populasi jumlah pejalan kaki pada waktu tertinggi. Jumlah populasi yang didapatkan pada
survey adalah sekitar 258 pejalan kaki.
2. Sample
Menurut Mardalis (2009:55) sampel adalah contoh, yaitu sebagian dari seluruh
individu yang menjadi objek penelitian.
Sample yang digunakan adalah simple random sampling, Menurut Sugiyono
(2017) Simple Random Sampling adalah pengambilan anggot sampel dari populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Menurut Aloysius Rangga Aditya Nalendra, dkk. (2021:27-28), Rumus Slovin
adalah formula untuk menghitung jumlah sampel minimal jika perilaku sebuah populasi
belum diketahui secara pasti. Jumlah populasi pejalan kaki sudah diketahui sehingga
penelitian ini akan menggunakan Rumus Slovin untuk mendapatkan sampel yang
digunakan. Total dari samplenya 358 dibagi menjadi 2 segmen penelitian yaitu
179(Segmen A) dan 179(Segmen B).

3.5. Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Metode Primer

Menurut Sugiyono (2018:456) Data primer yaitu sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti
langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Data yang
dibutuhkan dalam penelitian adalah :
1) Kinerja operasional
a) Data arus pejalan kaki
b) Data kecepatan pejalan kaki
c) Data kepadatan pejalan kaki
d) Data ruang pejalan kaki
2) Kinerja pelayanan
a) Tinggi jalur pejalan kaki
b) Ketersediaan marka/signage
c) Jalur pejalan kaki bebas dari PKL atau parkir
d) Jalur pejalan kaki bebas dari peletakkan fasilitas yang mengganggu
pergerakan
e) Keberadaan shelter/tempat berteduh
f) Kondisi tempat sampah
g) Kondisi tempat duduk
h) Kondisi lampu penerangan

3.6 Teknik Analisis Data

Metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu metode yang bertujuan untuk
membuat gambar atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif yang menggunakan
angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dan
hasilnya (Arikunto, 2006).

a) Teknik Analisis Kinerja Operasional


Pelayanan jalur pejalan kaki dapat dinilai dari nilai volume, kecepatan, dan
kepadatan. Pelayanan jalur pejalan kaki didapatkan dari menghitung karakteristik
pejalan kaki berdasarkan arus, kecepatan, kepadatan, dan volume. Berikut perhitungan
tersebut menurut dan penentuan tingkatnya (Putra,dkk,2013) :
1. Arus pejalan kaki adalah jumlah pejalan kaki yang melintasi suatu titik
pada penggal trotoar dan diukur dalam satuan pejalan kaki per meter per
menit. Arus pejalan kaki dihitung dengan rumus sebagai berikut :
N
Q=
T
Keterangan:
Q = arus pejalan kaki, (org/m/mnt)
N = jumlah pejalan kaki yang lewat (org/m)
T = waktu pengamatan, (mnt)
2. Kecepatan adalah jarak yang dapat ditempuh oleh pejalan kaki pada suatu
ruas trotoar per satuan waktu tertentu. Rumus yang digunakan untuk
menghitung kecepatan, sebagai berikut :
L
V=
t
Keterangan:
V = kecepatan pejalan kaki. (m/mnt)
L = panjang penggal pengamatan. (m)
t = waktu tempuh pejalan kaki yang lewat segmen pengamatan.(mnt)
3. Kepadatan adalah jumlah pejalan kaki persatuan luas trotoar tertentu.
Rumus yang digunakan untuk menghitung kepadatan, sebagai berikut :
Q
D=
Vs
Keterangan:
D = kepadatan, (org/m²)
Q = arus, (orang/m/mnt)
Vs = kecepatan rata-rata ruang (m/mnt)
4. Ruang Pejalan Kaki adalah luas area ratarata yang tersedia untuk masing-
masing pejalan kaki pada suatu trotoar yang dirumuskan dalam satuan
m2/org. Ruang pejalan kaki dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Vs 1
S= Q = D

Keterangan:
S = Ruang Pejalan Kaki (M²/Org )
D = Kepadatan (Org/M²)
Q = Arus (Org/M/Mnt)
Vs = Kecepatan Rata-Rata Ruang (M/Mnt)

b) Teknik Analisis Kinerja Pelayanan


Menurut Untermann dalam Negasari (2014) kriteria jalur pejalan kaki yang baik
adalah jalur pejalan kaki yang memperhatikan aspek kenyamanan, keamanan, kondisi
menyenangkan, dan juga daya tarik. Penelitian ini juga sesuai dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum nomor 3 tahun 2014 tentang Pedoman Perencanaan,
Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan
Perkotaan. Berikut merupakan kriteria dan standar yang digunakan dalam analisis pada
penelitian ini:
Tabel.03
Tingkatan Standar Pelayanan Jalur Pejalan Kaki

Tingkat Jalur pejalan Kecepatan Volume Arus Volume/


pelayanan kaki (m2 arat-rata Pejalan Kaki Kapasitas
/orang) (metet/menit) (orang/meter/menit Rasio
)
A ≥ 12 ≥ 78 ≤ 6.7 ≤ 0.08
B ≥ 3.6 ≥ 75 ≤ 23 ≤ 0.28
C ≥ 2.2 ≥ 72 ≤ 33 ≤ 0.40
D ≥ 1.4 ≥ 68 ≤ 50 ≤ 0.60
E ≥ 0.5 ≥ 45 ≤ 83 ≤ 1.00
F < 0.5 < 45 Variabel 1.00
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 3 tahun 2014
Tabel.04
Kriteria Jalur Pejalan Kaki

Kriteria Jalur Pejalan Kaki


Safety (keselamatan)
A1 Tinggi Jalur pejalan kaki
A2 Ketersediaan marka/signage
Convenience (kondisi menyenangkan)
B1 Jalur pejalan kaki bebas dari PKL atau parkir
B2 Jalur pejalan kaki bebas dari peletakan fasilitas yang mengganggu
pergerakan
Comfort (kenyamanan)
C1 Keberadaan shelter/tempat berteduh
C2 Kondisi tempat sampah
C3 Kondisi tempat duduk
Attractiveness (daya tarik)
D1 Kondisi lampu penerangan
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 3 tahun 2014 dan Anggraeni.
2009.

c) Teknik analisis kano


Analisis Kano digunakan untuk menganalisa suatu pengaruh pemenuhan
kebutuhan pelanggan terhadap tingkat kepuasan konsumen dan menghasilkan suatu
program yang paling baik yang berada pada bidang pengembangan dan peningkatan
layanan yang diinginkan pejalan kaki terhadap jasa yang jalur pejalan kaki berikan
(Kha’irunisa,dkk.2019). Penilitian ini menggunakan refined kano yang merupakan
pengembangan dari metode Model Kano dengan mempertimbangkan tingkat
kepentingan pada atribut yang dirasakan oleh pelanggan untuk mengidentifikasi suatu
atribut kebutuhan. Rekomendasi yang dikembangkan yaitu yang termasuk dalam tiga
klasifikasi yaitu High Attractive, High Value-Added, dan Critical, atau disebut True
Customer Needs.
d) Teknik analisis QFD (Quality Function Development)
Analisis Quality Function Deployment (QFD) dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan target peningkatan kualitas kinerja (Sedayu, 2018). Langkah pertama yang
harus dilakukan dalam analisis QFD adalah mengetahui Voice Of Custumer (VOC)
atau presepsi dari pejalan kaki. Setelah mengetahui presepsi pejalan kaki, maka
dilanjutkan dengan pemuatan House Of Quality (HOQ) atau rumah kualitas. Dan
menghasilkan nilai prioritas yang didasarkan oleh nilai absolute importance

3.7 Tahapan Penelitian

1. Menentukan lokasi penelitian didukung dengan isu


2. Menentukan rumusan masalah dan tujuan penelitian
3. Melakukan studi litelatur (kajian pustaka)
4. Menentukan variable dan sumber data
5. Menyusun desain survey
6. Mengumpulkan data sekunder dan primer
7. Tabulasi data dan analisis data
8. Membuat kesimpulan hasil penelitian
3.8 Desain Survey

Tabel. 05
Desain Survey

Cara
Data yang Sumber Instansi Metode
No Tujuan variable Sub variasi pengumpulan output
diperlukan data terdekat analisis
data
1. Untuk Kinerja Geometri  Jarak minimum Data - Survey primer Analisis data Dapat
jalur pejalan kaki survey
Mengetahui operasioan jalur pejalan (obervasi) menggunakan diketaui
dengan bangunan
kinerja atau al kaki  Jenis material L.O.S (Level of evaluasi
pelayanan Level of  Arus pejalan kaki Data - services) kinerja
jalur service  Kecepatan rata- survey operasional
rata
pedestrian pejalan kaki  Kepadatan pedestrian.
 Ruang pejalan
kaki
Kinerja Safety  Tinggi jalur Data - Survey primer Analisis data Dapat
pelayanan (keselamatan) pejalan kaki survey (observasi) menggunakan diketaui
 Ketersediaan analisis kano evaluasi
marka/signage dan analisis kinerja
Convenience  Jalur pejalan kaki Data - QFD (Quality pelayanan
bebas dari PKL survey Function pedestrian.
(kondisi
atau parkir
menyenangka  Jalur pejalan kaki
n) bebas dari Development)
peletakkan
fasilitas yang
mengganggu
pergerakan
Comfort  Keberadaan Data -
shelter/tempat
(kenyamanan) survey
berteduh
 Kondisi tempat
sampah
 Kondisi tempat
duduk
Attractiveness  Kondisi lampu Data -
(daya tarik) penerangan survey
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Kurniawan. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaharuan

Anggriani, N. 2009. Pedestrian Ways dalam Perancangan Kota. Klaten. Yayasan Humaniora.

Damsar. (2002). Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers.

Dharmawan, Doddy. 2004. Mengamati Peran Pedestrian dalam Kehidupan Sosial Ekonomi
Masyarakat Studi Kasus: Daerah Sudirman-Thamrin Jakarta. Jurnal Nalars, Vol
3, Januari, hal 76-95.

Dinas Perhubungan Kab. Kotawaringin Barat. 2022. Perbedaan Rambu Dilarang Stop/Berhenti
dan Dilarang Parkir Tahun 2022. Kalimantan Tengah: Dinas Perhubungan
Kabupaten Kotawaringin Barat.

Dinas Perhubungan Provinsi NTB. 2020. Pentingnya Jalur Pedestrian tahun 2020. Mataram:
Dinas Perhubungan Provinsi NTB.

Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Teknik. 1995. Manual Pemeliharaan Rutin
untuk Jalan Nasional dan Jalan Provinsi Jilid II No.002/T/Bt/1995. Departemen
Pekerjaan Umum.

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1996. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan


Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan dan Trayek Tetap dan Teratur,
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.

Kha’irunisa, Aisya., Rohayati, Yati., Kusmayanti, Ima, Normaliah. 2019. Perancangan


Kebutuhan Pelanggan Terhadap Layanan Penyewaan Gudang Berbasis Website
Inaventory Menggunakan Pendekatan Integrasi Electronic Service Quality dan
Model Refined Kano. E-Proceeding of Engineering Volume 6 Nomor 2.

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional Indonesia
VI. Jakarta: Balai Pustaka.
Murtomo dan Aniaty, 1991 dalam Muslihun, M. 2013. Studi Kenyamanan Pejalan Kaki
Terhadap Pemanfaatan Jalur Pedestrian Di Jalan Protokol Kota
Semarang.Universitas Negeri Semarang.

Pratama, N. (2014). Studi perencanaan trotoar di dalam lingkungan kampus universitas


sriwijaya inderalaya. Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan Universitas Sriwijaya,
2(2), 272–277.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 tentang Pedoman Perencanaan,


Penyediaan, Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di
Kawasan Perkotaan.

Putra, Sucipta., Purbanto, Gst, Raka., Negara, Nym, Widana. 2013. Analisis Tingkat Pelayanan
Fasilitas Pejalan Kaki (Studi kasus: Jalan Diponogoro di Depan Mall Ramayana).
Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastrukstur Teknik Sipil Volume 2 Nomor 2.

Rubenstein, Harvey M. 1992. Pedestrian Malls, Streetscapes, And Urban Scapes. New York:
John Wiley & Sons, Inc.

Sedayu, Agung. 2018. Pendekatan QFD Menggunakan Respon Teknis Untuk Peningkatan
Pelayanan Terminal: Studi Kasus Terminal Tlogomas Kota Malang. Jurnal
Penelitian Transportasi Darat, Volume 20, Nomor 2, Desember 2018 halaman 65-
74.

Sinambela,Lijan Poltak.Dkk. 2010. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta:Bumi Aksara

UU Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 15. 2009. Keadaan Berhenti atau Tidak
Bergerak Untuk Beberapa Saat dan Ditinggalkan Pengemudinya tahun 2009.
Jakarta: DPR RI.

UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. 2009. Pelayanan public tahun 2009. Jakarta :
DPR RI
3.9 Kerangka Analisis

Identifikaasi Kinerja Operasional Dan Kinerja Pelayanan Jalur Pedestrian Jalan


Majapahit

Kinerja pelayanan Kinerja Operasional

Kondisi Jalur Pedestrian


Kinerja Jalur
Pedestrian:
- Safety
- Conveniece Geometrik Jalur Level Of
- Comfort Pejalan Kaki Service
- Attactivense

Analisis Ruang Analisis Kinerja


Jalur Pedestrian Operasional Jalur
Pedestrian

Analisi Kinerja
Palayanan Dengan
Metode Kano

Arahan Kinerja Metode Quality Function Arahan Kinerja


Pelayanan Jalur Development Operasional Jalur
Pedestrian Pedestrian

Rekomendasi Untuk Meningkatkan Kinerja


Operasional Dan Kinerja Pelayanan Jalur Pedestrian
Yang Nayaman Di Kawasan Jalan Majapahit

Anda mungkin juga menyukai