Anda di halaman 1dari 14

EFEKTIVITAS PELAYANAN BUS TRANS METRO

DEWATA

TUGAS AKHIR

Oleh :
Syifauttakarina Rifa’i
Nim 1805511052

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara berkembang, sehingga permasalahan yang
ada pada negara berkembang lebih besar dibandingkan dengan negara maju.
Mulai dari kesenjangan sosial, pertumbuhan penduduk, dan juga sarana
prasarana yang kurang. Pelayanan publik merupakan segala kegiatan pelayanan
yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik guna pemenuhan
kebutuhan penerima pelayanan, maupun dalam rangka pelaksanaan kebutuhan
peraturan perundang-undangan (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor: Kep/25M.Pan/2/2004)
Menurut ( Munawar, 2005) Bus perkotaan merupakaan angkutan umum
diberbagai kota di Indonesia. Kenaikan kepemilikan kendaraan pribadi harus
diimbangi dengan perbaikan angkutan umum, guna mengatasi kemacetan di
jalan. Perkembangan tataguna lahan yang kurang didukung oleh pengembangan
trayek angkutan umumm serta kemudahan kendaraan pribadi yang dapat
melayani dari pint uke pintu menyebabkan angkutan umum kurang menarik.
Efisiensi angkutan umum juga kurang, sehingga tarif cenderung naik yang tidak
diimbangi dengan kenaikan pelayanan. Oleh karena itu, semakin lama semakin
banyak masyarakat menggunakan kendaraan pribadi. Seiring dengan
bertambahnya penduduk, maka kebutuhan sarana transportasi juga akan
meningkat. Disisi lain jumlah transportasi tidak dapat mengimbangi laju
pertambahan penduduk. Selain jumlahnya yang tidak memadai, sarana
transportasi juga belum sepenuhnya memberikan pelayanan yang memuaskan.
Pelayanan transportasi publik di Bali masih jauh dari kata sempurna. Hal
ini dikarenakan masyarakat Bali lebih senang menggunakan kendaraan pribadi
dibandingkan dengan transportasi publik. Kendaraan pribadi menjadi pilihan
utama masyarakat dikarenakan lebih cepat dan efisien. Sehingga akan
berdampak pada polusi udara yang semakin meningkat. Berdasarkan data polusi
udara yang ada, pada 3 Juli 2020, tercatat 2 daerah Bali yang masuk dalam daftar
5 besar daerah dengan kualitas udara terburuk di Indonesia, yakni kota Ubud dan
Kabupaten Badung. Oleh karena itu, saat ini Bali memiliki Bus Trans Metro
Deata yang keberadaanya sangat menunjang aktivitas dan mobilitas masyarakat.
Diharapkan juga dengan adanya bus ini dapat menekan angka polusi udara.

Trans Metro Dewata merupakan tranportasi umum sebagai upaya


Pemerintah Bali guna meningkatkan pelayanan publik khususnya pada
sektor Transportasi dengan berbasis bus dan mengurangi polusi udara. Trans
Metro Dewata ini beroperasi di empat koridor yang meliputi daerah Denpasar,
Badung, Tabanan, dan Gianyar. Adapun rute bus ini akan menjangkau 40 halte
bus mulai dari Terminal Persiapan Tabanan hingga Central Parkir Kuta Badung
sepanjang 63,6 km. Kawasan lainnya adalah GOR Ngurah Rai hingga Bandara
Ngurah Rai sepanjang 30,2 km dengan 24 halte. Dari Denpasar ke Badung,
dimulai dari Pantai Matahari Terbit hingga Dalung sepanjang 43 km dengan 24
halte. Sedangkan dari Denpasar hingga Gianyat adalah dari Ubung hingga
Monkey Forest sepanjang 55,3 km dengan 32 halte. Dari daerah Gianyar ke
Badung dimulai dari Terminal Batu Bulan hingga ITDC Nusa Dua sepanjang
62,4 km. Dengan menggunakan Trans Metro Dewata ini, masyarakat dapat
menjangkau tempat wisata dengan mudah seperti Kawasan Nusa Dua dan Ubud.
Pada daerah Ubud, wisata yang dapat dijangkau adalah seperti Monkey Forest
dan Bukit Campuhan. Untuk Nusa Dua, wisata yang dapat dijangkau adalah
pantai Nusa Dua dan juga Kawasan ITDC.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas untuk dapat menunjang kegiatan


masyarakat untuk menggunakan transportasi publik yang disediakan oleh
pemerintah Bali dengan nyaman, aman, dan selamat. Dengan ini penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pelayanan Bus Trans Metro
Dewata”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka dapat diambil rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimanakah kualitas pelayanan bus Trans Metro Dewata?
2. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan bus rute Trans
Metro Dewata?
3. Bagaimanakah usulan masyarakat terhadap sistem operasional yang ideal?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya membahas mengenai peningkatan pelayanan Bus
Trans Metro, menghitung permintaan aktual dan potensial, dan menghitung
jumlah armada sesuai dengan permintaan pengguna, serta tidak mencakup
analisis Biaya Operasi Kendaraan (BOK)
2. Tidak melakukan kajian penurunan angka kecelakaan di kalangan masyarakat
terhadap pelayanan bus Trans Metro Dewtaa
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kualitas pelayanan bus Trans Metro Dewata
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan bus rute
trans metro dewata
3. Untuk mengetahui usulan masyarakat terhadap sistem operasional yang
ideal
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
bus rute Trans Metro Dewata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam melaksanakan penelitian diperlukan beberapa kajian yang akan
digunakan dalam membahas, menaganalisis, dan memecahkan masalah yang ada.
Kajian-kajian tersebut dapat dilihat dari aspek teoritis, aspek tekbis, dan aspek
legalitas. Berikut merupakan aspek yang akan digunakan dalam sebuah penelitian:
2.1. Aspek Teoritis
Berikut merupakan aspek teoritis dalam penelitian:
2.1.1 Pengertian Pelayanan
Pelayanan adalah setiap Tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan
oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak
dikaitkan pada suatu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan
pada konsumen itu sendiri. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan
menghasilkan kepuasan yang tinggi pula. [ CITATION Phi02 \l 1033 ]
2.1.2 Jaringan
Jaringan merupakan kumpulan dari yang menjadi satu kesatuan jaringan
pelayanan angkutan orang (Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2014 tentang
Angkutan Jalan)
2.1.3 Trayek
Trayek adalah lintasan kendaraan bermotor umum untuk pelayan jasa
angkutan dengan mobil atau mobil bus yang mempunyai asal dan tujuan
perjalanan tetap, lintasan tetap, dan jenis kendaraan tetap serta berjadwal atau
tidak berjadwal (Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2014 tentang Angkutan
Jalan)
2.1.4 Faktor Muat Kendaraan (Load Factor)
Faktor muat kendaraan adalah perbandingan antara jumlah penumpang
yang diangkut dengan kapasitas kendaraannya yang biasanya dinyatakan dalam
persen (%). Faktor myat rata-rata dalam perencanaan suatu jaringan adalah 70%
diambil pada saat kondisi dinamis (SK DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT 687
Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Di
Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur)

2.1.5 Waktu Antar Kendaraan (Headway)


Headway atau waktu antar kendaraan adalah selang waktu yang digunakan
antara waktu perjlanan yang satu dengan kendaraan berikutnya. (Pertauran
DIRJEN Perhubungan Darat Nomor: SK. 687 Tahun 2002 tentang Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan
Dalam Trayek Tetap dan Teratur)
2.1.6 Frekuensi Kendaraan
Frekuensi kendaraan adalaj jumlah rit falam kurun waktu tertentu (perjam,
per hari) kendaraan yang melewati suatu ruas jalan yang menjadi trayek tersebut
selama satu jam operasi. (Peraturan DIRJEN Perhubunngan Darat Nomor: SK.
687 Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan
Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur)
2.1.7 Armada
Aset berupa kendaraan mobil bus?MPU yang merupakan tanggung jawab
perusahaan, baik yang dalam keadaan siap guna dalam konservasi. (peraturan
DIRJEN Perhubungan Darat Nomor: SK. 687 Tahun 2002 tentang Pedoman
Teknis Angkutan Penumpang Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan
Teratur)
2.1.8 Kapasitas Angkut/Kapasitas Tersedia
Kapasitas maksimal yang tersedia adalah kapasitas maksimal yang tersedia
untuk penumpang (duduk dan berdiri) sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(Peraturan DIRJEN Perhubungan Darat Nomor: SK. 687 Tahun 2002 tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah
Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur)
2.1.9 Pengguna Jasa
Perseorangan atau badan hukum yang menggunakan jasa perusahaan
angkutan umum (Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan)
2.1.10 Kawasan Perkotaan
Kawasan Perkotaan adalah Kawasan untuk pelayanan angkutan
merupakan kesatuan wialayah terbangun dengan kegiatan utama bukan pertania,
memiliki kerapatan penduduk yang tinggi, fasilitas prasaran jaringan transportasi
jalan, dan interaksi kegiatan antar Kawasan yang menimbulkan mobilitas
penduduk yang tinggi. (Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2014 tentang
ANgkutan Jalan)
2.1.11 Mobil Bus
Adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk
lebuh dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya lebuh
dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram. (Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun
2012 tentan Kendaraan)
2.1.12 Mobil Bus Kecil
Mobil bus kecil yang dilengkapi sekurang-kurangnya Sembilan samapi
dengan Sembilan belas tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi.
(Peraturan DIRJEN Perhubungan Darat Nomor: SK. 687 Tahun 2002 tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah
Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur)
2.1.13 Mobil Bus Sedang
Mobil bus yang mempunyai kapasitas sampai dengan tiga puluh orang
termasuk penumpang duduk dan berdiri, tidak termasuk tempat duduk pengemudi.
(Peraturan DIRJEN Perhubungan Darat Nomor: SK. 687 Tahun 2002 tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah
Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur)
2.1.14 Mobil Bus Besar
Mobil bus yang mempunyai kapasitas tujuh puluh Sembilan orang
termasuk tempat duduk dan berdiri, tidak termasuk pengemudi. (Peraturan
DIRJEN Perhubungan Darat Nomor: SK. 687 Tahun 2002 tentang Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan
Dalam Trayek Tetap dan Teratur)
2.1.15 Mobil Penumpang
Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang
memiliki tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi
atau yang beratnya lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram. (Peraturan
Pemerintah No 55 tentang Kendaraan)

2.2. Aspek Teknis


Adapun aspek teknis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.2.1 Indikator Kinerja Pelayanan Angkutan
1. Waktu operasi Kendaraan
Waktu operasi kendaraan andalah waktu yang digunakan kendaraan untuk
beroperasi melayani penumpang dalam satu hari
2. Kecepatan operasi kendaraan
Kecepatan operasi kendaraan adalah kecepatan rata-rata yang digunakan
untuk menempuh perjalanan dalam satu km/jam. Kecepatan rata-rata yang
direncanakan pada kondisi normal. Berdasarkan Peraturan Dirjen
Perhubungan Darat Nomor: Sk. 687/AJ.206/DRJD/2002 adalah kecepatan
rata-rata minimal 20 km/jam dan maksimal 40 km/jam
3. Faktir Muat Kendaraan (Load Factor)
Faktor muat adalah rasio perbandingan antara jumlah penumpang yang
diangkut dengan kapasitas kendaraanya yang biasanya dinyatakan dalam
persen (%). Standar yang digunakan adalah 100% (sesuai kapasitas angkut).
Sehinggal apabila factor muat diatas 100% maka rute tersebut dapat dikatakan
kurang nyaman bagi penumoang. Dibawah ini merupakan rumus dari factor
muag (load factor)
Jumlah Penumpang
Lf = X 100 %
Kapasitas Kendaraan
Sumber: DIRJENHUBDAT No: SK.687/AJ.206/DRJD/2002
4. Waktu Tempuh Kendaraan
Waktu tempuh kendaran adalah oerbandingan jarak tempuh dengan
kecepatan operasi yang dibutuhkan oleh sebuah kendaraan untuk sampai
ketujuanya. Perhitungan yang digunakan untuk mengukur waktu tempuh
adalah sebagai berikut:
PR
WT = X 60
KR
Sumber: Bowerman et. Al, 1995
Keterangan:
WT = Waktu Tempuh (menit)
PR = Panjang Rute (km)
KR = Kecepatan Rencana (km/jam)
5. Frekuensi Kendaraan
Frekuensi kendaraan adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu jalan
yang menjadi rute tersebut dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan standar
Bank Dunia pada jam sibuk yang baik adalah 6-12 kend/jam. Dibawah ini
adalah rumus frekuensi:
N
F=
T
Sumber: Karakteristik Operasional Angkutan Umum, 2018
Keterangan:
F = Frekuensi
N = Jumlah kendaraan yang dilewati dalam satu jam
T = Interval waktu pengamatan (60 menit)
6. Waktu Antar Kendaraan (Headway)
Waktu antar kendaraan ditetapkan sebagai berikut
60. C . Lf
H=
P
Sumber: SK DIRJEN HUBDAT No. 687/AJ.206/DRJD/2002
Keterangan:
H = Waktu antara (menit)
P = Rata-rata jumlah penumpang per jam pada sesi terpadat
C = Kapasitas kendaraan (seat)
Lf = Faktor muat, diambil 70% (pada kondisi dinamis)
Catatan:
H ideal = 5-10 menit
H Puncak = 2-5 menit
7. Umur Kendaraan
Penumpang pada umumnya menyukai kondisi kendaraan yang masih baru
dan bersih. Suatu kendaraan dengan umur yang rendah akan memberikan
pelayanan yang baik berupa kenyamanan. Adapun standar yang ditetapkan
dalam Peraturan Menteri No. 98 Tahun 2013 agar kendaraan berooperasi
dengan biaya ekonomis dan efisien maka umur kendaraan maksimal 20 tahun
atau ditetapkan oleh pemberi izin sesuai dengan kondisi daerah.
2.2.2 Jumlah Kebutuhan Armada
Dalam menganalisis angkutan baik pengguna actual dan potensial didapat
berdasarkan indicator kinerja pelayanan angkutan itu sendiri. Berikut merupakan
rumus untuk menghitung kebutuhan armada bus berdasarkan jumlah permintaan
yang ada:
D X Waktu Sirkulasi
N=
Wo X K X Lf
Keterangan:
D = Demand
WO = Waktu Operasi
K = Kapasitas
Lf = Faktor Muat
2.2.3 Jenis Moda Angkutan
2.3. Aspek Legalitas
Berikut merupakan aspek legalitas yang digunakan dalam penelitian:
2.3.1 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Pasal 138
Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan
yang selamat, amana, nyaman, dan terjangkau
2.3.2 Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2012 Tentang Kendaraan
1. Pasal 1 ayat 6
Mobil bus adalah kendaraanbermotor angkutan orang yang memiliki tempat
dudul lebih dari 8 (delapan) orang, termasyk untuk pengemudi atau yang
beratnya lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram
2. Pasal 5 ayat 3
Kendaraan bermotor jenis mobil bus sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
ayat 1 huruf c meliputi:
a. Mobil bus kecil
b. Mobil bus sedang
c. Mobil bus besar
3. Pasal 58 ayat 9
Tempat duduk pengemudi sebagaimana memenuhi persyaratan:
a. Ditempatkan pada bagian dalam badan kendaraan yang memungkinkan
pengemudi dapat mengendalikan kendaraanya
b. Mempunyai lebar paling sedikit 400 (empat ratus0 milimeter dan simentris
dengan pusat roda kemudi
c. Memungkinkan pengemudi mempunyai pendangan yang bebas ke depan
dan samping
d. Tidak ada ganggua ncahaya dari dalam kendaraan
4. Pasal 80
Selain harus dilengkapi dengan rem uutama dan rem parkir sebagaimana
dimaskud dalam pasal 64 ayat 2 huruf c dan d. Kendaraan bermotor dengan
JBB lebih dari 7.000 (tujuh ribu) kilogram harus dilengkapi dengan rem
pelambat.
5. Pasal 82 ayat 1
Tinggu ruang penumpang kendaraan bermotor paling sedikit:
a. 1700 (seribu tujuh ratus) milimeter, untuk mobil bus yang dilengkapi
dengan tempat duduk
b. 1.500 (seribu lima ratus) milimeter, untuk mobil bus yang tidak dilengkapi
dengan tempat berdiri
6. Pasal 86 ayat 1
Mobil Bus yang digunakan untuk angkutan siswa sekolah pada sisi luar bagian
depan dan belakang ditulis tanda berupa tulisan bus sekolah.
7. Pasal 86 ayat 2
Mobil Bus sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus dilengkapi dengan lampu
berwarna merah bertuliskan berhenti dan dipasang dibawah kaca belakang.
8. Pasal 87 ayat 1
Pintu masuk dan/atau keluar Mobil Bus sekolah dilengkapi dengan anak
tangga.
9. Pasal 87 ayat 2
Jarak antar anak tangga paling tinggi 200 (dua ratus) millimeter dan jarak
antara permukaan tanah dengan anak tangga terbawah paling tinggi 300 (tiga
ratus) millimeter.

10. Pasal 87 ayat 3


Ukuran lebar dan tinggi pintu masuk dan/atau keluar sbegaimana dimaksud
pada ayat 1 harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam pasal
83.
2.3.3 Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan
1. Pasal 41
Pelayanan Angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam
trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf b terdiri atas :
a. Angkutan orang dengan menggunakan taksi;
b. Angkutan orang dengan tujuan tertentu;
c. Angkutan orang untuk keperluan pariwisata; dan
d. Angkutan orang di Kawasan tertentu.
2. Pasal 43
a. Pelayanan angkutan orang dengan tujuan tertentu sebagaimana dimaksud
dalam pasal 41 huruf b merupakan angkutan yang melayani paling sedikit
meliputi antarjemput, keperluan sosial, atau karyawan.
b. Kendaraan yang dipergunakan untuk pelayanan angkutan orang dengan
tujuan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit :
1) Mobil penumpang umum: atau
2) Mobil bus umum
2.3.4 Peraturan Menteri Perhubungan No. 117 Tahun 2018 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek
Pasal 13
Angkutan orang dengan tujuan tertentu sebagaiman dimaksud dalam pasal 4 huruf
b merupakan angkutan yang melayani
a. Angkutan antar jemput
b. Angkutan pemukiman
c. Angkutan karyawan
d. Angkutan sekolah
e. Angkutan carter
f. Angkutan sewa

2.3.5 Keputusan Dirketoran Jenderal Perhubungan Darat No.


Sk.687/AJ.206/DRDJ/2002 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggraan
Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek
Tetap dan Teratur
1. Faktor muat (load factor) adalah rasio perbandingan antara jumlah
penumpang yang diangkut dengan kapasitas kendaraanya yang biasanya
dinyatakan dalam persen (%). Faktor muat rata-rata dalam perencanaan
suatu jaringan trayek adalah 70% diambil pada saat kondisi dinamis
2. Kapasitas kendaraan adalah daya muat penumpang pada setiap kendaraan
angkutan umum sedangkan daya angkut sesuai SPM yang berlaku
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Anda mungkin juga menyukai