0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
45 tayangan14 halaman
Berikut ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
Trans Metro Dewata merupakan transportasi umum di Bali yang diharapkan dapat meningkatkan pelayanan transportasi dan mengurangi polusi udara. Penelitian ini bertujuan menilai kualitas pelayanan Trans Metro Dewata dengan mempertimbangkan faktor-faktor pengaruhnya serta masukan masyarakat untuk sistem operasional yang ideal. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pelayanan Trans
Berikut ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
Trans Metro Dewata merupakan transportasi umum di Bali yang diharapkan dapat meningkatkan pelayanan transportasi dan mengurangi polusi udara. Penelitian ini bertujuan menilai kualitas pelayanan Trans Metro Dewata dengan mempertimbangkan faktor-faktor pengaruhnya serta masukan masyarakat untuk sistem operasional yang ideal. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pelayanan Trans
Berikut ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
Trans Metro Dewata merupakan transportasi umum di Bali yang diharapkan dapat meningkatkan pelayanan transportasi dan mengurangi polusi udara. Penelitian ini bertujuan menilai kualitas pelayanan Trans Metro Dewata dengan mempertimbangkan faktor-faktor pengaruhnya serta masukan masyarakat untuk sistem operasional yang ideal. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pelayanan Trans
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2021 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang, sehingga permasalahan yang ada pada negara berkembang lebih besar dibandingkan dengan negara maju. Mulai dari kesenjangan sosial, pertumbuhan penduduk, dan juga sarana prasarana yang kurang. Pelayanan publik merupakan segala kegiatan pelayanan yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik guna pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan, maupun dalam rangka pelaksanaan kebutuhan peraturan perundang-undangan (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: Kep/25M.Pan/2/2004) Menurut ( Munawar, 2005) Bus perkotaan merupakaan angkutan umum diberbagai kota di Indonesia. Kenaikan kepemilikan kendaraan pribadi harus diimbangi dengan perbaikan angkutan umum, guna mengatasi kemacetan di jalan. Perkembangan tataguna lahan yang kurang didukung oleh pengembangan trayek angkutan umumm serta kemudahan kendaraan pribadi yang dapat melayani dari pint uke pintu menyebabkan angkutan umum kurang menarik. Efisiensi angkutan umum juga kurang, sehingga tarif cenderung naik yang tidak diimbangi dengan kenaikan pelayanan. Oleh karena itu, semakin lama semakin banyak masyarakat menggunakan kendaraan pribadi. Seiring dengan bertambahnya penduduk, maka kebutuhan sarana transportasi juga akan meningkat. Disisi lain jumlah transportasi tidak dapat mengimbangi laju pertambahan penduduk. Selain jumlahnya yang tidak memadai, sarana transportasi juga belum sepenuhnya memberikan pelayanan yang memuaskan. Pelayanan transportasi publik di Bali masih jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan masyarakat Bali lebih senang menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan dengan transportasi publik. Kendaraan pribadi menjadi pilihan utama masyarakat dikarenakan lebih cepat dan efisien. Sehingga akan berdampak pada polusi udara yang semakin meningkat. Berdasarkan data polusi udara yang ada, pada 3 Juli 2020, tercatat 2 daerah Bali yang masuk dalam daftar 5 besar daerah dengan kualitas udara terburuk di Indonesia, yakni kota Ubud dan Kabupaten Badung. Oleh karena itu, saat ini Bali memiliki Bus Trans Metro Deata yang keberadaanya sangat menunjang aktivitas dan mobilitas masyarakat. Diharapkan juga dengan adanya bus ini dapat menekan angka polusi udara.
Trans Metro Dewata merupakan tranportasi umum sebagai upaya
Pemerintah Bali guna meningkatkan pelayanan publik khususnya pada sektor Transportasi dengan berbasis bus dan mengurangi polusi udara. Trans Metro Dewata ini beroperasi di empat koridor yang meliputi daerah Denpasar, Badung, Tabanan, dan Gianyar. Adapun rute bus ini akan menjangkau 40 halte bus mulai dari Terminal Persiapan Tabanan hingga Central Parkir Kuta Badung sepanjang 63,6 km. Kawasan lainnya adalah GOR Ngurah Rai hingga Bandara Ngurah Rai sepanjang 30,2 km dengan 24 halte. Dari Denpasar ke Badung, dimulai dari Pantai Matahari Terbit hingga Dalung sepanjang 43 km dengan 24 halte. Sedangkan dari Denpasar hingga Gianyat adalah dari Ubung hingga Monkey Forest sepanjang 55,3 km dengan 32 halte. Dari daerah Gianyar ke Badung dimulai dari Terminal Batu Bulan hingga ITDC Nusa Dua sepanjang 62,4 km. Dengan menggunakan Trans Metro Dewata ini, masyarakat dapat menjangkau tempat wisata dengan mudah seperti Kawasan Nusa Dua dan Ubud. Pada daerah Ubud, wisata yang dapat dijangkau adalah seperti Monkey Forest dan Bukit Campuhan. Untuk Nusa Dua, wisata yang dapat dijangkau adalah pantai Nusa Dua dan juga Kawasan ITDC.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas untuk dapat menunjang kegiatan
masyarakat untuk menggunakan transportasi publik yang disediakan oleh pemerintah Bali dengan nyaman, aman, dan selamat. Dengan ini penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pelayanan Bus Trans Metro Dewata”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil rumusan masalah yaitu : 1. Bagaimanakah kualitas pelayanan bus Trans Metro Dewata? 2. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan bus rute Trans Metro Dewata? 3. Bagaimanakah usulan masyarakat terhadap sistem operasional yang ideal? 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya membahas mengenai peningkatan pelayanan Bus Trans Metro, menghitung permintaan aktual dan potensial, dan menghitung jumlah armada sesuai dengan permintaan pengguna, serta tidak mencakup analisis Biaya Operasi Kendaraan (BOK) 2. Tidak melakukan kajian penurunan angka kecelakaan di kalangan masyarakat terhadap pelayanan bus Trans Metro Dewtaa 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kualitas pelayanan bus Trans Metro Dewata 2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan bus rute trans metro dewata 3. Untuk mengetahui usulan masyarakat terhadap sistem operasional yang ideal 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan bus rute Trans Metro Dewata BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam melaksanakan penelitian diperlukan beberapa kajian yang akan digunakan dalam membahas, menaganalisis, dan memecahkan masalah yang ada. Kajian-kajian tersebut dapat dilihat dari aspek teoritis, aspek tekbis, dan aspek legalitas. Berikut merupakan aspek yang akan digunakan dalam sebuah penelitian: 2.1. Aspek Teoritis Berikut merupakan aspek teoritis dalam penelitian: 2.1.1 Pengertian Pelayanan Pelayanan adalah setiap Tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada suatu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi pula. [ CITATION Phi02 \l 1033 ] 2.1.2 Jaringan Jaringan merupakan kumpulan dari yang menjadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang (Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan) 2.1.3 Trayek Trayek adalah lintasan kendaraan bermotor umum untuk pelayan jasa angkutan dengan mobil atau mobil bus yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap, dan jenis kendaraan tetap serta berjadwal atau tidak berjadwal (Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan) 2.1.4 Faktor Muat Kendaraan (Load Factor) Faktor muat kendaraan adalah perbandingan antara jumlah penumpang yang diangkut dengan kapasitas kendaraannya yang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Faktor myat rata-rata dalam perencanaan suatu jaringan adalah 70% diambil pada saat kondisi dinamis (SK DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT 687 Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur)
2.1.5 Waktu Antar Kendaraan (Headway)
Headway atau waktu antar kendaraan adalah selang waktu yang digunakan antara waktu perjlanan yang satu dengan kendaraan berikutnya. (Pertauran DIRJEN Perhubungan Darat Nomor: SK. 687 Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur) 2.1.6 Frekuensi Kendaraan Frekuensi kendaraan adalaj jumlah rit falam kurun waktu tertentu (perjam, per hari) kendaraan yang melewati suatu ruas jalan yang menjadi trayek tersebut selama satu jam operasi. (Peraturan DIRJEN Perhubunngan Darat Nomor: SK. 687 Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur) 2.1.7 Armada Aset berupa kendaraan mobil bus?MPU yang merupakan tanggung jawab perusahaan, baik yang dalam keadaan siap guna dalam konservasi. (peraturan DIRJEN Perhubungan Darat Nomor: SK. 687 Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis Angkutan Penumpang Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur) 2.1.8 Kapasitas Angkut/Kapasitas Tersedia Kapasitas maksimal yang tersedia adalah kapasitas maksimal yang tersedia untuk penumpang (duduk dan berdiri) sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Peraturan DIRJEN Perhubungan Darat Nomor: SK. 687 Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur) 2.1.9 Pengguna Jasa Perseorangan atau badan hukum yang menggunakan jasa perusahaan angkutan umum (Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan) 2.1.10 Kawasan Perkotaan Kawasan Perkotaan adalah Kawasan untuk pelayanan angkutan merupakan kesatuan wialayah terbangun dengan kegiatan utama bukan pertania, memiliki kerapatan penduduk yang tinggi, fasilitas prasaran jaringan transportasi jalan, dan interaksi kegiatan antar Kawasan yang menimbulkan mobilitas penduduk yang tinggi. (Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2014 tentang ANgkutan Jalan) 2.1.11 Mobil Bus Adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk lebuh dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya lebuh dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram. (Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2012 tentan Kendaraan) 2.1.12 Mobil Bus Kecil Mobil bus kecil yang dilengkapi sekurang-kurangnya Sembilan samapi dengan Sembilan belas tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi. (Peraturan DIRJEN Perhubungan Darat Nomor: SK. 687 Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur) 2.1.13 Mobil Bus Sedang Mobil bus yang mempunyai kapasitas sampai dengan tiga puluh orang termasuk penumpang duduk dan berdiri, tidak termasuk tempat duduk pengemudi. (Peraturan DIRJEN Perhubungan Darat Nomor: SK. 687 Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur) 2.1.14 Mobil Bus Besar Mobil bus yang mempunyai kapasitas tujuh puluh Sembilan orang termasuk tempat duduk dan berdiri, tidak termasuk pengemudi. (Peraturan DIRJEN Perhubungan Darat Nomor: SK. 687 Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur) 2.1.15 Mobil Penumpang Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram. (Peraturan Pemerintah No 55 tentang Kendaraan)
2.2. Aspek Teknis
Adapun aspek teknis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 2.2.1 Indikator Kinerja Pelayanan Angkutan 1. Waktu operasi Kendaraan Waktu operasi kendaraan andalah waktu yang digunakan kendaraan untuk beroperasi melayani penumpang dalam satu hari 2. Kecepatan operasi kendaraan Kecepatan operasi kendaraan adalah kecepatan rata-rata yang digunakan untuk menempuh perjalanan dalam satu km/jam. Kecepatan rata-rata yang direncanakan pada kondisi normal. Berdasarkan Peraturan Dirjen Perhubungan Darat Nomor: Sk. 687/AJ.206/DRJD/2002 adalah kecepatan rata-rata minimal 20 km/jam dan maksimal 40 km/jam 3. Faktir Muat Kendaraan (Load Factor) Faktor muat adalah rasio perbandingan antara jumlah penumpang yang diangkut dengan kapasitas kendaraanya yang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Standar yang digunakan adalah 100% (sesuai kapasitas angkut). Sehinggal apabila factor muat diatas 100% maka rute tersebut dapat dikatakan kurang nyaman bagi penumoang. Dibawah ini merupakan rumus dari factor muag (load factor) Jumlah Penumpang Lf = X 100 % Kapasitas Kendaraan Sumber: DIRJENHUBDAT No: SK.687/AJ.206/DRJD/2002 4. Waktu Tempuh Kendaraan Waktu tempuh kendaran adalah oerbandingan jarak tempuh dengan kecepatan operasi yang dibutuhkan oleh sebuah kendaraan untuk sampai ketujuanya. Perhitungan yang digunakan untuk mengukur waktu tempuh adalah sebagai berikut: PR WT = X 60 KR Sumber: Bowerman et. Al, 1995 Keterangan: WT = Waktu Tempuh (menit) PR = Panjang Rute (km) KR = Kecepatan Rencana (km/jam) 5. Frekuensi Kendaraan Frekuensi kendaraan adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu jalan yang menjadi rute tersebut dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan standar Bank Dunia pada jam sibuk yang baik adalah 6-12 kend/jam. Dibawah ini adalah rumus frekuensi: N F= T Sumber: Karakteristik Operasional Angkutan Umum, 2018 Keterangan: F = Frekuensi N = Jumlah kendaraan yang dilewati dalam satu jam T = Interval waktu pengamatan (60 menit) 6. Waktu Antar Kendaraan (Headway) Waktu antar kendaraan ditetapkan sebagai berikut 60. C . Lf H= P Sumber: SK DIRJEN HUBDAT No. 687/AJ.206/DRJD/2002 Keterangan: H = Waktu antara (menit) P = Rata-rata jumlah penumpang per jam pada sesi terpadat C = Kapasitas kendaraan (seat) Lf = Faktor muat, diambil 70% (pada kondisi dinamis) Catatan: H ideal = 5-10 menit H Puncak = 2-5 menit 7. Umur Kendaraan Penumpang pada umumnya menyukai kondisi kendaraan yang masih baru dan bersih. Suatu kendaraan dengan umur yang rendah akan memberikan pelayanan yang baik berupa kenyamanan. Adapun standar yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri No. 98 Tahun 2013 agar kendaraan berooperasi dengan biaya ekonomis dan efisien maka umur kendaraan maksimal 20 tahun atau ditetapkan oleh pemberi izin sesuai dengan kondisi daerah. 2.2.2 Jumlah Kebutuhan Armada Dalam menganalisis angkutan baik pengguna actual dan potensial didapat berdasarkan indicator kinerja pelayanan angkutan itu sendiri. Berikut merupakan rumus untuk menghitung kebutuhan armada bus berdasarkan jumlah permintaan yang ada: D X Waktu Sirkulasi N= Wo X K X Lf Keterangan: D = Demand WO = Waktu Operasi K = Kapasitas Lf = Faktor Muat 2.2.3 Jenis Moda Angkutan 2.3. Aspek Legalitas Berikut merupakan aspek legalitas yang digunakan dalam penelitian: 2.3.1 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 138 Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan yang selamat, amana, nyaman, dan terjangkau 2.3.2 Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2012 Tentang Kendaraan 1. Pasal 1 ayat 6 Mobil bus adalah kendaraanbermotor angkutan orang yang memiliki tempat dudul lebih dari 8 (delapan) orang, termasyk untuk pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram 2. Pasal 5 ayat 3 Kendaraan bermotor jenis mobil bus sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat 1 huruf c meliputi: a. Mobil bus kecil b. Mobil bus sedang c. Mobil bus besar 3. Pasal 58 ayat 9 Tempat duduk pengemudi sebagaimana memenuhi persyaratan: a. Ditempatkan pada bagian dalam badan kendaraan yang memungkinkan pengemudi dapat mengendalikan kendaraanya b. Mempunyai lebar paling sedikit 400 (empat ratus0 milimeter dan simentris dengan pusat roda kemudi c. Memungkinkan pengemudi mempunyai pendangan yang bebas ke depan dan samping d. Tidak ada ganggua ncahaya dari dalam kendaraan 4. Pasal 80 Selain harus dilengkapi dengan rem uutama dan rem parkir sebagaimana dimaskud dalam pasal 64 ayat 2 huruf c dan d. Kendaraan bermotor dengan JBB lebih dari 7.000 (tujuh ribu) kilogram harus dilengkapi dengan rem pelambat. 5. Pasal 82 ayat 1 Tinggu ruang penumpang kendaraan bermotor paling sedikit: a. 1700 (seribu tujuh ratus) milimeter, untuk mobil bus yang dilengkapi dengan tempat duduk b. 1.500 (seribu lima ratus) milimeter, untuk mobil bus yang tidak dilengkapi dengan tempat berdiri 6. Pasal 86 ayat 1 Mobil Bus yang digunakan untuk angkutan siswa sekolah pada sisi luar bagian depan dan belakang ditulis tanda berupa tulisan bus sekolah. 7. Pasal 86 ayat 2 Mobil Bus sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus dilengkapi dengan lampu berwarna merah bertuliskan berhenti dan dipasang dibawah kaca belakang. 8. Pasal 87 ayat 1 Pintu masuk dan/atau keluar Mobil Bus sekolah dilengkapi dengan anak tangga. 9. Pasal 87 ayat 2 Jarak antar anak tangga paling tinggi 200 (dua ratus) millimeter dan jarak antara permukaan tanah dengan anak tangga terbawah paling tinggi 300 (tiga ratus) millimeter.
10. Pasal 87 ayat 3
Ukuran lebar dan tinggi pintu masuk dan/atau keluar sbegaimana dimaksud pada ayat 1 harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam pasal 83. 2.3.3 Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan 1. Pasal 41 Pelayanan Angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf b terdiri atas : a. Angkutan orang dengan menggunakan taksi; b. Angkutan orang dengan tujuan tertentu; c. Angkutan orang untuk keperluan pariwisata; dan d. Angkutan orang di Kawasan tertentu. 2. Pasal 43 a. Pelayanan angkutan orang dengan tujuan tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 huruf b merupakan angkutan yang melayani paling sedikit meliputi antarjemput, keperluan sosial, atau karyawan. b. Kendaraan yang dipergunakan untuk pelayanan angkutan orang dengan tujuan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit : 1) Mobil penumpang umum: atau 2) Mobil bus umum 2.3.4 Peraturan Menteri Perhubungan No. 117 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek Pasal 13 Angkutan orang dengan tujuan tertentu sebagaiman dimaksud dalam pasal 4 huruf b merupakan angkutan yang melayani a. Angkutan antar jemput b. Angkutan pemukiman c. Angkutan karyawan d. Angkutan sekolah e. Angkutan carter f. Angkutan sewa
2.3.5 Keputusan Dirketoran Jenderal Perhubungan Darat No.
Sk.687/AJ.206/DRDJ/2002 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur 1. Faktor muat (load factor) adalah rasio perbandingan antara jumlah penumpang yang diangkut dengan kapasitas kendaraanya yang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Faktor muat rata-rata dalam perencanaan suatu jaringan trayek adalah 70% diambil pada saat kondisi dinamis 2. Kapasitas kendaraan adalah daya muat penumpang pada setiap kendaraan angkutan umum sedangkan daya angkut sesuai SPM yang berlaku BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Studi Pengembangan Moda Transportasi Kota Balikpapan Angkutan Masal Perkotaan Berbasis Jalan Raya (Bus Rapid Transit), Pilihan Tepat Untuk Negara Berkembang