OLEH :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan isu strategis pada RPJMD Kabupaten Pasuruan yaitu kebutuhan
pengembangan Infrastruktur Daerah untuk Penguatan Konektivitas dan Aksesibilitas
yang dijabarkan pada misi ke3 Bupati, “Meningkatkan kualitas infrastruktur daerah
untuk penguatan konektivitas dan aksesibilitas masyarakat dalam rangka peningkatan
daya saing daerah dengan memperhatikan pemanfaatan segenap potensi sumber daya
alam secara bertanggungjawab dan berkelanjutan sebagai bentuk konservasi lingkungan
di Kabupaten Pasuruan” , yang dalam hal ini mendukung berkembangan perekonomian,
pergerakan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan dan mendukung logistic suatu
daerah, Dinas Perhubungan menentukan Tujuan Organisasi Perangkat Daerah untuk
fokus dalam Meningkatkan Koketivitas Wilayah. Dalam mendukung pencapaian
Konektivitas wilayah terdapat beberapa program, kegiatan dan sub kegiatan yang
tentunya mendukung dalam proses peningkatan konektivitas wilayah. Salah satu kegiatan
yang merupakan inovasi Dinas Perhubungan dalam upaya meningkatkan Konektivitas
Wilayah yang memiliki tren penurunan akibat dampak Pandemi Covid-19 adalah
pelaksanaan Subsidi Angkutan sekolah Gratis. Pelaksanaan Subsidi Angkutan Sekolah
Gratis didasarkan pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 9 Tahun 2020
Tentang Pemberian Subsidi Angkutan Penumpang Umum Perkotaan yang berubah
menjadi Peraturan Menteri Perhubungn nomer PM 2 tahun 2022, yang kemudian oleh
Kabupaten Pasuruan di turunkan dalam SK Bupati no104 tahun 2019 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan sekola Gratis.
Pelaksanaan Subsidi Angkutan Sekolah Gratis dilaksanakan pada Trayek yang
melewati beberapa sekolahan dan di tujukan pada siswa yang kurang mampu secara
ekonomi sehingga pelaksanaan program ini memiliki manfaat tidak hanya kepada
pemerintah dalam peningkatan konektifitas wilayah dan membantu operator dalam
pembiayaan operasional angkutan yang tren penggunaannya menurun akibat pandemi
Covid-19 (laporan LKJIP Dinas Perhubungan 2020), tetapi juga bermanfaat dalam
mendukung progam pemerintah di bidang penurunan kemiskinan ekstrim (Program
Prioritas Bupati Pasuruan dalam Perubahan RKPD 2022), yang dalam hal ini
transportasi bermanfaat baik pada peningkatan konektifitas serta secara tidak langsung
mendukung perkembangan perekonomian masyarakat.
Konektifitas angkutan umum merupakan kondisi dimana masyarakat mudah
untuk mengakses trasnportasi umum untuk melaksanakan perpindahan. Dalam hal ini,
konektivitas angkutan umum pada sistem transportasi yang menghubungkan pusat asal
pergerakkan dan tujuan perjalanan menjadi sangat penting karena dengan konektivitas
pelayanan angkutan umum yang baik, menjadikan aksesibilitas suatu tempat tujuan yang
lebih mudah, dengan konsekuensi logis meningkatkan mobilitas pergerakan orang dengan
angkutan umum, mendesain struktur jaringan angkutan umum di jalan yang memberikan
konektivitas yang baik sedemikian hingga sehingga diperoleh efektifitas (memenuhi
keseluruhan wilayah pelayanan) dan efisensi (tarif murah) perjalanan yang optimum.
Oleh sebab itu dalam pembangunan ekonomi nasional membutuhkan dukungan system
transportasi yang berkesinambungan dan tidak terputus atau yang lebih dikenal dengan
konektivitas transportasi. (Kajian Konetivitas Angkutan Umum Di Jalan di Wilayah
Kabupaten Bekasi, Dr. Made Suraharta, MT)
Berkaitan dengan konektifitas di Wilayah Kabupaten Pasuruan yang di jabarkan
pada Sasaran Renstra Dinas Perhubungan Tahun Anggaran 2019-2023, yaitu
“Meningkatnya Wilayah yang Terkoneksi Sarana Angkutan Umum yang
Berkeselamatan dengan indikator Prosentase Wilayah yang Terkoneksi Sarana
Angkutan umum” memiliki perhitungan target berasal dari Jumlah Desa yang terlayani
angkutan umum dibagi jumlah desa total, dimana jumlah desa total sebanyak 341 dan
hingga perhitungan tahun 2022 sebanyak 55 desa telah terlayani oleh trayek angkutan
umum.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil pelaksanaan program penyelenggaraan angkutan sekolah gratis yang
dilaksanakan Oleh Dinas Perhubungan di Kabupate Pasuruan?
2. Apakah factor-faktor yang mempengaruhi hasil pelaksanaan penyelenggaraan
angkutan sekolah gratis?
3. Bagaimana strategi yang harus dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan
penyelenggaraan Angkutan Sekolah Gratis oleh Dinas Perhubungan Kabupaten
Pasuruan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dijabarkan, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan Penyelenggaraan pelayanan Angkutan Sekolah
Gratis Oleh Dinas Perhubungan di Kabupaten Pasuruan.
2. Mengetahui factor-faktor apa saja yang yang mempengaruhi keberhasilan Program
Penyelenggaraan Angkutan Sekolah Gratis
3. Menentukan strategi peningkatan pelayanan Angkutan Sekolah Gratis di Kabupaten
Pasuruan
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut :
1. Secara teori, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
perkembangan teori Ilmu Administrasi Publik khususnya dalam bidang pelayanan
publik
2. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan masukan pemikiran dan manfaat bagi
pemerintah khususnya pada bidang pelayanan angkutan umum subsidi (gratis) di
Wilayah Kabupaten Pasuruan.
3. Bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan pihak-
pihak terkait, mengenai evaluasi kebijakan pelayanan public khususnya di bidang
penyelenggaraan angkutan subsidi
A. LANDASAN TEORI
Menelaah berbagai macam teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan dari
variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapih yang digunakan untuk
merumuskan hipotesis. Deskripsi teori harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan merujuk pada sumber aslinya. Untuk meningkatkan kualitas kajian
teori, pembahasannya perlu dikaitkan dengan masing-masing penelitian terdahulu
yang relevan sebagai acuan penelitian yang akan dilakukan
1. Kebijakan Publik
Kebijakan menurut James Anderson merupakan arah Tindakan yang mempunyai
maksud yang ditetapkan oleh actor atau sejumlah actor dalam mengatasi suatu masalah
atau persoalan. Pendapat tersebut sama dengan yang diungkapkan Carl I.Friedrick, bahwa
kebijakan adalah serangkaian Tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada.
Kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus
mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
menurut Charles O. Jones istilah kebijakan (policy term) digunakan dalam praktek sehari-
hari namun digunakan untuk menggantikan kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda
(Budi Winarno, 2008 : 17-19).
Istilah kebijakan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
kegiatan akademik, namum istilah tersebut dapat digunakan untuk menunjukan suatu
yang lebih khusus seperti kebijakan public yang akan memberikan Batasan-batasan
konsep untuk dapat dikomunikasikam lebih lanjut. Kebijakan public menurut Edward III
dan Sharkansky dalam islamy (1984) mengemukakan kebijakan public adalah ‘what
government say and do, or not to do. It is the goals or purpose of government programs”.
Kebijakan public adalah apa yang pemerintah katakana dan dilakukan atau tidak
dilakukan, kebijakan public merupakan serangkaian tujuan dan sasaran dari program-
program pemerintah (dikutip Joko Widodo, 2009:12 )
2. Evaluasi Kebijakan Publik
Dunn (2003) menjelaskan, evaluasi dapat disamakan dengan langkah penaksiran dan
penilaian untuk menganalis hasil-hasil kebijakan publik. Tujuannya untuk menghasilkan
informasi mengenai nilai atau manfaat dari kebijakan. Evaluasi kebijakan berfungsi untuk
memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yakni
seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dicapai melalui tindakan kebijakan
publik yang ditetapkan untuk mengatasi persoalan public.
Mutofadijaja dalam joko Widodo (2009:111) menyatakan evaluasi kebijakan merupakan
kegiatan untuk menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu
kebijakan public. Oleh karena itu, evaluasi merupakan kegiatan pemberian nilai atas
sesuaitu fenomena, di dalamnya terkandung pertimbangan nilai (value judgement)
tertentu. Fenomena yang dinilai adalah berkaitan dengan “tujuan, sasaran kebijakan,
kelompok sasaran (target groups) yang ingin dipengaruhi, berbagai instrument kebijakan
yang digunakan, respons dari lingkungan kebijakan, kinerja yang dicapai, dampak yang
terjadi,d dan sebagainya.”
Menurut Gene Shackman dalam Jurnal Internasional dengan judul “What is Program
Evaluation?” (2007:101) menyatakan bahwa “ evalusi adalah suatu penaksiran yang
dilakukan secara rutin/ sistematis. Evaluasi harus mengikuti perencanaan yang sistematis
dan telah disepakati”. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditetapkan Langkah-
langkah dalam pelaksanaan Evaluasi Kebijakan seperti dikutip dari Budi Winarno
(2008:230-231), Edward A. Scuhman menjabarkan evaluasi kebijakan dalam 6 langkah,
antara lain:
1. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi
2. Analisis terhadap masalah
3. Deskripsi dan standarisasi kegiatan
4. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
5. Menetukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan
tersebut atau karena penyebab lain
6. Beberpa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.
3. Aksesibilitas
Inayah Aksesibilitas adalah konsep yang menghubungkan system pengaturan tata guna
lahan secara geografis dengan system jaringan transportasi yang menghubungkannya.
Ada berbagai unsur yang mempengaruhi tingkat aksesbilitas, misalnya kondisi jalan,
jenis alat angkutan yang tersedia, frekuensi keberangkatan dan jarak (Robinson Tarigan,
2003:140).
Salah satu variabel yang dapat dinyatakan apakah tingkat aksesibilitas itu tinggi atau
rendah dapat dilihat dari banyaknya sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut.
Semakin banyak sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut maka semakin mudah
aksesbilitas yang didapat begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat aksesbilitas yang
didapat maka semakin sulit daerah itu dijangkau dari daerah lainnya (Bintarto, 1982:91)..
4. Rasio Konektifitas Angkutan
Inayah Hidayati dalam jurnal berjudul Pembangunan Indonesia-sentris Konektivitas
Antar Wilayah (2019) menyebutkan bahwa konektivitas diwujudkan dalam ketersediaan
infrastruktur yang meminimalisir adanya kesenjangan antar wilayah, meratakan
pembangunan, dan memangkas kemiskinan suatu negara.
Terdapat tiga prinsip konsep konektivitas; Pertama, memaksimalkan pertumbuhan
melalui kesatuan kawasan, bukan keseragaman (inclusive development) dengan
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan. Kedua, memperluas pertumbuhan melalui
konektivitas wilayah-wilayah melalui inter-moda supply chain system yang
menghubungkan hinterland dan yang tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan. Ketiga,
mencapai pertumbuhan inklusif dengan menghubungkan daerah terpencil dengan
infrastruktur dan pelayanan dasar dalam mendapatkan manfaat pembangunan
Berdasarkan Permendagri 80 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 Tentang Laporan Dan Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah, untuk urusan perhubungan terdapat perhitungan tingkat Rasio
Konektifitas Kabupaten/Kota dengan rumusan untuk angkutan jalan berdasarkan adanya
perbandingan “Jumlah Trayek yang dilayani pada Kabupaten /Kota x Bobot Trayek
Dibagi Jumlah Kebutuhan Trayek pada Kabupaten/Kota tersebut”. Formulasi ini
menjabarkan bahwa tingkat keterhubungan wilayah berdasarkan jumlah trayek angkutan
umum yang telah beroperasi dibandingkan dengan kebutuhan total trayek angkutan
umum pada kota/ kabupaten tersebut.
5. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. (UU Nomer 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik). Pada maksud, tujuan, asas dan ruang lingkup Pelayanan Publik
terdapat ketentuan penyediaan jasa public oleh instansi pemerintah atau badan usaha
pemerintah atau swasta yang ketersediaannya menjadi misi negara yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan
6. Sk Bupati Nomer 104 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Sekolah
Gratis
Peraturan tersebut menjelaskan pengaturan system dan prosedur operasional
Penyelenggaraan Angkutan Sekolah Gratis. Tujuan penyelenggaraan Angkutan Sekolah
Gratis untuk mendukung program peningkatan pelayanan dasar Pendidikan Kabupaten
Pasuruan serta konetifitas di wilayah kabupaten pasuruan dengan mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi dan menyediakan angkutan yang efektif dan efisien.
Sebagai persyaratan penyelenggaraan angkutan sekolah gratis, Dinas Perhubungan
memiliki kewajiban untuk menyiapkan sarana angkutan dan fasilitas pendukung yang
laik jalan; memperkejakan pengemudi yang memenuhi persyaratan; pelayanan sesuai
dengan SPM angkutan umum; sarana yang memiliki dokumen perjalanan secara sah serta
jadwal pelayanan yang pasti.
Dalam pelaksanaan Penyelenggaraan Angkutan Sekolah Gratis terdapat procedural
subsidi yang di atur serta sekolah dan siswa yang dapat diangkut oleh penyedia angkutan.
B. PENELITIAN TERDAHULU
A. Pendekatan Penelitian,
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena dilakukan pada kondisi yang
alamiah. Sugiyono, (2014) mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan daripada generalisasi.
Metode kualitatif menurut Creswell (1998) adalah suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial
dan masalah manusia. Peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata,
laporan terinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alami
(Pasolong, 2012). Bogdan dan Taylor (dalam Maleong, 2007) menyebutkan metode
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Maleong, 2007).
Ada dua jenis variabel kuantitatif yang bisa digunakan, yaitu kontinu dan diskrit.
Variabel kuantitatif kontinu merupakan variabel yang bisa mengambil jumlah nilai yang
tidak harus selalu memiliki dua angka. Artinya yang digunakan adalah angka desimal.
Varibel kuantitatif terdiri dari Jumlah Trayek Angkutan Umum, Jumlah armada angkutan
umum, jumlah wilayah yang terlayani angkutan umum dan jumlah pengguna pelayanan
angkutan umum.
E. Jenis dan Sumber Data
1) Data primer
Data ini langsung diperoleh dari penelitian lapangan yaitu pengamatan langsung
pada objek yang akan diteliti melalui teknik pengumpulan data berupa
kuesioner dan observasi. Menurut Arikanto (2010), data primer adalah data dalam
bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak- gerik atau
perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek
penelitian atau informan yang berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data
yang diperoleh dari responden secara langsung (Arikanto, 2010)
2) Data sekunder
Data ini diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara mempelajari literatur-
literatur serta sumber lain yang berhubungan dan relevan dengan masalah dan
topik yang sedang diteliti. Menurut Arikunto (2017), data sekunder dalam
sebuah penelitian diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh
penulisserta dari studi pustaka. Data sekunder dapat berasal dari dokumen-
dokumen grafis seperti tabel, catatan, chat, foto dan lain-lain.
Sumber data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari :
Perturan perundang-undangan
Buku
Penelusuran Data Online
Jurnal Ilmiah
Dokumentasi
F. Instrumeri Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data.
Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Instrumen Utama (Peneliti)
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang bertujuan
untuk mencari dan mengumpulkan data langsung dari sumber data. Karena
peneliti sebagai instrumen, maka peneliti harus sanggup menyesuaikan diri
dan berinteraksi secara langsung dan tuntas dengan fenomena yang sedang
dipelajari.
2) Instrumen Bantu (Pedoman Wawancara)
Instrumen bantu kedua ini berupa pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti
sebagai alat bantu dalam pengambilan data secara langsung di lapangan
G. Poputasi dan Teknik Pengambilan Sampel,
Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Teknik purposive
sampling. Dalam Teknik ini peneliti cenderung untuk memilih informan yang di anggap
mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk
menjadi sumber data.
dalam penelitian kualitatfi, cuplikan yang diambil lebih bersifat selektif. Peneliti
mendasarkan pada landasan kaitan teori yang digunakan, karakteristik empiris yang di
habadapi dan sebagainya.
H. Teknik Pengumpulan Data,
Dalam penelitian ini ada beberapa Langkah yang kami lakukan dalam mendapatkan data.
Langkah tersebut antara lain:
1) Wawancanara
Menggunakan metode penelitian sosial (Susanto, 2006 : 130-131) wawancara
terpimpin (terstrruktur). Dengan pihak yang dijadikam responden adalah:
a) Dinas Perhubungan Kabupaten Pasuruan
b) Pengusaha Angkutan Umum
c) Supir Angkutan Umum
d) Siswa /Panumpang Angkutan Umum
2) Studi kepustakaan
Adanya pengumpulan data menggunakan data dan informasi yang didasarkan
pengamatan pada buku-buku
3) Observasi lapangan
Teknik pengamatan dengan pengamatan dan pencacatan langsung di lokasi
penelitian.
I. Teknik Analisa Data,
Analisis data dalam penelitian ini mengguna- kan analisis model interaktif yang
dikemukakan oleh Miles dan Hubermen (1984) yang meliputi tiga tahapan utama, yakni:
reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan tahap penarikan
kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data.