Anda di halaman 1dari 7

Widyakala Journal Volume 6, Issue 2, September 2019

p-ISSN 2337-7313 DOI: https://doi.org/10.36262/widyakala.v?i?.???


e-ISSN 2597-8624 https://ojs.upj.ac.id/index.php/journal_widya/

Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat


Kegiatan (Pasar & Transport Hub),
(Studi Kasus Pasar Lembang, Ciledug)

Chandra Hanindita Pradana1


1
Program Studi Arsitektur, Universitas Pembangunan Jaya
Tangerang Selatan, Banten 15413, Indonesia
chandra.haninditapradana@student.upj.ac.id

Received, Revised, Accepted

Abstract — To support the maximum development of all activities (economy, government, and
services) in a city, a sidewalk or pedestrian path is needed to accommodate the needs of pedestrians.
Pedestrian behavior in this study is shown in the form of public perception in the use of pedestrian
paths in daily life, reviewed in terms of safety and comfort. The object of study in this research is
along the road on Jalan Pasar Lembang, Ciledug, Tangerang. The method used in this research is
a survey, namely direct observation in the field.
Keywords: Pedestrian Path, Convenience, Safety.

Abstrak — Untuk menunjang perkembangan segala kegiatan (ekonomi, pemerintahan, dan jasa)
yang maksimal di sebuah kota, maka dibutuhkan suatu trotoar atau jalur pedestrian untuk mewadahi
kebutuhan pejalan kaki. Perilaku pejalan kaki dalam studi ini ditunjukan dalam bentuk persepsi
masyrakat dalam pemanfaatan jalur pedestrian dalam kehidupan sehari hari, ditinja dari segi
keamanan dan kenyamanannya. Objek studi dalam penelitian ini adalah sepanjang jalan pada jalan
Pasar Lembang, Ciledug, Tangerang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
yaitu pengamatan secara langsung di lapangan.
Kata Kunci: Jalur Pedestrian, Kenyamanan, Keamanan.

PENDAHULUAN didukung oleh fasilitas yang baik. Fasilitas Pejalan


Dalam perencanaan suatu wilayah perkotaan, Kaki adalah semua bangunan yang disediakan untuk
fasilitas pejalan kaki tersedia dalam bentuk trotoar / pejalan kaki untuk memberikan pelayanan kepada
sidewalk yang berdampingan dengan jalan. Dalam pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan
penggunaannya seringkali pejalan kaki harus bersaing kelancaran, kenyamanan dan keamanan pejalan kaki.
dengan pedagang kaki lima, kendaraan yang parkir Kota Tangerang merupakan kota yang terletak di
sembarangan atau bahkan pohon peneduh jalan. wilayah provinsi Banten, yang merupakan salah satu
Menurut undang-undang lalu lintas No. 22 Tahun kota besar di Indonesia yang memiliki tingkat
2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan dijelaskan kepadatan lalu lintas yang tinggi. Kepadatan lalu
bahwa pejalan kaki dan pengguna kendaraan lintas yang tinggi menimbulkan banyak
bermotor adalah bagian dari lalulintas perkotaan. permasalahan, baik dari segi sosial, segi ekonomi dan
Dalam undang-undang No.22 tahun 2009 definisi segi keamanan serta kenyamanan. Di kota Tangerang
pejalan kaki ialah setiap orang yang berjalan di ruang ini, aktivitas masyarakat untuk menjangkau lokasi
lalu lintas jalan. pusat kegiatan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
Sebuah kota yang baik ialah kota yang menggunakan alat transportasi kendaraan bermotor
transportasinya tertata dengan baik, tetapi transportasi (kendaraan pribadi atau kendaraan umum), dan
yang baik tidak melulu tentang kendaraan bermotor berjalan kaki. Bagi para pemakai kendaraan bermotor
saja tapi juga para pengguna jalan kendaraan tidak telah tersedia jalur-jalur jalan yang diatur dengan
bermotor seperti para pesepeda dan para pejalan kaki baik, begitu juga bagi para pejalan kaki, sudah ada
padahal semua orang pasti berjalan kaki untuk jalur pedestrian yang disediakan.
mencapai tujuan seperti dari rumah ke kantor atau dari Seperti pada kawasan Pasar lembang, Ciledug.
tempat parkir dan kantor. Para pengguna jalur jalur pedestrian pada pasar lembang ini sudah
pedestrian juga termasuk kedalam bagian transportasi terfasilitasi dengan baik oleh pemerintah, namun tidak
yang juga perlu pengembangan dalam sarana dan adanya pengawasan dan pemeliharaan secara berkala,
prasarana yang baik, para pengguna jalan ini sehingga jalur pedestrian pada kawasan pasar
seringkali mengalami insiden kecelakaan jika tidak lembang ini tidak terawat serta terjadi adanya alih

Copyright  2019 WIDYAKALA


1
All rights reserved
Chandra H. Pradana, Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar & Transport Hub), 2021,
6 (2): xx - yy

fungsi oleh para pedagang yang mengganggu kota, sehingga aspek - aspek lingkungan yang sehat,
mobilitas para pengguna jalur pedestrian. Terlebih aman dan nyaman tidak diutamakan dan menjadikan
pada kawasan pasar lembang ini tidak hanya terdapat ruang publik tersebut tidak layak difungsikan.
pasar tradisional saja, tetapi juga terdapat terminal bus Jalur pedestrian yang baik dapat menampung
yang melayani perjalanan antar kota & antar provinsi setiap kegiatan pejalan kaki dengan aman dan
dan terdapat juga Sekolah Menengah Pertama pada nyaman, pedestrian memiliki karakteristik berupa
kawasan pasar lembang. karakter fisik, karakter perilaku pejalan kaki, dan
Jalur pedestrian dibuat bertujuan untuk membagi karakter psikis pejalan kaki. Selain itu juga terdapat
jalur antara jalur kendaraan bermotor dan jalur pejalan karakteristik lingkungan di area pedestrian memiliki
kaki, namun pada kenyataannya pada saat ini jalur peran dalam memberikan pelayanan dan prasarana
pedestrian sudah tidak berfungsi lagi sebagaimana berupa keamanan, kenyamanan, keselamatan,
mestinya, jalur pedestrian banyak dipenuhi kendaraan kenikmatan, dan keekonomisan. Kenyamanan
bermotor untuk parkir, dipenuhi oleh kios kios yang merupakan salah satu nilai vital yang selayaknya
bersifat permanen maupun non permanen dan harus dinikmati oleh manusia ketika melakukan
berbagai jenis bangunan lainnya. aktifitas aktifitas di dalam suatu ruang.
Menurut (Specks, 2013) dalam bukunya yang
Tinjauan Pustaka berjudul Walkable City, ia menyebutkan bahwa jalan
Pedestrian berasal dari Bahasa Yunani yaitu jalan pada perkotaan berbentuk fisik, baik berupa
pedos atau pedester yang memiliki arti kaki, sehingga kelayakan maupun fasilitas. Jeff Specks lebih fokus
pedestrian dapat disimpulkan dalam arti pejalan kaki. terhadap komponen objek fisik berupa fasilitas yang
Pemerintah juga mengatur hak hak pejalan kaki dalam terdapat pada jalur pedestrian, terkait dengan prinsip
Undang-undang No.22 Tahun 2009 yaitu setiap keamanan pada jalur pedestrian Jeff Specks memiliki
lalulintas jalan harus dilengkapi dengan perlengkapan pandangan bahwa jalur untuk pejalan kaki merupakan
jalan. Berjalan merupakan suatu kegiatan perpindahan jalur bebas yang terhindar dari intimidasi, dan harus
yang menggunakan kaki sebagai alat gerak. Dalam memiliki batasan yang jelas dari bentuk fisik berupa
studi perkotaan, pedestrian menjadi acuan pokok yang dimensi ukuran dari lebar trotoar hingga hirarki ruang
mencerminkan kemajuan pembangunan pada sebuah yang jelas antara publik dan privat didalamnya, serta
kota, sehingga pedestrian merupakan salah satu desain yang dibuat tidak boleh bersinggungan dengan
gambaran wajah dari suatu kota menurut (Lynch, lalu lintas. Suatu hubungan yang harmonis merupakan
1969) dalam bukunya yang berjudul The Image Of integralitas dalam keragaman melalui pemenuhan
The City. kebutuhan dan keinginan yang seharusnya tersedia,
Menurut (Kim Dovey, 2010) dalam bukunya sehingga kenyamanan merupakan suatu kepuasan
yang berjudul Urban Slippage mengatakan bahwa manusia dalam beraktifitas. Selain itu, kenyamanan
adanya sebuah aktivitas pribadi yang mana meluas ke pada dasarnya juga terkait dengan faktor yang
ruang publik. Pada kutipan tersebut, masalah yang mendukung keamanan dan keselamatan diri manusia
timbul pada kawasan ciledug ini adalah peralihan pada suatu ruang.
fungsi jalur pedestrian menjadi kios kios pedagang Menurut (Riyan Sanjaya et al., 2017), jalur
atau bahkan lahan parkir kendaraan bermotor. Dengan pejalan kaki merupakan elemen yang penting dalam
adanya kios kios pedagang dan parkir kendaraan sebuah perancangan karena memiliki peran sebagai
bermotor maka pengguna jalur pedestrian tidak penghubung dan sistem vitalitas pada ruang sebuah
merasa nyaman dana man pada saat melakukan kota. Jalur pejalan kaki pada daerah perkotaan
aktivitas aktivitas pada jalur pedestrian karena memiliki fungsi:
terganggu oleh kios kios pedagang dan parkir a) Sebagai media interaksi sosial
kendaraan bermotor. b) Sebagai fasilitas penggerak bagi pejalan kaki
Pada masa kini, pedestrian mengalami c) Sebagai unsur pendukung, keindahan dan
pergeseran fungsi menjadi lahan kios pedagang dan kenyamanan kota.
menjadi lahan parkir kendaraan bermotor. Hal Menurut Murtomo dan Aniaty (1991) jalur
tersebut merupakan salah satu faktor pejalan kaki disebuah kota memiliki fungsi terhadap
ketidaknyamanan bagi pejalan kaki, para pejalan kaki perkembangan sebuah kota, meliputi:
lebih memilih berjalan di bahu jalan meskipun hal a) Pedestrian dapat menumbuhkan aktivitas yang
tersebut beresiko bagi pejalan kaki. Jalur pedestrian sehat sehingga mengurangi kerawanan
yang aman dan nyaman bisa menjadi faktor kriminalitas
meningkatnya kuantitas pejalan kaki sehingga b) Pedestrian dapat menunjang berbagai kegiatan
pengguna kendaraan bermotor di kota tersebut dapat ekonomi sehingga berkembang kawasan bisnis
berkurang dan beralih untuk bersepeda atau berjalan yang menarik
kaki. Menurut (Iswanto, 2006) jalur pedestrian juga c) Pedestrian sangat menguntungkan sebagai
sebuah wadah bagi pejalan kaki untuk berkegiatan, ajang kegiatan promosi, pameran, periklanan,
melakukan aktivitas dan sebagai sarana mobilisasi. dsb.
Pesatnya perkembangan berakibat kepada d) Pedestrian dapat menarik bagi kegiatan sosial
meningkatnya kebutuhan ruang publik pada sebuah

2
Chandra H. Pradana, Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar & Transport Hub), 2021,
6 (2): xx - yy

e) Pedestrian mampu menghadirkan suasana dan Indonesia. Fasilitas jalur pedestrian di Indonesia
lingkungan yang spesifik dan unik di masih dikesampingkan dan belum menjadi sebuah
lingkungan prioritas pembangunan sebuah kawasan,
f) Pedestrian berdampak pada upaya penurunan dibandingkan dengam pengembangan fasilitas untuk
tingkat pencemaran udara dan suara karena kendaraan bermotor. Salah satu penyebabnya yaitu
peralihan dari menggunakan kendaraan tidak tercukupi akan pemenuhan fasilitas
bermotor beralih ke bersepeda dan berjalan pedestrianoleh pemerintah, dan juga adanya alih
kaki. fungsi dari pedestrian itu sendiri.
Belum tercukupi akan kebutuhan fasilitas
Dari fungsi fungsi tersebut dapat disimpulkan pejalan kaki, menjadi sebuah masalah dalam hal
bahwa fungsi dari jalur pejalan kaki / jalur pedestrian fasilitas ruang public pada kawasan perkotaan di
yang bisa dikatakan baik pada suatu kota sangat Indonesia. Fasilitas jalur pedestrian di Indonesia
berpengaruh terhadap aktivitas sosial di sebuah kota. masih dikesampingkan dan belum menjadi sebuah
Sebuah kawasan kota akan menjadi hidup karena prioritas pembangunan sebuah kawasan,
aktivitas aktivitas tersebut, banyak pedagang dibandingkan dengam pengembangan fasilitas untuk
pedagang yang menjajakan barang dagangannya pada kendaraan bermotor. Salah satu penyebabnya yaitu
sebuah jalur pedestrian maka terjadi suatu interaksi tidak tercukupi akan pemenuhan fasilitas
antara pejalan kaki dengan penjual. Tetapi terdapat pedestrianoleh pemerintah, dan juga adanya alih
masalah yang muncul tentang pedagang yang fungsi dari pedestrian itu sendiri.
berjualan di atas jalur pejalan kaki, ada yang pro dan Setelah terbangunnya jalur pedestrian di sebuah
juga ada yang kontra dengan hal tersebut. kawasan kota, perlu adanya pengelolaan dan
Menurut (Iswanto, 2006) dalam jurnalmya yang pemeliharaan secara berkala, agar dapat berfungsi
berjudul Pengaruh Elemen-elemen Pelengkap Jalur dengan sebagaimana mestinya. Tidak lupa juga pada
Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki, ia sebuah jalur pedestrian terdapat fasilitas fasilitas
berpendapat bahwa adanya pedagang pada sebuah pendukung untuk menunjang kenyamanan dan
jalur pejalan kaki merupakan sebuah kasus jalur keamanan bagi penggunanya. Terdapat elemen
pejalan kaki yang desain nya terlewatkan untuk elemen fasilitas pendukung pada sebuah jalur
memberikan kenyamanan bagi penggunanya. pedestrian menurut (Anggraini, 2009) yaitu:
Mengutip dari buku yang berjudul Central City Malls 1) Drainase, keberadaannya untuk mencegah
karya Harvey M. Rubenstein tentang elemen pada banjir dan genangan air pada jalur pedestrian
jalur pedestrian, (Muslihun, 2013) menyebutkan 2) Jalur hijau, keberadaannya berupa pohon
bahwa aktivitas jual beli maka terciptanya interaksi peneduh sehingga pengguna jalur pedestrian
sosial antara pedagang dan pembeli, sehingga kios tetap merasa nyaman
kios tersebut menimbulkan suasana pada jalur pejalan 3) Lampu, keberadaannya sebagai penerangan
kaki sehingga tidak bersifat monoton. pada waktu malam hari
Dalam bukunya yang berjudul Pedestrian Ways 4) Tempat duduk, keberadaannyasebagai tempat
Dalam Perancangan Kota (Anggraini, 2009) istirahat untuk pengguna jalur pedestrian
menyebutkan bahwa sebuah kota akan bertumbuh dan 5) Pagar pengaman, keberadaannya sebagai
berkembang melalui rencana maupun tanpa rencana. perlindungan dan diletakkan pada titik titik
Kota yang tumbuh sudah direncanakan maka kota rawan
tersebut akan lebih terarah dan mudah dikendalikan 6) Tempat sampah
perkembangannya, sedangkan kota yang tumbuh 7) Marka, diletakan pada titik titik interaksi sosial
tanpa melalui rencana maka kota tersebut akan 8) Halte bus.
tumbuh dan berkembang secara alami dan cenderung
sulit dikendalikan perkembangannya. Sebagai studi Menurut Shirvani (1985) mengatakan bahwa
kasus kawasan Bintaro, kawasan Bintaro ini dari awal jalur pejalan kaki harus dipertimbangkan sebagai
sudah direncanakan secara matang oleh salah satu perancangan sebuah kawasan kota. Jalur
pengembangnya. Kawasan Bintaro ini dalam pejalan kaki adalah bagian dari kota dimana orang
perkembangannya terarah, termasuk fasilitas fasilitas bergerak dengan kaki, sungsi dari jalur pejalan kaki
yang ada seperti jalur pejalan kaki. Tetapi pada adalah untuk keamanan pejalan kaki pada waktu
kawasan ciledug ini pada awalnya perkembangan nya beraktivitas dari satu tempat ke tempat yang lain.
tidak di rencanakan tetapi kawasan ini tumbuh secara Dalam perancangan sebuah jalur pedestrian hal hal
alami, termasuk fasilitas fasilitas pejalan kaki yang praktis menjadi lebih utama karena untuk faktor
tidak dikelola dengan baik dan benar sehinga kemudahan dalam aksesnya. Adanya jalur pedestrian
menimbulkan perubahan fungsi menjadi tempat kios ini salah satu tujuan untuk mengurangi kepadatan lau
kios pedagang atau menjadi sebuah lahan parkir lintas, serta memudahkan para pengguna dalam
kendaraan bermotor. mengakses layanan umum dan untuk menghemat
Belum tercukupi akan kebutuhan fasilitas waktu. Berkembangnya sebuah kawasan juga
pejalan kaki, menjadi sebuah masalah dalam hal berpengaruh kepada meningkatnya suatu angka
fasilitas ruang public pada kawasan perkotaan di populasi pada kawasan kota tersebut. Jumlah

3
Chandra H. Pradana, Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar & Transport Hub), 2021,
6 (2): xx - yy

kendaraan bermotor juga bertambah, sehingga sedang dihadapi, pendapat dari seseorang yang
pencvemaran udara dan suara semakin meningkat. berpengalaman dalam peristiwa tersebut, studi
Pedestrian disini juga berfungsi sebagai literature atau dokumen bersejarah dan tingkah laku
meningkatkan hidup yang berkelanjutan, dengan seseorang (Yusuf, 2014). Pada penelitian kali ini,
mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan penulis akan mendeskripsikan tentang suatu peristiwa
beralih kepada transportasi publik. dan permasalahannya dengan melakukan kegiatan
observasi atau survey lapangan, dengan ini data data
Rumusan Masalah/Identifikasi yang dibutuhkan dapat ditemukan secara objektif.
Kawasan pasar lembang merupakan sebuah Studi literature juga tidak kalah penting untuk
kawasan pusat kegiatan di kecamatan ini. Kawasan ini mengaitkan teori yang ada dengan hasil observasi
yang ada di lapangan.
memiliki jalur pedestrian yang terlihat sudah tidak
diminati oleh orang orang yang berkegiatan pada METODE PENELITIAN
kawasan ini. Karena beberapa hal seperti peralihan
fungsi menjadi kios kios pedagang, dan pengguna Pusat Kegiatan (Pasar & Transport Hub) Pasar
yang memakirkan kendaraannya di atas jalur Lembang, Ciledug
pedestrian tersebut. Hal tersebut merupakan faktor Ciledug merupakan salah satu kecamatan yang
terletak pada kota Tangerang, Banten. Ciledug
yang menjadikan jalur pedestrian sudah tidak diminati
merupakan suatu kawasan pada kota Tangerang yang
oleh pengguna karena dalam segi kenyamanan dan sangat strategis, wilayah Ciledug berbatasan langsung
keamanan para pengguna sudah terganggu. deengan 3 kota yaitu Tangerang Selatan, Jakarta
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat Selatan dan Jakarta Barat. Seiiring berkembangnya
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: zaman, Ciledug mengalami perkembangan yang pesat
Apakah faktor penyebab terjadinya alih fungsi jalur dari berbagai sektor yaitu transportasi, ekonomi, dan
pedestrian sehingga mengganggu kenyamanan dan infrastuktur.
keamanan pejalan kaki?. Agar terciptanya
kenyamanan dan keamanan bagi para pejalan kaki,
fasilitas apa yang dibangun di dalam jalur pedestrian?

Tujuan Penelitian
Tujuannya dilakukan penelitian ini untuk:
Mengetahui faktor penyebab terjadinya alih fungsi
pada jalur pedestrian di kota Tangerang khususnya di
daerah pasar lembang Ciledug. Apakah fasilitas jalur
pedestrian di kota Tangerang khususnya di daerah
pasar lembang Ciledug sudah dibangun pada sebuah
jalur pedestrian.
Kerangka Metode
Gambar 1. Peta Kawasan Pasar Lembang, Ciledug
Metode yang akan dilakukan dengan metode (Google Earth)
diskriptif, melalui pendekatan berupa data data yang Pasar lembang berada di jalan Raden Patah,
bersifat kualitatif. Penggunaan metode ini dengan kecamatan Ciledug. Menurut penulis, jalan Raden
maksud untuk memahami dan menjelaskan serta Patah ini merupakan jalan yang ramai / sibuk pada
dapat memecahkan masalah dari hasil kunjungan kecamatan Ciledug ini. Pesatnya perkembangan
lapangan menjadi sebuah kesimpulan dalam bentuk kawasan Ciledug ini dikarenakan hadirnya ruko –
deskripsi. Metode ini merupakan metode penelitian ruko komersil pada kawasan Ciledug. Dalam hal
dengan mengumpulkan informasi informasi berupa aksesibilitas kawasan Ciledug bisa dibilang mudah,
fakta objektif yang sedang berlangsung, yang ditinjau berbagai transportasi umun mudah ditemukan seperti
secara langsung atau survey ke lapangan. Metode ini ojek, angkutan kota (angkot), bus, dan becak. Serta
juga membantu dalam proses pemecahan masalah fasilitas jalur pedestrian untuk pejalan kaki juga
yang sedang berlangsung atau sedang dihadapi, tersedia, khususnya pada kawasan Ciledug ini.
dengan mendeskripsikan secara jelas peristiwa dan
permasalahannya. Seperti yang sudah dipaparkan sedikit pada
Penelitian kualitatif tidak menganalisis data bagian latar belakang, perkembangan kawasan
secara statistik, melainkan cenderung bersifat naratif. Ciledug yang pesat tidak diimbangi oleh penataan dan
Sebelum memulai analisis diperlukan data – data pengelolaan yang baik. Khususnya pada objek yang
kualitatif, antara lain deskripsi tentang suatu kejadian sedang teliti saat ini, yaitu jalur pedestrian. Pada
peristiwa atau situasi tertentu serta masalah yang kecamatan Ciledug ini dibeberapa titik khususnya di
4
Chandra H. Pradana, Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar & Transport Hub), 2021,
6 (2): xx - yy

kawasan Pasar Lembang, Ciledug, jalur pedestrian Ciledug. Jalur pedestrian ini sering dimanfaatkan
hanya sekedar terfasilitasi. Maksud dari hanya sebagai tempat untuk mecari keuntungan oleh oknum
sekedar terfasilitasi di sini, yaitu jalur pedestrian yang tidak bertanggung jawab, pemanfaatan jalur
dibuat, setelah jalur pedestrian tersebut jadi, pedestrian itu diantaranya difungsikan untuk tempat
kemudian dibiarkan begitu saja tanpa pengawasan, berjualan atau berdagang dan difungsikan sebagai
pengelolaan, dan perawatan secara berkala. Hingga parkir liar.
saat ini dibeberapa titik pada jalur pedestrian di
kawasan Pasar Lembang, Ciledug mengalami
kerusakan akibat tidak dirawat dan bahkan mengalami
perubahan fungsi seperti tempat parkir kendaraan,
tempat menunggu kendaraan umum dan tempat
berjualan para pedagang kaki lima.

Gambar 2. Kios Pedagang Pada Jalur Pedestrian


(Dokumentasi Pribadi)

Penulis berpendapat bahwa peralihan fungsi jalur


pedestrian yang ditemukan dalam studi kasus yaitu
sebagai tempat berdagang dan tempat parkir liar
terjadi karena para oknum oknum tersebut melihat
Gambar 3. Pejalan Kaki Berjalan Tidak Pada Jalur adanya peluang di dalamnya, sehingga peluang
Pedestrian (Dokumentasi Pribadi) tersebut dimanfaatkan oleh oknum karena keramaian
yang terjadi pada kawasan Pasar Lembang, Ciledug.
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
Peralihan Fungsi Pedestrian peraturan peraturan yang berlaku salah satunya
Salah satu kebiasaan buruk masyarakat peraturan tentang jalur pedestrian, sehingga
Indonesia yaitu sulitnya menaati peraturan yang sudah masyarakat beranggapan bahwa tempat yang mereka
ditetapkan. Meskipun sudah ada UUD yang mengatur singgahi meupakan ruang publik yang siapapun dapat
tentang jalur pedestrian itu khusus bagi para pejalan memanfaatkannya.
kaki, pada kejadian nyatanya peraturan pada UUD
tersebut tidak di taati. Lemahnya hukum juga menjadi Fasilitas Pendukung pada Jalur Pedestrian
salah satu faktor kebiasaan buruk tersebut, perlu ada Pada bagian tinjauan pustaka diatas penulis
kesadaran yang kuat dari masing masing individu. mengutip salah satu buku karya Niniek Anggriani
Pada studi kasus di kawasan Pasar Lembang, yang berjudul “Pedestrian Ways Dalam Perancangan
Ciledug ini, infrastruktur berkembang mengikuti Kota” (Anggriani, 2009). Dalam sebuah jalur pejalan
berkembangnya perekonomian, sosial, serta kaki atau pedestrian diperlukan fasilitas pendukung
transportasi. Beberapa perkembangan tersebut dalam seperti saluran air yang berfungsi sebagai pencegah
sektor infrastruktur fisik berupa jalur pedestrian, terjadinya genangan air ketika hujan, lalu vegetasi
elemen pelengkap disebuah kota atau kawasan yang berupa tanaman peneduh agar para pejalan kaki dapat
disebut sebagai jalur pedestrian tersebut, setelah berjalan dengan nyaman, selanjutnya yaitu
dibangun oleh pemerintah setempat tidak ada kontrol penerangan yang difungsikan pada malam hari,
atau pengelolaan serta perawatan terhadap jalur tempat duduk untuk tempat istirahat para pejalan kaki,
pedestrian tersebut. pagar pengaman, lalu yang tak kalah penting juga
Pada sepanjang jalan kawasan pasar lembang, adalah tempat sampah, papan informasi yang
Ciledug, pasar, ruko, terminal, dan berbagai jenis mungkin dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
usaha dan jasa yang merupakan fungsi komersil yang terakhir yaitu halte bus yang dapat di letakkan
mendominasi kawasan Pasar lembang, membuat setiap beberapa ratus meter.
kecamatan Ciledug khususnya pada kawasan Pasar Fasilitas-fasilitas diatas dapat mendukung
Lembang ini selalu dikunjungi oleh orang orang yang terciptanya jalur pejalan kaki atau pedestrian yang
dari wilayah Ciledug maupun dari wilayah sekitar aman serta nyaman bagi para penggunanya. Penulis

5
Chandra H. Pradana, Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar & Transport Hub), 2021,
6 (2): xx - yy

penambahkan yang tidak kalah penting juga yaitu


jalur kuning untuk memandu para difabel. Seperti
yang sudah dikatakan di atas, jalur pejalan pedestrian
di kawasan Pasar Lembang, Ciledug ini hanya sekedar
terfasilitasi. Beberapa fasilitas pendukung yang telah
disebutkan diatas yang dikutip dari buku (Anggriani,
2009) hampir semua kriteria fasilitas pendukung tidak
ditemukan ketika melakukan survey lapangan.

Gambar 4. Peralihan Fungsi Pedestrian


(Dokumentasi Pribadi)
Oleh karena itu, menurut penulis jalur pedestrian dan
fasilitas pendukung jalur pedestrian sangat
mempengaruhi penggunanya. Pada studi kasus jalur
pedestrian pada kawasan Pasar Lembang, Ciledug ini
sangat minim dari fasilitas pendukungnya, sehingga
para pejalan kaki enggan untuk berjalan kaki dan lebih
memilih menggunakan kendaraan pribadi. Penulis
Gambar 5. Peralihan Fungsi Pedestrian berpendapat bahwa jalur pedestrian pada kawasan
(Dokumentasi Pribadi) Pasar Lembang, Ciledug ini masih kurang layak bagi
Pada saat melakukan survey lapangan secara para pejalan kaki, terlebih pejalan kaki yang
langsung, penulis merasa sulit unruk menemukan para berkebutuhan khusus.
pejalan kaki di jalur pedestrian sepanjang kawasan
Pasar Lembang, Ciledug. Kawasan Pasar Lembang, KESIMPULAN
Ciledug ini merupakan kawasan dengan tingkat Dari hasil penelitian dan analisis bahwa jalur
keramaian yang tinggi dikecamatan Ciledug, pada pedestrian pada Pasar Lembang, Ciledug sudah tidak
kawasan ini terdapat pusat kegiatan seperti Pasar sesuai lagi dengan fungsinya, hal tersebut juga sudah
Lembang, Terminal bis, dan ruko-ruko komersial. tidak sesuai dengan teori mengenai jalur pedestrian
Melalui survey lapangan secara langsung, penulis dan teori mengenai kenyamanan dan keamanan
mengamati rata-rata pengunjung menggunakan pejalan kaki. Jalur pedestrian banyak digunakan untuk
kendaraan pribadi dan transportasi umum berupa aktivitas-aktivitas lain, dan perilaku pejalan kaki
angkot atau ojek, becak ada juga yang menggunakan berubah mengikuti perubahan lingkungannya pejalan
ojek online, mungkin karena hal tersebut penulis kaki lebih memilih menggunakan tepi jalan unutk
jarang menemukan pejalan kaki. berjalan daripada harus melewati jalur pedestrian
yang sudah penuh dengan aktivitas berdagang pada
Namun, penulis berhasil menemui salah satu pejalan sepanjang jalan.
kaki, beliau merupakan seorang ibu rumah tangga Oleh karena itu, peran seorang perancang jalur
yang baru pulang bekerja yang berasal dari pedestrian tersebut termasuk penataan, pengelolaan
perumahan Griya Ciledug yang lokasinya tidak jauh dan pembinaan dari pemerintah, sehingga jalur
dari kawasan Pasar Lembang, Ciledug. Dengan jarak pedestrian tersebut dapat difungsikan dengan baik
kurang lebih 400 meter dari rumahnya. Ibu rumah oleh para penggunanya. Khususnya pengguna para
tangga ini hendak pulang menuju ke rumah, tidak pejalan kaki mendapatkan kenyamanan dan keamanan
banyak yang bisa penulis tanyakan kepada beliau. ketika berjalan pada jalur pedestrian tersebut.
Pada intinya beliau pulang bekerja menggunakan
transportasi umum kemudian singgah pada Pasar
Lembang, Ciledug ini untuk membeli buah-buahan
kemudian kembali kerumah dengan berjalan kaki
karena jarak Pasar dan rumah tidak terlalu jauh.

6
Chandra H. Pradana, Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar & Transport Hub), 2021,
6 (2): xx - yy

DAFTAR PUSTAKA Yusuf, A. M. (2014). METODE PENELITIAN:


Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Anggraini, N. (2009). PEDESTRIAN WAYS Dalam Gabungan. Jakarta: Kencana.
Perancangan Kota. Surabaya: yayasan Riyan Sanjaya, Soedarsono, Rachmat Mudiyono.
Humaniora. Analisis Fungsi Dan Kenyamanan Jalur
Iswanto, D. (2006). PENGARUH ELEMEN – Pedestrian Kawasan Di Kota Pangkalan
ELEMEN PELENGKAP JALUR Bun. Prosiding Seminar Nasional Inovasi
PEDESTRIAN . Jurnal Ilmiah Perancangan Dalam Pengembangan SmartCity.
Kota dan , 21-22. 2017;1(1). Accessed October 4, 2021.
Kim Dovey, K. P. (2010). Urban Slippage, Smooth http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/smartc
and striated Streetscapes in Bangkok. ity/article/view/1715/1282
Lynch, K. (1969). The Image Of The City. MIT Press. Kerangka Hubungan Fungsi dan Kenyamanan Jalur
Muslihun, M. (2013). STUDI KENYAMANAN Pedestrian Di Jalan Ngesrep Timur V, Tembalang,
PEJALAN KAKI TERHADAP Semarang [PDF] | Documents Community Sharing.
PEMANFAATAN JALUR PEDESTRIAN Xdocs.tips. Published 2021. Accessed October 4,
DI JALAN PROTOKOL KOTA 2021. https://xdocs.tips/doc/kerangka-hubungan-
SEMARANG. 1-3. fungsi-dan-kenyamanan-jalur-pedestrian-di-jalan-
Specks, J. (2013). Walkable City. New York: North ngesrep-timur-v-tembalang-semarang-987jz917408z
Point Press.

Anda mungkin juga menyukai