Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ruang publik adalah ruang luar yang digunakan


untuk kegiatan penduduk kota sehari-hari. Contohnya
untuk kegiatan berjalan-jalan,melepas lelah, duduk santai
dapat juga untuk kampanye, upacara resmi, atau kadang-
kadang untuk tempat berdagang. Ruang publik dapat
diartikan sebagai ruang milik bersama yaitu tempat
masyarakat melakukan aktivitas fungsional dan ritual
dalam suatu ikatan komunitas, baik dalam kehidupan rutin
sehari-hari, maupun dalam perayaan berkala. Ruang
publik dapat digunakan untuk kepentingan pribadi, untuk
jual beli,untuk berteman dan berolah raga.

Fungsi kawasan ruang publik antara lain untuk


meletakkan bangunan-bangunan penting milik
pemerintah, sebagai ruang terbuka kota, sebagai kawasan
pejalan kaki, sebagai kawasan komersil, atau sebagai
penghubung transportasi. Menurut Hakim (1987) dalam
Listianto, 2006, fungsi ruang publik bagi pejalan kaki
antara lain untuk bergerakdari satu bangunan ke bangunan
yang lain, dari bangunan ke open space yang ada atau
sebaliknya, atau dari satu tempat ke tempat yang lainnyadi
sudut kawasan ruang publik.Ruang terbuka kota berfungsi
sebagai tempat aktivitas manusia, sebagai ruang transisi
untuk bergerak dari bangunan satu ke bangunan yang lain
atau dari satu tempat ke tempat yang lain. Ruang terbuka
kota juga berfungsi sebagai tempat interaksi sosial
masyarakat kota dan lain-lain. Interaksi ini tidak dapat
terjadi pada orang-orang yang berada di dalam kendaraan
bermotor tetapi pada pejalan kaki. Denyut kehidupan kota
dan vitalitas kota terlihat dari adanya aktifitas pejalan kaki
di ruang kota.Berjalan kaki merupakan bagian dari sistem
transportasi atau sistem penghubung kota (linkage
system) yang cukup penting karena dengan berjalan kaki
dapat dapat mencapai semua sudut kota yang tidak dapat
ditempuh dengan kendaraan bermotor.

Menurut Sirvani (1985) dalam Listianto, 2006, jalur


pejalan kaki merupakan elemen penting perancangan
kota. Ruang pejalan kaki dalam konteks kota dapat
berperan untuk menciptakan lingkungan manusiawi.
Pejalan kaki adalah orang yang bergerak dalam satu ruang
dengan berjalan kaki. Semua orang adalah pejalan kaki,
bahkan pengendara kendaraan bermotor pun termasuk
pejalan kaki untuk dapat berpindah dari kendaraan
lainnya, untuk menuju ke tempat lain atau
sebaliknya.Kenyamanan merupakan salah satu nilai vital
yang selayaknya harus dinikmati oleh manusia ketika
melakukan aktifitas-aktifitas di dalam suatu ruang.
Menurut Rustam Hakim dan Hardi Utomo (2003) dalam
Anggriani, 2009, kenyamanan adalah segala sesuatu yang
memperlihatkan penggunaan ruang secara sesuai dan
harmonis, baik dengan ruang itu sendiri maupun dengan
berbagai bentuk, tekstur,warna, simbol mapun tanda,
suara dan bunyi kesan, intensitas danwarna cahaya
ataupun bau, atau lainnya.

Kenyamanan dapat pula dikatakan sebagai


kenikmatan atau kepuasan manusia dalam melaksanakan
kegiatannya.Suatu hubungan yang harmonis merupakan
integralitas dalam keragaman melalui pemenuhan
keinginan dan kebutuhan yang harusnya tersedia,
sehingga kenyamanan merupakan suatu kepuasan psikis
manusia dalam melakukan aktifitasnya. Selain itu, karena
kenyamanan pada dasarnya juga sangat terkait dengan
faktor yang mendukung keamanan dan keselematan diri
manusia di dalam suatu ruang.Penataan sistem sirkulasi
antar ruang, terutama dalam hal penempatan serta
penggunaan fungsi yang tepat, sangatmempengaruhi
kenyamanan pola pergerakan antar ruang itu sendiri.

Pola penataan sepotong-potong dan tumpang


tindihnya suatu fungsi fasilitas sosial, menyebabkan
sirkulasi antar ruang menjadi kurang nyaman sehingga
mengakibatkan berjalan kaki dari satu lokasi ke lokasi
lain, sungguh sangat terganggu dan bahkan dapat
menciptakan pola penataan yang tidak lagi
memperhatikan manfaat sosial atau kepentingan
masyarakat umum. Jalan hendaknya dirancang terperinci
sehingga kendaraan bermotor tidak akan mengalahkan
pejalan kaki. Karena fungsi jalan cukup berpengaruh
terhadap proses aktifitas pergerakan manusia, maka
sarana dan prasarana jalan harus benar-benar memadai
dan tersistem demi mendukung kelancaran aktifitas
masyarakat pada umumnya.Aktivitas masyarakat yang
berjalan akseleratif dan sinergis menuntut efektivitas serta
fasilitas-fasilitas pendukung yang terkonsep dengan
memperhatikan kenyamanan, sehingga para pejalan kaki
bisa melakukan aktivitas yang lebih produktif. Hakim dan
Utomo (2003) dalam Anggriani, 2009, mengemukakan
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
kenyamanan,salah satunya adalah sirkulasi, dalam halini
yang dimaksud adalah jelasnya pembagian ruang dan
fungsi antara sirkulasi pejalan kaki dan activity
area(PKL,parkir,dan lain-lain).

Namun pada kenyataannya sekarang ini jalur


pejalan kaki sudah tidak lagi berfungsi sebagaimana
idealnya. Kebanyakan jalur pejalankaki di Kota Makassar
telah beralih fungsi menjadi tempat aktifitas-aktifitas lain.
Trotoar banyak dipenuhi oleh bangunan-bangunan kecil
yang bersifat permanen dan non-permanen, seperti kios
atau gerai pedagang kaki lima, pot tanaman taman kota,
penempatan poster dan papan reklame, parkir
kendaraan,dan berbagai jenis bangunan lain.

B. Rumusan Permasalahan

1. Bagaimana kondisi fisik jalur pedestrian serta jenis


aktifitas yang ada di kota Makassar terutama di antara Fly
Over s/d persimpangan PLTU Tello?
2. Bagaimana penataan jalur pedestrian untuk meningkatkan
kenyamanan berjalan kaki pada di Makassar terutama di
antara Fly Over s/d persimpangan PLTU Tello?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kondisi fisik jalur pedestrian serta jenis


aktifitas yang ada di kota Makassar terutama diantara Fly
Over s/d persimpangan PLTU Tello.

2. Untuk mengetahui penataan jalur pedestrian untuk


meningkatkan kenyamanan berjalan kaki pada kawasan
tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jalur Pedestrian
1. Definisi

Pedestrian berasal dari bahasa Yunani dimana


berasal dari kata pedosyang berarti kaki, sehingga
pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang
yang berjalan kaki, sedangkan jalan merupakan media di
atas bumi yang memudahkan manusia dalam tujuan
berjalan. Maka pedestrian dalam hal ini memiliki arti
pergerakan atau perpindahan orang atau manusia dari satu
tempat sebagai titik tolak ke tempat lain sebagai tujuan
dengan menggunakan moda jalan kaki. Atau secara
harfiah, pedestrian berarti“person walking in the street“,
yang berarti orang yang berjalan di jalan.Namun jalur
pedestrian dalam konteks perkotaan biasanya
dimaksudkan sebagai ruang khusus untuk pejalan kaki
yang berfungsi sebagai sarana pencapaian yang dapat
melindungi pejalan kaki dari bahaya yang datang dari
kendaraan bermotor. Di Indonesia lebih dikenal sebagai
trotoar, yang berarti jalur jalan kecil selebar 1,5 sampai 2
meter atau lebih memanjang sepanjang jalan umum.
Beberapa tinjauan dan pengertian dasar mengenai
pedestrian :

Menurut John Fruin (1979)

Berjalan kaki merupakan alat untuk pergerakan


internal kota, satu–satunya alat untuk memenuhi
kebutuhan interaksi tatap muka yang ada di dalam
aktivitas komersial dan kultural di lingkungan kehidupan
kota. Berjalan kaki merupakan alat penghubung antara
moda angkutan yang lain.
MenurutAmos Rapoport(1977)

Dilihat dari kecepatannya moda jalan kaki memiliki


kelebihan yakni kecepatan rendah sehingga
menguntungkan karena dapat mengamati lingkungan
sekitar dan mengamati objek secara detail serta mudah
menyadari lingkungan sekitarnya

Menurut GiovanyGideon (1977)

Berjalan kaki merupakan sarana transportasi yang


menghubungkan antara fungsi kawasan satu dengan yang
lain terutama kawasan perdagangan, kawasan budaya, dan
kawasan permukiman, dengan berjalan kaki menjadikan
suatu kotamenjadi lebih manusiawi.

Dengan demikian jalur pedestrian merupakan


sebuah sarana untuk melakukan kegiatan, terutama untuk
melakukan aktivitas di kawasan perdagangan dimana
pejalan kaki memerlukan ruang yang cukup untuk dapat
melihat-lihat, sebelum menentukan untuk memasuki salah
satu pertokoan di kawasan perdagangan tersebut. Namun
disadari pula bahwa moda ini memiliki keterbatasan juga,
karena kurang dapat untuk melakukan perjalanan jarak
jauh, peka terhadap gangguan alam, serta hambatan yang
diakibatkan oleh lalu lintas kendaraan.

2. Ukuran dan dimensi


Lebar efektif minimum jaringan pejalan kaki
berdasarkan kebutuhan orang adalah 60 centimeter
ditambah 15 centimeter untuk bergoyang tanpa membawa
barang, sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 (dua)
orang pejalan kaki berpapasan menjadi 150 centimeter.
Untuk arcade dan promenade yang berada di daerah
pariwisata dan komersial harus tersedia area untuk
window shopping atau fungsi sekunder minimal 2 meter.
Gambar Ukuran Desain Ruang Pejalan Kaki
Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan,
Departemen Pekerjaan Umum
Ruang pejalan kaki memiliki perbedaan ketinggian
baik dengan jalur kendaraan bermotor ataupun dengan
jalur hijau. Perbedaan tinggi maksimal antara ruang
pejalan kaki dan jalur kendaraan bermotor adalah 20
centimeter. Sementara perbedaan ketinggian dengan jalur
hijau 15 centimeter.

Penambahan Lebar Jalur Pejalan Kaki

Fasilitas Lebar Tambahan (cm)


Patok penerangan 75 -100
Patok lampu lalu-lintas 100 -120
Rambu lalu lintas 75 -100
Keranjang sampah 100
Tanaman peneduh 60 – 120
Pot bunga 150

Sumber : Tata cara perencanaan fasilitas pejalan kaki di


kawasan perkotaan,1995

3. Tipologi Ruang Pejalan Kaki


a. Ruang Pejalan Kaki di Sisi Jalan (Sidewalk)
Ruang pejalan kaki di sisi jalan (Sidewalk)
merupakan bagian dari sistem jalur pejalan kaki dari tepi
jalan raya hingga tepi terluar lahan milik bangunan.
Gambar Perspektif Sidewalk
Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan,Departemen
Pekerjaan Umum

Gambar Tampak Atas dan Potongan Sidewalk


Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan, Departemen
Pekerjaan Umum
b. Ruang Pejalan Kaki di Sisi Air (Promenade)

Promenade ialah ruang pejalan kaki yang pada


salah satu sisinya berbatasan dengan badan air.

Gambar Perspektif Promenade


Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan, Departemen
Pekerjaan Umum
Gambar Tampak Atas dan Potongan Promenade
Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan, Departemen
Pekerjaan Umum
c. Ruang Pejalan Kaki di Kawasan
Komersial/Perkantoran (Arcade)

Arcade ialah ruang pejalan kaki yang


berdampingan dengan bangunan pada salah satu atau
kedua sisinya.

Gambar Perspektif Arcade


Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan, Departemen
Pekerjaan Umum
Gambar Potongan dan Tampak Atas Arcade
Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan,Departemen
Pekerjaan Umum
Ruang pejalan kaki di pusat kawasan bisnis dan
pusat kota ini adalah area yang harus dirancang untuk
mengakomodir volume yang lebih besar dari para pejalan
kaki dibanding di area-area di kawasan permukiman.
Batas jalanan (jalur transportasi) pada area ini dapat
dimanfaatkan untuk berbagai tujuan yang beragam dan
secara umum terdiri dari berbagai zona, antara lain zona
bagian depan gedung, zona bagi pejalan kaki, zona bagi
tanaman/perabot dan zona untuk pinggiran jalan.
Pembagian zona ini dimaksudkan agar ruang pejalan kaki
yang ada dapat tetap melayani para pejalan kaki yang
melintasi area ini dengan nyaman. Pembagian zona akan
lebih rinci dibahas pada sistem zona prasarana dan sarana
ruang pejalan kaki di pusat kota.

Jalur Pejalan Kaki (Trotoar)

 Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar jalur


lalu lintas. Trotoar hendaknya dibuat sejajar dengan
jalan, akan tetapi trotoar dapat tidak sejajar dengan
jalan bila keadaan topografi atau keadaan setempat
yang tidak memungkinkan.
 Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi dalam
saluran drainase terbuka ataudi atas saluran drainase
yang telah ditutup dengan plat beton yang
memenuhi syarat.
 Trotoar pada pemberhentian bus harus ditempatkan
berdamping/sejajar dengan jalur bus. Trotoar dapat
ditempatkan di depan atau di belakang halte

4. Fasilitas Sarana Ruang Pejalan kaki

Yang termasuk dalam sarana ruang pejalan kaki


adalah drainase,

jalur hijau, lampu penerangan, tempat duduk, pagar


pengaman, tempat sampah, marka danperambuan, papan
informasi (signage), halte/shelter bus dan lapak tunggu,
serta telepon umum.

a. Drainase

Drainase terletak berdampingan atau dibawah dari


ruang pejalan kaki. Drainase berfungsi sebagai
penampung dan jalur aliran air pada ruang pejalan kaki.
Keberadaan drainase akan dapat mencegah terjadinya
banjir dan genangan-genangan air pada saat hujan.
Dimensi minimal adalah lebar 50 centimeter dan tinggi 50
centimeter.

Gambar Drainase
Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan, Departemen
Pekerjaan Umum
b. Jalur hijau

Jalur hijau diletakan pada jalur amenitas dengan


lebar 150 centimeter dan bahan yang digunakan adalah
tanaman peneduh.
Gambar Jalur Hijau
Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan, Departemen
Pekerjaan Umum
c. Lampu Penerangan

Lampu penerangan diletakkan pada jalur amenitas.


Terletak setiap10 meter dengan tinggi maksimal 4 meter,
dan bahan yang digunakan adalah bahan dengan
durabilitas tinggi seperti metal & beton cetak.

Gambar Lampu Penerangan


Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan, Departemen
Pekerjaan Umum
d. Tempat Duduk

Tempat duduk diletakan pada jalur amenitas.


Terletak setiap 10 meter dengan lebar40-50 centimeter,
panjang 150 centimeter dan bahan yang digunakan adalah
bahan dengan durabilitas tinggi seperti metal dan beton
cetak.
Gambar Tempat Duduk
Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan, Departemen
Pekerjaan Umum
e. Pagar pengaman

Pagar pengaman diletakan pada jalur amenitas,


pada titik tertentu yang berbahaya dan memerlukan
perlindungan dengan tinggi 90 centimeter, dan bahan
yang digunakan adalah metal/beton yang tahan terhadap
cuaca, kerusakan, dan murah pemeliharaan.

Gambar Pagar Pengaman


Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan,Departemen
Pekerjaan Umum
f. Tempat Sampah

Tempat sampah diletakan pada jalur amenitas.


Terletak setiap 20 meter dengan besaran sesuai
kebutuhan, dan bahan yang digunakan adalah bahan
dengan durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.
Gambar Tempat Sampah
Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan,Departemen
Pekerjaan Umum
g. Marka, Perambuan, Papan Informasi (Signage)

Marka dan perambuan, papan informasi (Signage)


diletakan pada jalur amenitas,pada titik interaksi sosial,
pada jalur dengan arus pedestrian padat, dengan besaran
sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan terbuat dari
bahan yang memiliki durabilitas tinggi, dan tidak
menimbulkan efek silau.

Gambar Marka, Perambuan, Papan Informasi


(Signage)
Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan,Departemen
Pekerjaan Umum

h. Halte/Shelter Bus dan Lapak Tunggu

Halte/Shelter bus dan lapak tunggu diletakan pada


jalur amenitas. Shelter harus diletakan pada setiap radius
300 meter atau pada titik potensial kawasan, dengan
besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan
adalah bahan yang memiliki durabilitas tinggi seperti
metal.

Gambar Halte/Shelter
Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan, Departemen
Pekerjaan Umum

Kebutuhan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan


Kaki

Fasilitas Aksesibilitas Keselamatan Kenyamanan Keindahan Kemudahan Interaksi

Prasarana Harus dapat Ruang pejalan - Ruang Jalur mudah Jalur


Ruang diakses oleh kaki Jalur pejalan dicapai memiliki titik
Pejalan semua pejalan terpisah dari memiliki lebar kaki dan tidak -
Kaki kaki termasuk jalur yang nyaman memiliki terhalangi titik untuk
yang memiliki lalu lintas (min 1,5 material oleh apapun; dapat
keterbatasan kendaraan m). penutup - interaksi
fisik dan - tanah Jalur harus sosial
memiliki Jalur pejalan yang menerus lengkap
ketinggian kaki berpola dan dari titik satu dengan
berbeda memiliki memiliki ke titik fasilitasnya
permukaan daya lainnya
yang tidak serap tinggi.
licin
Perabor Perabot ruang Terletak pada - Desain dapat Terletak pada Terletak
Ruang pejalan kaki titik Memiliki mewakili titik pada titik
Pejalan terletak pada - tingkat karakter lokal yang mudah -
Kaki lokasi yang titik yang kenyamanan lingkungan, untuk titik
mudah aman dari yang sehingga dicapai. interaksi
dijangkau lalulintas tinggi dengan memiliki sosial
kendaraan bahan kualitas agar dapat
yang sesuai estetika yang memenuhi
dengan baik. kebutuhan
kebutuhan. aktifitas
- sosial kota.
Tata
letaknya tidak
mengganggu
alur
pejalan kaki
Tata Tata informasi Terletak pada Tata letaknya Desain dapat Terletak pada Signage
Informasi harus dapat titik tidak mewakili lokasi papan
(Signage) terlihat mudah - menggangu karakter lokal yang mudah reklame
titik alur pejalan lingkungan, untuk dapat
yang aman kaki sehingga dilihat. diletakkan
dari memiliki pada titik
tindakan kualitas interaksi
vandalisme estetika yang sosial agar
baik dapat
memenuhi
kebutuhan
ekonomi
kawasan.
Ramp dan Harus dapat Ramp dan Memiliki Memiliki Terletak pada Ramp dan
marka digunakan marka derajat penanda titik marka
penyandan oleh terletak pada kemiringan khusus strategis pada difable
g cacat penyandang lokasi yang sesuai berupa pagar arus mengarah
cacat dalam yang aman standar pembatas pedestrian pada titik
mencapai dari kenyamanan ataupun garis padat inter
tujuan sirkulasi (1:12). berwarna aksi
kendaraan. sosial
Jalur Pemilihan Terletak Memiliki Memiliki Vegetasi juga Vegetasi
jenis tanaman antara jalur vegetasi vegetasi berupa peneduh
hijau yang dapat pejalan kaki peneduh dekoratif pengarah yang lebih
berguna dan pejalan kaki yang pada ruang banyak
sebagai kendaraan untuk meningkatka pejalan kaki terletak
penunjuk arah penurun iklim n pada titik
mikro nilai interaksi
estetika sosial
ruang
drainase Drainase Jaringan Jaringan Material Jaringan
harus tidak drainase drainase penutup pada drainase
mudah terlihat tidak boleh harus jaringan memiliki titik
oleh pejalan mengganggu selalu drainase -
kaki permukaan terpelihara harus titik akses
ruang kebersihannya selalu pemeliharaan
pejalan kaki agar tidak terpelihara yang
mengganggu kebersihanny mudah
aktifitas a dijangkau
pejalan kaki
Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di
Perkotaan,Departemen Pekerjaan Umum

5. Elemen-elemen Jalur Pedestrian

Dalam perencanaan elemen-elemen jalur


pedestrian diperlukan pendekatan secara optimal terhadap
lokasi dimana jalur pedestrian tersebut berada. Di
samping pertimbangan tersebut, yang terpenting dalam
perencanaan elemen jalur pedestrian adalah mengenai
komposisi, warna, bentuk, ukuran serta tekstur. Elemen
pada suatu jalur pedestrian dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu : elemen jalur pedestrian sendiri (material dari jalur
pedestrian), dan elemen pendukung pada jalur pedestrian
(lampu penerang, vegetasi,

tempat sampah, telepon umum, halte, tanda petunjuk dan


lainnya).

a. Elemen Material

Elemen-elemen material yangumumnya digunakan


pada jalur

pedestrian adalah paving (beton), bata atau batu.

 Paving atau beton

Paving beton dibuat dengan variasi bentuk,


tekstur, warna, dan variasi bentuk yang memiliki
kelebihan terlihat seperti batu bata, serta pemasangan dan
pemeliharaannya mudah. Paving beton ini dapat
digunakan di berbagai tempat karena kekuatannya, jalan
yangterpasang paving atau beton dapat dilewati mobil,
sepeda motor, bus dan kendaraan lain. Bentuk dapat
dibuat untuk pola jalur pedestrian agar tidak terlihat
monoton dan memberikan suasana yang berbeda.

 Batu

Batu merupakan salah satu material yang paling


tahan lama, memiliki daya tahan yang kuat dan mudah
dalam pemeliharaannya. Batu granit adalah salah satu
yang sering digunakan pada jalur pedestrian yang
membutuhkan keindahan.

 Bata

Bahan material ini merupakan bahan yang mudah


pemeliharaannya, serta mudah pula didapat. Bata
memiliki tekstur dan dapat menyerap air dan panas
dengan cepat tetapi mudah retak.

b. Elemen Pendukung Jalur Pedestrian


1) Lampu Penerangan
Lampu pejalan kaki
 Tinggi lampu 4 –6 meter.-Jarak penempatan
10 –15 meter, tidak menimbulkan black spot.
 Mengakomodasi tempat menggantung /
banner/ umbul-umbul.
 Kriteria desain : sederhana, geometris,
modern futuristic, fungsional, terbuat dari
bahan anti vandalism, terutama bola lampu.

Lampu penerangan jalan

Penempatannya direncanakan sedemikian


rupa sehingga dapat memberikan : penerangan
yang merata, keamanan dan kenyamanan bagi
pengendara, serta arah dan petunjuk yang jelas.
Pemilihan jenis kualitas lampu penerangan jalan,
berdasarkan nilai efektifitas (lumen/watt) lampu
tinggi dan rencana panjang.

2) Halte bus
 Kriteria : Terlindung dari cuaca (panas atau
hujan).
 Penempatan pada pinggir jalan utama yang
padat lalu lintas.
 Panjang halte minimum sama dengan
panjang bus kota, yang memungkinkan
penumpang dapat naik atau turun dari pintu
depan atau pintu belakang.
3) Tanda petunjuk
 Kriteria : Penyatuan tanda petunjuk dengan lampu
penerangan atau traffic light akan lebih mengefisiensikan
dan memudahkan orang membaca.
 Terletak di tempat terbuka, ketinggian papan reklame
yang sejajar dengan kondisi jalan.
 Tanda petunjuk ini memuat informasi tentang lokasi dan
fasilitasnya.
 Tidak tertutup pepohonan.
4) Telepon umum
 Kriteria : Memberikan ciri sebagai fasilitas
telekomunikasi.
 Memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna.
 Mudah terlihat, terlindung dari cuaca.
 Penempatan pada tepi atau tengah area pedestrian.
 Tiap satu fasilitas telepon umum berdimensi lebar ± 1
meter.
5) Tempat sampah
 Kriteria :Perletakan tempat sampah yang diatur dalam
jarak tertentu (jarak penempatan 15–20 meter).
 Mudah dalam sistem pengangkutannya.
 Jenis tempat sampah yang disediakan memiliki tipe yang
berbeda
 beda sesuai dengan fungsinya (tempat sampah kering dan
tempat sampah basah).
6) Vegetasi dan pot bunga
 Kriteria :Dapat berfungsi sebagai peneduh (jalur tanaman
tepi).
 Ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1.50 meter),
percabangan 2 meter diatas tanah, bentuk percabangan
tidak merunduk, bermassa daun padat dan ditanam secara
berbaris.
 Jenis dan bentuk pohon yang dipergunakan antara lain :
Angsana, Tanjung, dan Kiara Payung.

6. Kegiatan di Jalur Pedestrian

Jalur pejalan kaki merupakan elemen penting


dalam perancangan kota karena berperan sebagai sistem
penghubung dan sistem pendukung vitalitas ruang-ruang
kota. Fungsi jalur pedestrian pada daerah perkotaan
adalah :

1. Sebagai fasilitas penggerak bagi para pejalan kaki.


2. Sebagai media interaksi sosial.
3. Sebagai unsur pendukung, keindahan dan kenyamanan
kota.

Beberapa pengalaman positif dari penerapan


konsep pedestrianisasi dalam perencanaan dan
perancangan ruang kota antara lain:

1. Pedestrianisasi dapat menumbuhkan aktifitas yang sehat


sehingga mengurangi kerawanan kriminalitas.
2. Pedestrianisasi dapat merangsang berbagai kegiatan
ekonomi, sehingga dapat mendukung perkembangan
kawasan bisnis yang menarik
3. Pedestrianisasi sangat menguntungkan sebagai ajang
kegiatan promosi, pameran dan kampanye.
4. Jalur pedestrian merupakan daerah yang menarik untuk
kegiatan sosial, berekreasi dan lain-lain.
5. Pedestrianisasi mampu menghadirkan suasana dan
lingkungan yang spesifik, unik dan dinamis di lingkungan
pusat kota.
6. Berdampak positif terhadap upaya penurunan tingkat
pencemaran udara dan suara.

Rapoport (1977) mengklasifikasikan kegiatan


yang terjadi di jalan dan jalur pejalan kaki sebagai
berikut:
1. Pergerakan non pedestrian, yaitu segala bentuk kendaraan
beroda dan alat angkut lainnya.
2. Aktivitas pedestrian, meliputi aktivitas pedestrian yang
dinamis atau bergerak sebagai manifestasi fungsi
transportasi dan aktivitas pedestrian yang statis seperti
duduk dan sebagainnya.

Menurut Rappoport (Mouden,1987) juga,bahwa


semua aktivitas termasuk aktivitas pedestrian
mengandung empat hal yaitu :

1. Aktivitas yang sebenarnya : berjalan, makan, dan lain-


lain.
2. Cara melakukan : berjalan di jalur pedestrian, makan di
rumah, dan lain-lain.
3. Aktivitas tambahan terkait dlam satu kesatuan sistem
aktivitas seperti : berjalan sambil melihat etalase toko
(window shopping)
4. Makna dari aktivitas : menghayati lingkungan dan lain
sebagainya.

Aktivitas pejalan kaki bukan hanya kegiatan


berpindah semata, namun selalu terkait dengan aspek
laten yang beragam. Appleyard (1981) mengungkapkan
tentang aktifitas yang terjadi di jalan, bahwa jalan adalah
pusat sosial suatu kota dimana masyarakat berkumpul,
tetapi juga sekaligus merupakan saluran pencapaian dan
sirkulasi. Jalan selalu menjadi arena konflik antara
pencapaian dan kegiatan hidup keseharian. Selanjutnya
Bower dalam Appleyard, 1981 mengatakan bahwa dalam
hubungan antara wilayah pribadi dan publik, jalan adalah
mediator antara dunia ”privat” unit keluarga dengan
kehidupan komunitas yang lebih besar.

Gehl (1996) mengkategorikan aktifitaspada ruang


luar publik menjadi tiga ketegori:
1. Aktifitas untuk keperluan (necessary activities), adalah
kurang lebih (contoh, pergi ke sekolah atau bekerja,
berbelanja, menunggu bus). Sebagai pelaku tidak ada
pilihan, itu timbulnya hanya sedikit yang dipengaruhi oleh
kondisi fisik.
2. Aktifitas pilihan (optional activities), adalah kegiatan
yang dilakukan secara sukarela, jika waktu dan tempat
mengijinkan, dan cuaca dan kondisi mengundangnya.
(contoh, berjalan untuk menghirup udara segar, berhenti
untuk meminum kopi di kafe jalan, melihat masyarakat).
3. Aktifitas sosial (social activities), tergantung pada
kehadiran yang lain pada ruang public (contoh, menyapa
dan berbicara, aktifitas komunal, kontak pasif seperti
melihat dan mendengarkan orang lain). Disanaterjadi
secara spontanitas sebagai sebuah konsekuensi langsung
dari pergerakan masyarakat yang sedang dalam ruang dan
waktu yang sama. Ini mengimplikasikan bahwa aktivitas
seperti itu adalah perlu didukung setiap kali dan aktivitas
pilihan akan menjadikankondisi lingkungan yang baik.
BAB III

HASIL DAN PENGAMATAN


A. Hasil Pengamtan Lokasi

( Antara Fly Over s/d Persimpangan PLTU Tello )

ZONA 1 ZONA 2 ZONA 3 ZONA 4 ZONA 5 ZONA 6

Gambar 3.1Peta titik pengamatan antara


persimpangan Fly Over s/d PLTU Tello

Sumber: google earth

Keterangan :

1) Zona 1 yaitu pengamatan pedestrian dari Fly Over s/d Jl


Inspeksi Kanal (disebelah kanan) dan dari Masjid Agung
45 s/d Fly Over (disebelah kiri). Di beberapa titik di zona
I Pedestrian difungsikan sebagai tempat penjualan dan
kondisi fisik Trotoar masih jauh dari standar kenyamanan
pejalan kaki karena masih terdapat beberapa kerusakan
pada trotoarnya.

2) Zona 2 yaitu pengamatan pedestrian dari Jl Inspeksi


Kanal s/d Pintu keluar Universitas Muslim Indonesia
(disebelah kanan) dan dari Bosowa s/d Masjid Agung 45
(disebelah kiri). Di beberapa titik di zona 2 Pedestrian
difungsikan sebagai tempat penjualan dan kondisi fisik
Trotoar masih jauh dari standar kenyamanan pejalan kaki
karena masih terdapat beberapa kerusakan pada
trotoarnya, dan juga terdapat beberapa simbol lalu lintas
diatas trotoar yang menggangu pejalan kaki yang lewat.

3) Zona 3 yaitu pengamatan pedestrian dari Pintu keluar


Universitas Muslim Indonesia s/d Pintu Masuk Kantor
Gubernur (disebelah kanan) dan dari Masjid
Baiturrahman s/d Bosowa (disebelah kiri). Di zona 3
tidak jauh berbeda dengan zona 1 dan 2 yang di beberapa
titik trotoarnya difungsikan sebagai tempat berjualan.

4) Zona 4 yaitu pengamatan pedestrian dari Pintu Masuk


Kantor Gubernur s/d Kuburan Panaikang (disebelah
kanan) dan dari Taman Makam Pahlawan s/d Masjid
Baiturrahman (disebelah kiri). Di zona 4 kondisi
pedestriannya sama dengan zona 1 dan 2 bahkan
disepanjang pasar panaikang tidak terdapat trotoar yang
bisa diakses pejalan kaki, trotoarnya dialihfungsikan
menjadi tempat berjualan para pedagang pasar.

5) Zona 5 yaitu pengamatan pedestrian dari Kuburan


Panaikang s/d Kolam Renang Tirta (disebelah kanan) dan
dari SPN Batua Makassar s/d Taman Makam Pahlawan
(disebelah kiri). Di zona 5 kondisi trotoarnya jauh lebih
baik dibandingkan zona 1 dan 2 walaupun masih terdapat
beberapa kerusakan tapi jumlahnya jauh lebih sedikit
dibanding zona 1 dan 2.

6) Zona 6 yaitu pengamatan pedestrian dari Kolam Renang


Tirta s/d Masjid Ridha Allah (disebelah kanan) dan dari
Showroom Mobil s/d SPN Batua Makassar (disebelah
kiri). Tidak jauh berbeda dengan zona 4 di beberapa titik
di zona 6 trotoarnya sudah tidak ada lagi karena
dialihfungsikan menjadi lahan parkir dari bangunan yang
ada didepannya.
ZONA 1

PEDESTRIAN PEDESTRIAN PEDESTRIAN PEDESTRIAN


1 2 3 4

PEDESTRIAN 5 PEDESTRIAN 6 PEDESTRIAN 7 PEDESTRIAN 8

TERDAPAT KERUSAKAN

TERDAPAT HALTE/SIMBOL
A. Zona 1 (Fly Over s/d Jl Inspeksi Kanal
(disebelah kanan) dan dari Masjid Agung 45
s/d Fly Over (disebelah kiri))
1. Pedestrian 1 (Di Bawah Fly Over)
a. Ukuran : Lebar = 135 cm
Tinggi = 20 cm
b. Aktivitas : Berjalan, Berdagang,
Menunggu angkutan umum
c. Jumlah pejalan kaki: Pada pagi hari mulai jam
08.00-12.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 15 orang.
Pada siang hari mulai jam
12.00-17.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 18 orang
d. Kondisi fisik : Trotoar yang berada di bawah
flyover ini kondisinya cukup
baik dan aman untuk dilewati
pejalan kaki, namun di bagian
sisi luar trotoar terdapat
keretakan tapi tidak sampai
menganggu pejalan kaki yang
lewat.
1) Mengalami kerusakan di beberapa bagian
berupa keretakan

Gambar 1
2. Pedestrian 2 (Di Depan FAJAR)
a. Ukuran : Lebar = 135 cm
Tinggi = 16 cm
b. Aktivitas : Berjalan, berjualan, dan
menunggu angkutan umum
c. Jumlah pejalan kaki: Pada pagi hari mulai jam
08.00-12.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 20 orang.
Pada siang hari mulai jam
12.00-17.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 17 orang.
d. Kondisi Fisik : Trotoar yang berada di bawah

Fly over ini kondisinya cukup


memungkinkan untuk
dilewati pejalan kaki, namun
di beberapa titik masih
terdapat kerusakan bahkan
terdapat lubang dan adanya
barang jualan di atas trotoar
sehingga menganggu aktifitas
pejalan kaki yang lewat. Pada
trotoar ini jg terdapat halte
tetapi tidak sampai
mengganggu pejalan kaki
yang lewat karena letaknya
tidak sampai menyentuh
badan pedestrian.
1) Mengalami kerusakan di beberapa bagian
karena hancur

Gambar.1

2) Halte yang berada di dekat pedestrian

Gambar.2

3) Terdapat barang jualan diatas pedestrian

Gambar.3
3. Pedestrian 3 (Depan Kantor BPJS)
a. Ukuran : Lebar = 135 cm
Tinggi = 16 cm
b. Aktivitas : Berjalan, menunggu
angkutan umum
c. Jumlah pejalan kaki: Pada pagi hari mulai jam
08.00-12.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 20 orang.
Pada siang hari mulai jam
12.00-17.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 17 orang.
d. Kondisi Fisik : Trotoar yang berada di depan

Kantor BPJS ini kondisinya


cukup memungkinkan untuk
dilewati pejalan kaki,
meskipun terdapat kerusakan
seperti retak di beberapa titik.
4. Pedestrian 4 (Sebelum Kanal Pampang)
a. Ukuran : Lebar = 135 cm
Tinggi = 16 cm
b. Aktivitas : Berjalan, menunggu
angkutan umum
c. Jumlah pejalan kaki: Pada pagi hari mulai jam
08.00-12.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 20 orang.
Pada siang hari mulai jam
12.00-17.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 17 orang.
d. Kondisi Fisik : Trotoar yang berada di depan

Kantor BPJS ini kondisinya


cukup memungkinkan untuk
dilewati pejalan kaki,
meskipun terdapat kerusakan
seperti retak di beberapa titik.

1) Aktifitas berjalan di atas pedestrian way

Gambar.1
5. Pedestrian 5 (Samping flyover)
a. Ukuran : Lebar = 135 cm
Tinggi = 16 cm
b. Aktivitas : Berjalan, menunggu
angkutan umum
c. Jumlah pejalan kaki: Pada pagi hari mulai jam
08.00-12.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 20 orang.
Pada siang hari mulai jam
12.00-17.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 17 orang.
d. Kondisi Fisik : Trotoar yang berada di depan

Kantor BPJS ini kondisinya


cukup memungkinkan untuk
dilewati pejalan kaki,
meskipun terdapat kerusakan
seperti retak di beberapa titik.

1) Keadaan pedestrian yang mengalami


keretakan di beberapa titik

Gambar.1
6. Pedestrian 6 (Depan Kantor Kejaksaan Tinggi
Sulawesi Selatan)
a. Ukuran : Lebar = 135 cm
Tinggi = 16 cm
b. Aktivitas : Berjalan, menunggu
angkutan umum
c. Jumlah pejalan kaki: Pada pagi hari mulai jam
08.00-12.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 20 orang.
Pada siang hari mulai jam
12.00-17.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 17 orang.
d. Kondisi Fisik : Trotoar yang berada di depan

Kantor kantor Kejaksaan


Tinggi Sulawesi Selatan ini
kondisinya cukup
memungkinkan untuk
dilewati pejalan kaki,
meskipun terdapat kerusakan
seperti retak di beberapa titik.

1) Keadaan pedestrian yang mengalami


keretakan di beberapa titik

Gambar.1
7. Pedestrian 7 (Depan Universitas Bosowa 45)
a. Ukuran : Lebar = 135 cm
Tinggi = 16 cm
b. Aktivitas : Berjalan, menunggu
angkutan umum
c. Jumlah pejalan kaki: Pada pagi hari mulai jam
08.00-12.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 20 orang.
Pada siang hari mulai jam
12.00-17.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 17 orang.
d. Kondisi Fisik : Trotoar yang berada di depan

Universitas Bosowa 45 ini


kondisinya cukup
memungkinkan untuk
dilewati pejalan kaki,
meskipun terdapat kerusakan
seperti retak di beberapa titik.
Pada pedestrian ini juga
terdapat halte sehingga
mengganggu aktifitas pejalan
kaki di atasnya.

1) Keadaan pedestrian yang mengalami


kerusakan

Gambar.1
2) Halte yang terletak diatas pedestrian

Gambar.2
8. Pedestrian 8 (Depan Masjid Agung 45)
a. Ukuran : Lebar = 135 cm
Tinggi = 16 cm
b. Aktivitas : Berjalan, menunggu
angkutan umum
c. Jumlah Pejalan Kaki: Pada pagi hari mulai jam
08.00-12.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 20 orang.
Pada siang hari mulai jam
12.00-17.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 17 orang.
d. Kondisi Fisik : Trotoar yang berada di depan

Masjid Agung 45 ini


kondisinya cukup
memungkinkan untuk
dilewati pejalan kaki,
meskipun terdapat kerusakan
seperti retak di beberapa titik.
1) Keadaan pedestrian yang mengalami kerusakan

Gambar.1

Gambar.2

Gambar.3
PEDESTRIAN 1 PEDESTRIAN 2 PEDESTRIAN 3 PEDESTRIAN 4

TERDAPAT KERUSAKAN

TERDAPAT HALTE/SIMBOL

PEDESTRIAN 8

PEDESTRIAN 5 PEDESTRIAN 7

ZONA 2
PEDESTRIAN 6
B. Zona 2 (Jl Inspeksi Kanal s/d Pintu keluar
Universitas Muslim Indonesia (disebelah
kanan) dan dari Bosowa s/d Masjid Agung 45
(disebelah kiri))
1. Pedestrian 1 (Depan Universitas Muslim
Indonesia)
a. Ukuran : Lebar = 130 cm
Tinggi = 20 cm
b. Aktivitas : Berjalan, Berdagang,
Menunggu angkutan umum
c. Jumlah pejalan kaki: Pada pagi hari mulai jam
08.00-12.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 40 orang.
Pada siang hari mulai jam
12.00-17.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 50 orang.
d. Kondisi fisik : Trotoar yang berada di depan
Universitas Muslim
Indonesia ini kondisinya
cukup baik dan aman untuk
dilewati pejalan kaki. Namun
pada bagian badan pedestrian
terdapat halte yang berada
tepat di atas pedestrian
sehingga mengganggu
aktifitas pejalan kaki yang
melewatinya. Terdapat juga
simbol di atas pedestrian
tetapi tidak sampai
mengganggu aktifitas pejalan
kaki.
1) Halte yang berada di atas pedestrian

Gambar 1

2) Simbol pada pedestrian

Gambar.1
2. Pedestrian 2 (Depan Universitas Muslim
Indonesia)
a. Ukuran : Lebar = 130 cm
Tinggi = 20 cm
b. Aktivitas : Berjalan, Berdagang,
Menunggu angkutan umum
c. Jumlah pejalan kaki: Pada pagi hari mulai jam
08.00-12.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 45 orang.
Pada siang hari mulai jam
12.00-17.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 50 orang
d. Kondisi fisik : Trotoar yang berada di depan
Universitas Muslim
Indonesia ini kondisinya
cukup baik dan aman untuk
dilewati pejalan kaki, namun
di bagian sisi luar trotoar
terdapat keretakan tapi tidak
sampai menganggu aktifitas
pejalan kaki yang lewat.
1) Mengalami kerusakan di beberapa bagian
berupa keretakan

Gambar 1
3. Pedestrian 3 (Depan Pintu Masuk Universitas
Muslim Indonesia)
a. Ukuran : Lebar = 130 cm
Tinggi = 20 cm
b. Aktivitas : Berjalan, Berdagang,
Menunggu angkutan umum
c. Jumlah pejalan kaki: Pada pagi hari mulai jam
08.00-12.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 20 orang.
Pada siang hari mulai jam
12.00-17.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 15 orang.
d. Kondisi fisik : Trotoar yang berada di depan
Pintu masuk Universitas
Muslim Indonesia ini
kondisinya cukup baik dan
aman untuk dilewati pejalan
kaki, namun di bagian sisi
luar trotoar terdapat
keretakan tapi tidak sampai
menganggu pejalan kaki yang
lewat.
4. Pedestrian 4 (Depan Proyek Nipah Mall)
a. Ukuran : Lebar = 135 cm
Tinggi = 20 cm
b. Aktivitas : Berjalan, Berdagang,
Menunggu angkutan umum
c. Jumlah pejalan kaki: Pada pagi hari mulai jam
08.00-12.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 15 orang.
Pada siang hari mulai jam
12.00-17.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 18 orang
d. Kondisi fisik : Trotoar yang berada di depan
Proyek Nipah Mall ini
kondisinya cukup baik dan
aman untuk dilewati dan
tidak sampai mengganggu
pejalan kaki yang lewat
meskipunterdapat kerusakan
dibagian pinggir/ujungnya.
1) Mengalami kerusakan di bagian pinggir
pedestrian

Gambar 1
5. Pedestrian 5 (Depan MasjidAgung 45)
a. Ukuran : Lebar = 135 cm
Tinggi = 23 cm
b. Aktivitas : Berjalan, Berdagang,
Menunggu angkutan umum
c. Jumlah pejalan kaki: Pada pagi hari mulai jam
08.00-12.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 15 orang.
Pada siang hari mulai jam
12.00-17.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 10 orang.
d. Kondisi fisik : Trotoar yang berada di depan
Masjid Agung 45 ini
kondisinya cukup baik dan
aman untuk dilewati pejalan
kaki, namun di bagian
pedestrian terdapat kerusakan
berupa retak di beberapa titik
tetapi tidak sampai
menganggu pejalan kaki yang
lewat.
1) Bagian Pedestrian yang mengalami kerusakan

Gambar.1
6. Pedestrian 6 (Depan Menara Universitas Muslim
Indonesia)
a. Ukuran : Lebar = 120 cm
Tinggi = 20 cm
b. Aktivitas : Berjalan, Berdagang,
Menunggu angkutan umum
c. Jumlah pejalan kaki: Pada pagi hari mulai jam
08.00-12.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 25 orang.
Pada siang hari mulai jam
12.00-17.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 20 orang.
d. Kondisi fisik : Trotoar yang berada di depan
Menara UMI ini kondisinya
cukup baik dan aman untuk
dilewati pejalan kaki, namun
di bagian pedestrian terdapat
tumbuhan rumput yang tidak
terawat tetapi tidak sampai
menganggu pejalan kaki yang
lewat.
7. Pedestrian 7 (Depan Rumah Sakit Ibnu Sina)
a. Ukuran : Lebar = 120 cm
Tinggi = 20 cm
b. Aktivitas : Berjalan, Berdagang,
Menunggu angkutan umum
c. Jumlah pejalan kaki: Pada pagi hari mulai jam
08.00-12.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 30 orang.
Pada siang hari mulai jam
12.00-17.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 20 orang.
d. Kondisi fisik : Trotoar yang berada di depan
Rumah Sakit Ibnu Sina ini
kondisinya cukup baik dan
aman untuk dilewati pejalan
kaki, namun di bagian sisi
dalam pedestrian terdapat
keretakan tapi tidak sampai
menganggu pejalan kaki yang
lewat.
1) Pedestrian yang mengalami kerusakan berupa
retak

Gambar 1
8. Pedestrian 1 (Depan BOSOWA)
a. Ukuran : Lebar = 168 cm
Tinggi = 20 cm
b. Aktivitas : Berjalan, Berdagang,
Menunggu angkutan umum
c. Jumlah pejalan kaki: Pada pagi hari mulai jam
08.00-12.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 15 orang.
Pada siang hari mulai jam
12.00-17.00 jumlah rata-rata
pejalan kaki ada 18 orang
d. Kondisi fisik : Trotoar yang berada di depan
bosowa ini kondisinya cukup
baik dan aman untuk dilewati
pejalan kaki, namun terdapat
kerusakan berupa retak di
beberapa titik bagian
pedestrian tapi tidak sampai
menganggu pejalan kaki yang
lewat. Pada pedestrian ini
juga terdapat halte yang
berada tepat di atas pedetrian,
halte inilumayanmengganggu
aktifitas pejalan kaki yang
lewat.
1) Pedestrian yang mengalami kerusakan di
beberapa titik

Gambar .1

Gambar.2

2) Halte yang berada di atas pedestrian

Gambar.1
C. Zona 3 (Pintu keluar Universitas Muslim
Indonesia s/d Pintu Masuk Kantor Gubernur
(disebelah kanan) dan dari Masjid
Baiturrahman s/d Bosowa (disebelah kiri))

D. Zona 4 (Pintu Masuk Kantor Gubernur s/d


Kuburan Panaikang (disebelah kanan) dan
dari Taman Makam Pahlawan s/d Masjid
Baiturrahman (disebelah kiri))
E. Zona 5 (Kuburan Panaikang s/d Kolam
Renang Tirta (disebelah kanan) dan dari SPN
Batua Makassar s/d Taman Makam Pahlawan
(disebelah kiri))

F. Zona 6 (Kolam Renang Tirta s/d Masjid Ridha


Allah (disebelah kanan) dan dari Showroom
Mobil s/d SPN Batua Makassar (disebelah
kiri))

Anda mungkin juga menyukai