USULAN PENELITIAN
MANDIRI
TIM PENGUSUL
ii
RINGKASAN
Keberhasilan sektor pertanian dan budidaya lainnya dalam memberikan kontribusi positif
pada pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh, salah satu aspek yang mempengaruhi adalah posisi
dan letak Kota Payakumbuh. Hal ini dapat dilihat dari posisi Kota Payakumbuh yang berada pada
sisi Timur Provinsi Sumatera Barat dan berdekatan dengan Provinsi Riau. Dengan posisi dan
letaknya yang sangat strategis tersebut, menjadikan Kota Payakumbuh menjadi salah satu pintu
masuk dan pintu keluar pada jalur perdagangan dan distribusi barang antar daerah, antar provinsi
atau antar negara. Dengan potensi dan keuntungan yang dimiliki oleh Kota Payakumbuh
tersebut, maka Kota Payakumbuh sangat diharapkan untuk dapat meningkatkan prasarana dan
sarana pendukung pertanian dan budidaya lainnya untuk mewujudkan Kota Payakumbuh sebagai
salah satu sentral penghasil dan distributor hasil pertanian dan budidaya lainnya di Provinsi
Sumatera Barat dan Indonesia Bagian Barat.
Untuk mewujudkan peningkatan sarana dan prasarana pada sektor pertanian dan
budidaya lainnya tersebut, maka Kota Payakumbuh perlu membangun Terminal Agribisnis yang
berfungsi sebagai tempat pengumpulan dan pengolahan awal serta penyimpanan sementara hasil
pertanian yang ada di Kota Payakumbuh dan juga hasil pertanian dan budidaya lainnya dari
daerah-daerah lain di sekitar Kota Payakumbuh. Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh ini
adalah di Kelurahan Koto Panjang yang terletak di sekitar kawasan budidaya pertanian dan
peternakan terpadu. Hal tersebut sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang menurut Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Payakumbuh Tahun 2010 - 2030 yang menyatakan bahwa lokasi
rencana pembangunan Terminal Agribisnis berada di Sub Pusat Pengembangan Kota (SPPK) II
Kota Payakumbuh, dengan fungsi utama sebagai pusat pengembangan pertanian lahan basah dan
pusat pengembangan peternakan terpadu. Selain itu, pada Pasal 50 Perda No. 1 Tahun 2012
tersebut juga menyatakan bahwa kawasan Koto Panjang diarahkan sebagai Kawasan Strategis
Bidang Pertumbuhan Ekonomi di Kota Payakumbuh.
3
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang karena segala rahmat dan karunia
serta pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan Laporan
Akhir penelitian yang berjudul “Model Pengembangan Kawasan Makam Syekh Burhanuddin
Sebagai Kawasan Wisata Religi”
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
orang-orang yang telah berperan, sehingga dapat terselesaikannya Laporan Akhir penelitian ini,
antara lain :
1. Bapak Prof. Dr. Niki Lukviarman, S.E.,Akt, MBA, selaku Rektor Universitas Bung
Hatta.
2. Bapak Ir. Hendri Warman, MSCE, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Universitas Bung Hatta.
3. Ibu Ir. Elfida Agus, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta.
4. Bapak Eko Prayitno, ST, M.Sc, selaku anggota Tim Penelitian
5. Pemerintahan Kota Payakumbuh
6. Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung
dalam pelaksanaan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Laporan Akhir Penelitian Mandiri ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala petunjuk, kritik, dan saran yang
membangun dari pembaca agar dapat menunjang pengembangan dan perbaikan selanjutnya.
Akhir kata penulis mohon maaf atas kekurangan dalam penulisan Laporan Akhir Penelitian
Mandiri ini dan penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun dari
pembaca.
Semoga penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan wacana bagi kita
semua. Amin………..
Padang, 15 Desember 2014
Penulis
4
DAFTAR ISI
5
5.4.4 Persyaratan Khusus dan Bearan Ruang ……………………………29
5.4.5 Pengelompokkan dan Letak Bangunan ……………………………35
5.4.6 Pola Massa Bangunan ………… …………………………………37
5.5 Analisis Site/Tapak ……………………………………………………………38
5.6 Analisis Struktur dan Konstruksi ………………………………………………..39
5.6.1 Umum ……………………………………………………………39
5.6.2 Struktur dan Konstruksi Kayu ……………………………………40
5.6.3 Struktur dan Konstruksi Beton ……………………………………42
5.6.4 Struktur dan Konstruksi Baja ……………………………………47
5.6.5 Konstruksi Atap Baja Ringan ……………………………………49
5.7 Analisis Utilitas ……………………………………………………………52
5.7.1 Plambing ……………………………………………………………52
5.7.2 Instalasi Listrik, Telepon, dan Penangkal Petir ……………………55
5.8 Pendekatan Konsep Makro ……………………………………………58
5.8.1 Radiasi Matahari ……………………………………………………59
5.8.2 Angin dan Curah Hujan ……………………………………………60
5.8.3 Pola Drainase dalam Site ……………………………………………61
5.8.4 Sempadan Bangunan ……………………………………………62
5.8.5 Kebisingan ……………………………………………………………63
5.8.6 Zonasi ……………………………………………………………64
5.8.7 Vegetasi ……………………………………………………………65
5.8.8 Sirkulasi dan Pencapaian ……………………………………………66
5.8.9 Sistem Parkir ……………………………………………………67
5.8.10 Pola Massa Bangunan ……………………………………………68
5.8.11 Ruang Terbuka dan RTH ……………………………………………69
5.9 Pendekatan Konsep Mikro ……………………………………………………69
5.9.1 Zonasi Ruang Dalam Bangunan ……………………………………70
5.9.2 Analisis Hubungan Antar Ruang ……………………………………71
5.9.3 Besaran Ruang ……………………………………………………71
6
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
88
DAFTAR LAMPIRAN
9
BAB I
PENDAHULUAN
Keberhasilan sektor pertanian dan budidaya lainnya dalam memberikan kontribusi positif
pada pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh, salah satu aspek yang mempengaruhi
adalah posisi dan letak Kota Payakumbuh. Hal ini dapat dilihat dari posisi Kota
Payakumbuh yang berada pada sisi Timur Provinsi Sumatera Barat dan berdekatan
dengan Provinsi Riau. Dengan posisi dan letaknya yang sangat strategis tersebut,
menjadikan Kota Payakumbuh menjadi salah satu pintu masuk dan pintu keluar pada
jalur perdagangan dan distribusi barang antar daerah, antar provinsi atau antar negara.
Dengan potensi dan keuntungan yang dimiliki oleh Kota Payakumbuh tersebut, maka
Kota Payakumbuh sangat diharapkan untuk dapat meningkatkan prasarana dan sarana
pendukung pertanian dan budidaya lainnya untuk mewujudkan Kota Payakumbuh
sebagai salah satu sentral penghasil dan distributor hasil pertanian dan budidaya lainnya
di Provinsi Sumatera Barat dan Indonesia Bagian Barat.
1
Untuk mewujudkan peningkatan sarana dan prasarana pada sektor pertanian dan
budidaya lainnya tersebut, maka Kota Payakumbuh perlu membangun Terminal
Agribisnis yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan dan pengolahan awal serta
penyimpanan sementara hasil pertanian yang ada di Kota Payakumbuh dan juga hasil
pertanian dan budidaya lainnya dari daerah-daerah lain di sekitar Kota Payakumbuh.
Pembangunan Terminal Agribisnis sebagai pendukung kegiatan pertanian, yang dalam
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 13 Tahun 2012 Pasal 82 huruf d tentang
indikasi arahan peraturan zonasi kawasan pertanian yang menyebutkan bahwa pada
kawasan budidaya pertanian diperkenankan adanya bangunan prasarana wilayah dan
bangunan yang bersifat mendukung kegiatan pertanian. Sedangkan Perda Kota
Payakumbuh No.1 Tahun 2012 Pasal 73 ayat (2) menyatakan bahwa peraturan zonasi
kawasan pertanian jenis pemanfaatan ruang yang dikendalikan untuk penggunaan
pendukung kegiatan pertanian.
Lokasi yang direncanakan untuk membangun Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh ini
adalah di Kelurahan Koto Panjang yang terletak di sekitar kawasan budidaya pertanian
dan peternakan terpadu. Hal tersebut sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang menurut
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Payakumbuh Tahun 2010 - 2030 yang
menyatakan bahwa lokasi rencana pembangunan Terminal Agribisnis berada di Sub
Pusat Pengembangan Kota (SPPK) II Kota Payakumbuh, dengan fungsi utama sebagai
pusat pengembangan pertanian lahan basah dan pusat pengembangan peternakan terpadu.
Selain itu, pada Pasal 50 Perda No. 1 Tahun 2012 tersebut juga menyatakan bahwa kawasan
Koto Panjang diarahkan sebagai Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi di Kota
Payakumbuh.
Salah satu tahapan yang harus dilakukan untuk melaksanakan pembangunan Kawasan
Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh tersebut adalah melaksanakan penelitian tentang
bagaimana Model Pengembangan Kawasan Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh
sebagai dasar acuan dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan fisik Terminal
Agribisnis Kota Payakumbuh di masa datang.
2
I.2 Permasalahan
Keberhasilan sektor pertanian dan budidaya lainnya dalam memberikan kontribusi positif
pada pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh, salah satu aspek yang mempengaruhi
adalah posisi dan letak Kota Payakumbuh. Hal ini dapat dilihat dari posisi Kota
Payakumbuh yang berada pada sisi Timur Provinsi Sumatera Barat dan berdekatan
dengan Provinsi Riau. Dengan posisi dan letaknya yang sangat strategis tersebut,
menjadikan Kota Payakumbuh menjadi salah satu pintu masuk dan pintu keluar pada
jalur perdagangan dan distribusi barang antar daerah, antar provinsi atau antar negara.
Dengan potensi dan keuntungan yang dimiliki oleh Kota Payakumbuh tersebut, maka
Kota Payakumbuh sangat diharapkan untuk dapat meningkatkan prasarana dan sarana
pendukung pertanian dan budidaya lainnya untuk mewujudkan Kota Payakumbuh
sebagai salah satu sentral penghasil dan distributor hasil pertanian dan budidaya lainnya
di Provinsi Sumatera Barat dan Indonesia Bagian Barat.
3
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
4
a. Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian
serta jasa yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis.
Yang sering kita dapatkan selama ini adalah industri pengolahan (Agroindustri)
berkembang di Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor. Dipihak lain, peningkatan
produksi pertanian tidak diikuti oleh perkembangan industri pengolahan (membangun
industri berbasis sumberdaya domestik/lokal). Sehingga perlu pengembangan
Agribisnis Vertikal.
5
d. Menjadikan Agroindustri sebagai A Leading Sector.
Agroindustri adalah industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung
maupun tidak langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian. Keterkaitan langsung
mencakup hubungan komoditas pertanian sebagai bahan baku (input) bagi kegiatan
agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk
akhir agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan ekonomi
lain yang menyediakan bahan baku(input) lain diluar komoditas pertanian, seperti
bahan kimia, bahan kemasan, dll. Dalam mengembangkan agroindustri, tidak akan
berhasil tanpa didukung oleh agroindustri penunjang lain seperti industri pupuk,
industri pestisida, industri bibit/benih, industri pengadaan alat-alat produksi pertanian
dan pengolahan agroindustri seperti industri mesin perontok dan industri mesin
pengolah lain.
6
pupuk), yaitu dengan cara penghapusan penggabungan perusahaan pupuk menjadi
satu dimana yang sekarang terjadi adalah perusahaan terpusat pada satu perusahaan
pupuk pemerintah. Oleh karena perusahaan-perusahaan pupuk harus dibiarkan secara
mandiri sesuai dengan bisnis intinya dan bersaing satu sama lain dalam
mengembangkan usahanya. Sehingga terjadi harmonisasi integrasi dalam sistem
agribisnis. Serta perlu dikembangkan pupuk majemuk, bukan pupuk tunggal yang
selama ini dikembangkan.
7
yang terjadi adalah sangat kecilnya alokasi kredit perbankan pada agribisnis daerah,
khususnya pada on farm agribisnis.
8
3. Kebijaksanaan pada tingkat sistem agribisnis yang mengatur keterkaitan
antara beberapa sektor.
4. Kebijaksanaan ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan perekonomian
yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap agribisnis.
9
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1.3 Masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat sekitar Kawasan Terminal Agribisnis Kota
Payakumbuh adalah sebagai objek dari penelitian, diharapkan masyarakat dapat memahami
bahwa daerah mereka mempunyai potensi yang sangat bagus sekali bukan hanya sekedar
tempat untuk mengumpulkan hasil pertanian saja, tetapi juga dapat merupakan salah satu
alternatif usaha yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi
masyarakat setempat.
10
10
BAB IV METODE
PENELITIAN
11
11
3. Sosial dan budaya
d. Analisis permasalahan yang meliputi kajian permasalahan secara umum, lokal dan
regional
e. Análisis teknis dan teknologis
f. Analisis ekonomi
g. Analisis pasar dan pemasaran
1. Analisis hubungan antara konsumen dengan perkembangan pasar
2. Analisis hubungan antara pedagang dengan perkembangan pasar
3. Analisis kemampuan daya beli
3. Strategi Pengembangan
Dari analisis diatas disusun strategi pengembangan agar dapat dicapai sasaran dan studi
untuk pembangunan.
4. Membuat Pedoman Perumusan Perencanaan
Pedoman ini berguna untuk mengetahui hal-hal yang harus di persiapkan untuk
membangun fisik Terminal Agribisnis beserta infrastrukturnya mulai dari
persyaratan, perijinan, pihak-pihak terkait yang harus di hubungi dan lain-lain.
5. Melakukan Konsultasi dan diskusi dengan pihak-pihak terkait yang berkompeten
dalam proses Penyusunan DED Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh.
6. Melakukan pembahasan dengan, maupun dinas terkait dan bersama dengan para
stakeholders khususnya satuan kerja dan Pemerintah Daerah setempat dalam rangka
merumuskan perencanaan dan perancangan.
Metodologi yang akan di gunakan dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengumpulan data awal lokasi
Yaitu dengan melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap lokasi sehingga
dapat dihasilkan pendefinisian dan identifikasi terhadap kawasan. Penyiapan
pengumpulan data ini meliputi:
a) Pemilihan instansi/kelompok masyarakat/responden lain berdasarkan metode
stakeholders analisis yaitu:
12
12
1. Instansi pemerintah dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Dinas Pertanian, serta pihak lain yang terkait
2. Tim teknis dan pendamping
3. Swasta/Asosiasi profesi
4. Kelompok masyarakat
5. LSM
6. Pedagang/asosiasi pedagang
Rancangan teknis pengumpulan data yang terdiri dari:
1. Data primer, berdasarkan pengamatan, wawancara dan konsultasi
langsung di lapangan. Pengumpulan data primer ini dilakukan Konsultan
setelah melakukan kajian kelayakan teknis dan biaya, untuk memperoleh
rancangan yang sesuai.
2. Data sekunder, berdasarkan kajian literatur baik dokumen-dokumen
perencanaan yang telah ada maupun peraturan dan perundang-undangan
serta kajian-kajian lainnya untuk perumusan konsep perancangan
pembangunan.
b) Perangkat pembantu pengumpulan data
Perangkat ini disiapkan sebelum melakukan kegiatan pengumpulan data yang
antara lain terdiri dari:
1. Surat pengantar survey dari Pemko Payakumbuh Cq. Dinas Pekerjaan
Umum.
2. Perencanaan dan penyiapan materi untuk melakukan
konsulting/wawancara.
3. Rapat koordinasi, dll.
2. Perumusan–perumusan yang dilakukan antara lain :
Perumusan Permasalahan “Problem Tree”
Dengan metode “Problem Tree” ini dapat teridentifikasi permasalahan–
permasalahan yang ada dan dapat diklarifikasi, sehingga dapat tersusun suatu
tingkatan permasalahan dan kaitannya. Dari permasalahan ini dapat diketahui
langkah–langkah prioritas apa saja yang diperlukan dalam pemecahan
pembangunan Terminal Agribisnis tersebut.
13
13
Perumusan strategi penataan kawasan dan program implementasi
Perumusan ini disusun dengan memperhatikan aspek–aspek sosial, budaya,
ekonomi dan lingkungan setempat.
Masalah baru yang di akibatkan masalah lingkungan yang akan muncul, harus sudah
diantisipasi sebelumnya, agar dapat meningkatkan pelayanan pada masyarakat sesuai
dengan fungsinya dan tidak merusak lingkungan baik alamiah maupun buatan manusia,
seperti tingkat kebisingan dan polusi.
14
14
b. Pengembangan Rencana
Pada tahap ini Konsultan membuat gambar–gambar pengembangan arsitektur, sistem
struktur dan sistem instalasi dan elektrikal, yang merupakan pengembangan dari
gambar–gambar pra rencana. Dalam tahap ini Konsultan Perencana akan selalu
mengadakan konsultasi dan koordinasi dengan pihak Pemberi Tugas, sehingga akan
didapat produk gambar yang selaras, terpadu dan terorganisasi. Gambar–gambar
perencanaan yang dihasilkan Konsultan ini sudah berdasarkan hasil analisis, sistem dan
perhitungan yang berpedoman pada standar dan peraturan yang ada.
Gambar – gambar yang akan dibuat Konsultan pada tahap ini antara lain :
1. Gambar – gambar perencanaan detail arsitektur, meliputi :
a. Denah, tampak, potongan bangunan
b. Rencana pola lantai, plafond
c. Detail tangga, toilet, kusen
d. Detail Arsitektur
e. Eksterior, interior, 3D
2. Gambar–gambar perencanaan detail sistem struktur, meliputi :
a. Rencana pondasi dan kolom
b. Rencana plat lantai, balok
c. Rencana ring balok, portal
d. Rencana tangga
e. Detail struktur lainya
f. Detail penjelasan struktur yang terkait dengan gambar arsitektur
Arahan yang digunakan dalam perencanaan detail ini antara lain :
a. Perencanaan struktur akan diperhitungkan terhadap keamanan, daya
tahan serta kemudahan memperoleh material yang disesuaikan dengan
kondisi keuangan.
b. Semua perhitungan struktur akan dibuat analisanya berdasarkan analis
yang lazim digunakan.
c. Konstruksi permanen dengan batas umur konstruksi minimal 10 tahun.
d. Efisiensi biaya dengan memperhitungkan sistem konstruksi yang
paling mudah, aman dan kemampuan teknis kontraktor.
15
15
e. Keamanan dalam pelaksanaan.
3. Gambar perencanaan detail mekanikal dan elektrikal bangunan dengan skala
besar, meliputi :
a. Mekanikal :
1. Jaringan Air Bersih
2. Jaringan Air Kotor dan Air Hujan
3. Jaringan Air Kotor
4. Rencana Septic Tank
5. Isometri (sesuai kebutuhan)
6. Detail – detail Mekanikal
b. Elektrikal :
1. Jaringan Instalasi Listrik
2. Jaringan Penangkal Petir
3. Detail–detail Elektrikal
4. Gambar landscape, meliputi : taman, ruang terbuka (open space), dan parkir.
Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis mencakup ketentuan–ketentuan lengkap tentang arsitektur, sipil dan
struktur dan ME yang ada dalam gambar perencanaan detail bangunan gedung
Terminal Agribisnis (TA) beserta batasan–batasan yang kelak akan dikerjakan oleh
kontraktor yaitu :
1. Penjelasan mengenai lingkup pekerjaan
2. Peralatan dan bahan–bahan yang akan digunakan
3. Kode dan standar yang dipergunakan
4. Hal–hal yang berkaitan dengan pemeriksaan, uji coba, dan pengawas
Bill of Quantity
Konsultan Perencana akan membuat daftar lengkap mengenai peralatan dan bahan yang
terdapat dalam gambar rancangan terinci yang mencakup baik jumlah satuannya
maupun nama, jenis serta ukurannya. Daftar tersebut harus dibuat sejelas–jelasnya
dengan demikian kontraktor dapat memakai untuk mengajukan penawaran.
Perkiraan Biaya (Cost Estimate)
16
16
Konsultan Perencana harus membuat perkiraan biaya tentang seluruh pekerjaan
Pembangunan Terminal Agribisnis (TA) yang mencakup dalam gambar rancangan
terinci dengan berpedoman pula pada daftar peralatan dan bahan (Bill of Quantity).
Perkiraan biaya ini harus cukup berbobot sehingga oleh Pemberi Tugas dapat dipakai
sebagai nilai pembanding dalam mengevaluasi biaya yang diajukan oleh Kontraktor
pada waktu pelelangan.
f. Blok Plan dan Izin IMB
Konsultan Perencana akan membuat gambar blok plan arsitektur dan dokumen untuk
pengurusan izin IMB berupa gambar:
1. Denah
2. Tampak
3. Potongan
4. serta luasan ruangan
17
17
1. Struktur pondasi
2. Struktur kolom
3. Struktur lantai
4. Struktur rangka atap
d. Persyaratan Utilitas bangunan seperti :
1. Air bersih (sumber air bersih serta jaringan dan kapasitasnya)
2. Air hujan dan air buangan
3. Air kotor dan sampah
4. Tata udara
5. Transportasi/sirkulasi dalam bangunan
6. Penanggulangan bahaya kebakaran
7. Jaringan listrik
8. Jaringan komunikasi, dll
e. Pengenalan dan pemahaman informasi tentang tapak wilayah yang antara lain :
1. Data pengukuran tapak rencana
2. Kondisi fisik seperti luas, batas–batas topografi
3. Kondisi tanah
4. Keadaan air tanah
5. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
6. Koefisien Lantai bangunan (KLB)
7. Koefisien Daerah Hijau (KDH)
8. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
9. Bentuk kavling
10. Peruntukan bangunan sekitar kavling
11. Ketinggian bangunan
12. Rincian penggunaan lahan, perkerasan, penghijauan, dll
13. Pengenalan dan pemahaman konsep–konsep serta kaidah–kaidah
perencanaan dan perancangan serta spesifikasi yang berlaku
f. Menyusun dan merumuskan perkiraan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
18
18
4.5 Persyaratan Teknis/ Standar Perancangan
Dalam melaksanakan kegiatan perencanaan, Konsultan Perencana harus mengetahui dan
mengikuti segala peraturan–peraturan pembangunan yang masih berlaku di Indonesia
pada umumnya dan Peraturan Pemerintah Daerah khususnya, baik peraturan yang
sifatnya administratif maupun teknis pembangunan. Standar desain yang harus diikuti
Konsultan Perencana yang diurutkan dibawah ini merupakan penegasan pokok yang
harus diikuti disamping peraturan/persyaratan maupun standar lainya yang tetap
mengikat sesuai dengan peraturan yang berlaku, antara lain :
1. Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
2. Kepmen PU No. 441/KPTS/1998 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
3. Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan, Departemen Pertanian,
2002
4. Pedoman Pengembangan Terminal dan Sub Terminal Agribisnis, Direktorat
Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian,
2004
5. SNI No.03-1728-1989 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan
Gedung
6. SNI T-15-1991 Tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung
7. SNI 1729-1989-F Tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung
8. SNI 1726-1989-F Tentang Tata Cara Pelaksanaan Ketahanan Gempa untuk
Rumah dan Gedung
9. SNI 1728-1989-F Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung
10. SNI 1748-1989-F Tentang Tata Cara Pemasangan Hydrant
11. SNI 13.53.1987 Tentang Tata Cara Penangkal Petir
12. SNI 03.3233-1998 Tentang Tata Cara Pengawetan Kayu untuk Bangunan Rumah
dan Gedung
13. SNI 03.2445-1991 Tentang Spesifikasi Ukuran Kayu untuk Bangunan Rumah dan
Gedung
19
19
14. SNI 03.1727-1989 Tentang Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah
dan Gedung
15. SNI 03.1734-1989 Tentang Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur
Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung
16. SNI 03.1726-2002 Tentang Perencanaan Tahan Gempa untuk Rumah dan Gedung
17. SNI 03.6764-2002 Tentang Perencanaan Bangunan Baja
18. SNI 03.3990-1995 Tentang Perencanaan Penangkal Petir
19. SNI 03.3985-1995 Tentang Tata Cara Perencanaan Pemasangan Sistem Deteksi
Alarm untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung
20. SNI 03.1745-1989 Tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung
21. SNI 03-6481-2000 Tentang Sistem Plambing
22. SNI 03-2916-1992 Tentang Cara Memberikan Peryaratan Teknis Sumur Gali
sebagai Sumber Baku untuk Air Bersih yang Terlindungi dari Pencemara
20
20
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
21
21
e. Tempat pelayanan informasi meliputi informasi potensi penawaran (supply)
dan permintaan (demand) produk, perkembangan harga dan penyediaan sarana
transportasi.
f. Tempat promosi produksi pertanian
g. Tempat musyawarah para pelaku agribisnis untuk pengembangan agribisnis
(manajemen lahan, pola tanam, target produksi, dll) dalam rangka memenuhi
permintaan pasar sasarannya.
h. Tempat penyediaan sarana penunjang lainnya untuk pemasaran produk
pertanian seperti jasa perbankan, sertifikasi, dll.
22
22
Adapun kawasan strategis yang dapat ditetapkan/dihasilkan di Kota Payakumbuh
adalah:
a. Kawasan Strategis Ekonomi
Merupakan kawasan yang memiliki potensi dan prospek untuk menjadi
pusat aktifitas ekonomi wilayah kota karena memiliki komoditas
unggulan yang dapat dikembangkan dalam skala besar serta memiliki
akses ke jaringan prasarana utama wilayah.
b. Kawasan Strategis Sosial dan Budaya
Merupakan kawasan yang memiliki nilai-nilai sosial budaya yang perlu dijaga
dan dikembangkan untuk menggambarkan perisitiwa dan/atau lokasi sejarah dan
budaya yang pernah terjadi juga kawasan yang memiliki nilai-nilai sosial budaya
yang perlu dijaga dan dikembangkan untuk menggambarkan perisitiwa dan/atau
lokasi sejarah dan budaya yang pernah terjadi.
c. Kawasan strategis sumber daya alam/teknologi tinggi
Merupakan kawasan dengan potensi sumber daya alam yang cukup luar biasa
serta memerlukan teknologi tinggi dalam pengelolaannya, kawasan strategis
ini dapat berupa kawasan pertambangan migas, kawasan instalasi nuklir, dan
kawasan stasiun pengamat dirgantara.
d. Kawasan strategis lingkungan
Merupakan kawasan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur yang perlu
dijaga kelestariannya karena akan berdampak terhadap keberlanjutan
pembangunan kawasan dalam jangka panjang, Termasuk kawasan rawan
bencana alam.
Penetapan Kawasan Strategis Kota Payakumbuh memperhatikan :
a. Besarnya kontribusi kawasan terhadap perekonomian Kota Payakumbuh
sendiri.
b. Skala pelayanan dan dampak kegiatan sosial budaya terhadap tata ruang di
sekitarnya.
c. Kawasan-kawasan yang sangat tertinggal perkembangannya yang perlu
perlakuan khusus.
23
23
Site terletak di Kelurahan Koto Panjang, Kecamatan Payakumbuh Timur,
Kota Payakumbuh. Dengan luas site ± 4.150 m²
b. Data Site
Lokasi : Kelurahan Koto Panjang
Luas sekarang ± 4.150 m²
Luas total nantinya : ± 9.000 m²
KDB : 40%
24
24
Loading Area Kantor
25
25
minimal untuk 5 sampai 10 tahun. Sesuai dengan strata perkembangan kawasan
agropolitan, maka untuk acuan bangunan Terminal Agribisnis dibuat dengan contoh dua
tipe yaitu:
a. Bangunan Tipe 1 (sederhana) yaitu hanya untuk menampung kegiatan pokok
transaksi komoditi pertanian dan belum dilengkapi kegiatan penunjang lainnya
dengan kapasitas tampung transaksi 50 ton komoditi hortikultura per hari.
Tipe seperti ini dapat dibangun pada Kawasan Agropolitan dengan strata
perkembangan Prakawasan Agropolitan I dan II, dengan luas areal pertanian
berkisar 175 Ha sampai 1.125 Ha.
b. Bangunan Tipe 2 (lengkap) yaitu untuk menampung kegiatan transaksi
komoditi pertanian dan produk olahannya serta dilengkapi dengan kegiatan
penunjang lainnya seperti penjualan sarana produksi pertanian, layanan
perbankan, dan lain-lain dengan kapasitas transaksi 100 ton komoditi
hortikultura per hari. Tipe seperti ini dapat dibangun pada strata Kawasan
Agropolitan dengan luas areal pertanian berkisar 350 Ha sampai 2.250 Ha.
26
26
5.4.2 Jenis Ruang
Jenis ruang untuk menampung aktifitas di Terminal Agribisnis disesuaikan dengan
jenis-jenis kegiatan y<ang berlangsung dan komoditi yang dipasarkan.
27
27
6. Tempat Penampungan Sampah Tempat menampung sampah sementara
Sementara
7. Kamar mandi/WC Tempat membersihkan badan, buang hajat
besar/kecil
8. Ruang Diesel/Gardu Listrik Menyimpan mesin diesel
9. Ruang Pompa dan Menara Air Tempat meletakkan mesin pompa air dan
persediaan air
10. Ruang P3K Tempat istirahat orang sakit dan menyimpan
alat P3K
11. Ruang Satpam Tempat memantau kegiatan dalam kawasan
12. Ruang Gudang Tempat menyimpan peralatan
V. Ruang Terbuka
1. Tempat parkir Tempat parkir kendaraan pengunjung
2. Taman/RTH Tempat terbuka, berteduh
3. Jalan Saran sirkulasi orang/barang/kendaraan
28
28
6%-10% dari luas lantai suatu ruangan kegiatan, selain itu juga
tergantung kepada kecepatan aliran udara dan dimensi/besaran
ruangan. Untuk ruangan yang bentangan/lebarnya lebih dari 7 m, maka
tinggi langit-langit minimum 3 m. Pertukaran udara untuk ruangan
tanpa merokok sebesar 20 m³/jam/orang, sedangkan untuk ruangan
yang diizinkan untuk merokok sebesar 30 m³/jam/orang.
Kelembaban udara
Berdasarkan persyaratan kelembaban udara, maka ruangan kegiatan
dibedakan atas dua hal, yaitu ruangan yang harus terhindar dari
kelembaban tinggi dan ruangan yang membutuhkan kelembaban yang
tinggi. Ruangan yang harus di hindarkan dari kelembaban yang tinggi
adalah ruang kantor administrasi sedangkan ruangan yang memerlukan
kelembaban yang tinggi yaitu ruangan cold storage.
d. Penyesuaian dimensi ruang kegiatan
Dimensi ruang kegiatan masih bersifat tidak kaku dan dapat berubah menurut
kebutuhan sesuai dengan pertimbangan tertentu. Penyesuaian dimensi ruang
kegiatan disebabkan oleh adanya tapak/lahan yang tersedia dan anggaran yang
terbatas.
e. Kemudahan gerak dan pengawasan
Kemudahan gerak dan pengawasan pandangan pekerja dan deretan
peralatan/perabotan terhadap suatu ruangan kegiatan.
f. Tata letak perabotan/peralatan dan kelengkapannya
Tata letak perabotan/peralatan dan kelengkapannya harus mudah dipindahkan
/digerakkan dan tidak boleh dibangun secara permanen ditengah ruangan
kegiatan.
29
29
No. Jenis Ruang Fungsi Utama Persyaratan Khusus
I Ruang
Transaksi/Display
1. Ruang kios Tempat display, Lantai harus rata, kedap air, tidak
grosir penimbangan, transaksi licin, mampu menahan bebena
komoditi serta terhindar dari
genangan air
Disediakan tempat penampungan air
dan disalurkan langsung ke saluran
pembuangan air limbah
Standar ruang 3,6 m²/ton komoditi
(termasuk sirkulasi orang)
Kebutuhan penerangan 200-300 lux
Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari 80
db
Perlu disediakan alat PAR (Pemadam
Api Ringan)
II Ruang Pengolahan dan
Penyimpanan
1. Ruang Bongkar Tempat menurunkan dan Lantai harus rata, kedap air, tidak
Muat Barang menaikkan barang ke licin, mampu menahan beban
kendaraan komoditi serta terhindar dari
genangan air
Letak berdekatan dengan ruang
pengolahan/display dan berhubungan
langsung dengan areal berhenti truk
Jika tidak memadai peralatan
bongkar muat mekanis, maka perlu
dibuat lantai tempat bongkar muat
sama rata dengan ketinggian lantai
bak kendaraan (dock bongkar
muat/loading/unloading dock)
Standar ruang dock bongkar muat 7,2
m²/unit
Standar ruang gerak manuver
kendaraan di areal bongkar muat 40
m²/ truk
Kebutuhan penerangan 200-300 lux
2. Ruang Tempat pembersihan, Lantai harus rata, kedap air serta
Pengolahan dan pencucian, sortasi, tidak licin
Mutu Komoditi grading, pengemasan Kran air tombol/kontak listrik harus
mudah terlihat dan dicapai
Kebutuhan penerangan 300-500 lux
3. Ruang Gudang Tempat menyimpan Lantai rata dan tidak licin serta
Penyimpanan sementara dialasi palet pada posisi penumpukan
Berpendingin komoditi
(cold storage) Temperatur dan kelembaban dalam
ruang harus dapat diatur sesuai jenis
komoditi
Dinding ruang dan plafon dilapisi
insolator panas, jika memakai tembok
ketebalan dinding 25 cm
Disediakan tempat penampungan air
dan disalurkan langsung ke saluran
pembuangan air limbah
Kebutuhan penerangan 100-150 lux
Standar ruang 3,6 m²/ton komoditi
30
dengan cara penyimpanan pakai rak
III Ruang Administrasi dan
Pelayanan
1. Ruang Promosi Tempat informasi harga, Lantai tidak licin dan rata
peragaan contoh produk Sirkulasi udara baik
Terhindar dari genangan air dan tidak
lembab
Kebutuhan penerangan 200-300 lux
Standar kebutuhan ruang gerak 4 m²
per orang
Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari 80
db
2. Ruang Sarana Tempat telepon, fax, Lantai harus rata dan tidak licin
Telekomunikasi warnet, komputer rental Ruangan tidak bergema dan
diusahakan kedap suara
Terhindar dari genangan air ddan
tidak lembab
Kebutuhan penerangan 200-300 lux
Standar ruang gerak 1,8 m²/ orang
Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari
80db
3. Ruang Balai Tempat pertemuan petani Lantai harus rata dan tidak licin
Pertemuan dan pedagang Ruangan tidak bergema dan
diusahakan kedap suara
Sirkulasi udara baik
Ruangan dapat digelapkan dalam
pertunjukan film, slide proyektor
Kebutuhan penerangan 200-300 lux
Standar ruang gerak 2 m²/ orang
Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari
80db
4. Ruang Kantor Tempat administrasi Lantai harus rata dan tidak licin
Pengelola kantor Sirkulasi udara baik
Posisi harus mudah dan dicapai dan
terlihat dari arah datang pengunjung
Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari 75
db
Kebutuhan penerangan 200-300 lux
Standar ruang gerak 4 m²/ orang
Perlu disediakan alat PAR
5. Ruang APPH Tempat asosiasi antara Lantai harus rata dan tidak licin
(Asosiasi Petani petani dan pedagang Sirkulasi udara baik
dan Pedagang Kebutuhan penerangan 200-300 lux
Hortikultura) Standar ruang gerak 4 m²/ orang
Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari 75
db
Perlu disediakan alat PAR
IV Ruang Penunjang
1. Ruang Kios Tempat penjualan pupuk, Lantai harus rata dan tidak licin
Saprotan pestisida, bibit, dll Pemakai ruang disesuaikan dengan
komoditi/barang yang dijual
Kebutuhan penerangan 200-300 lux
31
Sirkulasi udara baik
Disediakan tempat penampungan air
dan disalurkan langsung ke saluran
pembuangan air limbah
Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari 80
db
Perlu disediakan alat PAR
2. Ruang Kantin Tempat penyediaan Lantai rata dan tidak licin serta kedap
makanan dan minuman air
Dilengkapi dengan ruang racik
makanan serta tempat cucui peralatan
Sirkulasi udara baik
Kebutuhan penerangan 200-300 lux
Standar ruang 2 m²/ orang (termasuk
ruang racik dan cuci)
3. Ruang Lembaga Tempat layanan perbankan Lantai rata dan tidak licin serta kedap
Keuangan guna memudahkan air
pedagang dalam proses Sirkulasi udara baik
transaksi Ruangan tidak bising dan nyaman
Kebutuhan penerangan 200-300 lux
Standar ruang gerak 4 m²/ orang
Pemakai ruang disesuaikan dengan
kebutuhan
Perlu disediakan alat PAR
4. Ruang Ibadah Tempat ibadah Lantai rata dan tidak licin serta kedap
air
Ruangan tidak bising, nyaman dan
mudah dicapai serta gangguan
bunyi/suara yang ditimbulkan tidak
boleh lebih dari 75 db
Tersedia kran air untuk wudhu dan
toilet, kamar mandi
Kebutuhan penerangan 200-300 lux
Standar ruang gerak 0,85 m²/ orang
Sirkulasi udara baik
32
besar/kecil Ruangan harus ada ventilasi dan
penerangan alami
Kebutuhan penerangan 50-100 lux
Standar ruang gerak 2,5 m²/ orang
1 KM/WC untuk 20 orang pemakai
Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari 60
db
8. Ruang Tempat menyimpan mesin Lantai rata dan tidak licin serta
Diesel/Gardu diesel mampu menahan beban mesin
Listrik genset/diesel
Letak ruang diesel/gardu listrik harus
jauh dari tempat kegiatan yang
memerlukan ketenangan
Ruang diesel/gardu listrik harus
terhindar dari genangan air, kedap
suara dan kedap getaran
Memenuhi persyaratan yang
ditentukan oleh PLN/yang berwenang
Harus mempunyai cerobong yang
memenuhi Persyaratan Petunjuk
Peraturan Mendirikan Bangunan
Kebutuhan penerangan 200-300 lux
Angka perbandingan dari gas
pembakaran CO/CO2 tidak boleh
lebih dari 0,02
Gangguan suara yang ditimbulkan
oleh genset tidak boleh lebih dari 80
db
Perlu disediakan alat PAR
9. Ruang Pompa Tempat meletakkan mesin Tinggi dan kapasitas menara air
dan Menara Air pompa air dan persediaan disesuaikan dengan kebutuhan dan
air dilengkapi dengan penangkal petir
Gangguan suara yang ditimbulkan
oleh tidak boleh lebih dari 80 db
10. Ruang P3K Tempat istirahat orang Lantai rata dan tidak licin
sakit dan menyimpan alat Sirkulasi udara baik
P3K Letak mudah dicapai dari seluruh
bangunan
Kebutuhan penerangan 200-300 lux
Ruangan harus terhindar dari
genangan air
11. Ruang Satpam Tempat memantau Lantai rata dan tidak licin
keamanan kegiatan dalam Sirkulasi udara baik
kompleks Berada dekat pintu masuk kompleks
Kebutuhan penerangan 200-300 lux
Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan oleh tidak boleh lebih
dari 75 db
12. Ruang gudang Tempat menyimpan Lantai rata dan tidak licin dan
peralatan terhindar dari genangan air
Sirkulasi udara baik
Kebutuhan penerangan 200-300 lux
V Ruang Terbuka
33
1. Tempat Parkir Tempat parkir kendaraan Pelataran kendaraan harus rata
pengunjung Mampu menahan beban maksimal
kendaraan truk dan muatannya
Pelataran bongkat muat dan parkir
harus terpisah
Luasnya harus cukup menampung
kendaraan pengunjung
Arah masuk dan keluar kendaraan
harus jelas
Besaran Ruang
No. Program Ruang Jumlah (unit) Luas (m²)
1. Ruang Transaksi/Display (Loading Area) 1 386
Ruang bongkar muat dan pengolahan mutu
2. 1 297
komoditi (Ware House)
Ruang gudang penyimpanan berpendingin (Cold
3. 1 187
Storage)
4. Ruang kantor pengelola (kantor) 1 200
5. Gudang sementara 1 101
6. Bengkel/workshop pertanian 1 86
7. Ruang sarana pendukung (2 lantai) 1 2 x 400 = 800
8. Ruang kios Saprotan 1 69
9. Ruang pengolahan sampah 1 16
10. Gardu dan ruang genset 1 38
11. Ruang pompa dan tangki air 6 6 x 8 = 48
12. Restoran/ruang makan 1 93
13. Ruang istirahat 1 39
14. Musholla 1 81
15. Toilet dan tempat wudhuk 1 21,5
16. Pos Satpam 2 2 x 9 = 18
17. Ruang Terbuka dan Parkir
Jumlah 2.480,5
34
34
5.4.5 Pengelompokan dan Letak Bangunan
A. Pengelompokan Bangunan
I. Kelompok Bangunan Transaksi/Display
Terdiri dari ruang-ruang kegiatan:
1. Ruang kios grosir
II. Kelompok Bangunan Pengolahan dan Penyimpanan
Terdiri dari ruang-ruang kegiatan:
1. Ruang bongkar muat barang
2. Ruang pengolahan mutu komoditi
3. Ruang gudang penyimpanan berpendingin (cold storage)
III. Kelompok Bangunan Administrasi dan Pelayanan
Terdiri dari ruang-ruang kegiatan:
1. Ruang promosi
2. Ruang sarana telekomunikasi
3. Ruang balai pertemuan
4. Ruang kantor pengelola
5. Ruang asosiasi petani
IV. Kelompok Bangunan Penunjang
Terdiri dari ruang-ruang kegiatan:
1. Ruang kios sarana produksi pertanian
2. Ruang kantin
3. Ruang lembaga keuangan
4. Ruang ibadah
5. Ruang/tempat istirahat
6. Tempat penampungan sampah sementara
7. Kamar mandi/WC
8. Ruang diesel/gardu listrik
9. Ruang pompa air
10. Ruang P3K
11. Ruang Satpam
12. Ruang gudang
V. Kelompok Bangunan Terbuka
Terdiri dari ruang-ruang kegiatan:
1. Tempat parkir
35
35
2. Taman/RTH
3. Jalan antar bangunan
Pengelompokan massa bangunan tersebut dapat diterapkan dalam beberapa alternatif
(dalam jumlah lantai) seperti:
a. Kegiatan transaksi grosir dengan alternatif satu lantai
b. Kegiatan pengolahan mutu komoditi alternatif satu lantai
c. Kegiatan administrasi dan pelayanan alternatif dua lantai
36
36
C. Jarak Antara Bangunan
Bangunan yang berfungsi sebagai tempat transaksi mempunyai hubungan
kegiatan yang erat dengan ruangan cold storage siap jual. Harus ditempatkan
berdekatan, sedangkan ruang yang tidak mempunyai hubungan kegiatan yang
tidak erat seperti ruang penunjang ditempatkan berjauahn. Selain berdasarkan
fungsi tersebutm jarak bangunan juga ditentukan oleh ketinggian bangunan.
D. Tangga
Jika perencanaan sudah memastikan bahwa bangunan Terminal Agribisnis ini
bertingkat, maka tangga sebagai sarana sirkulasi akan menjadi penting. Oleh
karena itu ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu perletakan daerah tangga
dan persyaratan teknisnya.
1. Perletakan daerah tangga
Daerah tangga harus terlihat jelas dan mudah dicapai, berdasarkan fungsi
bangunannya, maka letak daerah tangga hendaknya berjarak maksimal 25
m dari ruangan yang terjauh.
2. Persyaratan teknis
a. Anak tangga harus mempunyai lebar 25-30 cm dan tinggi antara
12,5 – 15 cm
b. Daerah tangga harus dilengkapi dengan pemegang yang tingginya
adalah 90 cm dari permukaan anak tangga
c. Daerah tangga harus dilengkapi dengan pelindung kecelakaan
d. Daerah tangga harus terhindar dari gangguan hujan
37
37
b. Bangunan dapat dipisahkan atas beberapa kelompok, tetapi harus
tetap dalam suatu kesatuan identitas
c. Sirkulasi harus mudah terlihat dan terbuka dengan luas sirkulasi
antara 15% - 20% dari luas lahan yang tersedia
d. Ruang yang tercipta, baik di dalam maupun diantara bangunan
harus nyaman dan aman
2. Bentuk atap
a. Atap selain harus memnuhi persyaratan teknis dan estetis, juga
harus mencerminkan identitas bangunan yang sesuai yang
dipengaruhi budaya setempat (kontekstual dengan lingkungan)
b. Disesuikan dengan penggunaan lahan dan struktur yang
disyaratkan
38
38
Pengalaman ruang
Ruang sosio kultural
Masalah dalam menentukan standar akan berbeda antara satu lokasi dengan lokasi
lainnya. Hal-hal yang mempengaruhi biaya pada prinsipnya muncul dari:
1. Jumlah bangunan yang akan dibangun, meliputi area dan volume, serta bentuk
bangunan.
2. Penyelesaian kenyamanan bangunan.
3. Jenis, kapasitas dan jumlah unit infrastruktur penunjang.
39
39
e. Baja beton komposit untuk bangunan berlantai 1 – 3
B. Persyaratan Struktur/Konstruksi
1. Struktur bagunan harus diperhitungkan terhadap beban tetap (beban mati dan
hidup) dan beban sementara gempa/angin yang ditetapkan dalam Petunjuk
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung dan dalam Petunjuk
Perencanaan Ketahahan Gempa untuk Rumah dan Gedung.
2. Besarnya gaya-gaya yang bekerja pada struktur dan bagian struktur harus
dihitung menurut kaidah mekanika atau cara rasional/percobaan dalam
laboratorium konstruksi, untuk menjamin kebenaran perencanaan dan
keamanan struktur/konstruksi secara keseluruhan.
40
40
3. Kekuatan/kekakuan, keamanan dan keawetan struktur, maka harus dirancang
dan diperhitungkan menurut petunjuk Perencanaan Konstruksi Kayu (SNI 03-
3985-1995).
4. Kelas kayu dan pemakaian dalam konstruksi
Untuk struktur utama, misalnya kolom, balok lantai tingkat dan kuda-kuda harus
dipakai kayu yangn mempunyai mutu kuat kelas I A/B atau kelas II A/B menurut
petunjuk. Konstruksi lainnya, misalnya kasau dan kusen, papan lantai dapat
dipakai kayu dengan mutu kuat kelas III A yang telah diawetkan. Sedang
untuk konstruksi non struktural/pembantu dapat dipakai kelas IV A yang telah
diawetkan.
5. Konektor/alat penyambung konstruksi
Untuk menyambung batang-batang konstruksi utama yang menahan gaya-
gaya yang besar, maka disarankan untuk menggunakan salah satu alat
penyambung berupa plat bergigi, plat cincin belah (seperti ring) dan pasak
kayu silinder (kubler). Untuk batang-batang konstruksi pembantu atau struktur
sekunder sebagai alat penyambung konstruksi dapat dipakai baut, maka
hendaknya disesuaikan kepada:
1) Besarnya beban yang dipikul
2) Sifat beban
3) Kondisi pada titik buhul, bidang untuk menampung alat penyampung
6. Macam struktur
Macam struktur yang bisa dipakai antara lain:
1) Kerangka dan pengaku silang
2) Kerangka dan pasangan bertulang sebagai dinding geser
3) Kerangka dan dinding geser
4) Dinding geser kayu
41
41
C. Pelaksanaan
1. Sebelum dipasang/distel, maka balok-balok kayu harus sudah kering dan
diawetkan. Pada bagian yang terpotong/teriris/ditakik guna penyambungan
batang pada konstruksi, maka harus diberi/disapu dengan bahan pengawet.
2. Pada penyetelan penyambung dimensi, jumlah dan jarak alat penyambung
diawasi oleh tenaga yang ahli di bidang konstruksi kayu. Bilaman dipakai apat
penyambung dari baut berdiameter tidak boleh lebih kecil dari 12 mm dan
jumlahnya paling sedikit 2 batang untuk setiap bagian konstruksi yang
disambung.
3. Konstruksi kayu harus dilindungi dari proses pelapukan dan kerusakan.
42
42
Penyimpanan/penimbunan pasir dan koral beton sebelum bahan
dicampurkan harus dipisahkan satu sama lainnya, sehingga
dapat dijamin dan diketahui bahan tersebut tidak bercampur
untuk mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.
Mutu dan gradasi agregat (pasir dan kerikil) mengikuti
Petunjuk Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding
Bertulang untuk Rumah dan Gedung. Petunjuk Perencanaan
Konstruksi Beton, Spesifikasi Bahan Bangunan, Kelecakan
Beton, slump, faktor air semen dan kadar semen mengikuti
Buku PBI dan spesifikasi bahan bangunan.
2. Baja Tulangan Beton
1) Digunakan besi beton mutu U-24, besi harus bersih dari lapisan
minyak/lemak, bebas dari cacat seperti serpih-serpih dan kotoran
lainnya. Penampang besi adalah bulat dan memnuhi persyaratan baik
ukuran maupun mutunya.
2) Mutu besi beton yang dipakai adalah:
Ø ˃ 10 mm mutu baja U-39 ulir
Ø ≤ 10 mm mutu baja U-24 polos
Jenis besi tersebut diatas harus mempunyai tegangan limit elastis
karakteristik sesuai dengan yang tercantum dalam PBI 1971 dan PBI
1989, khusus untuk U-39 tegangan tarik leleh besi tidak boleh lebih
dari 50 kg/mm.
3) Penyambungan tulang sesuai PBI 1991
Panjang penyambungan harus dilakukan sebagai berikut:
a. Kolom struktur
Batang polos minimal 180 cm
Batang ulir minimal 100 cm
b. Balok struktur
Tulang tarik batang polos minimal 180 cm
Tulang tarik batang ulir minimal 90 cm
Tulang tekan batang polos minimal 120 cm
Tulang tekan batang ulir minimal 60 cm
43
43
Kecuali yang tidak ditentukan diatas dan yang
tercantum di dalam gambar, dalam segala hal tidak
boleh kurang dari 60 cm
4) Penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu U 39 dan baja
lunak dengan mutu U 24 sesuai dengan PBI 1971 dan PBI 1989.
5) Baja tulangan dapat digunakan baja polos atau baja ulir.
6) Kuat tarik leleh baja tulangan harus disesuaikan dengan kuat tekan
beton yang dipakai.
7) Untuk menjamin kebenaran perhitungan perencanaan konstruksi, maka
baja tulangan yang hendak dipakai harus diperiksa kuat tarik lelehnya.
8) Dalam satu struktur supaya dipakai mutu baja yang sama.
B. Persyaratan Struktur/Konstruksi
1. Struktur bangunan harus diperhitungkan terhadap beban tetap (beban mati dan
hidup) dan beban sementara gempa/angin yang ditetapkan dalam Petunjuk
Perencanaan Pembebanan Rumah dan Gedung SNI 03-1727-1989, Petunjuk
Perencanaan Tahan Gempa untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1726-2002,
Petunjuk Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang untuk
Rumah dan Gedung SNI 03-1734-1989
2. Untuk menjamin kebenaran perencanaan dan keamanan struktur/konstruksi
secara keseluruhan, maka besarnya gaya-gaya yang bekerja pada struktur dan
bagian struktur harus dihitung menurut kaidah mekanika atau cara
rasional/percobaan dalam laboratorium konstruksi.
3. Harus bisa dihitung dan dibuktikan bahwa terhadap bebena rencana:
1) Beban grafitasi atau beban tetap, maka semua unsur strukturharus
masih dalam keadan elastis dan tidak terjadi tewgangan leleh.
2) Kombinasi beban tetap dan angin, maka struktur masih dalam keadaan
sama dengan poin 1.
3) Kombinasi beban tetap dan gempa, maka sebagian kecil unsur struktur
boleh mencapai tegangan-leleh. Bila terjadi sendi-plastis, maka lokasi
sendi-plastis supaya direncanakan terjadi pada ujung balok dan tidak
pada kolom.
4. Macam struktur
Macam struktur yang bisa diterapkan meliputi:
44
44
1) Struktur kerangka terbuka
Pada bangunan yang menggunakan struktur kerangka terbuka, maka
beberapa prinsip berikut perlu diperhatikan:
a. Pertemuan balok dan kolom adalah merupakan titik-titik pertemuan
yang menentukan kekuatan struktur secara menyeluruh itu
diletakkan tulangan geser pada titik pertemuan pada ujung.ujung
kolom dan balok agar supaya daktilitas sturktur dapat dijamin
dengan baik dan sempurna.
b. Untuk menjamin daktilitas struktur-bangunan, maka hendaknya:
Tulangan kuat.
Tulangan tarik tunggal pada balok tidak melebihi 75%
tulangan seimbang batas.
Untuk mencegah keruntuhan kolom akibat geser, maka
dinding supaya diusahakan tidak mengalami gerak kolom
yang mengakibatkan efek kolom pendek.
Tulangan penahan geser pada kolom, balok dan pertemuan
kolom-kolom harus direncanakan dapat menjamin
tercegahnya patah geser. Untuk perbandingan tulangan
sengkang tidak kurang dari 0,4% dari luas penampang geser
yang ditahan.
Tulangan utama kolom tidak boleh lebih kecil dari 1% dan
tidak boleh lebih besar 6% dari luas penampang.
Sebelum terjadi keadaan pembebanan kampasitas pada
ujung kolom, maka untuk menjamin supaya terjadi sendi-
sendi plastis pada ujun-ujung balok. Balok dalam keadaan
tertentu, maka sendi plastis boleh terjadi pada ujung kolom
bagian bawah dari kolom tingkat terbawah.
Tulangan di dalam keadaan dimana tulangan perlu
disambung, maka sambungan dan cara menyambung
mengikuti Petunjuk Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Rumah dan Gedung. Pada pertemuan balok dengan balok
dan balok dengan kolom, maka tulangan utama supaya
dijangkarkan dengan membengkokan ujung-ujung tulangan
45
45
kearah menyamping atau vertikal, seperti tercantum dalam
Buku Petunjuk Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur
Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung.
2) Sistem kerangka dan dinding pasangan bertulang penahan geser
Dinding pasangan bertulang (bata merah atau conblock) pengisi antara
kolom portal yang dirancang untuk berfungsi sebagai dinding geser,
maka hendaknya:
a. Diberi tulangan penahan gaya-geser dan beban muka yang
dipasang pada arah horizontal dan vertikal. Tulangan horizontal
1 ø 8 mm dipasang setiap 10 lapis bata merah atau 3-4 lapis
batu cetak berlubang (holow-block, HB). Tulangan vertikal 1 ø
8 mm dipasang pada setiap 5 x panjang bata merah atau 3 x
panjang holow-block.
b. Ujung-ujung tulasngan horizontal harus dijangkar kedalam
kolom dan tulangan-tulangan vertikal harus dijangkarkan
kedalam balok.
c. Tebal dinding pasangan penahan gaya-geser tidak boleh kurang
dari 15 cm. Adukan dipakai diusahakan kuat hancur mendekati
kuat hancur bata atau batu cetaknya.
d. Dinding pasangan penahan gaya-geser mempunyai tegangan
dasar tidak kurang dari 30 kg/cm².
3) Sistem kerangka dinding geser beton bertulang
Dinding geser beton bertulang sangat efektif meningkatkan kekakuan
struktur secara menyeluruh sehingga mampu mencegah kerusakan
bagian struktur yang mungkin terjadi akibat pergeseran antar tingkat
yang berlebihan. Dinding geser beton mampu menyerap 50 – 85%
gaya lateral gempa yang terjadi pada seluruh struktur, sehingga kolom-
kolom struktur dapat dirancang lebih ringan/langsing/hemat. Hal.hal
yang perlu diperhatikan pada pemakaian dinding geser adalah:
a. Penempatannya tidak mengganggu estetika dan keharmonisan
bangunan.
b. Tebalnya tidak kurang dari 15 cm untuk bangunan tiga lantai
dan 10 cm untuk bangunan satu dan dua lantai.
c. Perbandingan luas tulangannya tidak kurang dari 0,25%.
46
46
d. Sisi-sisinya diperkuat/dikelilingi oleh kolom dan balok-balok,
atau dengan tulangan khusus untuk menahan gaya tarik yang
timbul pada dinding.
C. Pelaksanaan
1. Sebelum dicor, tulangan yang terpasang harus memenuhi persyaratan
konstruksi.
2. Beton segar yang dituangkan harus segera dipadatkan dengan peralatan
penggetar beton (vibrator) yang sesuai dengan bagian konstruksi yang sedang
dicor.
3. Bila dalam keadaan terpaksa perlu dilakukan penghentian pengecoran, maka
penghentian tersebut supaya diatur pada titik/bidang yang tidak
membahayakan konstruksi.
4. Pelaksanaan pekerjaan yang disebut pada poin 1,2,dan 3 supaya diawasi
tenaga ahli bidang konstruksi beton.
5. Hal-hal lain yang harus mengikuti petujuk beton.
47
47
B. Persyaratan Struktur
1. Perencanaan dan perhitungan konstruksi baja harus mengikuti ketentuan yang
tercantum dalam Petunjuk Perencanaan Bangunan Baja SNI 03-6764-2002.
2. Beban-beban yang dipakai dalam perhitungan harus sesuai dengan yang
ditentukan dalam Petunjuk Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung.
3. Penyimpangan dari perhitungan-perhitungan harus dicantumkan dengan jelas,
bahwa telah diadakan penyimpangan dari peraturan ini.
4. Sambungan konstruksi
Sambungan-sambungan konstruksi harus diusahakan hanya memakai satu
macam alat penyambung. Bilamana sambungan konstuksi digunakan las,
maka gaya minimum yang dipakai dalam sambungan tersebut adalah 3 ton.
Tebal las disesuaikan dengan tebal plat pengisi dan plat penyambung yang
dipakai. Plat pengisi dala satu sambungan tidak boleh lebih dari 4 lapis.
Jumlah minimum alat penyambung baut adalah dua buah. Ukuran maksimum
diameter lubang baut harus sama dengan diameter paku keling atau baut yang
dipakai dan ditambah 1 mm.
5. Batang tarik
Kelangsingan batang tarik untuk struktur utama harus lebih kecil dari 240,
sedangkan untuk struktur sekunder harus lebih kecil dari 300. Batang tarik ikatan
angin dari baja bulat diharuskan memakai kontramur. Diameter batang harus
lebih besar dari 1/500 panjang batang.
6. Batang tekan
Kelangsingan batang tekan untuk struktur utama harus lebih kecil dari 140,
sedangkan untuk struktur sekunder harus lebih kecil dari 200.
7. Batang lentur
Lendutan maksimum akibat beben mati dan beban hidup harus lebih kecil dari
1/125 L. Pada balok diatas dua tumpuan, maka L adalah bentang dari balok
tersebut. Pada balok diatas banyak tumpuan, maka L adalah jarak antara titik
beloknya.
48
48
C. Pelaksanaan
1. Sebelum elemen-elemen struktur baja dipasang semua karat yang terdapat
padanya harus dibersihkan dahulu dengan teliti . kemudian diberi lapisan
pelindung cat meni besi sekurang.kurangnya 2 x sesuai dengan spesifikasi
bahan bangunan. Pekerjaan ini harus diulang kembali bilamana terjadi
kerusakan atau pengelupasan pada waktu pemasangan.
2. Konstruksi baja harus dilindungi dengan baik dari kerusakan akibat
proses/reaksi kimia dan mekanis.
3. Pemasangan konstruksi harus dilaksanakan dan diawasi oleh tenaga ahli.
4. Pekerjaan las harus dilaksanakan oleh tenaga tukang ahli yang memenuhi
persyaratan (klasifikasi juru las D).
Oleh karena itu, salah satu poin yang harus diperhatikan dalam penggunaan struktur
baja ringan adalah pengaku atau bracing yang digunakan. Dengan perhitungan yang
tepat, struktur baja ringan menjadi solusi terbaik pengganti kuda-kuda kayu.
49
49
A. Persyaratan Bahan Bangunan
1. Penutup atap adalah berbahan dasar metal atau zink calung atau bitumen,
Penutup Atap harus Berwarna minimum satu sisi dari Pabrik dan memenuhi
Standar Industri Indonesia (SII) tidak cacat/pecah/rusak, tipe akan ditentukan
kemudian.
2. Penutup atap harus memnuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tebal Total Penutup Atap (TCT = Total Coated Ticknes) minimal 0,30
mm.
b. Ketebalan rabung/bubungan dan listplank disesuaikan dengan penutup
atap.
c. Permukaan atap dilapisi dengan lapisan anti karat Galvanise atau
Galvalume dengan kekentalan 100 gr/m² dan warnanya telah dibentuk
melalui proses pengecatan yang solid sehingga terbentuk lapisan cat
yang menyatu, halus, tahan lama, dan tahan cuaca.
d. Kuat tarik baja minimum 300 Mpa (untuk penutup atap berbahan dasar
metal dan atau zincalum).
e. Sebagai insulasi suara (meredam suara) hingga 27%
f. Sebagai insulasi panas (meredam panas), tidak korosi, tidak berlumut,
mudah dipotong dan dibentuk.
g. Dibawah penutup atap, dipasang bahan peredam panas dari aluminium
foil.
h. Garansi warna dan waterproofing selama 10 tahun.
i. Mampu menahan terpaan angin hingga 39 m/dt.
1. Kuda-kuda dan gording baja ringan
a. Profil struktur kuda-kuda menggunakan kanal C dengan tebal
minimum 0,75 mm.
b. Minimum tinggi kanal C = 74 mm, minimum lebar sayap 30 mm.
c. Gording menggunakan profil Hat dengan tebal minimum 0,6 mm,
tinggi minimum 3 mm, lebar sayap minimum 15 mm dan lebar kepala
minimum 20 mm.
d. Jarak antar kuda-kuda 1,2 – 2 m
50
50
e. Kanal C harus bisa di box dengan baik dan rapi antara satu sama
lainnya (secara penampilan dapat dilihat dari perbedaan lebar sayap
kanal C).
f. Kuat tarik baja (ultimate tensile strength) minimum 300 Mpa, untuk
Kanal C dan gording.
g. Screw menggunakan 10 – 16 x 16 Hexagonal.
h. Lapisan anti karat pada seluruh permukaan baja menggunakan hot
dipped galvanise atau Galvalume dengan kekentalan minimum 100
gr/m².
i. Memiliki gambar kerja kuda-kuda baja ringan yang telah dihitung
secara struktural oleh tenaga ahli.
B. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Rangka penutup atap dipasang dengan baik, kokoh, stabil, lurus, dan rata.
2. Apabila memakai kayu, maka seluruh rangka penutup atap harus diawetkan
dengan ter/residu dan telah dilapisi zat anti rayap yang pelaksanaannya tidak
sampai menetes ke dinding, plafond atau lantai.
3. Pemasangan penutup atap harus memenuhi persyaratan dari pabrik
pembuatannya dalam hal ini yaitu:
a. Cara pemotongan
b. Penentuan jarak gording
c. Cara pemasangan pada bubungan, ujung bubungan dan jurai
d. Pemakaian dan pemasangan aksesoris, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kekuatan dan kerapiannya.
2. Apabila menggunakan penutup atap zincalum, maka harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Overlap vertikal 17 cm
b. Overlap horizontal 9,5 cm
c. Jarak antar gording maksimal 61 cm
d. Jumlah paku untuk rangka kayu sebanyak 19 buah
e. Jumlah sekrup untuk rangka baja ringan sebanyak 11 buah
51
51
5.7. Analisis Utilitas
5.7.1 Plambing
A. Sistem Air Bersih
1. Untuk daerah dimana tidak terdapat instalasi air bersih PDAM, maka
keperluan air bersih dapat diperoleh dari sumber-sumber lainnya seperti air
tanah (sumur dalam SNI 03-2916-1992), air permukaan dan mata air.
2. Kualitas air yang didapat dari sumber-sumber tersebut harus memnuhi
peraturan Departemen Kesehatan no. 172/1997.
3. Air yang didapat dari sumber-sumber tersebut dalam poin 1. Bilamana tidak
memenuhi persyaratan, maka terlebih dahulu harus diolah. Pengolahan air
dimaksudkan untuk:
a. Membersihkan air dari kekeruhan yang disebabkan oleh adanya
kotoran-kotoran padat yang dapat mengendap maupun yang melayang.
b. Membersihkan air dari kuman-kuman penyakit.
c. Membersihkan air dari garam-garam/zat-zat sampai batas yang tidak
membahayakan manusia.
4. Persyaratan pipa penyalur
a. Pipa penyalur air bersih yang digunakan harus baru dan tidak boleh
menggunakan pipa bekas.
b. Dalam hal ini boleh digunakan pipa besi tuang, pipa PVC tipe AW,
dan jenis lainnya yang disetujui oleh Dinas Teknik Penyehatan
setempat.
c. Pipa air bersih adalah PVC dengan testing pressure 15 kg/cm²,
produk/merk akan ditentukan kemudian, dimensi pipa sesuai dengan
gambar rencana.
d. Perlengkapan lainnya (stopkran, valve, clean out, dan sebagainya)
disesuaikan dengan kebutuhan, produk/merk akan ditentukan
kemudian.
e. Alat dan perlengkapan plambing harus diberi aliran air dalam kuantitas
dan tekanan yang cukup agar dapat bekerja dengan baik tanpa
menimbulkan kebisingan yang berlebihan pada kondisi penggunaan
normal.
f. Sistem perpipaan harus direncanakan dan diatur sesuai dengan
kebutuhan, agar diperoleh distribusi air yang merata.
52
52
g. Tangki penyediaan air bersih
Tangki penampung air bersih di Terminal Agribisnis, harus
direncanakan dan dibuat sedemikian rupa hingga tidak bocor,
tahan terhadap tekanan yang timbul pada waktu
penggunaannya serta tahan terhadap kerusakan akibat cuaca
dan lain-lain.
Harus disediakan kelengkapan tangki agar pemeriksaan dapat
diulakukan dengan aman dan mudah.
Tangki penyediaan air bersih sebaiknya ditempatkan diluar
gedung.
Pada tangki penyediaan air bersih umumnya terdapat pipa
penguras, pipa peluap, pipa masuk, pipa distribusi, dan pipa
untuk sprinkler (pipa bahaya kebakaran).
Tangki penyediaan air untuk pemadam kebakaran harus
disediakan.
53
53
mandi dan tempat cucui komoditi dialirkan ketempat yang aman, dan
secara terpisah.
3. Penentuan ukuran tangki septik
a. Kapasitas air limbah yang diolah masuk kedalam tangki septik adalah
30 – 40 liter/orang/hari.
b. Ditensi (waktu pengeraman) diperhitungkan 1 – 1,5 hari.
c. Banyaknya lumpur yang mengendap diperhitungkan 10 – 20
liter/orang/tahun.
d. Ukuran ideal untuk tangki septik adalah lebar : panjang = 1 : 2 atau 1:3
e. Kedalaman total (adalah tinggi cairan ditambah tinggi ruang bebas air)
minimum 1,80 m.
f. Untuk memudahkan pengurasan, maka dasar tangki septik perlu dibuat
miring kearah memanjang.
54
54
D. Sistem Pengolahan Sampah
1. Setiap bangunan Terminal Agribisnis harus dilengkapi dengan tempat
pembuangan sampah sementara (TPS) yang memenuhi syarat kesehatan,
seperti dengan sistem “Transfer Dipo” atau “container” di dalam area
Terminal Agribisnis, yang diletakkan lebih rendah dari bangunan lainnya,
dan selanjutnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA)
yang terletak di luar area Terminal Agribisnis.
2. Sampah Terminal Agribisnis yang sebagian besar berupa zat organik
seperti daun, umbi, dll, dapat diolah menjadi kompos. Jika volumenya
lebih dari 3 ton per hari dapat dibuat instalasi pengomposan tersendiri
dalam area Terminal Agribisnis. Tata cara pembuatan kompos dan
sarananya dapat merujuk Buku Petunjuk Praktis Pembangunan Prasarana
Kompos (modul 6) dan Petunjuk Praktis Pembuatan Kompos (modul 7),
Ditjen Perkotdes, Dep.Kimpraswil tahun 2003.
55
55
4. Sebelum penyambungan listrik dilakukan, maka gambar instalasi listrik
terlebih dahulu harus mendapat pengesahan, instalasi yang sudah terpasang
harus diuji. Pengesahan dan pengujian tersebut harus dilakukan oleh instansi
yang berwenang.
5. Panel listrik yang dipasang sesuai dengan ketentuan dan peraturan PUIL,
diletakkan pada dinding dengan angker yang kuat dan tinggim panel dari
lantai sesuai dengan hasil perencanaan.
6. Semua kabel instalasi harus sesuai dengan jenis dan ukuran dalam gambar dan
dimasukkan dalam pipa kabel PVC dengan ukuran diameter yang sesuai. Pipa
kabel yang menuju kesakral dan stop kontak harus tertanam dalam dinding
dan tidak diperbolehkan adanya ssambungan pipi di dalam dinding, sedangkan
pipa kabel menuju armateur lampu harus menggunakan pipa fleksibel dari
bahan yang sama.
7. Stop kontak dan sakral dipasang di dalam dinding (inblow) dengan
menggunakan roset-roset dari bahan galvanis (tidak berkarat). Jarak dari lantai
adalah 150 cm (untuk sakral) dan 30 cm (untuk stop kontak).
8. Armateur lampu dipasang secara outblow (untuk ruang yang tidak memakai
penutup plafond) dan secara inblow (untuk ruang yang memakai penutup
plafond).
9. Pada setiap panel listrik harus dipasang pengaman pentanahan dan
frame/penutup metal dan panel tidak boleh dipakai sebagai penghantar.
Apabila ada beberapa panel yang berdekatan, elektroda pentanahannya dapat
digabung jika jarak antar panel kurang dari 5 m.
C. Instalasi Telepon
Telepon sebagai salah satu alat telekomunikasi merupakan bentuk dari
perwujudan suatu kenajuan teknologi. Perencanaan jaringan telepon direncanakan
menggunakan kabel melalui tiang telepon. Karena pekerjaan instalasi telepon
bersifat khusus yang dilaksanakan oleh PT. Telkom, maka spesifikasi dan teknis
pengadaan dan pemasangannya mengacu pada standar dan spesifikasi yang
dikeluarkan oleh PT. Telkom.
56
56
D. Instalasi Penangkal Petir
1. Gedung kawasan Terminal Agribisnis yang terletak di daerah terbuka atau
tingginya melebihi bangunan lain yang berdekatan, maka harus dilengkapi
dengan instalasi pwenangkal petir.
2. Pemasangan instalasi penangkal petir harus dilaksanakan oleh instalateur yang
mempunyai izin kerja yang masih berlaku dari instansi yang berwenang.
3. Instalasi penangkal petir harus dilengkapi dengan gambar instalasi yang
mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang.
4. Pemasangan instalasi penangkal petir harus dilaksanakan sesuai dengan
Petunjuk Perencanaan Penangkal Petir SNI 03-3990-1995.
57
57
Pendekatan konsep perancangan yaitu acuan yang digunakan untuk mengarahkan perancang
dalam merancang. Pendekatan disini berisi tentang pembahasan pendekatan konsep makro
dan mikro.
58
58
1. Radiasi Matahari
Data
matahari
Analisa
angin
angin
59
59
2. Angin dan Curah Hujan
Data
Analisa
60
60
3. Pola Drainase dalam Site
Analisa
61
61
4. Sempadan Bangunan
Analisa
62
62
5. Kebisingan
Analisa
Gunakan pohon yang mampu Organisasi ruang yang tepat juga bisa
meredam suara bising mengatasi kebisingan
63
63
6. Zonasi
64
64
7. Vegetasi
65
8. Sirkulasi dan Pencapaian
Analisa
Sirkulasi pergerakan dalam site dibedakan menjadi dua, yaitu:
sirkulasi orang
sirkulasi kendaraan
Untuk sirkulasi kendaraan juga dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi kendaraan untuk
truk, sirkulasi kendaraan roda dua dan empat.
66
66
9. Sistem Parkir
Analisa
Dalam perencanaan Kawasan Terminal Agribisnis ini, sistem parkir dibagi menjadi
dua bagian yaitu:
Parkir kendaraan roda dua
Parkir kendaraan roda empat
Parkir kendaraan truk
67
67
10. Pola Massa Bangunan
Massa bangunan
Non produksi
Analisa
Dalam perencanaan bangunan Kawasan Terminal Agribisnis terdapat dua kelompok
massa bangunan yaitu:
Kelompok massa bangunan produksi
Kelompok massa bangunan non produksi
68
68
11. Ruang Terbuka (open sppace) dan RTH
Analisa
Ada sekitar 60% dari luas keseluruhan site yang dapat dijadikan area sebagai open space
(ruang terbuka). Kondisi sekarang di dalam dan di sekitar site tidak adanya pepohonan
dan penghijauan. Maka untuk itu perlu perencanaan untuk open space dan taman..
Konsep
Merencanakan ruang terbuka bersama yang dapat dimanfaatkan sebagai
penghubung antar bangunan yang ada dalam satu kawasan.
Penanaman pepohonan yang cukup didalam dan sekitar site dan ditata dengan
baik berupa open space dan taman-taman dan penempatan ruang terbuka ini
berada ditengah-tengah kelompok fungsi bangunan.
Ruang terbuka terdiri atas jalan umum, pedestrian, taman serta ornamen estetika
lainnya, sehingga pengunjung dan pengguna bangunan yang akan direncanakan
akan merasa nyaman dan betah dalam kawasan ini.
69
69
Gambar V.1. Peta Existing Site
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, 2013
70
70
Pengelompokan massa bangunan:
I. Kelompok Bangunan Transaksi/Display
II. Kelompok Bangunan Pengolahan dan Penyimpanan
III. Kelompok Bangunan Administrasi dan Pelayanan
IV. Kelompok Bangunan Penunjang
V. Kelompok Bangunan Terbuka
Besaran Ruang
71
71
BAB V KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1. Kesimpulan
Lokasi yang direncanakan untuk membangun Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh ini
adalah di Kelurahan Koto Panjang yang terletak di sekitar kawasan budidaya pertanian
dan peternakan terpadu. Hal tersebut sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang menurut
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Payakumbuh Tahun 2010-2030 yang
menyatakan bahwa lokasi rencana pembangunan Terminal Agribisnis berada di Sub
Pusat Pengembangan Kota (SPPK) II Kota Payakumbuh, dengan fungsi utama sebagai
pusat pengembangan pertanian lahan basah dan pusat pengembangan peternakan terpadu.
Selain itu, pada Pasal 50 Perda No. 1 Tahun 2012 tersebut juga menyatakan bahwa kawasan
Koto Panjang diarahkan sebagai Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi di Kota
Payakumbuh.
Salah satu tahapan yang harus dilakukan untuk melaksanakan pembangunan Kawasan
Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh tersebut adalah melaksanakan penelitian tentang
bagaimana Model Pengembangan Kawasan Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh
sebagai dasar acuan dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan fisik Terminal
Agribisnis Kota Payakumbuh di masa datang.
5.2. Saran
Dengan adanya kegiatan penelitian ini dapat menjadi salah satu pedoman bagi
Pemerintahan Kota Payakumbuh khususnya instansi terkait untuk melakukan kegiatan
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Terminal Agribisnis Kota
Payakumbuh. Untuk selanjutnya diharapkan Kawasan Terminal Agribisnis ini dapat
dikembangkan sebagai salah satu pusat komoditi hasil pertanian di Kota Payakumbuh.
Selain itu dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
72
72
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Teks
Edward T. White “Buku Pedoman Konsep, Sebuah Kosakata Bentuk-bentuk
Arsitektural”, Intermedia Bandung, 27 November 1985.
Edward T. White “Buku Perencanaan Tapak”, Intermedia Bandung, 27 November
1985.
73
73
Gedung
n. SNI 03.1727-1989 Tentang Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah
dan Gedung
o. SNI 03.1734-1989 Tentang Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur
Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung
p. SNI 03.1726-2002 Tentang Perencanaan Tahan Gempa untuk Rumah dan Gedung
q. SNI 03.6764-2002 Tentang Perencanaan Bangunan Baja
r. SNI 03.3990-1995 Tentang Perencanaan Penangkal Petir
s. SNI 03.3985-1995 Tentang Tata Cara Perencanaan Pemasangan Sistem Deteksi
Alarm untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung
t. SNI 03.1745-1989 Tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung
u. SNI 03-6481-2000 Tentang Sistem Plambing
v. SNI 03-2916-1992 Tentang Cara Memberikan Peryaratan Teknis Sumur Gali
sebagai Sumber Baku untuk Air Bersih yang Terlindungi dari Pencemara
74
74
LAMPIRAN 1
SURAT PERJANJIAN
PELAKSANAAN PENELITIAN MANDIRI
Nomor : /AK/FTSP/IX-2014
Pada hari ini Senin tanggal 8 September 2014, yang bertanda tangan di bawah ini:
Kedua belah pihak secara bersama-sama telah bersepakat melakukan perjanjian pelaksanaan kegiatan
Penelitian Swadana Universitas Bung Hatta Tahun Akademik 2014/2015 yang berisi penugasan
pelaksanaan kegiatan dengan ketentuan dan syarat-syarat yang diatur dalam pasal-pasal berikut:
Pasal 1
PIHAK PERTAMA memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA menerima
tugas tersebut dengan baik untuk melaksanakan kegiatan penelitian swadana Tahun Akademik
2014/2015 dengan judul:
75
75
c) Laporan dijilid langsung (tanpa plaster) dan warna kulit disesuaikan dengan warna
Fakultas..
(3) Produk penelitian berupa barang (jika ada).
Pasal 4
PIHAK KEDUA wajib mengikuti kegiatan memaparkan/menyampaikan laporan penelitian kepada
masyarakat di Program Studi, waktu dan tempat ditentukan kemudian.
Pasal 5
PIHAK KEDUA membiayai sendiri kegiatannya.
Pasal 7
(1) Apabila PIHAK KEDUA diberhentikan/berhenti dari jabatannya atau pindah ke instansi lain
sebelum kegiatan penelitian selesai seluruhnya atau tidak dapat melaksanakan penelitian, maka
PIHAK KEDUA wajib menunjuk pengganti ketua pelaksana yang merupakan salah satu
anggota tim setelah mendapat persetujuan tertulis dari Ketua Program Studi.
(2) Apabila dikemudian hari terbukti bahwa judul penelitian sebagaimana dimaksud pada pasal
1 ditemukan indikasi adanya duplikasi dengan penelitian lain dan atau diperoleh indikasi
ketidakjujuran/itikad yang kurang baik yang tidak sesuai dengan kaedah ilmiah, maka kegiatan
tersebut dinyatakan batal.
Pasal 8
Surat perjanjian pelaksanaan penelitian ini dibuat dua rangkap. Satu rangkap asli dipegang PIHAK
PERTAMA serta dibubuhi materai Rp 6.000,- yang dibebankan kepada PIHAK KEDUA, dan satu
rangkap duplikat diserahkan kepada PIHAK KEDUA.
Demikian perjanjian ini dibuat, dan surat perjanjian ini mulai berlaku setelah ditandatangani oleh kedua
belah pihak.
76
76
LAMPIRAN 2
FORMAT SUSUNAN ORGANISASI
TIM PENELITI/PELAKSANA DAN PEMBAGIAN TUGAS
77
LAMPIRAN 3.1
A. IDENTITAS DIRI
B. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Bung Hatta HAWK Hildesheim/ Jerman
Bidang Ilmu Teknik Arsitektur Master of Arts
Denkmalpflege
Tahun Masuk-Lulus 1991-1997 2007-2009
Judul Perencanaan Pabrik Kayu “Die traditionellen
Skripsi/Tesis/Disertasi Lapis di Kawasan PIP – By Minangkabau- Häuser in
Pass Padang West Sumatra, Indonesien;
Konzepte zur Erhaltung,
Nutzung und Sanierung“
Nama Dr. Ir. H. Syamsul Asri, Prof. Martin Thumm/
Pembimbing/Promotor Dr. Ir. Eko Alvares Z, MSA
78
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
1. Simposium Antar Bangsa Muafakat 1. Typologi of Padang Traditional 26-27 April 2014,
Minang, Sejarah, Budaya, Teknologi, Houses, Study Case: Pauh & Port Dickson,
dan Senibina Kuranji Malaysia
2. Syekh Burhanuddin Ulakan
and Islamization of
Minangkabau
79
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial lainnya dalam 5 Tahun
Terakhir
J. Penghargaan dalam 10 Tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Penelitian Dosen Pemula.
80
CURRICULUM VITAE
I. IDENTITAS PRIBADI
II. Pendidikan
2.1 Pendidikan di Dalam dan Luar Negeri
Tahun Jurusan / Bidang
Jenjang Pendidikan Nama Sekolah/PT
Lulus Studi/Keahlian
SD Segaralangu X,
Sekolah Dasar 1990
Cilacap, Jawa Tengah
Sekolah Menengah SMPN 3 Sidareja,
1993
Pertama Cilacap, Jawa Tengah
SMK Tamtama Sidareja,
Sekolah Menengah Atas 1996 Bangunan Gedung
Cilacap, Jawa Tengah
Universitas
S-1 Muhammadiyah 2006 Teknik Sipil
Yogyakarta
Universitas Gadjah Mada Sistem dan Teknik
S-2 2008
Yogyakarta Transportasi
S-3
2.2. Mata kuliah yang diasuh
Semester Ganjil
No Mata Kuliah Jumlah Nama PT/FAK Jurusan Jenjang
Nama Kode Kelas Pendidikan
Dasar-Dasar Rekayasa
Universitas Bung
1 Transportasi dan Teknik 52123322 3 Teknik Sipil S-1
Hatta/FTSP
Lalu Lintas
Universitas Bung
2 Menggambar Teknik 1 52121208 1 Teknik Sipil S-1
Hatta/FTSP
Semester Genap
No Mata Kuliah Jumlah Nama PT/FAK Jurusan Jenjang
Nama Kode Kelas Pendidikan
Universitas Bung
1 Menggambar Teknik 2 52122213 2 Teknik Sipil S-1
Hatta /FTSP
81
2.3 Kursus/Pelatihan
Ijazah/Tanda Tempat
Nama
No Periode/ tahun Lulus/Surat
Kursus/Pelatihan/Lokakarya/Seminar Keterangan
1 2 3 4 5
Peserta “Bimbingan Teknis SMK3 Konstruksi” 20–22 Surat Tugas Grand Sari
1
Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan September No. 6879/SK- Hotel Padang
Permukiman Provinsi Sumatera Barat 2016 2/KP/IX-2016
Peserta “Lokakarya dan Diskusi Terbatas On 24–25 1) Surat Hotel Mercure
2
Pacific Partnership 2016 Subject Matter Agustus 2016 Tugas Padang
Expert Exchange (SMEE), Coastal Floods nomor :
Risk Reduction, Disaster Recovery Planning, 1536/ST/F
Constructin Safety and Hazard Analysis, Fall TSP/VIII-
Protection Awareness, etc, TNI AL–US 2016
NAVY–Pemko Padang 2) Sertifikat
Peserta Pelatihan Program Applied Approach 15–20 Sertifikat Ruang Seminar
3
(AA) Pekerti Tahun 2016 Universitas Bung Agustus 2016 Pasca Sarjana
Hatta Universitas
Bung Hatta
Peserta “Lokakarya Pembinaan dan 19 Juli 2016 Surat Tugas Ruang Seminar
4
Penerapan Jasa Konstruksi” Dinas Prasarana No. Prasarana
Jalan, Tata Ruang dan Permukiman Provinsi 4967.a/SK- Jalan, Tata
Sumatera Barat 2/KP/VII- Ruang dan
2016 Permukiman
Provinsi
Sumatera Barat
Peserta Orientasi Tugas Tenaga Pendidik 12–13 Sertifikat Ruang Seminar
5
(Dosen Baru) Universitas Bung Hatta Tahun Mei 2016 Gedung
2016 Rektorat
Universitas
Bung Hatta
Workshop Penulisan Karya Ilmiah Untuk 18–19 Sertifikat Ruang Seminar
6
Publikasi Internasional oleh Prof. L. Jawahar April 2016 Pasca Sarjana
Nesan (Vice Cansellor of Saveetha Universitas
University, India) Bung Hatta
“Pelatihan Dasar/Workshop E-Procurement 15–17 Sertifikat Grand Sari
7
Jasa Konstruksi” Dinas Prasarana Jalan, Maret 2016 Hotel Padang
Tata Ruang dan Permukiman, Provinsi
Sumatera Barat
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Kuliah 26 Februari Surat Tugas Universitas
8
Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan 2016 No. Bung Hatta
Masyarakat (KKN-PPM) Periode IV Tahun 030/LPPM/H
2016 Universitas Bung Hatta atta-1/VII-
2016
Lokakarya Deseminasi Jalan Berbiaya dan 20-21 Sertifikat Hotel Mercure
9
Bervolume Lalu Lintas Rendah Tahun 2014 Agustus 2014 Padang
82
III. PUBLIKASI
Dipublikasikan Tahun Tingkat
No Judul
pada Lokal Nasional Inter
Analisis Kemauan Penumpang
Jurnal Rekayasa, 2016
Fakultas Teknik Sipil
1 Pesawat Udara Untuk Menggunakan
dan Perencanaan,
Bus Trans Jogja
Universitas Bung Hatta
Analisis Kualitas Sumur Dangkal
Jurnal Teknik Sipil, 2015
2 Politeknik Negeri
Berdasarkan Parameter Do dan DHL Samarinda
3.1 Pengalaman Penelitian
Nama
No Judul Penelitian Jabatan Sumber Jumlah Tahun Mahasiswa
dana Dana terlibat
1
V. PENGALAMAN
5.1. Kunjungan Keluar Negeri
Lama Pemberi
No Negara Yang Dituju Tujuan Kunjungan
Kunjungan Dana
5.2. Lokakarya/Simposium/Seminar/Panitia
Ijazah/Tanda Tempat Sebagai
Nama
Lulus/Surat
No Kursus/Pelatihan/Lokakarya/Semin Waktu
Keterangan Peserta Penyaji
ar/Panitia
1 Anggota Tim Revisi Penyusunan Laporan 13 Juni Surat Tugas Universitas
Tahunan Rektor Universitas Bung Hatta 2016 No. Bung Hatta
Tahun 2015 4175/SK-
2/KP/VI-
2016
83
2 Peserta Kuliah Umum “Manajemen 25 April Sertifikat Ruang
Konstruksi” oleh Prof. L. Jawahar Nesan 2016 Caraka,
(Vice Cansellor of Saveetha University, Universitas
India) Bung Hatta
3 Peserta Workshop Public Speaking oleh 15 April Sertifikat Ruang
Prof. L. Jawahar Nesan (Vice Cansellor of 2016 Seminar,
Saveetha University, India) Pascasarja
Universitas
Bung Hatta
4 Panitia Kegiatan Kerja Sama Dalam 5 April 1) Surat Universitas
Rangka Meningkatkan Iklim Akademik 2016 Tugas Bung Hatta
Pada Program Studi Teknik Sipil No.
Universitas Bung Hatta 2473/UM/
KP/IV-
2016
2) Setifikat
5 Seminar Sehari “Indonesia Sociopreneur 16 Maret Sertifikat Ruang
Challenge” di Balairung Caraka, 2016 Caraka,
Universitas Bung Hatta Universitas
Bung Hatta
6 Panitia Pengangkatan Tim Penyusunan 26 Surat Universitas
Jurnal Rekayasa Fakultas Teknik Sipil dan Februari Keputusan Bung Hatta
Perencanaan Universitas Bung Hatta 2016 Nomor :
385/SK-
AK/FTSP/II-
2016
7 Peserta Kuliah Umum “Building 23 Sertifikat Ruang
Information Modeling (BIM)” Oleh Prof. Februari Caraka,
Nashwan Dawood dari Teesside 2016 Universitas
University, United Kingdom Bung Hatta
84
VI. Kinerja Prestasi/Reputasi Bidang Pendidikan/Penelitian/PKM
6.1. Pendidikan
N Judul/Buku/Diktat/Modul Tahun Tingkat Keterangan
o Lokal Nas Inter
Eko Prayitno,ST.,M.Sc
85
Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM)
UNIVERSITAS BUNG HATTA
Jl. Sumatera Ulakkarang Padang 25143 Telp. (0751) 7051678 Fax.
(0751) 7055475. Email. Lppm_bunghatta@yahoo.co.id
LAMPIRAN 4
SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI
yang diusulkan dalam Penelitian Mandiri untuk tahun anggaran 2014 bersifat original dan
belum pernah dibiayai oleh lembaga/ sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh
biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
86