Anda di halaman 1dari 95

ARSITEKTUR

USULAN PENELITIAN
MANDIRI

MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN TERMINAL AGRIBISNIS


KOTA PAYAKUMBUH

TIM PENGUSUL

DESY ARYANTI, ST, M.A; NIDN 1024127303


EKO PRAYITNO, ST, M.Sc; NIDN 1028057701

UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG


SEPTEMBER 2014
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN MANDIRI

Judul Penelitian : Model Pengembangan Kawasan Terminal Agribisnis Kota


Payakumbuh
Kode/Nama Rumpun Ilmu : Arsitektur
Ketua Peneliti :
a. Nama Lengkap : DESY ARYANTI, ST, M.A.
b. NIDN : 1024127303
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
d. Program Studi : Arsitektur
e. Nomor Hp : 085278346525
f. Alamat surel (E-mail) : desy73aryanti@gmail.com
Anggota Peneliti (1)
a. NamaLengkap : EKO PRAYITNO, ST, M.Sc
b. NIDN : 1028057701
c. Perguruan Tinggi : Universitas Bung Hatta
Biaya Penelitian : - dana mandiri : Rp 8.000.000,-

Mengetahui, Padang, 8 September 2014


Ketua Prodi Arsitektur Ketua Peneliti,

(Ir. Elfida Agus, MT) (Desy Aryanti, ST, M.A.)


NIDN 1007116202 NIDN 1024127303

ii
RINGKASAN

Keberhasilan sektor pertanian dan budidaya lainnya dalam memberikan kontribusi positif
pada pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh, salah satu aspek yang mempengaruhi adalah posisi
dan letak Kota Payakumbuh. Hal ini dapat dilihat dari posisi Kota Payakumbuh yang berada pada
sisi Timur Provinsi Sumatera Barat dan berdekatan dengan Provinsi Riau. Dengan posisi dan
letaknya yang sangat strategis tersebut, menjadikan Kota Payakumbuh menjadi salah satu pintu
masuk dan pintu keluar pada jalur perdagangan dan distribusi barang antar daerah, antar provinsi
atau antar negara. Dengan potensi dan keuntungan yang dimiliki oleh Kota Payakumbuh
tersebut, maka Kota Payakumbuh sangat diharapkan untuk dapat meningkatkan prasarana dan
sarana pendukung pertanian dan budidaya lainnya untuk mewujudkan Kota Payakumbuh sebagai
salah satu sentral penghasil dan distributor hasil pertanian dan budidaya lainnya di Provinsi
Sumatera Barat dan Indonesia Bagian Barat.
Untuk mewujudkan peningkatan sarana dan prasarana pada sektor pertanian dan
budidaya lainnya tersebut, maka Kota Payakumbuh perlu membangun Terminal Agribisnis yang
berfungsi sebagai tempat pengumpulan dan pengolahan awal serta penyimpanan sementara hasil
pertanian yang ada di Kota Payakumbuh dan juga hasil pertanian dan budidaya lainnya dari
daerah-daerah lain di sekitar Kota Payakumbuh. Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh ini
adalah di Kelurahan Koto Panjang yang terletak di sekitar kawasan budidaya pertanian dan
peternakan terpadu. Hal tersebut sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang menurut Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Payakumbuh Tahun 2010 - 2030 yang menyatakan bahwa lokasi
rencana pembangunan Terminal Agribisnis berada di Sub Pusat Pengembangan Kota (SPPK) II
Kota Payakumbuh, dengan fungsi utama sebagai pusat pengembangan pertanian lahan basah dan
pusat pengembangan peternakan terpadu. Selain itu, pada Pasal 50 Perda No. 1 Tahun 2012
tersebut juga menyatakan bahwa kawasan Koto Panjang diarahkan sebagai Kawasan Strategis
Bidang Pertumbuhan Ekonomi di Kota Payakumbuh.

Kata kunci: Model Pengembangan, Kawasan Terminal Agribisnis, Kota Payakumbuh

3
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang karena segala rahmat dan karunia
serta pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan Laporan
Akhir penelitian yang berjudul “Model Pengembangan Kawasan Makam Syekh Burhanuddin
Sebagai Kawasan Wisata Religi”
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
orang-orang yang telah berperan, sehingga dapat terselesaikannya Laporan Akhir penelitian ini,
antara lain :
1. Bapak Prof. Dr. Niki Lukviarman, S.E.,Akt, MBA, selaku Rektor Universitas Bung
Hatta.
2. Bapak Ir. Hendri Warman, MSCE, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Universitas Bung Hatta.
3. Ibu Ir. Elfida Agus, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta.
4. Bapak Eko Prayitno, ST, M.Sc, selaku anggota Tim Penelitian
5. Pemerintahan Kota Payakumbuh
6. Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung
dalam pelaksanaan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Laporan Akhir Penelitian Mandiri ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala petunjuk, kritik, dan saran yang
membangun dari pembaca agar dapat menunjang pengembangan dan perbaikan selanjutnya.
Akhir kata penulis mohon maaf atas kekurangan dalam penulisan Laporan Akhir Penelitian
Mandiri ini dan penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun dari
pembaca.
Semoga penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan wacana bagi kita
semua. Amin………..
Padang, 15 Desember 2014

Penulis

4
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………………………..i


HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………….ii
RINGKASAN ……………………………………………………………………iii
PRAKATA ……………………………………………………………………………iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………v
DAFTAR TABEL .................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................viii

BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………………......1


1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………..1
1.2 Permasalahan ……………………………………………………………..3
1.3 Tujuan dan Sasaran ……………………………………………………………..3
1.3.1 Tujuan ……………………………………………………………..3
1.3.2 Sasaran ……………………………………………………………..3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………………..4


2.1 Pengertian Agribisnis……………………………………………………………..4
2.2 Kebijakan Pemerintah ……………………………………………………………..4

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ……………………………………10


3.1 Tujuan dan Manfaat Penelitin ……………………………………………10
3.2 Temuan yang Ditargetkan ……………………………………...…………….10

BAB IV. METODE PENELITIAN ……………………………………………………………10


4.1 Metode Pendekatan ….………………………………………………….……..10
4.2 Proses Perancangan ……………………………………………………………14
4.3 Strategi Perencanaan……………………………………………………………..14
4.4 Persyaratan Umum Bangunan Gedung ……………………………………17
4.5 Persyaratan Teknis/Standar Perancangan ……………………………………19

BAB V. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ………………………………………….21


5.1 Data Rancangan Terminal Agribisnis……………………………………………21
5.1.1 Program dari Terminal Agribisnis ……………………………………21
5.1.2 Rencana Kebutuhan Fasilitas…………………………………...………..22
5.2 Data RTRW Kota Payakumbuh ……………………………………………22
5.3 Analisis Perencanaan Arsitektur…………………………………………………23
5.3.1 Eksisting Site ……………………………………………………………23
5.3.2 Data Bangunan di Kawasan yang sedang dibangun……………………..24
5.3.3 Potensi Site ……………………………………………………………25
5.4 Analisis Program Ruang ……………………………………………………25
5.4.1 Tipe Bangunan Terminal Agribisnis ………………………………..…...25
5.4.2 Jenis Ruang ……………………………………………………………27
5.4.3 Persyaratan Umum Bangunan …………………………………....28

5
5.4.4 Persyaratan Khusus dan Bearan Ruang ……………………………29
5.4.5 Pengelompokkan dan Letak Bangunan ……………………………35
5.4.6 Pola Massa Bangunan ………… …………………………………37
5.5 Analisis Site/Tapak ……………………………………………………………38
5.6 Analisis Struktur dan Konstruksi ………………………………………………..39
5.6.1 Umum ……………………………………………………………39
5.6.2 Struktur dan Konstruksi Kayu ……………………………………40
5.6.3 Struktur dan Konstruksi Beton ……………………………………42
5.6.4 Struktur dan Konstruksi Baja ……………………………………47
5.6.5 Konstruksi Atap Baja Ringan ……………………………………49
5.7 Analisis Utilitas ……………………………………………………………52
5.7.1 Plambing ……………………………………………………………52
5.7.2 Instalasi Listrik, Telepon, dan Penangkal Petir ……………………55
5.8 Pendekatan Konsep Makro ……………………………………………58
5.8.1 Radiasi Matahari ……………………………………………………59
5.8.2 Angin dan Curah Hujan ……………………………………………60
5.8.3 Pola Drainase dalam Site ……………………………………………61
5.8.4 Sempadan Bangunan ……………………………………………62
5.8.5 Kebisingan ……………………………………………………………63
5.8.6 Zonasi ……………………………………………………………64
5.8.7 Vegetasi ……………………………………………………………65
5.8.8 Sirkulasi dan Pencapaian ……………………………………………66
5.8.9 Sistem Parkir ……………………………………………………67
5.8.10 Pola Massa Bangunan ……………………………………………68
5.8.11 Ruang Terbuka dan RTH ……………………………………………69
5.9 Pendekatan Konsep Mikro ……………………………………………………69
5.9.1 Zonasi Ruang Dalam Bangunan ……………………………………70
5.9.2 Analisis Hubungan Antar Ruang ……………………………………71
5.9.3 Besaran Ruang ……………………………………………………71

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………73


LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Kontrak ……………………………………………………………75
Lampiran 2 : Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas ……………………77
Lampiran 3.1 : Biodata Ketua Tim Peneliti ……………………………………………78
Lampiran 3.2 : Biodata Anggota Tim Peneliti ……………………………………………81
Lampiran 4 : Surat Pernyataan Ketua Peneliti ……………………………………………86

6
DAFTAR TABEL

5.1 Skema Alur Kegiatan Terminal Agribisnis ……………………………………26

5.2 Jenis Ruang Kegiatan Terminal Agribisnis ……………………………………………28

5.3 Persyaratan Ruang Terminal Agribisnis Kota ……………………………………34

5.4 Besaran Ruang Terminal Agribisnis ……………………………………………34

5.5 Skema Letak Bangunan Terminal Agribisnis Tipe II ……………………………………36

5.6 Besaran Ruang Terminal Agribisnis …………………………………...……….71

vii
DAFTAR GAMBAR

5.1 Peta Lokasi ……………………………………………………………………24

5.2 Peta Eksisting Site dan Konstekstual Lingkungan ……………………………………....24

5.3 Bangunan yang sudah ada di kawasan ……………………………………….……….…25


.
5.4 Peta Eksisting Site ……………………………………………………………………70

5.5 Siteplan Kawasan Terminal Agribisnis …………………………………...……….70

88
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Kontrak ……………………………………………………………75


Lampiran 2 : Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas ……………………77
Lampiran 3.1 : Biodata Ketua Tim Peneliti ……………………………………………78
Lampiran 3.2 : Biodata Anggota Tim Peneliti ……………………………………………81
Lampiran 3 : Surat Pernyataan Ketua Peneliti ……………………………………………86

9
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kota Payakumbuh merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Barat yang
memiliki luas daerah pertanian dan budi daya lainnya yang cukup dominan di bandingkan
dengan luas wilayah administratifnya. Dimana berdasarkan data Payakumbuh Dalam
Angka (PDA) Tahun 2012 luas daerah pertanian dan lahan budi daya lainnya adalah sebesar
4.194 Ha atau sekitar 52,21% dari luas wilayah Kota Payakumbuh. Berdasarkan kondisi
pemanfaatan lahan tersebut menjadikan sektor pertanian menjadi salah satu sektor
yang memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh.
Payakumbuh Dalam Angka (PDA) menyebutkan bahwa pada tahun 2010 dan 2011, sektor
pertanian mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 5,18% dan
6,20%. Sedangkan menurut distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota
Payakumbuh atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2011,
memposisikan sektor pertanian dan budidaya lainnya pada besaran Rp 215.048.070,-
(9,97%).

Keberhasilan sektor pertanian dan budidaya lainnya dalam memberikan kontribusi positif
pada pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh, salah satu aspek yang mempengaruhi
adalah posisi dan letak Kota Payakumbuh. Hal ini dapat dilihat dari posisi Kota
Payakumbuh yang berada pada sisi Timur Provinsi Sumatera Barat dan berdekatan
dengan Provinsi Riau. Dengan posisi dan letaknya yang sangat strategis tersebut,
menjadikan Kota Payakumbuh menjadi salah satu pintu masuk dan pintu keluar pada
jalur perdagangan dan distribusi barang antar daerah, antar provinsi atau antar negara.
Dengan potensi dan keuntungan yang dimiliki oleh Kota Payakumbuh tersebut, maka
Kota Payakumbuh sangat diharapkan untuk dapat meningkatkan prasarana dan sarana
pendukung pertanian dan budidaya lainnya untuk mewujudkan Kota Payakumbuh
sebagai salah satu sentral penghasil dan distributor hasil pertanian dan budidaya lainnya
di Provinsi Sumatera Barat dan Indonesia Bagian Barat.

1
Untuk mewujudkan peningkatan sarana dan prasarana pada sektor pertanian dan
budidaya lainnya tersebut, maka Kota Payakumbuh perlu membangun Terminal
Agribisnis yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan dan pengolahan awal serta
penyimpanan sementara hasil pertanian yang ada di Kota Payakumbuh dan juga hasil
pertanian dan budidaya lainnya dari daerah-daerah lain di sekitar Kota Payakumbuh.
Pembangunan Terminal Agribisnis sebagai pendukung kegiatan pertanian, yang dalam
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 13 Tahun 2012 Pasal 82 huruf d tentang
indikasi arahan peraturan zonasi kawasan pertanian yang menyebutkan bahwa pada
kawasan budidaya pertanian diperkenankan adanya bangunan prasarana wilayah dan
bangunan yang bersifat mendukung kegiatan pertanian. Sedangkan Perda Kota
Payakumbuh No.1 Tahun 2012 Pasal 73 ayat (2) menyatakan bahwa peraturan zonasi
kawasan pertanian jenis pemanfaatan ruang yang dikendalikan untuk penggunaan
pendukung kegiatan pertanian.

Lokasi yang direncanakan untuk membangun Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh ini
adalah di Kelurahan Koto Panjang yang terletak di sekitar kawasan budidaya pertanian
dan peternakan terpadu. Hal tersebut sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang menurut
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Payakumbuh Tahun 2010 - 2030 yang
menyatakan bahwa lokasi rencana pembangunan Terminal Agribisnis berada di Sub
Pusat Pengembangan Kota (SPPK) II Kota Payakumbuh, dengan fungsi utama sebagai
pusat pengembangan pertanian lahan basah dan pusat pengembangan peternakan terpadu.
Selain itu, pada Pasal 50 Perda No. 1 Tahun 2012 tersebut juga menyatakan bahwa kawasan
Koto Panjang diarahkan sebagai Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi di Kota
Payakumbuh.

Salah satu tahapan yang harus dilakukan untuk melaksanakan pembangunan Kawasan
Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh tersebut adalah melaksanakan penelitian tentang
bagaimana Model Pengembangan Kawasan Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh
sebagai dasar acuan dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan fisik Terminal
Agribisnis Kota Payakumbuh di masa datang.

2
I.2 Permasalahan
Keberhasilan sektor pertanian dan budidaya lainnya dalam memberikan kontribusi positif
pada pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh, salah satu aspek yang mempengaruhi
adalah posisi dan letak Kota Payakumbuh. Hal ini dapat dilihat dari posisi Kota
Payakumbuh yang berada pada sisi Timur Provinsi Sumatera Barat dan berdekatan
dengan Provinsi Riau. Dengan posisi dan letaknya yang sangat strategis tersebut,
menjadikan Kota Payakumbuh menjadi salah satu pintu masuk dan pintu keluar pada
jalur perdagangan dan distribusi barang antar daerah, antar provinsi atau antar negara.
Dengan potensi dan keuntungan yang dimiliki oleh Kota Payakumbuh tersebut, maka
Kota Payakumbuh sangat diharapkan untuk dapat meningkatkan prasarana dan sarana
pendukung pertanian dan budidaya lainnya untuk mewujudkan Kota Payakumbuh
sebagai salah satu sentral penghasil dan distributor hasil pertanian dan budidaya lainnya
di Provinsi Sumatera Barat dan Indonesia Bagian Barat.

I.3 Tujuan dan Sasaran


Tujuan utama dari penelitian ini adalah menemukan suatu model pengembangan
Kawasan Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh.
I.3.1 Tujuan
Tujuan lain yang ingin dicapai yaitu:
Menyediakan pedoman dokumen perencanaan yang lengkap, detail, dan menyeluruh bagi
Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh yang nantinya dapat dijadikan dasar pedoman dalam
pembangunan fisik Kawasan Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh.
I.3.2 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai yaitu penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan
Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh.

3
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

2.1 Pengertian Agribisnis


Agribisnis (baku menurut KBBI: agrobisnis) adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau
bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu"
dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor
pangan (food supply chain). Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang
ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis
mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya,
penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Dalam
konteks manajemen agribisnis di dalam dunia akademik, setiap elemen dalam produksi dan
distribusi pertanian dapat dijelaskan sebagai aktivitas agribisnis. Namun istilah "agribisnis"
di masyarakat umum seringkali ditekankan pada ketergantungan berbagai sektor ini di
dalam rantai produksi. Istilah "agribisnis" diserap dari bahasa Inggris: agribusiness,
yang merupakan lakuran dari agriculture (pertanian) dan business (bisnis). Dalam bahasa
Indonesia dikenal pula varian yang baku menurut KBBI, agrobisnis.
Objek agribisnis dapat berupa tumbuhan, hewan, ataupun organisme lainnya. Kegiatan
budidaya merupakan inti (core) agribisnis, meskipun suatu perusahaan agribisnis tidak
harus melakukan sendiri kegiatan ini. Apabila produk budidaya (hasil panen)
dimanfaatkan oleh pengelola sendiri, kegiatan ini disebut pertanian subsisten, dan
merupakan kegiatan agribisnis paling primitif. Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga
menjual atau menukar untuk memenuhi keperluan sehari-hari.
Dalam perkembangan masa kini agribisnis tidak hanya mencakup kepada industri makanan
saja karena pemanfaatan produk pertanian telah berkaitan erat dengan farmasi, teknologi
bahan, dan penyediaan energi.

2.2 Kebijakan Pemerintah


Ada beberapa aspek yang dapat ditempuh dalam upaya mengembangkan kegiatan
agribisnis diantaranya :

4
a. Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian
serta jasa yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis.
Yang sering kita dapatkan selama ini adalah industri pengolahan (Agroindustri)
berkembang di Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor. Dipihak lain, peningkatan
produksi pertanian tidak diikuti oleh perkembangan industri pengolahan (membangun
industri berbasis sumberdaya domestik/lokal). Sehingga perlu pengembangan
Agribisnis Vertikal.

b. Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas


keunggulan komparatif.
Dalam arti bahwa membangun daya saing produk agribisnis melalui transformasi
keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing, yaitu dengan cara:
1. Mengembangkan subsistem hulu (pembibitan, agro-otomotif, agro-kimia) dan
pengembangan subsistem hilir yaitu pendalaman industri pengolahan ke lebih
hilir dan membangun jaringan pemasaran secara internasional, sehingga pada
tahap ini produk akhir yang dihasilkan sistem agribisnis didominasi oleh produk-
produk lanjutan atau bersifat capital and skill labor intensive.
2. Pembangunan sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan inovasi. Dengan
demikian produk utama dari sistem agribisnis pada tahap ini merupakan produk
bersifat technology intensive and knowledge based.
3. Perlu orientasi baru dalam pengelolaan sistem agribisnis yang selama ini hanya pada
peningkatan produksi harus diubah pada peningkatan nilai tambah sesuai dengan
permintaan pasar serta harus selalu mampu merespon perubahan selera konsumen
secara efisien.

c. Menggerakkan kelima subsistem agribisnis secara simultan, serentak dan


harmonis.
Untuk menggerakkan sistem agribisnis perlu dukungan semua pihak yang berkaitan
dengan agribisnis/pelaku-pelaku agribisnis mulai dari petani, koperasi, BUMN dan
swasta serta perlu seorang pemimpin yang mengkoordinasi keharmonisan Sistem
Agribisnis.

5
d. Menjadikan Agroindustri sebagai A Leading Sector.
Agroindustri adalah industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung
maupun tidak langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian. Keterkaitan langsung
mencakup hubungan komoditas pertanian sebagai bahan baku (input) bagi kegiatan
agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk
akhir agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan ekonomi
lain yang menyediakan bahan baku(input) lain diluar komoditas pertanian, seperti
bahan kimia, bahan kemasan, dll. Dalam mengembangkan agroindustri, tidak akan
berhasil tanpa didukung oleh agroindustri penunjang lain seperti industri pupuk,
industri pestisida, industri bibit/benih, industri pengadaan alat-alat produksi pertanian
dan pengolahan agroindustri seperti industri mesin perontok dan industri mesin
pengolah lain.

e. Membangun Sistem Agribisnis melalui Industri Perbenihan


Industri Perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam pembentukan atribut
produk agribisnis secara keseluruhan. Atribut dasar dari produk agribisnis seperti
atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan atribut nilai (ukuran, penampakan, rasa,
aroma dan sebagainya) serta atribut keamanan dari produk bahan pangan seperti
kandungan logam berat, residu pestisida, kandungan racun juga ditentukan pada
industri perbenihan. Oleh karena itu Pemda perlu mengembangkan usaha perbenihan
(benih komersial) berdasar komoditas unggulan masing-masing daerah, yang
selanjutnya dapat dikembangkan menjadi industri perbenihan modern.

f. Dukungan Industri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem agribisnis.


Perlu adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh koperasi petani atau
perusahaan agro-otomotif itu sendiri.

g. Dukungan Industri Pupuk dalam pengembangan sistem agribisnis.


Pada waktu yang akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem
Networking baik vertikal (dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama perusahaan

6
pupuk), yaitu dengan cara penghapusan penggabungan perusahaan pupuk menjadi
satu dimana yang sekarang terjadi adalah perusahaan terpusat pada satu perusahaan
pupuk pemerintah. Oleh karena perusahaan-perusahaan pupuk harus dibiarkan secara
mandiri sesuai dengan bisnis intinya dan bersaing satu sama lain dalam
mengembangkan usahanya. Sehingga terjadi harmonisasi integrasi dalam sistem
agribisnis. Serta perlu dikembangkan pupuk majemuk, bukan pupuk tunggal yang
selama ini dikembangkan.

h. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi Agribisnis.


Koperasi perlu mereformasi diri agar lebih fokus pada kegiatan usahanya terutama
menjadi koperasi pertanian dan mengembangkan kegiatan usahanya sebagai koperasi
agribisnis. Untuk memperoleh citra positif layaknya sebuah koperasi usaha misalnya:
Koperasi Agribisnis atau Koperasi Agroindustri atau Koperasi Agroniaga yang
menangani kegiatan usaha mulai dari hulu sampai ke hilir.

i. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui pengembangan sistem informasi


agribisnis.
Dalam membangun sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan adalah informasi produksi, informasi proses, distribusi, dan informasi
pengolahan serta informasi pasar.

j. Membumikan pembangunan sistem Agribisnis dalam otonomi daerah


Pembangunan Ekonomi desentralistis-bottom-up, yang mengandalkan industri
berbasis sumberdaya lokal. Pembangunan ekonomi nasional akan terjadi di setiap
daerah.

k. Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agribisnis di daerah.


Untuk membangun agribisnis di daerah, peranan perbankan sebagai lembaga
pembiayaan memegang peranan penting. Ketersediaan skim pembiayaan dari
perbankan akan sangat menentukan maju mundurnya agribisnis daerah. Selama ini

7
yang terjadi adalah sangat kecilnya alokasi kredit perbankan pada agribisnis daerah,
khususnya pada on farm agribisnis.

l. Pengembangan strategi pemasaran


Pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat penting peranannya terutama
menghadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahan,
keadaan pasar heterogen. Dari hal tersebut, sekarang sudah mulai mengubah
paradigma pemasaran menjadi menjual apa yang diinginkan oleh pasar (konsumen).

m. Pengembangan sumberdaya agribisnis.


Dalam pengembangan sektor agribisnis agar dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya
pemanfaatan dan pengembangan teknologi serta pembangunan kemampuan
Sumberdaya Manusia (SDM) Agribisnis sebagai aktor pengembangan agribisnis.

n. Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis.


Perlu pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sektor agribisnis komoditas unggulan
yang didasarkan pada peta perkembangan komoditas agribisnis, potensi
perkembangan dan kawasan kerjasama ekonomi.

o. Pengembangan Infrastruktur Agribisnis.


Dalam pengembangan pusat pertumbuhan Agribisnis, perlu dukungan pengembangan
infrastruktur seperti jaringan jalan dan transportasi (laut, darat, sungai dan udara),
jaringan listrik, air, pelabuhan domestik dan pelabuhan ekspor dan lain-lain.

p. Kebijaksanaan terpadu pengembangan


Ada beberapa bentuk kebijaksanaan terpadu dalam pengembangan agribisnis:
1. Kebijaksanaan pengembangan produksi dan produktivitas ditingkat
perusahaan.
2. Kebijaksanaan tingkat sektoral untuk mengembangkan seluruh kegiatan usaha
sejenis.

8
3. Kebijaksanaan pada tingkat sistem agribisnis yang mengatur keterkaitan
antara beberapa sektor.
4. Kebijaksanaan ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan perekonomian
yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap agribisnis.

q. Pengembangan agribisnis berskala kecil.


Ada 3 kebijaksanaan yang harus dilakukan adalah:
1. Farming Reorganization
Reorganisasi jenis kegiatan usaha yang produktif dan diversifikasi usaha yang
menyertakan komoditas yang bernilai tinggi serta reorganisasi manajemen
usahatani. Dalam hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan yang rata-rata
kepemilikan hanya 0,1 Ha.
2. Small-scale Industrial Modernization
Modernisasi teknologi, modernisasi sistem, organisasi dan manajemen, serta
modernisasi dalam pola hubungan dan orientasi pasar.
3. Services Rasionalization
Pengembangan layanan agribisnis dengan rasionalisasi lembaga penunjang
kegiatan agribisnis untuk menuju pada efisiensi dan daya saing lembaga tersebut.
Terutama adalah lembaga keuangan pedesaan, lembaga litbang khususnya
penyuluhan.

r. Pembinaan Sumberdaya Manusia untuk mendukung pengembangan agribisnis


dan ekonomi
Dalam era Agribisnis, aktor utama pembangunan agribisnis dan aktor pendukung
pembangunan agribisnis perlu ada pembinaan kemampuan aspek bisnis, manajerial
dan berorganisasi bisnis petani serta peningkatan wawasan agribisnis. Dalam hal ini
perlu reorientasi peran penyuluhan pertanian yang merupakan lembaga pembinaan
SDM petani. Oleh karena itu perlu peningkatan pendidikan penyuluh baik melalui
pendidikan formal, kursus singkat, studi banding. Serta perlu perubahan fungsi BPP
yang selama ini sebagai lembaga penyuluhan agro-teknis, menjadi klinik konsultasi
agribisnis.

9
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan dan Manfaat Penelitian


3.1.1 Bidang Akademik
Penelitian suatu Kawasan Terminal Agribisnis tidak banyak dilakukan orang, yang ada
hanya kegiatan perencanaan bangunan gedung pusat penyimpanan hasil-hasil pertanian
sebelum dijual yang mengarah ke pelaksanaan fisik. Diharapkan dengan adanya Model
Pengembangan Kawasan Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh ini akan menambah
konsep pengembangan baru untuk pusat agribisnis.

3.1.2 Pemerintah Daerah


Penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh
untuk perencanaan dan pengembangan Kawasan Terminal Agribisnis. Diharapkan
konsep pengembangan ini dapat diterapkan didaerah lain yang memiliki karakter dan
potensi daerah yang sama, sehingga pada akhirnya dapat memberikan kontribusi terhadap
peningkatan PAD dari sektor pertanian.

3.1.3 Masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat sekitar Kawasan Terminal Agribisnis Kota
Payakumbuh adalah sebagai objek dari penelitian, diharapkan masyarakat dapat memahami
bahwa daerah mereka mempunyai potensi yang sangat bagus sekali bukan hanya sekedar
tempat untuk mengumpulkan hasil pertanian saja, tetapi juga dapat merupakan salah satu
alternatif usaha yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi
masyarakat setempat.

3.2 Temuan Yang Ditargetkan


Model Pengembangan Kawasan Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh sebagai salah
satu upaya yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh untuk
mewujudkan program pembangunan perencanaan Detail Engineering Design (DED)
Kawasan Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh.

10
10
BAB IV METODE
PENELITIAN

4.1 Metode Pendekatan


Metode pendekatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan ini
adalah :
1. Pengumpulan data, yang terdiri dari :
a. Studi literatur baik aspek teknis substansial seperti pengumpulan data-data angka,
peta, topografi, dll maupun kebijakan dan peraturan yang terkait dengan
perencanaan, perancangan, persyaratan teknis, pelaksanaan pembangunan, dan
pengawasan pembangunan gedung pemerintah.
b. Melakukan survey dan kunjungan lapangan untuk mengetahui keadaan lokasi
dengan melakukan identifikasi antara lain:
1. Identifikasi lokasi/lahan pembangunan
2. Identifikasi topografi
3. Identifikasi daya dukung tanah
2. Membuat analisis-analisis yang meliputi :
a. Analisis pengelolaan yang meliputi kajian tentang :
1. Peraturan–peraturan Pemerintah tentang Bangunan Terminal Agribisnis
(TA)
2. Evaluasi terhadap mekanisme yang berhubungan dengan fungsi
bangunan sekitarnya (jika ada).
b. Analisis kebijakan pemerintah, yang meliputi kajian tentang kebijakan–kebijakan
baik berskala lokal maupun regional, sperti :
1. Kebijakan Tata Ruang
2. Kebijakan Standar Bangunan
3. Kebijakan pembangunan sarana dan prasarana kota
4. Kebijakan inventarisasi bangunan dan lingkungan pada kawasan
c. Analisis potensi dan kendala yang meliputi:
1. Sumber daya alam dan infrastruktur
2. Sumber daya manusia

11
11
3. Sosial dan budaya
d. Analisis permasalahan yang meliputi kajian permasalahan secara umum, lokal dan
regional
e. Análisis teknis dan teknologis
f. Analisis ekonomi
g. Analisis pasar dan pemasaran
1. Analisis hubungan antara konsumen dengan perkembangan pasar
2. Analisis hubungan antara pedagang dengan perkembangan pasar
3. Analisis kemampuan daya beli
3. Strategi Pengembangan
Dari analisis diatas disusun strategi pengembangan agar dapat dicapai sasaran dan studi
untuk pembangunan.
4. Membuat Pedoman Perumusan Perencanaan
Pedoman ini berguna untuk mengetahui hal-hal yang harus di persiapkan untuk
membangun fisik Terminal Agribisnis beserta infrastrukturnya mulai dari
persyaratan, perijinan, pihak-pihak terkait yang harus di hubungi dan lain-lain.
5. Melakukan Konsultasi dan diskusi dengan pihak-pihak terkait yang berkompeten
dalam proses Penyusunan DED Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh.
6. Melakukan pembahasan dengan, maupun dinas terkait dan bersama dengan para
stakeholders khususnya satuan kerja dan Pemerintah Daerah setempat dalam rangka
merumuskan perencanaan dan perancangan.

Metodologi yang akan di gunakan dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengumpulan data awal lokasi
Yaitu dengan melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap lokasi sehingga
dapat dihasilkan pendefinisian dan identifikasi terhadap kawasan. Penyiapan
pengumpulan data ini meliputi:
a) Pemilihan instansi/kelompok masyarakat/responden lain berdasarkan metode
stakeholders analisis yaitu:

12
12
1. Instansi pemerintah dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Dinas Pertanian, serta pihak lain yang terkait
2. Tim teknis dan pendamping
3. Swasta/Asosiasi profesi
4. Kelompok masyarakat
5. LSM
6. Pedagang/asosiasi pedagang
Rancangan teknis pengumpulan data yang terdiri dari:
1. Data primer, berdasarkan pengamatan, wawancara dan konsultasi
langsung di lapangan. Pengumpulan data primer ini dilakukan Konsultan
setelah melakukan kajian kelayakan teknis dan biaya, untuk memperoleh
rancangan yang sesuai.
2. Data sekunder, berdasarkan kajian literatur baik dokumen-dokumen
perencanaan yang telah ada maupun peraturan dan perundang-undangan
serta kajian-kajian lainnya untuk perumusan konsep perancangan
pembangunan.
b) Perangkat pembantu pengumpulan data
Perangkat ini disiapkan sebelum melakukan kegiatan pengumpulan data yang
antara lain terdiri dari:
1. Surat pengantar survey dari Pemko Payakumbuh Cq. Dinas Pekerjaan
Umum.
2. Perencanaan dan penyiapan materi untuk melakukan
konsulting/wawancara.
3. Rapat koordinasi, dll.
2. Perumusan–perumusan yang dilakukan antara lain :
 Perumusan Permasalahan “Problem Tree”
Dengan metode “Problem Tree” ini dapat teridentifikasi permasalahan–
permasalahan yang ada dan dapat diklarifikasi, sehingga dapat tersusun suatu
tingkatan permasalahan dan kaitannya. Dari permasalahan ini dapat diketahui
langkah–langkah prioritas apa saja yang diperlukan dalam pemecahan
pembangunan Terminal Agribisnis tersebut.

13
13
 Perumusan strategi penataan kawasan dan program implementasi
Perumusan ini disusun dengan memperhatikan aspek–aspek sosial, budaya,
ekonomi dan lingkungan setempat.

4.2 Proses Perancangan


Dalam tahap proses perancangan di perlukan studi banding untuk memperluas cakrawala
perencanaan dalam merencanakan suatu pedoman, selanjutnya dimantapkan dalam
perumusan kebutuhan yang meliputi program besaran maupun organisasi ruang dan
sebagainya. Tahap selanjutnya adalah memantapkan konsep filosofi dan konsep fisik
yang akan mendasari langkah-langkah selanjutnya. Langkah selanjutnya dikembangkan
dalam development design dan final design.

Masalah baru yang di akibatkan masalah lingkungan yang akan muncul, harus sudah
diantisipasi sebelumnya, agar dapat meningkatkan pelayanan pada masyarakat sesuai
dengan fungsinya dan tidak merusak lingkungan baik alamiah maupun buatan manusia,
seperti tingkat kebisingan dan polusi.

4.3 Strategi Perencanaan


Strategi perencanaan yang akan dilakukan oleh Konsultan adalah sebagai berikut:
a. Pra-Rencana
Membuat gambar-gambar pra rencana arsitektur, yang merupakan pengembangan
dari konsep gambar yang sudah dibuat terlebih dahulu dalam tahap pra rancangan.
Dalam tahap ini Konsultan Perencana akan selalu mengadakan konsultasi dan
koordinasi dengan Pemberi Tugas, sehingga akan didapat produk gambar yang
terkoordinasi. Selain itu Konsultan juga akan berpedoman pada standar dan peraturan
yang ada.
Gambar–gambar pra rencana arsitektur yang akan dibuat antara lain:
1. Site Plan
2. Denah
3. Tampak
4. Potongan

14
14
b. Pengembangan Rencana
Pada tahap ini Konsultan membuat gambar–gambar pengembangan arsitektur, sistem
struktur dan sistem instalasi dan elektrikal, yang merupakan pengembangan dari
gambar–gambar pra rencana. Dalam tahap ini Konsultan Perencana akan selalu
mengadakan konsultasi dan koordinasi dengan pihak Pemberi Tugas, sehingga akan
didapat produk gambar yang selaras, terpadu dan terorganisasi. Gambar–gambar
perencanaan yang dihasilkan Konsultan ini sudah berdasarkan hasil analisis, sistem dan
perhitungan yang berpedoman pada standar dan peraturan yang ada.
Gambar – gambar yang akan dibuat Konsultan pada tahap ini antara lain :
1. Gambar – gambar perencanaan detail arsitektur, meliputi :
a. Denah, tampak, potongan bangunan
b. Rencana pola lantai, plafond
c. Detail tangga, toilet, kusen
d. Detail Arsitektur
e. Eksterior, interior, 3D
2. Gambar–gambar perencanaan detail sistem struktur, meliputi :
a. Rencana pondasi dan kolom
b. Rencana plat lantai, balok
c. Rencana ring balok, portal
d. Rencana tangga
e. Detail struktur lainya
f. Detail penjelasan struktur yang terkait dengan gambar arsitektur
Arahan yang digunakan dalam perencanaan detail ini antara lain :
a. Perencanaan struktur akan diperhitungkan terhadap keamanan, daya
tahan serta kemudahan memperoleh material yang disesuaikan dengan
kondisi keuangan.
b. Semua perhitungan struktur akan dibuat analisanya berdasarkan analis
yang lazim digunakan.
c. Konstruksi permanen dengan batas umur konstruksi minimal 10 tahun.
d. Efisiensi biaya dengan memperhitungkan sistem konstruksi yang
paling mudah, aman dan kemampuan teknis kontraktor.

15
15
e. Keamanan dalam pelaksanaan.
3. Gambar perencanaan detail mekanikal dan elektrikal bangunan dengan skala
besar, meliputi :
a. Mekanikal :
1. Jaringan Air Bersih
2. Jaringan Air Kotor dan Air Hujan
3. Jaringan Air Kotor
4. Rencana Septic Tank
5. Isometri (sesuai kebutuhan)
6. Detail – detail Mekanikal
b. Elektrikal :
1. Jaringan Instalasi Listrik
2. Jaringan Penangkal Petir
3. Detail–detail Elektrikal
4. Gambar landscape, meliputi : taman, ruang terbuka (open space), dan parkir.
 Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis mencakup ketentuan–ketentuan lengkap tentang arsitektur, sipil dan
struktur dan ME yang ada dalam gambar perencanaan detail bangunan gedung
Terminal Agribisnis (TA) beserta batasan–batasan yang kelak akan dikerjakan oleh
kontraktor yaitu :
1. Penjelasan mengenai lingkup pekerjaan
2. Peralatan dan bahan–bahan yang akan digunakan
3. Kode dan standar yang dipergunakan
4. Hal–hal yang berkaitan dengan pemeriksaan, uji coba, dan pengawas

 Bill of Quantity
Konsultan Perencana akan membuat daftar lengkap mengenai peralatan dan bahan yang
terdapat dalam gambar rancangan terinci yang mencakup baik jumlah satuannya
maupun nama, jenis serta ukurannya. Daftar tersebut harus dibuat sejelas–jelasnya
dengan demikian kontraktor dapat memakai untuk mengajukan penawaran.
 Perkiraan Biaya (Cost Estimate)

16
16
Konsultan Perencana harus membuat perkiraan biaya tentang seluruh pekerjaan
Pembangunan Terminal Agribisnis (TA) yang mencakup dalam gambar rancangan
terinci dengan berpedoman pula pada daftar peralatan dan bahan (Bill of Quantity).
Perkiraan biaya ini harus cukup berbobot sehingga oleh Pemberi Tugas dapat dipakai
sebagai nilai pembanding dalam mengevaluasi biaya yang diajukan oleh Kontraktor
pada waktu pelelangan.
f. Blok Plan dan Izin IMB
Konsultan Perencana akan membuat gambar blok plan arsitektur dan dokumen untuk
pengurusan izin IMB berupa gambar:
1. Denah
2. Tampak
3. Potongan
4. serta luasan ruangan

4.4 Persyaratan Umum Bangunan Gedung


Dengan hal–hal tersebut diatas, maka Konsultan harus memperhatikan beberapa
persyaratan umum bangunan yang disesuaikan berdasarkan fungsi dan kompleksitas
bangunan seperti :
a. Persyaratan peruntukan dan intensitas yang menjamin bangunan gedung didirikan
berdasarkan ketentuan ruang dan tata bangunan yang ditetapkan di daerah yang
bersangkutan.
b. Persyaratan arsitektur dan lingkungan bangunan gedung harus memenuhi kriteria–
kriteria sebagai berikut :
1. Mencerminkan fungsi sebagai bangunan Sub Terminal Agribisnis
2. Seimbang, serasi dan selaras dengan lingkunganya
3. Efisiensi dalam penggunaan sumber daya didalam pemanfaatan dan
pemeliharaannya
4. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik
lingkungan dari budaya daerah setempat serta kemajuan teknologi yang
berkembang pada saat ini.
c. Persyaratan struktur bangunan, antara lain:

17
17
1. Struktur pondasi
2. Struktur kolom
3. Struktur lantai
4. Struktur rangka atap
d. Persyaratan Utilitas bangunan seperti :
1. Air bersih (sumber air bersih serta jaringan dan kapasitasnya)
2. Air hujan dan air buangan
3. Air kotor dan sampah
4. Tata udara
5. Transportasi/sirkulasi dalam bangunan
6. Penanggulangan bahaya kebakaran
7. Jaringan listrik
8. Jaringan komunikasi, dll
e. Pengenalan dan pemahaman informasi tentang tapak wilayah yang antara lain :
1. Data pengukuran tapak rencana
2. Kondisi fisik seperti luas, batas–batas topografi
3. Kondisi tanah
4. Keadaan air tanah
5. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
6. Koefisien Lantai bangunan (KLB)
7. Koefisien Daerah Hijau (KDH)
8. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
9. Bentuk kavling
10. Peruntukan bangunan sekitar kavling
11. Ketinggian bangunan
12. Rincian penggunaan lahan, perkerasan, penghijauan, dll
13. Pengenalan dan pemahaman konsep–konsep serta kaidah–kaidah
perencanaan dan perancangan serta spesifikasi yang berlaku
f. Menyusun dan merumuskan perkiraan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

18
18
4.5 Persyaratan Teknis/ Standar Perancangan
Dalam melaksanakan kegiatan perencanaan, Konsultan Perencana harus mengetahui dan
mengikuti segala peraturan–peraturan pembangunan yang masih berlaku di Indonesia
pada umumnya dan Peraturan Pemerintah Daerah khususnya, baik peraturan yang
sifatnya administratif maupun teknis pembangunan. Standar desain yang harus diikuti
Konsultan Perencana yang diurutkan dibawah ini merupakan penegasan pokok yang
harus diikuti disamping peraturan/persyaratan maupun standar lainya yang tetap
mengikat sesuai dengan peraturan yang berlaku, antara lain :
1. Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
2. Kepmen PU No. 441/KPTS/1998 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
3. Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan, Departemen Pertanian,
2002
4. Pedoman Pengembangan Terminal dan Sub Terminal Agribisnis, Direktorat
Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian,
2004
5. SNI No.03-1728-1989 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan
Gedung
6. SNI T-15-1991 Tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung
7. SNI 1729-1989-F Tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung
8. SNI 1726-1989-F Tentang Tata Cara Pelaksanaan Ketahanan Gempa untuk
Rumah dan Gedung
9. SNI 1728-1989-F Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung
10. SNI 1748-1989-F Tentang Tata Cara Pemasangan Hydrant
11. SNI 13.53.1987 Tentang Tata Cara Penangkal Petir
12. SNI 03.3233-1998 Tentang Tata Cara Pengawetan Kayu untuk Bangunan Rumah
dan Gedung
13. SNI 03.2445-1991 Tentang Spesifikasi Ukuran Kayu untuk Bangunan Rumah dan
Gedung

19
19
14. SNI 03.1727-1989 Tentang Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah
dan Gedung
15. SNI 03.1734-1989 Tentang Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur
Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung
16. SNI 03.1726-2002 Tentang Perencanaan Tahan Gempa untuk Rumah dan Gedung
17. SNI 03.6764-2002 Tentang Perencanaan Bangunan Baja
18. SNI 03.3990-1995 Tentang Perencanaan Penangkal Petir
19. SNI 03.3985-1995 Tentang Tata Cara Perencanaan Pemasangan Sistem Deteksi
Alarm untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung
20. SNI 03.1745-1989 Tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung
21. SNI 03-6481-2000 Tentang Sistem Plambing
22. SNI 03-2916-1992 Tentang Cara Memberikan Peryaratan Teknis Sumur Gali
sebagai Sumber Baku untuk Air Bersih yang Terlindungi dari Pencemara

20
20
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1 Data Rancangan Terminal Agribisnis


5.1.1 Program dari Terminal Agribisnis yang direncanakan adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan produktivitas hasil pertanian sehingga dihasilkan produk-produk
pertanian yang berdaya saing tinggi dan diminati pasar.
b. Pengolahan hasil pertanian untuk memperoleh nilai tambah (value added) atas
produksi hasil pertanian sebagai produk primer dengan menjadikannya
berbagai produk olahan, baik intermediate product maupun final product.
c. Pemasaran hasil pertanian untuk menunjang sistem pemasaran hasil pertanian
dengan memperpendek mata rantai tata niaga perdagangan hasil pertanian.
Mulai dari sentra produksi sampai ke sentra pemasaran akhir (outlet).

Bangunan gedung di Terminal Agribisnis (TA) merupakan sarana untuk menunjang


pemasaran hasil pertanian di Kawasan Agropolitan. Menurut pedoman yang dibuat
Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasi Pertanian, Departemen
Pertanian, bangunan Terminal Agribisnis merupakan suatu tempat transaksi produksi
(komoditi) pertanian antara penjual dan pembeli yang nyaman dan higienis di sentra
produksi pertanian.

Fungsi dan Kegiatan di Terminal Agribisnis adalah sebagai berikut:


a. Tempat transaksi jual beli yang nyaman serta higienis bagi hasil-hasil
pertanian, baik transaksi fisik maupun non fisik (kontrak, pesanan, future
market, virtual market)
b. Tempat peningkatan dan pembinaan mutu komoditi pasca panen (peningkatan
mutu, sortasi, pembersihan, pengemasan, dan jaminan mutu produk; palabelan
tanda SNI)
c. Tempat penyimpanan sementara produk pertanian yang belum terjual seperti
gudang pendingin (cold storage) yang disewakan kepada pedagang grosir.
d. Tempat pusat penyediaan/penjualan sarana produksi pertanian seperti bibit
unggul, pupuk, pestisida, alat mesin pertanian, dll.

21
21
e. Tempat pelayanan informasi meliputi informasi potensi penawaran (supply)
dan permintaan (demand) produk, perkembangan harga dan penyediaan sarana
transportasi.
f. Tempat promosi produksi pertanian
g. Tempat musyawarah para pelaku agribisnis untuk pengembangan agribisnis
(manajemen lahan, pola tanam, target produksi, dll) dalam rangka memenuhi
permintaan pasar sasarannya.
h. Tempat penyediaan sarana penunjang lainnya untuk pemasaran produk
pertanian seperti jasa perbankan, sertifikasi, dll.

5.1.2 Rencana Kebutuhan Fasilitas


Perencanaan dan perancangan Terminal Agribisnis dilakukan dengan pendekatan
terhadap proses pemasaran komoditi pertanian yang berada di sentra produksi, dengan
demikian diketahui proses pemasaran tersebut dengan memperhatikan berbagai hal
seperti:
a. Kegiatan yang berlangsung
b. Jumlah pelaku
c. Volume kegiatan
d. Ruang yang diperlukan
Jenis ruang untuk menampung aktifitas di Terminal Agribisnis disesuaikan dengan
jenis-jenis kegiatan yang berlangsung dan komoditi yang dipasarkan.
Dari program jenis ruang tersebut, maka sesuai dengan kebutuhannya perencanaan
Kawasan Terminal Agribisnis dibedakan dalam beberapa kelompok massa bangunan
yaitu:
I. Bangunan Transaksi/Display
II. Bangunan Pengolahan dan Penyimpanan
III. Bangunan Administrasi dan Pelayanan
IV. Bangunan Penunjang
V. Area Terbuka

5.2 Data RTRW Kota Payakumbuh


Kawasan strategis kota adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan, serta pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi.

22
22
Adapun kawasan strategis yang dapat ditetapkan/dihasilkan di Kota Payakumbuh
adalah:
a. Kawasan Strategis Ekonomi
Merupakan kawasan yang memiliki potensi dan prospek untuk menjadi
pusat aktifitas ekonomi wilayah kota karena memiliki komoditas
unggulan yang dapat dikembangkan dalam skala besar serta memiliki
akses ke jaringan prasarana utama wilayah.
b. Kawasan Strategis Sosial dan Budaya
Merupakan kawasan yang memiliki nilai-nilai sosial budaya yang perlu dijaga
dan dikembangkan untuk menggambarkan perisitiwa dan/atau lokasi sejarah dan
budaya yang pernah terjadi juga kawasan yang memiliki nilai-nilai sosial budaya
yang perlu dijaga dan dikembangkan untuk menggambarkan perisitiwa dan/atau
lokasi sejarah dan budaya yang pernah terjadi.
c. Kawasan strategis sumber daya alam/teknologi tinggi
Merupakan kawasan dengan potensi sumber daya alam yang cukup luar biasa
serta memerlukan teknologi tinggi dalam pengelolaannya, kawasan strategis
ini dapat berupa kawasan pertambangan migas, kawasan instalasi nuklir, dan
kawasan stasiun pengamat dirgantara.
d. Kawasan strategis lingkungan
Merupakan kawasan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur yang perlu
dijaga kelestariannya karena akan berdampak terhadap keberlanjutan
pembangunan kawasan dalam jangka panjang, Termasuk kawasan rawan
bencana alam.
Penetapan Kawasan Strategis Kota Payakumbuh memperhatikan :
a. Besarnya kontribusi kawasan terhadap perekonomian Kota Payakumbuh
sendiri.
b. Skala pelayanan dan dampak kegiatan sosial budaya terhadap tata ruang di
sekitarnya.
c. Kawasan-kawasan yang sangat tertinggal perkembangannya yang perlu
perlakuan khusus.

5.3 Analisis Perencanaan Arsitektur


5.3.1 Existing Site
a. Lokasi Site

23
23
Site terletak di Kelurahan Koto Panjang, Kecamatan Payakumbuh Timur,
Kota Payakumbuh. Dengan luas site ± 4.150 m²

Gambar 5.1. Peta Lokasi


Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Payakumbuh

b. Data Site
 Lokasi : Kelurahan Koto Panjang
 Luas sekarang ± 4.150 m²
 Luas total nantinya : ± 9.000 m²
 KDB : 40%

Gambar 5.2. Peta Existing Site dan Kontekstual Lingkungan


Sumber: Hasil Survey, 2014

5.3.2 Data Bangunan di Kawasan yang sedang dibangun


 Gedung Loading Area
 Gedung Warehouse
 Gedung Kantor

24
24
Loading Area Kantor

Gambar 5.3. Bangunan yang sudah ada di kawasan


Sumber: Hasil Survey, 2014

5.3.3 Potensi Site


a. Letak site sangat strategis, berada di sekitar kawasan pertanian dan daerah
pengembangan Kota Payakumbuh yaitu bagian Timur Kota Payakumbuh
b. Pencapaian (aksesibilitas) menuju lokasi kawasan Terminal Agribisnis ini
lancar dan dapat dijangkau dengan mudah.
c. Jarak dari pusat kota sekitar 4 km dan dapat ditempuh dalam kondisi normal
sekitar 10 menit.
d. Kondisi jalan hotmix dengan lebar 8 meter.
e. Terletak diantara STA yaitu STA Baliak Mayang yang berjarak kurang lebih 1
Km arah Barat dari lokasi
f. Arah Utara dari lokasi terdapat pabrik pembuatan batu bata
g. Arah Timur dari lokasi terdapat tempat penggilingan padi (Heller)
h. Arah Barat dari lokasi terdapat Rumah Potong Hewan (RPH) dan pasar ternak

5.4 Analisis Program Ruang


Sebelum kita menentukan ruang-ruang apa saja yang harus ada di kawasan Terminal
Agribisns ini, kita harus mengetahui terlebih dahulu tipe bangunan Terminal Agribisnis,
skema alur dari kegiatan yang ada di Terminal Agribisnis, serta jenis-jenis ruang yang
ada di Terminal Agribisnis.

5.4.1 Tipe Bangunan Terminal Agribisnis


Tipe ukuran bangunan Terminal Agribisnis ditentukan oleh banyak ragam komoditi dan
besarnya volume kegiatan transaksi hasil pertanian yang akan ditampung ditempat
tersebut (rencana kapasitas). Dalam menentukan kapasitas rencana harus
memperhitungkan kemungkinan penambahan volume kegiatan dimasa mendatang,

25
25
minimal untuk 5 sampai 10 tahun. Sesuai dengan strata perkembangan kawasan
agropolitan, maka untuk acuan bangunan Terminal Agribisnis dibuat dengan contoh dua
tipe yaitu:
a. Bangunan Tipe 1 (sederhana) yaitu hanya untuk menampung kegiatan pokok
transaksi komoditi pertanian dan belum dilengkapi kegiatan penunjang lainnya
dengan kapasitas tampung transaksi 50 ton komoditi hortikultura per hari.
Tipe seperti ini dapat dibangun pada Kawasan Agropolitan dengan strata
perkembangan Prakawasan Agropolitan I dan II, dengan luas areal pertanian
berkisar 175 Ha sampai 1.125 Ha.
b. Bangunan Tipe 2 (lengkap) yaitu untuk menampung kegiatan transaksi
komoditi pertanian dan produk olahannya serta dilengkapi dengan kegiatan
penunjang lainnya seperti penjualan sarana produksi pertanian, layanan
perbankan, dan lain-lain dengan kapasitas transaksi 100 ton komoditi
hortikultura per hari. Tipe seperti ini dapat dibangun pada strata Kawasan
Agropolitan dengan luas areal pertanian berkisar 350 Ha sampai 2.250 Ha.

Tabel 5.1. Skema Alur Kegiatan Terminal Agribisnis


Sumber: Departemen Pertanian

26
26
5.4.2 Jenis Ruang
Jenis ruang untuk menampung aktifitas di Terminal Agribisnis disesuaikan dengan
jenis-jenis kegiatan y<ang berlangsung dan komoditi yang dipasarkan.

No. Jenis Ruang Fungsi


 Tempat display
I. Ruang Transaksi/Display  Penimbangan
 Transaksi
II. Ruang Pengolahan dan Penyimpanan
1. Ruang bongkar muat  Tempat menurunkan dan menaikkan barang ke
kendaraan
2. Ruang pengolahan dan mutu  Tempat pembersihan
komoditi  Pencucian
 Sortasi
 Grading
 Pengemasan
3. Ruang gudang penyimpanan  Tempat menyimpan sementara
berpendingin (cold storage)
III. Ruang Administrasi dan Pelayanan
1. Ruang Promosi  Tempat informasi harga
 Peragaan contoh produk
2. Ruang Sarana Telekomunikasi  Telepon
 Fax
 Warnet
 Komputer rental
3. Ruang Balai Pertemuan  Tempat pertemuan petani dan pedagang
4. Ruang Kantor Pengelola  Tempat administrasi kantor
5. Ruang Asosiasi Petani  Tempat asosiasi antara petani dan pedagang
IV. Ruang Penunjang
1. Ruang Kios Saprotan  Tempat penjualan pupuk
 Pestisida
 Bibit
 Alat mesin pertanian
2. Ruang/warung makanan  Tempat penyediaan makanan dan minuman
3. Ruang Lembaga Keuangan  Tempat layanan perbankan,guna memudahkan
pedagang dalam proses transaksi
4. Ruang Ibadah/Musholla  Tempat peribadatan
5. Ruang/tempat istirahat  Tempat istirahat bagi pengunjung

27
27
6. Tempat Penampungan Sampah  Tempat menampung sampah sementara
Sementara
7. Kamar mandi/WC  Tempat membersihkan badan, buang hajat
besar/kecil
8. Ruang Diesel/Gardu Listrik  Menyimpan mesin diesel
9. Ruang Pompa dan Menara Air  Tempat meletakkan mesin pompa air dan
persediaan air
10. Ruang P3K  Tempat istirahat orang sakit dan menyimpan
alat P3K
11. Ruang Satpam  Tempat memantau kegiatan dalam kawasan
12. Ruang Gudang  Tempat menyimpan peralatan
V. Ruang Terbuka
1. Tempat parkir  Tempat parkir kendaraan pengunjung
2. Taman/RTH  Tempat terbuka, berteduh
3. Jalan  Saran sirkulasi orang/barang/kendaraan

Tabel 5.2. Jenis Ruang Kegiatan Terminal Agribisnis


Sumber: Dinas Pertanian

5.4.3 Persyaratan Umum Bangunan


Persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah dan besaran
(dimensi) ruang kegiatan meliputi:
a. Tipe bangunan gedung Terminal Agribisnis
b. Jenis ruang Terminal Agribisnis
c. Kondisi klimatologi:
 Pencahayaan alami
Mencegah masuknya sinar matahari langsung (hanya menggunakan
terang langit) dengan memperhatikan kegiatan transaksi yang
dilakukan. Pembukaan dinding/jendela kaca diusahakan menghadap
Utara dan Selatan. Luas pembukaan jendela 20%-50% dari luas lantai
suatu ruangan kegiatan. Untuk ruangan yang bentangan/lebarnya lebih
dari 8,4 m, maka ruang perlu dibantu dengan penerangan buatan (listrik).
 Tata udara
Mengatur kondisi ruangan dengan mengadakan ventilasi silang,
sehingga diperoleh ruangan yang nyaman dan segar. Lubang ventilasi

28
28
6%-10% dari luas lantai suatu ruangan kegiatan, selain itu juga
tergantung kepada kecepatan aliran udara dan dimensi/besaran
ruangan. Untuk ruangan yang bentangan/lebarnya lebih dari 7 m, maka
tinggi langit-langit minimum 3 m. Pertukaran udara untuk ruangan
tanpa merokok sebesar 20 m³/jam/orang, sedangkan untuk ruangan
yang diizinkan untuk merokok sebesar 30 m³/jam/orang.
 Kelembaban udara
Berdasarkan persyaratan kelembaban udara, maka ruangan kegiatan
dibedakan atas dua hal, yaitu ruangan yang harus terhindar dari
kelembaban tinggi dan ruangan yang membutuhkan kelembaban yang
tinggi. Ruangan yang harus di hindarkan dari kelembaban yang tinggi
adalah ruang kantor administrasi sedangkan ruangan yang memerlukan
kelembaban yang tinggi yaitu ruangan cold storage.
d. Penyesuaian dimensi ruang kegiatan
Dimensi ruang kegiatan masih bersifat tidak kaku dan dapat berubah menurut
kebutuhan sesuai dengan pertimbangan tertentu. Penyesuaian dimensi ruang
kegiatan disebabkan oleh adanya tapak/lahan yang tersedia dan anggaran yang
terbatas.
e. Kemudahan gerak dan pengawasan
Kemudahan gerak dan pengawasan pandangan pekerja dan deretan
peralatan/perabotan terhadap suatu ruangan kegiatan.
f. Tata letak perabotan/peralatan dan kelengkapannya
Tata letak perabotan/peralatan dan kelengkapannya harus mudah dipindahkan
/digerakkan dan tidak boleh dibangun secara permanen ditengah ruangan
kegiatan.

5.4.4 Persyaratan Khusus dan Besaran Ruang


Persyaratan khusus tergantung kepada jenis dan fungsi perabotan dan kelengkapan
kegiatan Terminal Agribisnis. Persyaratan khusus juga menentukan jumlah dan
besaran/dimensi ruang yang dibutuhkan.

29
29
No. Jenis Ruang Fungsi Utama Persyaratan Khusus

I Ruang
Transaksi/Display
1. Ruang kios Tempat display,  Lantai harus rata, kedap air, tidak
grosir penimbangan, transaksi licin, mampu menahan bebena
komoditi serta terhindar dari
genangan air
 Disediakan tempat penampungan air
dan disalurkan langsung ke saluran
pembuangan air limbah
 Standar ruang 3,6 m²/ton komoditi
(termasuk sirkulasi orang)
 Kebutuhan penerangan 200-300 lux
 Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari 80
db
 Perlu disediakan alat PAR (Pemadam
Api Ringan)
II Ruang Pengolahan dan
Penyimpanan
1. Ruang Bongkar Tempat menurunkan dan  Lantai harus rata, kedap air, tidak
Muat Barang menaikkan barang ke licin, mampu menahan beban
kendaraan komoditi serta terhindar dari
genangan air
 Letak berdekatan dengan ruang
pengolahan/display dan berhubungan
langsung dengan areal berhenti truk
 Jika tidak memadai peralatan
bongkar muat mekanis, maka perlu
dibuat lantai tempat bongkar muat
sama rata dengan ketinggian lantai
bak kendaraan (dock bongkar
muat/loading/unloading dock)
 Standar ruang dock bongkar muat 7,2
m²/unit
 Standar ruang gerak manuver
kendaraan di areal bongkar muat 40
m²/ truk
 Kebutuhan penerangan 200-300 lux
2. Ruang Tempat pembersihan,  Lantai harus rata, kedap air serta
Pengolahan dan pencucian, sortasi, tidak licin
Mutu Komoditi grading, pengemasan  Kran air tombol/kontak listrik harus
mudah terlihat dan dicapai
 Kebutuhan penerangan 300-500 lux
3. Ruang Gudang Tempat menyimpan  Lantai rata dan tidak licin serta
Penyimpanan sementara dialasi palet pada posisi penumpukan
Berpendingin komoditi
(cold storage)  Temperatur dan kelembaban dalam
ruang harus dapat diatur sesuai jenis
komoditi
 Dinding ruang dan plafon dilapisi
insolator panas, jika memakai tembok
ketebalan dinding 25 cm
 Disediakan tempat penampungan air
dan disalurkan langsung ke saluran
pembuangan air limbah
 Kebutuhan penerangan 100-150 lux
 Standar ruang 3,6 m²/ton komoditi

30
dengan cara penyimpanan pakai rak
III Ruang Administrasi dan
Pelayanan
1. Ruang Promosi Tempat informasi harga,  Lantai tidak licin dan rata
peragaan contoh produk  Sirkulasi udara baik
 Terhindar dari genangan air dan tidak
lembab
 Kebutuhan penerangan 200-300 lux
 Standar kebutuhan ruang gerak 4 m²
per orang
 Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari 80
db
2. Ruang Sarana Tempat telepon, fax,  Lantai harus rata dan tidak licin
Telekomunikasi warnet, komputer rental  Ruangan tidak bergema dan
diusahakan kedap suara
 Terhindar dari genangan air ddan
tidak lembab
 Kebutuhan penerangan 200-300 lux
 Standar ruang gerak 1,8 m²/ orang
 Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari
80db
3. Ruang Balai Tempat pertemuan petani  Lantai harus rata dan tidak licin
Pertemuan dan pedagang  Ruangan tidak bergema dan
diusahakan kedap suara
 Sirkulasi udara baik
 Ruangan dapat digelapkan dalam
pertunjukan film, slide proyektor
 Kebutuhan penerangan 200-300 lux
 Standar ruang gerak 2 m²/ orang
 Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari
80db
4. Ruang Kantor Tempat administrasi  Lantai harus rata dan tidak licin
Pengelola kantor  Sirkulasi udara baik
 Posisi harus mudah dan dicapai dan
terlihat dari arah datang pengunjung
 Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari 75
db
 Kebutuhan penerangan 200-300 lux
 Standar ruang gerak 4 m²/ orang
 Perlu disediakan alat PAR
5. Ruang APPH Tempat asosiasi antara  Lantai harus rata dan tidak licin
(Asosiasi Petani petani dan pedagang  Sirkulasi udara baik
dan Pedagang  Kebutuhan penerangan 200-300 lux
Hortikultura)  Standar ruang gerak 4 m²/ orang
 Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari 75
db
 Perlu disediakan alat PAR

IV Ruang Penunjang
1. Ruang Kios Tempat penjualan pupuk,  Lantai harus rata dan tidak licin
Saprotan pestisida, bibit, dll  Pemakai ruang disesuaikan dengan
komoditi/barang yang dijual
 Kebutuhan penerangan 200-300 lux

31
 Sirkulasi udara baik
 Disediakan tempat penampungan air
dan disalurkan langsung ke saluran
pembuangan air limbah
 Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari 80
db
 Perlu disediakan alat PAR

2. Ruang Kantin Tempat penyediaan  Lantai rata dan tidak licin serta kedap
makanan dan minuman air
 Dilengkapi dengan ruang racik
makanan serta tempat cucui peralatan
 Sirkulasi udara baik
 Kebutuhan penerangan 200-300 lux
 Standar ruang 2 m²/ orang (termasuk
ruang racik dan cuci)
3. Ruang Lembaga Tempat layanan perbankan  Lantai rata dan tidak licin serta kedap
Keuangan guna memudahkan air
pedagang dalam proses  Sirkulasi udara baik
transaksi  Ruangan tidak bising dan nyaman
 Kebutuhan penerangan 200-300 lux
 Standar ruang gerak 4 m²/ orang
 Pemakai ruang disesuaikan dengan
kebutuhan
 Perlu disediakan alat PAR

4. Ruang Ibadah Tempat ibadah  Lantai rata dan tidak licin serta kedap
air
 Ruangan tidak bising, nyaman dan
mudah dicapai serta gangguan
bunyi/suara yang ditimbulkan tidak
boleh lebih dari 75 db
 Tersedia kran air untuk wudhu dan
toilet, kamar mandi
 Kebutuhan penerangan 200-300 lux
 Standar ruang gerak 0,85 m²/ orang
 Sirkulasi udara baik

5. Ruang Tempat Tempat istirahat bagi  Sirkulasi udara baik


Istirahat pengunjung  Aman dari kebisingan, nyaman dan
sirkulasi udara baik
 Kebutuhan penerangan 50-100 lux
 Standar ruang gerak 2 m²/ orang
 Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari 75
db

6. Tempat Tempat menampung  Lantai rata dan terhindari dari


Penampungan sampah sementara genangan air
Samapah  Lokasi jauh dari kegiatan transaksi
Sementara dan kegiatan manusia
 Tempat harus tertutup, aman dari
gangguan binatang
 Volume rata-rata sampah organik
3m³/ton (tanpa pemadatan)
7. Kamar Tempat membersihkan  Lantai rata dan tidak licin serta kedap
Mandi/WC badan, buang hajat air

32
besar/kecil  Ruangan harus ada ventilasi dan
penerangan alami
 Kebutuhan penerangan 50-100 lux
 Standar ruang gerak 2,5 m²/ orang
 1 KM/WC untuk 20 orang pemakai
 Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan tidak boleh lebih dari 60
db

8. Ruang Tempat menyimpan mesin  Lantai rata dan tidak licin serta
Diesel/Gardu diesel mampu menahan beban mesin
Listrik genset/diesel
 Letak ruang diesel/gardu listrik harus
jauh dari tempat kegiatan yang
memerlukan ketenangan
 Ruang diesel/gardu listrik harus
terhindar dari genangan air, kedap
suara dan kedap getaran
 Memenuhi persyaratan yang
ditentukan oleh PLN/yang berwenang
 Harus mempunyai cerobong yang
memenuhi Persyaratan Petunjuk
Peraturan Mendirikan Bangunan
 Kebutuhan penerangan 200-300 lux
 Angka perbandingan dari gas
pembakaran CO/CO2 tidak boleh
lebih dari 0,02
 Gangguan suara yang ditimbulkan
oleh genset tidak boleh lebih dari 80
db
 Perlu disediakan alat PAR

9. Ruang Pompa Tempat meletakkan mesin  Tinggi dan kapasitas menara air
dan Menara Air pompa air dan persediaan disesuaikan dengan kebutuhan dan
air dilengkapi dengan penangkal petir
 Gangguan suara yang ditimbulkan
oleh tidak boleh lebih dari 80 db

10. Ruang P3K Tempat istirahat orang  Lantai rata dan tidak licin
sakit dan menyimpan alat  Sirkulasi udara baik
P3K  Letak mudah dicapai dari seluruh
bangunan
 Kebutuhan penerangan 200-300 lux
 Ruangan harus terhindar dari
genangan air
11. Ruang Satpam Tempat memantau  Lantai rata dan tidak licin
keamanan kegiatan dalam  Sirkulasi udara baik
kompleks  Berada dekat pintu masuk kompleks
 Kebutuhan penerangan 200-300 lux
 Gangguan bunyi/suara yang
ditimbulkan oleh tidak boleh lebih
dari 75 db

12. Ruang gudang Tempat menyimpan  Lantai rata dan tidak licin dan
peralatan terhindar dari genangan air
 Sirkulasi udara baik
 Kebutuhan penerangan 200-300 lux
V Ruang Terbuka

33
1. Tempat Parkir Tempat parkir kendaraan  Pelataran kendaraan harus rata
pengunjung  Mampu menahan beban maksimal
kendaraan truk dan muatannya
 Pelataran bongkat muat dan parkir
harus terpisah
 Luasnya harus cukup menampung
kendaraan pengunjung
 Arah masuk dan keluar kendaraan
harus jelas

2. Ruang Tempat terbuka, berteduh  Terhindar dari genangan air


Hijau/Taman  Ada pohon yang rindang, tanaman
yang sehat dan rumput yang hijau
dan mudah perawatan
3. Jalan Tempat sirkulasi  Badan jalan terhindar dari genangan
orang/barang/kendaraan air
 Lebar jalan dapat dilalui kendaraan
truk
 Konstruksi jalan harus cukup kuat
memikul beban truk dan muatannya
Tabel 5.3. Persyaratan Ruang Terminal Agribisnis
Sumber: Dinas Pertanian

Besaran Ruang
No. Program Ruang Jumlah (unit) Luas (m²)
1. Ruang Transaksi/Display (Loading Area) 1 386
Ruang bongkar muat dan pengolahan mutu
2. 1 297
komoditi (Ware House)
Ruang gudang penyimpanan berpendingin (Cold
3. 1 187
Storage)
4. Ruang kantor pengelola (kantor) 1 200
5. Gudang sementara 1 101
6. Bengkel/workshop pertanian 1 86
7. Ruang sarana pendukung (2 lantai) 1 2 x 400 = 800
8. Ruang kios Saprotan 1 69
9. Ruang pengolahan sampah 1 16
10. Gardu dan ruang genset 1 38
11. Ruang pompa dan tangki air 6 6 x 8 = 48
12. Restoran/ruang makan 1 93
13. Ruang istirahat 1 39
14. Musholla 1 81
15. Toilet dan tempat wudhuk 1 21,5
16. Pos Satpam 2 2 x 9 = 18
17. Ruang Terbuka dan Parkir
Jumlah 2.480,5

Tabel 5.4 Besaran Ruang Terminal Agribisnis


Sumber: Hasil Analisa, 2014

34
34
5.4.5 Pengelompokan dan Letak Bangunan
A. Pengelompokan Bangunan
I. Kelompok Bangunan Transaksi/Display
Terdiri dari ruang-ruang kegiatan:
1. Ruang kios grosir
II. Kelompok Bangunan Pengolahan dan Penyimpanan
Terdiri dari ruang-ruang kegiatan:
1. Ruang bongkar muat barang
2. Ruang pengolahan mutu komoditi
3. Ruang gudang penyimpanan berpendingin (cold storage)
III. Kelompok Bangunan Administrasi dan Pelayanan
Terdiri dari ruang-ruang kegiatan:
1. Ruang promosi
2. Ruang sarana telekomunikasi
3. Ruang balai pertemuan
4. Ruang kantor pengelola
5. Ruang asosiasi petani
IV. Kelompok Bangunan Penunjang
Terdiri dari ruang-ruang kegiatan:
1. Ruang kios sarana produksi pertanian
2. Ruang kantin
3. Ruang lembaga keuangan
4. Ruang ibadah
5. Ruang/tempat istirahat
6. Tempat penampungan sampah sementara
7. Kamar mandi/WC
8. Ruang diesel/gardu listrik
9. Ruang pompa air
10. Ruang P3K
11. Ruang Satpam
12. Ruang gudang
V. Kelompok Bangunan Terbuka
Terdiri dari ruang-ruang kegiatan:
1. Tempat parkir

35
35
2. Taman/RTH
3. Jalan antar bangunan
Pengelompokan massa bangunan tersebut dapat diterapkan dalam beberapa alternatif
(dalam jumlah lantai) seperti:
a. Kegiatan transaksi grosir dengan alternatif satu lantai
b. Kegiatan pengolahan mutu komoditi alternatif satu lantai
c. Kegiatan administrasi dan pelayanan alternatif dua lantai

B. Skema Letak Ruang dan Bangunan


Terdapat dua bentuk skema tata letak bangunan Terminal Agribisnis yaitu:
 Tipe I (sederhana)
 Tipe II (lengkap)

Tabel 5.5 Skema Letak Bangunan Terminal Agribisnis Tipe II (lengkap)


Sumber: Dinas Pertanian

36
36
C. Jarak Antara Bangunan
Bangunan yang berfungsi sebagai tempat transaksi mempunyai hubungan
kegiatan yang erat dengan ruangan cold storage siap jual. Harus ditempatkan
berdekatan, sedangkan ruang yang tidak mempunyai hubungan kegiatan yang
tidak erat seperti ruang penunjang ditempatkan berjauahn. Selain berdasarkan
fungsi tersebutm jarak bangunan juga ditentukan oleh ketinggian bangunan.

D. Tangga
Jika perencanaan sudah memastikan bahwa bangunan Terminal Agribisnis ini
bertingkat, maka tangga sebagai sarana sirkulasi akan menjadi penting. Oleh
karena itu ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu perletakan daerah tangga
dan persyaratan teknisnya.
1. Perletakan daerah tangga
Daerah tangga harus terlihat jelas dan mudah dicapai, berdasarkan fungsi
bangunannya, maka letak daerah tangga hendaknya berjarak maksimal 25
m dari ruangan yang terjauh.
2. Persyaratan teknis
a. Anak tangga harus mempunyai lebar 25-30 cm dan tinggi antara
12,5 – 15 cm
b. Daerah tangga harus dilengkapi dengan pemegang yang tingginya
adalah 90 cm dari permukaan anak tangga
c. Daerah tangga harus dilengkapi dengan pelindung kecelakaan
d. Daerah tangga harus terhindar dari gangguan hujan

5.4.6 Pola Massa Bangunan


Sesuai dengan wawasan proses pemasaran produksi komoditi pertanian, bahwa
Terminal Agribisnis adalah tempat dimana berlangsung kegiatan jual-beli/transaksi
secara grosir antara petani produsen ke pedagang penampung/grosir dan dari
pedangan penampung ke pedagang grosir lain atau pendagang pengecer di sentra
konsumen. Berdasarkan fungsi tersebut, maka identitas bangunan Terminal Agribisnis
ini akan ditentukan oleh dua hal yaitu:
1. Gubahan Massa
a. Massa bangunan harus memberikan kesan terbuka (tidak masif)
dalam skala yang manusiawi (tidak monumental)

37
37
b. Bangunan dapat dipisahkan atas beberapa kelompok, tetapi harus
tetap dalam suatu kesatuan identitas
c. Sirkulasi harus mudah terlihat dan terbuka dengan luas sirkulasi
antara 15% - 20% dari luas lahan yang tersedia
d. Ruang yang tercipta, baik di dalam maupun diantara bangunan
harus nyaman dan aman
2. Bentuk atap
a. Atap selain harus memnuhi persyaratan teknis dan estetis, juga
harus mencerminkan identitas bangunan yang sesuai yang
dipengaruhi budaya setempat (kontekstual dengan lingkungan)
b. Disesuikan dengan penggunaan lahan dan struktur yang
disyaratkan

5.5 Analisis Site/Tapak


Sebuah bangunan Terminal Agribisnis harus memenuhi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Aspek Standar Fungsional, meliputi:
 Tipe dan luas unit bangunan
 Efektifitas pemanfaatan ruang
 Lebar jalur sirkulasi
 Zoning
 Aksesibilitas dan sistem sirkulasi
 Penghawaan
 Pencahayaan
 Fasilitas umum
 Utilitas air bersih
 Utilitas air kotor/limbah
 Persampahan
b. Aspek Standar Arsitektur Kota, meliputi:
 Keterkaitan dengan fungsi sekitar
 Aksesibilitas dan sistem sirkulasi eksternal
 Respon terhadap bentuk dan ruang kota
c. Aspek Standar Penciptaan Karakter Lokal, meliputi:
 Tampilan fisik

38
38
 Pengalaman ruang
 Ruang sosio kultural
Masalah dalam menentukan standar akan berbeda antara satu lokasi dengan lokasi
lainnya. Hal-hal yang mempengaruhi biaya pada prinsipnya muncul dari:
1. Jumlah bangunan yang akan dibangun, meliputi area dan volume, serta bentuk
bangunan.
2. Penyelesaian kenyamanan bangunan.
3. Jenis, kapasitas dan jumlah unit infrastruktur penunjang.

5.6 Analisis Struktur dan Konstruksi


5.6.1 Umum
Berdasarkan pemakaian bahan bangunan, maka bahan dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu:
1. Bahan bangunan non struktural
Bahan bangunan yang dipakai untuk bagian bangunan yang penggunaannya
tidak memerlukan perhitungan (beban, gaya-gaya dan kekuatan), tetapi
memerlukan persyaratan:
a. Bentuk tidak berubah
b. Warna sesuai dengan sifat penggunaan
c. Keawetan sesuai dengan umur manfaat bangunan
(contoh: kayu untuk kusen dan kerangka langit-langit, ubin, kaca, dan
penutup atap)
2. Bahan bangunan struktural
Bahan bangunan yang dipakai untuk struktur bangunan yang penggunaannya
memerlukan perhitungan (perhitungan beban, mekanika, dan kekuatan). Bahan
bangunan struktural yang dapat dipakai yaitu:
a. Kayu untuk bangunan yang berlantai 1 -2 (digunakan sebagai kolom,
kuda-kuda dan balok lantai tingkat)
b. Pasangan bertulang untuk bangunan berlantai 1 – 2
c. Beton bertulang untuk bangunan berlantai 1 – 3 (digunakan sebagai
pondasi portal dan dinding geser)
d. Baja untuk bangunan berlantai 1 – 3 (digunakan sebagai kerangka
struktur dan kuda-kuda)

39
39
e. Baja beton komposit untuk bangunan berlantai 1 – 3

5.6.2 Struktur dan Konstruksi Kayu


A. Persyaratan Bahan Bangunan
Bahan bangunan struktural:
1. Mutu kayu harus memenuhi persyaratan kayu bangunan yang dijelaskan
dalam:
a. Standar Industri Indonesia (SII. 0485-81)
b. Panduan Pengawetan Kayu dengan cara pemulasan, pencelupan, dan
rendaman ke dalam larutan kimia (SNI 03-3233-1998)
c. Spesifikasi Bahan Bangunan (SNI 03-2445-1991)
2. Kayu untuk bagian struktur utama harus mempunyai kadar air pada saat
dipasang dan tidak lebih dari 20% dan untuk bagian konstruksi non struktural,
maka kadar air tidak lebih dari 25%
3. Spesifikasi ukuran kusen pintu kayu, kusen jendela kayu, daun pintu kayu
untuk bangunan rumah dan gedung (SNI 03-0675-1989). Spesifikasi ini
bertujuan untuk mewujudkan pembuatan, pemasangan, dan pengawsan
pelaksanaan yang optimal.
4. Kayu dengan kelas kuat II ataua kelas awet III atau lebih rendah, maka harus
diawetkan lebih dahulu sebelum dipasang sebagai bagian struktur utama.
Semua kayu kelas kuat II atau kelas awet IV harus diawetkan terlebih dahulu
sebelum dipasang.

B. Persyaratan Struktur/Konstruksi
1. Struktur bagunan harus diperhitungkan terhadap beban tetap (beban mati dan
hidup) dan beban sementara gempa/angin yang ditetapkan dalam Petunjuk
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung dan dalam Petunjuk
Perencanaan Ketahahan Gempa untuk Rumah dan Gedung.
2. Besarnya gaya-gaya yang bekerja pada struktur dan bagian struktur harus
dihitung menurut kaidah mekanika atau cara rasional/percobaan dalam
laboratorium konstruksi, untuk menjamin kebenaran perencanaan dan
keamanan struktur/konstruksi secara keseluruhan.

40
40
3. Kekuatan/kekakuan, keamanan dan keawetan struktur, maka harus dirancang
dan diperhitungkan menurut petunjuk Perencanaan Konstruksi Kayu (SNI 03-
3985-1995).
4. Kelas kayu dan pemakaian dalam konstruksi
Untuk struktur utama, misalnya kolom, balok lantai tingkat dan kuda-kuda harus
dipakai kayu yangn mempunyai mutu kuat kelas I A/B atau kelas II A/B menurut
petunjuk. Konstruksi lainnya, misalnya kasau dan kusen, papan lantai dapat
dipakai kayu dengan mutu kuat kelas III A yang telah diawetkan. Sedang
untuk konstruksi non struktural/pembantu dapat dipakai kelas IV A yang telah
diawetkan.
5. Konektor/alat penyambung konstruksi
Untuk menyambung batang-batang konstruksi utama yang menahan gaya-
gaya yang besar, maka disarankan untuk menggunakan salah satu alat
penyambung berupa plat bergigi, plat cincin belah (seperti ring) dan pasak
kayu silinder (kubler). Untuk batang-batang konstruksi pembantu atau struktur
sekunder sebagai alat penyambung konstruksi dapat dipakai baut, maka
hendaknya disesuaikan kepada:
1) Besarnya beban yang dipikul
2) Sifat beban
3) Kondisi pada titik buhul, bidang untuk menampung alat penyampung
6. Macam struktur
Macam struktur yang bisa dipakai antara lain:
1) Kerangka dan pengaku silang
2) Kerangka dan pasangan bertulang sebagai dinding geser
3) Kerangka dan dinding geser
4) Dinding geser kayu

Untuk memudahakan pelaksanaan pekerjaan, maka macam struktur 3 dan 4


disarankan agar menggunakan aturan koordinasi dimensi elemen struktur.
Misalnya mengikuti modul 4 x 3 m, 6 x 3 m, 8 x 3 m, dan 12 x 3 m (1 m =
modul = 10 cm). Dinding geser kayu dapat di buat pre fabrikasi dan seragam
ukurannya. Dalam hal ini dinding yang bersifat struktural.

41
41
C. Pelaksanaan
1. Sebelum dipasang/distel, maka balok-balok kayu harus sudah kering dan
diawetkan. Pada bagian yang terpotong/teriris/ditakik guna penyambungan
batang pada konstruksi, maka harus diberi/disapu dengan bahan pengawet.
2. Pada penyetelan penyambung dimensi, jumlah dan jarak alat penyambung
diawasi oleh tenaga yang ahli di bidang konstruksi kayu. Bilaman dipakai apat
penyambung dari baut berdiameter tidak boleh lebih kecil dari 12 mm dan
jumlahnya paling sedikit 2 batang untuk setiap bagian konstruksi yang
disambung.
3. Konstruksi kayu harus dilindungi dari proses pelapukan dan kerusakan.

5.6.3 Struktur dan Konstruksi Beton


A. Persyaratan Bahan Bangunan
1. Beton
Beton untuk struktur harus mengikuti persyaratan mutu kuat tekan kubus 15
yaitu:
1) Untuk struktur bangunan berlantai satu, maka kuat tekan karakteristik
tidak kurang dari K 175 (lebih besar atau sama dengan 175 kg/cm²).
2) Untuk struktur bangunan berlantai dua dan tiga, makak uat tekan
karakteristik tidak kurang dari K 175. Untuk mencapai kuat tekan yang
direncanakan, maka perlu dilaksanakan:
 Komposisi bahan campuran beton, supaya dirancang menurut
cara rancangan campuran beton (concrete mix design), sesuai
dengan kekuatan yang direncanakan/diinginkan.
 Jenis Semen Portland yang digunakan harus memenuhi
ketentuan dan syarat seperti yang ditentukan dalam NI-8. Pasir
beton harus terdiri dari butir yang bersih dan bebas dari bahan-
bahan organik, campuran lumpur, tanah liat dan sebagainya dan
harus memenuhi persyaratan komposisi butir pasir serta
kekerasan yang sesuai dengan yang disyaratkan. Digunakan
koral/split yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta
mempunyai ukuran bongkahan dan gradasi.

42
42
 Penyimpanan/penimbunan pasir dan koral beton sebelum bahan
dicampurkan harus dipisahkan satu sama lainnya, sehingga
dapat dijamin dan diketahui bahan tersebut tidak bercampur
untuk mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.
 Mutu dan gradasi agregat (pasir dan kerikil) mengikuti
Petunjuk Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding
Bertulang untuk Rumah dan Gedung. Petunjuk Perencanaan
Konstruksi Beton, Spesifikasi Bahan Bangunan, Kelecakan
Beton, slump, faktor air semen dan kadar semen mengikuti
Buku PBI dan spesifikasi bahan bangunan.
2. Baja Tulangan Beton
1) Digunakan besi beton mutu U-24, besi harus bersih dari lapisan
minyak/lemak, bebas dari cacat seperti serpih-serpih dan kotoran
lainnya. Penampang besi adalah bulat dan memnuhi persyaratan baik
ukuran maupun mutunya.
2) Mutu besi beton yang dipakai adalah:
 Ø ˃ 10 mm mutu baja U-39 ulir
 Ø ≤ 10 mm mutu baja U-24 polos
Jenis besi tersebut diatas harus mempunyai tegangan limit elastis
karakteristik sesuai dengan yang tercantum dalam PBI 1971 dan PBI
1989, khusus untuk U-39 tegangan tarik leleh besi tidak boleh lebih
dari 50 kg/mm.
3) Penyambungan tulang sesuai PBI 1991
Panjang penyambungan harus dilakukan sebagai berikut:
a. Kolom struktur
 Batang polos minimal 180 cm
 Batang ulir minimal 100 cm
b. Balok struktur
 Tulang tarik batang polos minimal 180 cm
 Tulang tarik batang ulir minimal 90 cm
 Tulang tekan batang polos minimal 120 cm
 Tulang tekan batang ulir minimal 60 cm

43
43
 Kecuali yang tidak ditentukan diatas dan yang
tercantum di dalam gambar, dalam segala hal tidak
boleh kurang dari 60 cm
4) Penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu U 39 dan baja
lunak dengan mutu U 24 sesuai dengan PBI 1971 dan PBI 1989.
5) Baja tulangan dapat digunakan baja polos atau baja ulir.
6) Kuat tarik leleh baja tulangan harus disesuaikan dengan kuat tekan
beton yang dipakai.
7) Untuk menjamin kebenaran perhitungan perencanaan konstruksi, maka
baja tulangan yang hendak dipakai harus diperiksa kuat tarik lelehnya.
8) Dalam satu struktur supaya dipakai mutu baja yang sama.

B. Persyaratan Struktur/Konstruksi
1. Struktur bangunan harus diperhitungkan terhadap beban tetap (beban mati dan
hidup) dan beban sementara gempa/angin yang ditetapkan dalam Petunjuk
Perencanaan Pembebanan Rumah dan Gedung SNI 03-1727-1989, Petunjuk
Perencanaan Tahan Gempa untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1726-2002,
Petunjuk Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang untuk
Rumah dan Gedung SNI 03-1734-1989
2. Untuk menjamin kebenaran perencanaan dan keamanan struktur/konstruksi
secara keseluruhan, maka besarnya gaya-gaya yang bekerja pada struktur dan
bagian struktur harus dihitung menurut kaidah mekanika atau cara
rasional/percobaan dalam laboratorium konstruksi.
3. Harus bisa dihitung dan dibuktikan bahwa terhadap bebena rencana:
1) Beban grafitasi atau beban tetap, maka semua unsur strukturharus
masih dalam keadan elastis dan tidak terjadi tewgangan leleh.
2) Kombinasi beban tetap dan angin, maka struktur masih dalam keadaan
sama dengan poin 1.
3) Kombinasi beban tetap dan gempa, maka sebagian kecil unsur struktur
boleh mencapai tegangan-leleh. Bila terjadi sendi-plastis, maka lokasi
sendi-plastis supaya direncanakan terjadi pada ujung balok dan tidak
pada kolom.
4. Macam struktur
Macam struktur yang bisa diterapkan meliputi:

44
44
1) Struktur kerangka terbuka
Pada bangunan yang menggunakan struktur kerangka terbuka, maka
beberapa prinsip berikut perlu diperhatikan:
a. Pertemuan balok dan kolom adalah merupakan titik-titik pertemuan
yang menentukan kekuatan struktur secara menyeluruh itu
diletakkan tulangan geser pada titik pertemuan pada ujung.ujung
kolom dan balok agar supaya daktilitas sturktur dapat dijamin
dengan baik dan sempurna.
b. Untuk menjamin daktilitas struktur-bangunan, maka hendaknya:
 Tulangan kuat.
Tulangan tarik tunggal pada balok tidak melebihi 75%
tulangan seimbang batas.
 Untuk mencegah keruntuhan kolom akibat geser, maka
dinding supaya diusahakan tidak mengalami gerak kolom
yang mengakibatkan efek kolom pendek.
 Tulangan penahan geser pada kolom, balok dan pertemuan
kolom-kolom harus direncanakan dapat menjamin
tercegahnya patah geser. Untuk perbandingan tulangan
sengkang tidak kurang dari 0,4% dari luas penampang geser
yang ditahan.
 Tulangan utama kolom tidak boleh lebih kecil dari 1% dan
tidak boleh lebih besar 6% dari luas penampang.
 Sebelum terjadi keadaan pembebanan kampasitas pada
ujung kolom, maka untuk menjamin supaya terjadi sendi-
sendi plastis pada ujun-ujung balok. Balok dalam keadaan
tertentu, maka sendi plastis boleh terjadi pada ujung kolom
bagian bawah dari kolom tingkat terbawah.
 Tulangan di dalam keadaan dimana tulangan perlu
disambung, maka sambungan dan cara menyambung
mengikuti Petunjuk Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Rumah dan Gedung. Pada pertemuan balok dengan balok
dan balok dengan kolom, maka tulangan utama supaya
dijangkarkan dengan membengkokan ujung-ujung tulangan

45
45
kearah menyamping atau vertikal, seperti tercantum dalam
Buku Petunjuk Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur
Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung.
2) Sistem kerangka dan dinding pasangan bertulang penahan geser
Dinding pasangan bertulang (bata merah atau conblock) pengisi antara
kolom portal yang dirancang untuk berfungsi sebagai dinding geser,
maka hendaknya:
a. Diberi tulangan penahan gaya-geser dan beban muka yang
dipasang pada arah horizontal dan vertikal. Tulangan horizontal
1 ø 8 mm dipasang setiap 10 lapis bata merah atau 3-4 lapis
batu cetak berlubang (holow-block, HB). Tulangan vertikal 1 ø
8 mm dipasang pada setiap 5 x panjang bata merah atau 3 x
panjang holow-block.
b. Ujung-ujung tulasngan horizontal harus dijangkar kedalam
kolom dan tulangan-tulangan vertikal harus dijangkarkan
kedalam balok.
c. Tebal dinding pasangan penahan gaya-geser tidak boleh kurang
dari 15 cm. Adukan dipakai diusahakan kuat hancur mendekati
kuat hancur bata atau batu cetaknya.
d. Dinding pasangan penahan gaya-geser mempunyai tegangan
dasar tidak kurang dari 30 kg/cm².
3) Sistem kerangka dinding geser beton bertulang
Dinding geser beton bertulang sangat efektif meningkatkan kekakuan
struktur secara menyeluruh sehingga mampu mencegah kerusakan
bagian struktur yang mungkin terjadi akibat pergeseran antar tingkat
yang berlebihan. Dinding geser beton mampu menyerap 50 – 85%
gaya lateral gempa yang terjadi pada seluruh struktur, sehingga kolom-
kolom struktur dapat dirancang lebih ringan/langsing/hemat. Hal.hal
yang perlu diperhatikan pada pemakaian dinding geser adalah:
a. Penempatannya tidak mengganggu estetika dan keharmonisan
bangunan.
b. Tebalnya tidak kurang dari 15 cm untuk bangunan tiga lantai
dan 10 cm untuk bangunan satu dan dua lantai.
c. Perbandingan luas tulangannya tidak kurang dari 0,25%.
46
46
d. Sisi-sisinya diperkuat/dikelilingi oleh kolom dan balok-balok,
atau dengan tulangan khusus untuk menahan gaya tarik yang
timbul pada dinding.

C. Pelaksanaan
1. Sebelum dicor, tulangan yang terpasang harus memenuhi persyaratan
konstruksi.
2. Beton segar yang dituangkan harus segera dipadatkan dengan peralatan
penggetar beton (vibrator) yang sesuai dengan bagian konstruksi yang sedang
dicor.
3. Bila dalam keadaan terpaksa perlu dilakukan penghentian pengecoran, maka
penghentian tersebut supaya diatur pada titik/bidang yang tidak
membahayakan konstruksi.
4. Pelaksanaan pekerjaan yang disebut pada poin 1,2,dan 3 supaya diawasi
tenaga ahli bidang konstruksi beton.
5. Hal-hal lain yang harus mengikuti petujuk beton.

5.6.4 Struktur dan Konstruksi Baja


A. Persyaratan Bahan Bangunan
1. Baja yang digunakan untuk struktur minimal BJ 37 dengan tegangan dasar
1600 kg/cm² dan tegangan leleh 2400 kg/cm².
2. Batang profil harus bebas karat, lubang-lubang, bengkokan, puntiran dan cacat
perubahan bentuk lainnya. Batang perofil tekan tidak diiznkan bengkok lebih
dari 1/400 kali panjang batang.
3. Baut-baut atau mur yang digunakan harus baut hitam dengan tegangan baut
dan tegangan leleh 6400 kg/cm² (tipe 8.8). ukuran baut yang dipakai harus
seperti yang tercantum dalam gambar rencana.
4. Baja harus tampak rata dan bebas dari cacat-cacat seperti retak-retak dan
pengelupasan permukaan atau cacat-cacat seperti lainnya yang merugikan
penggunaan akhir.
5. Bilamana pada sambungan baja digunakan las, maka mutu dan kekuatan las
sekurang-kurangnya harus sama dengan mutu baja yyang dipakai.
6. Persyaratan lain dengan memperhatikan ketentuan yang tercantum dalam
Petunjuk Perencanaan Bangunan Baja dan Spesifikasi Bahan Bangunan.

47
47
B. Persyaratan Struktur
1. Perencanaan dan perhitungan konstruksi baja harus mengikuti ketentuan yang
tercantum dalam Petunjuk Perencanaan Bangunan Baja SNI 03-6764-2002.
2. Beban-beban yang dipakai dalam perhitungan harus sesuai dengan yang
ditentukan dalam Petunjuk Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung.
3. Penyimpangan dari perhitungan-perhitungan harus dicantumkan dengan jelas,
bahwa telah diadakan penyimpangan dari peraturan ini.
4. Sambungan konstruksi
Sambungan-sambungan konstruksi harus diusahakan hanya memakai satu
macam alat penyambung. Bilamana sambungan konstuksi digunakan las,
maka gaya minimum yang dipakai dalam sambungan tersebut adalah 3 ton.
Tebal las disesuaikan dengan tebal plat pengisi dan plat penyambung yang
dipakai. Plat pengisi dala satu sambungan tidak boleh lebih dari 4 lapis.
Jumlah minimum alat penyambung baut adalah dua buah. Ukuran maksimum
diameter lubang baut harus sama dengan diameter paku keling atau baut yang
dipakai dan ditambah 1 mm.
5. Batang tarik
Kelangsingan batang tarik untuk struktur utama harus lebih kecil dari 240,
sedangkan untuk struktur sekunder harus lebih kecil dari 300. Batang tarik ikatan
angin dari baja bulat diharuskan memakai kontramur. Diameter batang harus
lebih besar dari 1/500 panjang batang.
6. Batang tekan
Kelangsingan batang tekan untuk struktur utama harus lebih kecil dari 140,
sedangkan untuk struktur sekunder harus lebih kecil dari 200.
7. Batang lentur
Lendutan maksimum akibat beben mati dan beban hidup harus lebih kecil dari
1/125 L. Pada balok diatas dua tumpuan, maka L adalah bentang dari balok
tersebut. Pada balok diatas banyak tumpuan, maka L adalah jarak antara titik
beloknya.

48
48
C. Pelaksanaan
1. Sebelum elemen-elemen struktur baja dipasang semua karat yang terdapat
padanya harus dibersihkan dahulu dengan teliti . kemudian diberi lapisan
pelindung cat meni besi sekurang.kurangnya 2 x sesuai dengan spesifikasi
bahan bangunan. Pekerjaan ini harus diulang kembali bilamana terjadi
kerusakan atau pengelupasan pada waktu pemasangan.
2. Konstruksi baja harus dilindungi dengan baik dari kerusakan akibat
proses/reaksi kimia dan mekanis.
3. Pemasangan konstruksi harus dilaksanakan dan diawasi oleh tenaga ahli.
4. Pekerjaan las harus dilaksanakan oleh tenaga tukang ahli yang memenuhi
persyaratan (klasifikasi juru las D).

5.6.5 Konstruksi Atap Baja Ringan


Struktur baja ringan mempunyai kelebihan dalam hal umur pakai dan kekuatan, struktur
baja ringan mempunyai prilaku yang berbeda dibandingkan dengan struktur kuda-kuda
kayu. Struktur kuda-kuda kayu mempunyai dimensi yang lebih besar dibandingkan
struktur baja ringan, terutama dalam hal ketebalan profil. Struktru baja ringan
mempunyai dimensi yang lebih tipis dibanding kuda-kuda kayu, mulai dari ketebalan
0,75 mm hingga ketebalan 1 mm. Sturktur baja ringan mempunyai kekuatan tarik yang
tinggi tetapi bersamaan dengan itu mempunyai kekakuan yang lemah. Oleh karena itu,
salah satu faktor utama yang menentukan kekuatan struktur baja ringan adalah batang
pengaku, dalam struktur baja ringan biasa disebut dengan istilah bracing. Bracing
atau pengaku inilah yang digunakan untuk mengantisipasi kekakuan baja ringan yang
lemah. Banyak jenis bracing atau pengaku dalam struktur baja ringan mulai dari
pengaku batang bawah, pengaku batang atas, ikatan angin, yang mempunyai fungsi dan
penempatan yang berbeda-beda sesuai dengan perhitungan dan beban atap. Kurang
atau tidak diperhitungkannya bracing atau pengaku dalam struktur baja ringan, dapat
menimbulkan resiko yang tidak diinginkan, resiko terburuk yang dapat terjadi adalah
kegagalan struktur baja ringan hingga mengakibatkan kerobohan atap.

Oleh karena itu, salah satu poin yang harus diperhatikan dalam penggunaan struktur
baja ringan adalah pengaku atau bracing yang digunakan. Dengan perhitungan yang
tepat, struktur baja ringan menjadi solusi terbaik pengganti kuda-kuda kayu.

49
49
A. Persyaratan Bahan Bangunan
1. Penutup atap adalah berbahan dasar metal atau zink calung atau bitumen,
Penutup Atap harus Berwarna minimum satu sisi dari Pabrik dan memenuhi
Standar Industri Indonesia (SII) tidak cacat/pecah/rusak, tipe akan ditentukan
kemudian.
2. Penutup atap harus memnuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tebal Total Penutup Atap (TCT = Total Coated Ticknes) minimal 0,30
mm.
b. Ketebalan rabung/bubungan dan listplank disesuaikan dengan penutup
atap.
c. Permukaan atap dilapisi dengan lapisan anti karat Galvanise atau
Galvalume dengan kekentalan 100 gr/m² dan warnanya telah dibentuk
melalui proses pengecatan yang solid sehingga terbentuk lapisan cat
yang menyatu, halus, tahan lama, dan tahan cuaca.
d. Kuat tarik baja minimum 300 Mpa (untuk penutup atap berbahan dasar
metal dan atau zincalum).
e. Sebagai insulasi suara (meredam suara) hingga 27%
f. Sebagai insulasi panas (meredam panas), tidak korosi, tidak berlumut,
mudah dipotong dan dibentuk.
g. Dibawah penutup atap, dipasang bahan peredam panas dari aluminium
foil.
h. Garansi warna dan waterproofing selama 10 tahun.
i. Mampu menahan terpaan angin hingga 39 m/dt.
1. Kuda-kuda dan gording baja ringan
a. Profil struktur kuda-kuda menggunakan kanal C dengan tebal
minimum 0,75 mm.
b. Minimum tinggi kanal C = 74 mm, minimum lebar sayap 30 mm.
c. Gording menggunakan profil Hat dengan tebal minimum 0,6 mm,
tinggi minimum 3 mm, lebar sayap minimum 15 mm dan lebar kepala
minimum 20 mm.
d. Jarak antar kuda-kuda 1,2 – 2 m

50
50
e. Kanal C harus bisa di box dengan baik dan rapi antara satu sama
lainnya (secara penampilan dapat dilihat dari perbedaan lebar sayap
kanal C).
f. Kuat tarik baja (ultimate tensile strength) minimum 300 Mpa, untuk
Kanal C dan gording.
g. Screw menggunakan 10 – 16 x 16 Hexagonal.
h. Lapisan anti karat pada seluruh permukaan baja menggunakan hot
dipped galvanise atau Galvalume dengan kekentalan minimum 100
gr/m².
i. Memiliki gambar kerja kuda-kuda baja ringan yang telah dihitung
secara struktural oleh tenaga ahli.

B. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Rangka penutup atap dipasang dengan baik, kokoh, stabil, lurus, dan rata.
2. Apabila memakai kayu, maka seluruh rangka penutup atap harus diawetkan
dengan ter/residu dan telah dilapisi zat anti rayap yang pelaksanaannya tidak
sampai menetes ke dinding, plafond atau lantai.
3. Pemasangan penutup atap harus memenuhi persyaratan dari pabrik
pembuatannya dalam hal ini yaitu:
a. Cara pemotongan
b. Penentuan jarak gording
c. Cara pemasangan pada bubungan, ujung bubungan dan jurai
d. Pemakaian dan pemasangan aksesoris, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kekuatan dan kerapiannya.
2. Apabila menggunakan penutup atap zincalum, maka harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Overlap vertikal 17 cm
b. Overlap horizontal 9,5 cm
c. Jarak antar gording maksimal 61 cm
d. Jumlah paku untuk rangka kayu sebanyak 19 buah
e. Jumlah sekrup untuk rangka baja ringan sebanyak 11 buah

51
51
5.7. Analisis Utilitas
5.7.1 Plambing
A. Sistem Air Bersih
1. Untuk daerah dimana tidak terdapat instalasi air bersih PDAM, maka
keperluan air bersih dapat diperoleh dari sumber-sumber lainnya seperti air
tanah (sumur dalam SNI 03-2916-1992), air permukaan dan mata air.
2. Kualitas air yang didapat dari sumber-sumber tersebut harus memnuhi
peraturan Departemen Kesehatan no. 172/1997.
3. Air yang didapat dari sumber-sumber tersebut dalam poin 1. Bilamana tidak
memenuhi persyaratan, maka terlebih dahulu harus diolah. Pengolahan air
dimaksudkan untuk:
a. Membersihkan air dari kekeruhan yang disebabkan oleh adanya
kotoran-kotoran padat yang dapat mengendap maupun yang melayang.
b. Membersihkan air dari kuman-kuman penyakit.
c. Membersihkan air dari garam-garam/zat-zat sampai batas yang tidak
membahayakan manusia.
4. Persyaratan pipa penyalur
a. Pipa penyalur air bersih yang digunakan harus baru dan tidak boleh
menggunakan pipa bekas.
b. Dalam hal ini boleh digunakan pipa besi tuang, pipa PVC tipe AW,
dan jenis lainnya yang disetujui oleh Dinas Teknik Penyehatan
setempat.
c. Pipa air bersih adalah PVC dengan testing pressure 15 kg/cm²,
produk/merk akan ditentukan kemudian, dimensi pipa sesuai dengan
gambar rencana.
d. Perlengkapan lainnya (stopkran, valve, clean out, dan sebagainya)
disesuaikan dengan kebutuhan, produk/merk akan ditentukan
kemudian.
e. Alat dan perlengkapan plambing harus diberi aliran air dalam kuantitas
dan tekanan yang cukup agar dapat bekerja dengan baik tanpa
menimbulkan kebisingan yang berlebihan pada kondisi penggunaan
normal.
f. Sistem perpipaan harus direncanakan dan diatur sesuai dengan
kebutuhan, agar diperoleh distribusi air yang merata.

52
52
g. Tangki penyediaan air bersih
 Tangki penampung air bersih di Terminal Agribisnis, harus
direncanakan dan dibuat sedemikian rupa hingga tidak bocor,
tahan terhadap tekanan yang timbul pada waktu
penggunaannya serta tahan terhadap kerusakan akibat cuaca
dan lain-lain.
 Harus disediakan kelengkapan tangki agar pemeriksaan dapat
diulakukan dengan aman dan mudah.
 Tangki penyediaan air bersih sebaiknya ditempatkan diluar
gedung.
 Pada tangki penyediaan air bersih umumnya terdapat pipa
penguras, pipa peluap, pipa masuk, pipa distribusi, dan pipa
untuk sprinkler (pipa bahaya kebakaran).
 Tangki penyediaan air untuk pemadam kebakaran harus
disediakan.

B. Sistem Buangan Air Limbah (Air Bekas)


Untuk mencegah kemungkinan timbulnya kontaminasi kepada produk dari bahaya
penyakit menular dilingkungan Terminal Agribisnis, maka perlu adanya sarana
unit kamar mandi/WC dan urinoir yang memenuhi persyaratan umum dan
persyaratan teknis.
1. Persyaratan umum
Pengotoran dan pencemaran sumber air harus dihindarkan atau sedikitnya
sampai batas yang diperkenankan.
2. Persyaratan teknik
a. Konstruksi harus sederhana, kuat, awet, ekonomis dan memenuhi
persyaratan kesehatan.
b. Untuk mencegah timbulnya kontaminasi, maka air limbah yang berasal
dari unit kantin, kamar madi/WC dan urinoir harus dialirkan ketempat
yang aman melalui tangki-tangki pengamanan/konstruksi peresapan.
c. Pengamanan air limbah ke tangki pengamanan dilakukan dengan cara
terpisah, yaitu air limbah khusus dari kakus (WC). Dimasukkan ke
dalam tangki pengaman septik sedangkan yang berasal dari kamar

53
53
mandi dan tempat cucui komoditi dialirkan ketempat yang aman, dan
secara terpisah.
3. Penentuan ukuran tangki septik
a. Kapasitas air limbah yang diolah masuk kedalam tangki septik adalah
30 – 40 liter/orang/hari.
b. Ditensi (waktu pengeraman) diperhitungkan 1 – 1,5 hari.
c. Banyaknya lumpur yang mengendap diperhitungkan 10 – 20
liter/orang/tahun.
d. Ukuran ideal untuk tangki septik adalah lebar : panjang = 1 : 2 atau 1:3
e. Kedalaman total (adalah tinggi cairan ditambah tinggi ruang bebas air)
minimum 1,80 m.
f. Untuk memudahkan pengurasan, maka dasar tangki septik perlu dibuat
miring kearah memanjang.

C. Sistem Pembuangan Air hujan


1. Setiap tapak bangunan Terminal Agribisnis harus dilengkapi dengan
sistem buangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup,
sehingga bebas dari genangan air hujan.
2. Penentuan ukuran talang pembuangan air hujan (mendatar) harus
didasarkan pada jumlah drainase yang dilayani, serta beban maksimum
yang diizinkan untuk perpipaan air hujan dan talang atap. Kemiringan
talang harus dibuat antara 1% -4%.
3. Talang tegak air hujan
Penentuan ukuran talang tegak air hujan adalah berdasarkan atap yang
dilayani dan sesuai dengan beban maksimum yang diizinkan untuk
perpipaan drainase air hujan/talang atap. Apabila atap tersebut mendapat
tambahan air hujan dari dinding yang berdekatan, maka pada penentuan
ukuran pipa tegak air hujan harus ditambah dengan memperhitungkan 50%
x luas dinding terluas yang dianggap sebagai luas atap.
4. Talang atap
Penentuan talang atap yaitu ½ lingkaran, adalah berdasarkan pada luas
atap yang dilayani sesuai dengan beban maksimum yang diizinkan untuk
perpipaan drainase air hujan/talang atap.
5. Ketentuan lainnya mengacu kepada SNI 03-648-2000

54
54
D. Sistem Pengolahan Sampah
1. Setiap bangunan Terminal Agribisnis harus dilengkapi dengan tempat
pembuangan sampah sementara (TPS) yang memenuhi syarat kesehatan,
seperti dengan sistem “Transfer Dipo” atau “container” di dalam area
Terminal Agribisnis, yang diletakkan lebih rendah dari bangunan lainnya,
dan selanjutnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA)
yang terletak di luar area Terminal Agribisnis.
2. Sampah Terminal Agribisnis yang sebagian besar berupa zat organik
seperti daun, umbi, dll, dapat diolah menjadi kompos. Jika volumenya
lebih dari 3 ton per hari dapat dibuat instalasi pengomposan tersendiri
dalam area Terminal Agribisnis. Tata cara pembuatan kompos dan
sarananya dapat merujuk Buku Petunjuk Praktis Pembangunan Prasarana
Kompos (modul 6) dan Petunjuk Praktis Pembuatan Kompos (modul 7),
Ditjen Perkotdes, Dep.Kimpraswil tahun 2003.

5.7.2 Instalasi Listrik, Telepon, dan Penangkal Petir


A. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan instalasi listrik meliputi pemasangan sistem distribusi listrik, yaitu:
1. Pemasangan panel distribusi dan panel penerangan (LP) serta panel daya (PP).
2. Pemasangan seluruh instalasi penerangan, baik diluar maupun didalam
bangunan, termasuk armateur dan sistem pengaman pentanahan.
Pemasangan instalasi daya listrik untuk keperluan pompa air, termasuk pengaman
motor dan hal-hal yang berhubungan dengan itu.

B. Ketentuan dan Pelaksanaan Instalasi Listrik


1. Penempatan sarana kawasan Terminal Agribisnis hendaknya diusahakan di
daerah yang mempunyai jaringan listrik.
2. Apabila di lingkungan kawasan Terminal Agribisnis tidak ada jaringan listrik,
maka untuk pencatuan (supply) tenaga listrik, hendaknya digunakan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
3. Pemasangan instalasi listrik harus dilaksanakan sesuai dengan Peraturan
Umum Instalasi Listrik (PUIL), dan harus dikerjakan oleh instalateur yang
mempunyai izin kerja yang masih berlaku dari instansi yang berwenang.

55
55
4. Sebelum penyambungan listrik dilakukan, maka gambar instalasi listrik
terlebih dahulu harus mendapat pengesahan, instalasi yang sudah terpasang
harus diuji. Pengesahan dan pengujian tersebut harus dilakukan oleh instansi
yang berwenang.
5. Panel listrik yang dipasang sesuai dengan ketentuan dan peraturan PUIL,
diletakkan pada dinding dengan angker yang kuat dan tinggim panel dari
lantai sesuai dengan hasil perencanaan.
6. Semua kabel instalasi harus sesuai dengan jenis dan ukuran dalam gambar dan
dimasukkan dalam pipa kabel PVC dengan ukuran diameter yang sesuai. Pipa
kabel yang menuju kesakral dan stop kontak harus tertanam dalam dinding
dan tidak diperbolehkan adanya ssambungan pipi di dalam dinding, sedangkan
pipa kabel menuju armateur lampu harus menggunakan pipa fleksibel dari
bahan yang sama.
7. Stop kontak dan sakral dipasang di dalam dinding (inblow) dengan
menggunakan roset-roset dari bahan galvanis (tidak berkarat). Jarak dari lantai
adalah 150 cm (untuk sakral) dan 30 cm (untuk stop kontak).
8. Armateur lampu dipasang secara outblow (untuk ruang yang tidak memakai
penutup plafond) dan secara inblow (untuk ruang yang memakai penutup
plafond).
9. Pada setiap panel listrik harus dipasang pengaman pentanahan dan
frame/penutup metal dan panel tidak boleh dipakai sebagai penghantar.
Apabila ada beberapa panel yang berdekatan, elektroda pentanahannya dapat
digabung jika jarak antar panel kurang dari 5 m.

C. Instalasi Telepon
Telepon sebagai salah satu alat telekomunikasi merupakan bentuk dari
perwujudan suatu kenajuan teknologi. Perencanaan jaringan telepon direncanakan
menggunakan kabel melalui tiang telepon. Karena pekerjaan instalasi telepon
bersifat khusus yang dilaksanakan oleh PT. Telkom, maka spesifikasi dan teknis
pengadaan dan pemasangannya mengacu pada standar dan spesifikasi yang
dikeluarkan oleh PT. Telkom.

56
56
D. Instalasi Penangkal Petir
1. Gedung kawasan Terminal Agribisnis yang terletak di daerah terbuka atau
tingginya melebihi bangunan lain yang berdekatan, maka harus dilengkapi
dengan instalasi pwenangkal petir.
2. Pemasangan instalasi penangkal petir harus dilaksanakan oleh instalateur yang
mempunyai izin kerja yang masih berlaku dari instansi yang berwenang.
3. Instalasi penangkal petir harus dilengkapi dengan gambar instalasi yang
mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang.
4. Pemasangan instalasi penangkal petir harus dilaksanakan sesuai dengan
Petunjuk Perencanaan Penangkal Petir SNI 03-3990-1995.

E. Perlindungan Terhadap Kebakaran


1. Untuk keperluan pemadam api tahap dini, pada bangunan Kawasan Terminal
Agribisnis harus ditempatkan alat Pemadam Api Ringan (PAR) yang jenisnya
sesuai dengan tipe kebakaran yang mungkin dapat terjadi.
2. PAR ditempatkan pada ruang sirkulasi (koridor dan selasar) sedemikian rupa
hingga mudah terlihat, dijangkau dan dicapai dengan jarak menuju ketempat
PAR tersebut dari setiap titik tidak melebihi 20 m.
3. PAR dipasang pada ketinggian 1 m dari permukaan lantai, dengan kait
gantung atau sangkar metal di dinding sedemikian rupa sehingga kabel dan
petunjuk pemakaiannya menghadap kedepan sehingga mudah terbaca.
4. Ketentuan lain mengenai pemasangan PAR harus memenuhi ketentuan yang
dicakup pada SNI 03-3985-1995 atau Perda setempat tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran.
5. Jika luas total dari tiap bangunan Terminal Agribisnis, atau bagian bangunan
yang dilindungi dari 500 m² maka harus dipasang hidran gedung, ketentuan
lain mengenai hidran dapat mengacu pada SNI 03-1745-1989.

57
57
Pendekatan konsep perancangan yaitu acuan yang digunakan untuk mengarahkan perancang
dalam merancang. Pendekatan disini berisi tentang pembahasan pendekatan konsep makro
dan mikro.

5.8. Pendekatan Konsep Makro


Pendekatan konsep makro merupakan segala pembahasan yang meliputi lingkup
kawasan yand ada dalam site perancangan, seperti analisis tentang:
1. Radiasi matahari
2. Angin dan curah hujan
3. Drainase dalam site
4. Sempadan bangunan
5. Kebisingan
6. Zonasi
7. Vegetasi
8. Sirkulasi dan Pencapaian
9. Sistem Parkir
10. Pola massa bangunan
11. Ruang Terbuka (open space) dan RTH

58
58
1. Radiasi Matahari

Data

matahari
Analisa

angin
angin

Pohon mampu mengurangi panas matahari,


udara yang bergerak di bawah pohon akan
Perlu bukaan untuk memaksimalkan cahaya sejuk
yang masuk ke bangunan dan pohon sebagai

59
59
2. Angin dan Curah Hujan

Curah hujan 385 mm/bulan

Data

Tekanan angin yang tinggi dari


arah Barat

Analisa

Pohon mampu mengurangi tekanan


angin dan mengarahkannya

60
60
3. Pola Drainase dalam Site

Analisa

Serapkan air hujan ke


dalam tanah

61
61
4. Sempadan Bangunan

Sempadan bangunan di manfaatkan


sebagai penghijauan

Analisa

Sempadan bangunan dapat difungsikan


sebagai jalur pedestrian juga

62
62
5. Kebisingan

Aktifitas produksi yang akan menimbulkan


kebisingan dan berdampak ke luar site

Tidak terlalu bising karena tidak


berhubungan lansung dengan

Daerah yang memiliki kebisingan tinggi


disebabkan aktifitas kendaraan dari jalan
raya

Analisa

Gunakan pohon yang mampu Organisasi ruang yang tepat juga bisa
meredam suara bising mengatasi kebisingan

63
63
6. Zonasi

Daerah paling belakang,


difungsikan sebagai ruang
produksi

Daerah dengan fungsi entrance dan parkir


Daerah paling depan dalam
site, untuk menyambut kendaraan, memudahkan akses untuk
pengunjung yang datang masuk ke kawasan
karena itu akan difungsikan
sebagai bangunan kantor dan
fasilitas penunjang

64
64
7. Vegetasi

65
8. Sirkulasi dan Pencapaian

Analisa
Sirkulasi pergerakan dalam site dibedakan menjadi dua, yaitu:
 sirkulasi orang
 sirkulasi kendaraan

Untuk sirkulasi kendaraan juga dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi kendaraan untuk
truk, sirkulasi kendaraan roda dua dan empat.

66
66
9. Sistem Parkir

Analisa
Dalam perencanaan Kawasan Terminal Agribisnis ini, sistem parkir dibagi menjadi
dua bagian yaitu:
 Parkir kendaraan roda dua
 Parkir kendaraan roda empat
 Parkir kendaraan truk

67
67
10. Pola Massa Bangunan

Massa bangunan produksi

Massa bangunan
Non produksi

Analisa
Dalam perencanaan bangunan Kawasan Terminal Agribisnis terdapat dua kelompok
massa bangunan yaitu:
 Kelompok massa bangunan produksi
 Kelompok massa bangunan non produksi

Pengelompokan massa bangunan ini disesuaikan dengan fungsi bangunan tersebut,


agar alur aktifitas dalam kawasan berjalan dengan baik.

68
68
11. Ruang Terbuka (open sppace) dan RTH
Analisa
Ada sekitar 60% dari luas keseluruhan site yang dapat dijadikan area sebagai open space
(ruang terbuka). Kondisi sekarang di dalam dan di sekitar site tidak adanya pepohonan
dan penghijauan. Maka untuk itu perlu perencanaan untuk open space dan taman..

Konsep
 Merencanakan ruang terbuka bersama yang dapat dimanfaatkan sebagai
penghubung antar bangunan yang ada dalam satu kawasan.
 Penanaman pepohonan yang cukup didalam dan sekitar site dan ditata dengan
baik berupa open space dan taman-taman dan penempatan ruang terbuka ini
berada ditengah-tengah kelompok fungsi bangunan.
 Ruang terbuka terdiri atas jalan umum, pedestrian, taman serta ornamen estetika
lainnya, sehingga pengunjung dan pengguna bangunan yang akan direncanakan
akan merasa nyaman dan betah dalam kawasan ini.

5.9 Pendekatan Konsep Mikro


Sedangkan dalam lingkup mikro, semua pembahasan meliputi tentang bangunan yang
ada dalam kawasan site tersebut, seperti:
a. Zonasi ruang dalam bangunan
b. Analisis hubungan antar ruang
c. Besaran ruang

69
69
Gambar V.1. Peta Existing Site
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, 2013

Gambar 5.4 Peta Eksisting Site


Sumber: Hasil Survey dan Analisa, 2014

Gambar 5.5. Site Plan Kawasan Terminal Agribisnis


Sumber : Hasil Analisa, 2014

70
70
Pengelompokan massa bangunan:
I. Kelompok Bangunan Transaksi/Display
II. Kelompok Bangunan Pengolahan dan Penyimpanan
III. Kelompok Bangunan Administrasi dan Pelayanan
IV. Kelompok Bangunan Penunjang
V. Kelompok Bangunan Terbuka

Besaran Ruang

No. Program Ruang Jumlah (unit) Luas (m²)


1. Ruang Transaksi/Display (Loading Area) 1 386
Ruang bongkar muat dan pengolahan mutu
2. 1 297
komoditi (Ware House)
Ruang gudang penyimpanan berpendingin (Cold
3. 1 187
Storage)
4. Ruang kantor pengelola (kantor) 1 200
5. Gudang sementara 1 101
6. Bengkel/workshop pertanian 1 86
7. Ruang sarana pendukung (2 lantai) 1 2 x 400 = 800
8. Ruang kios Saprotan 1 69
9. Ruang pengolahan sampah 1 16
10. Gardu dan ruang genset 1 38
11. Ruang pompa dan tangki air 6 6 x 8 = 48
12. Restoran/ruang makan 1 93
13. Ruang istirahat 1 39
14. Musholla 1 81
15. Toilet dan tempat wudhuk 1 21,5
16. Pos Satpam 2 2 x 9 = 18
17. Ruang Terbuka dan Parkir
Jumlah 2.480,5

Tabel 5.6. Besaran Ruang Terminal Agribisnis


Sumber: Hasil Analisa, 2014

71
71
BAB V KESIMPULAN DAN
SARAN

5.1. Kesimpulan
Lokasi yang direncanakan untuk membangun Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh ini
adalah di Kelurahan Koto Panjang yang terletak di sekitar kawasan budidaya pertanian
dan peternakan terpadu. Hal tersebut sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang menurut
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Payakumbuh Tahun 2010-2030 yang
menyatakan bahwa lokasi rencana pembangunan Terminal Agribisnis berada di Sub
Pusat Pengembangan Kota (SPPK) II Kota Payakumbuh, dengan fungsi utama sebagai
pusat pengembangan pertanian lahan basah dan pusat pengembangan peternakan terpadu.
Selain itu, pada Pasal 50 Perda No. 1 Tahun 2012 tersebut juga menyatakan bahwa kawasan
Koto Panjang diarahkan sebagai Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi di Kota
Payakumbuh.

Salah satu tahapan yang harus dilakukan untuk melaksanakan pembangunan Kawasan
Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh tersebut adalah melaksanakan penelitian tentang
bagaimana Model Pengembangan Kawasan Terminal Agribisnis Kota Payakumbuh
sebagai dasar acuan dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan fisik Terminal
Agribisnis Kota Payakumbuh di masa datang.

5.2. Saran
Dengan adanya kegiatan penelitian ini dapat menjadi salah satu pedoman bagi
Pemerintahan Kota Payakumbuh khususnya instansi terkait untuk melakukan kegiatan
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Terminal Agribisnis Kota
Payakumbuh. Untuk selanjutnya diharapkan Kawasan Terminal Agribisnis ini dapat
dikembangkan sebagai salah satu pusat komoditi hasil pertanian di Kota Payakumbuh.
Selain itu dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD).

72
72
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Teks
Edward T. White “Buku Pedoman Konsep, Sebuah Kosakata Bentuk-bentuk
Arsitektural”, Intermedia Bandung, 27 November 1985.
Edward T. White “Buku Perencanaan Tapak”, Intermedia Bandung, 27 November
1985.

2. UU, PP, Permen


a. Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
b. Kepmen PU No. 441/KPTS/1998 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
c. Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan, Departemen Pertanian,
2002
d. Pedoman Pengembangan Terminal dan Sub Terminal Agribisnis, Direktorat
Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian,
2004
e. SNI No.03-1728-1989 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan
Gedung
f. SNI T-15-1991 Tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung
g. SNI 1729-1989-F Tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung
h. SNI 1726-1989-F Tentang Tata Cara Pelaksanaan Ketahanan Gempa untuk
Rumah dan Gedung
i. SNI 1728-1989-F Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung
j. SNI 1748-1989-F Tentang Tata Cara Pemasangan Hydrant
k. SNI 13.53.1987 Tentang Tata Cara Penangkal Petir
l. SNI 03.3233-1998 Tentang Tata Cara Pengawetan Kayu untuk Bangunan Rumah
dan Gedung
m. SNI 03.2445-1991 Tentang Spesifikasi Ukuran Kayu untuk Bangunan Rumah dan

73
73
Gedung
n. SNI 03.1727-1989 Tentang Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah
dan Gedung
o. SNI 03.1734-1989 Tentang Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur
Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung
p. SNI 03.1726-2002 Tentang Perencanaan Tahan Gempa untuk Rumah dan Gedung
q. SNI 03.6764-2002 Tentang Perencanaan Bangunan Baja
r. SNI 03.3990-1995 Tentang Perencanaan Penangkal Petir
s. SNI 03.3985-1995 Tentang Tata Cara Perencanaan Pemasangan Sistem Deteksi
Alarm untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung
t. SNI 03.1745-1989 Tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung
u. SNI 03-6481-2000 Tentang Sistem Plambing
v. SNI 03-2916-1992 Tentang Cara Memberikan Peryaratan Teknis Sumur Gali
sebagai Sumber Baku untuk Air Bersih yang Terlindungi dari Pencemara

74
74
LAMPIRAN 1

SURAT PERJANJIAN
PELAKSANAAN PENELITIAN MANDIRI
Nomor : /AK/FTSP/IX-2014

Pada hari ini Senin tanggal 8 September 2014, yang bertanda tangan di bawah ini:

I. Nama : Ir. Elfida Agus, MT


NIDN : 1007116202
Jabatan : Ketua Program Studi Arsitektur
Alamat : Jl. Bandar Purus No. 66 Padang
Yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA

II. Nama : Desy Aryanti, ST, M.A.


NIDN : 1024127303
Jabatan : Staf Pengajar Prodi Arsitektur
Alamat : Perumahan Villa Bukit Indah Blok D/5A Kec. Nanggalo, Padang
Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

Kedua belah pihak secara bersama-sama telah bersepakat melakukan perjanjian pelaksanaan kegiatan
Penelitian Swadana Universitas Bung Hatta Tahun Akademik 2014/2015 yang berisi penugasan
pelaksanaan kegiatan dengan ketentuan dan syarat-syarat yang diatur dalam pasal-pasal berikut:

Pasal 1
PIHAK PERTAMA memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA menerima
tugas tersebut dengan baik untuk melaksanakan kegiatan penelitian swadana Tahun Akademik
2014/2015 dengan judul:

MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN TERMINAL AGRIBISNIS


KOTA PAYAKUMBUH
Pasal 2
Tugas-tugas yang diberikan PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA berlaku sejak Surat
Perjanjian ini ditandatangani oleh kedua belah pihak dan harus diselesaikan selambat-lambatnya 15
Desember 2014
Pasal 3
PIHAK KEDUA wajib menjalankan penelitian sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 Surat perjanjian
ini dengan rincian sebagai berikut:
(1) Membuat dan mengisi catatan harian (logbook) setiap melaksanakan kegiatan penelitian.
(2) Menyerahkan laporan akhir dan artikel ilmiah masing-masing diserahkan dalam bentuk print
out (5 rangkap) dan softcopy (1 buah CD) dalam format PDF pada tanggal 15 Desember
2014 ke Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,Universitas Bung
Hatta.
a) Laporan dicetak dengan kertas HVS 80 gram ukuran quarto (A4)
b) Format laporan mengacu pada buku panduan Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, Edisi IX yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi.

75
75
c) Laporan dijilid langsung (tanpa plaster) dan warna kulit disesuaikan dengan warna
Fakultas..
(3) Produk penelitian berupa barang (jika ada).
Pasal 4
PIHAK KEDUA wajib mengikuti kegiatan memaparkan/menyampaikan laporan penelitian kepada
masyarakat di Program Studi, waktu dan tempat ditentukan kemudian.
Pasal 5
PIHAK KEDUA membiayai sendiri kegiatannya.

Pasal 7
(1) Apabila PIHAK KEDUA diberhentikan/berhenti dari jabatannya atau pindah ke instansi lain
sebelum kegiatan penelitian selesai seluruhnya atau tidak dapat melaksanakan penelitian, maka
PIHAK KEDUA wajib menunjuk pengganti ketua pelaksana yang merupakan salah satu
anggota tim setelah mendapat persetujuan tertulis dari Ketua Program Studi.
(2) Apabila dikemudian hari terbukti bahwa judul penelitian sebagaimana dimaksud pada pasal
1 ditemukan indikasi adanya duplikasi dengan penelitian lain dan atau diperoleh indikasi
ketidakjujuran/itikad yang kurang baik yang tidak sesuai dengan kaedah ilmiah, maka kegiatan
tersebut dinyatakan batal.

Pasal 8
Surat perjanjian pelaksanaan penelitian ini dibuat dua rangkap. Satu rangkap asli dipegang PIHAK
PERTAMA serta dibubuhi materai Rp 6.000,- yang dibebankan kepada PIHAK KEDUA, dan satu
rangkap duplikat diserahkan kepada PIHAK KEDUA.

Demikian perjanjian ini dibuat, dan surat perjanjian ini mulai berlaku setelah ditandatangani oleh kedua
belah pihak.

Padang, 8 September 2014


PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA
Pelaksana Kegiatan Ketua Program Studi,

Desy Aryanti, ST, M.A. Ir. Elfida Agus, MT


NIDN 1024127303 NIDN 1007116202

76
76
LAMPIRAN 2
FORMAT SUSUNAN ORGANISASI
TIM PENELITI/PELAKSANA DAN PEMBAGIAN TUGAS

No. Nama/NIDN Instan Bidang Alokasi Uraian Tugas


si Asal ilmu Waktu
(jam/minggu)
1. Desy Aryanti, ST, M.A. UBH Arsitektur 3 jam/minggu Ketua peneliti,
NIDN 1024127303 koordinasi,
kompilasi data,
analisis data,
koordinasi
survey,
pelaporan
2. Eko Prayitno, ST, M.Sc UBH Teknik Sipil 2 jam/minggu Anggota peneliti,
NIDN 1028057701 membantu ketua
peneliti untuk
kompilasi data,
analisis data,
survey,
pelaporan
3. Tenaga Pendukung UBH Arsitektur 2 jam/minggu Membantu
(Mahasiswa) Sipil survey,
kompilasi data
4. Masyarakat - Membantu
sumber informasi

77
LAMPIRAN 3.1

FORMAT BIODATA KETUA PENELITI

A. IDENTITAS DIRI

Nama DESY ARYANTI, ST, M.A.


Jenis Kelamin Perempuan
Jabatan Fungsional Asisten Ahli/ III b
NIP/NIK/Identitas lainnya 201501636
NIDN 1024127303
Tempat/Tgl Lahir Jambi/ 24 Desember 1973
E-Mail desy73aryanti@gmail.com , d_aryadana@yahoo.com
No. Telp./HP 085278346525
Prodi Arsitektur – FTSP, Gedung G Lt.2
Alamat Kantor
Jl. Sumatera Ulak Karang, Padang (25133)
No.Telp./Faks (0751) 7051678/ (0751) 7055475
Lulusan yang telah dihasilkan S1 = 20 orang
1. Studio Perancangan Arsitektur 6
2. Real Estate
3. Metode Perancangan Arsitektur
Mata Kuliah yg Diampu 4. Studio DAED
5. Arsitektur Barat
6. Kewirausahaan

B. Riwayat Pendidikan

S1 S2 S3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Bung Hatta HAWK Hildesheim/ Jerman
Bidang Ilmu Teknik Arsitektur Master of Arts
Denkmalpflege
Tahun Masuk-Lulus 1991-1997 2007-2009
Judul Perencanaan Pabrik Kayu “Die traditionellen
Skripsi/Tesis/Disertasi Lapis di Kawasan PIP – By Minangkabau- Häuser in
Pass Padang West Sumatra, Indonesien;
Konzepte zur Erhaltung,
Nutzung und Sanierung“
Nama Dr. Ir. H. Syamsul Asri, Prof. Martin Thumm/
Pembimbing/Promotor Dr. Ir. Eko Alvares Z, MSA

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber* Jumlah
(Juta Rp)
1. 2014 Model Pengembangan Kawasan Makam LPPM 4
Syekh Burhanuddin Sebagai Kawasan Wisata Universitas Bung Hatta
Religi

78
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan


Sumber* Jumlah
(JutaRp)
1.

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/


Tahun
1. Perubahan dan Pemanfaatan SKALA/Kajian Perencanaan Wilayah 1/3/April 2010
RumahTradisional Minangkabau, Kota
Studi Kasus: Rumah Gadang 9
Ruang di Jorong Balerong Bunta,
Nagari Rao-Rao, Kab Tanah Datar

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
1. Simposium Antar Bangsa Muafakat 1. Typologi of Padang Traditional 26-27 April 2014,
Minang, Sejarah, Budaya, Teknologi, Houses, Study Case: Pauh & Port Dickson,
dan Senibina Kuranji Malaysia
2. Syekh Burhanuddin Ulakan
and Islamization of
Minangkabau

2. Simposium Nusantara 9 (Simpora 9) “How to preserve the 11-12 Desember


“The 9th Regional Symposium of The Minangkabau Traditional Village” 2012, UiTM Perak,
Malay Archipelago” Malaysia

3. ICCI -3 “How to preserve the “Rumah 10-11April 2012,


International Conference on Gadang 9 Ruang” amid the Pangeran Beach
Construction Industry changing environment and Hotel, Padang
culture”.

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Buku Tahun Jumlah Halaman Penerbit


1. Prospek Properti dan Real Estate 2011 213 Bung Hatta
University Press

H. Perolehan HKI dalam 5-10Tahun Terakhir

No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID


1.

79
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial lainnya dalam 5 Tahun
Terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Penerapan Respon Masyarakat


lainnya yang telah diterapkan
1.

J. Penghargaan dalam 10 Tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun


Penghargaan
1.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Penelitian Dosen Pemula.

Padang, 1 September 2014

(Desy Aryanti, ST, M.A)


NIDN 1024127303

80
CURRICULUM VITAE

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama Eko Prayitno,S.T.,M.Sc.


NIP dan NIDN 1028057701
No. Sertifikat Serdos
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan/Program Studi Teknik Sipil
Bidang Ilmu/Spesifikasi Sistem dan Teknik Transportasi
Pangkat
Jabatan Fungsional
Tempat / Tgl. Lahir Cilacap/28 Mei 1977
Agama Islam
Jenis Kelamin Laki-Laki
Lakuk Koto Lua, Rt 003, Rw 001, Koto Luar, Kecamatan Pauh,
Alamat Rumah
Kota Padang
Prodi Teknik Sipil–FTSP, Gedung F Lt.2 Jl. Sumatera Ulak
Alamat Kantor
Karang, Padang

II. Pendidikan
2.1 Pendidikan di Dalam dan Luar Negeri
Tahun Jurusan / Bidang
Jenjang Pendidikan Nama Sekolah/PT
Lulus Studi/Keahlian
SD Segaralangu X,
Sekolah Dasar 1990
Cilacap, Jawa Tengah
Sekolah Menengah SMPN 3 Sidareja,
1993
Pertama Cilacap, Jawa Tengah
SMK Tamtama Sidareja,
Sekolah Menengah Atas 1996 Bangunan Gedung
Cilacap, Jawa Tengah
Universitas
S-1 Muhammadiyah 2006 Teknik Sipil
Yogyakarta
Universitas Gadjah Mada Sistem dan Teknik
S-2 2008
Yogyakarta Transportasi
S-3
2.2. Mata kuliah yang diasuh
Semester Ganjil
No Mata Kuliah Jumlah Nama PT/FAK Jurusan Jenjang
Nama Kode Kelas Pendidikan

Dasar-Dasar Rekayasa
Universitas Bung
1 Transportasi dan Teknik 52123322 3 Teknik Sipil S-1
Hatta/FTSP
Lalu Lintas
Universitas Bung
2 Menggambar Teknik 1 52121208 1 Teknik Sipil S-1
Hatta/FTSP
Semester Genap
No Mata Kuliah Jumlah Nama PT/FAK Jurusan Jenjang
Nama Kode Kelas Pendidikan
Universitas Bung
1 Menggambar Teknik 2 52122213 2 Teknik Sipil S-1
Hatta /FTSP

81
2.3 Kursus/Pelatihan
Ijazah/Tanda Tempat
Nama
No Periode/ tahun Lulus/Surat
Kursus/Pelatihan/Lokakarya/Seminar Keterangan

1 2 3 4 5
Peserta “Bimbingan Teknis SMK3 Konstruksi” 20–22 Surat Tugas Grand Sari
1
Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan September No. 6879/SK- Hotel Padang
Permukiman Provinsi Sumatera Barat 2016 2/KP/IX-2016
Peserta “Lokakarya dan Diskusi Terbatas On 24–25 1) Surat Hotel Mercure
2
Pacific Partnership 2016 Subject Matter Agustus 2016 Tugas Padang
Expert Exchange (SMEE), Coastal Floods nomor :
Risk Reduction, Disaster Recovery Planning, 1536/ST/F
Constructin Safety and Hazard Analysis, Fall TSP/VIII-
Protection Awareness, etc, TNI AL–US 2016
NAVY–Pemko Padang 2) Sertifikat
Peserta Pelatihan Program Applied Approach 15–20 Sertifikat Ruang Seminar
3
(AA) Pekerti Tahun 2016 Universitas Bung Agustus 2016 Pasca Sarjana
Hatta Universitas
Bung Hatta
Peserta “Lokakarya Pembinaan dan 19 Juli 2016 Surat Tugas Ruang Seminar
4
Penerapan Jasa Konstruksi” Dinas Prasarana No. Prasarana
Jalan, Tata Ruang dan Permukiman Provinsi 4967.a/SK- Jalan, Tata
Sumatera Barat 2/KP/VII- Ruang dan
2016 Permukiman
Provinsi
Sumatera Barat
Peserta Orientasi Tugas Tenaga Pendidik 12–13 Sertifikat Ruang Seminar
5
(Dosen Baru) Universitas Bung Hatta Tahun Mei 2016 Gedung
2016 Rektorat
Universitas
Bung Hatta
Workshop Penulisan Karya Ilmiah Untuk 18–19 Sertifikat Ruang Seminar
6
Publikasi Internasional oleh Prof. L. Jawahar April 2016 Pasca Sarjana
Nesan (Vice Cansellor of Saveetha Universitas
University, India) Bung Hatta
“Pelatihan Dasar/Workshop E-Procurement 15–17 Sertifikat Grand Sari
7
Jasa Konstruksi” Dinas Prasarana Jalan, Maret 2016 Hotel Padang
Tata Ruang dan Permukiman, Provinsi
Sumatera Barat
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Kuliah 26 Februari Surat Tugas Universitas
8
Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan 2016 No. Bung Hatta
Masyarakat (KKN-PPM) Periode IV Tahun 030/LPPM/H
2016 Universitas Bung Hatta atta-1/VII-
2016
Lokakarya Deseminasi Jalan Berbiaya dan 20-21 Sertifikat Hotel Mercure
9
Bervolume Lalu Lintas Rendah Tahun 2014 Agustus 2014 Padang

82
III. PUBLIKASI
Dipublikasikan Tahun Tingkat
No Judul
pada Lokal Nasional Inter
Analisis Kemauan Penumpang
Jurnal Rekayasa, 2016 
Fakultas Teknik Sipil
1 Pesawat Udara Untuk Menggunakan
dan Perencanaan,
Bus Trans Jogja
Universitas Bung Hatta
Analisis Kualitas Sumur Dangkal
Jurnal Teknik Sipil, 2015 
2 Politeknik Negeri
Berdasarkan Parameter Do dan DHL Samarinda
3.1 Pengalaman Penelitian
Nama
No Judul Penelitian Jabatan Sumber Jumlah Tahun Mahasiswa
dana Dana terlibat
1

IV. RIWAYAT PEKERJAAN


4.1. Riwayat Kepangkatan/Golongan
Surat Keputusan Masa
No Pangkat Gol. Berlaku Mulai Ket
Pejabat Nomor Tanggal Kerja Gol
1 2 3 4 5 6 7 8 9

4.2. Riwayat Jabatan Fungsional


Jabatan Berlaku Surat Keputusan
No Ket.
Fungsional Mulai Pejabat Nomor Tanggal

4.3. Riwayat Jabatan Struktural


No Jabatan Waktu Keterangan

4.4. Riwayat Organisasi dan organisasi profesi


Organisasi Tingkat
No Waktu
Nama Jabatan Lokal Nas Inter

V. PENGALAMAN
5.1. Kunjungan Keluar Negeri
Lama Pemberi
No Negara Yang Dituju Tujuan Kunjungan
Kunjungan Dana

5.2. Lokakarya/Simposium/Seminar/Panitia
Ijazah/Tanda Tempat Sebagai
Nama
Lulus/Surat
No Kursus/Pelatihan/Lokakarya/Semin Waktu
Keterangan Peserta Penyaji
ar/Panitia
1 Anggota Tim Revisi Penyusunan Laporan 13 Juni Surat Tugas Universitas 
Tahunan Rektor Universitas Bung Hatta 2016 No. Bung Hatta
Tahun 2015 4175/SK-
2/KP/VI-
2016

83
2 Peserta Kuliah Umum “Manajemen 25 April Sertifikat Ruang 
Konstruksi” oleh Prof. L. Jawahar Nesan 2016 Caraka,
(Vice Cansellor of Saveetha University, Universitas
India) Bung Hatta
3 Peserta Workshop Public Speaking oleh 15 April Sertifikat Ruang 
Prof. L. Jawahar Nesan (Vice Cansellor of 2016 Seminar,
Saveetha University, India) Pascasarja
Universitas
Bung Hatta
4 Panitia Kegiatan Kerja Sama Dalam 5 April 1) Surat Universitas 
Rangka Meningkatkan Iklim Akademik 2016 Tugas Bung Hatta
Pada Program Studi Teknik Sipil No.
Universitas Bung Hatta 2473/UM/
KP/IV-
2016
2) Setifikat
5 Seminar Sehari “Indonesia Sociopreneur 16 Maret Sertifikat Ruang 
Challenge” di Balairung Caraka, 2016 Caraka,
Universitas Bung Hatta Universitas
Bung Hatta
6 Panitia Pengangkatan Tim Penyusunan 26 Surat Universitas 
Jurnal Rekayasa Fakultas Teknik Sipil dan Februari Keputusan Bung Hatta
Perencanaan Universitas Bung Hatta 2016 Nomor :
385/SK-
AK/FTSP/II-
2016
7 Peserta Kuliah Umum “Building 23 Sertifikat Ruang 
Information Modeling (BIM)” Oleh Prof. Februari Caraka,
Nashwan Dawood dari Teesside 2016 Universitas
University, United Kingdom Bung Hatta

8 Seminar Internasional “Sustainable and 22 Sertifikat Grand Inna 


Energy Buildings and Urban Planning” Februari Muara
2016 Hotel,
Padang
9 Panitia Seminar Internasional “Sustainable 22 Sertifikat Hotel Grand 
and Energy Buildings and Urban Februari Inna Muara
Planning” 2016 Padang
10 Panitia Pembuatan Profil Fakultas Teknik 15 Surat Tugas Universitas 
Sipil dan Perencanaan dalam Rangka Februari Nomor : Bung Hatta
Promosi Penerimaan Mahasiswa Baru 2016 0264/ST/FT
2016/2017 Universitas Bung Hatta SP/II-2016
11 Engineering at Griffith University : W ater 01 Sertifikat FTSP, 
and Geotechnicial Oktober Universitas
2015 Bung Hatta
12 Seminar Penyelarasan Materi Perkuliahan 26–27 Sertifikat FTSP, 
dalam Rangka Pencapaian Kurikulum Agustus Universitas
Berbasis Kompetensi 2015 Bung Hatta
13 Seminar Peran Informasi Geospasial 11 Maret Sertifikat FTSP, ITP 
dalam Reformasi Agraria Menuju Tata 2015 Padang
Ruang Nasional
14 Seminar Peluang dan Tantangan Lulusan 04 Maret Sertifikat FTSP, 
Teknik Sipil di Industri Migas Internasional 2015 Universitas
Bung Hatta
15 Seminar Perencanaan dan Pembangunan 26 Sertifikat FTSP, 
Jembatan Bentang Panjang/Non-Standar Februari Universitas
di Indonesia 2015 Bung Hatta

84
VI. Kinerja Prestasi/Reputasi Bidang Pendidikan/Penelitian/PKM
6.1. Pendidikan
N Judul/Buku/Diktat/Modul Tahun Tingkat Keterangan
o Lokal Nas Inter

6.2. Bidang Penelitian


N Tingkat
Judul Kegiatan Tahun
o Lokal Nas Internasional
1
6.3. Bidang PKM
Tingkat
No Judul Kegiatan Tahun
Lokal Nas Internasional
Dosen Pendamping Kegiatan
Pengabdian Masyarakat
“Melangkah Basamo Turun Ka
1 Nagari” Tahun 2016 Prodi Teknik 2016 
Sipil Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Universitas Bung
Hatta
6.4 Tanda Jasa/Penghargaan
Nama Penghargaan Waktu Lembaga Tingkat Intenasional/
No
(Nama Bintang/Lencana) Perolehan Pemberi Nasonal/Propinsi
1

Padang, 01 September 2014

Eko Prayitno,ST.,M.Sc

Catatan : Lampirkan semua data dukung

85
Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM)
UNIVERSITAS BUNG HATTA
Jl. Sumatera Ulakkarang Padang 25143 Telp. (0751) 7051678 Fax.
(0751) 7055475. Email. Lppm_bunghatta@yahoo.co.id

LAMPIRAN 4
SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : DESY ARYANTI, ST, M.A.
NIDN : 1024127303
NIK : 201501636
Pangkat/ Golongan : III b
Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul:


“Model Pengembangan Kawasan Terminal Agribisnis Kota Payakumbuht”

yang diusulkan dalam Penelitian Mandiri untuk tahun anggaran 2014 bersifat original dan
belum pernah dibiayai oleh lembaga/ sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh
biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Padang, 8 September 2014


Mengetahui, Yang menyatakan,
Ketua Prodi Arsitektur

(Ir. Elfida Agus, MT) (Desy Aryanti, ST, M.A)


NIDN 1007116202 NIDN 1024127303

86

Anda mungkin juga menyukai