Anda di halaman 1dari 14

EVALUASI PEMENUHAN STANDAR TROTOAR DI CENTRAL BUSINESS DISTRICT

(STUDI KASUS KOTA BANDUNG)


EVALUATION COMPLIANCE SIDEWALK STANDARDS AT CENTRAL BUSINESS DISTRICT
(CASE STUDY:BANDUNG CITY)

Evy Fitriani
Badan Litbang Perhubungan
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat
email: Evyfitriani@yahoo.co.id

Diterima: 10 September 2014, Revisi 1: 30 September 2014, Revisi 2: 14 Oktober 2014, Disetujui: 23 Oktober 2014

ABSTRAK
Pertumbuhan pejalan kaki meningkat terutama di daerah pusat perekonomian atau perbelanjaan
Central Business District, (CBD). Pejalan kaki menuntut disediakannya prasarana utama dengan jalur
pejalan kaki tersendiri dan fasilitas pendukungnya. Pengembangan fasilitas perlu terus dilakukan
untuk mencapai kondisi yang diharapkan oleh pejalan kaki, yaitu situasi aman, nyaman, lancar
dan ekonomis. Tujuan dari kajian ini adalah memberi rekomendasi Pemanfaatan trotoar di Central
Business district di Kota Bandung yang sesuai dengan pedoman yang sudah ada. Berdasarkan analisis
metode observasi di lapangan, bahwa pemanfaatan trotoar di ruas jalan Kota Bandung masih dapat
dikatakan belum sesuai dengan standar pemanfaatan trotoar pada umumnya, yaitu masih
banyaknya permintaan dari para pengendara motor untuk menjadikan trotoar sebagai lahan parkir
yang disebabkan tarif parkir di kawasan bisnis tersebut masih dirasakan cukup mahal dibandingkan
dengan tarif parkir di trotoar dan masih adanya pedagang yang berjualan di trotoar dengan alasan
tempat berdagang mereka di trotoar dekat dengan pembeli, sehingga dikhawatirkan jika mereka
pindah ke tempat lain maka tidak akan ada pembeli.
Kata kunci: evaluasi, trotoar, central business district

ABSTRACT
The city pedestrian growth increased especially in the area of the economy or the shopping center Central
Business District (CBD). Pedestrians require the provision of major infrastructure with separate pedestrian
paths and facilities. Facility development needs to be done to achieve the expected conditions by pedestrians,
namely the situation safe, comfortable, smooth and economical. The purpose of this study is to recommend
utilization of sidewalks in the Central Business district in the city that is in accordance with existing guidelines.
Based on the analysis of observational methods in the field, that the used sidewalks in the city of Bandung 4 roads
can still be said to be not in accordance with the standards of useof the sidewalk in general, are still many request
from the riders to make the sidewalks as parking lots due to parking rates in the business district still felt quite
expensive compared to rates in the parking lot pavement and the persistence of the merchants who sell on the side
walk with a reson to trade them on the sidewalk close to the buyers, so feared if they move to another place then
there will be no buyers.
Keywords: evaluation, sidewalk, central business district

Evaluasi Pemenuhan Standar Trotoar di Central Business District (Studi Kasus Kota Bandung), Evy Fitriani 663
PENDAHULUAN bahkan kecelakaan. Oleh karena itu, kebutuhan
Transportasi yang paling dasar dilakukan oleh fasilitas pejalan kaki Central Business District
manusia adalah berjalan kaki. Kegiatan berjalan sebaiknya dirancang dengan mempertimbangkan
kaki umumnya terjadi pada perjalanan jarak keselamatan, kelancaran dan kenyamanan pejalan
dekat, hal ini disebabkan karena perkembangan kaki. Tujuan dari kajian ini adalah memberi
alat transportasi yang dapat memudahkan rekomendasi Pemanfaatan trotoar di Central Busi-
mobilitas manusia. Pada hakekatnya, aktivitas ness district di Kota Bandung yang sesuai dengan
pejalan kaki bertujuan untuk menempuh jarak pedoman yang sudah ada.
sesingkat mungkin antara satu tempat ke tempat
yang lain dengan nyaman dan aman dari TINJAUAN PUSTAKA
gangguan (kriminalitas/kejahatan, kepadatan A. Peraturan dan Perundang-undangan
lalu-lintas, dan lain-lain). Di kota-kota besar saat
Acuan normatif terkait dengan pedoman
ini pertumbuhan pejalan kaki semakin
penggunaan trotoar adalah sebagai berikut:
meningkat terutama di daerah pusat
perekonomian atau perbelanjaan Central Business 1. Undang-Undang No 14 Tahun 1992
District, (CBD). Pejalan kaki menuntut tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan;
disediakannya prasarana utama dengan jalur 2. Undang-Undang No. 4 Tahun 1997
pejalan kaki tersendiri dan fasilitas tentang Penyandang Cacat;
pendukungnya. Pengembangan fasilitas perlu 3. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002
terus dilakukan untuk mencapai kondisi yang tentang Bangunan Gedung;
diharapkan oleh pejalan kaki, yaitu situasi aman, 4. Undang-Undang No. 38 Tahun 2004
nyaman, lancar dan ekonomis. Fasilitas pejalan tentang jalan
kaki (pedestrian) sering terabaikan oleh pihak-
5. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
pihak penentu kebijakan yang seharusnya
tentang Penataan Ruang.
mendapat perhatian, khususnya didaerah
perkotaan. Banyak sekali fasilitas untuk pejalan B. Pedoman Prasarana dan Sarana Ruang
kaki berubah fungsi terutama dikota-kota yang Pejalan Kaki
penduduknya sudah cukup padat. 1. Kaidah Prasarana dan Sarana Ruang
Pembangunan Central Business District dewasa ini Pejalan Kaki
meningkat pesat. Hal ini merefleksikan Prinsip umum perencanaan penyediaan
pertumbuhan dan perkembangan kebutuhan prasarana dan sarana ruang pejalan kaki
barang dan jasa. Kenyataannya, banyak Central harus memenuhi kaidah sebagai berikut:
Business District yang dibangun tidak sesuai
dengan tata guna lahan. Pembangunan yang a. Prinsip teknis penataan sistem
sesuai pun masih kurang memperhatikan sirkulasi dan jalur penghubung
masalah sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki. mengacu pada Peraturan Menteri
Banyak Central Business District tidak Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/
menyediakan fasilitas pejalan kaki. Mereka 2006 tentang pedoman teknis fasilitas
menggantungkan penyediaan fasilitas pejalan dan aksesibilitas pada bangunan
kaki pada trotoar dan tepi jalan. Trotoar dan tepi gedung dan lingkungan;
jalan di pusat pertokoan diisi oleh para pedagang b. Ruang yang direncanakan harus dapat
kaki lima dan kendaraan-kendaraan parkir, diakses oleh seluruh pengguna,
akibatnya pejalan kaki berjalan di tepi jalan dan termasuk oleh pengguna dengan
menyelinap di sela-sela kendaraan yang sedang keterbatasan fisik;
parkir. Kondisi tersebut diatas menimbulkan c. Lebar jalur pejalan kaki harus sesuai
beberapa masalah, ketidaknyamanan, hambatan, dengan standar prasarana;

664 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 11, November 2014
d. Harus memberikan kondisi aman,
nyaman, ramah lingkungan dan
mudah untuk digunakan, sehingga
pejalan kaki tidak harus merasa
terancam dengan lalu lintas atau
gangguan dari lingkungan sekitarnya;
e. Jalur yang direncanakan mempunyai
daya tarik atau nilai tambah lain diluar
fungsi utama;
f. Terciptanya ruang sosial sehingga
pejalan kaki dapat beraktifitas secara
aman di ruang publik;
g. Terwujudnya keterpaduan sistem,
baik dari aspek penataan lingkungan Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011
atau dengan sistem transportasi atau Gambar 2. Tampak Atas dan Potongan Sidewalk
aksesibilitas antar kawasan;
h. Terwujudnya perencanaan yang efektif b. Ruang Pejalan Kaki di Kawasan
dan efisien sesuai dengan tingkat Komersial/Perkantoran (Arcade)
kebutuhan dan perkembangan Ruang pejalan kaki yang berdampingan
kawasan. dengan bangunan pada salah satu atau
kedua sisinya.
2. Tipe Ruang Pejalan Kaki
a. Ruang Pejalan Kaki di Sisi Jalan (Side-
walk)
Ruang pejalan kaki di sisi jalan (side-
walk) merupakan bagian dari sistem
jalur pejalan kaki dari tepi jalan raya
hingga tepi terluar lahan milik
bangunan.

Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011


Gambar 3. Pespektif Arcade

Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011


Gambar 1. Perspektif Sidewalk Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011
Gambar 4. Potongan dan Tampak Atas Arcade

Evaluasi Pemenuhan Standar Trotoar di Central Business District (Studi Kasus Kota Bandung), Evy Fitriani 665
Ruang pejalan kaki di pusat kawasan bisnis dan 3) Bagian depan harus bebas dari halangan
pusat kota ini adalah area yang harus dirancang atau berbagai objek yang menonjol.
untuk mengakomodir volume yang lebih besar Zona bagian depan juga harus dapat
dari para pejalan kaki dibanding di area-area di dideteksi oleh tuna netra yang
kawasan pemukiman. Batas jalanan (jalur menggunakan tongkat yang panjang.
transportasi) pada area ini dapat dimanfaatkan b. Zona Penggunaan Bagi Pejalan Kaki
untuk berbagai tujuan yang beragam dan secara
umum terdiri dari berbagai zona, antara lain 1) Zona ini adalah area dari koridor sisi
zona bagian depan gedung, zona bagi pejalan jalan yang secara khusus digunakan
kaki, zona bagi tanaman/perabot dan zona untuk area pejalan kaki. Area ini harus
untuk pinggiran jalan. Pembagian zona ini dibebaskan dari seluruh rintangan,
dimaksudkan agar ruang pejalan kaki yang berbagai objek yang menonjol dan
melintasi area ini dapat melintas dengan penghalang vertikal yang berbahaya
nyaman. bagi pejalan kaki dan bagi yang
memiliki keterbatasan indera
3. Pengembangan Zona Pejalan Kaki di pusat penglihatan.
Kota 2) Zona pejalan kaki ini setidaknya
Kawasan pusat kota adalah kawasan yang berukuran 1,8 hingga 3,0 meter atau
mengakomodir volume pejalan kaki yang lebih luas untuk memenuhi tingkat
lebih besar dibanding kawasan pemukiman. pelayanan yang diinginkan dalam
Ruang pejalan kaki di area ini dapat kawasan yang memiliki intensitas
berfungsi untuk berbagai tujuan yang pejalan kaki yang tinggi. Kondisi ini
beragam dan terdiri dari berbagai zona yang dibuat untuk memberikan kesempatan
dapat dimanfaatkan antara lain: zona bagian bagi para pejalan kaki yang berjalan
depan gedung, zona bagi pejalan kaki, zona berdampingan atau bagi pejalan kaki
bagi tanaman/perabotan jalan, dan zona yang berjalan berlawanan arah satu
untuk pinggiran zalan. sama lain.
a. Zona Bagian Depan Gedung 3) Zona yang digunakan untuk pejalan
kaki di jalan lokal dan jalan kolektor
1) Zona bagian depan gedung adalah adalah 1,2 meter dan jalan arteri dan
antara dinding gedung dan pejalan jalan utama 1,8 meter. Ruang
kaki. Pejalan kaki biasanya akan tidak tambahan diperlukan untuk tempat
merasa nyaman bila berjalan kaki pemberhentian dan halte bus dengan
secara langsung berdekatan dengan luas 1,5 meter X 2,4 meter.
dinding gedung atau pagar. Untuk
itu jarak minimum setidaknya 0,6 4) Zona pejalan kaki tidak boleh kurang
meter dari jarak sisi gedung atau dari 1,2 meter yang merupakan lebar
tergantung pada penggunaan area minimum yang dibutuhkan untuk
ini. orang yang membawa seekor anjing,
pengguna alat bantu jalan dan pejalan
2) Bagi orang yang memiliki kaki.
keterbatasan indera penglihatan dan
sering berjalan di zona ini, dapat c. Zona Pinggir Jalan
menggunakan suara dari gedung Zona ini merupakan bagian integral dari
yang berdekatan sebagai orientasi jalan dan sistem saluran air, dan juga
atau bagi tuna netra pengguna tongkat berfungsi sebagai pembatas antara zona
dapat berjalan dengan jarak antara 0,3 lalu-lintas (jalan-raya) dengan zona
meter hingga 1,2 meter dari tanaman/perabot jalan atau zona pejalan
bangunan. kaki.

666 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 11, November 2014
4. Fasilitas Pejalan Kaki 5. Trotoar
a. Pengertian Umum a. Pengertian
1) Fasilitas Pejalan Kaki adalah seluruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indo-
bangunan pelengkap yang disediakan nesia (1996:1073) trotoar adalah tepi
untuk pejalan kaki guna memberikan jalan besar yang sedikit lebih tinggi
pelayanan demi kelancaran, dari pada jalan tersebut, tempat orang
keamanan dan kenyamanan, serta berjalan kaki. Sebagai jalur bagi
keselamatan bagi pejalan kaki. pejalan kaki maka salah satu fungsi
2) Jalur Pejalan Kaki adalah lintasan yang trotoar menurut Danisworo (1991:2)
diperuntukan untuk berjalan kaki, adalah sebagai jalur untuk melihat-
dapat berupa trotoar, penyeberangan lihat jenis barang dagangan dalam
sebidang (penyeberangan zebra atau etalase yang dijual oleh toko, pejalan
penyeberangan pelikan), dan kaki atau pembeli diharapkan dapat
penyeberangan tak sebidang. melihat dengan jelas dan selanjutnya
3) Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang tertarik untuk membeli.
terletak pada daerah milik jalan yang Pengertian Trotoar menurut Pedoman
diberi lapisan permukaan dengan Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Pada
elevasi yang lebih tinggi dari Jalan Umum adalah Jalur Pejalan Kaki
permukaan perkerasan jalan, dan yang terletak pada Daerah Milik Jalan
pada umumnya sejajar dengan jalur yang diberi lapisan permukaan
lalu lintas kendaraan. dengan elevasi yang lebih tinggi dari
4) Penyeberangan Zebra adalah (fasilitas permukaan perkerasan jalan, dan
penyeberangan bagi pejalan kaki pada umumnya sejajar dengan jalur
sebidang yang dilengkapi marka lalu lintas kendaraan.
untuk memberikan ketegasan/batas b. Ketentuan Penempatan Trotoar
dalam melakukan lintasan.
5) Penyeberangan Pelikan adalah 1) Trotoar hendaknya ditempatkan
fasilitas untuk menyeberang pejalan pada sisi luar bahu jalan atau sisi
kaki sebidang yang dilengkapai luar jalur Daerah manfaat jalan
dengan marka dan lampu pengatur (DAMAJA) trotoar hendaknya
lalu lintas. dibuat sejajar dengan jalan, akan
tempat trotoar dapat tidak sejajar
6) Arus Pejalan Kaki adalah jumlah dengan jalan bila keadaan
pejalan kaki yang melewat suatu topografi atau keadaaan setempat
penapang tertentu, yang biasanya yang tidak memungkinkan.
dinyatakan dengan jumlah pejalan
kaki per satuan waktu (pejalan/ 2) Trotoar hendaknya ditempatkan
menit). pada sisi dalam saluran drainase
terbuka atau di atas saluran
7) Lapak Tunggu adalah fasilitas untuk
drainase yang telah ditutup.
berhenti sementara pejalan kaki dalam
me la k u k a n pe ny e be r a ng a n, 3) Trotoar pada tempat pemberhentian
Penyeberangan dapat berhenti bus harus ditempatkan secara
sementara sambil menunggu berdampingan/sejajar dengan jalur
kesempatan melakukan bus.
penyeberangan berikutnya. Fasilitas 4) Geometrik Trotoar harus mengikuti
tersebut diletakan pada median jalan. pedoman teknik tentang spesifikasi
trotoar

Evaluasi Pemenuhan Standar Trotoar di Central Business District (Studi Kasus Kota Bandung), Evy Fitriani 667
5) tinggi ruang bebas tidak kurang individual maupun kelompok
dari 2,2 meter dan kedalaman (meaningful).
bebas tidak kurang dari 1 meter, Jadi warga kota dapat memanfaatkan
yang diukur dari permukaan trotoar untuk aktivitas baik secara
trotoar, kebebasan samping tidak individu maupun berkelompok, namun
kurang dari 0.3 meter. kebebasan dalam memanfaatkan trotoar
6) Pemasangan utilitas harus ini yang seringkali menimbulkan
mempertahankan ruang bebas permasalahan,democratictidak diartikan
trotoar sebagai kebebasan yang tanpa aturan
c. Pemanfaatan Trotoar untuk itu diperlukan pengendalian
dalam pemanfaatan trotoar tersebut.
Pemanfaatan trotoar sebagai ruang
publik salah satunya sebagai ruang C. Central Business District
pergerakan aktivitas sosial maupun Menurut Teori Konsentris (Burgess, 1925)
ekonomi warga kota. Fungsinya dapat DPK atau CBD adalah pusat yang letaknya
memberikan ciri khas bagi suatu kota tepat ditengah kota dan berbentuk bundar
dan pada umumnya memiliki fungsi yang merupakan pusat kehidupan sosial,
interaksi sosial bagi masyarakat dan ekonomi, budaya dan politik, serta
kegiatan ekonomi. Darmawan (2003:1) merupakan zona dengan drajat aksesbilitas
menjelaskan salah satu fungsi-fungsi tinggi dalam suatu kota. DPK atau CBD
ruang publik adalah sebagai tempat tersebut terbagi atas dua bagia, yaitu: pertama,
kegiatan pedagang kaki lima yang bagian paling inti atau RBD (Retail Bussiness
menjajakan makanan, minuman, District) dengan kegiatan dominan
pakaian, souvenir, dan jasa entertain- pertokoan, perkantoran dan jasa; kedua,
ment seperti tukang sulap, tarian kera, bagian diluarnya atau WBD (Wholesale Busi-
ular dan sebagainya terutama dimalam ness District) yang ditempati oleh bangunan
hari. Ruang publik yang menarik akan dengan peruntukan kegiatan ekonomi skala
selalu dikunjungi oleh masyarakat luas besar, seperti pasar, pergudangan (ware-
dengan berbagai tingkat kehidupan house), dan gedung penyimpanan barang
sosial, ekonomi dan budaya, tingkat supaya tahan lama (storage buildings).
pendidikan, perbedaan umur, Menurut Teori Sektoral (Hoyt,1939) DPK atau
motivasi atau tingkat kepentingan yang CBD memiliki pengertian yang sama dengan
berlainan. Lebih jauh Darmawan yang diungkapkan oleh Teori Konsentris.
(2003:2) menyebutkan kriteria ruang Menurut Teori Pusat Berganda (Harris dan
publik secara esensial yang dapat juga Ullman,1945) DPK atau CBD adalah pusat
diterapkan pada trotoar, sebagai kota letaknya relatif di tengah-tengah sel-sel
berikut : lainnya dan berfungsi sebagai salah satu
1) Tanggap terhadap semua “growing points”. Zona ini menampung
keinginan pengguna dan dapat sebagian besar kegiatan kota, berupa pusat
mengakomodir kegiatan yang ada fasilitas transportasi dan di dalamnya
pada ruang terbuka tersebut (re- terdapat distrik spesialisasi pelayan, seperti
sponsive). “retailing” distrik khusus perbankan, teater
2) Dapat menerima kehadiran dan lain-lain (Yunus, 2000:49). Namun, ada
berbagai lapisan masyarakat perbedaan dengan dua teori yang
dengan bebas tanpa ada disebutkan diatas, yaitu bahwa pada Teori
diskriminasi (democratic). Pusat Berganda terdapat banyak DPK atau
3) Dapat member makna atau arti CBD dan letaknya tidak persis di tengah kota
bagi masyarakat setempat secara dan tidak selalu berbentuk bundar.

668 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 11, November 2014
Teori lainnya mendasari struktur ruang kota kawasan Central Business District di daerah Jl.
adalah Teori Ketinggian Bangunan; Teori Braga, Jl. Asia Afrika, Jl. Merdeka dan Dago.
Konsektoral; dan Teori Historis. Dikaitan B. Populasi dan Sampel Penelitian
dengan perkembangan DPK atau CBD, maka
berikut ini adalah penjelasan masing-masing Populasi dalam penelitian ini adalah
teori mengenai pandangannya terhadap DPK sekelompok orang yang menggunakan
atau CBD: trotoar pada lokasi penelitian. Sementara
sampel yang digunakan dalam penelitian ini
1. Teori Ketinggian Bangunan (Bergel, 1955). adalah sebanyak 30 orang pengguna trotoar
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan di lokasi penelitian seperti para pedagang,
struktur kota dapat dilihat dari variabel tukang parkir dan pejalan kaki.
ketinggian bangunan. DPK atau CBD secara
garis besar merupakan daerah dengan harga C. Metode Pengumpulan Data
lahan yang tinggi, aksesbilitas sangat tinggi Data Primer yang digunakan dalam kajian
dan ada kecenderungan membangun ini adalah data yang diambil langsung
struktur perkotaan secara vertikal. Dalam hal melalui survai dan wawancara kepada para
ini, maka di DPK atau CBD paling sesuai pihak yang menjadi subjek dalam penelitian
dengan kegiatan perdagangan (retail activi- ini yaitu dishub terkait, pedagang kaki lima,
ties), karena semakin tinggi aksesbilitas suatu pejalan kaki, pengelola Central Business Dis-
ruang maka ruang tersebut akan ditempati trict dan pengelola parkir. Data Sekunder
oleh fungsi yang paling kuat ekonominya. yang digunakan dalam kajian ini adalah,
2. Teori Konsektoral (Griffin dan Ford, 1980). literatur mengenai pedoman dan standar
Teori Konsektoral dilandasi oleh struktur trotoar.
ruang kota di Amerika Latin. Dalam teori ini D. Metode Pengolahan Data
disebutkan bahwa DPK atau CBD
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan
merupakan tempat utama dari perdagangan,
(field research) untuk menjawab pertanyaan
hiburan dan lapangan pekerjaan. Di daerah
“Apakah Trotoar di kota Bandung sudah
ini terjadi proses perubahan yang cepat
memenuhi standar?”. Pendekatan yang
sehingga mengancam nilai historis dari
digunakan untuk mencapai tujuan penelitian
daerah tersebut. Pada daerah-daerah yang
ini adalah pendekatan dengan metode
berbatasan dengan DPK atau CBD di kota-
deskriptif yang bertujuan untuk
kota Amerika Latin masih banyak tempat
mendeskriptifkan atau menjelaskan tentang
yang digunakan untuk kegiatan ekonomi,
sesuatu hal seperti apa adanya (Mukhtar dan
antara lain pasar lokal, daerah-daerah
Widodo, 2000:28). Pendekatan ini bertujuan
pertokoan untuk golongan ekonomi lemah
untuk memperoleh deskriptif atau gambaran
dan sebagian lain dipergunakan untuk
tentang pemenuhan standar trotoar di kota
tempat tinggal sementara imigran.
Bandung, yang selain mengevaluasi
3. Teori Historis (Alonso, 1964). DPK atau CBD berdasarkan pedoman yang sudah ada juga
dalam teori ini merupakan pusat segala menjaring opini pengguna trotoar di lokasi
fasilitas kota dan merupakan daerah dengan penelitian, hal ini dilakukan agar pemenuhan
daya tarik tersendiri dan aksesbilitasnya standar trotoar di Kota Bandung yang sesuai
yang tinggi. pedoman dapat di penuhi.

METODOLOGI PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Lokasi dan Penelitian A. Acuan Normatif Standar Pedoman Trotoar
Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Standar pedoman perencanaan trotoar baik
Bandung, dengan mengambil sampel pada jalan baru maupun pada jalan lama

Evaluasi Pemenuhan Standar Trotoar di Central Business District (Studi Kasus Kota Bandung), Evy Fitriani 669
yang mengacu pada: UU No. 22 Tahun 2009 ditempatkan di depan atau di belakang
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, U halte.
No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, PP No. 43 Contoh Penempatan Trotoar
Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan, PP No. 34 tahun 2006 tentang
Jalan, KM Perhubungan No. 65 Tahun 1993
tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan LLAJ,
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
: 30/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Teknis
Fasilitas Dan Aksesibilitas Pada Bangunan
Gedung Dan Lingkungan dan Pedestrian Fa-
cilities Guidebook, WSDOT, 1997.
B. Penempatan Trotoar Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011
1) Suatu ruas jalan dianggap perlu Gambar 5. Trotoar di tepi luar jalur utilitas
dilengkapi dengan trotoar apabila di
sepanjang jalan tersebut terdapat
penggunaan lahan yang mempunyai
potensi menimbulkan pejalan kaki.
Penggunaan lahan tersebut antara lain
perumahan, sekolah, pusat perbelanjaan,
pusat perdagangan, pusat perkantoran,
pusat hiburan, pusat kegiatan sosial,
daerah industri, terminal bus, dan lain- Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011
lain. Gambar 6. Trotoar di tepi dalam saluran drainase
2) Secara umum trotoar dapat direncanakan
pada ruas jalan yang terdapat volume
pejalan kaki lebih besar dari 300 orang per
12 jam (06.00 – 18.00) dan volume lalu
lintas lebih besar dari 1000 kendaraan per
12 jam (06.00 – 18.00).
3) Trotoar hendaknya ditempatkan pada
sisi luar bahu jalan atau sisi luar jalur lalu
lintas (bila telah tersedia jalur parkir).
Trotoar hendaknya dibuat sejajar dengan Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011
jalan, akan tetapi trotoar dapat tidak Gambar7.Trotoar di daerah bangunan/pertokoan
sejajar dengan jalan bila keadaan
topografi atau keadaan setempat yang
tidak memungkinkan.
4) Trotoar sedapat mungkin ditempatkan
pada sisi dalam saluran drainase terbuka
atau di atas saluran drainase yang telah
ditutup dengan plat beton yang
memenuhi syarat.
5) Trotoar pada pemberhentian bus harus Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011
ditempatkan berdampingan/sejajar Gambar 8. Trotoar di depan halte
dengan jalur bus. Trotoar dapat

670 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 11, November 2014
6 jam paling sibuk dalam 1 hari untuk 2
arah. Lebar trotoar (W) dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
W = P/35 + 1,5
Keterangan: P = volume pejalan kaki
(orang/menit/meter)
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011 W = lebar trotoar.
Gambar 9. Trotoar di belakang halte
Lebar trotoar harus ditambah, bila pada trotoar
C. Ketentuan Teknis Trotoar tersebut terdapat perlengkapan jalan seperti
patok rambu lalu lintas, kotak surat, pohon
Dimensi Trotoar
peneduh atau fasilitas umum lainnya.
a. Ruang Bebas Trotoar Penambahan lebar trotoar apabila dilengkapi
1) Tinggi ruang bebas trotoar tidak fasilitas dapat dilihat seperti pada tabel 1.
kurang dari 2,5 meter dan kedalaman
Tabel 1. Penambahan Lebar Trotoar
bebas trotoar tidak kurang dari 1,0
Jenis Fasilitas Lebar Tambahan (cm)
meter yang diukur dari permukaan
Kursi roda 100 - 120
trotoar.
Tiang lampu penerang 75 - 100
2) Kebebasan samping trotoar tidak Tiang lampu lalu lintas 100 -120
kurang dari 0,3 meter. Ra mbu lau lintas 75 - 100
Kotak surat 100 - 120
3) Perencanaan pemasangan utilitas Keranjang sampah 100
selain harus mempertahankan ruang Tanaman peneduh 60 - 120
bebas trotoar, harus juga memenuhi Pot bunga 150
ketentuan-ketentuan dalam petunjuk Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011
pelaksanaan pemasangan utilitas.
Lebar trotoar disarankan tidak kurang dari 2
(dua) meter. Pada keadaan tertentu lebar trotoar
dapat direncanakan sesuai dengan batasan lebar
minimum pada tabel 2.
Tabel 2. Lebar minimum trotoar menurut
penggunaan lahan sekitarnya
Penggunaan Lahan sekitarnya Lebar Minimum (m)
Perumahan 1,5
Perkantoran 2,0
Industri 2,0
Sekolah 2,0
Terminal/Bus Stop 2,0
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011 Pertokoan/Perbelanjaan 2,0
Gambar 10. Ruang bebas Trotoar Jembatan/Terowongan 1,0
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011
b. Lebar Trotoar
Kebutuhan lebar trotoar dihitung c. Struktur
berdasarkan volume pejalan kaki rencana Untuk dapat memberikan pelayan yang
(P). Volume pejalan kaki rencana (P) optimal kepada pejalan kaki maka
adalah volume rata-rata per menit pada trotoar harus diperkeras, diberi pembatas
interval puncak. P dihitung berdasarkan (dapat berupa kerb atau batas
survai penghitungan pejalan kaki yang penghalang/barrier) dan diberi elevasi
dilakukan setiap interval 15 menit selama lebih tinggi dari permukaan perkerasan

Evaluasi Pemenuhan Standar Trotoar di Central Business District (Studi Kasus Kota Bandung), Evy Fitriani 671
jalan. Perkerasan trotoar dapat dibuat pengguna trotoar, dan instansi terkait di
dengan blok terkunci, beton, perkerasan lokasi penelitian yaitu di jalan Asia
aspal, atau plesteran. Afrika, Jalan Braga, Jalan Merdeka dan
Dago di Kota Bandung. Dari hasil
pengamatan lapangan dihasilkan kondisi
eksisting trotoar di kota Bandung, seperti
yang tertuang dalam table 4.1. Untuk data
hasil wawancara kepada pengguna
trotoar dengan jumlah sampel sebanyak
30 orang pengguna trotoar, di jalan
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011 Merdeka, Jalan Braga, Jalan Dago dan
Gambar 11. Konstruksi Trotoar Blok Terkunci Jalan Asia Afrika untuk mengetahui opini
mereka tentang pemanfaatan dan
kelayakan trotoar di jalan-jalan tersebut.
Dan wawancara kepada instansi terkait
untuk mengetahui sejauh mana mereka
mensosialisasikan kepada para
pengguna trotoar dalam hal pemanfaatan
trotoar yang sesuai standar.
1. Kondisi Eksisiting Trotoar di Kota
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011
Bandung
Gambar 12. Konstruksi Trotoar Beton
K o n d i s i t r o t o a r d i k o t a B a n d u n g m a s i h

d a p a t d i k a t a k a n c u k u p s e s u a i d e n g a n

s t a n d a r y a n g t e l a h d i t e t a p k a n

w a l a u p u n m a s i h t e r d a p a t k e k u r a n g a n -

k e k u r a n g a n d a l a m p e n g a d a a n s a r a n a

y a n g a d a , s e p e r t i p r a s a r a n a

p e n e r a n g a n j a l a n d a n r a m b u - r a m b u

y a n g t e r d a p a t d i s e k i t a r t r o t o a r s e p e r t i

Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011


Gambar 13. Konstruksi Trotoar Perkerasan Aspal
y a n g d i s a j i k a n d a l a m t a b e l 3 .

2 . K o n d i s i E k s i s t i n g P e m a n f a a t a n T r o t o a r

a . I d e n t i t a s R e s p o n d e n

1 ) J e n i s K e l a m i n

R e s p o n d e n y a n g d a p a t d i s u r v a i d i

l o k a s i s t u d i s e p e r t i j a l a n M e r d e k a ,

j a l a n B r a g a , J a l a n A s i a A f r i k a d a n J a l a n

D a g o d a l a m p e n e l i t i a n p e n g g u n a

Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011


t r o t o a r a d a l a h s e b a n y a k 3 0 o r a n g ,

Gambar 14. Konstruksi Trotoar Plesteran


1 0 0 % b e r j e n i s k e l a m i n l a k i - l a k i . D a p a t

d i l i h a t p a d a g a m b a r 1 5 .

d. Hasil Penelitian
2 ) P e n g g u n a T r o t o a r

Data pada penelitian ini diperoleh dari


R e s p o n d e n p e n g g u n a t r o t o a r d i l o k a s i

hasil pengamatan dan lapangan dan


s t u d i t e r d i r i d a r i p e j a l a n k a k i

survai wawancara langsung dengan cara


s e b a n y a k 5 0 % , p e d a g a n g 1 7 % d a n

membagikan kuesioner kepada para


t u k a n g p a r k i r s e b a n y a k 3 3 % . D a p a t

d i l i h a t p a d a g a m b a r 1 6

672 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 11, November 2014
Tabel 3. Kondisi Eksisting Trotoar di Kota Bandung
Nama Lebar Tinggi Keadaan Jumlah Lampu Prasarana Yang Rambu-rambu Jumlah
No
Jalan Trotoar Trotoar Trotoar Pedagang Penera Ada Yang Ada Pejalan
ngan Kaki
Permenit

Asia 4m 15 cm Baik 4 Ada Lampu Jalan, Dilarang berhenti 20 orang


1
Afrika taman kecil, pot
Braga 2,5 m 15 cm Cukup 6 Ada Lampu jalan, pot Tidak ada rambu 25 orang
2
Dago 2,9 m 15 cm Kurang 8 Jarang Pot Dilarang berhenti, 35 orang
3
Baik dilarang belok
kanan, di larang
parkir
Merdeka 1,6 m 10 cm Kurang 6 Jarang Taman Kecil, pot Dilarang putar 15 orang
4
Baik4 balik
Sumber: Pengamatan lokasi studi

Sumber: Data Primer, diolah Sumber: Data Primer, diolah


Gambar 15. Jenis Kelamin Responden Gambar 16. Pengguna Trotoar

3) Pendidikan 3. Alasan Pemanfaatan Trotoar


Untuk pendidikan, responden yang a. Pedagang
terjaring di lokasi studi yang Alasan responden yang berprofesi sebagai
mempunyai pendidikan SLTA pedagang dalam hal pemanfaatan trotoar
sebesar 64% dan yang berpendidikan adalah dikarenakan 13% tidak ada
SLTP sebesar 36%. Dapat dilihat pada pekerjaan tetap, 33% sudah lama berjualan
gambar 17. di lokasi trotoar dan 54% dekat dengan
sekolah. Dapat dilihat pada gambar 18

Sumber: Data Primer, diolah Sumber: Data Primer, diolah


Gambar 17. Pendidikan Responden Gambar 18. Alasan Pemanfaatan Trotoar Menurut
Pedagang

Evaluasi Pemenuhan Standar Trotoar di Central Business District (Studi Kasus Kota Bandung), Evy Fitriani 673
2) Tukang Parkir lokasi berdagang, 7% menjawab mau
Alasan responden yang berprofesi pindah lokasi dagang dan 93% menjawab
sebagai tukang parkir dalam hal tidak mau pindah lokasi dagang. Dapat
pemanfaatan trotoar dikarenakan 27% dilihat pada gambar 21.
parkir gedung penuh, 33% permintaan
pengendara bermotor dan 40% lebih
mudah parkir di jalan. Dapat dilihat pada
gambar 19.

Sumber: Data Primer, diolah


Gambar 21. Pemindahan Lokasi Dagang

b. Tukang Parkir
Sumber: Data Primer, diolah Responden yang berprofesi sebagai
Gambar 19. Alasan Pemanfaatan Trotoar Menurut tukang parkir berpendapat dalam hal
Tukang Parkir pindah lokasi parkir, 47% menjawab tidak
mau pindah lokasi parkir dan 53%
4. Pengetahuan Terhadap Peraturan dan Sanksi menjawab mau pindah lokasi parkir.
pemanfaatan Trotoar Dapat dilihat pada gambar 22.
Dalam hal pengetahuan terhadap sanksi dan
peraturan pemanfaatan trotoar baik
pedagang dan tukang parkir berpendapat 7%
tidak tahu terhadap sanksi tersebut dan 93%
mengetahui sanksi tersebut. Dapat dilihat
pada gambar 20.

Sumber: Data Primer, diolah


Gambar 22. Pemindahan Lokasi Parkir

Sumber: Data Primer, diolah 6. Pembayaran Uang Keamanan


Gambar 20. Pengetahuan Terhadap Sanksi dan Dalam hal pembayaran uang keamanan,
Peraturan Pemanfaatan Trotoar baik responden yang berprofesi sebagai
tukang parkir maupun pedagang
5. Pemindahan Lokasi menyatakan bahwa 13% menyatakan bahwa
a. Pedagang mereka tidak membayar, dan 87%
responden lainnya menyatakan bahwa
Responden yang berprofesi sebagai
mereka membayar.
pedagang berpendapat dalam hal pindah

674 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 11, November 2014
2. Analisis Pemanfaatan Trotoar
Dari data yang didapat, dihasilkan bahwa
pemanfaatan trotoar di 4 ruas jalan kota
Bandung masih dapat dikatakan belum
sesuai dengan standar pemanfaatan trotoar
pada umumnya. Hal itu dikarenakan
banyaknya permintaan dari para pengendara
motor untuk menjadikan trotoar sebagai laha
parkir, hal ini disebabkan tarif parkir di
kawasan bisnis tersebut masih dirasakan
Sumber: Data Primer, diolah cukup mahal dibandingkan dengan tarif
Gambar 23. Pembayaran Uang Keamanan parkir di trotoar. Untuk pedagang di trotoar
mereka beralasan karena tempat berdagang
Berdasarkan hasil penelitian di lokasi studi mereka di trotoar dekat dengan pembeli,
terkait dengan kondisi eksisiting trotoar di kota sehingga dikhawatirkan jika mereka pindah
Bandung dan kondisi eksisting pemanfaatan ke tempat lain maka tidak akan ada pembeli.
trotoar adalah sebagai berikut:
Alasan para pengelola parkir dan pedagang
1. Analisis Kondisi eksisting trotoar kota untuk memanfaatkan trotoar sebagai lahan
Bandung usaha mereka juga dibarengi dengan
Rumus perencanaan lebar trotoar,: kewajiban mereka untuk membayar iuran
kepada oknum aparat, walaupun mereka
P mengetahui peraturan yang berlaku tetapi
W   1 .5 mereka sudah merasa nyaman untuk
3 .5
berusaha di lahan trotoar tersebut.
Ket : W = Lebar Trotoar
Melihat kenyataan di atas, maka perlu
P = Jumlah orang yang melewati trotoar (Orang/ dilakukan kerjasama antara instansi terkait
Menit/Meter) dalam hal ini, Pemkot Bandung, Dinas
Berdasarkan rumus diatas dapat dihitung Perhubungan, Dinas PU, dan pengelola CBD
apakah lebar trotoar di Kota Bandung sudah untuk melakukan sosialisasi dengan para
sesuai dengan standar. Dapat dilihat pada pengguna lahan trotoar dan menyediakan
tabel 4. lahan yang nyaman, aman, dan tertib
sehingga para pedagang dan tukang parkir
Dari tabel 4 dapat dikatakan bahwa lebar trotoar
tersebut mempunyai keinginan untuk pindah
di 4 ruas jalan di Kota Bandung, masih dikatakan
lokasi usaha. Selain itu untuk prasarana
belum sesuai dengan standar pedoman
seperti lampu penerangan, rambu-rambu,
perencanaan trotoar.

Tabel 4. Kesesuaian Lebar Eksisting Trotoar dengan Standar


Jumlah Standar
Lebar Eksisting Sesuai/Tidak
Nama Jalan Pejalan Kaki Lebar Trotoar
No Trotoar Sesuai
P
Permenit W   1.5
3 .5

Asia Afrika 4m 15 orang 5,7 m Tidak sesuai


1
Bra ga 2,5 m 10 orang 4,3 m Tidak sesuai
2
Dago 2,9 m 15 orang 5,7 m Tidak sesuai
3
Merdeka 1,6 m 15 orang 5,7 m Tidak sesuai
4
Sumber: Data Primer, Diolah

Evaluasi Pemenuhan Standar Trotoar di Central Business District (Studi Kasus Kota Bandung), Evy Fitriani 675
dan penghijauan harus diperhatikan agar DAFTAR PUSTAKA
para pengguna trotoar khususnya pejalan Alonso, W.1964. location and Use toward A Gen-
kaki dan penyandang cacat menjadi lebih eral theory of Lanf Rent. Harvard University
nyaman dan aman dalam memanfaatkan Press. Cambridge, Massachusetts.
trotoar sebagai sarana mobilisasi mereka. Burgess, e.w., 1925. The Growth of the city, in R.E.
Park:E.W.Burgess and R.D.McKenzie (eds), the
KESIMPULAN City, Universitas of chicago Press, Chicago.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Daniswor, Muhammad, 1991. Perancangan Urban,
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat Perancangan Arsitek. Diktat Kuliah
diambil dari penelitian ini adalah sebagai Bandung:Pasca Sarjana ITB
berikut: Darmawan, Edy, 2003. Teori dan Kajian Ruang
Pemanfaatan trotoar di Kota Bandung belum Publik Kota. Semarang: Badan Penerbit Uni-
sepenuhnya memenuhi standar pedoman yang versitas Diponegoro
telah di tetapkan, masih terdapat trotoar yang Griffin, E.,& Ford, L, 1980. A model of Latin Ameri-
kondisinya jauh dari layak. can sity structure, Geographical Review
Prasarana yang terdapat di trotoar masih belum Harris, C.D. and Ullman, E.L.,1945. The Naturs
menunjang kenyamanan pejalan kaki. of Cities, in the Ann. Am. Acad. Pol. Sci.
7,p.242
Masih terdapat oknum-oknum yang
memanfaatkan trotoar untuk bisnis pribadi, Hoyt, Homer, 1939. The Structure and Growth of
seperti memungut bayaran dari para pedagang. Residential Neighborhoods in American Cities.
Washington, DC., U.S. Federal Housing Ad-
ministration
SARAN
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, 1996. Jakarta: Balai Pustaka 3685
maka saran yang diberikan oleh penulis kepada
Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang
instansi terkait dalam hal ini Pemerintah Kota
Lalulintas dan Angkutan Jalan;
Bandung adalah sebagai berikut:
Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 tentang
Pemerintah Daerah Kota Bandung harus terlebih penyandang cacat;
dahulu menyediakan tempat yang layak untuk
Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang
para pedagang di trotoar. Melakukan sosialisasi
Bangunan Gedung;
kepada para pedagang dan tukang parkir
tentang pemanfaatan trotoar. Undang-undang No 38 Tahun 2004 tentang jalan;
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Memberikan sanksi kepada para pedagang yang
penataan ruang;
melakukan aktivitas di trotoar. Memberikan
sanksi tegas kepada oknum-oknum aparat yang Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/
memungut bayaran kepada para pedagang dan PRT/M/2006 tentang pedoman teknis fasilitas
tukang parkir dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan
lingkungan;
UCAPAN TERIMA KASIH Washington State Departement of Transportation,
Pedestrian Facilities Guidebook. Washington: Otak.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
Widodo, erna dan Mukhtar, 2000. Konstruksi
terima kasih kepada Kepala Puslitbang
Kearah Penelitian Deskriptif., Yogyakarta:
Perhubungan Darat, sebagai pengarah dan
Avyrouz.
Bapak Ir. Mutharudin, M.MTr, sebagai
Pembimbing, serta kepada semua pihak yang Yunus, Hadi S., 2000. Struktur Tata Ruang Kota,
telah banyak membantu dalam penulisan Pustaka Pelajar Offset Yogyakarta
penelitian ini. Vergel, 1955. Urban Soctology,109 New York

676 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 11, November 2014

Anda mungkin juga menyukai