Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Perancangan Kota
Perancangan Kota merupakan suatu proses dan produk hasil rancangan yang
berfungsi sebagai alat untuk mewujudkan suatu lingkungan binaan yang berkualitas. Adapun
perancangan digunakan juga untuk mengelola perkembangan dan pertumbuhan suatu kota
serta perubahan sikap, trend, maupun gaya hidup masyarakat yang dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor.
Perancangan kota biasanya dilakukan untuk meminimalkan ataupun mencegah
permasalahan yang biasanya timbul di suatu kota. Untuk mewujudkan suatu kota yang
membentuk kesatuan sistem organisasi, maka dibutuhkan suatu proses perencanaan maupun
perancangan yang terpadu. Sebuah kota tidak cukup hanya direncanakan tanpa dirancang.
Karena walau bagaimana juga perancangan kota merupakan jembatan antara perencanaan
kota yang bersifat dua dimensi dengan perancanagan arsitektural.
2.2 Elemen Perancangan Kota
2.2.1 Tata Guna Lahan ( Land Use)
Pada prinsipnya land use adalah pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan
pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga secara umum dapat
memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah pada suatu kawasan tersebut
seharusnya berfungsi. Land use bermanfaat untuk pengembangan sekaligus pengendalian
investasi pembangunan. Pada skala makro, land use lebih bersifat multifungsi / mixed use.
Beberapa keuntungan dan kelemahan dalam penataan land use menggunakan pendekatan
fungsional adalah :
a. Menjamin keamanan dan kenyamanan atas dampak negatif karena saling pengaruh
antar zona.
b. Pengelompokan kegiatan, fungsi dan karakter tertentu pada tiap zona yang terpisah
mempermudah penataan dan perencanaan land use mikro (horizontal maupun
vertikal).
c. Memudahkan implementasi dan kontrol.
d. Terpisahnya masing-masing zona menjadikan jarak antar berbagai kegiatan jauh,
dibu-tuhkan sarana transportasi yang lebih memadai untuk mengantisipasi terjadinya
kepadatan lalu - lintas yang tinggi pada jam-jam berangkat-pulang kerja.
e. Terjadi kesenjangan keramahan kawasan, memunculkan perbedaan yang tinggi pada
harga lahan.
f. Kepadatan zona tidak seimbang, pemanfaatan lahan tidak optimal.
2.2.2 Bentuk Dan Massa Bangunan (Building Form And Massing)
Bentuk dan masa bangunan tidak semata - mata ditentukan oleh ketinggian atau
besarnya bangunan, penampilan maupun konfigurasi dari masa bangunannya, akan tetapi
ditentukan juga oleh :
a. Besaran Bangunan
b. Intensitas bangunan : BCR dan FAR.
c. Ketinggian bangunan.
d. Sempadan Bangunan
e. Ragam – Fasade
f. Skala
g. Material
h. Tekstur, dan
i. warna
2.2.3 Sirkulasi dan Parkir (Circulation And Parking )
Masalah sirkulasi kota merupakan persoalan yang membutuhkan pemikiran mendasar,
antara prasarana jalan yang tersedia, bentuk struktur kota, fasilitas pelayanan umum dan
jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat. Diperlukan suatu manajemen
transportasi yang menyeluruh terkait dengan aspek-aspek tersebut.
Disebagian besar negara maju sudah dicanangkan atau digencarkan penggunaan moda
transportasi umum (mass transport) dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Selain
penghematan BBM. Langkah ini akan membantu pengurangan pencemaran udara kota
berupa partikel beracun (CO2 misalnya) maupun kebisingan dan bahaya lalu lintas lainnya.
Kebijakan ini mengarah terciptanya suatu lingkungan kota menuju kondisi minimalis
transportasi (zero transportation).
Selain kebutuhan ruang untuk bergerak, moda transport juga membutuhkan tempat
untuk berhenti (parkir).Kebutuhan parkir semakin meingkat terutama di pusat-pusat kegiatan
kota (CBD). Sarana pergerakan, atau sirkulasi, merupakan media bagi manusia dalam
melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karenanya, keberadaan sarana
pergerakan pada suatu ruang kota-jalur jalan dan system pergerakan tidak terlepas dari tata
bangunan dan ruang ruang terbuka, serta kondisi masyarakatnya.
Elemen sirkulasi dalam urban design merupakan alat yang sangat menentukan
struktur lingkungan urban, karena dapat membentuk, mengarahkan dan mengontrol pola
aktivitas dalam kota. Teknik perancangannnya meliputi tiga prinsip utama:
a. Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka visual yang positif
b. Jalan harus mampu memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat
lingkungan tersebut terbaca secara informatif.
c. Sektor publik dan privat harus membina hubungan untuk mencapai sasaran ini.
A. Pola, Struktur dan Perlengkapan Jalan
A. Secara garis besar pola jaringan jalan terdiri dari Pola Papan Catur, Radial, Lingkaran,
dan Cul-desac
B. Struktur jalan terdiri dari :
i. Badan Jalan ( daerah sirkulasi kendaraan )
ii. Bahu Jalan ( daerah sirkulasi pejalan kaki, tempat perlengkapan jalan, utilitas dan
penghijauan )
C. Perlengkapan jalan terdiri dari :
i. Penerangan jalan
ii. Rambu lalu lintas
iii. Halte
iv. Telepon Umum
v. Bangku-bangku
vi. Tanaman
vii. Papan Reklame

B. Aspek Lalu Lintas


Kelancaran, keamanan dan kenyamanan suatu jalur jalan sangat ditentukan oleh kondisi lalu
lintas yang menyangkut :
a. Rambu rambu lain
b. Arah lalu lintas
c. Kecepatan lalu lintas
d. Kepadatan lalu lintas
e. Jenis moda angkutan
f. Kondisi jalan
g. Perparkiran
h. Perparkiran
Perparkiran merupakan unsur pendukung system sirkulasi kota, yang menentukan hidup tid-
aknya suatu kawasan ( kawasan komersial, kawasan pusat kota, dll ). Perencanaan tempat
parkir menurut Irvine ( Shirvani, 1981 ), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Keberadaan strukturnya tidak mengganggu aktifitas di sekitarnya, mendukung
kegiatan street level dan menambah kualitas visual lingkungan
b. Pendekataan program penggunaan berganda ( time sharing )
c. Pengadaan tempat parkir khusus bagi suatu perusahaan atau instansi yang sebagian
besar karyawannya berkendaraan.
d. Parkir progresif (semakin lama parkira, semakin mahal pula biaya parker)
Lokasi kantong parkir seyoganya ditempatkan pada jarak jangkau yang layak bagi para pe-
jalan kaki. Sistem perletakan parkir diharapkan dapat secara maksimal mempersingkat jarak
jalan kaki menuju jalur pedestrian.
Masalah perpakiran memiliki dua pengaruh langsung terhadap kualitas lingkungan yaitu:
a. Kelangsungan hidup aktivitas komersial.
b. Dampak visual terhadap bentuk fisik kota.
Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam setiap agenda urban design adalah akses
terhadap daerah milik pribadi dan area parkir. Penyediaan area parkir yang memadai dengan
dampak visual terkecil sangat penting dalam keberhasilan urban design. Beberapa cara
mengatasinya adalah:
a. Penyediaan lokasi parkir disuatu area yang secara struktur tidak didesain untuk
penyediaan area parkir. Dalam hal ini perlu adanya regulasi yang menetapkan
keharusan untuk merencanakan area parkir dalam bagian dari perencanaan struktur
yang baru.
b. Multiple use program, yaitu memaksimalkan penggunaan parkir yang telah ada
dengan cara membuat program yang memungkinkan berbagai penggunaan dan
menarik orang-orang berbeda pada saat yang berlainan.
c. Packege plan parking yaitu sebuah bisnis besar atau beberapa bisnis dapat bergabung
untuk membentuk districts perparkiran atau menyediakan beberapa blok terpisah
untuk area parkir sepanjang hari.
d. Urban edge parking yaitu area parkir yang dibuat di tepi suatu wilayah kota.
Prinsip utama dalam mendesain jaringan transportasi (jalan raya) sebagai bagian urban space
adalah adalah bahwa jalan seharusnya didesain menjadi ruang terbuka yang memiliki
pemandangan yang lebih baik antara lain :
a. Bersih dan elemen lansekap yang menarik.
b. Persyaratan ketinggian dan garis sempadan bangunan yang berdekatan dengan jalan.
c. Pengaturan parkir dipinggir jalan dan tanaman yang berfungsi sebagai penyekat jalan.
d. Meningkatkan lingkungan alami yang terlihat dari jalan.
2.2.4 Ruang Terbuka ( Open Space )
Ruang terbuka bisa menyangkut lansekap; elemen keras (hardscape yang meliputi :
jalan, trotoar dsb) serta elemen lunak (softscape) berupa taman dan ruang rekreasi dikawasan
kota. Elemen-elemen terbuka juga menyangkut lapangan hijau, ruang hijau kota, pohon-
pohonan, pagar, tanam-tanaman air, penerangan, paving, kios-kios, tempat-tempat sampah,
air minum, sculpture, jam dsb.
2.2.5 Area Pedestrian ( Pedestrian area )
Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap kendaraan
dikawasan pusat kota, mempertinggi kualitas lingkungan melalui sistem perancangan yang
manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang kaki limayang lebih banyak dan akhirnya akan
membantu kualitas udara di kawasan tersebut.
2.2.6 Penanda atau Tanda-tanda ( signage )
Tanda- tanda petunjuk jalan, arah kesuatu kawasan tertentu pada jalan tol atau di jalan
kawasan pusat kotasemakin membuat semarak atmosfir lingkungan kotatersebut. Peraturan
yang mengatur tentang tanda-tanda tersebut sebagian kota Indonesia masih belum
sepenuhnya diatur hingga pada masalah teknis. Akibatnya perkembangan papan-papan
reklame terutama, mengalami persaingan yang berlebihan,baik dalam penempatan titik-
titiknya, dimensi atau ukuran billboardnya, kecocokan bentuk, dan pengaruh visual terhadap
lingkungan kota.
Rambu-rambu yang terdesain dengan baik turut mendukung karakter dari penampilan
gedung sekaligus menghidupkan jalanan, selain memberikan informasi barang dan jasa bisnis
pribadi (Long Beach dalam Arifiani, 2001).
2.2.7 Aktivitas Pendukung ( activity support )
Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang
mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan
yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan lahan dan
kegiatan-kegiatannya. Pendukung kegiatan tidak hanya menyediakan jalan, pedestrian atau
plaza, tetapi juga harus mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen
kota yang dapat meng-gerakkan aktivitas, misalnya : pusat perbelanjaan, taman rekreasi,
pusat perkantoran, per-pustakaan, area PKL, dsb. Bentuk, lokasi dan karakter area spesifik
akan menarik fungsi, penggunaan dan aktivitas yang spesifik pula, sehingga suatu aktivitas
cenderung berlokasi ditempat yang paling sesuai dengannya.
2.2.8 Preservasi ( Preservation ) - Pelestarian
Menjaga dan melestarikan bangunan kuno dari kerusakan, pembongkaran dan
perubahan apapun. Dalam preservasi tidak boleh mengganti elemen aslinya dengan lainnya.
Sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 13/PRT/M/2011 tentang Tata Cara
Pemeliharaan dan Penilikan Jalan, preservasi/pemeliharaan jalan adalah kegiatan penanganan
jalan, berupa pencegahan, perawatan, dan perbaikan yang diperlukan untuk mempertahankan
kondisi jalan agar tetap berfungsi secara optimal melayani lalu lintas sehingga umur rencana
yang ditetapkan dapat tercapai. Preservasi jalan dilakukan untuk menjaga kondisi jalan dalam
pelayanan standar dan mantap. Kegiatan preservasi jalan terdiri dari pemeliharaan rutin,
pemeliharaan berkala, rehabilitasi, dan rekonstruksi jalan dan bangunan pelengkap jalan.
Berkaitan dengan istilah Long Segment, Long Segment merupakan kegiatan
preservasi jalan dalam batasan satu panjang segmen yang menerus (bisa lebih dari satu ruas)
yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi jalan yang seragam yaitu jalan
mantap dan standar sepanjang segmen. Long Segment mulai diterapkan di tahun anggaran
2016 untuk pemaketan penanganan preservasi ruas jalan nasional. Ruang lingkup pekerjaan
Long Segment terdiri dari pelebaran jalan (menuju standar), rekonstruksi jalan, rehabilitasi
jalan, pemeliharaan preventif jalan, pemeliharaan rutin jalan, dan pemeliharaan rutin
jembatan. Kegiatan Long Segment ini dilakukan sesuai dengan Surat Edaran Direktur
Jenderal Bina Marga No.09/SE/Db/2015 tentang Standar Dokumen Pengadaan Pekerjaan
Preservasi Jalan untuk Pemaketan Secara Long Segment.
Skema Long Segment adalah membagi panjang jalan nasional dalam segment panjang
50 km – 150 km dengan memperhatikan rentang kendali PPK sebagai manajer ruas.
Pengecualian untuk panjang Long Segment < 50 km adalah :
1. Jalan nasional dalam pulau maka Long Segment dapat dibuat sesuai dengan panjang
jalan yang ada.
2. Segmen terdapat di dalam Kota Metropolitan / Kota Besar (jalan terdiri dari 4 lajur)
dapat dibuat sesuai dengan panjang jalan yang ada.
Segmen terdapat di tengah-tengah pekerjaan dengan kriteria tidak dapat dimasukan dalam
Long-Segment dan tidak ada Long-Segment lain pada lokasi yang berdekatan.
Kriteria segmen ruas jalan tidak dapat dimasukkan ke dalam skema Long Segment
adalah segmen ruas jalan yang sudah committed dikerjakan dengan skema MYC, dana SBSN
dan Loan, atau segmen ruas jalan dengan jenis pekerjaan masuk pada penanganan longsoran,
pekerjaan jembatan (kecuali pemeliharaan rutin) / pembangunan jalan (output non
preservasi). Pekerjaan jembatan atau pelebaran kategori penambahan lajur dapat dimasukkan
ke dalam Long Segment jika panjang penanganannya pendek (jembatan < 6 meter). Long
Segment harus dijaga tetap menerus (tidak terputus kecuali pada kondisi tertentu).
Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait Long Segment antara lain:
1. Untuk penanganan preservasi yang tidak memenuhi kriteria tersebut maka
pelaksanaan pengadaan pekerjaan efektif dan pemeliharaan rutin dapat dipisahkan dan
dilaksanakan secara kontraktual (konvensional) atau swakelola.
2. Penanganan Preservasi secara swakelola harus sudah memperhitungkan kapasitas
sumber daya yang dimiliki antara lain peralatan kerja, tenaga kerja dan penyedia
bahan jalan.
3. Total dari panjang penanganan jalan dengan skema Long Segment dan penanganan
yang masuk kriteria tidak dapat masuk dalam Long Segment harus sama dengan
panjang jalan dalam SK jalan nasional (tidak ada jalan yang tidak tertangani kecuali
untuk kondisi tertentu).
4. Ruas-ruas yang berada didalam atau dekat ibukota provinsi diharapkan masuk
kedalam pemaketan Long Segment dilaksanakan secara kontraktual oleh SKPD.
Penanganan Preservasi dengan Skema Long Segment tahun Anggaran 2017 yang
dilaksanakan dengan kontraktual agar memperhatikan besaran pekerjaan efektif dan
dilaksakan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jika volume penanganan efektif membutuhkan periode pelaksanaan 6 – 8 bulan,
penanganan preservasi dilaksanakan dengan kontrak tahun tunggal (single year)
2. Jika volume penanganan efektif membutuhkan periode pelaksanaan 9 bulan atau
lebih, penanganan preservasi dilaksanakan dengan kontrak tahun jamak (multi years),
sudah memperhitungkan masa pemeliharaan kinerja paska efektif sekurang-
kurangnya selama 4 bulan, dengan masa kontrak dibuat berakhir pada akhir tahun
anggaran (bulan Desember).
Pada pelaksanaan Long Segment, terdapat indikator kinerja yang harus dipenuhi sesuai
dengan Spesifikasi Khusus Skh-1.10.a tentang Pemeliharaan Kinerja Jalan dan Spesifikasi
Khusus Skh.1.10.2 tentang Pemeliharaan Rutin Kinerja Jembatan. Objek yang menjadi
indikator kinerja pemeliharaan jalan meliputi 4 komponen jalan yaitu perkerasan, bahu,
drainase, dan perlengkapan jalan; sedangkan objek yang menjadi indikator kinerja
pemeliharaan jembatan meliputi 4 komponen jembatan yaitu bangunan atas, bangunan
bawah, bangunan pelengkap jembatan, dan Daerah Aliran Sungai.
Pemenuhan indikator kinerja jalan dan dan jembatan dimulai paling lambat 90 hari sejak
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan oleh PPK dan dilaksanakan selama masa
pelaksanaan pekerjaan sampai dengan PHO melalui Inspeksi Harian, Laporan Mingguan
Penyedia, dan Inspeksi Formal pada setiap segmen penilaian sepanjang 100 m bagian jalan
dengan mencantumkan batas waktu tanggap perbaikannya. Jika dalam batas waktu tanggap
penanganan Penyedia belum dapat memperbaiki penyebab kegagalan pemenuhan Indikator
Kinerja, maka Penyedia akan dikenakan sanksi finansial pemotongan pembayaran akibat
keterlambatan pemenuhan tersebut.
2.3 Citra Kota

Elemen Pembentuk Citra Kota Menurut Kevin Lynch


Salah satu aspek kuat yang dapat menjadi branding suatu kota adalah citra kota yang
merupakan suatu gambaran khas yang melekat pada kota yang dapat menciptakan
representasi kota bagi penduduk maupun pengunjung.
Citra kota pada umumnya dipengaruhi oleh aspek fisik kota tersebut. Dalam
bukunya Image of The City, Kevin Lynch mengungkapkan ada elemen pembentuk image
kota secara fisik, yaitu : path (jalur), edge (tepian), districk (kawasan), nodes (simpul), dan
landmark (penanda). Kelima elemen ini dirasa dapat mewakili cita rasa dari suatu kawasan
dan memberikan citra yang kuat terhadap kota. Kelima elemen ini digunakan untuk
membentuk mental map (peta mental) yang digunakan untuk memudahkan mengingat atau
merekam elemen-elemen fisik dalam suatu kota.
A. Elemen Path (Jalan/Jejalur)
Path adalah jalur-jalur dimana pengamat biasanya bergerak dan
melaluinya. Path dapat berupa jalan raya, trotoar, jalur transit, canal, jalur kereta api. Bagi
banyak orang, ini adalah elemen dominan dalam gambaran mereka. Orang mengamati kota
sambil bergerak melaluinya, dan sepanjang path elemen-elemen lingkungan lain diatur dan
berhubungan.
Path (jalan) secara mudah dapat dikenali karena merupakan koridor linier yang dapat
dirasakan oleh manusia pada saat berjalan mengamati kota. Struktur ini bisa berupa gang-
gang utama, jalan transit, jalan mobil/ kendaraan, pedestrian, sungai, atau rel kereta api.
Untuk kebanyakan orang, jalan adalah elemen kota yang paling mudah dikenali, karena
semua manusia menikmati kota pada saat dia berjalan. Jadi didalam elemen ini mengandung
pengertian jalur transportasi linier yang dapat dirasakan manusia.
Path adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Kevin Lynch menemukan
dalam risetnya bahwa jika identitas elemen ini tidak jelas, maka kebanyakan orang
meragukan citra kota secara keseluruhan. Path merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya
digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum. Path mempunyai identitas yang
lebih baik kalau memiliki tujuan besar (misalnya ke stasiun, tugu, alun-alun, dan lain-lain),
serta ada penampakan yang kuat (misalnya fasad, pohon, dan lain-lain), atau ada belokan
yang jelas.
Orang yang mengetahui kota dengan lebih baik, biasanya telah menguasai bagian dari
struktur jalan; orang-orang ini berpikir jauh dalam kaitannya dengan jalan-jalan tertentu dan
saling berhubungan. Mereka mengetahui kota dengan paling baik dengan mengandalkan
pada landmark kecil dan kurang tergantung pada wilayah atau pith (pusat).
Kualitas ruang mampu menguatkan citra jalan-jalan khusus, dengan cara yang sangat
sederhana yang dapat menarik perhatian, dengan pengaturan kelebaran atau kesempitan jalan-
jalan. Kualitas ruang kelebaran dan kesempitan mengambil bagian kepentingan mereka dari
kaitan umum jalan-jalan utama dengan kelebaran dan jalan-jalan pinggir dengan kesempitan.
Selain itu karakteristik facade khusus juga penting untuk identitas path, dengan menonjolkan
sebagian karena facade-facade bangunan yang membatasinya. Juga dengan pengaturan
tekstur trotoar dan pengaturan tanaman dapat menguatkan gambaran path dengan sangat
efektif.

B. Elemen Edges (Tepian)


Edges adalah elemen linear yang tidak digunakan atau dipertimbangkan sebagai path
oleh pengamat. Edges adalah batas-batas antara dua wilayah, sela-sela linier dalam
kontinuitas: pantai, potongan jalur kereta api, tepian bangunan, dinding.
Edges juga merupakan elemen linier yang dikenali manusia pada saat dia berjalan,
tapi bukan merupakan jalur/paths. Batas bisa berupa pantai, dinding, deretan bangunan, atau
jajaran pohon/ lansekap. Batas juga bisa berupa barrier antara dua kawasan yang berbeda,
seperti pagar, tembok, atau sungai. Fungsi dari elemen ini adalah untuk memberikan batasan
terhadap suatu area kota dalam menjaga privasi dan identitas kawasan, meskipun pemahaman
elemen ini tidak semudah memahami paths.
Lake Michigan. Contoh edge yang dapat dilihat pada skala besar yang mengeskpos
Metropolis untuk dilihat. Bangunan-bangunan besar, taman, dan pantai-pantai privat kecil
semua mengarah pada edge air, yang dapat diakses dan dilihat bagi semua.
Edges berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus
linear. Edges merupakan penghalang walaupun kadang-kadang ada tempat untuk masuk.
Juga merupakan pengakhiran dari sebuah district yang lebih baik jika kontinuitas tampak
jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas; membagi atau menyatukan.
Edges sering merupakan path juga. Jika pengamat tidak berhenti bergerak pada path,
maka image sirkulasi nampak merupakan gambaran yang dominan. Unsur ini biasanya
digambarkan sebagai path, yang dikuatkan oleh karakteristik-karakteristik perbatasan.

C. Elemen District (Distrik)


Distrik (district) adalah kawasan kota yang bersifat dua dimensi dengan skala kota
menengah sampai luas, dimana manusia merasakan ’masuk’ dan ’keluar’ dari kawasan yang
berkarakter beda secara umum. Karakter ini dapat dirasakan dari dalam kawasan tersebut dan
dapat dirasakan juga dari luar kawasan jika dibandingkan dengan kawasan dimana si
pengamat berada.
Elemen ini adalah elemen kota yang paling mudah dikenali setelah jalur/paths,
meskipun dalam pemahaman tiap individu bisa berbeda. Districts merupakan wilayah yang
memiliki kesamaan (homogen). Kesamaan tadi bisa berupa kesamaan karakter/ciri bangunan
secara fisik, fungsi wilayah, latar belakang sejarah dan sebagainya.
Sebuah kawasan district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola, wujudnya) dan khas
pula dalam batasnya, dimana orang merasa harus mengakhiri atau
memulainya. District dalam kota dapat dilihat sebagai referensi interior maupun eksterior.
Distrik mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya
dan dapat dilihat homogen, serta fungsi dan posisinya jelas (introvert/ekstrovert atau berdiri
sendiri atau dikaitkan dengan yang lain).
Karakteristik-karakteristik fisik yang menentukan district adalah kontinuitas tematik
yang terdiri dari berbagai komponen yang tidak ada ujungnya: yaitu tekstur, ruang, bentuk,
detail, simbol, jenis bangunan, penggunaan, aktivitas, penghuni, tingkat pemeliharaan,
topografi. Di sebuah kota yang dibangun dengan padat, homogenitas facade merupakan
petunjuk dasar dalam mengidentifikasi district besar. Petunjuk tersebut tidak hanya petunjuk
visual: kebisingan dan ketidakteraturan bisa dijadikan sebagai petunjuk. Nama-
nama district juga membantu memberikan identitas, juga distrik-distrik etnik dari kota
tersebut.

D. Elemen Nodes (Simpul)


Nodes adalah titik-titik, spot-spot strategis dalam sebuah kota dimana pengamat bisa
masuk, dan yang merupakan fokus untuk ke dan dari mana dia berjalan. Nodes bisa
merupakan persimpangan jalan, tempat break (berhenti sejenak) dari jalur, persilangan atau
pertemuan path, ruang terbuka atau titik perbedaan dari suatu bangunan ke bangunan lain.
Elemen ini juga berhubungan erat dengan elemen district, karena simpul-simpul kota yang
kuat akan menandai karakter suatu district. Untuk beberapa kasus, nodes bisa juga ditandai
dengan adanya elemen fisik yang kuat. Nodes menjadi suatu tempat yang cukup strategis,
karena bersifat sebagai tempat bertemunya beberapa kegiatan/aktifitas yang membentuk
suatu ruang dalam kota.
Setiap nodes dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda, tergantung dengan pola
aktifitas yang terjadi didalamnya. Nodes merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis
dimana arah atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitasnya lain,
misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota secara
keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square, dan sebagainya. Tidak setiap
persimpangan jalan adalah sebuah nodes, yang
Menentukan adalah citra place terhadapnya. Nodes adalah satu tempat dimana orang
mempunyai perasaan ‘masuk’ dan ’keluar’ dalam tempat yang sama. Nodes mempunyai
identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki bentuk yang jelas (karena lebih mudah
diingat), serta tampilan berbeda dari lingkungannya (fungsi, bentuk).
Persimpangan jalan atau tempat berhenti sejenak dalam perjalanan sangat penting
bagi pengamat kota. Karena keputusan harus dibuat dipersimpangan jalan-persimpangan
jalan, masyarakat meningkatkan perhatian mereka ditempat-tempat tersebut dan melihat
unsur-unsur terdekat dengan lebih jelas. Kecenderungan ini dikonfirmasi dengan begitu
berulang kali sehingga unsur-unsur yang berada pada persimpangan otomatis dapat
diasumsikan mengambil kelebihan khusus dari lokasinya. Pentingnya persepsi lokasi tersebut
menunjukkan cara lain juga, ketika masyarakat ditanya dimana kebiasaan mereka pertama
kali di kota, banyak yang memilih titik perhentian transportasi sebagai tempat kunci.
Stasiun-stasiun kereta utama adalah hampir selalu menjadi node-node kota penting,
sama halnya bandara udara. Dalam teori, persimpangan jalan biasa adalah node-node, tetapi
umumnya mereka tidak mempunyai cukup keunggulan untuk dibayangkan lebih dari sekedar
simpang empat, karena tidak dapat memuat banyak pusat nodes.
Boston mempunyai sangat banyak contoh, diantaranya adalah sudut Jordan-Filene dan
Louisburg Square. Sudut Jordan-Filene berfungsi sebagai persimpangan antara Washington
Street dan Summer Street, dan berkaitan dengan perhentian kereta api di bawah tanah tetapi
ia dikenal sebagai pusat dari pusat kota. Itulah sudut komersial “100%”, yang dilambangkan
sampai tingkat yang jarang terlihat di kota Amerika, tetapi sangat akrab dengan orang-orang
Amerika. Ini merupakan inti: fokus dan simbol wilayah yang penting.

E. Elemen Landmark (Penanda)


Landmark adalah titik-acuan dimana si pengamat tidak memasukinya, mereka adalah
di luar. Landmark biasanya merupakan benda fisik yang didefinisikan dengan sederhana
seperti: bangunan, tanda, toko, atau pegunungan. Beberapa landmark adalah landmark-
landmark jauh, dapat terlihat dari banyak sudut dan jarak, atas puncak-puncak dari elemen
yang lebih kecil, dan digunakan sebagai acuan orintasi.
Landmark-landmark lain adalah yang bersifat lokal, hanya bisa dilihat di tempat-
tempat yang terbatas dan dari jarak tertentu. ini adalah tanda-tanda yang tak terhitung, depan-
depan toko, pohon-pohon, gagang pintu, dan detail perkotaan lain, yang mengisi citra dari
sebagian besar pengamat. Mereka sering digunakan sebagai petunjuk identitas dan bahkan
struktur, dan diandalkan karena perjalanan menjadi semakin familiar.
Landmark adalah elemen fisik suatu kota sebagai referensi kota dimana pengamat
tidak dapat masuk kedalamnya, tetapi penanda bersifat eksternal terhadap pengamat.
Biasanya dikenali melalui bentuk fisik dominan dalam suatu kawasan kota seperti bangunan,
monumen, toko, atau gunung. Landmark sudah dikenali dalam jarak tertentu secara radial
dalam kawasan kota dan dapat dilihat dari berbagai sudut kota; tetapi ada
beberapa landmark yang hanya dikenali oleh kawasan tertentu pada jarak yang relatif
dekat. Landmark bisa terletak di dalam kota atau diluar kawasan kota (bedakan antara
gunung dan monumen). Elemen fisik yang bersifat bergerak/mobile juga dapat dijadikan
penanda, seperti matahari dan bulan. Pada skala yang lebih kecil, penanda yang lebih detail,
seperti facade sebuah toko, lampu jalanan, reklame juga bisa dijadikan penanda. Secara
umum, landmark merupakan suatu tanda dalam mengenali suatu kawasan.
Landmark merupakan titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk
didalamnya karena bisa dilihat dari luar letaknya. Landmark adalah elemen eksternal dan
merupakan bentuk visual yang menonjol dari kota. Beberapa landmark letaknya dekat,
sedangkan yang lainnya jauh sampai di luar kota. Beberapa landmark hanya mempunyai arti
di daerah kecil dan dapat dilihat hanya di daerah itu, sedangkan landmark lain mempunyai
arti untuk keseluruhan kota dan bisa dilihat dari mana-mana. Landmark adalah elemen
penting dari bentuk kota karena membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota
dan membantu orang mengenali suatu daerah. Landmark mempunyai identitas yang lebih
baik jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya, dan ada sekuens dari
beberapa landmark (merasa nyaman dalam orientasi), serta ada perbedaan skala masing-
masing.
Piazza San Marcodi Venesia. berdiri kontras dengan karakter umum kota yang
sempit, mengelilingi ruang yang berdekatan. Namun memiliki ikatan kuat dengan fitur utama
kota, dan memiliki bentuk untuk berorientasi yang menjelaskan arah dan dari mana seseorang
memasukinya. Hal ini sangat terstruktur dan berbeda. Ruang ini begitu khas, sehingga orang
yang belum pernah ke Venesia pun akan segera mengenalinya dari foto.
2.4 Figure Ground
2.4.1 Teori figure/ground
Teori-teori figure/ground di pahami dari tata kota sebagai hubungan tekstural antara
bentuk yang di bangun (building mass) dan ruang terbuka (open space).merupakan analisis
yang sangat baik untuk mengidentifikasikan sebuah tekstur dan pola-pola sebuah tata ruang
perkotaan, serta mengidentifikasikan masala keteraturan perkotaan
A. pola sebuah tempat
Kemampuan untuk menentukan pola-pola dapat membantu menangani masalah
mengenai ketepatan (constancy) dan perubahan (change) dalam perancangan kota serta
membantu menentukan pedoman-pedoman dasar untuk menentukan sebuah perancangan
lingkungan kota yang konkret sesuai tekstur konteksnya.
B. Fungi pengaturan
Untuk memahami bagaimanakah pikiran manusia bekerja karena pikiran manusia
menentukan suatu tatanan dunia dalam pikiran tradisional, dunia alam adalah kacau dan tidak
tertib (contoh: daerah hutan). Artinya manusia cendrung menggolongkan, mengatur dan
menghasilkan bagan-bagan kognitif misalnya permukiman-permukiman bangunan-
banguanan dan pertamanan.
C. Sistim pengaturan
Suatu lingkungan binaaan tidak dapat di rasakan tanpa adanya suatu bagan kognitif
yang mendasarinya.
Beberapa kehidupan dan kegiatan perkotaan secara arsitektural dapat di klasifikasikan dalam
tiga kelompok sebagai berikut:
 Susunan khawasan bersifat homogen yang jelas, dimana ada hanya satu pola
penataan.
 Susunan kawasan yang bersifat heterogen, dimana dua (atau lebih) pola berbenturan
 Susunan kawasan yang bersifat menyebar dengan kecenderungan kacau.

2.4.2 dua pandangan pokok terhadap pola kota


Di Sebuah wilayah yg besar seperti kota, muncul aktifitas-aktifitas sangat luas dan
bebeda. Semua aktivitas itu secara umum menggambarkan pilihan yang dibuat berdasarkan
seluruh kemungkinan alternative yang ada. Dengan demikian kawasan perkotaan tidak
mengesankan sebagai suayu bagian daerah yang luas, melainkan permukiman itu terorganisir
menurut prioritas-prioritas tertentu.
A. Organisasi lingkungan
Dengan kata lain, dapat di ungkapkan suatu prinsip dasar tentang bagaimana
lingkungan kota di organisasikan, Kenyataan ini menunjukan bahwa perancangan kota selalu
berhadapan dengan organisasi ruang yang bersifat fisik dan social.
B. Figure yang figurative
Pandangan pertama memperhatikan konfigurasi massa atau blok yang di lihat secara
figurative artinya, perhatian di berikan pada figure massanya. Kebanyakan orang, baik
perancang maupun masyarakat trtarik pada pandangan tersebut yang dapat di temukan di
dalam budaya tradisional, maupun modern. Misalkan pada masa kini kebanyakan kawasan
perkotaan seperti real estate atau daerah perdagangan juga mengekspresikan cara pandang
tersebut.

C. Ground yang figurative


Pandangan kedua mengutamakan konfigurasi ground (konfigurasi ruang tau void).
Artinya, konfigurasi ruang atau vloid dilihat sebagai suatu bentuk tersendiri. Dan sekali lagi
pandangan ini pun dapat di temukan di dalam budaya tradisional maupun budaya teknologi.
Secara teknis pandangan konfigurasi yang bersifat special telah lama di perkenalkan dan pada
saat ini secara umum sering di pakai di dalam perancangan perkotaan sejak gerakan
postmodernisme. Hal itu muncul karena sebuah kawasan kota atau sebuah gedung sebagai
sebuah nucleus (inti) kota sering menghadapi ketidakteraturan ekstern dalam lingkungannya.
Secara khusus ada teori desain yang di sebut sistim poche yang seringkali membantu
keberhasilan para perancang kota dalam tugas mencari kualitas baru tekstur figure/ground
sebuah khawasan kota yang belum jelas sebelumnnya.
D. Definisi system poche
Sistim poche dalam lingkungan kota di rumuskan sebagai berikut:
Sistim desain ini akan sangat membantu arsitek dan perancang kota dalam masalah
menemukan nucleus yang stabil sehingga mampu mengatur ketidakteraturan ekstern
lingkungan masing-masing
E. Pemakaian sistim poche dalam perancangan kota
Sistim poche sebenarnya tidak baru, melainkan sudah lama di kenal dan sering di
pakai perlu di perhatikan skala perkotaan dimana system ini dapat di pakai secara efektif.
Tekstur figure/ground perkotaan secara fungsional
Pada tahun 1748 giambatista nolli seorang arsitek italia, menemukan suatu cara
analitis arsitektural dengan menunjukan secara analitis semua massa dan ruang perkotaan
yang bersifat public (dan semipublic) ke dalam suatu gambaran figure/ground secara khusus
cara analisisnya sejak waktu itu di sebut dengan nolli plan dimana semua massa yang
bersifat public atau semipublic tidak lagi di ekspresikan sebagai massa (dengan warna hitam)
melainkan di golongkan bersama tkstur ruang dengan warna putih.
2.4.3 solid dan void sebagai elemen perkotaan
Seperti yang telah di katakan, system hubungan di dalam arsitektur figure/ground
mengenal dua kelompok elemen, yaitu solid dan void. Selanjutnya akan di kemukakan
elemen-elemen kedua kelompok tersebut. Ada tiga elemen dasar yang besifat solid serta
empat elemen dasar yang bersifat solid serta empat elemen dasar yang bersifat void.
Ke tiga elemen itu merupakan elemen konkrit karena dibangun secara fisik (dengan
bahan massa). Paling mudah untuk di perhatikan adalah elemen blok tunggal karena bersifat
individual. Akan tetapi elemen ini juga dapat di lihat sebagai bagian dari satu unit yang lebih
besar dimana elemen tersebut sering memiliki sifat yang penting (misalnya sebagai penentu
sudut, hirarki atau penyambung).
3 elemen solid diantaranya
 Blok tunggal (single block)
 Blok yang mendefinisi sisi (edge defining block)
 Blok medan (field block)
4 elemen void diantaranya
 System tertutup yang linear (linear closed system)
 System tertutup yang sentral (central closed system)
 System terbuka yang sentral (central open system)
 System terbuka yang linear (linear open system)
2.4.4 void dan solid sebagai unit perkotaan
Sering dipakai istilah untuk unit perkotaan adalah :
Di dalam kota keberadaan unit sangatlah penting, karena unit-unit berfungsi sebagai
kelompok banguanan bersama ruang terbuaka yang menegaskan kesatuan massa di kota
secara tekstural. Melelui kebersamaan tersebut, penataan kawasan akan tercapai lebih baik
kalau massa dan ruang di hubungkan dan di satukan sebagai suatu kelompok.
Pola dan dimensi unit-unit perkotaan
Oleh sebab itu, elemen-elemen solid/void tidak boleh di lihat terpisah satu dengan
yang lain, karena secara bersama-sama membentuk unit-unit perkotaan yang sering
menunjukan sebuah tekstur perkotaan di dalam dimensi yang lebih besar.
Artinya, setiap kawasan dapat di mengeri bagiannya melalui salah satu cara tekstur
tersebut. Namun, batas antara tekstur dan unit-unit perkotaan tidak selalu jelas di dalam
realitas, karena kawasan kota jarang bersifat homogen, melainkan memiliki keadaan yang
heterogen bahkan sering bersifat menyebar sehingga agak sulit.
2.4.5 Pola dan dimensi unit-unit perkotaan
Oleh karena itu elemen-elemen void/solid tidak boleh di lihatterpisah satu sama yang
lain, karena secara bersama-sama membentuk unit-unit perkotaan yang sering menunjukan
sebuah tekstur perkotaan di dalam dimensi yang lebih besar. Di bedakan enam pola kawasan
kota secara tekstural, yaitu grid, angular, kurvilinear, radial, kosentris, aksial,serta organis.
Namun batas antara tekstur dan unit-unit perkotaan tidak selalu jelas dalam realita karena
kawasan kota jarang bersifat homogen, melainkan heterogen, bahkan menyebar. Sehingga
agak sulit. Untuk mengatasi hal itu, dalam analisi perlu di perhatikan 3 variabel terstruktur
yakni tingkat keteraturan, tingkat keseimbangan,tingkat kepadatan.antara masa dan ruang
sehingga pengelompokan dapat di capai.

Anda mungkin juga menyukai