Anda di halaman 1dari 18

8 Elemen Perancangan Kota (Hamid Shirvani)

Setiap perancangan kota harus memperhatikan elemen-elemen perancangan yang ada


sehingga nantinya kota tersebut akan mempunyai karakteristik yang jelas. Menurut
Hamid Shirvani dalam bukunya “Urban Design Process”, terdapat delapan macam
elemen yang membentuk sebuah kota (terutama pusat kota), yakni Tata Guna
Lahan (Land Use), Bentuk dan Kelompok Bangunan (Building and Mass
Building), Ruang Terbuka (Open Space), Parkir dan Sirkulasi (Parking and
Circulation), Tanda-tanda (Signages), Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways),
Pendukung Kegiatan (Activity Support), dan Preservasi (Preservation).

TATA GUNA LAHAN (LAND USE)


Tata Guna Lahan merupakan rancangan dua dimensi berupa denah peruntukan lahan
sebuah kota. Ruang-ruang tiga dimensi (bangunan) akan dibangun di tempat-tempat
sesuai dengan fungsi bangunan tersebut. Sebagai contoh, di dalam sebuah kawasan
industri akan terdapat berbagai macam bangunan industri atau di dalam kawasan
perekonomian akan terdapat berbagai macam pertokoan atau pula di dalam kawasan
pemerintahan akan memiliki bangunan perkantoran pemerintah. Kebijaksanaan tata
guna lahan juga membentuk hubungan antara sirkulasi/parkir dan kepadatan
aktivitas/penggunaan individual.
Tata guna lahan aun-alun Kota Magelang
Terdapat perbedaan kapasitas (besaran) dan pengaturan dalam penataan ruang kota,
termasuk di dalamnya adalah aspek pencapaian, parkir, sistem transportasi yang ada,
dan kebutuhan untuk penggunaan lahan secara individual. Pada prinsipnya, pengertian
land use (tata guna lahan) adalah pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan
pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga dapat memberikan
gambaran keseluruhan bagaimana daerah-daerah pada suatu kawasan tersebut
seharusnya berfungsi. 

BENTUK DAN MASSA BANGUNAN (BUILDING FORM AND MASSING)


Building form and massing membahas mengenai bagaimana bentuk dan massa-massa
bangunan yang ada dapat membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar-
massa (banyak bangunan) yang ada. Pada penataan suatu kota, bentuk dan hubungan
antar-massa seperti ketinggian bangunan, jarak antar-bangunan, bentuk bangunan,
fasad bangunan, dan sebagainya harus diperhatikan sehingga ruang yang terbentuk
menjadi teratur, mempunyai garis langit - horizon (skyline) yang dinamis serta
menghindari adanya lost space (ruang tidak terpakai).
Building form and massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan penampilan
bangunan, yaitu : 
a. Ketinggian Bangunan 
Ketinggian bangunan berkaitan dengan jarak pandang manusia, baik yang berada
dalam bangunan maupun yang berada pada jalur pejalan kaki (luar bangunan).
Ketinggian bangunan pada suatu kawasan membentuk sebuah garis horizon (skyline).
Ketinggian bangunan di tiap fungsi ruang perkotaan akan berbeda, tergantung dari tata
guna lahan. Sebagai contoh, bangunan di sekitar bandara akan memiliki ketinggian
lebih rendah dibanding bangunan di kawasan perekonomian.
b. Kepejalan Bangunan 
Pengertian dari kepejalan adalah penampilan gedung dalam konteks kota. Kepejalan
suatu gedung ditentukan oleh perbandingan tinggi : luas : lebar : panjang, olahan
massa (desain bentuk), dan variasi penggunaan material. 
c. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 
Koefisien Lantai Bangunan adalah jumlah luas lantai bangunan berbanding luas tapak
(jika KLB=200%, maka di tapak seluas 100m2, dapat dibangun bangunan dengan luas
lantai 200m2 - lantai banyak). Koefisien Lantai Bangunan dipengaruhi oleh daya
dukung tanah, daya dukung lingkungan, nilai harga tanah, dan faktor-faktor khusus
tertentu sesuai dengan peraturan atau kepercayaan daerah setempat. 
d. Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage) 
Adalah luas tapak yang tertutup dibandingkan dengan luas tapak keseluruhan.
Koefisien Dasar Bangunan dimaksudkan untuk menyediakan area terbuka yang cukup
di kawasan perkotaan agar tidak keseluruhan tapak diisi dengan bangunan. Hal ini
dimaksudkan agar daur lingkungan tidak terhambat terhambat, terutama penyerapan air
ke dalam tanah. 
e. Garis Sempadan Bangunan (GSB) 
Garis Sempadan Bangunan merupakan jarak bangunan terhadap as jalan. Garis ini
sangat penting dalam mengatur keteraturan bangunan di tepi jalan kota. Selain itu juga
berfungsi sebagai jarak keselamatan pengguna jalan, terutama jika terjadi kecelakaan.
f. Langgam 
Langgam atau gaya dapat diartikan sebagai suatu kumpulan karakteristik bangunan
dimana struktur, kesatuan dan ekspresi digabungkan di dalam satu periode atau
wilayah tertentu. Peran dari langgam ini dalam skala urban jika direncanakan dengan
baik dapat menjadi guide line yang dapat menyatukan fragmen-fragmen dan bentuk
bangunan di kota. 
g. Skala 
Rasa akan skala dan perubahan-perubahan dalam ketinggian ruang atau bangunan
dapat memainkan peranan dalam menciptakan kontras visual yang dapat
membangkitkan daya hidup dan kedinamisan. 
h. Material 
Peran material berkenaan dengan komposisi visual dalam perancangan. Komposisi
yang dimaksud diwujudkan oleh hubungan antar elemen visual. 
i. Tekstur 
Dalam sebuah komposisi yang lebih besar (skala urban) sesuatu yang dilihat dari jarak
tertentu maka elemen yang lebih besar dapat menimbulkan efek-efek tekstur. 
j. Warna 
Dengan adanya warna (kepadatan warna, kejernihan warna), dapat memperluas
kemungkinan ragam komposisi yang dihasilkan.
Bentuk dan massa bangunan di Alun-alun Kota
Magelang
Menurut Spreegen (1965), prinsip dasar perancangan kota mensintesa berbagai hal
penting berkaitan bentuk dan massa bangunan, meliputi berbagai hal sebagai berikut : 
a. Skala, dalam hubungannya dengan sudut pandang manusia, sirkulasi, bangunan
disekitarnya dan ukuran kawasan.
a. Ruang kota, yang merupakan elemen dasar dalam perencanaan kota yang harus
memperhatikan bentuk (urban form), skala, sense of enclosure dan tipe urban space. 
b. Massa kota (urban mass), yang di dalamnya meliputi bangunan, permukaan tanah,
objek-objek yang membentuk ruang kota dan pola aktivitas. 

SIRKULASI DAN PARKIR (SIRCULATION AND PARKING) 


Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk
dan mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem
transportasi dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-tempat transit yang saling
berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu kegiatan). Sirkulasi di dalam kota
merupakan salah satu alat yang paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan
perkotaan karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas
dalam suatu kota. Selain itu sirkulasi dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat
aktivitas dan lain sebagainya. 
Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan yaitu pada
kegiatan komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada
beberapa daerah perkotaan. Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit memberi efek
visual yang merupakan suatu usaha yang sukses dalam perancangan kota.
Sirkulasi dan parkir kendaraan di jalan Pemuda, Magelang
Elemen ruang parkir memiliki dua efek langsung pada kualitas lingkungan, yaitu : 
a. Kelangsungan aktivitas komersial. 
b. Pengaruh visual yang penting pada bentuk fisik dan susunan kota. 
Dalam merencanakan tempat parkir yang benar, hendaknya memenuhi persyaratan : 
a. keberadaan strukturnya tidak mengganggu aktivitas di sekitar kawasan 
b. pendekatan program penggunaan berganda 
c. tempat parkir khusus 
d. tempat parkir di pinggiran kota 
Dalam perencanaan untuk jaringan sirkulasi dan parkir harus selalu memperhatikan : 
a. Jaringan jalan harus merupakan ruang terbuka yang mendukung citra kawasan dan
aktivitas pada kawasan. 
b. Jaringan jalan harus memberi orientasi pada penggunan dan membuat lingkungan
yang legible. 
c. Kerjasama dari sektor kepemilikan dan privat dan publik dalam mewujudkan tujuan
dari kawasan. 

RUANG TERBUKA (OPEN SPACE)


Berbicara tentang ruang terbuka (open space) selalu menyangkut lansekap. Elemen
lansekap terdiri dari elemen keras (hardscape seperti : jalan, trotoar, patun, bebatuan
dan sebagainya) serta elemen lunak (softscape) berupa tanaman dan air. Ruang
terbuka biasa berupa lapangan, jalan, sempadan sungai, green belt, taman dan
sebagainya. 
Dalam perencanan open space akan senantiasa terkait dengan perabot taman/jalan
(street furniture). Street furniture ini bisa berupa lampu, tempat sampah, papan nama,
bangku taman dan sebagainya. 
Menurut S Gunadi (1974) dalam Yoshinobu Ashihara, ruang luar adalah ruang yang
terjadi dengan membatasi alam. Ruang luar dipisahkan dengan alam dengan memberi
“frame”, jadi bukan alam itu sendiri (yang dapat meluas tak terhingga).

Lapangan di Taman Gajah Mungkur, Semarang


Elemen ruang terbuka kota meliputi lansekap, jalan, pedestrian, taman, dan ruang-
ruang rekreasi. Langkah-langkah dalam perencanaan ruang terbuka : 
a. Survey pada daerah yang direncanakan untuk menentukan kemampuan daerah
tersebut untuk berkembang. 
b. Rencana jangka panjang untuk mengoptimalkan potensi alami (natural) kawasan
sebagai ruang publik. 
c. Pemanfaatan potensi alam kawasan dengan menyediakan sarana yang sesuai. 
d. Studi mengenai ruang terbuka untuk sirkulasi (open space circulation) mengarah
pada kebutuhan akan penataan yang manusiawi. 

JALUR PEJALAN KAKI (PEDESTRIAN WAYS) 


Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-elemen dasar
desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-pola aktivitas
sertas sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa
mendatang.
Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan raya yang dapat mengimbangi dan
meningkatkan arus pejalan kaki dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek
sebagai berikut : 
a. Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya sarana komersial seperti toko,
restoran, café. 
b. Street furniture berupa pohon-pohon, rambu-rambu, lampu, tempat duduk, dan
sebagainya. 

Trotoar di Alun-alun Kota Magelang


Dalam perancangannya, jalur pedestrian harus mempunyai syarat-syarat untuk dapat
digunakan dengan optimal dan memberi kenyamanan pada penggunanya. Syarat-
syarat tersebut adalah : 
a. Aman dan leluasa dari kendaraan bermotor. 
b. Menyenangkan, dengan rute yang mudah dan jelas yang disesuaikan dengan
hambatan kepadatan pejalan kaki. 
c. Mudah, menuju segala arah tanpa hambatan yang disebabkan gangguan naik-turun,
ruang yang sempit, dan penyerobotan fungsi lain. 
d. Punya nilai estetika dan daya tarik, dengan penyediaan sarana dan prasarana jalan
seperti: taman, bangku, tempat sampah dan lainnya. 

PENDUKUNG AKTIFITAS (ACTIVITY SUPPORT) 


Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang
mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu
kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan
lahan dan kegiatan pendukungnya. Aktivitas pendukung tidak hanya menyediakan jalan
pedestrian atau plasa tetapi juga mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan
elemen-elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas.

Ruang bagi pedagang dan sitting-group di Alun-alun Kota


Magelang
Meliputi segala fungsi dan aktivitas yang memperkuat ruang terbuka publik, karena
aktivitas dan ruang fisik saling melengkapi satu sama lain. Pendukung aktivitas tidak
hanya berupa sarana pendukung jalur pejalan kaki atau plaza tapi juga
pertimbangankan guna dan fungsi elemen kota yang dapat membangkitkan aktivitas
seperti pusat perbelanjaan, taman rekreasi, alun-alun, dan sebagainya. 
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam penerapan desain activity support adalah : 
a. Adanya koordinasi antara kegiatand engan lingkungan binaan yang dirancang. 
b. Adanya keragaman intensitas kegiatan yang dihadirkan dalam suatu ruang tertentu. 
c. Bentuk kegiatan memperhatikan aspek kontekstual. 
d. Pengadaan fasilitas lingkungan. 
e. Sesuatu yang terukur, menyangkut ukuran, bentuk dan lokasi dan fasilitas
yang .menampung activity support yang bertitik-tolak dari skala manusia 

PENANDAAN (SIGNAGE)
Penandaan yang dimaksud adalah petunjuk arah jalan, rambu lalu lintas, media iklan,
dan berbagai bentuk penandaan lain. Keberadaan penandaan akan sangat
mempengaruhi visualisasi kota, baik secara makro maupun mikro, jika jumlahnya cukup
banyak dan memiliki karakter yang berbeda. Sebagai contoh, jika banyak terdapat
penandaan dan tidak diatur perletakannya, maka akan dapat menutupi fasad bangunan
di belakangnya. Dengan begitu, visual bangunan tersebut akan terganggu. Namun, jika
dilakukan enataan dengan baik, ada kemungkinan penandaan tersebut dapat
menambah keindahan visual bangunan di belakangnya.

Contoh iklan di Jepang


Oleh karena itu, pemasangan penandaan haruslah dapat mampu menjaga keindahan
visual bangunan perkotaan. Dalam pemasangan penandaan harus memperhatikan
pedoman teknis sebagai berikut: 
a. Penggunaan penandaan harus merefleksikan karakter kawasan. 
b. Jarak dan ukuran harus memadahi dan diatur sedemikian rupa agar menjamin jarak
penglihatan dan menghindari kepadatan. 
c. Penggunaan dan keberadaannya harus harmonis dengan bangunan arsitektur di
sekitar lokasi. 
d. Pembatasan penggunaan lampu hias kecuali penggunaan khusus untuk theatre dan
tempat pertunjukkan (tingkat terangnya harus diatur agar tidak mengganggu). 
e. Pembatasan penandaan yang berukuran besar yang mendominir di lokasi
pemandangan kota. 
Penandaan mempunyai pengaruh penting pada desain tata kota sehingga pengaturan
bentuk dan perletakan papan-papan petunjuk sebaiknya tidak menimbulkan pengaruh
visual negatif dan tidak mengganggu rambu-rambu lalu lintas.

PRESERVASI (PRESERVATION) 
Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap lingkungan tempat
tinggal (permukiman) dan urban places (alun-alun, plasa, area perbelanjaan) yang ada
dan mempunyai ciri khas, seperti halnya perlindungan terhadap bangunan bersejarah.
Manfaat dari adanya preservasi antara lain: 
a. Peningkatan nilai lahan 
b. Peningkatan nilai lingkungan 
c. Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi karena aspek komersial 
d. Menjaga identitas kawasan perkotaan
e. Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi

Jembatan Mberok dan Kali Semarang, Kawasan Kota Lama Semarang

ELEMEN RANCANG KOTA


Hamid shirvani (1985), mengklasifikasikan elemen urban design dalam delapan
kategori sebagai berikut :
1. Tata Guna Lahan ( Land Use)
Pada prinsipnya land use adalah pengaturan penggunaan lahan untuk
menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga
secara umum dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah pada suatu
kawasan tersebut seharusnya berfungsi.
Land use bermanfaat untuk pengembangan sekaligus pengendalian investasi
pembangunan. Pada skala makro, land use lebih bersifat multifungsi / mixed use.
Beberapa keuntungan dan kelemahan dalam penataan land use menggunakan
pendekatan fungsional adalah :
a.   Menjamin keamanan dan kenyamanan atas dampak negatif karena saling pengaruh
antar zona.
b.    Pengelompokan kegiatan, fungsi dan karakter tertentu pada tiap zona yang terpisah
mempermudah penataan dan perencanaan land use mikro (horizontal maupun vertikal).
c.    Memudahkan implementasi dan kontrol.
d.    Terpisahnya masing-masing zona menjadikan jarak antar berbagai kegiatan jauh,
dibutuhkan sarana transportasi yang lebih memadai untuk mengantisipasi terjadinya
kepadatan lalu - lintas yang tinggi pada jam-jam berangkat-pulang kerja.
e.    Terjadi kesenjangan keramahan kawasan, memunculkan perbedaan yang tinggi pada
harga lahan.
f.     Kepadatan zona tidak seimbang, pemanfaatan lahan tidak optimal.

2.         Bentuk Dan Massa Bangunan (Building Form And Massing)


Bentuk dan masa bangunan tidak semata - mata ditentukan oleh ketinggian atau
besarnya bangunan, penampilan maupun konfigurasi dari masa bangunannya, akan
tetapi ditentukan juga oleh :
a.    Besaran Bangunan
b.    Intensitas bangunan : BCR dan FAR.
c.    Ketinggian bangunan.
d.    Sempadan Bangunan
e.    Ragam - Fasade
f.     Skala
g.    Material
h.    Tekstur, dan
i.      warna

3.         Sirkulasi dan Parkir (Circulation And Parking )


Masalah sirkulasi kota merupakan persoalan yang membutuhkan pemikiran
mendasar, antara prasarana jalan yang tersedia, bentuk struktur kota, fasilitas
pelayanan umum dan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat. Diperlukan
suatu manajemen transportasi yang menyeluruh terkait dengan aspek-aspek tersebut.
Di sebagian besar negara maju sudah dicanangkan atau digencarkan
penggunaan moda transportasi umum (mass transport) dan mengurangi penggunaan
kendaraan pribadi. Selain penghematan BBM. Langkah ini akan membantu
pengurangan pencemaran udara kota berupa partikel beracun (CO2 misalnya) maupun
kebisingan dan bahaya lalu lintas lainnya. Kebijakan ini mengarah terciptanya suatu
lingkungan kota menuju kondisi minimalis transportasi (zero transportation).
Selain kebutuhan ruang untuk bergerak, moda transport juga membutuhkan
tempat untuk berhenti (parkir). Kebutuhan parkir semakin meingkat terutama di pusat-
pusat kegiatan kota (CBD). Sarana pergerakan, atau sirkulasi, merupakan media bagi
manusia dalam melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karenanya,
keberadaan sarana pergerakan pada suatu ruang kota-jalur jalan dan system
pergerakan tidak terlepas dari tata bangunan dan ruang ruang terbuka, serta kondisi
masyarakatnya.
Elemen sirkulasi dalam urban design merupakan alat yang sangat menentukan
struktur lingkungan urban, karena dapat membentuk, mengarahkan dan mengontrol
pola aktivitas dalam kota. Teknik perancangannnya meliputi tiga prinsip utama:
a.    Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka visual yang positif
b.    Jalan harus mampu memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat
lingkungan tersebut terbaca secara informatif.
c.    Sektor publik dan privat harus membina hubungan untuk mencapai sasaran ini.

A.  Pola, Struktur dan Perlengkapan Jalan


a.    Secara garis besar pola jaringan jalan terdiri dari Pola Papan Catur, Radial, Lingkaran,
dan Cul-desac
b.    Struktur jalan terdiri dari :
                                          i.    Badan Jalan ( daerah sirkulasi kendaraan )
                                         ii.    Bahu Jalan ( daerah sirkulasi pejalan kaki, tempat
perlengkapan jalan, utilitas dan penghijauan )
c.    Perlengkapan jalan terdiri dari :
                                          i.    Penerangan jalan
                                         ii.    Rambu lalu lintas
                                        iii.    Halte
                                       iv.    Telepon Umum
                                        v.    Bangku-bangku
                                       vi.    Tanaman
                                      vii.    Papan Reklame

B.  Aspek Lalu Lintas


Kelancaran, keamanan dan kenyamanan suatu jalur jalan sangat ditentukan oleh
kondisi lalu lintas yang menyangkut :
a.    Rambu rambu lain
b.    Arah lalu lintas
c.    Kecepatan lalu lintas
d.    Kepadatan lalu lintas
e.    Jenis moda angkutan
f.     Kondisi jalan
g.    Perparkiran
C.  Perparkiran
Perparkiran merupakan unsur pendukung system sirkulasi kota, yang
menentukan hidup tidaknya suatu kawasan ( kawasan komersial, kawasan pusat kota,
dll ). Perencanaan tempat parkir menurut Irvine ( Shirvani, 1981 ), harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a.    Keberadaan strukturnya tidak mengganggu aktifitas di sekitarnya, mendukung
kegiatan street level dan menambah kualitas visual lingkungan
b.    Pendekataan program penggunaan berganda ( time sharing )
c.    Pengadaan tempat parkir khusus bagi suatu perusahaan atau instansi yang sebagian
besar karyawannya berkendaraan.
d.    Parkir progresif (semakin lama parkira, semakin mahal pula biaya parker)
Lokasi kantong parkir seyoganya ditempatkan pada jarak jangkau yang layak
bagi para pejalan kaki. Sistem perletakan parkir diharapkan dapat secara maksimal
mempersingkat jarak jalan kaki menuju jalur pedestrian.
Masalah perpakiran memiliki dua pengaruh langsung terhadap kualitas
lingkungan yaitu:
a.    Kelangsungan hidup aktivitas komersial.
b.    Dampak visual terhadap bentuk fisik kota.
Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam setiap agenda urban design
adalah akses terhadap daerah milik pribadi dan area parkir. Penyediaan area parkir
yang memadai dengan dampak visual terkecil sangat penting dalam keberhasilan urban
design. Beberapa cara mengatasinya adalah:
a.    Penyediaan lokasi parkir disuatu area yang secara struktur tidak didesain untuk
penyediaan area parkir. Dalam hal ini perlu adanya regulasi yang menetapkan
keharusan untuk merencanakan area parkir dalam bagian dari perencanaan struktur
yang baru.
b.    Multiple use program, yaitu memaksimalkan penggunaan parkir yang telah ada
dengan cara membuat program yang memungkinkan berbagai penggunaan dan
menarik orang-orang berbeda pada saat yang berlainan.
c.    Packege plan parking yaitu sebuah bisnis besar atau beberapa bisnis dapat bergabung
untuk membentuk districts perparkiran atau menyediakan beberapa blok terpisah untuk
area parkir sepanjang hari.
d.    Urban edge parking yaitu area parkir yang dibuat di tepi suatu wilayah kota.
Prinsip utama dalam mendesain jaringan transportasi (jalan raya) sebagai bagian
urban space adalah adalah bahwa jalan seharusnya didesain menjadi ruang terbuka
yang memiliki pemandangan yang lebih baik antara lain :
j.      Bersih dan elemen lansekap yang menarik.
k.    Persyaratan ketinggian dan garis sempadan bangunan yang berdekatan dengan jalan.
l.      Pengaturan parkir dipinggir jalan dan tanaman yang berfungsi sebagai penyekat jalan.
m.   Meningkatkan lingkungan alami yang terlihat dari jalan.

4.         Ruang Terbuka ( Open Space )


Ruang terbuka bisa menyangkut lansekap; elemen keras (hardscape yang
meliputi : jalan, trotoar dsb) serta elemen lunak (softscape) berupa taman dan ruang
rekreasi dikawasan kota. Elemen-elemen terbuka juga menyangkut lapangan hijau,
ruang hijau kota, pohon-pohonan, pagar, tanam-tanaman air, penerangan, paving, kios-
kios, tempat-tempat sampah, air minum, sculpture, jam dsb.

5.         Area Pedestrian  ( Pedestrian area )


Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap kendaraan
dikawasan pusat kota, mempertinggi kualitas lingkungan melalui sistem perancangan
yang manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang kaki lima yang lebih banyak dan
akhirnya akan membantu kualitas udara di kawasan tersebut.

6.         Tanda-tanda ( signage )


Tanda- tanda petunjuk jalan, arah kesuatu kawasan tertentu pada jalan tol atau
di jalan kawasan pusat kota semakin membuat semarak atmosfir lingkungan kota
tersebut. Peraturan yang mengatur tentang tanda-tanda tersebut sebagian kota
Indonesia masih belum sepenuhnya diatur hingga pada masalah teknis. Akibatnya
perkembangan papan-papan reklame terutama, mengalami persaingan yang
berlebihan,baik dalam penempatan titik-titiknya, dimensi atau ukuran billboardnya,
kecocokan bentuk, dan pengaruh visual terhadap lingkungan kota.
Rambu-rambu yang terdesain dengan baik turut mendukung karakter dari
penampilan gedung sekaligus menghidupkan jalanan, selain memberikan informasi
barang dan jasa bisnis pribadi (Long Beach dalam Arifiani, 2001).

7.         Pendukung Kegiatan ( activity support )


Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang
mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu
kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan
lahan dan kegiatan-kegiatannya. Pendukung kegiatan tidak hanya menyediakan jalan,
pedestrian atau plaza, tetapi juga harus mempertimbangkan fungsi utama dan
penggunaan elemen-elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas, misalnya : pusat
perbelanjaan, taman rekreasi, pusat perkantoran, perpustakaan, area PKL, dsb.
Bentuk, lokasi dan karakter area spesifik akan menarik fungsi, penggunaan dan
aktivitas yang spesifik pula, sehingga suatu aktivitas cenderung berlokasi ditempat yang
paling sesuai dengannya.

8.         Konservasi ( Concervation ) - Perlindungan


Konservasi suatu individual bangunan harus selalu dikaitkan dengan
keseluruhan kota. Konsep tentang konservasi kota memperhatikan aspek : bangunan-
bangunan tunggal, struktur dan gaya arsitektur, hal yang berkaitan dengan kegunaan,
umur bangunan atau kelayakan bangunan
Beberapa kategori konservasi :
a.    Preservasi ( Preservation ) - Pelestarian
Menjaga dan melestarikan bangunan kuno dari kerusakan, pembongkaran dan
perubahan apapun. Dalam preservasi tidak boleh mengganti elemen aslinya dengan
lainnya.
b.    Konservasi ( Concervation )
Suatu strategi atau kegiatan menangani secara preventif terhadap kehancuran
bangunan kuno. Memperbaikinya agar dapat bertahan lebih lama dengan mengganti
beberapa elemen yang sudah rusak dengan elemen baru seperti aslinya.
c.    Rehabilitasi ( Rehabilitation )
Mengembalikan bangunan-bangunan kuno yang tidak berfungsi menjadi lebih berfungsi
dengan merestorasi utilitas yang diperlukan dan meningkatkan esensi kegunaanya.
d.    Revitalisasi ( Revitalitation )
Merupakan bagian konservasi melalui pengembangan fungsi. Secara fisik bangunan di
konservasi tetapi fungsi yang dikembangkan biasanya  berbeda dengan fungsi aslinya.
e.    Peningkatan ( Improvement )
Kegiatan yang dapat meningkatkan nilai, penampilan, tingkat kenyamanan, utilitas yang
memenuhi standar teknis, dan tingkat efisiensi baik secara fisik, sosial budaya, nilai
ekonomi bangunan maupun kawasan kota.

Selain ke 8 elemen rancang kota di atas, terdapat beberapa elemen lain yang
penting diperhatikan dalam perancangan kota. Kevin Lynch menyatakan bahwa image
kota dibentuk oleh 5 elemen pembentuk wajah kota, yaitu:
1)    Paths
Adalah suatu garis penghubung yang memungkinkan orang bergerak dengan mudah.
Paths berupa jalur, jalur pejalan kaki, kanal, rel kereta api, dan yang lainnya.

2)    Edges - Pembatas


Adalah elemen yang berupa jalur memanjang tetapi tidak berupa paths yang
merupakan batas antara 2 jenis fase kegiatan. Edges berupa dinding, pantai, hutan
kota, dan lain-lain.

3)    Districts - Kawasan


Districts hanya bisa dirasakan ketika orang memasukinya, atau bisa dirasakan dari luar
apabila memiliki kesan visual. Artinya districts bisa dikenali karena adanya suatu
karakteristik kegiatan dalam suatu wilayah.
4)    Nodes – Simpul – Pertemuan / simpang lalu-lintas
Adalah berupa titik dimana orang memiliki pilihan untuk memasuki districts yang
berbeda. Sebuah titik konsentrasi dimana transportasi memecah, paths menyebar dan
tempat mengumpulnya karakter fisik.

5)    Landmark – tetenger / tugu


Adalah titik pedoman obyek fisik. Berupa fisik natural yaitu gunung, bukit dan fisik
buatan seperti menara, gedung, sculpture, kubah dan lain-lain sehingga orang bisa
dengan mudah mengorientasikan diri di dalam suatu kota atau kawasan.

Anda mungkin juga menyukai