Anda di halaman 1dari 27

PERANCANGAN KOTA

8 ELEMEN PERANCANGAN KOTA WILAYAH


PENGEMBANGAN

Disusun Oleh :
Kelompok 2 Kelas C :
Aidil Nur Rezki F23122002
M Raffy Mulyandar F23122014
Nur Sabrina Arfany F23122021
Kania Marlafezza F23122023
Dhea Muthia F23122036
Ratu Trias Ananda F23122067
Nurul Ainun Jariyah F23122073
Fikri Haeqal Fahreza F23122126

PROGRAM STUDI S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2024
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Hamid Shirvani (1985) seorang pakar arsitektur kota yang telah
mencetuskan teori Elemen Perancangan Kota yang terdiri dari pola penggunaan
lahan (land use), bentuk dan massa bangunan (building form and massing), sirkulasi
dan parkir (circulation and parking), ruang terbuka kota (open space), jalur pejalan
kaki (pedestrian ways), pendukung aktivitas (activity support), elemen penanda
(signage), dan preservasi (preservation). Kondisi yang dapat diamati bangunan yang
terdapat di Jalan Jendral Sudirman mayoritas digunakan untuk perdagangan jasa
guna mendukung aktivitas. Bangunan tersebut memiliki bentuk yang beragam, di
ikuti dengan keberadaan penanda bangunan yang digunakan sebagai media
promosi dan informasi memiliki ketidakteraturan bentuk, warna dan susunan. Disusul
dengan tumbuhnya aktivitas pendukung informal pada sekeliling bangunan yang
tidak dapat dipungkiri keberadaannya menempati jalur pejalan kaki sehingga
mengurangi dimensi area untuk pejalan kaki serta menjadikan kondisi jalur pejalan
kaki kurang memadai. Tumbuhnya aktifitas formal dan informal yang semakin
meningkat juga akan memberikan pengaruh terhadap sirkulasi dan keberdaan
parkir.

Smardon (1986) menyebutkan bahwa tanda visual adalah ciri utama yang
secara fisik dapat dilihat juga dapat memberikan atribut pada sumber visual dalam
suatu sistem visual, sehingga sistem visual tersebut mempunyai kualitas tertentu
atau yang dinamakan dengan kualitas visual. Maka dari itu kesan pengamat pada
saat mengamati fisik Jalan Jendral Sudirman yang akan ditinjau dari elemen
perancangan kota apakah memiliki pengaruh terhadap kualitas ruang kota.

Wilayah Perancangan dipilih berdasarkan kriteria-kriteria yang disesuaikan


dengan kebutuhan dan karakteristik dari kawasan pendidikan di Wilayah
Perancangan. Kriteria dan pertimbangan dalam melakukan delineasi Wilayah
Perancangan dapat didasarkan pada beberapa aspek sebagaimana yang diuraikan
berikut. Dalam penentuan Wilayah Perancangan Kawasan Pendidikan terdapat
berbagai macam kriteria-kriteria atau variabel penentunya. Kriteria-kriteria yang
menjadi pertimbangan dalam menetapkan Wilayah Perancangan yang ingin di
kembangkan dalam laporan ini berdasarkan atas ciri – ciri dari kawasan pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana elemen perancangan kota yang terdapat di Wilayah


Perancangan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi elemen –


elemen perancangan kota di Wilayah Perancangan yang telah ditetapkan.
1.4 Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah Perancangan berlokasi di koridor jalan Untad 1 Kelurahan Tondo


dengan luasan kurang lebih 31 Ha. Wilayah Perancangan memiliki batasan -
batasan geografis sebagai berikut;

 Batas Utara : Berbatasan dengan Universitas Tadulako


 Batas Timur : Berbatasan dengan Daerah Tondo Bawah
 Batas Selatan : Berbatasan dengan Perumahan Dosen
 Batas Barat : Berbatasan dengan Perumahan Bumi Roviga
BAB II KAJIAN PUSTAKA

Perancangan kota (urban design) dipandang sebagai bagian dari proses


perencanaan kota (urban planning) yang berkaitan dengan kualitas fisik lingkungan
kota. Dalam teori urban design menurut Hamid Shirvani (1985) terdapat delapan
elemen perancangan kota yang meliputi:

A. Tata Guna Lahan (Land Use) Kebijaksanaan-kebijaksanaan dari tata guna


lahan digunakan agar bisa merancang maupun mengembangkan elemen tata
guna lahan dengan tujuan yaitu mengaitkan perancangan dan kebijakan
untuk fungsi area tertentu atau khusus yang dapat diterapkan. Permasalahan
rancangan tata guna lahan pada masa silam, yaitu minimnya upaya
memahami keberagaman lahan dengan skala kawasan, gagal dalam
mengestimasikan faktor fisik, infrastruktur serta lingkungan alamiah. Namun,
faktor yang dijadikan pertimbangan selama merancang tata guna lahan untuk
periode mendatang, yaitu mengombinasikan pemanfaatan lahan di suatu
wilayah perkotaan dengan peningkatan kota selama 24 jam. Tata guna lahan
di sebuah kawasan diharuskan untuk patuh dengan struktur: jenis
pemanfaatan yang diizinkan di suatu wilayah, keterkaitan fungsi kota,
perizinan mengenai jumlah maksimal lantai, perkembangan kota, serta skala
sebagai penunjang untuk mengembangkan kota di kawasan yang rinci.
B. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing) Elemen massa
kota meliputi permukaan tanah, bangunan, objek yang berbentuk ruang kota
serta pola dalam menjelaskan bentuk bangunan maupun masa berpikiran dan
prinsip di balik bentuk fisik bangunan. Sesuai Long Beach Design Guidelines,
wujud maupun konfigurasi bangunan berupa skala, material, tinggi,
keseimbangan, dan finishing, warna lampu untuk menerangi serta
perancangan depan toko. Spreiregen (1965) menjabarkan bila massa dan
bentuk bangunan, seperti skala dan sirkulasi terkait dengan ukuran maupun
pandangan bangunan yang saling berdekat-dekatan. Ruang kota adalah
bagian penting dalam rancangan kota, rasa, dan skala tercakup, termasuk
jenis ruang maupun massa bangunan.
C. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking) Elemen sirkulasi rancangan
perkotaan adalah instrumen penyusunan lingkungan kota sebab mampu
memberi arahan, mengontrol, dan merancang pola kegiatan, serta
mengembangkan suatu kota. Bagian parkir memengaruhi secara langsung
pada mutu lingkungan, seperti visual yang memengaruhi struktur maupun
bentuk fisik kota, serta kelangsungan aktivitas komersial.
D. Ruang Terbuka (Open Space) Open space adalah elemen yang esensial di
dalam perancangan kota, sehingga perencanaannya harus integral dengan
perancangan kota. Sebuah open space dirancang bersamaan dengan
perancangan kotanya. Sehingga open space didefinisikan sebagai suatu
bentang lahan, ruang-ruang yang digunakan untuk rekreasi dalam kawasan
kota dan bentuk-bentuk lahan luas (jalan, trotoar, taman). Sedangkan bidang-
bidang lahan yang kosong dalam area kota tidak dianggap sebagai open
space. Elemen-elemen ruang terbuka kota diantaranya : taman, ruang-ruang
atau jalur-jalur hijau kota, alun-alun, tanaman, bangku, trotoar, kran air
minum, patung, kios, tugu jam, tempat sampah dan sebagainya.
E. Jalur Pedestrian (Pedestrian Ways) Jalan untuk pejalan kaki atau jalur
pedestrian adalah elemen-elemen penting dan harus tersedia di rancangan
kota, yang diimplementasikan sebagai bagian pendukung serta elemen
kenyamanan untuk penjual kaki lima maupun aktivitas di ruang kota.
Sistematika pedestrian mampu meminimalkan kebergantungan kepada
kendaraan di suatu kota, memicu penampilan lingkungan makin indah melalui
skala manusia, merancang kegiatan pedagang eceran, serta memperbaiki
tingkat atau mutu udara. Keseimbangan antara pemakai jalan, jumlah pejalan
kaki, dan keseimbangan pemakaian pedestrian perlu diperhitungkan dalam
perancangan jalur pedestrian untuk mendukung ruang-ruang umum yang
tersedia. Faktor lainnya yang harus mendapat perhatian, yaitu keselamatan
dan ketercakupan ruang untuk pejalan kaki. Karakteristik yang dijadikan
pertimbangan selama merancang jalur pedestrian, yaitu skala, relevansi,
perlengkapan untuk kebutuhan jalan, maupun bagi pedagang eceran, dan
material.
F. Aktivitas Pendukung (Activity Support) Activity support merupakan hubungan
antara ruang umum di perkotaan dengan aktivitas yang ada di dalamnya demi
menciptakan kehidupan kota. Activity support bisa berperanan sebagai
komunitas sehingga mampu menghasilkan dialog ataupun mutu ruang kota
berkelanjutan di setiap fungsi aktivitas, termasuk memberi citra visual yang
rinci dalam kawasan. Perihal ini bisa mengantisipasi identitas dan kriteria
lokal, seperti semua pemakaian dan menunjang menguatkan ruang umum
kota yang bisa melengkapi satu sama lain. Karakter dan bentuk lokasi suatu
wilayah bisa menarik peran serta kegiatan yang berkarakteristik. Berbeda jika
kegiatan berkecenderungan teralokasikan ke suatu tempat yang cepat dalam
penyesuaian kebutuhan maupun aktivitas tersebut. Salin kebergantungan
antara ruang dan pemakaian ialah bagian terpenting dalam merancang kota.
Penunjang kegiatan bukan berarti sekadar menyediakan plaza jalur,
melainkan tetap berdasar pada pertumbangan akan elemen pemakaian yang
fungsional bagi kota demi membangkitkan kegiatan.
G. Rambu-rambu Penandaan (Signage) Long beach design guidelines memecah
komunitas rambu-rambu (tanda) agar terbagi atas dua, yakni langsung
maupun tidak langsung. Rambu-rambu dari advertensi sebagai elemen visual
yang penting bagi perkotaan. Dilihat dalam segi rancangan kota, mutu
perancangan dan pengukuran advertensi pribadi perlu tercancang guna
membentuk relevansi, meminimalkan visual yang buruk, meminimalkan
kekacauan, serta persaingan dengan rambu-rambu lalu lintas yang kerap
dibutuhkan.
H. Pemeliharaan/ Pelestarian (Preservation) Perawatan bangunan perlu
dihubungkan dengan semua kota. Konsep mengenai perawatan kota perlu
mencermati bermacam sektor, seperti struktur dan gaya arsitektur, bangunan-
bangunan tunggal, umur bangunan atau kelayakan bangunan, dan hal yang
berkaitan dengan kegunaan.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tata Guna Lahan (Land Use)

Tata Guna Lahan merupakan rancangan dua dimensi berupa denah


peruntukan lahan sebuah kota. Ruang-ruang tiga dimensi (bangunan) akan
dibangun di tempat-tempat sesuai dengan fungsi bangunan tersebut. Sebagai
contoh, di dalam sebuah kawasan industri akan terdapat berbagai macam bangunan
industri atau di dalam kawasan perekonomian akan terdapat berbagai macam
pertokoan atau pula di dalam kawasan pemerintahan akan memiliki bangunan
perkantoran pemerintah. Kebijaksanaan tata guna lahan juga membentuk hubungan
antara sirkulasi/parkir dan kepadatan aktivitas/penggunaan individual. Pada wilayah
perancangan berikut tata guna lahan;

Tabel Tata Guna Lahan Koridor Jalan Untad 1 Kelurahan Tondo

Tata Guna Lahan Luas (Ha)


Pendidikan 25,25
Industri 0,32
Kesehatan 0,20
Lahan Kosong 6,32
Lapangan 0,40
Perdagangan dan Jasa 2,88
Peribadatan 0,51
Perkantoran 1,01
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 2C, 2024

Grafik Tata Guna Lahan Koridor Jalan Untad 1 Kelurahan Tondo

30
25
20
15
10
5 Luas (Ha)
0

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 2C, 2024


Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa tata guna lahan yang paling
banyak terdapat adalah lahan dengan fungsi atau kegiatan pendidikan seluas 25 Ha
diikuti oleh lahan kosong dan perdagangan dan jasa.

Gambar Tata Guna Lahan Pendidikan Gambar Tata Guna Lahan Perdagangan dan
Sumber: Hasil Survei, 2024 Jasa
Sumber: Hasil Survei, 2024

Gambar Tata Guna Lahan Lapangan Gambar Tata Guna Lahan Industri
Sumber: Hasil Survei, 2024 Sumber: Hasil Survei, 2024

Gambar Peta Tata Guna Lahan Wilayah Perancangan


Sumber: Citra Satelit Google Maps, 2024
2. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)

Bentuk dan tatanan massa bangunan menyangkut aspek‐aspek bentuk fisik


bangunan - bangunan, tujuannya adalah agar tercapai bentuk massa yang
seimbang, proporsional, harmonis, berskala manusiawi dengan menghasilkan
tatanan massa yang membentuk ruang luar untuk aktivitas luar(open space,
pedestrian), dengan memperhatikan kontekstual bangunan sekitarnya. berikut
adalah aspek-aspek dalam mengidentifikasi massa dan kepadatan bangunan :

Aspek bentuk fisik : • Penampilan dan Konfigurasi bangunan : – Ketinggian


bangunan – Penutupan (coverage) – Pemunduran (setback)

Konfigurasi bangunan : – Kepejalan (bulk) – Warna – Material – Tekstur – F d


asa – Skala – Gaya bangunan

Gambar Jarak Antar Bangunan di Wilayah Gambar Massa Bangunan di Wilayah


Perancangan Perancangan
Sumber: Hasil Survei, 2024 Sumber: Hasil Survei, 2024

Berdasarkan hasil survei jarak antar bangunan di wilayah perancangan


memiliki rata-rata 1-2 meter, penampilan bangunan yang mendominasi terbuat oleh
kayu, jarak antar sempadan jalan 3-5 meter, dan memiliki ketinggian bangunan rata-
rata 2-3 meter. Sedangkan untuk konfigurasi bangunan dengan material kayu, gaya
bangunan kotak, dan persegi Panjang.
3. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking) Sirkulasi di Jalan Jendral
Sudirman telah

Parkir adalah kegiatan atau proses meletakkan kendaraan pada tempat yang
telah disediakan untuk sementara waktu dengan tujuan untuk berhenti atau
meninggalkan kendaraan tersebut. Menurut para ahli, parkir dapat diartikan sebagai
tindakan atau proses menempatkan kendaraan di lokasi tertentu untuk sementara
waktu yang ditentukan. Definisi ini mencakup berbagai aspek seperti pengaturan
ruang, manajemen lalu lintas, dan perencanaan perkotaan.

Parkir dibagi menjadi 2 (dua) tipe yaitu parkir tipe On-Street dan parkir tipe
Off-street. Untuk lebih jelasnya dapat di liat pada gambar berikut ini.

On-Street Parking

On-street parking adalah parkir yang memanfaatkan sepanjang bahu jalan


sebagai tempat untuk memarkirkan kendaraan, baik dengan atau tanpa melebarkan
jalan. Tipe parkir ini memiliki keuntungan bagi pengunjung karena praktis dan dapat
langsung menuju objek yang dituju. Namun juga memiliki hambatan samping yang
besar jika kawasan tersebut merupakan kawasan padat

Off-Street Parking

Off-street parking adalah kegiatan perparkiran yang memanfaatkan tempat di


luar badan jalan, baik di bangunan khusus parkir maupun halaman terbuka.
Kelebihan dari parkir tipe ini yaitu tidak ada hambatan samping dari kegiatan parkir
terhadap laju lalu lintas jalan, Manajemen parkir lebih mudah, Keamanan dan
kenyamanan lebih terjamin

Prinsip yang perlu diperhatikan:

 Tidak boleh mengurangi RTH


 Harus memperhatikan arus sirkulasi keluar masuk kendaraan
 Wajib menyediakan fasilitas pengamanan bencana, ruang tunggu, toilet,
dan fasilitas lain sesuai kebutuhan
 Letak jalan masuk dan keluar tidak berdekatan dengan persimpangan
jalan

Area parkir yang ada di jalan Untad 1 hanya tersedia di bagian timur saja,
dimana pada bagian timur terdapat sektor perdagangan dan jasa, sehingga lahan
parkirnya juga tersedia. Area parkir yang ada di bagian timur pada jalan Untad 1 ini
rata-rata berukuran 2x5 - 3x10 meter. selain itu, area parkir yang ada di jalan Untad
1 merupakan area parkir tipe On-Street Parking karena memanfaatkan sepanjang
bahu jalan sebagai tempat untuk memarkirkan kendaraan. Untuk lebih jelasnya
dapat di lihat pada gambar berikut ini.

Gambar Area Parkir di Jalan Untad 1

Sumber: Hasil Survei, 2024


4. Ruang Terbuka (Open Space)

Ruang Terbuka adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok yang


penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Proporsi ruang terbuka
hijau pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20%
ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat.

Tujuan penyelenggaraan ruang terbuka adalah untuk menjaga ketersediaan lahan


sebagai kawasan resapan air, menciptakan aspek Planologis perkotaan melalui
keseimbangan antara lingkungan alam binaan dan lingkungan perkotaan yang
berguna untuk kepentingan masyarakat serta untuk meningkatkan keserasian
lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih. Ruang terbuka
pun memiliki tujuan untuk mereduksi polutan dan menjaga ekosistem. Adapun
jumlah polutan yang dapat direduksi oleh ruang terbuka ialah mencapai 69%

Gambar Ruang Terbuka di Jalan Untad 1 Kecamatan Mantikulore

Sumber: Hasil Survei, 2024

Ruang terbuka yang berada di jalan Untad 1 mempunyai 2 ruang terbuka


yaitu lapangan dan taman di depan kawasan umkm. Untuk kondisi ruang terbuka
tersebut cukup memadai
5. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)

Pedestrian adalah tempat pejalan kaki atau pedestrian adalah fasilitas bagi
pejalan kaki, agar mereka dapat menggunakan jalur ini dengan aman, nyaman, dan
menikmati keindahan lingkungan sekitar. Fungsi dari pedestrian menghubungkan
antara satu atau beberapa bangunan atau fungsi tertentu. Berpindah dari satu
bangunan ke bangunan lain, tidak ada salahnya kalau berjalan kaki. Selain juga
sehat, dengan berjalan kaki maka akan mengurangi polusi.

Di beberapa kota besar, pedestrian dibuat senyaman dan aman mungkin.


Karena pedestrian bagian dari elemen pembentuk fisik sebuah kota. Sebuah kota
yang hidup bila warganya bisa menikmati ruang ruang terbuka kota. Pedestrian
mutlak ada di perkotaan, desa, atau kawasan tertentu, tentunya dengan jarak
jangkau yang tepat, tidak terlalu jauh. Jarak tempuh yang tidak masuk akal,
membuat pengguna malas untuk berjalan kaki. Apalagi jika pedestrian tidak nyaman.
Pedestrian yang nyaman cukup rindang, banyak pohon di tanam sepanjang
pedestrian, dan tidak terdapat elemen fisik yang tidak membahayakan, seperti
lubang, polisi tidur, dan lain lain. Berikut dokumentasi kondisi pedestrian yang ada di
salah satu jalan Kecamatan Mantikulore :

Gambar Pedestrian Di Jalan Untad 1 Kecamatan Mantikulore

Sumber: Hasil Survei, 2024

Pedestrian yang ada di jalan Untad 1 memiliki lebar pedestrian +2 meter,


namun pada beberapa lokasi pedestrian ada yang dipergunakan sebagai area
pedagangan kaki lima. Disepanjang pedestrian terdapat pendukung aktivitas pejalan
kaki dengan adanya sarana komersial yang saling terhubung. Pada pedestrian ways
di Jalan Untad 1 Kecamatan Mantikulore didapatkan bahwa masih ditemukan
adanya ketidaksesuaian fungsi.
6. Kegiatan Pendukung (Activity Support)

Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan


yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Aktivitas kegiatan pada sebuah
kota akan muncul pada area - area public seperti square dan jalan. Jalan yang
merupakan penghubung antar bagian dalam sebuah kota memiliki potensi untuk
muncul nya fungsi dan aktivitas/kegiatan lain.

Kegiatan pendukung komersil tersebut menjadi generator yang dapat


menghidupkan ruang public. Aktivitas atau kegiatan adalah keaktifan secara
mendasar mengarah kepada sesuatu pergerakan. Pendukung atau penyokong
adalah pendorong terjadinya sesuatu. Activity support berarti potensi elemen yang
mendukung suatu kegiatan Menurut Hamid Shirvani, Aktivitas pendukung
merupakan semua fungsi bangunan dan kegiatan – kegiatan yang mendukung
ruang public suatu kawasan kota, antara aktivitas dan ruang public saling
melengkapi. Kegiatan pendukung berarti suatu elemen kota yang mendukung dua
atau lebih pusat kegiatan umum yang berada di kawasan pusat kota yang
mempunyai konsentrasi pelayanan yang cukup besar. Berikut contoh gambar
aktivitas perdagangan jasa dan pedagang kaki lima, studi kasus. Lokasi : Jl. Untad
1, Kec. Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah

Gambar Gerobak Kaki Lima Gambar Warung Makan Padang


Sumber: Hasil Survei, 2024 Sumber: Hasil Survei, 2024

Kegiatan Pendukung yang berada di Jl. Untad 1 ini, didominasi dengan


kegiatan perdagangan dan jasa. Beragam jenis kegiatan yang di laksanakan antara
lain, penjual makanan ,penjual sayur, dan lain sebagainya. Pedagang kaki lima
merupakan salah satu ciri khas bentuk kegiatan pendukung di kota - kota Indonesia,
yang tetap di pertahankan dengan memperhatikan penataan nya agar tidak
mengganggu tempat pejalan kaki dan area parkir kendaraan. Untuk pedagang kaki
lima yang berada di jl untad 1 sudah tertata dengan baik tidak sama sekali
mengganggu tempat pejalan kaki dan area parkir.

Menurut sasmito, Keberadaan activity support kegiatan pendukung sebagai


salah satu elemen penghidup kegiatan kota dengan diwarnai karakter lingkungan
yang terdiri dari berbagai fungsi dan keanekaragaman kegiatan. Semakin dekat
dengan pusat kota , semakin tinggi konsentrasi pelayanan intensitas dan
keberagaman kegiatan dan semakin dibutuhkan kegiatan pendukung.

Keberadaan activity support kegiatan pendukung sangat penting di dalam


perancangan kota, akan tetapi Perancangan nya perlu mempertimbangkan
karakteristik kegiatan maupun daerah yang bersangkutan.
7. Papan Penanda (Signage)

Papan penanda adalah sebuah media komunikasi visual yang digunakan


untuk memberikan informasi atau petunjuk kepada orang-orang mengenai suatu hal.
Papan penanda biasanya terbuat dari bahan yang keras dan tahan lama seperti
kayu, logam, atau plastik. Fungsinya dapat bervariasi mulai dari memberikan
petunjuk arah, informasi tentang tempat atau objek tertentu, peraturan, peringatan
keselamatan, dan sebagainya. Papan penanda sering digunakan di tempat-tempat
umum seperti jalan raya, bandara, stasiun kereta, taman, dan gedung-gedung
perkantoran untuk membantu orang-orang dalam berorientasi dan menjalankan
aktivitas sehari-hari.

Berikut contoh gambar papan penanda di JL. Untad 1, Kec. Mantikulore, Kota
Palu, Sulawesi Tengah

Gambar Papan Penanda Toko Wau Wau Gambar Papan Penanda Kawasan UMKM
Sumber: Hasil Survei, 2024 Sumber: Hasil Survei, 2024

Gambar Papan Penanda Nama Jalan Untad 1 Gambar Papan Penanda Hisana
Sumber: Hasil Survei, 2024 Sumber: Hasil Survei, 2024
Gambar Papan Penanda Alfamidi
Sumber: Hasil Survei, 2024

Papan penanda pada Jalan Untad 1 memiliki media promosi dari masing -
masing bangunan, penempatan papan penanda tidak teratur, ukuran dari masing-
masing papan penanda memiliki ukuran yang berbeda-beda sehingga memiliki
kualitas yang kurang bagus. Aturan yang belum muncul yaitu tata penempatan
papan penanda serta ukurannya sehingga menjadikan papan penanda bermunculan
dengan tidak terkontrol. Terdapat pemasangan papan penanda yang menempel
dengan dinding bangunan dan ada juga yang melintang dengan dinding bangunan.
8. Preservasi (Preservation)

Preservasi dalam perancangan kota melindungi lingkungan permukiman dan


urban places (alun-alun, plaza, pusat perbelanjaan) yang memiliki ciri khas budaya
dan bersejarah. Preservasi harus diarahkan pada perlindungan bangunan dan
lingkungan yang ada dan upaya untuk mempertahankan kegiatan di tempat tersebut.

Di Kawasan sekitar Universitas Tadulako terdapat dua bangunan dan satu


area yang memiliki nilai sejarah dan memerlukan preservasi. Berdasarkan hasil
survei yang telah di lakukan sebelumnya, bangunan dan area yang memerlukan
preservasi yaitu Islamic center, balai Bahasa dan lingkungan industri kecil Roviga.
Berikut ini merupakan gambar bangunan yang memerlukan preservasi, lokasi studi
berada di Jl. Untad 1, Kec. Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Gambar Gedung Islamic Center


Gambar Lingkungan Industri kecil Roviga Sumber: Hasil Survei, 2024
Sumber: Hasil Survei, 2024

Area LIK Roviga merupakan area yang paling membutuhkan preservasi


karena selain bangunan terbengkalai, jalan menuju tempat lingkungan industry
tersebut mengalami kerusakan dan sudah tidak layak untuk di gunakan oleh
masyarakat setempat. Area LIK Roviga memerlukan preservasi sambal tetap
mempertahankan bangunan lamanya, selain karena kegunaannya bangunan
industry yang tidak terawat dapat merusak citra kota. Islamic center sendiri tetap
perlu melakukan perawatan dan pelestarian karena banyaknya kegiatan yang
dilakukan di bangunan tersebut oleh masyarakat maupun mahasiswa.
LAMPIRAN DOKUMENTASI SURVEI

Gambar Anggota Kelompok, 2024

Anda mungkin juga menyukai