Dosen Pengampu :
Dr. Yose Rizal, S.T., M.T
Disusun Oleh :
Ummi Fadhilah Ramadani
2123201022
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah – Nya sehingga kita
dapat menyelesaikan tugas Makalah “ELEMEN PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA
OLEH HAMID SHIRVANI” ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan kami menulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Dr.
YOSE RIZAL, S.T, M.T., selaku dosen pembimbing pada mata kuliah ARSITEKTUR
KOTA. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“ELEMEN PERANCANGAN KOTA OLEH HAMID SHIRVANI” bagi para pembaca
juga penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. YOSE RIZAL, S.T, M.T.,
selaku dosen ARSITEKTUR KOTA yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
keritikan yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Happy Risdian, Suzanna Ratih Sari, and Raden Siti Rukayah, ‘Elemen Perancangan Kota Yang Berpengaruh
Terhadap Kualitas Ruang Kota Pada Jalan Jendral Sudirman Kota Salatiga’, Modul, 20.01 (2020), 10–17
<https://doi.org/10.14710/mdl.20.01.2020.10-17>.
3
1.3 Tujuan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
2
Cut Azmah Fithri, ‘Perancangan Kota’, Perancangan Kota, 66 (2012), 37–39.
5
2.4 8 Elemen Perancangan Kota Oleh Hamid Shirvani
Kota akan terus mengalami perkembangan baik dari jumlah penduduk hingga
tempat pusat kota dengan segala aktivitasnya yang ada. Terbentuknya wajah kota
dipengaruhi oleh hubungan arsitektur dan perancangan kota akan tercipta karena
perkembangan suatu kota. Perancangan kota sendiri adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari suatu perencanaan kota yang berkaitan dengan aspek estetika, tatanan
kota dan bentuk dari kota tersebut, yang dimana proses perencanaan tersebut
berkaitan dengan kualitas lingkungan fisik kota.3
Menurut Hamid Shirvani (1985) seorang pakar arsitektur kota yang telah
mencetuskan teori Elemen Perancangan Kota yang terdiri dari pola penggunaan lahan
(land use), bentuk dan massa bangunan (building form and massing), sirkulasi dan
parkir (circulation and parking), ruang terbuka kota (open space), jalur pejalan kaki
(pedestrian ways), pendukung aktivitas (activity support), elemen penanda (signage),
dan preservasi (preservation).
A. Tata Guna Lahan
Gambar A.1 Contoh Gambar Peta Tata Guna Lahan (Land Use)
Sumber : https://geohepi.wordpress.com/2020/10/20/tata-guna-lahan/
3
Unsani Lutfiana, ‘Kualitas Elemen Perancangan Kota Pada Kawasan Alun-Alun Pancasila Salatiga’,
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan Dan Lingkungan, 12.3 (2023), 275
<https://doi.org/10.22441/10.22441/vitruvian.2023.v12i3.006>.
6
Tata guna lahan (Land Use) merupakan salah satu elemen kunci dalam
perancangan kota, untuk menentukan perancangan dua dimensional, yang
kemudian akan menentukan ruang tiga dimensional.
7
Daya tampung.
Pengembangan kawasan.
Dalam hal ini yang termasuk dalam penggunaan lahan pada elemen
perancangan kawasan antara lain :
Tipe penggunaan dalam suatu area.
Spesifikasi fungsi dan keterkaitan antar fungsi dalam pusat
kawasan.
Ketinggian bangunan.
Skala fungsi. 4
4
Elemen Perancangan Kota, ‘Studio Perancangan Kota’, 2018.
8
berpengaruh pada subsistem yang lain dan pada akhirnya dapat
mempengaruhi sistem wilayah ruang nasional secara keseluruhan, termasuk
provinsi dan kabupaten. Seiring dengan maksud tersebut, pelaksanaan
pembangunan yang dilaksanakan, baik oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
maupun masyarakat, baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah,
harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.5
Gambar 2.4.1 Peta Rencana Tata Ruang Pola Ruang wilayah Kabupaten
Banyumas
Sumber : PERDA Kab.Banyumas
5
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, ‘No Titlep’, Phys. Rev. E, 2011, 24.
9
B. Bentuk Dan Massa Bangunan (Building Form And Massing)
Gambar B.1 Contoh Gambar Bentuk Massa Bangunan (Building Form And
Massing)
Sumber : https://fariable.blogspot.com/2011/01/elemen-perancangan-kota-
hamid-shirvani.html
Ketinggian Bangunan
Ketinggian bangunan berkaitan dengan jarak pandang manusia,
baik yang berada dalam bangunan maupun yang berada pada jalur pejalan
kaki (luar bangunan). Ketinggian bangunan pada suatu kawasan
membentuk sebuah garis horizon (skyline). Skyline dalam skala kawasan
mempunyai makna; sebagai simbol kawasan, sebagai indeks sosial, sebagai
10
alat orientasi, sebagai perangkat estetis, sebagai perangkat ritual.
Ketinggian bangunan di tiap fungsi ruang perkotaan akan berbeda,
tergantung dari tata guna lahan. Sebagai contoh, bangunan di sekitar
bandara akan memiliki ketinggian lebih rendah dibanding bangunan di
kawasan perkantoran dan perekonomian.
Kepejalan Bangunan
Pengertian dari kepejalan adalah penampilan gedung dalam konteks
kota. Kepejalan suatu gedung ditentukan oleh perbandingan tinggi-luas-
lebar-panjang, olahan massa (desain bentuk), dan variasi penggunaan
material.
11
Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Garis Sempadan Bangunan merupakan jarak bangunan terhadap as
jalan. Garis ini sangat penting dalam mengatur keteraturan bangunan di tepi
jalan kota. Selain itu juga berfungsi sebagai jarak keselamatan pengguna jalan,
terutama jika terjadi kecelakaan.
Langgam
Langgam atau gaya dapat diartikan sebagai suatu kumpulan
karakteristik bangunan dimana struktur, kesatuan dan ekspresi digabungkan di
dalam satu periode atau wilayah tertentu. Peran dari langgam ini dalam skala
urban jika direncanakan dengan baik dapat menjadi guide line yang dapat
menyatukan fragmen-fragmen dan bentuk bangunan di kota.
Skala
Skala adalah proporsi tertentu yang digunakan untuk menetapkan
pengukuran bangunan dan dimensi-dimensi dengan memandang besaran dari
unsur bangunan atau ruang terhadap bentuk-bentuk lain. Rasa akan skala dan
perubahan-perubahan dalam ketinggian ruang atau bangunan dapat
memainkan peranan dalam menciptakan kontras visual yang dapat
membangkitkan daya hidup dan kedinamisan.
Skala terbagi menjadi dua bagian antara lain:
Skala umum : merupakan unsur-unsur bangunan terhadap bentuk lain di
dalam lingkupnya.
Skala manusia : digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam
menyeimbangkan kawasan perancangan.
12
Material
Peran material berkenaan dengan komposisi visual dalam perancangan.
Komposisi yang dimaksud diwujudkan oleh hubungan antar elemen visual.
Warna
Warna merupakan suatu fenomena yang diakibatkan dari pencahayaan
dan persepsi visual yang berguna untuk menjelaskan persepsi individu dalam
corak intesitas dan nada. Dengan adanya warna (kepadatan warna, kejernihan
warna), dapat memperluas kemungkinan ragam komposisi yang dihasilkan.
Tekstur
Tekstur adalah kualitas yang dapat dilihat dan dirabah yang ada pada
permukaan dalam ukuran, proporsi, bentuk pada bagian benda. Tekstur juga
berfungsi untuk menentukkan sampai dimana permukaan melakukan
pemantulan atau penyerapan cahaya yang datang. Dalam sebuah komposisi
yang lebih besar (skala urban) sesuatu yang dilihat dari jarak tertentu maka
elemen yang lebih besar dapat menimbulkan efek-efek tekstur.6
6
Bima, ‘Kajian Pengaruh Pengembangan Activity Support (Kegiatan Pendukung) Fasilitas Pendidikan Terhadap
Elemen Perancangan Kawasan Pada Koridor’, Hilos Tensados, 1 (2005), 1–476.
13
C. Sirkulasi Dan Parkir (Circulation And Parking)
Menurut Shirvani (1985) sistem sirkulasi kota sebagai perangkat
fisik kota terdiri dari berbagai aspek yang mencakup pola, struktur, dan
perlengkapan jalan, aspek lalu lintas dan tempat parkir.
Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu alat yang paling kuat
untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan karena dapat membentuk,
mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas/kegiatan dalam suatu kota.
Selain itu sirkulasi dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat
aktivitas/kegiatan dan lain sebagainya. Salah satu elemen perancangan kota
yang paling berkaitan dengan elemen sirkulasi adalah elemen ruang/area
parkir. 7
7
Bima.
14
Parkir adalah suatu tempat yang dipergunakan untuk menempatkan dan
menghentikan kendaraan pada jangka waktu yang lama atau hanya untuk
transit dan/ atau tergantung kebutuhannya (Wicaksono dalam Ginting &
Sejahtera, 2019). Terdapat dua cara penempatan parkir yaitu1) parkir on street,
jenis parkir yang menggunakan sebagian badan jalan sehingga mengurangi
lebar efektif jalan dan berpotensi kemacetan jalan; 2) parkir off street, jenis
parkir yang menggunakan tempat diluar area badan jalan atau tidak
menggunakan bagian jalan dan biasanya parkir jenis ini ada di area
perkantoran, area perbelanjaan, area fasilitas umumdan sosial lainnya. Parkir
off street terdiri dari parkir sejajar, parkir menyudut dan parkir tegak lurus
(Ginting & Sejahtera, 2019) 8
Gambar 2.1.3.c : Contoh Sirkulasi dan Parkir pada Alun Alun Banyumas
8
Lutfiana.
15
c. Penyediaan tempat parkir khusus.
d. Penyediaan tempat parkir di pinggiran kota.
9
Risdian, Sari, and Rukayah.
10
B A B Ii, ‘Bab Ii Perancangan Kota 2.1.’, 1985, 22–30.
16
D. Ruang Terbuka (Open Space)
Elemen ruang terbuka menurut Shirvani (1985) terdiri dari taman-
taman dan lapangan hijau, air, penerangan, paving, kios-kios, pancuran
minum, patung, jam, jalur pejalan kaki, dan penanda.
17
Hamid Shirvani dalam bukunya the Urban Design (1985:7)
memasukkan open space sebagai salah satu dari delapan elemen arsitektur
kota. p, hardscape (jalan, trotoar dan sejenisnya), taman dan area rekreasi
didaerah perkotaan. Dari pernyataan Shirvani ini, sudah sangat jelas bahwa
ruang terbuka memang mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pembentukan arsitektur kota. Kota memerlukan ruang-ruang publik tempat
warga kota berinteraksi, mencari hiburan atau melakukan kegiatan yang
bersifat rekreatif. 11
11
Ari Widyati Purwantiasning, ‘Konsep Ruang Terbuka Sebagai Elemen Arsitektur Kota’, Jurnal
Arsitektur NALARs, 9 Nomor 1.Januari (2010), 1–15.
12
Fitria Handayati, ‘Analisis Sebaran Ruang Terbuka Hijau Di Kecamatan Banyumas Kabupaten
Pringsewu Tahun 2018’, Jurnal Geografi, 126.1 (2019), 1–7.
18
Fungsi ruang terbuka dapat dijabarkan sebagai berikut:
Fungsi umum:
Tempat bersantai.
Tempat komunikasi sosial.
Tempat peralihan, tempat menunggu.
Sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar.
Sebagai pembatas atau jarak diantara massa bangunan.
Fungsi ekologis:
Penyegaran udara.
Penyerapan air hujan.
Pengendalian banjir.
Memelihara ekosistem tertentu.
Pelembut arsitektur bangunan.
Dilihat dari fungsi ruang terbuka tersebut, manfaat ruang terbuka baik
secara fisik perkotaan yang berkaitan dengan fungsi ekologi maupun secara
sosial, mempunyai arti penting terhadap keberlangsungan kota itu sendiri.
Perencanan ruang terbuka (open space) akan senantiasa terkait dengan perabot
jalan/taman (street furniture). Street furniture ini bisa berupa lampu, tempat
sampah, papan nama, bangku taman dan sebagainya. Dalam perencanaan ruang
terbuka, langkah- langkahnya adalah :
19
a. Survey pada daerah yang direncanakan untuk menentukan kemampuan
daerah tersebut untuk berkembang.
b. Rencana jangka panjang untuk mengoptimalkan potensi alami (natural)
kawasan sebagai ruang publik.
c. Pemanfaatan potensi alam kawasan dengan menyediakan sarana yang
sesuai.
d. Studi mengenai ruang terbuka untuk sirkulasi (open space circulation)
mengarah pada kebutuhan akan penataan yang manusiawi.
20
E. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian)
Menurut Shirvani, 1985 , Ketersedian elemen jalur pejalan kaki
seperi: bangku, pecahayaan, dan taman-taman menambah nilai unsur
keindahan sehingga terlihat perbedaan sirkulasi bagi pejalan kaki dan
sirkluasi kendaraan.
13
Andi Imelda Candra Sari, ‘JALUR PEDESTRIAN ADALAH HAK RUANG BAGI PEJALAN KAKI(Studi Kasus :Pada
Ruang Publik; Lapangan Taruna Dan Taman Kota, Kota Gorontalo)’, Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa Dan
Teknologi, 2.1 (2014), 47–56.
21
dan sebagainya.
14
Bima.
22
F. Pendukung Aktivitas (Activity Support)
Pendukung (support) atau penyokong adalah yang mendukung atau
menyokong sesuatu.Kegiatan (activity) atau aktifitas secara mendasar
mengarah kepada sesuatu pergerakan. Pendukung Kegiatan ( Activity Support)
berarti potensi/elemen yang mendukung kegiatan sesuatu.
15
Adi Sasmito, ‘PENDUKUNG KEGIATAN ( ACTIVITY SUPPORT ) Adi Sasmito *)’, 1992, 1–7.
23
fasilitas yang menampung activity support yang bertitiktolak dari skala
manusia.
24
G. Elemen Penanda (Signage)
Menurut Shirvani (1985), penanda yang dimaksudkan adalah
petunjuk arah jalan, rambu lalu lintas, media iklan, dan berbagai bentuk
penanda lain. Keberadaan penandaan akan sangat mempengaruhi visualisasi
kota jika jumlah cukup dan memilik karakter yang berbeda.
25
Ruang (jarak dan ukuran) yang memadai dan diatur sedemikian rupa, untuk
menjamin jarak penglihatan dan menghindari ketidakteraturan dengan
elemen atau signage yang lain.
Tidak mencolok atau menyilaukan, pembatasan penggunaan lampu hias
kecuali penggunaan khusus untuk empat hiburan,theatre, tempat
pertunjukkan dan sebagainya (tingkat terangnya harus diatur agar tidak
mengganggu).
26
H. Preservasi (Preservation)
Preservasi dan konservasi (Preservation), yang meliputi perlindungan
terhadap tempat tempat atau aset kota yang sudah ada, disamping bangunan-
bangunan bersejarah.
27
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perancangan Kota (Urban Design) merupakan suatu perpaduan kegiatan antara
profesi perencana kota, arsitektur, lansekap, rekayasa sipil, dan transportasi dalam
wujud fisik.
Sebuah ruang kota secara ideal dilingkupi oleh dinding, lantai dan mempunyai
maksud yang tegas utnuk melayani.
Skala ruang terbuka ini lebih banyak ditentukan oleh pohon, semak, batu-
batuan dan permukaan tanah daripada ditentukan oleh lebar dan panjangnya.
Menurut Hamid Shirvani dalam bukunya “The Urban Design Process”
terdapat delapan elemen perancangan kawasan yaitu :
o Tata guna lahan (land use),
o Bentuk dan massa bangunan (building form and massing),
o Sirkulasi dan ruang parkir (circulation and parking),
o Ruang terbuka (open space),
o Jalur pejalan kaki (pedestrian)
o Aktivitas pendukung (activity support)
o Penandaan (signage) dan
o Preservasi (preservation)
28
DAFTAR PUSTAKA
Azmah Fithri, Cut, ‘Perancangan Kota’, Perancangan Kota, 66 (2012), 37–39
Bima, ‘Kajian Pengaruh Pengembangan Activity Support (Kegiatan Pendukung) Fasilitas
Pendidikan Terhadap Elemen Perancangan Kawasan Pada Koridor’, Hilos Tensados, 1
(2005), 1–476
Keimigrasian, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang, ‘No Titlep’, Phys. Rev. E,
2011, 24
Lutfiana, Unsani, ‘Kualitas Elemen Perancangan Kota Pada Kawasan Alun-Alun Pancasila
Salatiga’, Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan Dan Lingkungan, 12.3 (2023), 275
<https://doi.org/10.22441/10.22441/vitruvian.2023.v12i3.006>
Purwantiasning, Ari Widyati, ‘Konsep Ruang Terbuka Sebagai Elemen Arsitektur Kota’,
Jurnal Arsitektur NALARs, 9 Nomor 1.Januari (2010), 1–15
Risdian, Happy, Suzanna Ratih Sari, and Raden Siti Rukayah, ‘Elemen Perancangan Kota
Yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Ruang Kota Pada Jalan Jendral Sudirman Kota
Salatiga’, Modul, 20.01 (2020), 10–17 <https://doi.org/10.14710/mdl.20.01.2020.10-17>
Sari, Andi Imelda Candra, ‘JALUR PEDESTRIAN ADALAH HAK RUANG BAGI
PEJALAN KAKI(Studi Kasus :Pada Ruang Publik; Lapangan Taruna Dan Taman Kota,
Kota Gorontalo)’, Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa Dan Teknologi, 2.1 (2014), 47–56
29