Anda di halaman 1dari 24

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/317338685

Konsep Penataan Ruang Ideal

Conference Paper · December 2011

CITATION READS

1 8,398

1 author:

Zaflis Zaim
Universitas Islam Riau
28 PUBLICATIONS 4 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Looking for Interaction Strategies and Decision Making Process in Participatory Land Use View project

Identifying to spatial data quality and Increasing participation rates View project

All content following this page was uploaded by Zaflis Zaim on 04 June 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Oleh: Zaflis Zaim *

Disampaikan dalam acara “Sosialisasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan


Ruang , Hotel Sapadia Pasir Pengaraian, 21 Desember 2011.
(*) Dosen Teknik Planologi , Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota,
Fak.Teknik Universitas Islam Riau (Email: zaf_za@yahoo.com)
DEFINISI:
1. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang (Undang-
Undang Penataan Ruang No.26/2007).

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang
direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya,
1997).
DEFINISI:
1. Desa adalah suatu permukiman kecil di luar kota dengan jumlah
penduduk terbatas, luas daerah geografis terbatas, kepadatan
penduduk rendah, berpola hubungan tradisional dgn mata pencaharian
utama bidang pertanian (Kamus Tata Ruang).

2. Kota adalah:
a.Wilayah berpenduduk relatif besar, luas area terbatas & pada
umumnya bersifat non agraris dengan kepadatan penduduk relatif
tinggi (Kamus Tata Ruang, 1997).
b.Kota adalah suatu permukiman yang relative besar, padat dan
permanen, terdiri dari kelompok individu yang heterogen dari
segi social (Rappoport, Amos, 1955).

3. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama


bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman kota, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
DEFINISI:

4. Permukiman adalah;
a. Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal / hunian & tempat kegiatan yang mendukung penghidupan
(Doxiadis, CA, 1967).

b. Kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama


sebagai tempat tinggal yang dilengkapi prasarana dan sarana lingkungan
dan tempat kerja yang memberikan pelayanan serta kesempatan kerja
terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi
permukiman tersebut dapat berdayaguna dan berhasil guna (Kamus
Tata Ruang, 1997).
SIAPA YANG MERENCANAKAN KOTA..??

BAGAIMANA KOTA YANG IDEAL..??


Jalan Toll sebagai atap
rumah
Rumah di bawah Jembatan
Kawasan Perdagangan &
Hunian di tepian Rel KA
Permukiman yang tumbuh secara
masif tanpa Ruang Terbuka Hijau
(RTH)
Habitat Satwa yang terancam:
1. Pada masa Pra-Revolusi Industri; masyarakat urban yang ideal adalah yang
diperintah dengan prinsip berkeadilan dan mempunyai prinsip kehidupan
bersama berdasarkan etika (Plato, Critias & Timaeus)
2. Pada masa revolusi industri abad ke-19 di Eropa Barat, pengertian “Kota Ideal
dikaitkan dengan wujud fisik dari sebuah masyarakat urban yang mampu
mengintegrasikan berbagai strata sosial ke dalam sebuah lingkungan yg baik.
3. Pada masa pembangunan masyarakat modern (abad 20), Kota Ideal“
didefinisikan sebagai sebuah kota dengan wujud fisik yang modern dan
industrialis tetapi sekaligus bersifat humanis (Contoh: upaya Ebenezer
Howard berusaha mewujudkan ide Garden City-nya dengan membangun kota
baru di Letchworth).

Jadi:
Kota Ideal“ yang dimaksud di sini, bisa mempunyai wujud fisik tertentu,
bisa juga tidak.
Dua unsur utama terkait impian kota ideal:
1. Sistem ekologis kota yang berkelanjutan.

2. Kemampuan berkembang secara berkeadilan (just-city),


ekonomi tumbuh berkelanjutan (growth-city) dan secara
kultural mampu mengembangkan identitas lokal yang kuat
(urban cultural identity).
Secara konseptual makro, ciri-ciri kota yang
ideal adalah (Santoso, Jo, 2009):

A. Kota yang mampu mengantisipasi proses urbanisasi, yaitu mampu


menyediakan ruang hidup yang berkualitas bagi semua penghuninya. Hal
ini bisa tercapai bila distribusi tanah perkotaan, utilitas dan fasilitas
perkotaan dilakukan secara berkeadilan dengan tujuan untuk dapat
menampung berbagai tingkat kegiatan ekonomi mulai dari ekonomi
kampung, ekonomi urban, ekonomi regional maupun ekonomi global.

B. Kota yang dapat berfungsi sebagai agent of development, yaitu


mampu menjadi pemacu perkembangan ekonomi nasional dalam rangka
proses transformasi masyarakat secara keseluruhan dari negara
berkembang menjadi negara yang mampu bersaing secara global,
demokratis dan bermartabat. “Kota yang ideal“ harus mampu mengatasi
struktur ekonomi urban yang sangat lemah dalam menghadapi dominasi
ekonomi global.
C. Kota yang secara sosial & kultural harus menjadi bagian
terintegrasi di tingkat lokal-regional, bukan sebagai agen perantara
yang secara sepihak mendukung kepentingan politik negara-
negara adikuasa dan secara berat sebelah hanya berfungsi
sebagai penyebar kultur universal yang bersifat generik di kota
kota di Indonesia.

D. Kota yang mempunyai ketahanan yang kuat atau kemampuan tinggi


untuk menetralisasi proses perubahan iklim. Masalah yang harus mampu
diatasi oleh “Kota Ideal“ yang kita impikan adalah datangnya ancaman
dalam bentuk perubahan sistem ekologis. Kota yang ideal dalam pengertian
ini adalah kota yang mampu menjinakkan dampak negatif dari kenaikan
suhu bumi seperti perubahan iklim, kenaikan permukaan air laut, kekeringan,
banjir, tanah longsor dan seterusnya.
Konsep Dasar Pembangunan Kota ideal (Kaidah Teknis)

Ruang kota adalah rongga yang terbentuk oleh elemen-elemen


pembentuk kota baik secara alami atau buatan.

Kota yang baik idealnya terbagi dalam beberapa blok peruntukan yang
terhubung secara hierarkis melalui sistem jaringan jalan yang
dibedakan menurut fungsinya serta dilengkapi sarana & utilitas kota
yang memadai. Peruntukan fungsi tiap blok antara lain:
a. Pusat pemerintahan
b. Pusat perdagangan & jasa
c. Pusat permukiman/perumahan
d. Pusat sarana umum (RTH, taman, plaza dan lainnya).
e. Kawasan lindung & budidaya lainnya (sempadan sungai, laut, mata
air)
Kualitas ruang kota akan baik jika:
a. Skala & Proporsi seimbang.
b. Adanya kesinambungan elemen-elemen kota

Elemen-elemen fisik kota (Shirvani, 2001):


a. Land Use atau guna lahan. Dua hal yang menjadi pertimbangan dalam penata
gunaan lahan:
- Pertimbangan umum, adalah aspek-aspek terkait bagaimana seharusnya suatu
zona dikembangkan.
- Pertimbangan pejalan kaki /street level (untuk menciptakan ruang yang
manusiawi)
b. Bentuk & Massa Bangunan, yaitu berkaitan dengan bentuk fisik & penampakan
bangunan. Bagaimana bangunan & penataannya dapat menjadi bangunan yang
bisa berhubungan secara harmonis dengan bangunan lain di sekitarnya.
 Ketinggian (floor area ratio/FAR)  Skala proporsi

 Besaran  Bahan

 Koefisien dasar bangunan (KDB)  Tekstur

 Setback bangunan / ROW  Facade

 Model bangunan  Warna


c. Sirkulasi & Parkir. Sirkulasi merupakan satu aspek yang kuat dalam
membentuk struktur lingkungan perkotaan. Tiga prinsip pengaturan
sirkulasi adalah:

 Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memberikan


dampak visual positif.
 Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan
membuat lingkungan menjadi jelas terbaca
 Sektor publik harus terpadu dan saling bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama.
d. Open Space. Open space didefinisikan sebagai landscape, hard
space (jalan, side-walks), taman, ruang rekreasi.

Fungsi Ruang terbuka, yaitu:


1. Menyediakan cahaya dan sirkulasi udara ke dalam bangunan
terutama di pusat kota.
2. Menghadirkan kesan perspektif dan visa pada pemandangan kota
(urban scane) terutama di kawasan pusat kota yang padat.
3. Menyediakan arena rekreasi dengan bentuk aktifitas khusus.

4. Melindungi fungsi ekologi kawasan (area resapan & menjamin


ketersediaan air tanah)
5. Sebagai area cadangan untuk pengembangan lahan dimasa
depan (cadangan fasos & fasum).
e. Jalur Pejalan Kaki.
Sistem pejalan kaki yang baik akan mengurangi ketergantungan
terhadap kendaraan bermotor, meningkatkan pergerakan di pusat kota,
meningkatkan lingkungan dgn mempromosikan sistem skala manusia,
meningkatkan aktivitas retailing, & meningkatkan kualitas udara.

f. Pendukung Aktivitas.
Timbul oleh adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum
dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang
kota yang menunjang akan keberadaan ruang umum kota.
g. Signage (penanda). Ukuran dan kualitas dari papan reklame diatur untuk:
- Menciptakan kesesuaian.
- Mengurangi dampak negatif visual.
- Dalam waktu bersamaan menghilangkan kebingungan serta
persaingan dengan tanda lalu lintas atau tanda umum yang
penting.
- Tanda didesain dengan baik maka akan menyumbangkan karakter
pada fasade bangunan dan menghidupkan street space dan
memberikan informasi bisnis.
h. Preservasi
 Dalam rancang kota, preservasi harus diarahkan pada perlindungan
kawasan permukiman yang ada dan membentuk urban place. Sama
seperti tempat atau bangunan sejarah, hal ini berarti pula
mempertahankan kegiatan yang sedang & akan terus berlangsung di
tempat itu.
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai