LATAR BELAKANG
TINJAUAN PUSTAKA
Melihat permasalahan dan potensi yang terdapat di Kota Jantho, maka studi pustaka yang
dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas tiga teori utama yaitu:
1. Kota Kompak (Compact City)
a. Konsep kota Kompak (Compact City)
Kota kompak adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan yang berfokus pada kota yang
memiliki tingkat kepadatan yang relatif tinggi, mendorong perkembangan bangunan dengan fungsi
campuran (Mixed Used) dan memiliki batas kota yang jelas (Jenk et al, 1996). Song & Knaap
(dalam Neuman, 2005) mengatakan bahwa kota kompak memiliki karakteristik kepadatan hunian,
penggunaan lahan campuran, peningkatan interaksi sosial dan ekonomi, pembangunan kota yang
terkendali, transportasi multimoda, tingkat aksesibilitas yang tinggi, dan rasio ruang terbuka hijau
(RTH) yang rendah. Kota kompak mendukung intensifikasi lahan, perumahan yang lebih tinggi
dengan tujuan perencanaan untuk kekompakan dan integrasi antara penggunaan lahan (Burgess &
Jenks, 2000).
Sedangkan menurut Roychansyah (2006) terdapat enam elemen penting kota kompak yaitu:
1. Pemadatan populasi
2. Penguatan sentral kegiatan
3. Penggunaan transportasi umum secara optimal
4. Ukuran kota yang optimal
5. Ekonomi sosial masyarakat yang sejahtera
6. Proses menuju kota kompak.
3. Sistem Transportasi
Sistem transportasi kota adalah komponen transportasi yang saling terintegrasi untuk melayani
wilayah perkotaan. Komponen tersebut meliputi manusia, barang, alat angkut, tempat bergerak,
sarana transportasi, dan sistem yang mengaturnya (Miro, 1997). Transportasi adalah kegiatan
pemindahan, pengangkutan atau pengiriman manusia ataupun barang yang didukung dengan
sistem yang baik dari suatu lokasi ke lokasi lainnya sehingga memperoleh keuntungan ekonomi.
Sistem jaringan adalah jaringan transportasi yang dapat memudahkan pergerakan manusia
dan/atau barang. Sedangkan sistem pergerakan merupakan manajemen lalu lintas sehingga
menciptakan pergerakan barang dan/atau barang dengan aman, nyaman, dan sesuai dengan
lingkungan (Tamin, 2000).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kota Jantho, Aceh Besar. Jenis penelitian yang digunakan adalah
kualitatif dengan teknik studi literatur. Adapun variabel penelitian ini mengadopsi dari penelitian
yang dilakukan oleh Ratnaningtyas, et al (2022). Variabel penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut:
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan 13 Gampong yang berada di Kecamatan
Kota Jantho, gampong Jalin merupakan gampong yang memiliki luas terbesar dengan luas wilayah
sebesar 273.04 Ha dan ukuran terluasnya merupakan lahan non pertanian sebesar 268.29 Ha
sedangkan gampong Bukit Meusara merupakan gampong yang memiliki luas terkecil dengan luas
wilayah sebesar 2.99 Ha dan ukuran terluasnya merupakan lahan non pertanian sebesar 2.61 Ha.
Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kota Jantho termasuk ke dalam kategori
kepadatan guna lahan rendah di Kabupaten Aceh Besar. Hal ini terlihat dari masih banyaknya
lahan terbuka hijau. Penggunaan lahan di Kota Jantho terdiri dari area permukiman, area
perkantoran, sekolah, fasilitas kesehatan, tempat ibadah, area wisata, dan fasilitas publik seperti
gedung olahraga, penginapan, dll. Hal ini menunjukkan konsep kota kompak yang identik dengan
kepadatan penduduk yang tinggi tidak dimiliki oleh Kota Jantho. Oleh karena itu penerapan
konsep kota dari segi kepadatan penduduk sudah teratasi. Commented [CNH4]: Sudah di perbaiki Bahasa di
paragraph ini
2. Kepadatan Permukiman
Berdasarkan data dari Materi Teknis RTRW Kabupaten Aceh Besar 2012 – 2032, luas
permukiman di kota Jantho berdasarkan data spasial adalah 937, 96 Ha dari luas total Kota Jantho
sebesar 593 Km2. Angka tersebut menunjukkan bahwa kawasan permukiman hanya sebesar
kurang lebih 1,6% dari luas total Kota Jantho.
Selain fasilitas yang disebutkan diatas, terdapat pula fasilitas lain seperti perkantoran, gedung
olahraga, dan kawasan wisata. Fasilitas-fasilitas tersebut tentunya belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat perkotaan. Fasilitas umum seperti rumah sakit dan hotel belum tersedia,
sedangkan pusat perbelanjaan yang tersedia belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sehingga masyarakat harus ke daerah lain seperti Kota Banda Aceh untuk memenuhi keperluan-
keperluanya.
5. Aksesibilitas
Aksesibilitas menuju Kota Jantho sudah cukup baik, mulai dari entrance sudah diterapkan
jalan dua jalur sehingga memudahkan pengguna jalan. Jarak tempuh dari jalan raya menuju kota
Jantho sekitar 25 menit perjalanan. Hal lainnya juga dapat dilihat saat memasuki Kota Jantho
aksesibilitas juga sudah cukup baik, kualitas jalan baik dengan median jalan yang lebar. Adanya
penambahan bundaran pada pertemuan antar jalur menambah kenyamanan pengguna dalam
menggunakan sarana dan prasarana jalur transportasi.