Anda di halaman 1dari 26

Mata Kuliah

PENERAPAN KRITERIA
ARSITEKTUR KOTA
PERANCANGAN KOTA
KRITERIA PERANCANGAN KOTA
teori perancangan kota versi Hamid Shirvani (The Urban Design Process,1985)

1. Land Use (Guna Lahan)


2. Building Form and Massing (Bentuk dan Masa Bangunan)
3. Circulation and Parking (Sirkulasi dan Parkir)
4. Open Space (Ruang Terbuka)
5. Pedestrian Ways (Jalan/Jalur Pedestrian)
6. Activity Support (Pendukung Aktivitas)
7. Signage System (Sistem Penanda/Perpapanan)
8. Preservation (Preservasi)

Wajib Dikaitkan dengan Isue-Isue tentang Kota yang Berkelanjutan


(Concepts of: Green City, Tropical City, Compact City, etc.,
and Human Aspect in Urban Design)
Land Use (Guna Lahan)
1
Pengertian
Guna lahan merupakan kebijakan pemerintah kota yang bersifat dua dimensional
(dalam bentuk peta) tapi berpengaruh pada rancangan tiga dimensi (bangunan) di
atas lahan tersebut. Guna lahan juga berkaitan dengan sirkulasi dan perparkiran.

Isu atau permasalahan utama


Tiga masalah utama terjadi berkaitan dengan penerapan sistem guna lahan atau
pemintakatan (zoning) perkotaan yaitu:
(1) tidak adanya diversifikasi kegiatan dalam zona yang sama ("terlalu seragam
"menyebabkan hanya ramai pada waktu tertentu"); (2) kurang memperhitungkan
faktor lingkungan dan fisik alamiah; (3) masalah pemeliharaan dan perbaikan
prasarana kota.

Solusi atau konsep perancangan


Solusi yang ditawarkan menyangkut penggunaan lahan campuran yang dapat
mendorong kegiatan terjadi "24 jam", dengan peningkatan sirkulasi pendestrian,
penggunaan yang lebih baik terhadap sistem prasarana, dilakukannya analisis
berbasis lingkungan, dan peningkatan pemeliharaan dan perbaikan prasarana.
Land Use (Guna Lahan)
1 1. Tetap mengacu arahan fungsi peruntukkan yang tertuang
dalam Tata Guna Lahan RTRW (Rencana Tata Ruang
Wilayah)
2. Efisiensi dan efektifitas pemanfaatan lahan
3. Menciptakan keharmonisan, keterpaduan dan keseimbangan
antar peruntukkan lahan

KOMPONEN PERANCANGAN :
1. Jaringan Penghubung antar fungsi (Jalan, Pedestrian)
2. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
3. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
4. Koefisien Daerah Hijau (KDH)
5. Koefisien Tapak Besmen (KTB)
6. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
CONTOH LAND USE MENURUT
KRITERIA PERANCANGAN KOTA

Source : Urban Redevelopment Authority Singapore, 2002


Building Form and Massing
2 (Bentuk dan Masa Bangunan)
Pengertian
Umumnya, peraturan bangunan mengatur ketinggian, sempadan dan coverage bangunan. Pengalaman
beberapa proyek perancangan kota menyarankan untuk meliputi pula "penampilan dan konfigurasi
bangunan", misal berkaitan dengan warna, bahan bangunan, tekstur, bentuk muka (fasad). Secara
tradisional, hal-hal ini menjadi hak arsitek bersama kliennya. Tapi, sebenarnya hal ini menyangkut
kepentingan masyarakat dan berdampak pada lingkungan kota.

Isu atau permasalahan utama


Isu utama dalam hal ini menyangkut "keseimbangan" hak antara arsitek perancang bangunan individual
dan pemerintah (mewakili perancang kota), dalam hal perancangan eksterior bangunan dan ruang-ruang
antara bangunan. Spreiregen (1965, dalam Shirvani, 1985) menyebutkan tiga isu utama yang berkaitan
dengan bentuk dan massa bangunan perkotaan, yaitu:
(1) "skala" yang berkaitan dengan ketinggian pandang manusia, sirkulasi, bangunan-bangunan
berdekatan, dan ukuran lingkungan;
(2) "ruang kota" berkaitan dengan bentuk-bentuk bangunan, skala dan suasana penutupan
ruang antar bangunan, dan macam ruang kota;
(3) "massa perkotaan" meliputi bangunan-bangunan, permukaan tanah, obyek- obyek dalam
ruang yang dapat membentuk ruang kota dan membentuk pola kegiatan, dalam skala besar atau kecil.

Solusi atau konsep perancangan


Pemerintah kota perlu menyususn pedoman perancangan bentuk dan massa bangunan (dari segi
perancangan kota) berdasar studi/analisis yang komprehensif tentang data fisik kota yang ada (bentuk
bangunan dan unsur-unsur fisik).
Building Form and Massing
2 (Bentuk dan Masa Bangunan)
adalah produk dari penyelenggaraan
bangunan gedung beserta lingkungannya sebagai wujud
pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek termasuk
pembentukan citra/karakter fisik lingkungan, besaran, dan
konfigurasi dari elemen-elemen: blok, kaveling/petak lahan,
bangunan, serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan, yang
dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas ruang
kota yang akomodatif terhadap keragaman kegiatan yang ada,
terutama yang berlangsung dalam ruang-ruang publik.

KOMPONEN PERANCANGAN :
1. Pengaturan Blok Lingkungan
2. Pengaturan Kaveling/Petak Lahan
3. Pengaturan Bangunan (orientasi, sosok, ekspresi, tekstur,
warna)
4. KDB
5. KLB
6. Set Back
CONTOH BUILDING FORM AND MASSING
MENURUT KRITERIA PERANCANGAN KOTA
Circulation and Parking
3 (Sirkulasi dan Parkir)
Isu dan permasalahan utama
Perparkiran mempunyai dua dampak langsung terhadap kualitas lingkungan, yaitu: (1) keberlangsungan
kegiatan perdagangan di pusat kota, dan (2) dampak visual bentuk kota. Sirkulasi dapat membentuk,
mengarahkan, dan mengendalikan pola kegiatan (dan juga pembangunan) kota.

Solusi dan konsep perancangan


Solusi perparkiran meliputi: (1) pembangunan fasilitas parkir pada kawasan yang syarat teknis dan visual
bentuk kotanya; (2) penggunaan ganda berdasarkan perbedaan waktu; (3) "paket parkir", yaitu
perusahaan yang mempunyai karyawan banyak perlu punya kawasan parkir tersendiri dan (4) parkir di
pinggir kota atau pinggir pusat kota, yang dibangun pengembang dengan bantuan Pemerintah (dari lokasi
tersebut disediakan angkutan murah ke pusat kota).

Dalam hal penanganan sirkulasi, Shirvani (1985) menawarkan tiga azas perancangan, yaitu:
(1) Ruang jalan perlu dijadikan sebagai "unsur ruang terbuka visual positif"
(2) Jalan dapat memberi orientasi kepada para pengemudi kendaraan dan membuat lingkungan
menjadi jelas
(3) Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama dalam mencapai tujuan ini. Solusi lain terhadap
isu sirkulasi dapat dilakukan dengan strategi manajemen lalulintas, serta penyebaran kegiatan antar
kawasan di kota (desentralisasi kegiatan yang menimbulkan lalulintas banyak).
Secara umum, kecenderungan penanganan lalu lintas perkotaan meliputi: (i) peningkatan mobilitas gerak
di pusat perdagangan kota, (ii) tidak mendorong penggunaan kendaraan pribadi, (iii) mendorong
pemakaian kendaraan umum, dan (iv) peningkatan akses ke pusat perdagangan kota.
Circulation and Parking
3 (Sirkulasi dan Parkir)
terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan, sirkulasi kendaraan
umum, sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan informal
setempat dan sepeda, sirkulasi pejalan kaki (termasuk masyarakat
penyandang cacat dan lanjut usia), sistem dan sarana transit,
sistem parkir, perencanaan jalur pelayanan lingkungan, dan
sistem jaringan penghubung.
KOMPONEN PERANCANGAN :
1. Sistem jaringan jalan dan pergerakan
2. Sistem sirkulasi kendaraan umum
3. Sistem sirkulasi kendaraan pribadi
4. Sistem sirkulasi kendaraan umum informal setempat
5. Sistem pergerakan transit
6. Sistem parkir
7. Sistem perencanaan jalur servis/pelayanan
8. Sistem sirkulasi pejalan kaki dan sepeda
9. Sistem jaringan jalur penghubung terpadu (pedestrian lingkage)
CONTOH CIRCULATION AND PARKING
MENURUT KRITERIA PERANCANGAN KOTA
Open Space (Ruang Terbuka)
4
Pengertian
Pengertian "ruang terbuka" (open space) bagi tiap orang mungkin berbeda beda, tapi dalam
hal ini, ruang terbuka meliputi: lansekap, hardscape (jalan, trotoar, dan sebagainya), taman,
dan ruang rekreasi di kota. Unsur-unsur ruang terbuka mencakup: taman dan alun-alun,
ruang hijau kota, perabot jalan/ruang kota, kioskios, patung, jam kota, dan sebagainya.

Isu atau permasalahan utama


Pada masa lalu, ruang terbuka tidak pernah dirancang tapi menjadi akibat setelah bangunan-
bangunan berdiri. Dengan kata lain, ruang terbuka belum menjadi unsur terpadu dalam
perancangan fisik.

Solusi atau konsep perancangan


Dalam perancangan kota, ruang terbuka perlu menjadi unsur terpadu dalam perancangan
bangunan (dipertimbangkan dalam proses perancangan bangunan).
Untuk itu, Pemerintah kota perlu menyusun suatu pedoman rancangan hubungan bangunan-
bangunan dengan ruang-ruang terbuka. Contoh: kota Dallas membuat "Natural Open Space
Plan" (tahun 1978). Dalam kaitannya dengan hubungan bangunan dan ruang terbuka, Tankel
(1963, dalam Shirvani, 1985) menyatakan bahwa "nilai penting ruang terbuka bukan terletak
pada kuantitasnya, tapi pada pengaturan ruang-ruang tersebut berkaitan dengan
pembangunan (fisik)".
Open Space (Ruang Terbuka)
4 Ruang terbuka diciptakan sebagai bagian integral dari suatu
lingkungan yang lebih luas.
Penataan sistem ruang terbuka diatur melalui pendekatan
desain tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta
memiliki peran penting baik secara ekologis, rekreatif dan
estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter
terbuka sehingga mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik

KOMPONEN PERANCANGAN :
1. Sistem Ruang Terbuka Umum
2. Sistem Ruang Terbuka Pribadi
3. Sistem Ruang Terbuka Privat yang dapat diakses oleh umum
4. Sistem Pepohonan dan Tata Hijau
5. Area Jalur Hijau
CONTOH OPEN SPACE MENURUT
KRITERIA PERANCANGAN KOTA
Pedestrian Ways
5 (Jalan/Jalur Pedestrian)
Pengertian
Pada masa lalu, perancangan pedestrian di kota jarang dilakukan. Ketika suatu mall
dirancang dengan memperhatikan kenyamanan pejalan kaki, maka mall tersebut
berhasil menarik banyak pengunjung. Jalan pedestrian (jalan pejalan kaki) di samping
mempunyai unsur kenyamanan bagi pejalan kaki juga mempunyai andil bagi
keberhasilan pertokoan dan vitalitas kehidupan ruang kota. Sistem pedestrian yang baik
akan mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor di pusat kota, menambah
pengunjung ke pusat kota, meningkatkan atau mempromosikan sistem skala manusia,
menciptakan kegiatanan usaha yang lebih banyak, dan juga membantu meningkatkan
kualitas udara.

Isu dan permasalahan utama


Isu utama perancangan jalan pedestrian menyangkut "keseimbangan" seberapa untuk
pejalan kaki dan seberapa untuk kendaraan. Di samping itu, keselamatan pejalan kaki
juga menjadi isu utama. Jalan pedestrian sering berkaitan dengan masalah kaki lima

Solusi atau konsep keruangan


Bila ruang pejalan kaki lebih luas daripada yang diperlukan maka terasa "sepi", tapi bila
kurang akan terasa "padat/sesak". Kepadatan ini seringkali baik karena kerumunan
orang akan menarik perhatian orang lain untuk mendekat dan ikut bergabung. Di
beberapa lokasi tertentumisal: di kawasan Malioboro, Yogyakartajalan pedestrian
sengaja dibuat lebih lebar daripada kebutuhan pejalan kaki dengan alasan untuk juga
mewadahi kegiatan pedagang sektor informal (kakilima).
Pedestrian Ways
5 (Jalan/Jalur Pedestrian)
Sebagai bagian dari sistem penghubung antar fungsi dalam
kawasan. Jalur pedestrian mempunyai fungsi sebagai sarana
pergerakan orang atau manusia dari satu tempat sebagai titik
tolak ke tempat lain sebagai tujuan dengan menggunakan moda
jalan kaki

KOMPONEN PERANCANGAN :
1. Dapat di akses oleh siapapun (termasuk penyandang cacat)
2. Mempunyai dimensi dan bentuk yang memenuhi syarat
3. Matrial permukaan yang digunakan mempunyai tingkat
kenyamanan dan keamanan
4. Disarankan mempunyai peneduh (pohon atau elemen lain)
CONTOH PEDESTRIAN WAYS MENURUT
KRITERIA PERANCANGAN KOTA
Activity Support
6 (Pendukung Aktivitas)
Pengertian
Pendukung kegiatan diartikan sebagai semua guna lahan dan kegiatan yang
memperkuat ruang publik perkotaan. Bentuk, lokasi, dan karakteristik suatu kawasan
akan menarik fungsi-fungsi guna lahan, dan kegiatan yang spesifik. Sebaliknya, suatu
kegiatan cenderung memilih lokasi yang paling cocok untuk kegiatan tersebut.
Dengan demikian, penempatan kegiatan yang tepat akan menarik kegiatan-kegiatan
pendukung. Kegiatan pendukung tidak hanya termasuk penyediaan pedestrian atau
plaza (ruang terbuka yang berlantai perkerasan) tapi juga termasuk fasilitas kota yang
menarik kegiatan lainnya. Fasilitas tersebut misalnya: pusat perbelanjaan, taman
rekreasi, pusat pertemuan masyarakat (civic center), perpustakaan kota, dan lain-lain.

Isu utama dan solusi


Kegiatan-kegiatan pendukung perlu dikembangkan, dikoordinasikan dan dipadukan
dengan bentuk-bentuk fisik yang ada. Demikian pula, integrasi kegiatan ruang dalam
dan ruang luar juga diperlukan untuk membuat suasana lebih hidup. Misal: perluasan
tempat duduk suatu restoran dalam ruang ke luar bangunan.
Activity Support
6 (Pendukung Aktivitas)
Merupakan aktifitas yang menghubungkan antar fungsi/fasilitas
dalam sebuah kawasan/kota. Pendukung aktivitas ini dapat
tumbuh dengan subur apabila berada diantara dua atau lebih
kutub kegiatan utama kawasan/kota.
Pendukung aktivitas mempunyai fungsi mengarahkan
kepentingan pergerakan manusia

KOMPONEN PERANCANGAN :
1. Berupa taman terbuka untuk umum
2. Berupa jalur pedestrian, di dalamnya terdapat street vendor (PKL),
cafe (tempat rendevouz)
3. Kegiatan-kegiatan yang bersifat instan (misal tempat kuliner pada
malam hari
CONTOH ACTIVITY SUPPORTS MENURUT
KRITERIA PERANCANGAN KOTA
Signage System
7 (Sistem Penanda)
Dari segi perancangan kota, papan/nama/reklame/informasi
sebagai sistem penanda perlu diatur agar terjalin kecocokan
lingkungan, pengurangan dampak visual negatif, mengurangi
kebingungan dan kompetisi antara papan informasi publik dan
papan reklame. Papan nama/reklame yang dirancang baik akan
menambah kualitas tampilan bangunan dan memberi kejelasan
informasi usaha

KOMPONEN PERANCANGAN :
1. Visibilitas (keterlihatan) papan/tanda
2. Legibilitas informasi (keterbacaan, kejelasan)
3. Tidak mencolok baik dari segi kualitas gambar maupun warna
4. Keharmonisan papan nama/reklame dengan arsitektur bangunan
5. Pengendalian pemakaian lampu kedip untuk reklame (kecuali untuk
tanda keselamatan lalulintas/tanda "hati-hati", atau untuk bioskop dan
sebagainya
6. Skala dan proporsi bentuk
CONTOH SIGNAGE SYSTEM MENURUT
KRITERIA PERANCANGAN KOTA

X
Preservation (Preservasi)
8 Preservasi atau perlindungan tidak hanya diberlakukan untuk
bangunan bersejarah, tapi juga untuk bangunan dan tempat
yang dianggap perlu dilestarikan. Preservasi biasanya juga
mempertimbangkan faktor ekonomis dan kultural.
Preservasi sering dipandang sebagai penghambat
pembangunan. Tapi beberapa kegiatan preservasi justru
menciptakan kegiatan ikutan yang mendorong keberhasilan
usaha dan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)
KOMPONEN PERANCANGAN :
1. Preservasi bangunan dan kawasan perlu mampu mendorong peningkatan
perekonomian daerah.
2. Pada masa kini, preservasi bergeser dari "pelarangan" menjadi
"perlindungan".
3. Peraturan tentang preservasi berbeda dari satu kota ke kota yang lain.
Meskipun demikian, terdapat unsur-unsur yang sama, yaitu: (i) standar
penetapan obyek preservasi; (ii) pengkajian oleh tim atau dewan kajian
arsitektur atau komisi preservasi; (iii) standar kajian untuk preservasi,
demolisi (penghancuran), dan alterasi (pengubahan); (iv) perlindungan
landmark.
CONTOH PRESERVATION MENURUT
KRITERIA PERANCANGAN KOTA
TERIMA KASIH
SEMOGA
BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai