Anda di halaman 1dari 8

PERUMAHAN & PERMUKIMAN

LAPORAN

“KELURAHAN LAYANA”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

MUHAMMAD RIZALDY PUTRA F 231 17 114

MUH. AFIK YUSFIKAR ALSAM F 231 17 096

ELIZABETH NAFTHALIANA BERMULI F 231 17 122

PROGRAM STUDI S-1

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.
Sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 28, bahwa rumah
adalah salah satu hak dasar rakyat dan oleh karena itu setiap Warga Negara berhak untuk
bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selain itu rumah juga
merupakan kebutuhan dasar manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan
dan penghidupan, serta sebagai pencerminan diri pribadi dalam upaya peningkatan taraf
hidup, serta pembentukan watak, karakter dan kepribadian bangsa.
Pembangunan perumahan dan permukiman selalu menghadapi permasalahan pertanahan,
terlebih di daerah perkotaan terkait ketersediaan lahan yang terbatas. Kecenderungan
pengembangan pertumbuhan penduduk mengarah pada wilayah pinggiran kota sebagai akibat
perluasan aktivitas kota. Pusat kota sudah tidak mampu lagi menampung desakan jumlah
penduduk. Pertambahan penduduk yang terus meningkat mengindikasikan bahwa
perkembangan penduduk menyebar ke arah pinggiran kota (suburban) sehingga sebagai
konsekuensinya adalah terjadi perubahan penggunaan lahan di perkotaan. Keterbatasan lahan
kosong di perkotaan menjadikan daerah pinggiran kota menjadi alternatif pemecahan
masalah.
Saat ini, kota-kota di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat sehingga
muncul pergeseran fungsi-fungsi kekotaan ke daerah pinggiran kota (urban fringe) yang
disebut dengan proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar dari kota (urban
sprawl). Akibat selanjutnya adalah di daerah pinggiran kota akan mengalami proses
transformasi spasial berupa proses densifikasi permukiman dan transformasi sosial ekonomi
sebagai dampak lebih lanjut dari transformasi sosial. Proses densifikasi permukiman yang
terjadi di daerah pinggiran kota merupakan realisasi dari meningkatnya kebutuhan akan ruang
di daerah perkotaan (Giyarsih, 2001).
Dalam rangka mempersiapkan Kecamatan Mantikulore sebagai kawasan perumahan dan
permukiman skala sedang dan tinggi, sesuai arahan rencana tata ruang, sehingga di perlukan
kajian untuk mempersiapkan lahan dan daya dukung serta daya tampung kawasan di
Kelurahan Layana Indah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas kita dapat mengetahui bahwa pembangunan
perumahan dan permukiman selalu menghadapi permasalahan terkait ketersediaan lahan yang
terbatas sehingga di perlukan kajian untuk mempersiapkan lahan dan daya dukung serta daya
tampung kawasan di Kelurahan Layana Indah Kecamatan Mantikulore Kota Palu untuk
mempersiapkan kawasan perumahan dan permukiman skala sedang dan tinggi,

1.3 Tujuan Dan Sasaran

1.3.1 Tujuan
Tujuan dari tugas besar perumahan dan permukiman untuk mengetaui daya dukung
serta daya tampung kawasan di Kelurahan Layana Indah Kecamatan Mantikulore Kota Palu
untuk mempersiapkan kawasan perumahan dan permukiman skala sedang dan tinggi,
sehingga di perlukan kajian terkait

1.3.2 Sasaran
Adapun sasaran dalam tugas besar ini yaitu:

1. Mengidentifikasi karakteristik fisik dan non- fisik pada Kelurahan Layana Kecamatan
Mantikulore Kota Palu?
2. Mengidentifikasi daya dukung serta daya tampung kawasan di Kelurahan Layana
Indah Kecamatan Mantikulore Kota Palu?
3. Melakukan analisis terkait karakteristik sosial kependudukan dan proyeksi
penduduk, karakteristik perumahan dan kawasan permukiman, Kebutuhan sarana
dan prasarana permukiman dan daya dukung serta daya tampung kawasan di
Kelurahan Layana Indah Kecamatan Mantikulore Kota Palu?

1.4 Manfaat
Untuk mengetaui daya dukung serta daya tampung kawasan di Kelurahan Layana Indah
Kecamatan Mantikulore Kota Palu untuk mempersiapkan kawasan perumahan dan
permukiman skala sedang dan tinggi.
BAB II
TINJAUN TEORI

2.1 Pengertian Perumahan dan Permukiman


2.1.1 Pengertian Perumahan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Pemukiman. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.
Perumahan merupakan salah satu bentuk sarana hunian yang memiliki kaitan yang sangat erat
dengan masyarakatnya. Hal ini berarti perumahan di suatu lokasi sedikit banyak
mencerminkan karakteristik masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut, (Abrams, 1664 :
7).
2.1.2 Pengertian Permukiman
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baikyang
berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan mendukung prikehidupan dan penghidupan.
Perumahan dan permukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan dan berkaitan erat
dengan aktifitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan daerah. Permukiman adalah
perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang ada di dalamnya. Berarti permukiman
memiliki arti lebih luas daripada perumahan yang hanya merupakan wadah fisiknya saja,
sedangkan permukiman merupakan perpaduan antara wadah (alam, lindungan, dan jaringan)
dan isinya (manusia yang hidup bermasyarakat dan berbudaya di dalamnya). (Kuswartojo,
1997 : 21).
Sedangkan pengertian perumahan dan permukiman menurut Guritno Mangkusoebroto
(1993 : 5) adalah tempat atau daerah dimana penduduk bertempat tinggal atau hidup bersama
dimana mereka membangun sekelompok rumah atau tempat kediaman yang layak huni dan
dilengkapi dengan prasarana lingkungan.

2.2 Pengertian Permukiman Kumuh


Kawasan kumuh adalah kawasan di mana rumah dan kondisi hunian masyarakat di
kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai
dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan
rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana
jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya (Kurniasih, 2007).
2.3 Sarana dan Prasarana Permukiman
Berdasarkan UURI No. 4/1992 (tentang Perumahan dan Permukiman) dapat diketahui
berbagai jenis prasarana permukiman seperti yang tercantum dalam Pasal 5 - 7, meliputi:
1. Sarana dasar yang utama bagi berfungsinya suatu lingkungan permukiman adalah (Pasal
5):
a. Jaringan jalan untuk mobilitas manusia dan angkutan barang, pencegahan perambatan
kebakaran, serta untuk menciptakan ruang dan bangunan yang teratur;
b. Jaringan saluran pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah untuk
kesehatan lingkungan; dan
c. Jaringan saluran air hujan untuk pengatusan/drainase, dan pencegahan banjir
setempat.
d. Dalam keadaan tidak terdapat air tanah sebagai sumber air bersih, jaringan air bersih
merupakan sarana dasar.
2. Fasilitas penunjang dimaksud dapat meliputi aspek ekonomi yang antara lain berupa
bangunan perniagaan/perbelanjaan yang tidak mencemari lingkungan. Sedangkan fasilitas
penunjang yang meliputi aspek sosial-budaya, antara lain berupa bangunan pelayanan
umum dan pemerintahan, pendidikan dan kesehatan, peribadatan, rekreasi dan olah raga,
pemakaman dan pertamanan (Pasal 6).
3. Utilitas umum meliputi antara lain: jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telefon,
jaringan gas, jaringan transportasi, dan pemadam kebakaran. Fasilitas umum
membutuhkan pengelolaan secara berkelanjutan dan profesional oleh badan usaha agar
dapat memberikan pelayanan yang memadai kepada masyarakat (Pasal 7).
Conyers, D. dan P. Hills (1984) merinci sarana/fasilitas permukiman dapat meliputi
diantaranya:
1. Fasilitas pelayanan ekonomi dan perdagangan, meliputi:
a. Warung/kios, merupakan unit usaha ekonomi skala terkecil;
b. Pertokoan, merupakan unit usaha ekonomi skala sedang - besar;
c. Pusat perbelanjaan skala lingkungan (toko dan pasar); dan
d. Pusat perbelanjaan dan niaga (toko + pasar + bank + kantor-kantor + industri kecil).
2. Fasilitas pelayanan sosial, meliputi:
a. Fasilitas pendidikan, terdiri dari:
b. Taman Kanak-Kanak (TK);
c. Sekolah Dasar (SD);
d. Sekolah Lanjutan Pertama (SLP); dan
e. Sekolah Lanjutan Atas (SLA).
f. Fasilitas kesehatan, terdiri dari:
g. Balai pengobatan;
h. BKIA + Rumah bersalin;
i. Puskesmas dan Balai pengobatan;
j. Rumah sakit daerah/wilayah;
k. Tempat praktek dokter;
l. Dokter; dan
m. Apotek/toko obat.
3. Fasilitas pelayanan kesejahteraan sosial, meliputi:
a. Tempat ibadah;
b. Balai pertemuan; dan
c. Tempat hiburan.
4. Fasilitas pelayanan pendukung lainnya, meliputi:
a. Taman/tempat bermain (park/play ground);
b. Jalur hijau; dan
c. Tempat pejalan kaki/pedestrian.
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1 Fisik Dasar


Kelurahan Layana Indah terletak pada kordinat 00 48” 26.6 Lintang Selatan dan 119 54”
10.6 Bujur Timur sampai dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tondo
- Sebelah Barat berbatasan dengan Laut ( Teluk Palu )
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Mamboro
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong

Gambar 3.1 Peta Wilayah Administrasi Kelurahan Layana Indah


Sumber: Arcgis 10.5

Karakteristik wilayah Kelurahan Layana Indah menurut elevasi (ketinggian di atas


permukaan laut/dpl) yaitu berada antara 0 – 1000 meter. Ketinggian wilayah umumnya
berada di atas 500 meter dari permukaan laut. Seluruh wilayah merupakan dataran dan
perbukitan dan. Kelurahan Layana Indah berbatasan langsung dengan laut atau daerah pesisir
pantai. Jenis batuan di Kelurahan Layana Indah adalah batuan sedimen merupakan salah satu
jenis batuan yang mana terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas.
3.2 Kependudukan
Jumlah penduduk pada tahun 2018 di Kelurahan Layana Indah sebanyak 3.033 jiwa
dengan kepadatan penduduk 202 jiwa / km2.
Tabel 3.1 Luas wilayah, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk Kelurahan Layana Indah 2018

Luas Wilayah (Km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk / Km2

15 3.033 202
Sumber : Kecamatan Mantikulore dalam angka 2019

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kelurahan Layana Indah pada tahun 2018
laki – laki sebanyak 1.565 jiwa dan perempuan 1.468 jiwa. Terlihat pada angka bahwa
jumlah penduduk laki laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk perempuan.

Tabel 3.1 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio di Kelurahan Layana Indah 2018
Laki – laki Perempuan Sex Ratio
1.565 1.468 107
Sumber : Kecamatan Mantikulore dalam angka 2019

Anda mungkin juga menyukai