Anda di halaman 1dari 57

TUGAS MATA KULIAH PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

“IDENTIFIKASI POTENSI KAMPUNG KUMUH REJOMULYO MENJADI


KAMPUNG TEMATIK”

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Rifki Baihaqi (C.511.18.0036)
Zulvi Noermalita (C.511.18.0039)
Bobby Kevin P (C.511.18.0045)
M rizki bahtiar (C.511.18.0048)
Alifia Nur R (C.511.18.0054)
Elya Fatimatus Z (C.511.18.0055)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tentang:
“IDENTIFIKASI POTENSI KAMPUNG KUMUH REJOMULYO MENJADI KAMPUNG
TEMATIK”.
Laporan ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
laporan ini.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih banyak kekurangan pada laporan ini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki laporan ini.

Semarang, April 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Rumah
adalah kebutuhan primer manusia yang bisa meningkatkan harta, martabat, mutu kehidupan dan
penghidupan, dan sebagai salah satu cerminan diri dalam upaya peningkatan dalam taraf hidup.
Akan tetapi permasalahan dalam sosial masyarakat dalam suatu perumahan dan permukiman juga
banyak ditemukan di hampir semua wilayah, terutama di kota-kota besar yang padat dengan
penduduknya. Salah satu contohnya adalah di Kota Semarang, lebih tepatnya di Kelurahan
Rejomulyo, Semarang Timur.
Pada tahun 2016-2018 daerah kawasan tersebut adalah salah satu kawasan permukiman
kumuh yang paling menonjol di Semarang Timur ini. Berbagai upaya dilakukan pemerintah
dengan menerapkan berbagai program unggulan untuk mengurangi intensitas kawasan kumuh
yang semakin marak terjadi. Dengan berjalannya waktu, pemerintah akhirnya melakukan
revitalisasi kawasan kumuh di permukiman Kelurahan Rejomulyo dengan cara menerapkan salah
satu program unggulan di Kota Semarang.
Sekarang ini, Program tersebut 60% berhasil untuk mengurangi kawasan kumuh tersebut.
Hal tersebut menjadikan Kelurahan Rejomulyo menjadi kampung yang asri dan ramah
lingkungan. Untuk sekarang ini, Kelurahan Rejomulyo dikenal dengan sebutan Kampung Batik,
dimana kelurahan tersebut menjadi citra baik di Kota Semarang. Akan tetapi, potensi kampung
batik tidak selamanya menjadi kawasan ramah lingkungan. Dengan berjalannya waktu
menyeimbangkan kawasan padat penduduk dengan membangun lebih banyak perumahan dalam
suatu permukiman, menjadikan potensi Kampung Batik untuk lestari juga tidak berjalan dalam
jangka waktu yang lama. Sehingga mengharuskan pemerintah membuat kebijakan dan program
lanjutan untuk Kampung Batik tersebut agar tetap menjadi kawasan perumahan dan permukiman
yang tetap asri, bersih dan tentram berkelanjutan.
1.2 Tujuan dan Sasaran
1.2.1 Tujuan :
1. Mengetahui pola sebaran lokasi perumahan di Kelurahan Rejomulyo
2.Mengetahui faktor-faktor fisik yang mempengaruhi pemilihan lokasi perumahan di Kelurahan
Rejomulyo
3.Mengkaji kondisi fisik wilayah pada masing-masing pola keruangan perumahan berdasarkan
kesesuaian dengan RTRW setempat.
1.2.2 Sasaran :
1. Tersusunnya perencanaan strategis dan perencanaan tahunan penyediaan perumahan dan
kawasan
2. Tersedianya data dan informasi penyediaan perumahan Kelurahan Rejomulyo
3. Tersusunnya laporan evaluasi kinerja penyediaan perumahan

1.3 Ruang Lingkup


1.3.1 Kelurahan Rejomulyo
Kelurahan Rejomulyo merupakan kelurahn yang ada di KecamatanSemarang Timur Kota
Semarang. Kelurahan Rejomulyo ini memiliki batas-batas wilayah seperti berikut:
 Sebelah Utara : Kemijen, Semarang Timur
 Sebelah Selatan : Mlatibaru, Semarang Timur
 Sebelah Timur : Tambak Rejo, Genuk
 Sebelah Barat : Tanjung Mas, Semarang Utara
Wilayah Kelurahan Rejomulyo memiliki luas wilayah sebesar 58.447 Hektar dengan
ketinggian 1 meter diatas permukaan laut. Kelurahan Rejomulyo memiliki jumlah penduduk
4.368 yang terdiri dari 2.170 jiwa penduduk laki-laki dan 2.198 jiwa penduduk perempuan.
Kelurahan Rejomulyo terbagi menjadi 7 RW (Rukun Warga) dan 41 RT (Rukun Tetangga)
dengan jumlah KK(Kartu Keluarga) sebanyak 1.363.
Sumber : Website Profil Kelurahan Rejomulyo
Gambar 1.1 Peta Kelurahan Rejomulyo

1.3.2 Kampung Tematik (Kampung Batik)


Wilayah RW 02 Kelurahan Rejomulyo dengan bentuk profil topografinya adalah dataran
rendah dengan ketinggian kurah lebih 1,00 meter diatas permukaan laut, berjarak kurang lebih
2.000 meter dari kantor pusat pemerintahan Kota Semarang. Batas-batas wilayah meliputi :
 Sebelah Utara : Kp. Jaksa
 Sebelah Timur : Jl. Widoharjo
 Sebelah Selatan : Jl. Pattimura
 Sebelah Barat : Jl. MT. Haryono

Wilayah RW 02 ini memiliki jumlah RT sebanyak 10 RT dan jumlah penduduk sebanyak


1.116 jiwa yang terdiri dari 554 penduduk laki-laki dan 562 penduduk perempuan. Mata
pencaharian penduduk sebagian adalah pengusaha industry kecil yang terdiri dari pengrajin batik,
penjual batik, pengrajin sepatu, penjahit, penjual jajanan/kuliner, penjual kebutuhan bahan sepatu,
usaha bawang goring, usaha sablon, dan warung.
1.4 Sistematika Pelaporan
Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari:
1. Bab I pendahuluan berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, ruang
lingkup wilayah yang terdiri dari lingkup wilayah, lingkup materi, dan lingkup kegiatan,
serta sistematika penulisan dibuatnya laporan ini.
2. Bab II Kajian Pustaka tentang perumahan dan permukiman yang terdiri dari, Kajian Teori
tentang perencanaan penggunaan lahan, daya dukung lahan perumahan, kriteria daya
dukung lahan perumahan, lingkungan, persampahan, dan konsep penataan lingkungan.
3. Bab III profil wilayah berisi tentang gambaran wilayah, aspek geografi, luas dan batas
administrasi, letak dan kondisi geografis, topografi, geologi, hidrologi, jenis tanah,
klimatologi, penggunaan lahan, aspek demografi, kondisi sosial ekonomi, sarana
pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, sarana perekonomian, kondisi dasar
drainase, kondisi dasar persampahan, kondisi dasar air limbah, kondisi dasar air minum,
kondisi prasarana listrik, dan kondisi prasarana telekomunikasi yang ada di Kampung
Batik.
4. Bab IV berisi tentang analisis tentang penataan permukiman dan perumahan dan
Lingkungan yang terdiri dari pengelolaan ekonomi, pengelolaan sosial, pengelolaan
ekologi, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan penegakan hukum yang ada di Kampung
Batik.
5. Bab V berisi tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan, dan rekomendasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Perumahan dan Permukiman


2.1.1 Pengertian
1. Pengertian Perumahan Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana lingkungan. Perumahan merupakan salah satu bentuk sarana hunian yang
memiliki kaitan yang sangat erat dengan masyarakatnya. Hal ini berarti perumahan di suatu
lokasi sedikit banyak mencerminkan karakteristik masyarakat yang tinggal di perumahan
tersebut. (UU.RI No.4, 2011)
2. Pengertian Permukiman Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan mendukung prikehidupan
dan penghidupan. Perumahan dan permukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan
dan berkaitan erat dengan aktifitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan daerah.
Permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang ada di dalamnya. Berarti
permukiman memiliki arti lebih luas daripada perumahan yang hanya merupakan wadah
fisiknya saja, sedangkan permukiman merupakan perpaduan antara wadah (alam, lindungan,
dan jaringan) dan isinya (manusia yang hidup bermasyarakat dan berbudaya di dalamnya).
(Sanropie.Djasio, 1992).

2.1.2 Karakteristik Rumah


1. Tinjauan tentang ventilasi
Beberapa alasan rumah dikategorikan memiliki ventilasi buruk adalah karena jumlah
ventilasi yang tidak memadai serta bersatunya dapur dengan ruang tidur atau ruang lain
tempat aktivitas keluarga. Kondisi rumah seperti ini menyebabkan terhambatnya pertukaran
udara dari dalam dan luar rumah dan setidaknya mengakibatkan 3 kemungkinan, yaitu :
kekurangan oksigen dalam udara, bertambahnya konsentrasi CO2 dan adanya bahan-bahan
racun organis yang ikut terhirup. Udara dalam rumah mengalami kenaikan kelembaban yang
bersumber dari penguapan cairan tubuh melalui kulit dan pernapasan. Jika ventilasi ruangan
buruk, maka udara lembab tersebut tidak dapat bertukar dengan udara dari luar rumah.
Udara basah yang dihirup berlebihan akan menyebabkan gangguan fungsi paru-paru
atau pernafasan. Penyakit pneumonia sering ditemukan pada bayi, balita dan ibunya yang
tinggal dalam rumah dengan ventilasi buruk. Hal ini disebabkan bayi dan anak balita lebih
lama dirumah bersama ibunya sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.
(Sanropie Djasio,dkk, 2005)
2. Tinjauan tentang kepada hunian rumah
Rumah kecil, penghuninya yang banyak, kurang ventilasi, kurang pengertian akan
perilaku hidup sehat memudahkan terjadinya penularan pneumonia pada anak balita.
Disamping itu keadaan perumahan yang padat 7 itu dapat meningkatkan faktor polusi dalam
rumah yang telah ada. (Kasjono, Heru Subaris, 2011) Status sosial dalam lingkungan
berpengaruh pada pneumoni. Kemudian peneliti lain menemukan bahwa kepadatan hunian
yang banyak berperan pada kejadian pneumonia adalah kepadatan kamar tidur (sleeping
density). Dikatakan jika kepadatan hunian dikamar tidur melebihi tiga orang dalam satu
kamar, maka besarnya resiko anak terkena pneumonia adalah 1,2 kali dibanding pada
keadaan penghuni kamar yang sesuai standar APHA yaitu setiap penghuni pertama
mendiami 150 sg. Ft (13 meter 2) diperlukan penambahan luas dan setiap penambahan satu
orang penghuni diperlukan penambahan luas lantai 100 sg. Ft (2 meter), sehingga rata-rata
jumlah luas lantaiper penghuni adalah 11 meter atau minimal 10 meter. (Kasjono, Heru
Subaris, 2011) Dari segi kesehatan, kepadatan hunian sangat bermakna pengaruhnya yang
akan memudahkan terjadinya penularan penyakit pneumonia dan penyakit lainnya yang
menyebar melalui udara. Disamping itu semakin banyak orang yang menempati suatu rumah
akan banyak pula menghasilkan karbon monoksida (CO2), yang kurang bermanfaat bagi
kesehatan manusia. (Hariyanto, A, 2007).

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Perumahan


1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial.
Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat dimana rumah itu
didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi pantai, di desa ataukah dikota, di daerah dingin
ataukah di daerah panas, di daerah pegunungan dekat gunung berapi (daerah gempa) atau di
daerah bebas gempa dan sebagainya. Rumah didaerah pedesaan, sudah barang tentu
disesuaikan kondisi sosial budaya pedesaaan, misalnya bahannya, bentuknya dan lain
sebagainya. Rumah didaerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun
harus kokoh, rumah didekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap
serangan-serangan binatang buas. (Cahyati. N, 2012)
2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan
kemampuan keuangan penghuninya, untuk itu maka bahan-bahan setempat yang murah
misal bambu, kayu atap rumbia dan sebagainya adalah merupakan bahan-bahan pokok
pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekedar berdiri pada
saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya (Keman,S, 2005).

2.1.4 Syarat-Syarat Perumahan Yang Sehat


Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi
dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan masyarakat
sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi
persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, 9 sangat
diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan
derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Persyaratan kesehatan perumahan dan
lingkungan pemukiman menurut
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi
parameter sebagai berikut :
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah
longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas
tambang
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan
penerbangan.
2. Kualitas udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan
memenuhi syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut :
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 mikron maksimum 150 mikron/m3
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
3. Kebisingan dan getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .10
4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg

5. Prasarana dan sarana lingkungan


a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman
dari kecelakaan
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu
kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang
cacat,jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak
menyilaukan mata
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan
kesehatan
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan
kesehatan
f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat
hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya
h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya.
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan
yang dapat menimbulkan keracunan.
6. Vektor penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.

Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No.


829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :
1. Bahan bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan
kesehatan, an tara lain : debu total kurang dari 150 g/m2, asbestos kurang dari 0,5 serat/m
3 per24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan.
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme
patogen.
c. Komponen dan penataan ruangan :
1) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.
2) Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah
dibersihkan.
3) Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
4) Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir.
5) Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
6) Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
7) Pencahayaan Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 Lux dan tidak
menyilaukan mata.
2. Kualitas udara
a. Suhu udara nyaman antara 18 – 30°C;
b. Kelembaban udara 40 – 70 %;
c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;
d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni;
e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;
f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.
g. Ventilasi

Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai. Ada 2 macam
ventilasi, yakni :
a) Fungsi kedua dari pada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-
bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara dan sebagainya. Di
pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena merupakan jalan masuknya
nyamuk dan serangga lainya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk
melindungi kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.
b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara
tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok
dengan kondisi rumah di pedesaan. 13 Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan
ventilasi harus dijaga agar udara tidak berhenti atau membalik lagi, harus mengalir.Artinya di
dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
3. Vektor penyakit Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
4. Penyediaan air
a) Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari;
b) Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum menurut
Permenkes 32 tahun 2017
c) Sarana penyimpanan makanan
5. Pembuangan Limbah
a. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan
bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari
permukaan tanah dan air tanah.
c. Kepadatan hunian.
d. Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.

Penyelenggaran pembangunan perumahan (pengembang) yang tidak memenuhi ketentuan


tentang persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman dapat dikenai sanksi pidana
dan sanksi administrasi 14 sesuai dengan UU No. 4 /1992 tentang Perumahan dan Pemukiman,
dan UU No. 36/2009 tentang Kesehatan, serta peraturan pelaksanaannya. Bagi pemilik rumah yang
belum memenuhi ketentuan tersebut diatas tidak dapat dikenai sanksi, tetapi dibina agar segera
dapat memenuhi persyaratan kesehatan rumah.

2.1.5 Fasilitas-Fasilitas Didalam Rumah Sehat Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-
fasilitas sebagai berikut:
1. Penyediaan air bersih yang cukup
2. Pembuangan Tinja
3. Pembuangan air limbah (air bekas)
4. Pembuangan sampah
2.1.6 Penilaian Rumah Sehat
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping sandang dan papan,
sehingga rumah harus sehat agar penghuninya dapat bekerja secara produktif. Konstruksi
rumah dan lingkungannya yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko
sebagai sumber penularan berbagai penyakit, khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.
Berdasar Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilaksanakan tahun 1995 (Ditjen PPM
dan PL, 2002) penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang merupakan penyebab
kematian terbanyak kedua dan tuberkulosis yang merupakan penyebab kematian terbanyak
ketiga erat kaitannya dengan kondisi sanitasi perumahan yang tidak sehat. Penyediaan air bersih
dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat menjadi faktor 15 risiko terhadap penyakit
diare (penyebab kematian urutan nomor empat) disamping penyakit kecacingan yang
menyebabkan produktivitas kerja menurun. Disamping itu, angka kejadian penyakit yang
ditularkan oleh vektor penular penyakit demam berdarah, malaria, pes dan filariasis yang masih
tinggi. Upaya pengendalian faktor resiko yang mempengaruhi timbulnya ancaman kesehatan
telah diatur dalam Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan
perumahan.
Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes tersebut diatas, parameter rumah yang
dinilai meliputi lingkup 3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu :
1) Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur,
jendela kamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur,
pencahayaan.
2) Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana
pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah.
3) Kelompok perilaku penghuni, meliputi perilaku membuka jendela kamar tidur, membuka
jendela ruang keluarga dan tamu, membersihkan halaman rumah, membuang tinja bayi/anak
ke kakus, dan membuang sampah pada tempatnya. Formulir penilaian rumah sehat terdiri
komponen yang dinilai, kriteria penilaian, nilai dan bobot serta hasil penilaian secara terinci
dapat dilihat pada lampiran dari Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
persyaratan kesehatan perumahan.

2.2 Kampung Tematik


Berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2014, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Desa bukan sekadar kampung halaman, pemukiman penduduk, perkumpulan
komunitas, pemerintahan terendah dan wilayah administratif semata. Desa laksana “Negara Kecil”
yang mempunyai wilayah, kekuasaan, pemerintahan, institusi lokal penduduk, rakyat, warga,
masyarakat, tanah dan sumberdaya ekonomi. Setiap orang terikat secara sosiometrik dengan
masyarakat, institusi lokal, dan pemerintahan desa. Tidak ada satupun elemen desa yang luput dari
ikatan dan kontrol desa (Eko, dkk. 2014).
Desa memiliki potensi yang besar. Potensi desa meliputi potensi fisik dan non fisik. Potensi
fisik meliputi sumberdaya manusia, air, tanah (pertanian/perkebunan), iklim, binatang ternak, dan
lingkungan geografis. Sedangkan potensi non fisik meliputi budaya atau kearifan lokal, lembaga-
lembaga sosial, dan organisasi sosial desa. Identifikasi potensi desa harus dilakukan oleh perangkat
desa dan masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Informasi potensi desa dapat dijadikan
sebagai kekuatan untuk mengembangkan desa agar menjadi desa yang mandiri. Meskipun desa
memiliki potensi yang besar, permasalahan desa masih banyak diantaranya tingkat kesejahteraan
dan kualitas hidup masyarakat di pedesaan yang masih rendah, rendahnya produktivitas
masyarakat di desa, ketersediaan sarana prasarana yang belum memadai, urbanisasi, kualitas
lingkungan hidup yang menurun, sumber pangan yang terancam berkurang, kurangnya
aksesibilitas daerah tertinggal terhadap pusat pertumbuhan wilayah, dan pengembangan potensi
ekonomi lokal desa yang belum optimal. Permasalahan-permasalahan ini tidak semuanya terjadi
di semua desa karena desa memiliki karakteristik atau ciri khas masing-masing. Maka dari itu
munculah konsep kampung Tematik, Pengembangan desa tematik merupakan model
pengembangan yang mendasarkan pada potensi dan ciri khas utama desa dengan memilih satu
tema sebagai salah satu fokus utama pembangunan. Pengembangan desa tematik memiliki peranan
penting dalam pengembangan desa, diantaranya sebagai program prioritas utama pembangunan
karena memfokuskan pada satu tema pembangunan, menjadi program keberlanjutan untuk
pemerintahan selanjutnya, sebagai penggerak ekonomi desa dalam memanfaatkan potensi yang
ada. Menurut Eko dkk. (2014)
Konsep Kampung Tematik ini sudah di terapakan oleh Pemkot Semarang,Salah satunya
adalah revitalisasi Kampung batik , selain memperbarui wajah daerah tersebut Pemkot Semarang
ingin mengatasi permasalahan pemenuhan kebutuhan dasar utamanya pada peningkatan kualitas
lingkungan rumah tinggal warga miskin dan dasar permukiman. Kampung Tematik merupakan
titik sasaran dari sebagian wilayah Kelurahan yang dilakukan perbaikan dengan memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut :
• mengubah lokasi kumuh menjadi tidak kumuh / peningkatan / perbaikan kondisi lingkungan.
• peningkatan penghijauan wilayah yang intensif.
• pelibatan partisipasi masyarakat secara aktif .
• mengangkat potensi sosial dan ekonomi masyarakat setempat ( pemberdayaan )
Selain peran Pemkot Semarang masyarakat setempat juga ikut aktiv dalam peningkatan,
potensi lokal yang dimiliki wilayah tersebut. Peningkatan Potensi tersebut berupa :
• usaha masyarakat yang dominan dan menjadi mata pencaharian pokok sebagian besar warga di
wilayah tersebut
• karakter masyarakat yang mendidik ( budaya, tradisi, kearifan lokal )
• masyarakat dan lingkungan yang sehat
• Home industri ramah lingkungan
• Kerajinan masyarakat
• Ciri khas setempat yang lebih kuat / tidak dimiliki kampung lain dan bisa menjadi ikon wilayah

Beberapa manfaat penerapan Konsep Kampung Tematik :


• Pemenuhan dan peningkatan sarana dan prasarana lingkungan (fasum dan fasos ) yang lebih
baik, dan tertata
• Pertumbuhan dan peningkatan ekonomi lokal yang berpotensi meningkatkan pendapatan
keluarga
• Mendukung trademark wilayah tersebut menjadi ikonik, dapat memberikan pengaruh positif
pada warga setempat seperti perubahan mindset dan perilaku warga, keberdayaan masyarakat
• Diharapkan juga dapat memberikan pengaruh positif dan daya tarik (magnet) bagi kampung-
kampung lainnya di Kelurahan tersebut maupun Kelurahan lainnya agar terpicu dan terpacu
untuk mewujudkan tematik serupa
• Munculnya titik – titik kunjungan baru di setiap Kecamatan / Kelurahan yang tidak semuanya
tersentral di tingkat Kota ( terbangunnya sentra-sentra, rumah galeri ) yang mendukung
pengembangan potensi dan ikon Kota Semarang
• Diharapkan dapat menggugah Para Pemberi CSR untuk mereplikasi Kampung Tematik di
Kampung / Kelurahan wilayah lain
2.3 Kampung Batik
Batik adalah kain Indonesia bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan
menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara
tertentu yang memiliki kekhasan. Sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan
motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan
untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of
Humanity) sejak 2 Oktober 2009.
Sekarang batik sudah berkembang di beberapa tempat di luar Jawa, bahkan sudah ke manca
negara. Di Indonesia batik sudah pula dikembangkan di Aceh dengan batik Aceh, Batik Cual di
Riau, Batik Papua, batik Sasirangan Kalimantan, dan Batik Minahasa.
Menurut teknik :
 Batik tulis adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik menggunakan tangan.
Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
 Batik cap adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik yang dibentuk dengan cap (
biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang
lebih 2-3 hari.
 Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
Mulanya batik Belanda hanya dibuat untuk masyarakat Belanda dan Indi-Belanda, namun
lambat laun sesuai dengan permintaan pasar yang semakin meluas maka batik Belanda dapat di
konsumsi oleh masyarakat diluar bangsa Eropa termasuk bangsa Cina. Produksi kain batik
Belanda dilakukan di daerah Pesisir Utara terutama di Kota Pekalongan, Semarang dan
sekitarnya( Doellah, 2002: 164). Ide pembuatan batik Semarang tersebut muncul dari para perajin
masyarakat Semarang khusunya di Kampung Batik sendiri yang kebanyakan masyarakatnya
bermata pencaharian di bidang industri kerajinan. Dengan tujuan ingin menciptakan batik yang
berbeda dengan batik luar lainnya.
Batik di Semarang mengalami banyak perubahan, menempuh lintasan panjang dan
mengalami perubahan nilai-nilai serta ciri khas dan unik. Namun batik semarang mulai dikenal
oleh masyarakat Semarang sekitar abad 20 terlihat pada abad tersebut banyak bermunculan
aktivitas membatik. Mengenai penelusuran sejarah batik di Kota Semarang dapat dijadikan
sebagai acuan yakni keberadaan Kampung Batik di dekat kawasan bubakan. Dalam penamaan
yang menyebut itu Kampung Batik adalah Masyarakat Semarang sendiri, khusunya masyarakat
kampung batik sebab Kebanyakan warga yang bermukim di situ adalah para perajin batik, dan
Kampung Batik tersebut menjadi pusat batik terbesar di Semarang, yang mana lokasinya tersebut
adalah tempat segala bentuk aktivitas membatik dan potensi membatik yang sepenuhnya
berpusat di kampung batik Semarang.
Menurut Serat Kandhaning Ringgit Purwo naskah KGB No.7. Pada tahun 1476 ki Pandan
Arang I telah menetap dipulai Tirang. Peristiwa itu ditandai dengan candra sengkala Awak Terus
Cahya Jati. Yaitu tanda atau penulisan tentang tahun dalam bentuk sandi (Dalam Serat Kanda
edisi Brandes). Kemudian dikisahkan juga bahwa Ki Pandan Arang membuka tempat
pemukiman baru di daerah pegisikan (pantai). Kemudian Suatu hal yang lazim di Jawa adalah
bahwa di sekitar pusat-pusat kekuasaan kuno terdapat kampung-kampung yang diberi nama
sesuai dengan profesi atau mata pencaharian penduduknya. Pada awal abad ke-20, ada suatu
laporan penelitian yang menyatakan bahwa banyak penduduk pribumi di Kota Semarang bermata
pencaharian di sektor industri kerajinan yaitu: kerajinan batik, pembuatan pewarna batik,
pembuatan alatalat rumah tangga dari logam dan sebagainya.
Bukti lain, yang menunjukkan bahwa di Semarang pernah berkembang cukup pesat industri-
industri kerajinan batik adalah laporan pemerintah kolonial Belanda. Dari laporan pemerintah
Belanda tersebut dapat diketahui bahwa dari tahun 1919 sampai dengan tahun 1925, di Semarang
terjadi peningkatan yang sangat pesat di sektor industri batik, baik jumlah industri maupun tenaga
kerjanya (Yuliati,2007:5-6).
2.4 Kampung Hijau
Kampung hijau merupakan salah satu langkah antisipatif yang ditempuh pemerintah dalam
upaya mengurangi kerusakan lingkungan maupun bencana alam. Makna dari kampung hijau di
sini bukan hanya sekedar sebuah kampung yang penuh dengan tumbuh-tumbuhan untuk
penghijauan. Namun, secara lebih mendalam kampung hijau merupakan sebuah tekad “kembali
ke alam”, sehingga pengelolaan kampung mengarah pada aspek lingkungan. Di balik itu semua,
penglelolaan kampung ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan warganya. Indikator
dalam kampung hijau yang ditetapkan Badan Lingkungan Hidup kota Yogayajarta yaitu
mengelola komponen biotik dan abiotik, serta pengelolaan komponen sosial, budaya, dan
kesehatan masyarakat. Indikator ini lebih menonjolkan peran serta perangkat pemerintah desa
atau kampung maupun masyarakat sebagai pilar penting dalam rangka penyelamatan lingkungan
hidup di masa mendatang.
Seperti hal yang sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa kampung hijau bukan hanya sebuah
kampung yang penuh ditanami dengan tumbuh-tumbuhan untuk penghijauan, namun sebuah
pengelolaan lingkungan (“kembali ke alam”) untuk meningkatkan kesejahteraan warganya.
Tujuan jangka panjangnya untuk menjadikan lingkungan permukiman yang ditempati menjadi
lebih nyaman dan berkualitas, baik bagi kehidupan sekarang maupun di masa mendatang.
Menurut Badan Lingkungan Hidup (BLH) Yogyakarta, kampung hijau merupakan sebuah
kampung yang menerapkan indikator komponen lingkungan (biotik, abiotik), komponen sosial,
ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat.
a. Lingkungan (biotik, abiotik), meliputi: penanganan kebersihan lingkungan desa,
konservasi sumber daya alam, pengelolaan fasilitas publik
b. Sosial, meliputi: ruang dan aktivitas yang dapat digunakan secara komunal
c. Ekonomi, meliputi: penyediaan sarana dan prasarana perekonomian
d. Budaya, meliputi: tradisi/perilaku masyarakat (partisipasi)
e. Kesehatan masyarakat, meliputi: peningkatan fasilitas yang mendukung kesehatan jasmani
warga

2.5 Teori Perumahan Berkelanjutan


2.5.1 Pengertian
Pembangunan perumahan berkelanjutan adalah kegiatan membangun lingkungan
perumahan yang mendasarkan pada prinsip-prinsip berkelanjutan. Perumahan berkelanjutan
adalah model konsep yang sangat signifikan untuk mengasilkan lingkungan perumahan
berkualitas bagi perkotaan.
Keberlanjutan dalam perumahan adalah konteks pendekatan pembangunan perumahan
yang mempertimbangkan aspek lingkungan, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Pendekatan
pembangunan mengacu pada World Commision Economic Development di tahun 1987,
menjelaskan bahwa kegiatan pembangunan harus mempertimbangkan keberlanjutan
lingkungan, keberlanjutan ekonomi, dan keberlanjutan sosial. Rentang debat tentang
keberlanjutan sangatlah luas dan banyak pemahaman dan cara pandang yang berkembang
dalam upaya pencapaian pembangunan berkelanjutan. Ada kesenjangan cara pandang dalam
pembangunan perumahan dan pembangunan perkotaan, khususnya tidak adanya konsep
keberlanjutan yang dirujuk secara bersama dalam program kegiatan pembangunan.

2.5.2 Hakikat dan Tujuan


Hakikat dan tujuan perumahan berkelanjutan adalah meminimalkan kerusakan terhadap
lingkungan dan bilamana mungkin mampu meningkatkan kualitas lingkungan perumahan
(Anneke Van Hal, 1998). Perumahan berkelanjutan tidak hanya untuk memenuhi generasi
sekarang tetapi juga generasi mendatang, dan tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar tetapi
juga kualitas lingkungannya (Rebecca L Chiu, 1999). Pendekatan holistik digunakan untuk
mengetahui pencapaian konteks keberlanjutan dalam pembangunan lingkungan perumahan
(David Thorns ,2004). Keberpihakan kepada masyarakat berpenghasilan rendah tentang
perumahan berkelanjutan adalah hal yang utama terutama bagi negara sedang berkembang.
(CL Choughil, 2007). Pada hakikatnya pembangunan perumahan berkelanjutan adalah upaya
menciptakan lingkungan hunian yang sehat dan berkualitas serta dengan pengelolaan yang benar
maka tujuan keberlanjutan tercapai.

2.5.3 Faktor Penghambat Pencapaian Keberlanjutan


Faktor penghambat pencapaian keberlanjutan ( Nazrul Islam, 1996) dapat dilihat atas
proses transisi perubahan pencapaian keberlanjutan (Noam Bergman, dkk, 2007), dan hal
tersebut dapat dilakukan penilaian pencapaian dengan membangun kerangka kerja untuk
penilaian perumahan berkelanjutan yang didasarkan atas prinsip-prinsi utama konteks
keberlanjutan. Nilai pencapaian keberlanjutan disebut sebagai sistem rating, ‘system rating’
menunjukan nilai pencapaian dimensi dapat memberikan dampak minimal bagi
lingkungannya.
Keberlanjutan dalam perumahan berkelanjutan (Boamah S, 2003; Abu Hasan Abu Bakar
dkk, 2011) Bagaimana implementasi ideal atas dimensi-dimensi keberlanjutan pada perumahan
(Thomas S dan Limin H, (2007). Potensi yang ada dibalik proses kegiatan pembangunan
berkelanjutan dapat digali dan dikembangkan melalui inovasi dan modifikasi sistem penilaian
laju pencapaian tersebut. (Al Zubaidi, 2007).
Kerangka pencapaian perumahan berkelanjutan yang dibangun atas 2 dua dimensi
penilaian yang dipertimbangkan dalam tata penilaian berkelanjutan. Bahwa kerangka kerja atau
proses keberlanjutan perumahan dipengaruhi juga oleh Pencapaian Perumahan Berkelanjutan.
Pemilihan Indikator Dalam Penyusunan Kerangka Kerja Berkelanjutan dalam perumahan
berkelanjutan (Boamah S, 2003; Abu Hasan Abu Bakar dkk)
Dimensi lingkungan atau lebih speaifik efisiensi energy merupakan indikator dominan Dalam
memahami dan mengkaji konteks keberlanjutan dalam perumahan, mesklipun ada indikator lain
dalam dimensi sosial dan dimensi ekonomi. Dan yang belum banyak diteliti terkait dengan
perumahan berkelanjutan adalah tentang prilaku penghuni dalam konteks keberlanjuatn (Grenda
Klunder, 2005).
BAB III

PROFIL WILAYAH

3.1 Gambaran Wilayah


Pemukiman kumuh di Kota Semarang yang luas totalnya sekitar 416 hektar kini mulai
berkurang. Salah satu cara Pemerintah Kota Semarang menanganinya yaitu dengan membuat
program Kampung Tematik yang mengangkat ciri khas masing-masing kampung.
Pengembangan kampung tematik, juga diikuti perbaikan infrastruktur serta drainase termasuk
mengajak warga menanam pohon atau tanaman lainnya. Jika lingkungan sudah siap, maka tema
kampung akan dikembangkan sehingga bisa juga dijadikan destinasi wisata. Beberapa kampung
tematik yang sebenarnya sudah ada sejak lama dan kini dibangkitkan kembali antara lain
Kampung Batik di Kelurahan Rejomulyo, Kampung Jajan Pasar di Bangetayu Kulon, dan
Kampung Sentra Bandeng di Kelurahan Tambakrejo. Sedangkan tema-tema baru antara lain
Kampung Susu Perah di Kelurahan Gedawang, kemudian Kampung Anggrek di Kelurahan
Mijen, dan Kampung Mangut di Kelurahan Mangunharjo. Jadi Kampung tematik tersebut bukan
hanya menyelesaikan masalah infrastruktur, tetapi juga menyelesaikan masalah ekonomi, dan
lebih dari itu yang terpenting adalah mampu menggerakkan masyarakat untuk terlibat aktif.

Salah satu kampung batik Terletak di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur,
Kota Semarang. Wilayah ini tergolong kedalam wilayah yang cukup strategis, karena dekat
dengan pusat kegiatan masyarakat seperti pasar Johar, petokoan Agus salim, dan Bundaran
Bubakan. Hal ini menyebabkan Kampung Batik menjadi salah satu destinasi di Kota Semarang.
Sumber : Survey Lapangan 2021
Gambar : 3.1 Gapura pintu Masuk Kampung Batik

Kampung Batik sendiri sudah ada sejak penjajahan Jepang bahkan batik semarang
mempunyai nama di kancah Dunia. Namun hal ini sempat meredup di akibatkan kebakaraan di
Kampung Batik saat penjajahan Jepang. Usaha pemerintah untuk membangkitkan kembali
Kampung Batik Semarang pernah juga di rintis pada awal tahun 1980 namun gagal bertahan.
Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan tersebut.Pemerintah Kota Semarang melalui
Dekranas (Departemen Kerajinan Nasional ) Kota Semarang berupaya menghidupkan kembali
kerajinan dan budaya batik semarangan yang pernah hilang seiring perkemangan zaman.

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2021

Gambar : 3.2 Lukisan Batik


Pemerintah Kota Semarang melalui Dekranas ( Dewan Kerajinan Nasional) Kota
Semarang berupaya menghidupkan kembali kerajinan dan budaya Batik Semarangan yang kini
telah lenyap seiring perkembangan zaman.Sampai saat ini usaha yang telah dirintis oleh
Dekranasda antara lain menjadikan kampung batik menjadi sentra, mengadakan serangkaian
pelatihan yang digelar dengan peserta warga yang memiliki kemauan besar untuk belajar
membatik, Pada tahun 2006 -2008 untuk mendukung sosialisasi dan pencitraan, salah satu
sanggar Batik Semarang aktif mengadakan gelar karya secara berkala, aktif mengikuti pameran
batik atau tekstil, serta melakukan studi banding ke beberapa kota diIndonesia. Untuk
mendukung sosialisasi dan pencitraan batik Semarangan, lanjutnya, terbentuklah paguyuban
`kampoeng Batik` sebagai suatu wadah bagi pengrajin untuk terus belajar dan berkreasi
mengembangkan motif-motif batik Semarangan.Selain itu ,pemerintah dalam upaya nya
mengoptimalkan Kampung batik yaitu dengan menjadikan Kawasan Kampung Batik ke dalam
kawasan cagar budaya dalam Perda No.14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Semarang.

3.2 Aspek Geografis


Kondisi geografis adalah kondisi suatu daerah dilihat dari dari kenyataannya di bumi atau
posisi daerah itu pada bola bumi dibandingkan pada posisi di daerah lain.Kampung Batik
Terletak di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang. Wilayah ini
tergolong kedalam wilayah yang cukup strategis, karena dekat dengan dengan pusat kegiatan
masyarakat seperti pasar Johar, petokoan Agus salim, dan Bundaran Bubakan hal ini
menyebabkan Kampung Batik menjadi salah satu destinasi di Kota Semarang. Letak geografis
ditentukan pula oleh segi astronomis geologis fisiografis dan sosisal budaya. Kondisi geografis
di kampung batik untuk dijadikan tempat wisata karena tempatnya yang dekat dengan icon kota
semarang misalnya : Kota lama. Kampung batik memiliki jalan yang rata dengan kualitas yang
sangat baik, baik dilewati pejalan kaki maupun kendaraan roda dua. Selain tempatnya yang
strategis kempung batik merupakan salah satu contoh pemukiman yang dulunya hanya kampung
biasa sekarang menjadi pemukiman yang tertata dan sekaligus menjadi tempat wisata. Hal ini
menjadikan setiap warga di kampung batik bisa bersosialisasi dengan pengunjung dan wisatawan
sumber : Bappeda Kota Semarang

Gambar: Peta kota Semarang


Sumber : Bappeda Kota Semarang

Gambar : Peta Kelurahan Semarang Timur


1.1 Keterangan Gambar :
1. Kelurahan Bugangan
2. Kelurahan Karangtempel
3. Kelurahan Karang turi
4. Kelurahan Kebonagung
5. Kelurahan Kemijen
6. Kelurahan Mlatibaru
7. Kelurahan Mlatiharjo
8. Kelurahan Rejomulyo
9. Kelurahan Rejosari
10. Kelurahan Sarirejo
1.2 Tipologi Kelurahan : Rejomulyo
1.3 Luas Wilayah : 58,447 ha
1.4 Batas Wilayah :
Utara : Kelurahan Kemijen
Selatan : Kelurahan Melati Baru
Barat : Tanjung Mas
Timur : Tambak Rejo
1.5 Orbitrasi (Jarak dari pusat pemerintahan)
Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan : 3,3km
Jarak dari pusat pemerintahan Kota : 3,5 km
Jarak dari pusat Ibu Kota Kabupaten : 4,0 km
Jarak dari pusat ibukota Provinsi : 4,8 km
1.6 Jumlah Penduduk : 3940 Jiwa
a. laki-laki : 1931 Jiwa
b. Perempuan : 2009 Jiwa
c. Usia 0-15 : 770 Jiwa
d. Usia 15-65 : 2853 Jiwa
e. Usia 65 keatas : 319 Jiwa
Kecamatan Semarang Timur dengan luas wilayah 770,28 Ha secara administratif terbagi
dalam 10 Kelurahan.

Tabel : Data Luas Wilayah Kelurahan

Luas Luas
No Kelurahan
(km2) (Ha)
1. Kemijen / 1,20 120,000
2. Rejomulyo 0,585 58,447
3. Mlatibaru 0,731 73,069
4. Mlatiharjo 0,652 65,129
5. Kebonagung 0,452 45,182
6. Bugangan 0,723 72,082
7. Sarirejo 0,305 30,410
8. Rejosari 0,987 98,680
9. Karangturi 0,533 53,270
10. Karangtempel 0,919 91,846
Jumlah 7,08115 708,115
Sumber : Kecamatan Semarang Timur Dalam Angka 2020

3.2.2 Letak dan Kondisi Geografis


Lokasi Kampung Batik Semarang berada di Kelurahan Rejamulya, Semarang Timur
tepatnya di dekat Bundaran Bubakan Jawa Tengah. Batas wilayah administratif Kampung
Batik:Utara: Kampung Jaksa Selatan: Jl. PattimuraTimur: Jl. WidohardjoBarat: Jl.M.T.
Haryono (bundaran Bubakan).

Sumber : Hasil olahan Kelompok

Gambar Peta Kawasan Kampung Batik


 Lokasi Kampung Batik Keterangan:
1: Kampung Sayangan
2: Kampung Jaksa
3: Kampung Mlaten
4: Kampung Senjoyo
5: Kampung Wot Prau
6: Kampung Petolongan
7: Kampung Petudungan
8: Kampung Pekojan

3.2.3 Topografi
Topografi Kota Semarang memiliki tekstur miring yaitu terdiri dari daerah perbukitan,
dataran rendah dan pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukan adannya
berbagai kemiringan dan tojolan.

Topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan tanah berkisar


antara 0% – 40% (curam) dan ketinggian antara 0,75 – 348,00 mdpl. Daerah pantai 65,22%
wilayahnya adalah dataran rendah dengan kemiringan 25% dan 37,78 % merupakan daerah
perbukitan dengan kemiringan 15-40%. Kondisi tanah lereng Kota Semarang dibagi menjadi
4 jenis kelerengan yaitu Lereng I (0-2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan,
Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara dan Tugu, serta sebagian wilayah Kecamatan
Tembalang, Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat,
Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan. Lereng III (15-
40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati),
sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan sebagian wilayah
Kecamatan Banyumanik, serta Kecamatan Candisari. Sedangkan lereng IV (> 50%) meliputi
sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah tenggara), dan sebagian wilayah
Kecamatan Gunungpati, terutama disekitar Kali Garang dan Kali Kripik. Kampung Batik
memiliki kelas lereng 0-2% dan termasuk kedalam kelas I jika dilihat dari data diatas. Jadi
rata-rata rumah disana tersusun merata.
3.2.4 Geologi

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2021

Gambar : Kondisi Tanah dan Bebatuan di Kampung Batik

Kota Semarang dipengaruhi oleh keadaan alam yang membentuk struktur geologi
kota. Struktur geologi sebagian besar terdiri dari batuan beku yang mempunyai ciri khas yaitu
dalam bentuk perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai. Kondisi Geologi Kota Semarang
berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang – Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan
stratigrafi adalah sebagai berikut Aluvium (Qa), Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg),
Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk), Formasi Jongkong (Qpj), Formasi Damar (QTd),
Formasi Kaligetas (Qpkg), Formasi Kalibeng (Tmkl), Formasi Kerek (Tmk).Biasanya
pemanfaatan lahan di Kampung Batik ini lebih banyak digunakan untuk jalan, bangunan atau
permukiman, kawasan industri sebagai tempat untuk membuat batik dan yang lainnya.
3.2.5 Hidrologi
 Hidrologi Kota Semarang

Kondisi Hidrologi atau potensi air di Kota Semarang bersumber pada sungai-sungai
yang mengalir di Kota Semarang antara lain Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali
Banjirkanal Timur, Kali Babon, Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain
sebagainya. Kali Garang bermata air dari gunung Ungaran. Alur sungainya mengalir ke arah
utara hingga mencapai Pegandan tepatnya di Tugu Soeharto, bertemu dengan aliran Kali Kreo
dan Kali Kripik. Kali Garang sebagai sungai utama pembentuk kota bawah yang mengalir
membelah lembah-lembah Gunung Ungaran mengikuti alur yang berbelok-belok dengan
aliran yang cukup deras. Setelah diadakan pengukuran debit Kali Garang mempunyai debit
53,0 % dari debit total dan kali Kreo 34,7 % selanjutnya Kali Kripik 12,3 %. Oleh karena Kali
Garang member suplai air cukup dominan bagi Kota Semarang. Kali Garang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air minum warga Kota Semarang.

Air Tanah Bebas di Kota semarang merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan
pembawa air (aquifer) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas
ini sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota
Semarang yang berada di dataran rendah, banyak memanfaatkan air tanah ini dengan
membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3 – 18 m. Sedangkan untuk
peduduk di dataran tinggi hanya dapat memanfaatkan sumur gali pada musim penghujan
dengan kedalaman berkisar antara 20 – 40 m. Air Tanah Tertekan adalah air yang terkandung
di dalam suatu lapisan pembawa air yang berada diantara 2 lapisan batuan kedap air sehingga
hampir tetap debitnya disamping kualitasnya juga memenuhi syarat sebagai air bersih.

Debit air ini sedikit sekali dipengaruhi oleh musim dan keadaan di sekelilingnya.
Untuk daerah Semarang bawah lapisan aquifer di dapat dari endapan alluvial dan delta sungai
Garang. Kedalaman lapisan aquifer ini berkisar antara 50 – 90 meter, terletak di ujung Timur
laut Kota dan pada mulut sungai Garang lama yang terletak di pertemuan antara lembah
sungai Garang dengan dataran pantai. Kelompok aquifer delta Garang ini disebut pula
kelompok aquifer utama karena merupakan sumber air tanah yang potensial dan bersifat
tawar. untuk daerah Semarang yang berbatasan dengan kaki perbukitan air tanah artois ini
terletak pada endapan pasir dan konglomerat formasi damar yang mulai diketemukan pada
kedalaman antara 50 – 90 m. Pada daerah perbukitan kondisi artosis masih mungkin
ditemukan. karena adanya formasi damar yang permeable dan sering mengandung sisipan-
sisipan batuan lanau atau batu lempung.

3.2.6 Jenis Tanah


Jenis Tanah di Kota Semarang meliputi kelompok mediteran coklat tua, latosol coklat
tua kemerahan, asosiai alluvial kelabu, Alluvial Hidromorf, Grumosol Kelabu Tua, Latosol
Coklat dan Komplek Regosol Kelabu Tua. Kurang lebih sebesar 25% wilayah Kota Semarang
memiliki jenis tanah mediteranian coklat tua. Sedangkan kurang lebih 30% lainnya memiliki
jenis tanah latosol coklat tua. Jenis tanah lain yang ada di wilayah Kota Semarang memiliki
geologi jenis tanah asosiasi kelabu dan aluvial coklat kelabu dengan luas keseluruhan kurang
lebih 22% dari seluruh luas Kota Semarang. Sisanya merupakan jenis tanah alluvial hidromorf
dan grumosol kelabu tua.

Pada dataran rendah berupa endapan aluvial sungai, endapan fasies dataran delta dan
endapan fasies pasang-surut. Endapan tersebut terdiri dari selang-seling antara lapisan pasir,
pasir lanauan dan lempung lunak, dengan sisipan lensa-lensa kerikil dan pasir vulkanik.
Sedangkan daerah perbukitan sebagian besar memiliki struktur geologi berupa batuan beku.
Struktur geologi yang cukup mencolok di wilayah Kota Semarang berupa kelurusan-
kelurusan dan kontak batuan yang tegas dan merupakan pencerminan struktur sesar baik geser
mendatar dan normal cukup berkembang di bagian tengah dan selatan kota. Jenis sesar yang
ada secara umum terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif ke
arah barat – timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan
hingga barat laut – tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat – timur. Sesar-sesar
tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibeng dan Formasi Damar
yang berumur kuarter dan tersier.

Berdasarkan struktur geologi, Kota Semarang terdiri atas tiga bagian yaitu struktur
joint(kekar), patahan (fault), dan lipatan. Daerah patahan tanah bersifat erosif dan mempunyai
porositas tinggi, struktur lapisan batuan yang diskontinyu (tak teratur), heterogen, sehingga
mudah bergerak atau longsor. Pada daerah sekitar aliran Kali Garang merupakan patahan Kali
Garang, yang membujur arah utara sampai selatan, di sepanjang Kaligarang yang berbatasan
dengan Bukit Gombel. Patahan ini bermula dari Ondorante, ke arah utara hingga Bendan
Duwur. Patahan ini merupakan patahan geser, yang memotong formasi Notopuro, ditandai
adanya zona sesar, tebing terjal di Ondorante, dan pelurusan Kali Garang serta beberapa mata
air di Bendan Duwur. Daerah patahan lainnya adalah Meteseh, Perumahan Bukit Kencana
Jaya, dengan arah patahan melintas dari utara ke selatan. Sedangkan wilayah Kota Semarang
yang berupa dataran rendah memiliki jenis tanah berupa struktur pelapukan, endapan, dan
lanau yang dalam.

Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan
daerah pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai
kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran dengan
kemiringan 25% dan 37,78 % merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40%.
Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu lereng I (0-2%)
meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara dan
Tugu, serta sebagian wilayah Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-
5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur,
Gunungpati dan Ngaliyan, lereng III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan
Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah
Wonoplumbon) dan sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik, serta Kecamatan Candisari.
Sedangkan lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah
tenggara), dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati, terutama disekitar Kali Garang dan
Kali Kripik.

Kota Bawah yang sebagian besar tanahnya terdiri dari pasir dan lempung.Pemanfaatan
lahan lebih banyak digunakan untuk jalan, permukiman atau perumahan, bangunan, halaman,
kawasan industri, tambak, empang dan persawahan.Kota Bawah sebagai pusat kegiatan
pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan, angkutan atau
transportasi dan perikanan.Berbeda dengan daerah perbukitan atau Kota Atas yang struktur
54 geologinya sebagian besar terdiri dari batuan beku. Wilayah Kota Semarang berada pada
ketinggian antara 0 sampai dengan 348,00 meter dpl (di atas permukaan air laut). Secara
topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah
yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai
ketinggian 90,56 - 348 mdpl yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan
Gombel, Semarang Selatan, Tugu, Mijen, dan Gunungpati, dan di dataran rendah mempunyai
ketinggian 0,75 mdpl.
3.2.7 Klimatologi

Dari peta di bawah dapat kita lihat bahwa kondisi curah hujan di Kecamatan Semarang
Timur dibagi menjadi dua kriteria tingkatan yaitu curah hujan sedang (200-300 mm/bln) dan
curah hujan tinggi (>300 mm/bln).
3.2.8 Penggunaan Lahan

3.3 Aspek Demografi

Demografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek manusia baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Dari berbagai sumber dinyatakan bahwa John Graunt (1662)
merupakan tokoh utama dibalik lahirnya demografi. Demografi mencakup beberapa aspek
diantaranya :

1. Populasi Penduduk.

Pada dasarnya demografi merupakan studi tentang populasi penduduk. Mempelajari


populasi penduduk berarti akan berurusan dengan aspek kuantitas atau jumlah penduduk.
Setiap negara memiliki kebijakan tersendiri mengenai perhitungan jumlah penduduk. Di
Indonesia perhitungan jumlah penduduk dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Data
jumlah penduduk ini nantinya akan dianalisa oleh pemerintah untuk menentukan arah
kebijakan kependudukan di masa depan.
2. Pengelompokan Penduduk.

Pengelompokan penduduk merupakan upaya pemilahan/komposisi penduduk


berdasarkan variabel-variabel tertentu misalkan usia, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, kasta dan lainnya.

3. Distribusi Penduduk

Distribusi penduduk pada dasarnya berkaitan dengan aspek geografi atau wilayah tempat
bermukimnya suatu penduduk. Perhitungan distribusi penduduk mencakup kepadatan
penduduk dan persentase penduduk per wilayah. Faktor yang memengaruhi distribusi
populasi penduduk antara lain keadaan geografis, ekonomi, sosial dan politik. Mengapa
sekarang banyak terjadi urbanisasi? Mengapa penduduk banyak bermukim di daerah dataran
rendah? Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor. Berbicara distribusi penduduk
berarti akan berkaitan pula dengan pola pemukiman penduduk tersebut.

4. Kelahiran

Salah satu aspek penting dari demografi adalah kelahiran. Beberapa hal yang berkaitan
dengan kelahiran antara lain angka kelahiran, kontrasepsi, angka perkawinan dan angka
harapan hidup bayi. Tingkat kelahiran yang sangat tinggi tanpa diimbangi dengan peningkatan
taraf ekonomi akan berdampak pada kesejahteraan penduduk itu sendiri.

5. Kematian

Kematian dapat diukur dengan angka kematian kasar dan angka kematian bayi. Kematian
penduduk dapat terjadi karena berbagai faktor seperti penyakit, kecelakaan, perang atau
pembunuhan. Angka kematian di wilayah negara maju dan berkembang dapat berbeda karena
berbagai faktor.

6. Migrasi

Migrasi merupakan perpindahan penduduk dalam arti melewati batas teritorial wilayah.
Migrasi dapat bersifat internal maupun eksternal. Ahli demografi dapat menganalisa
penyebaran migrasi penduduk, rata-rata usia migrasi hingga faktor pendukungnya. Migrasi
dapat terjadi salah satunya akibat dorongan ekonomi.
7. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu bagai dari kependudukan karena pada dasarnya
manusia memiliki profesi tertentu dalam menjalankan kehidupannya. Ahli demografi dapat
menganalisa tingkat partisipasi kerja penduduk, angka pengangguran sampai tingkat rata-rata
pendapatan penduduk. Dengan memantau perkembangan kaum pekerja maka akan diketahui
perkembangan suatu negara.

8. Kelembagaan Penduduk

Kelembagaan penduduk berkaitan dengan keluarga dan pernikahan. Studi tentang


kelembagaan penduduk meliputi status pernikahan, rata-rata usia pernikahan per area dan
faktor perceraian.

9. Kebijakan Penduduk

Kebijakan kependudukan sangat erat dengan peran pemerintah sebagai pemangku


kebijakan. Pertumbuhan penduduk yang cepat di negara berkembang seperti Indonesia akan
memicu lahirnya kebijakan-kebijakan seperti pembatasan kelahiran, batasan umur
perkawinan dan pemerataan penduduk per wilayah. Kebijakan kependudukan akan berbeda
tiap negara karena masalah penduduk yang dialami negara-negara relatif berbeda sehingga
memerlukan penanganan yang berbeda.

3.3.1 Kondisi Sosial Ekonomi

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2021

Gambar : Kondisi Sosial dan Ekonomi di Kampung Batik


Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat
yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendidikan serta pendapatan. Dalam
pembahasannya sosial dan ekonomi sering menjadi objek pembahasan yang berbeda. Dalam
konsep sosiologi manusia sering disebut dengan makhluk sosial yang artinya manusia tidak
dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan dari orang lain, sehingga arti sosial sering diartikan
sebagai hal yang berkanaan dengan masyarakat. Ekonomibarasal dari bahasa Yunani yaitu
oikos yang berarti keluarga atau rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan.

Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan sosial ekonomi
seseorang dalam masyarakat yaitu :

1. Tingkat pendidikan.

2. Jenis pekerjaan.

3. Tingkat pendapatan.

4. Keadaan rumah tangga.

5. Tempat tinggal.

6. Kepemilikan kekayaan.

7. Jabatan dalam Organisasi.

8. Aktivitas ekonomi

Perekonomian yang meningkat di Kampung Batik disebabkan karena munculnya


berbagai usaha baru seperti pengerajin Batik, pertokoan, dan pusat pelatihan membatik yang
pastinya mendukung daya tarik dari kampung tersebut.

3.3.2 Sarana Pendidikan

Tabel :Sarana Pendidikan Di Keelurahan Rejomulyo

No Prasarana Pendidikan Jumlah


1 TK 2
2 SD/MI 1
3 SMP 1
4 SMA 1
5 PT 0
Sumber : Data Kelurahan Rejomulyo 2019
Dari tabel diatas sarana pendidikan di Kelurahan Rejomulyo terdiri dari TK
sebanyak 2 buah, SD/MI sebanyak 1 buah, SMP sebanyak 1 buah, SMA 1 buah. Dapat
kita simpulkan bahwa di Kelurahan Rejomulyo memiliki sarana pendidikan yang sudah
memadai dari jenjang TK sampai kejenjang SMA.

Salah satu aspek yang harus mendapat perhatian utama oleh setiap pengelola
pendidikan adalah mengenai fasilitas pendidikan. Sarana pendidikan umumnya
mencakup semua fasilitas yang secara langsung di pergunakan dan menunjang proses
pendidikan seperti : Gedung, ruangan belajar atau kelas, alat-alat atau media pendidikan,
meja kursi, dan sebagainya.

3.3.3 Sarana Kesehatan

Tabel : Sarana Kesehatan di Kelurahan Rejomulyo

NO Desa Rumah sakit Rumah bersalin Poliklinik Puskesmas Puskesmas pembantu

1 Karangturi 0 0 0 0 0
2 Karang Tempel 0 1 0 1 0
3 Rejosari 0 1 2 0 2
4 Sarirejo 0 1 1 0 0
5 Kebon Agung 0 0 0 1 0
6 Bungangan 1 0 2 1 0
7 Mlatiharjo 1 1 0 0 0
8 Mlatibaru 0 0 0 0 0
9 Rejomulyo 0 0 1 1 0
10 Kemijen 0 1 0 0 0

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa sarana kesehatan di kelurahan Rejomulyo
terdapat 1 Poliklinik, dan 1 Puskesmas. Dari itu dapat kita simpulkan bahwa di kelurahan
Rejomulyo sarana kesehatannya kurang memadai.

Kesehatan diwujudkan dengan berbagai upaya, upaya kesehatan sendiri adalah


setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat. Salah satu upaya kesehatan adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan disini adalah setiap upaya yang
diselenggarakan secara tersendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, dan atau masyarakat. Salah satu pelayanan
kesehatan dilakukan melalui pengadaan fasilitas, sarana, dan prasarana kesehatan.
(Undang-Undang RI No. 23, 1992).

Sarana kesehatan menurut Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 adalah


tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Salah satunya adalah
Sarana Kesehatan Milik Pemerintah yaitu Sarana Kesehatan yang diselenggarakan dan
dimiliki oleh pemerintah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat
kesehatan yang besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia
Indonesia dan sebagai model bagi pelaksanaan pembangunan nasional. Oleh karena itu,
diperlukan upaya yang lebih memadai bagi peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan
penyelenggaraan upaya kesehatan secara menyeluruh dan terpadu.

3.3.4 Sarana Peribadatan

Fasilitas peribadatan merupakan tempat untuk menjalankan ibadah umat beragama


secara berjamaah untuk memenuhi kebutuhan rohani. Pendekatan perencanaan yang
dianut adalah dengan memperkirakan komunitas dan jenis agama serta kepercayaan dan
kemudian merencanakan lokasi bengunan peribadatan secara planologis dan religius.

1. Masjid

Fasilitas peribadatan ini lokasinya berdasarkan skala tingkat pelayanan. Apabila


merupakan masjid lingkungan lokasinya disesuaikan dengan lingkungan dan didukung
penduduk minimum 3.000 jiwa. Sedangkan untuk masjid skala pelayanan tingkat
kecamatan lokasi menyesuaikan berdasarkan pertimbangan wilayah kecamatan dan
minimum didukung oleh 30.000 jiwa penduduk.

2. Musholla

Untuk musholla lokasi sebaiknya di lingkungan RW dengan minimum didukung


oleh 2500 penduduk

3. Gereja

Fasilitas ini sebaiknya berlokasi di pusat lingkungan atau menyesuaikan dengan


jumlah komunitas penganutnya, didukung minimum oleh 2500 penduduk pemeluk
agama bersangkutan.
Tabel Sarana Peribadatan di Kelurahan Rejomulyo

No Prasarana Peribadatan Jumlah


1 Masjid 3
2 Mushola 9
3 Gereja 2
4 Pura 0
5 Vihara 0
Sumber : Data Kelurahan Rejomulyo 2019

Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa sarana peribadatan di Kelurahan
Rejomulyo terdapat 3 Masjid, 9Mushola, 2 Gereja. Maka dari itu dapat kita lihat di
kelurahan Randusari mempunyai banyak sarana peribadatan.

3.3.5 Sarana Perekonomian

Sarana dan prasarana ekonomi pada suatu wilayah dibutuhkan untuk menunjang
kegiatan-kegiatan terutama kegiatan ekonomi masyarakat pada wilayah tersebut.
Sehingga analisis sarana dan prasarana ekonomi pada tingkat kecamatan diperlukan untuk
melihat jangkauan pelayanan dari ketersediaan fasilitas ekonomi telah mencakup seluruh
penduduk kecamatan atau bahkan wilayah sekitarnya.

Tabel Kodisi Sarana Perekonomian di Kelurahan Rejomulyo

No Prasarana Perekonomian Jumlah


1 Pasar Permanen 1
2 Pasar Krempyeng 0
3 Toko / Warung 169
4 Bank 3

Sumber : Data Kelurahan Rejomulyo 2019

Dari tabel diatas bisa dilihat prasarana perekonomian di kelurahan Rejomulyo


terdapat 1 pasar permanen, 169 toko/warung, dan 3 Bank. Dari itu bisa disimpulkan
bahwa kondisi prasarana perekonomian di kelurahan Randusari terbilang mencukupi,
BAB IV

ANALISIS

4.1 Analisis Tautan Wilayah

Gambar IV-1 Tautan Wilayah Kelurahan Rejomulyo

Sumber : Hasil Diskusi Kelompok, 2021

No Hasil Analisis
1 Data Kampung Batik Terletak di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan
Semarang Timur, Kota Semarang. Wilayah ini tergolong kedalam
wilayah yang strategis, karena dekat dengan dengan pusat kegiatan
masyarakat seperti pasar Johar, petokoan Agus salim, dan Bundaran
Bubakan. Kampung Batik merupakan sebuah kampung yang berada di
tengah padatnya kota Semarang. Kampung ini sendiri berada pada
Kecamatan Semarang Timur yang menjadi kecamatan terpadat nomor 5
di kota Semarang (Semarang dalam Angka, 2012). Lebih tepatnya lagi,
kampung ini berada pada kelurahan Rejomulyo.Terdapat dua RW yang
termasuk ke dalam Kampung Batik ini, yaitu RW 01 dan RW 02.
2 Analisis Merupakan kawasan perdagangan jasa, pelayanan publik,
pendidikan, dan peribadatan

3 Saran Merancang kawasan kampung batik menjadi kawasan wisata


yang lebih menarik lagi dengan beberapa penambahan
insfrstruktur

4.2 Analisis Pola Pemukiman

Gambar IV-2 Peta Kelurahan Rejomulyo

Sumber : Website Profil Kelurahan Rejomulyo, 2021

No Hasil Analisis
1 Data Kampung Batik Rejomulyo terletak di Kelurahan Rejomulyo Kecamatan
Semarang Timur Kota Semarang. Wilayah ini merupakan kawasan
perdagangan dan jasa karena berda di sekitar Pasar Johar, Pusat
Pertokoan Agus Salim, dan Bundaran Bubakan. Kelurahan Rejomulyo
sebagian besar wilayahnya berada di antara jalan raya utama yaitu Jl.
Pengapon dan Jl. Raden Patah

2 Analisis Pola pemukiman wilayah ini mengikuti pola menjulurr karena


lokasinya berada di antara jalan raya utama yaitu Jl. Pengapon dan Jl.
4.3 Raden Patah sehingga notabennya mengikuti alur jalan.

3 Saran Merencanakan koridor jalan utama Jl. Pengapon dan Jl. Raden Patah
menjadi jalan yang dilengkapi dengan infrastruktur dan furniture jalan
yang menarik dan sesuai tema Kampung Batik

Analisis Aktivitas

4.3.1 Ekonomi
Kampung Batik menjadi destinasi wisata baru di Kota Semarang
yang menarik perhatian wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri.
Hal ini otomatis juga menyebabkan peningkatan perekonomian didaerah
tersebut yang memunculkan berbagai usaha baru seperti pengerajin Batik,
pertokoan, dan pusat pelatihan membatik yang pastinya mendukung daya
tarik dari kampung tersebut.
Gambar IV-3 Perdagangan di kawasan Kampung Batik

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2021


Pengelolaan perekonomian itu sendiri telah diserahkan kepada
masyarakat setempat sebagai contoh masyarakat lainya yang membuka
batik dan toko sembako serta adanya pelatihan membatik untuk
masyarakat setempat agar lebih menguasai teknik teknik dalam membuat
batik. Dalam bidang pemanfaatan perekonomian tersebut, pemerintah
juga tidak lepas tangan dalam membantu keadaan tersebut. Guna
pemanfaatan yang lebih optimal pemerintah juga mengadakan penataan
guna menunjang peningkatan perekonomian..
Gambar IV-4 Perdagangan di kawasan Kampung Batik

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2021


Toko tersebut didirikan oleh warga dari Kampung Batik itu sendiri.
Kain batik yang dijual ditoko ada yang dipasok dari kota Solo dan ada
juga yang membatik sendiri kain tersebut. Selain itu ditoko tersebut juga
menjual berbagai macam souvenir. Sedangkan masalah harga berbeda
beda, mulai dari yang murah sampai yang mahal semua ada ditoko
tersebut.

4.3.2 Sosial
Kampung Batik ini sudah ada sejak jaman penjajahan Jepang.
Letaknya persih di dekat bundaran Bubakan. Menurut pengetahuan
masyarakat, pengelolaan sosial Kampung Batik ini mulai dikenal sejak 4
atau 5 tahun yang lalu. Disana masyarakat memperindah kampungnya
dengan melukis tembok tembok dan rumah rumah yang berada di dalam
kampung batik tersebut dengan lukisan berupa batik, serta icon-icon yang
ada di Semarang, seperti Gereja Blenduk, Lawang Sewu, wayang wayang,
Patung Pangeran Diponegoro, dan yang lainnya. Lukisan tersebut terlihat
sangat indah sehingga menarik para wisatawan baik lokal maupun luar
untuk berkunjung ke Kampung Batik Semarang tersebut. Biasanya
wisatawan wisatawan tersebut mengetahui kampung batik ini melalui
sosial media.
Gambar IV-5 Kondis Pemukiman Kampung Batik

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2021


Kampung Batik merupakan kampung kota yang sangat padat
penduduk, tidak salah jika sebagian besar peruntukan lahan pada kampung
ini merupakan permukiman warga. Akan tetapi, sebagai kampung kota
pada umumnya, terdapat pula beberapa fasilitas sosial maupun fasilitas
umum. Menurut aturan pemerintah yang ada, sebuah permukiman warga
memang diharuskan memiliki beberapa fasilitas sosial dan fasilitas umum
yang dimaknai sebagai penunjang kehidupan warga yang tinggal pada
lokasi tersebut.Fasilitas sosial yang ada di Kampung batik ini masih sering
digunakan warga setiap harinya.Fasilitas-fasilitas tersebut adalah balai
batik, sumur yang dapat dipakai oleh umum, toilet umum, tempat ibadah
berupa masjid, serta fasilitas perdagangan berupa warung-warung kecil
yang dimiliki oleh warga.Untuk lebih lengkapnya mengenai fasilitas
sosial serta lokasinya yang ada di Kampung Batik.
Selain fasilitas sosial yang ada di Kampung Batik, terdapat pula
fasilitas umum di kampung ini yang difungsikan pula sebagai fasilitas
sosial, yaitu jalan lingkungan kampung.Fasilitas umum yang berupa jalan
lingkungan tersebut dimaknai sebagai fasilitas sosial bagi warga kampung
ini.Ada beberapa titik di Kampung Batik yang sering digunakan warga.
Gambar IV-6 Kondisi Pemukiman Kampung Batik

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2021


Karena tempatnya yang menarik untuk dilihat dan berfoto-foto.
Banyaknya wisatawan yang berkunjung dikampung batik juga membuat
warga sekitar sering berinteraksi secara langsung kepada pengunjung.
Penduduk kampung batik sangat ramah dalam berinteraksi sesama warga
maupun pengunjung. Hal ini menjadikan kampung tersebut menjadi
kampung yang aman dan nyaman juga menjadikan alasan banyak
pengunjung yang lebih dari satu kali berkunjung di kampung tersebut.
Kampung Batik ini juga sering dijadikan sebagai objek penelitian
mahasiswa karena kampung batik termasuk ke dalam lingkungan binaan
penyebab salah satunya adalah pengelolaan lingkungan sosialnya yang
baik disebabkan karena di Kampung batik terdapat perkumpulan bapak
dan ibu PKK yang didalamnya banyak mengandung peran aktif warga
dalam untuk urusan pribadi maupun lingkungkannya. Dengan adanya
karang taruna juga dapat menambah terjalinnya hubungan interaksi antar
individu satu dengan individu yang lain yang membuat keakraban bagi
remaja dan setiap warga di Kampung batik. Keakraban ini juga
berdampak pada kerjasama dalam memenuhi kebutuhan sehingga
terjadinya kestabilan antara dua kelompok atau lebih.
Gambar IV-7 Karya Hasil Penelitian Mahasiswa

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2021


Bukan hanya faktor lingkungan sosialnya saja tetapi berdampak juga
dengan faktor lainnya yang membuat Kampung Batik menjadi kampung
yang berbeda dari sebelumnya. Dalam penelitian tersebut mahasiswa
mendapatkan informasi dari berbagai pihak yakni dari penduduknya dan
dari pengelolanya.

4.4 Analisis Perkembangan Kawasan Pemukiman

Pada tugas pokok dan fungsi kelurahan rejomulyo akan diadakan


pengembangan kawasan dengan beberapa program yang dilimpahkan dari
Kabupaten/kota. Beberapa program akan dibagi menjadi beberapa bidang.
Merekomendasi penyelenggaraan pendidikan formal dan non formal.

Pada bidang pendidikan :

1. Merekomendasikan penerimaan bantuan pendidikan bagi keluarga miskin


2. Merekomendasikan pembinaan penyelenggaraan pendidikan luar sekolah di
wilayah kelurahan.
3. Merekomendasikan pembinaan penyelenggaraan pendidikan luar sekolah di
wilayah kelurahan.

Pada bidang umum :

1. Mengkoordinasikan pemeliharaan kelestarian hasil pembangunan.


2. Memfasilitasi penataan ruang dan permukiman
3. Merekomendasikan dan memberikan pertimbangan terhadap pembangunan
kawasan perumahan di wilayah kelurahan.
4. Merekomendasikan untuk pembangunan pemanfaatan dan pengolahan
sumber daya air

Pada bidang lingkungan hidup :

1. Mengkoordinasikan upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran


lingkungan.
2. Mengkoordinasikan pemungut dan pembuangan sampah dari rumah tangga
ke tempat pembuangan sementara
3. Memfasilitasi upaya pelestarian air tanah
4. Mengkoordinasikan pengelolaan pelestarian pemulihan kualitas lingkungan
hidup.
5. Mengkoordinasikan penyelenggaraan peningkatan kebersihan di lingkungan
permukiman.

Pada bidang ketenaga kerjaan dan ketrampilan :

1. Memfasilitasi pembinaan pengawasan ketenaga kerjaan di wilayah


kelurahan.
2. Memfasilitasi pelaksaanaan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
ketransmigrasian di wilayah kelurahan.
3. Merekomendasikan izin tempat usaha pelatihan kerja.
4. Memfasilitasi penyebaran informasi pasar kerja.

Pada bidang koperasi dan usaha kecil menengah :

1. Memfasilitasi pembinaan dan pendataan koperasi usaha kecil dan menengah


dan lembaga keuangan masyarakat.
2. Memfasilitasi penyuluhan dan pelatihan koperasi dan usaha kecil dan
menengah.
3. Memfasilitasi pengembangan usaha perekonomian rakyat.
4. Memfasilitasi pendataan koperasi dan usaha kecil dan menengah.

Pada bidang kebudayaan dan pariwisata :

1. Merekomendasikan pemberian izin kegiatan seni budaya kepada Dinas/


instansi terkait.
2. Memfasilitasi dan monitoring pelaksanaan kegiatan kepariwisataan.
3. Merekomendasikan izin usaha persewaan gedung pertemuan, tempat
karaoke, panti pijat, mandi uap dan jasa wisata tirta.
4. Merekomendasikan kepemilikan benda cagar budaya milik perorangan.

Pada bidang kepemudaan dan olahraga :


1. Mengkoordinasi pelaksanaan pembinaan organisasi dan kegiatan
kepemudaan.
2. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi penyelenggaraan dan pengembangan
olahraga.
3. Merekomendasikan izin usaha gelanggang olahraga dan permainan
ketangkasan.

4.5 Analisis Pengelolaan Kelembagaan

Kelembagaan sebagai suatu tatanan dan pola hubungan antara anggota


masyarakat atau organisasi yang saling mengikat yang dapat menentukan
bentuk hubungan antara manusia atau antar organisasi yang diwadahi dalam
suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatasan
dan peningkatan berupa norma, kode etik aturan formal maupun informal
untuk mengendalikan perilaku sosial serta intensif untuk bekerjasama dan
mencapai tujuan bersama.

4.5.1 Lembaga – lembaga yang ada di Kelurahan Rejomulyo

 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) adalah wadah


yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Pemerintah Daerah
dalam menampung dan mewujudkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat
di bidang pembangunan. LPMK berkedudukan di masing-masing
Kelurahan. LPMK mempunyai tugas membantu Pemerintah Kelurahan
Rejomulyo dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan,
sosial kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
 UMKM adalah usaha kerakyatan yang saat ini mendapat perhatian dan
keistimewaan yang diamanatkan oleh undang-undang, antara lain bantuan
kredit usaha dengan bunga rendah, kemudahan persyaratan izin usaha,
bantuan pengembangan usaha dari lembaga pemerintah, serta beberapa
kemudahan lainnya. Hal ini juga dimiliki Kelurahan Rejomulyo
Khususnya daerah Bubakan yang merupakan sentralisasi kawasan batik
yang ada di Kelurahan tersebut.

 Peran BKM adalah mewadahi aspirasi masyarakat dengan cara


melibatkan masyarakat agar pro aktif dalam proses pengambilan
keputusan dalam program pemberdayaan masyarakat dalam
penanggulangan kemiskinan di wilayahnya dan memperjuangkan di
penuhinya kebutuhan dasar, sosial, ekonomi dan sarana prasarana dasar
lingkungan bagi masyarakat miskin.

 Gerakan PKK merupakan Gerakan Nasional dalam pembangunan


masyarakat yang tumbuh dari bawah, yang pengelolaannya dari, oleh dan
untuk masyarakat Kelurahan Rejomulyo. Pemberdayaan Keluarga
meliputi segala upaya Bimbingan, Pembinaan dan Pemberdayaan agar
keluarga dapat hidup sejahtera, maju dan mandiri. Tim Penggerak PKK
adalah Mitra Kerja Pemerintah dan Organisasi Kemasyarakatan, yang
berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan
penggerak pada masing – masing jenjang demi terlaksananya program
PKK.Tim Penggerak PKK adalah warga masyarakat, baik laki – laki
maupun perempuan, perorangan, bersifat sukarela, tidak mewakili
organisasi, golongan, parpol., lembaga, atau instansi, dan berfungsi
sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali gerakan PKK.
Pengolaan kelembagaan berperan sangat penting didalam pengelolaan
Kampung Batik baik itu lembaga masyarakat maupun lembaga sosial yang
bersifat resmi ataupun tak resmi yang terdapat di dalam Kampung Batik.

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2019

Pelatihan Batik pandu oleh beberapa warga yang sudah ahli dalam
membatik. Pelatihan ini biasanya diikuti oleh warga warga yang merasa
belum bisa membatik dengan baik. Oleh karena itu masyarakat bisa
menjunjung perekonimian di Kampung Batik.

Pengelolaan Penegakan Hukum

Hukum merupakan peraturan yang berupa norma dan sanksi


membatasi tingkah laku manusia supaya tingkah laku manusia dapat terkontrol
atau terkendali, sehingga tidak menyalahi aturan serta norma-norma yang ada
di dalam masyarakat tersebut.

Penegakan hukum adalah salah satu proses pemungsian norma-


norma hukum secara nyata seperti pedoman pelaku atau hubungan hubungan
hukum kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Penegakan di Kampung Batik ini sendiri mempunyai tata cara


penegakan hukum sendiri, misalnya seperti larangan membuang sampah di
sembarang tempat, larangan membuang sisa limbah batik di sembarang
tempat arau saluran drainase, dan masih banyak lagi. Untuk sanki pelanggaran
peraturan dikampung tersebut sediri dan penegakan hukum dikampung
tersebut belum ada, dan baru akan diadakan rembuk warga untuk mrmbahas
penegakan hukum yang melanggar peraturan dikampung Batik Tersebut.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok


manusia. Rumah adalah kebutuhan primer manusia yang bisa meningkatkan
harta, martabat, mutu kehidupan dan penghidupan, dan sebagai salah satu
cerminan diri dalam upaya peningkatan dalam taraf hidup. Perumahan di suatu
wilayah juga tidak lepas dari berbagai permasalahan. Salah satu permasalahan
yang dihadapi adalah permasalahan lingkungan akibat kepadatan penduduk.
Salah satunya yang sedang dihadapi oleh Kelurahan Rejomulyo
Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang yang padat penduduk dan
kondisi wilayah yang sangat kumuh. Kondisi kumuh wilayah ini terdiri dari
pembuangan sampah sembarangan hingga menumpuk, kurangnya kesadaran
masyarakat dalam menjaga lingkungan, dan fasilitas yang tidak terawat.
Namun seiring berjalannya waktu, pemerintah daerah membantu membangun
wilayah ini menjadi Kampung Tematik Kampung Batik sebagai upaya dalam
penanganan kampung kumuh. Selain itu masyarakat diwilayh tersebut
mempunyai industry rumahan membuat batik. Oleh karena itu wilayah
tersebut sekarang menjadi kampong yang bersih, tertata dengan hiasan konsep
batik yang menambah nilai estetika dan industri yang meningkatkan
perekonomian.

5.2 Rekomendasi

Sebaiknya pengembangan pada kawasan Kampung Batik Rejomulyo


Semarang lebih difokuskan pada pengembangan industri pembuatan batik.
Pengembangan yang dimaksudkan disini adalah memperluas pasar penjualan
dan ekspor produk batik dengan tujuan meningkatkan perekonomian wilayah
dan membantu memperkenalkan potensi Kampung Batik kepada masyarakat
luar wilayah. Selain itu perawatan pada kebersihan lingkungan juga lebih
dikembangkan dengan menambah furniture dan fasilitas yang mendukung.

Anda mungkin juga menyukai