Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tentang:
“IDENTIFIKASI POTENSI KAMPUNG KUMUH REJOMULYO MENJADI KAMPUNG
TEMATIK”.
Laporan ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
laporan ini.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih banyak kekurangan pada laporan ini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki laporan ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai. Ada 2 macam
ventilasi, yakni :
a) Fungsi kedua dari pada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-
bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara dan sebagainya. Di
pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena merupakan jalan masuknya
nyamuk dan serangga lainya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk
melindungi kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.
b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara
tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok
dengan kondisi rumah di pedesaan. 13 Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan
ventilasi harus dijaga agar udara tidak berhenti atau membalik lagi, harus mengalir.Artinya di
dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
3. Vektor penyakit Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
4. Penyediaan air
a) Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari;
b) Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum menurut
Permenkes 32 tahun 2017
c) Sarana penyimpanan makanan
5. Pembuangan Limbah
a. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan
bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari
permukaan tanah dan air tanah.
c. Kepadatan hunian.
d. Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.
2.1.5 Fasilitas-Fasilitas Didalam Rumah Sehat Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-
fasilitas sebagai berikut:
1. Penyediaan air bersih yang cukup
2. Pembuangan Tinja
3. Pembuangan air limbah (air bekas)
4. Pembuangan sampah
2.1.6 Penilaian Rumah Sehat
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping sandang dan papan,
sehingga rumah harus sehat agar penghuninya dapat bekerja secara produktif. Konstruksi
rumah dan lingkungannya yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko
sebagai sumber penularan berbagai penyakit, khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.
Berdasar Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilaksanakan tahun 1995 (Ditjen PPM
dan PL, 2002) penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang merupakan penyebab
kematian terbanyak kedua dan tuberkulosis yang merupakan penyebab kematian terbanyak
ketiga erat kaitannya dengan kondisi sanitasi perumahan yang tidak sehat. Penyediaan air bersih
dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat menjadi faktor 15 risiko terhadap penyakit
diare (penyebab kematian urutan nomor empat) disamping penyakit kecacingan yang
menyebabkan produktivitas kerja menurun. Disamping itu, angka kejadian penyakit yang
ditularkan oleh vektor penular penyakit demam berdarah, malaria, pes dan filariasis yang masih
tinggi. Upaya pengendalian faktor resiko yang mempengaruhi timbulnya ancaman kesehatan
telah diatur dalam Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan
perumahan.
Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes tersebut diatas, parameter rumah yang
dinilai meliputi lingkup 3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu :
1) Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur,
jendela kamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur,
pencahayaan.
2) Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana
pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah.
3) Kelompok perilaku penghuni, meliputi perilaku membuka jendela kamar tidur, membuka
jendela ruang keluarga dan tamu, membersihkan halaman rumah, membuang tinja bayi/anak
ke kakus, dan membuang sampah pada tempatnya. Formulir penilaian rumah sehat terdiri
komponen yang dinilai, kriteria penilaian, nilai dan bobot serta hasil penilaian secara terinci
dapat dilihat pada lampiran dari Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
persyaratan kesehatan perumahan.
PROFIL WILAYAH
Salah satu kampung batik Terletak di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur,
Kota Semarang. Wilayah ini tergolong kedalam wilayah yang cukup strategis, karena dekat
dengan pusat kegiatan masyarakat seperti pasar Johar, petokoan Agus salim, dan Bundaran
Bubakan. Hal ini menyebabkan Kampung Batik menjadi salah satu destinasi di Kota Semarang.
Sumber : Survey Lapangan 2021
Gambar : 3.1 Gapura pintu Masuk Kampung Batik
Kampung Batik sendiri sudah ada sejak penjajahan Jepang bahkan batik semarang
mempunyai nama di kancah Dunia. Namun hal ini sempat meredup di akibatkan kebakaraan di
Kampung Batik saat penjajahan Jepang. Usaha pemerintah untuk membangkitkan kembali
Kampung Batik Semarang pernah juga di rintis pada awal tahun 1980 namun gagal bertahan.
Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan tersebut.Pemerintah Kota Semarang melalui
Dekranas (Departemen Kerajinan Nasional ) Kota Semarang berupaya menghidupkan kembali
kerajinan dan budaya batik semarangan yang pernah hilang seiring perkemangan zaman.
Luas Luas
No Kelurahan
(km2) (Ha)
1. Kemijen / 1,20 120,000
2. Rejomulyo 0,585 58,447
3. Mlatibaru 0,731 73,069
4. Mlatiharjo 0,652 65,129
5. Kebonagung 0,452 45,182
6. Bugangan 0,723 72,082
7. Sarirejo 0,305 30,410
8. Rejosari 0,987 98,680
9. Karangturi 0,533 53,270
10. Karangtempel 0,919 91,846
Jumlah 7,08115 708,115
Sumber : Kecamatan Semarang Timur Dalam Angka 2020
3.2.3 Topografi
Topografi Kota Semarang memiliki tekstur miring yaitu terdiri dari daerah perbukitan,
dataran rendah dan pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukan adannya
berbagai kemiringan dan tojolan.
Kota Semarang dipengaruhi oleh keadaan alam yang membentuk struktur geologi
kota. Struktur geologi sebagian besar terdiri dari batuan beku yang mempunyai ciri khas yaitu
dalam bentuk perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai. Kondisi Geologi Kota Semarang
berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang – Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan
stratigrafi adalah sebagai berikut Aluvium (Qa), Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg),
Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk), Formasi Jongkong (Qpj), Formasi Damar (QTd),
Formasi Kaligetas (Qpkg), Formasi Kalibeng (Tmkl), Formasi Kerek (Tmk).Biasanya
pemanfaatan lahan di Kampung Batik ini lebih banyak digunakan untuk jalan, bangunan atau
permukiman, kawasan industri sebagai tempat untuk membuat batik dan yang lainnya.
3.2.5 Hidrologi
Hidrologi Kota Semarang
Kondisi Hidrologi atau potensi air di Kota Semarang bersumber pada sungai-sungai
yang mengalir di Kota Semarang antara lain Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali
Banjirkanal Timur, Kali Babon, Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain
sebagainya. Kali Garang bermata air dari gunung Ungaran. Alur sungainya mengalir ke arah
utara hingga mencapai Pegandan tepatnya di Tugu Soeharto, bertemu dengan aliran Kali Kreo
dan Kali Kripik. Kali Garang sebagai sungai utama pembentuk kota bawah yang mengalir
membelah lembah-lembah Gunung Ungaran mengikuti alur yang berbelok-belok dengan
aliran yang cukup deras. Setelah diadakan pengukuran debit Kali Garang mempunyai debit
53,0 % dari debit total dan kali Kreo 34,7 % selanjutnya Kali Kripik 12,3 %. Oleh karena Kali
Garang member suplai air cukup dominan bagi Kota Semarang. Kali Garang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air minum warga Kota Semarang.
Air Tanah Bebas di Kota semarang merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan
pembawa air (aquifer) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas
ini sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota
Semarang yang berada di dataran rendah, banyak memanfaatkan air tanah ini dengan
membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3 – 18 m. Sedangkan untuk
peduduk di dataran tinggi hanya dapat memanfaatkan sumur gali pada musim penghujan
dengan kedalaman berkisar antara 20 – 40 m. Air Tanah Tertekan adalah air yang terkandung
di dalam suatu lapisan pembawa air yang berada diantara 2 lapisan batuan kedap air sehingga
hampir tetap debitnya disamping kualitasnya juga memenuhi syarat sebagai air bersih.
Debit air ini sedikit sekali dipengaruhi oleh musim dan keadaan di sekelilingnya.
Untuk daerah Semarang bawah lapisan aquifer di dapat dari endapan alluvial dan delta sungai
Garang. Kedalaman lapisan aquifer ini berkisar antara 50 – 90 meter, terletak di ujung Timur
laut Kota dan pada mulut sungai Garang lama yang terletak di pertemuan antara lembah
sungai Garang dengan dataran pantai. Kelompok aquifer delta Garang ini disebut pula
kelompok aquifer utama karena merupakan sumber air tanah yang potensial dan bersifat
tawar. untuk daerah Semarang yang berbatasan dengan kaki perbukitan air tanah artois ini
terletak pada endapan pasir dan konglomerat formasi damar yang mulai diketemukan pada
kedalaman antara 50 – 90 m. Pada daerah perbukitan kondisi artosis masih mungkin
ditemukan. karena adanya formasi damar yang permeable dan sering mengandung sisipan-
sisipan batuan lanau atau batu lempung.
Pada dataran rendah berupa endapan aluvial sungai, endapan fasies dataran delta dan
endapan fasies pasang-surut. Endapan tersebut terdiri dari selang-seling antara lapisan pasir,
pasir lanauan dan lempung lunak, dengan sisipan lensa-lensa kerikil dan pasir vulkanik.
Sedangkan daerah perbukitan sebagian besar memiliki struktur geologi berupa batuan beku.
Struktur geologi yang cukup mencolok di wilayah Kota Semarang berupa kelurusan-
kelurusan dan kontak batuan yang tegas dan merupakan pencerminan struktur sesar baik geser
mendatar dan normal cukup berkembang di bagian tengah dan selatan kota. Jenis sesar yang
ada secara umum terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif ke
arah barat – timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan
hingga barat laut – tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat – timur. Sesar-sesar
tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibeng dan Formasi Damar
yang berumur kuarter dan tersier.
Berdasarkan struktur geologi, Kota Semarang terdiri atas tiga bagian yaitu struktur
joint(kekar), patahan (fault), dan lipatan. Daerah patahan tanah bersifat erosif dan mempunyai
porositas tinggi, struktur lapisan batuan yang diskontinyu (tak teratur), heterogen, sehingga
mudah bergerak atau longsor. Pada daerah sekitar aliran Kali Garang merupakan patahan Kali
Garang, yang membujur arah utara sampai selatan, di sepanjang Kaligarang yang berbatasan
dengan Bukit Gombel. Patahan ini bermula dari Ondorante, ke arah utara hingga Bendan
Duwur. Patahan ini merupakan patahan geser, yang memotong formasi Notopuro, ditandai
adanya zona sesar, tebing terjal di Ondorante, dan pelurusan Kali Garang serta beberapa mata
air di Bendan Duwur. Daerah patahan lainnya adalah Meteseh, Perumahan Bukit Kencana
Jaya, dengan arah patahan melintas dari utara ke selatan. Sedangkan wilayah Kota Semarang
yang berupa dataran rendah memiliki jenis tanah berupa struktur pelapukan, endapan, dan
lanau yang dalam.
Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan
daerah pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai
kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran dengan
kemiringan 25% dan 37,78 % merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40%.
Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu lereng I (0-2%)
meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara dan
Tugu, serta sebagian wilayah Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-
5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur,
Gunungpati dan Ngaliyan, lereng III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan
Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah
Wonoplumbon) dan sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik, serta Kecamatan Candisari.
Sedangkan lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah
tenggara), dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati, terutama disekitar Kali Garang dan
Kali Kripik.
Kota Bawah yang sebagian besar tanahnya terdiri dari pasir dan lempung.Pemanfaatan
lahan lebih banyak digunakan untuk jalan, permukiman atau perumahan, bangunan, halaman,
kawasan industri, tambak, empang dan persawahan.Kota Bawah sebagai pusat kegiatan
pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan, angkutan atau
transportasi dan perikanan.Berbeda dengan daerah perbukitan atau Kota Atas yang struktur
54 geologinya sebagian besar terdiri dari batuan beku. Wilayah Kota Semarang berada pada
ketinggian antara 0 sampai dengan 348,00 meter dpl (di atas permukaan air laut). Secara
topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah
yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai
ketinggian 90,56 - 348 mdpl yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan
Gombel, Semarang Selatan, Tugu, Mijen, dan Gunungpati, dan di dataran rendah mempunyai
ketinggian 0,75 mdpl.
3.2.7 Klimatologi
Dari peta di bawah dapat kita lihat bahwa kondisi curah hujan di Kecamatan Semarang
Timur dibagi menjadi dua kriteria tingkatan yaitu curah hujan sedang (200-300 mm/bln) dan
curah hujan tinggi (>300 mm/bln).
3.2.8 Penggunaan Lahan
Demografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek manusia baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Dari berbagai sumber dinyatakan bahwa John Graunt (1662)
merupakan tokoh utama dibalik lahirnya demografi. Demografi mencakup beberapa aspek
diantaranya :
1. Populasi Penduduk.
3. Distribusi Penduduk
Distribusi penduduk pada dasarnya berkaitan dengan aspek geografi atau wilayah tempat
bermukimnya suatu penduduk. Perhitungan distribusi penduduk mencakup kepadatan
penduduk dan persentase penduduk per wilayah. Faktor yang memengaruhi distribusi
populasi penduduk antara lain keadaan geografis, ekonomi, sosial dan politik. Mengapa
sekarang banyak terjadi urbanisasi? Mengapa penduduk banyak bermukim di daerah dataran
rendah? Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor. Berbicara distribusi penduduk
berarti akan berkaitan pula dengan pola pemukiman penduduk tersebut.
4. Kelahiran
Salah satu aspek penting dari demografi adalah kelahiran. Beberapa hal yang berkaitan
dengan kelahiran antara lain angka kelahiran, kontrasepsi, angka perkawinan dan angka
harapan hidup bayi. Tingkat kelahiran yang sangat tinggi tanpa diimbangi dengan peningkatan
taraf ekonomi akan berdampak pada kesejahteraan penduduk itu sendiri.
5. Kematian
Kematian dapat diukur dengan angka kematian kasar dan angka kematian bayi. Kematian
penduduk dapat terjadi karena berbagai faktor seperti penyakit, kecelakaan, perang atau
pembunuhan. Angka kematian di wilayah negara maju dan berkembang dapat berbeda karena
berbagai faktor.
6. Migrasi
Migrasi merupakan perpindahan penduduk dalam arti melewati batas teritorial wilayah.
Migrasi dapat bersifat internal maupun eksternal. Ahli demografi dapat menganalisa
penyebaran migrasi penduduk, rata-rata usia migrasi hingga faktor pendukungnya. Migrasi
dapat terjadi salah satunya akibat dorongan ekonomi.
7. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu bagai dari kependudukan karena pada dasarnya
manusia memiliki profesi tertentu dalam menjalankan kehidupannya. Ahli demografi dapat
menganalisa tingkat partisipasi kerja penduduk, angka pengangguran sampai tingkat rata-rata
pendapatan penduduk. Dengan memantau perkembangan kaum pekerja maka akan diketahui
perkembangan suatu negara.
8. Kelembagaan Penduduk
9. Kebijakan Penduduk
Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan sosial ekonomi
seseorang dalam masyarakat yaitu :
1. Tingkat pendidikan.
2. Jenis pekerjaan.
3. Tingkat pendapatan.
5. Tempat tinggal.
6. Kepemilikan kekayaan.
8. Aktivitas ekonomi
Salah satu aspek yang harus mendapat perhatian utama oleh setiap pengelola
pendidikan adalah mengenai fasilitas pendidikan. Sarana pendidikan umumnya
mencakup semua fasilitas yang secara langsung di pergunakan dan menunjang proses
pendidikan seperti : Gedung, ruangan belajar atau kelas, alat-alat atau media pendidikan,
meja kursi, dan sebagainya.
1 Karangturi 0 0 0 0 0
2 Karang Tempel 0 1 0 1 0
3 Rejosari 0 1 2 0 2
4 Sarirejo 0 1 1 0 0
5 Kebon Agung 0 0 0 1 0
6 Bungangan 1 0 2 1 0
7 Mlatiharjo 1 1 0 0 0
8 Mlatibaru 0 0 0 0 0
9 Rejomulyo 0 0 1 1 0
10 Kemijen 0 1 0 0 0
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa sarana kesehatan di kelurahan Rejomulyo
terdapat 1 Poliklinik, dan 1 Puskesmas. Dari itu dapat kita simpulkan bahwa di kelurahan
Rejomulyo sarana kesehatannya kurang memadai.
1. Masjid
2. Musholla
3. Gereja
Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa sarana peribadatan di Kelurahan
Rejomulyo terdapat 3 Masjid, 9Mushola, 2 Gereja. Maka dari itu dapat kita lihat di
kelurahan Randusari mempunyai banyak sarana peribadatan.
Sarana dan prasarana ekonomi pada suatu wilayah dibutuhkan untuk menunjang
kegiatan-kegiatan terutama kegiatan ekonomi masyarakat pada wilayah tersebut.
Sehingga analisis sarana dan prasarana ekonomi pada tingkat kecamatan diperlukan untuk
melihat jangkauan pelayanan dari ketersediaan fasilitas ekonomi telah mencakup seluruh
penduduk kecamatan atau bahkan wilayah sekitarnya.
ANALISIS
No Hasil Analisis
1 Data Kampung Batik Terletak di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan
Semarang Timur, Kota Semarang. Wilayah ini tergolong kedalam
wilayah yang strategis, karena dekat dengan dengan pusat kegiatan
masyarakat seperti pasar Johar, petokoan Agus salim, dan Bundaran
Bubakan. Kampung Batik merupakan sebuah kampung yang berada di
tengah padatnya kota Semarang. Kampung ini sendiri berada pada
Kecamatan Semarang Timur yang menjadi kecamatan terpadat nomor 5
di kota Semarang (Semarang dalam Angka, 2012). Lebih tepatnya lagi,
kampung ini berada pada kelurahan Rejomulyo.Terdapat dua RW yang
termasuk ke dalam Kampung Batik ini, yaitu RW 01 dan RW 02.
2 Analisis Merupakan kawasan perdagangan jasa, pelayanan publik,
pendidikan, dan peribadatan
No Hasil Analisis
1 Data Kampung Batik Rejomulyo terletak di Kelurahan Rejomulyo Kecamatan
Semarang Timur Kota Semarang. Wilayah ini merupakan kawasan
perdagangan dan jasa karena berda di sekitar Pasar Johar, Pusat
Pertokoan Agus Salim, dan Bundaran Bubakan. Kelurahan Rejomulyo
sebagian besar wilayahnya berada di antara jalan raya utama yaitu Jl.
Pengapon dan Jl. Raden Patah
3 Saran Merencanakan koridor jalan utama Jl. Pengapon dan Jl. Raden Patah
menjadi jalan yang dilengkapi dengan infrastruktur dan furniture jalan
yang menarik dan sesuai tema Kampung Batik
Analisis Aktivitas
4.3.1 Ekonomi
Kampung Batik menjadi destinasi wisata baru di Kota Semarang
yang menarik perhatian wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri.
Hal ini otomatis juga menyebabkan peningkatan perekonomian didaerah
tersebut yang memunculkan berbagai usaha baru seperti pengerajin Batik,
pertokoan, dan pusat pelatihan membatik yang pastinya mendukung daya
tarik dari kampung tersebut.
Gambar IV-3 Perdagangan di kawasan Kampung Batik
4.3.2 Sosial
Kampung Batik ini sudah ada sejak jaman penjajahan Jepang.
Letaknya persih di dekat bundaran Bubakan. Menurut pengetahuan
masyarakat, pengelolaan sosial Kampung Batik ini mulai dikenal sejak 4
atau 5 tahun yang lalu. Disana masyarakat memperindah kampungnya
dengan melukis tembok tembok dan rumah rumah yang berada di dalam
kampung batik tersebut dengan lukisan berupa batik, serta icon-icon yang
ada di Semarang, seperti Gereja Blenduk, Lawang Sewu, wayang wayang,
Patung Pangeran Diponegoro, dan yang lainnya. Lukisan tersebut terlihat
sangat indah sehingga menarik para wisatawan baik lokal maupun luar
untuk berkunjung ke Kampung Batik Semarang tersebut. Biasanya
wisatawan wisatawan tersebut mengetahui kampung batik ini melalui
sosial media.
Gambar IV-5 Kondis Pemukiman Kampung Batik
Pelatihan Batik pandu oleh beberapa warga yang sudah ahli dalam
membatik. Pelatihan ini biasanya diikuti oleh warga warga yang merasa
belum bisa membatik dengan baik. Oleh karena itu masyarakat bisa
menjunjung perekonimian di Kampung Batik.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Rekomendasi