A. Latar Belakang
Pesatnya laju pertumbuhan penduduk perkotaan, baik karena pertumbuhan
penduduk perkotaan itu sendiri maupun karena urbanisasi merupakan gambaran
mengenai lingkungan dan kehidupan perkotaan akan semakin menjadi tumpuan
perkembangan peradaban dan kebudayaan umat manusia. Pada tahun 2012,
jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan diperkirakan telah
mencapai 54 persen. Jika jumlah penduduk Indonesia sudah dari 240 juta, artinya
paling sedikit ada 129,6 juta orang menghuni perkotaan. Diproyeksikan, bahwa
pada tahun 2025 nanti, sekitar 68 persen penduduk Indonesia akan tinggal di
perkotaan.
1
Penyelenggaraan rumah susun sederhana sewa maupun milik adalah upaya
yang ditempuh oleh pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan akan hunian yang
layak dan mengatasi kekumuhan. Masyarakat berpenghasilan rendah yang
selanjutnya disingkat MBR adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan
daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh
rumah (Pasal 1 Angka 24 UU Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman). Masyarakat berpenghasilan rendah yang selanjutnya
disebut MBR adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli
sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh sarusun umum
(Pasal 1 angka 14 UU Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rusun). Masyarakat
berpenghasilan rendah, menurut Permen Perumahan Rakyat No. 7 Tahun 2007,
bahwa kelompok masyakarat yang berpenghasilan antara Rp 1.200.000 sampai
dengan Rp 4.500.000, dengan pengelompokan sebagai berikut :
2
Dampak dari implikasi tersebut, kebutuhan akan kawasan perumahan
permukiman yang semakin besar dengan lahan yang terbatas menciptakan
kawasan permukiman kumuh yang besar di Kota Makassar. Berdasarkan data
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Makassar, sebanyak
432.115 jiwa atau 131.299 kepala keluarga (kk) dari total penduduk Kota
Makassar sekitar 1,4 juta orang hidup masih hidup dan menetap dalam kawasan
permukiman kumuh. Besaran luasan permukiman kumuh di masing-masing
kecamatan berbeda-beda, tetapi kawasan kumuh terbesar tercatat berada di
Kecamatan Tallo, Mariso, Tamalate.
Rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Mariso yang diresmikan dan dihuni
sejak tahun 2007, dibangun di kawasan kumuh dan padat penduduk untuk
mengatasi masalah kekumuhan di Kecamatan Mariso. Masyarakat penghuni
rumah susun tersebut dulunya adalah penghuni permukiman kumuh di kecamatan
Mariso. Rusunawa Mariso berdiri dilahan seluas 1,2 hektar dibangun 288 unit
yang terdiri dari ruang tamu, satu kamar tidur, satu kamar mandi dan daur.
terdapat 6 twin blok dan setiap blok terdiri atas 4 lantai yang memiliki perbedaan
biaya sewa setiap lantainya.
3
Gambar 1.3 Tampak fasad rusunawa Mariso
Sumber: dokumentasi penulis, 2017
4
Gambar 1.5 Unit hunian sebagai fungsi ekonomi dan aktivitas area tangga
Sedangkan ditinjau Sumber:
dari aspek aktivitas sosial
dokumentasi penghuni,
penulis, 2017 tempat melakukan
aktivitas sosial oleh warga rumah susun memanfaatkan ruang-ruang kosong yang
memungkinkan, seperti selasar dan area tangga utama. Berbeda dengan orang
dewasa, anak-anak lebih banyak memanfaatkan area rumah susun sebagai area
sosial mereka untuk bermain dengan teman sebayanya, antara lain, selasar, tangga
utama, tangga darurat dan area bersama.
5
Menurut Metallinou (2006), bahwa pendekatan ekologi pada rancangan
arsitektur atau eko arsitektur bukan merupakan konsep rancangan bangunan hi-
tech yang spesifik, tetapi konsep rencangan bangunan menekankan pada suatu
kesadaran dan keberaniaan sikap untuk memutuskan konsep rancangan bangunan
yang menghargai keberlangsungan ekosistem di alam. Pendekatan dan konsep
perancangan arsitektur seperti ini untuk merancang rumah susun sederhana bagi
masyarakat berpenghasilan rendah diharapkan mampu melindungi alam dan
ekosistem didalamnya dari kerusakan yang lebih para dan juga dapat menciptakan
kenyamanan bagi penghuninya secara fisik, sosial, dan ekonomi.
B. Permasalahan
1. Non-Arsitektural
Pembangunan rumah susun sebagai upaya pemenuhan hunian yang layak
dan mengatasi kekumuhan, faktanya mengalami penurunan fisik dan non fisik
disebabkan oleh prasarana yang kurang memadai, perilaku penghuni itu
sendiri, ataupun manajemen yang kurang bagus dalam mengelola rusunawa.
2. Arsitektural
6
2. Sasaran
Sasaran difokuskan pada transformasi desain rumah susun berdasarkan
pada konsep-konsep arsitektural dengan menerapkan prinsip-prinsip arsitektur
ekologis.
D. Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan berada pada disiplin ilmu arsitektur yang berkaitan
dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai yaitu pembahasan tentang konsep
bangunan rumah susun sebagai hunian yang layak bagi masyarakat
berpenghasilan rendah
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari beberapa bagian dari masing-masing bab
yang akan membahas, menguraikan dan menganalisis pokok permasalahan yang
berbeda. Sehingga gambaran isi dari proposal perancangan tugas akhir, maka
penulis sertakan isi atau poin-poin secara garis besar sebagai berikut;
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai latar belakang, permasalahan non
arsitektural dan permasalahan arsitektural, tujuan dan sasaran, lingkup
pembahasan serta sistematika penulisan.
7
Bab ini membahas mengenai pendekatan konsep perencanaan dan
perancangan serta standar-standar desain yang dijadikan dasar perancangan
rumah susun dengan menggunakan prinsi-prinsep eko-arsitektur.
8
BAB II TINJAUAN UMUM
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rumah susun berarti bangunan yang
direncanakan dan digunakan sebagai tempat kediaman oleh beberapa keluarga
serta mempunyai tingkat minimun dua lantai dengan beberapa unit hunian.
9
dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi utama sebagai hunian.
Penjabaran lebih terinci dari pengertian rumah susun sederhana sewa yang
disebutkan di atas adalah
10
sebagai pembayaran atas sewa sarusunawa dan/atau sewa bukan hunian
rusunawa untuk jangka waktu tertentu.
g. Pengembangan adalah kegitan penambahan bangunan dan/atau komponen
bangunan, prasarana dan sarana lingkungan yang tidak terncana pada
waktu pembangunan rusunawa tetapi diperlukan setelah bangunan dan
lingkungan difungsikan.
h. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh penerima aset kelola
sementara kepada badan pengelola dan penghuni rusunawa meliputi
pembinaan, pelatihan, dan penyuluhan
i. Pengawasan adalah pemantauan terhadap pelaksanaan penerapan
peraturan perundang-undangan mengenai rumah susun sederhana sewa
dan upaya penegakan hukum.
j. Masyarakat berpenghasilan rendah, yang selanjutnya disebut MBR, adalah
masyarakat yang mempunyai penghasilan berdasarkan ketentuan dalam
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat.
11
e. Asas keefisienan dan kemanfaatan
Memberikan landasan penyelenggaraan rumah susun yang dilakukan
dengan memaksimalkan potensi sumber daya tanah, teknologi rancang
bangun, dan industri bahan bangunan yang sehat serta memberikan
kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.
f. Asas kemandirian dan kebersamaan
Memberikan landasan penyelenggaraan rumah susun bertumpu pada
prakarsa, swadaya, dan perans serta masyarakat sehingga mampu
membangun kepercayaan, kemampuan, dan kekuatan sendiri serta
terciptanya kerja sama antarpemangku kepentingan.
g. Asas kemitraan
Memberikan landasan agar penyelenggaraan rumah susun dilakukan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan pelaku usaha dan
masyarakat dengan prinsip saling mendukung.
h. Asas keserasian dan keseimbangan
Memberikan landasan agar penyelenggaraan rumah susun dilakukan
mewujudkan keserasian dan kesimbangan pola pemanfaatan ruang.
i. Asas keterapaduan
Memberikan landasan agar rumah susun diselenggarakan secara terpadu
dalam hal kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan
pengendalian.
j. Asas kesehatan
Memberikan landasan agar pembangunan rumah susun memenuhi standar
rumah sehat, syarat kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat.
k. Asas kelestarian dan keberlanjutan
Memberikan landasan agar rumah susun diselenggarakan dengan menjaga
keseimbangan lingkungan hidup dan menyesuaikan dengan kebutuhan
yang terus meningkatkan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dan
keterbatasan lahan.
l. Asas keselamatan, kenyamanan dan kemudahan
12
Memberikan landasan agar bangunan rumah susun memenuhi persyaratan
keselamatan, yaitu kemampuan bangunan rumah susun menduukung
beban muatan, pengamanan bahaya kebakaran, bahaya petir; persyaratan
kenyamanan ruang dan gerak antar ruang, pengkondisian udara,
pandangan, getaran, dan kebisingan; serta persyaratan kemudahan
hubungan ke,dari,dan di dalam bangunan, kelengkapan prasarana dan
sarana rumah susun termasuk fasilitas dan aksesibilitas bagi penyendang
cacat dan lanjut usia.
m. Asas keamanan, ketertiban dan keteraturan
Memberikan landasan agar pengelolaan dan pemanfaatan rumah susun
dapat menjamin bangunan, lingkungnan, dan penghuni dari segala
gangguan dan ancaman keamanan, ketertiban dalam melaksanakan
kehidupan bertempat tinggal dan kehidupan sosialnya, serta keteraturan
dalam pemenuhan ketentuan admnistratif.
13
kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak, tertutama bagi
masyarakat berpenghasilan rendah.
f. Memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan
rumah susun.
g. Menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan
terjangkau, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dalam
lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan dalam suatu
sistem tata kelola perumahan dan permukiman yang terpadu.
h. Memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghuniaan,
pengelolaan, dan kepemilikan rumah susun.
14
Prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan sebagai
penghubung antar bangunan rumah susun atau keluar lingkungan
rumah susun, tempat parkir, utilitas umum yang terdiri dari jaringan air
limbah, sampah, pemadam kebakaranan, listrik, gas, telepon, dan
komunikasi lainnya.
e. Fasilitas lingkungan
Lingkungan rumah susun harus dilengkapi fasilitas perniagaan dan
perbelanjaan, lapangan terbuka, kesehatan, pendidikan, peribadatan,
pelayanan umum serta pertanahan.
Tipe unit rumah susun juga beragam. Kisaran luas unit hunian rumah susun
pada umumnya minimal 18 m2 dan paling besar adalah 50 m2.
15
High Rise Flat, ketinggian bangunan sampai dengan empat puluh
lantai
b. Berdasarkan pencapian vertikal
Elevated flat, pencapaian melalui elevator atau lift dengan ketinggian
lebih dari empat lantai.
Walk-up flat, pencapaian melalui tangga dengan ketinggian tidak lebih
dari empat lantai.
c. Berdasarkan penyusunan lantai
Simplex, satu unit hunian dilayani oleh satu lantai, dalam satu lantai ini
juga terdiri dari beberapa unit hunian. Dan merupakan bantuk yang
paling sederhana dan paling ekonomis.
Duplex, satu unit hunian dilayani dalam dua lantai, tiap setiap lantai
membutuhkan koridor, tetapi membutuhkan tangga di dalam setiap
unit hunian menghubungkan lantai satu dan lantai dua unit hunian.
Dalam setiap unit area privasi terpisah dengan area publik.
Tiplex, satu unit hunian dilayani dalam tiga lantai. Kegiatan dalam
setiap unit hunian dapat dilanjutkan dalam area yang terpisah.
16
Gambar 2.2 Tiplex
Sewa beli/milik
17
golongna menengah maupun golongan bawah. Pertimbangan lain
dalam mendirikannya adalah harga tanah di pinggiran masih
terjangkau oleh golongan yang dituju.
Sistem kooperatif
Interior corridor
18
Multiple exterior acces
Tower
19
Multi tower
20
perpecahan atas ‘bentuk mengikuti fungsi’ dan ‘bentuk adalah fungsi’ sehingga
muncul arsitektur organik diciptakan oleh Frank Lloyd Wright dimana bentuk
adalah fungsi. Pada tahun 1968-an, pergerakan ‘New Age’ masa peralihan dan
‘flower power’ melahirkan arsitektur merdeka, aristektur alternatif, dan arsikektur
ekperimental. Perkembangan arsitektur juga mengalami perubahan ketika mulai
krisis energi (minyak bumi), maka lahirlah arsitektur hemat energi. Kemudian
dalam arsitektur muncul fenomena sick building syndrome yakni permasalahan
kesehatan dan ketidak nyamanan karena kualitas udara dan polusi udara dalam
bangunan yang ditempati yang mempengaruhi produktivitas penghuni, adanya
ventilasi udara yang buruk, dan pencahayaan alami kurang. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal, misalnya: emisi ozon mesin fotocopy, polusi dari perabot dan
panel kayu, asap rokok, dsb, melahirkan aristektur rumah sehat dan sekarang ini
arsitektur ekologis.
21
yang sangat luas dan mengandung semua bidang. Menurut Heinz Frick ada
beberapa prinsip banguan ekologis yang antara lain seperti:
22
Tanggap orientasi matahari adalah respon terhadap orientasi matahari
menjadikan bangunan mendapatkan cahaya yang maksimal kedalam
ruangan, serta dapat meminimalisir cahaya yang berlebihan.
Humanisme adalah menciptakan kenyamanan terhadap bangunan dan
mengajak pengguna untuk menyadari untuk penghematan.
c. Menurut Metallinou
Metallinou (2006) dalam Wanda (2014), berpendapat bahwa pendekatan
ekologi pada rancangan arsitektur atau eko arsitektur bukan merupakan
konsep bangunan hi-tech yang spesifik, tetapi konsep rancangan bangunan
menekankan pada suatu kesadaran dan keberanian sikap untuk memutuskan
konsep rancangan bangunan yang menghargai pentingnya keberlangsungan
ekosistem di alam. Pendekatan dan konsep rancangan arsitektur seperti ini
diharapkan mampu melindungi alam dan ekosistem didalamnya.
3. Prinsip Ekologis Dalam Perancagan Arsitektur
Ada 3 buah prinsip ekologi arsitektur yang sangat berpengaruh terhadap
ekologi yaitu: (Dian, 2016)
23
bangunan, saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-bagiannya
berkelanjugan sepanjang umur bangunan. Contoh pada suatu bangunan,
kita dapat mengimbangi antara lahan yang terbangun dan tidak terbangun
(KDB) sehingga tidak semua lahan tertutup dengan bangunan dan tidak
menyebabkan air susah untuk masuk ke dalam tanah. Maka dari itu
prinsip saling ketergantungan dari masalah ini yaitu bangunan tidak akan
merasa sesak dan panas karena tidak adanya lahan hijau dan tanah pun
juga tidak akan mengalami kerusakan karena air masuk ke dalam tanah
dengan lancar dan tidak akan menyebabkan banjir.
24
b. Air; memiliki fungsi yang sangat penting bagi makhuk hidup dan alam.
Tanpa air, makhluk hidup tidak akan dapat bertahan hidup. Akan tetapi
dewasa ini air bersih mulai sulit ditemukan karena tercemarnya air tanah
yang diakibatkan oleh sampah dan limbah. Pencapaian air bersih pada kota
-kota pada penduduk terutama pada musim kemarau sangat terbatas dan
mengakibatkan masyarakat berekonomi rendah sulit mendapatkan air
bersih untuk dikonsumsi.
c. Api; manusia pasti membutuhkan energi untuk beraktivitas baik dalam
menyiapkan makanan ataupun memproduksi peralatan. Menurut data
energi yang dapat dapat diperbaharui oleh Krusche, penggunaan energi
untuk seluruh dunia diperkirakan 3 x 10 MW pertahun yang berarti bahaya
bagi manusia bukan disebabkan oleh kekurangan energi melainkan
aktivitas pembakaran menyebabkan kelebihan karbondioksida yang
mengakibatkan pemanasan global. Walaupun manusia tahu tentang
perbedaan energi yang tidak dapat diperbaharui dan dapat diperbaharui,
tetapi manusia lebih memilih untuk menggunakan energi yang tidak dapat
diperbaharui seperti minyak, batu bara, dan lain-lain karena
penggunaannya yang lebih praktis.
d. Bumi (tanah); bangunan dibentuk dari bahan baku bumi dan terbentuk di
atas bumi pula. Seiring berjalannya waktu, jumlah bangunan yang ada di
bumi semakin bertambah cenderung. Seluruh halaman rumah dengan
paving tanpa menyisakan tanah untuk ditanami tumbuhan dan
mengakibatkan terhalangnya air masuk kedalam tanah sehingga tanah
menjadi tidak baik. kasus kerusakan tanah juga bisa terjadi karena
kegiatan cut and fill pada tanah bertransis secara berlebihan tanpa
diimbangi penanaman tumbuhan sebagai penyangga tanah.
25
Tujuan dari diciptakannya kawasan hijau adalah sebagai salah satu upaya
untuk mencegah global warming. Berikut adalah contoh sebagai bentuk
menciptakan kawasan hijau disekitar kawasan pembangunan:
26
Hal kedua kedahan lahan yang ditumbuhi oleh tanaman yang sudah
ada misalnya pohon peneduh, semak, dan bunga, sebaiknya tanaman
tersebut dipertahankan sebanyak mungkin.
Hal ketiga adalah pertimbangkan tanaman yang akan direalisasikan.
27
Eksploitasi, pembuatan (produksi), penggunaan bahan bangunan
sesedikit mungkin mencemari lingkungan
Bahan bangunan yang berasal dari sumber lokal
d. Menggunakan ventilasi alami dalam bangunan
Dua hal yang berkaitan dengan kualitas udara yaitu penghawaan dan
pencahayaan. Penghawaan oleh angin dan pencahayaan oleh sinar matahari.
Berikut ini adalah penjelasan tentang kualitas dalam ruangan yan baik dan
benar berdasarkan buku ekologis versi Heinz Frick, yaitu:
1. Penghawaan
Pada daerah yang beriklim tropis kelembaban udara dan suhu juga tinggi,
angin sedikit bertiup dengan arah yang berlawanan pada musim hujan dan
musim kemarau. Pengaruh angin dan lintasan matahari terhadap bangunan
dapat dimanfaatkan dengan:
Gedung yang dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup di antara
bangunan tersebut agar gerak udara terjamin.
Orientasi bangunan ditempatkan di antara lintasan matahari dan angin
sebagai kompromi antara letak gedung dari timur ke barat, dan yang
terletak tegak lurus terhadap arah angin.
Gedung yang baik sebaiknya berbentuk persegi panjang yang nantinya
berguna untuk ventilasi silang.
Ruang disekitar bangunan sebaiknya dilengkapi pohon peneduh
Menyisakan minimal 30% lahan bangunan terbuka untuk penghijauan
dan tanaman.
Berbagai hasil percobaan tentang pola aliran udara pada potongan tampak
bangunan, baik dengan ventilasi satu arah maupun ventilasi silang (dua arah).
Gambar memperlihatkan ilustrasi pola aliran udara.
28
Dari berbagai percobaan tentang ventilasi/ pengaliran udara, disimpulkan
bahwa :
29
3. Pewarnaan
Masing-masing warna memiliki ciri khusus yaitu:
a. Sifat warna
b. Sifat cahaya (intensitas cahaya yang reflektif
c. Kejenuhan warna (intensitas sifat warna)
30
pada lantai, dinding ata langit-langit. Berikut ini adalah contoh warna yang
berada pada bagian tertentu dan arti dari warna itu sendiri.
Putih
Pada lantai : menolak bersentuhan
Pada dinding : memperkuat kontras, bersifat netral
Pada langit-langit : kosong, hampa
Merah muda kekuningan
Pada lantai : mengakatkan (berkesan ringan)
Pada dinding : menggiatkan, menggairahkan
Pada langit-langit : merangsang, metal
Pirus
Pada lantai : merangsang, bergerak jalan
Pada lantai :sejuk, membaewa meluaskan kesadaran
Pada langit-langit : mencerahkan , meningkatkan
Kayu alamiah (coklat)
Pada lantai : hangat berciri khas tanah
Pada dinding : menyenangkan, nyaman
Pada langit – langit : mempengapkan, menggelapkan.
e. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu
mengalirkan uap air
Permukaan dinding dan lapisan langit–langit ruang termasuk dalam upaya
penghijauan rumah. Upaya untuk penghijauan dilakukan untuk mengatur tata
air, suhu, pencemaran udara dan juga untuk perlindungan terhadap lingkungan
sekitar. Menurut buku eckb,1964 dan fakuaea,1987 yang ditulis dalam buku
arsitektur ekologis, fungsi penghijauan pada dinding dan atap rumah adalah
sebagai berikut :
Tanaman sebagai penghijauan rumah dalam pertumbuhannya
menghasilkan O2 yang diperlukan bagi makhluk hidup untuk bernapas.
Sebagai pengatur lingkungan (mikro), vegetasi akan menimbulkan
hawa lingkungan setempat sejuk, nyaman dan segar.
31
Pencipta lingkungan hidup (ekologis). Penghijauan dapat menciptakan
ruang hidup bagi makhluk hidup di alam. Penyeimbangan alam
(adaptis) merupakan pembentukan tempat-tempat hidup bagi satwa
yang hidup disekitarnya.
Perlindungan (protektif) terhadap kondisi fisik alami sekitarnya (air
hujan, angin kencang dan terik matahari).
Keindahan (estetika) dengan terdapatnya unsur-unsur penghijauan
yang direncanakan secara akan menciptakan kenyamanan visual.
Mengurangi kebisingan di dalam gedung, terutama pada atap bertanam
yang menambah bobot (massa) sebagai penanggulangan suara/bising.
Rekreasi dan pendididkan (edukatif). Jalur hijau dengan aneka vegetasi
mengandung nilai-nilai ilmiah.
Sosial, politik dan ekonomi
f. Menjamin bahwa bangunan tidak menimbulkan permasalahan lingkungan
Bangunan yang baik adalah bangunan yang tidak merugikan lingkungan.
Memang saat banguanan tersebut dibangun sudah mengurangi komunitas
hewan yang sebelumnya ada di lahan tersebut tetapi kita sebagai manusia
yang bijak adan peduli akan lingkungan seharusnya mengganti lahan yang
menjadi komunitas mereka dengan cara melakukan penghijauan di sekitar
bangunan. Berbagai macam cara yang digunakan yaitu:
Melakukan penghijauan pada bangunan
Mendesain taman
g. Menggunakan energi terbarukan
h. Menciptakan bangunan bebas hamtan (dapat digunakan semua umur)
Bangunan yang baik merupakan bangunan yang dapat digunakan di
segala usia baik anak-anak mauapun orang tua , selain itu digunakan juga bagi
orang yang cacat tubuh, orang sakit, maupun orang dewasa yang sehat
misalnya diberikan jalur bagi mereka yang menggunakan kursi roda. Banyak
hambatan bagi bangunan saat ini yang tidak memperhatikan hal-hal tersebut
antara lain perbedaan tinggi lantai yang menyusahkan orang yang sangat tua
maupun anak-anak, tanda orientasi ruang kurang jelas, tidak ada kursi untuk
beristiarahat, dan masih banyak lagi.
32
6. Studi Banding Bangunan Berkonsep Arsitektur Ekologis
a. Menara Mensinaga (IBM Tower)
Sky garden
Lansekap vertikal spiral
Jendela tersembunyi dan dinaungi di Timur dan Barat
Dinding tirai kaca di Utara dan Selatan
Inti bangunan ditempatkan di sisi terpanas yakni Timur
Toilet berventilasi alami dan diterangi matahari, tangga dan lift lobi
33
Balkon spiral di dinding eksterior dengan pintu geser tinggi penuh
34
kemudian dapat mengurangi konsumsi energi baik pada saat pembangunan,
perawatan hingga pembongkaran bangunan itu sendiri. Menurut Yeang sebuah
bangunan ekologis tidak seharusnya menjadi tetapi dapat berkontribusi secara
positif terhadap lingkungan. Area hijau adalah area produktif. Sehingga bangunan
dapat mengeneralisasi energi daripada mengkonsumsinya. Area hijau selalu
dihadirkan dalam bangunan seperti halnya ide garden spiral. Penanaman secara
vertikal untuk menghasilkan oksigen dan membantu mendinginkan bangunan.
Bagian atas terdapat sky garden sebagai ruang sosial. Sebagai bagian dari ide
dasar Yeang untuk menghubungkan bangunan kembali ke daratan. Sistem
pengumpulan air hujan juga ada di atap. Sehingga Yeang menekan pentingnya
biaya siklus kehidupan material, untuk mencegah kebocoran dan karatan seperti
yang terjadi pada gedung lainnya.
Di daerah tropis, sisi utara dan selatan adalah sisi yang tidak mendapatkan
cahaya matahari sepanjang hari. Pembukaan pada sisi utara dan selatan
mengurangi kebutuhan akan insulasi. Ventilasi silang diterapkan untuk
membiarkan udara segar kedalam bangunan bahkan di ruangan ber-AC. Naungan
matahari pasif umumnya terletak disisi timur dan barat. inti banguan terletak di
sisi “panas” atau sisi timur. lobus lift dan toilet tidak ber-AC di sisi timur. Ruang
kantor utama dibuat berventilasi dan ber-AC. Menara Mesinaga dilengkapi
dengan sistem otomatis bangunan yang mengontrol fitur energi pendingin udara
dan digunakan untuk mengurangi konsumsi energi dalam peralatan. Fitur energi
rendah pasif lainnya meliputi: semua jendela di timue dan barat memiliki louver
aluminium untuk mengurangi efek panas matahari dan jendela utara dan selatan
memiliki insetyang dalam bertindak sebagai penyangga termal. Poros bergantian
indentasi oleh teras taman dan dilengkapi dengan brise-soleit di timur dan batas-
yang menghemat $ 13590 dalam pendingin udara per tahun.
35
Gambar 2.16 Perubahan posisi matahari selama setahun
Sumber: Architecture 489
36
Selatan Semarang. Karakteristik tanah Bukit Simongan memiliki jenis tanah yang
kurang subur sehingga ideal menjadi tempat tinggal bagi Dr. Heinz Frick, karena
tidak mengurangi lahan produktif pertanian. Di sisi lain, sebagian bukit telah
terpapas untuk reklamasi pantai Semarang. Kondisi tersebut ternyata mengancam
kelangsungan komunitas yang tinggal di bukit itu. Sehingga, rumah ini memang
dibangun untuk melakukan advokasi untuk komunitas dalam mempertahankan
lingkungan.
Rumah ini telah menjadi perhatian publik karena desainnya yang ramah
lingkungan dan unik. Dibangun pada tahun 1999, biaya pembangunan rumah
mencapai 150 juta rupiah. Pemanfaatan lahan miring telah dipikirkan oleh Heinz
Frick dalam mendesain bangunan untuk lantai satu dan dua dengan luas 140 meter
persegi (luas bangunan 88 m2 dan luas teras 43.6 m2) di atas lahan seluas 350
meter persegi. Sebagian
Gambar lahan tetap dipertahankan
2.17 Tampak untuk
lingkungan rumah Heinzdaerah
Frick hijau yang
Sumber:pengolahan
Gunawan, dkk
digunakan untuk kebun (80m2), tempat kompos, tempat penampungan
air hujan, septic tank, tempat parkir kendaraan dan tanaman – tanaman, serta
untuk penyerapan air hujan.
37
Gambar 2.18 Denah rumah tinggal Heinz Frick
Sumber: Gunawan, dkk
38
dimanfaatkan sebagai langit-langit di dapur, teras tempat makan dan ruang
keluarga. Papan bekas peti kemas digunakan untuk langit – langit selasar. Kayu –
kayu bekas PIKA juga digunakan untuk membuat lubang penghawaan pada langit
– langit dapur.
Tangga pada teras barat, yang menuju ke tangki air atas, dibangun
menggunakan tiang listrik bekas sebagai balok tangga, lempengan besi sebagai
anak tangganya, dicor dengan beton dan difinishing dengan batu alam. Semua
pegangan pintu Rumah ini digunakan kembali dari rumah yang lain dari Swiss.
Kerja sama antara UNIKA dan AKIN sejak 1995 menghasilkan cat perekat
dari tepung tapioca, 5% minyak pinus (untuk mengurangi hama dan
lumut/cendawan kelabu), litopon (pigmen putih), kaolin serta talkum (bahan
pengisi). Campuran bahan-bahan tersebut menghasilkan cat ramah lingkungan
yang diaplikasikan dua kali sehingga permukaan dinding benar tertutup dan tidak
mudah tergores.
39
Semarang terletak pada 06º59’S 110º23’B, dengan 3 m di atas muka laut,
sehingga termasuk iklim tropis lembab. Temperatur harian antara 24-32ºc, curah
hujan bulanan antara 60-430mm/bulan, kelembaban siang hari 82-90%,
kelembaban malam hari 5978%, kecepatan angin rata - rata 6-11 mph. Data – data
tersebut mendasari konsep pencahayaan dan penghawaan alami secara silang pada
bangunan.
Konsep pencahayaan alami diadopsi dengan desain bukaan pada sisi utara,
selatan dan timur. dimaksimalkan dengan adanya bukaan seperti: jendela tipe
nako, lubang ventilasi di atas jendela dan pintu jalusi. Cahaya langit bisa
menjangkau hampir semua bagian sehingga dapat menghemat penggunaan listrik
hingga 50% dari tetangga-tetangga lainnya. Pada bagian sisi rumah barat yang
paling panas terdapat jendela dengan menggunakan sirap sehingga panas matahari
tidak masuk ke dalam bangunan secara langsung. Tetapi sirip-sirip ini juga
mengijinkan terjadinya ventilasi silang. Bukaan tersebut memaksimalkan sirkulasi
udara yang masuk dan mengurangi kelembaban dalam ruang. Kemudian, untuk
mengurangi dampak serangga pengganggu maka dipasanglah kawat kassa pada
jendela dan lubang angin. Solar panel juga digunakan di rumah ini sebagai
penyedia listrik untuk perangkat komputer pada rumah ini.
Efisiensi Air
Efiensi air diterapkan dalam bangunan dengan didasari pengalaman Dr. Frick
selama 6 tahun tinggal di Kalimantan. Solusi penyediaan air bersih ditawarkan
dengan pemanfaatan air hujan untuk penggunaan air yang tidak diminum, seperti
untuk mandi, menyiram kloset, mencuci, mengepel dan menyiram tanaman.
40
Gambar 2.21 Sistem penampungan air hujan
Sumber: Gunawan, dkk
Sedangkan, air minum tetap diambil dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM), biasanya digunakan untuk minum, memasak dan kebutuhan dasar
lainnya jika tidak terjadi hujan. Air hujan dari atap dikumpulkan dengan talang
vertikal dan disalurkan oleh talang horizontal ke dua bak air di permukaan tanah.
Kemudian, sebuah pompa digunakan untuk memompa air hujan ke bak air hujan
ketiga di sisi Utara Rumah. Dari bak tersebut, air hujan disalurkan dengan prinsip
gravitasi ke kamar mandi, tempat cuci dan kran-kran lainnya. Bak kedua berada di
sisi Timur rumah (di depan Teras Tempat Makan) dengan tutup saringan kawat
kasa untuk menyaring kotoran dari atap dan menghindari nyamuk bersarang.
41
Selain itu sloof (beton bertulang) berukuran 20 cm x 30 cm diletakkan untuk
mengikat kolom satu sama lain. Konstruksi pelat lantai berkubah con-block
dengan bentang sebesar 3 m diterapkan di atas bengkel dan bak penampung air
hujan. Tujuannya adalah untuk menghemat biaya konstruksi karena pelat lantai
berkubah dapat menyebabkan pengurangan tulangan baja. Tulangan beton tetap
diterapkan pada ring balk yang menerima beban horisontal yang cukup besar.
Penelitian Dr. Frick menemukan bahwa konstruksi pelat lantai berkubah con-
block ini dapat menahan beban sebesar 4 kN/m2 selama 24 jam tanpa terjadinya
retak atau penurunan yang berarti. Sehingga, konstruksi yang sama juga
diterapkan di atas kamar – kamar tidur untuk mengurangi juga radiasi termal.
42
pribadi, 11,23 persen ruang semi-swasta, dan hanya 14,24 persen semi
public dan 13,25 persen publik.
Peningkatan kontrol fisik ruang untuk penggunaan kolektif, melalui
definisi perbatasan, property dan penggunaan ruang yang memadai.
Penguatan, melalui desain ruang dan organisasi sosial, integrase komunitas
sehingga masyarakat mendukung evolusi dan peningkatan perumahan dan
urban.
43
Habitat
44
matahari dalam rumah. Komponen utamanya adalah halaman interior dan ruang
terbuka yang teduh. Strategi mengurangi panas melalui atap dengan menambah
insulasi interlan dengan sistem plafond dan memasang atas bervegetasi yang luas
di atas. Seperti yang dapat dilihat pada gambar
d. Lindavista House
Lindavista House dirancang oleh arsitek Jose Roberto Garcia dan Chaves pada
tahun 1998 dengan luas 300 m2 . Rumah ini berbentuk tiga lantai, berbentuk
persegi panjang dan terletak di pusat Kota Meksiko. Di lantai dasar memiliki area
parkir mobil, studio kaca, rumah kaca, kebuun sayur dan bunga, pemisah sampah
anorganik, ruang tamu dan ruang makan, dapur, studio, kamar mandi, koleksi air
hujan dan sistem penyimpanan, sumur resapan air hujandan taman. Lantai kedua
memiliki tiga kamar tidur dan dua kamar mandi. Lantai ketiga memiliki studio,
kamar tidur, kamar mandi, ruang cuci, area fotovoltaik surya, teras dan area
tumbuh bunga. Atapnya memiliki area penyimpanan, kolektor surya dan area
pengumpulan air hujan.
45
Gambar 2.25 Lindavista House
Sumber: Eco House
46
Di Rumah Lindavista ada: pemilahan sampah di dalam rumah untuk tempat
pengumpulan lokal dan kemungkinan untuk beberapa daur ulang, produksi
kompos yang digunakan di kebun dan sampah organik yang berlebihan untuk
digunakan dalam sistem berkebun yang intensif dan mendukung kehidupan
dengan cara organik kebun sayur dan kebun buah, mengurangi limbah padat. Oleh
karena itu, sistem ekologi energi yang terintegrasi di rumah memberikan tingkat
swasembada yang tinggi dalam energi, air dan makanan dan ditujukan untuk
memberikan penghematan energi, sambil meningkatkan ekonomi, lingkungan
alam dan kualitas hidup. Diharapkan bahwa premis desain ini pada akhirnya akan
menghasilkan budaya produksi energi, air, dan makanan yang baru, yang pada
gilirannya akan mendorong penerapan yang menguntungkan bagi pembangunan
berkelanjutan nasional.
Desain bioklimatik
Melalui penerapan sistem pendinginan dan pemanasan massif, orientasi yang
baik solusi ventilasi alami, perangkat peneduh dna pendinginan evaporative
seluruh rumah secara diklimatisasi, memberikan kondisi kenyamanan bagi
penghuni sepanjang tahun.
Ventilasi
Rumah Lindavista memiliki desain bukaan yang memaksimalkan pegerakan
udara di dalam ruangan. Selama musim panas ventilasi nocturnal terjadi melalui
kisi-kisi. Kebun yang menghadap ke timur dan vegetasi berindak sebagai
modulator iklim-mikro, meningkatkan pergerakan udara di dalam ruangan.
Permukaan bangunan bertindak sebagai ‘penyerap panas’ yang kuat, menyediakan
suhu yang nyaman pada hari berikutnya. Selama musim dingin, kisi-kisi tetap
tertutup, mengurangi panas yang hilang.
47
Hemat energi
Orientasi dan penempatan ruang-ruang memberikan pencahayaan yang
optimal untuk siang hari, sehingga mengurangi jumlah energi yang digunakan
untuk penerangan. Sebuah tata surya fotovoltik yang berdiri sendiri melengkapi
pencahayaan buatan dengan penggunaan perlengkapan dan peralatan yang hemat
energi. Standar insulasi yang baik untuk dinding eksterior dana tap juga
mengurangi beban pemanasan saat pemanasan matahari menyediakan panas ruang
selama periode panas.
Konstruksi yang sehat
Salah satu desain utama adalah untuk mempromosikan bangunan sehat. Ini
dicapai dengan penggunaan bahan-bahan bangunan yang sehat, organik sebanyak
mungkin, tanpa menimbulkan bahaya kesehatan. Bahan bagunan yang
diaplikasikan adalah batu regional, batu bata, beton, tata surya dan kaca adalah
bahan bangunan yang digunakan karena mereka tersedia secara lokal, mereka
memiliki biaya yang relatif rendah dan energi yang terwujudkan rendah. Solusi
sederhana dan kuat untuk sistem bangunan ini membutuhkan sedikit pemeliharaan
pengguna dan layak untuk desain yang berkelanjutan.
e. Surabaya Ecohouse
Di daerah tropis, karena ketergantungan pada sistem pendinginan atau
pendingin yang mengonsumsi energi meningkat, kekhawatiran yang berkembang
atas masalah lingkungan global di masa depan dan kemungkinan menguras
sumber daya energi memerlukan perkembangan penting dalam desain pasif,
terutama teknik pendinginan pasif. Surabaya Ecohouse, didesain oleh Profesor
Silas dan Dr. Y. Kodama, dengan luas 294 m 2. Struktur betonnya yang tahan lama
dan penggunaan partisi dan dinding eksternal yang fleksibel, merupakan desain
penting dalam masyarakat daur ulang yang berkelanjutan di masa depan untuk
meningkatkan kinerja termal bangunan.
Sistem atap ganda terdiri dari atap ubin di atas membran tahan air dengan
celah udara dan lapisan insulasi serat kelapa. Atap memanjang dengan rindang
yang dalam untuk menaungi dinding dan jendela terhadap kenaikan panas. Sistem
48
dinding luar terbuat dari kayu untuk juga mengurangi penetrasi matahari. Dinding
terbuka di ruang komunal untuk mempromosikan ventilasi silang. Ventilasi angin
melalui atap pusat untuk mempromosikan ventilasi tumpuk. Pendinginan malam
hari diinduksi dengan menyimpan udara malam suhu lebih rendah di lantai beton
yang tebal. Sebuah sistem pipa polypropylene disalurkan melalui pelat lantai yang
bersirkulasi air disimpan di tangki bawah tanah melalui pompa fotovoltaik. Air ini
pada suhu yang lebih dingin memancar melalui slab membuatnya tetap dingin dan
kemudian digunakan kembali untuk menyiram toilet atau irigasi.
50
Tabel 2.1 Perbandingan Studi Banding Bangunan Berkonsep Arsitektur Ekologis
No Bangunan/ Arsitek Lokasi/Iklim Deskipsi Bangunan Prinsip Desain Ekologis
1. Menara Mesinaga/ Subang Jaya, Malaysia/ Sebuah kantor IBM. Dibangun pada Prinsip desain bioklimatik
Kenneth Yeang beriklim tropis. Suhu, tahun 1989-1992, luas bangunan 6.503 Ventilasi silang dan garden spiral
panas, dan kelembaban m2. Terdiri atas 15 lantai. Dibangun Dilengkapi dengnan sistem
sepanjang tahun hampir menggunakan dasar model bangunan otomatis banguan untuk
sama. tradisional Malaysia dan transisi/evolusi mengontrol fitur energi pendingin
ke dalam prinsip-prinsip modern. udara untuk mengurangi konsumsi
energi
Orientasi bangunan didesain untuk
memodifikasi semua arah mata
angin
Desain fasad berbeda-beda karena
pengaruh iklim dengan
menggunakan skycourt, curtail
wall, kisi-kisi aluminium dan
penonjolan core service di luar
bangunan
Sistem pengumpulan air hujan di
atap
51
2. Rumah Tinggal Jalan Srinindito, Sisi Sebuah hunia 2 lantai dengan luas 140 Penggunaan material bangunan
Heinz Frick/ Heinz Selatan Semarang/ m2 (luas bangunan 88 m2, luas teras sebagian besar adalah material
Frick terletak pada 06º59’S 43,6 m2) di atas lahan 350 m2 dengan bekas; kayu bekisting, ubin bekas,
110º23’B, dengan 3 m karakteristik lahan miring, dibangun limbah kertas, besi beton, tiang
di atas muka laut, pada tahun 1999. Fungsi bangunan listrik, pegangan pintu bekas, dan
beriklim tropis sebagai tempat tinggal dirancang sesuai panel listrik bekas.
lembab. dengan kebutuhan penghuni. Zonasi Konsep penghawaan dan
ruang ditentukan oleh sifat ruang. 1 pencahayaan alami secara silang.
kamar mandi utama, 2 kamar tidur Efisensi air; air hujan ditampung
tamu, 2 kamar mandi, teras barat (zona ke dalam bak unutk keperluan
privat), dapur, teras tempat makan, mandi, menyiram kloset, mencuci,
ruang tinggal dan perpustakan serta mengepel, dan menyiram tanaman.
ruang kerja. Hasil penelitian Heinz konstruksi
plat lantai berkubah con-block
sebesar 4 Kn/m2, dapat
menghemat biaya konstruksi. Juga
diterpkan di kamar-kamar tidur
untuk mengurangi radiasi termal.
3. Nueva Democracia, Maracaibo, Venuzuela/ Proyek perumahan 900-unit. Kerja sama Terjangkau dan disesuaikan degan
Affordable Housing di atas permukaan laut; masyarakat, universitas dan Pemerintah iklim
Project (Sustainable sepuluh derajat di utara Negara antara tahun 1994/1996 dalam Ventilasi alami
khatulistiwa; Iklim desain dan konstruksi proyek ini yang Berkonsep rumah tumbuh
panas dan lembab dibangun dalam beberapa fase.
52
No. Bangunan/ Arsitek Lokasi/iklim Deskripsi Bangunan Prinsip Desain Ekologis
Improvement Rumah-rumah dibangun dengan konsep Atap sebagai media untuk
Proposal 2016) / ‘rumah tumbuh’. Rumah awal 30m2 penghijaun
Andres kemudian tumbuh dengan ukuran
Echeverria, Pablo 140m2,disesuaikan dengan
La Roche dan kemungkinan dan kebutuhan keluarga.
Marina Gonzales Jumlah minimumnya adalah ruang tamu/
tidur serbaguna dengan kamar mandi
dan laundy, yang dapat tumbuh menjadi
rumah dengan lima kamar tidur, ruang
tamu, ruang makan, dapur, ruang cuci,
halaman belakang, halaman depan dan
teras internal, teras dan tempat parkir
mobil.
4. Lindavista House / Pusat kota Meksiko/ Rumah dengan 3 lantai, berbentuk Desain bioklimatik
Jose Roberto iklim persegi panjang. Lantai dasar memiliki Pencahayaan alami yang
area parkir mobil, studio kaca, rumah dioptimalkan
Garcia dan Chaves
kaca, kebuun sayur dan bunga, pemisah Lingkungan konstruksi yang sehat
sampah anorganik, ruang tamu dan Daur ulang pengolahan limbah
ruang makan, dapur, studio, kamar Air dikonservasi melalui sistem
mandi, koleksi air hujan dan sistem pengumpulan dan penyimpanan
penyimpanan, sumur resapan air hujan air hujan yang memasok air
dan taman. Lantai kedua memiliki tiga domestik untuk semua
53
kamar tidur dan dua kamar mandi. penggunaan
Lantai ketiga memiliki studio, kamar
tidur, kamar mandi, ruang cuci, area
fotovoltaik surya, teras dan area tumbuh
bunga. Atapnya memiliki area
penyimpanan, kolektor surya dan area
pengumpulan air hujan.
5. Surabaya Surabaya/ iklim panas Hunian dengan luas 294 m2. Struktur Sistem atap ganda
Ecohouse / dan lembab betonnya yang tahan lama dan Ventilasi silang
penggunaan partisi dan dinding Pendinginan malam hari
Profesor Silas dan
eksternal yang fleksibel, merupakan Sistem pipa polypropylene.
Dr. Y. Kodama desain penting dalam masyarakat daur
ulang yang berkelanjutan di masa depan
untuk meningkatkan kinerja termal
bangunan. Atap ganda sangat efektif
untuk menurunkan suhu internal.
Kesimpulan : Berdasarkan 5 bangunan berkonsep arsitektur ekologis di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh iklim menjadi
pertimbangan utama dalam mendesain bangunan. Iklim mempengaruhi tata letak ruang, material, kenyamanan termal dan
pencahayaan alami untuk mengurangi konsumsi energi. Untuk daerah tropis persoalan yang utama ada pada atap karena menerima
panas yang cukup lama. Kesadaran ekologis tidak cukup hanya arsitek tetapi kesadaran untuk menjaga kesimbangan ekosistem di
alam merupakan kesadaran bersama makhluk di bumi.
54
7. Studi Banding Rusunawa
a. Rumah Susun Marunda, Cipinang Besar Selatan dan Tebet
Penelitian mengenai rumah susun layak anak adalah penelitian yang bertujuan
untuk mencari karakteristik konsep desain rumah susun layak anak yang
kemudian diaplikasikan ke parancangan rumah model Rumah Susun Layak Anak.
Penelitian ini dilakukan dengan pada studi kasus di tiga rumah susun yaitu rumah
susun marunda yang berlokasi di Jl. Marunda Makmur, Kelurahan Marunda,
Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, rumah susun Tebet Barat I di jalan Tebet
Barat, kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan dan rumah susun
Cipinang Besar Selatan (Cibesel), jalan Kebon Nanas, Kelurahan Cipinang Besar
Selatan, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. pemilihan ketiga rumah susun
tersebut diambil sebagai studi kasus karena ketiganya berbeda lokasi sehingga
berbeda dalam segi perencanaan dan perancangannya.
55
Gambar 2.34 Lokasi Rumah Susun Cipinang
Sumber: Model Rumah Susun Layak Anak (jurnal arsitektur)
56
Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, dibangun tahun 1994
selesai tahun 1996. Rumah Susun Cipinang Besar Selatan yang berlokasi di Jalan
Kebon Nanas, Kelurahan Cibesel, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, dibangun
tahun 2007 selesai tahun 2008. Berdasarkan tahun mulai pembangunan dan
selesainya pembangunan terdapat perbedaan dalam segi ketersediaan lahan,
bentuk bangunan dan sarana prasarana serta fasilitas yang disediakan oleh Pemda
DKI Jakarta untuk rumah susun tersebut.
57
Luas hunian : 21-36 m2
Tipe bangunan dengan void di tengah, selasar mengelilingi void.
Satuan tangga utama di bagian tengah dan 2 buah tangga di bagian
samping kiri dan kanan.
Hunian dilengkapi dengan area servis dapur dan toilet yang
berdekatan.
Ruang jemur terletak di dekat dapur merupakan area terbuka ke
belakang.
Blok bangunan rumah susun saling berhadapan dan dihubungkan
dengan plaza terbuka.
Plaza berfungsi sebagai tempat bermain dan area berkumpul warga.
Lantai dasar sebagai area terbuka yang berfungsi fasilitas bersama dan
pengelola atau tempat usaha warga rumah susun.
Tangga utama berada di tengah blok.
Tangga samping 2 buah berada di sisi kiri dan kanan blok.
Ruang Panel dan Gudang ( 36 m2 ).
Kantor Pengelola ( 36 m2 ).
Kantor RT ( 36 m2 ).
Unit usaha
1-5 lantai tipikal untuk hunian.
Lantai atap untuk fasilitas.
Kapasitas tiap Blok Rusun 80 hunian.
Tiap lantai terdiri dari 80 hunian.
Luas tiap hunian 36 m2 .
58
Hunian dengan area service (dapur, toiler) berdekatan
Bangunan rumah susun dalam satu blok terdiri dari 4-5 lantai
Lantai dasar sebagai area terbuka yang berfungsi untuk fasilitas bersama
dan pengelola atau tempat usaha warga rumah susun.
Lantai 1-5 adalah lanti tipikal yang dipakai sebagai hunian
Lantai atap dipakai sebagai utilitas penampungan air bersih (top tank/
water tank)
59
Gambar 2.38 Konsep aksimatisasi/ pencahayaan dan penghawaan
alami
Sumber: Model Rumah Susun Layak Anak (jurnal arsitektur)
60
5. Konsep Penerangan Buatan
Penerangan buatan pada malam hari menggunakan listrik dari PLN,
disamping digunakan juga Genset khusus untuk penerangan umum/selasar,
jika listrik dari PLN padam.
61
Gambar 2.40 Instalasi air bersih, tangki air bersih, instalasi air melalui
shaft dan rumah pompa serta genset
Sumber: Model Rumah Susun Layak Anak (jurnal arsitektur)
Gambar 2.41 Skema Konsep Air Bersih, Air Kotor, Kotoran/WC dan air
hujan
Sumber: Model Rumah Susun Layak Anak (jurnal arsitektur)
62
b. Rumah Susun Cigugur, Cimahi
63
b. Struktur
Rumah susun cigugur adalah hasil penerapan teknologi puskim secara
terintegrasi dari segi arsitektur, struktur, plumbing, bahan bangunan, sanitasi
dan persampahan. Sistem struktur menggunakan sistem pracetak C-plus yang
telah diuji pada tahun 2002. Hasil pengujian menunjukkan sistem ini
mempunyai kehandalan sebagai sistem struktur bangunan bertingkat.
Kelebihan dari bentuk ini adalah memungkinkan adanya efisiensi ruang. Pada
kolom konvensional bangunan bertingkat, ukuran kolom persegi harus lebih
besar dari tebal dinding sehingga ada bagian kolom yang menonjol dan
memakan ruang. Untuk ruang-ruang yang tidak terlalu luas (unit 18 atau 21),
penggunaan kolom C-Plus akan mengurangi tonjolan sehingga ruang lebih
efisien. Waktu pelaksanaan pekerjaan untuk konstruksi pracetak diperkirakan
lebih cepat daripada konstruksi konvensional karan komponen bangunan telah
diproduksi dahulu sehingga di lapangna hanya proses perakitan.
c. Bahan Bangunan
Bahan pengisi dinding adalah conblock ukurang 20x30x10 cm dengan
campuran 1PC : 5 pasir. Dinding tambahan perkuatan tulangan tunggal
diameter 6 mm, dipasang arah horsontal setiap 5 lapis dan arah vertikal setiap
5 buah conblock. Sedangkan bahan penutup lantai adalah plesteran untuk
lantai dan selasar. Bahan gymstone digunakan pada lantai plaza. Kerangka
kuda-kuda menggunakan bahan baja karena durabilitas lama dan tidak
memerlukan perawatan khusus. Kusen jenela menggunakan bahan aluminium
agar tidak memerlukan perawatan khusus.
64
e. Pembuangan dan Pengolahan Air Limbah Kotor
Sistem pembuangan limbah menggunakan campuran, yaitu pembuangan
dimana air limbah kamar mandi dan air kotor dikumpulkan dan dialirkan
dalam satu saluran. Sistem Ven yang diterapkan adalah ven tegak tunggal
dengan ukuran sama dengan pipa tegak air limbah, sistem ini akan
memberikan penghematan penggunaan pipa dan efisiens pengaliran air dalam
sistem plumbing. Pengolahan air limbah rumah tangga menggunakan sistem
biokontraktor. Sistem ini dapat menurunkan beberapa parameter yang dapat
dijadikan indikator pencemaran.
65
b. Luasan/Tipe Unit Hunian
Luasan/ tipe unit hunian yang tersedia hanya satu tipe yaitu 21 m 2.
Menggunakan sistem layout kombinasi yaitu perpaduan antara layout
tertutup dan layout terbuka. Layout terbuka untuk zona public (ruang
bersama), yaitu ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, dan teras.
Sementara layout tertutup untuk zona privat (ruang privasi), yaitu
kamar tidur dan kamar mandi.
c. Struktur
Struktur utama memakai baja
Tangga memakai gabungan baja dan plat beton
Plat lantai beton plester, namun sudah banyak yang dikeramik oleh
warga sendiri
Dinding bata, diplester dan dicat
Tanpa plafon
Atap asbes gelombang
66
BAB III TINJAUAN KHUSUS
A. Gambaran Umum Kota Makassar
67
memanjang dari arah selatan ke arah utara merupakan koridor utama kota yang
temasuk dalam jalur-jalur pengembangan, pertokoaan, perkantoran, Pendidikan
dan pusat kegiatan industri di Makassar.
Berdasarkan keadaan cuaca serta curah hujah, Kota Makassar termasuk daerah
yang beriklim sedang hingga tropis dan memiliki topografi dengan kemiringan
lahan 0-20 (datar) dan kemiringan lahan 3-5 (bergelombang) dengan hamparan
dataran rendah yang berada pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan
laut. Dengan kondisi ini menyebabkan Kota Makassar sering mengalami
genangan air pada musim hujan, terutama pada saat turun hujan bersamaan
dengan naiknya air pasang. Secara umum topografi Kota Makassar
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:
68
persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 1,43 persen dan penduduk
perempuan sebesar 1,36 persen. Sesuai data BPS Kota Makassar, secara jelas
dipaparkan jumlah penduduk dna laju pertumbuhan penduduk Kota Makassar
dalam 4 tahun terakhir seperti tabel 3.2 dibawah ini
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar
dari Tahun 2013-2016
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk prediksi tahun ke-n (jiwa)
Po = Jumlah penduduk tahun dasar (jiwa)
r = Laju pertumbuhan penduduk tiap tahun (%)
n = Selisih tahun prediksi dan tahun dasar
1 = Koefisien
Dengan menggunakan rumus di atas, maka jumlah penduduk pada tahun 2022
dapat diprediksi dengan mengacu pada data-data penduduk yang telah diketahui
sebelumnya, di mana :
69
Diketahui :
P2016 = 1.469.601 jiwa
r = 1,39 %
n = 2022 – 2016 = 6 tahun
Maka :
Pn = Po ( 1 + r )n
P2022 = 1.469.601 ( 1 + 1,39 % )6
= 1.469.601 ( 1,0139 ) 6
= 1.469.601 ( 1,0863 )
P2022 = 1.596.427 jiwa
70
Jika menggunakan rumus yang sama, dengan asumsi laju pertumbuhan
penduduk dan jumlah anggota rumah tangga yang tetap, maka kebutuhan unit
hunian pada tahun 2015 dapat diprediksi sebagai berikut :
1,39 % x 1.596.427 jiwa
Jumlah unit hunian (2022) =
5 orang
22190.335
=
5 orang
71
per km2
1 Mariso 1,82 4,03 32.578
2 Mamajang 2,25 4,15 27.114
3 Tamalate 20,21 13,23 9.624
4 Rappocini 9,23 11,20 17.829
Kepadatan
Luas Wilayah Persentase
No Kecamatan penduduk
(km2) penduduk
per km2
5 Makassar 2,52 5,77 33.634
6 Ujung Pandang 2,63 1,94 10.835
7 Wajo 1,99 2,10 15.544
8 Bontoala 2,10 3,85 26.922
9 Ujung Tanah 5,94 3,35 11.187
10 Kep. Sangkarrang - - -
11 Tallo 5,83 9,47 23.871
12 Panakukang 17,05 10,06 8.668
13 Manggala 24,14 9,44 5.744
14 Biringkanaya 48,22 13,78 4.200
15 Tamalanrea 31,84 7, 63 3.523
Kota Makassar 175,77 100,00 8.361
Sumber: Makassar Dalam Angka,2017
72
terluas di Kota Makassar berturut-turus adalah Biringkanaya 48,22 km2,
Tamalanrea 31,84 km2, Manggal 24,14 km2 dan Tamalate 20,21 km2.
Karena pola distribusi penduduk dan luas wilayah antar kecamatan berbeda,
maka tingkat kepadatan yang dihiting dengan membandingkan jumlah penduduk
terhadap luas wilayah, memiliki pola yang berbeda pula. Pola yang terbentuk
menunjukan bahwa wilayah kota lama yang merupakan pusat niaga memiliki
konsentrasi penduduk yang tinggi. Untuk itu sangatlah logis apabila
pengembangan wilayah permukiman penduduk dapat diarahkan pada wilayah
dengan tingkat kepadatan yang masih rendah seperti pada kecamatan
Biringkanaya, Tamalanrea, dan Manggala.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar berperan sebagai alat untuk
mewujudkan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan kesinambungan
pemanfaatan ruang di Kota Makassar. Adapun fungsi Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Makassar sebagai pedoman untuk;
73
1. Pusat pelayanan kota
a. PPK I berfungsi sebagai pusat kegiaan pemerintah kota, pusat kegiatan
budaya dan pusat perdagangan dan jasa, landmark kota dan ruang terbuka
hijau di kawasan pusat kota dan bagian Barat kota ditetapkan di:
Kawasan pemerintahan kota di Kecamatan Ujung Pandang dan
Kecamatan Makassar
Kawasan Karebosi dan sekitarnya di Kecamatan Ujung Pandang
Kawasan perdagangan dan jasa di sebagian wilayah Kecamatan Wajo,
sebagian wilayah Kecamatan Bontoala, dan sebagian Kecamatan
Ujung Pandang
Kawasan Pecinan dan sekitarnya di Kecamatan Wajo
Kawasan Benteng Fort Rotterdam di Kecamatan Ujung Pandang
Kawasan Losari dan sekitarnya di Kecamatan Ujung Pandang
b. PPK II berfungsi sebagai pusat kegiatan maritim skala internasional,
nasional, dan regional ditetapkan di kawasan pengembangan pesisir bagian
Utara di sebagian wilayah Kecamatan Ujung Tanah, sebagian wilayah
Kecamatan Tallo, sebagian wilayah Kecamatan Tamalanrea, dan sebagian
wilayah Kecamatan Biringkanaya dan pusat kegiatan yang menunjang dan
mendukung kegiatan kebandarudaraan skala internasional, nasional, dan
regional di sebagian wilayah Kecamatan Biringkanaya
c. PPK III berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan provinsi di
Kecamatan Panakkukang, pusat kegiatan pendidikan dan penelitian skala
internasional, nasional, dan regional ditetapkan di Kecamatan
Panakkukang, dan Kecamatan Tamalanrea, serta pusat kegiatan industri
dan pergudangan dengan skala pelayanan tingkat internasional, nasional,
dan regional ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Tamalanrea, dan
sebagian wilayah Kecamatan Biringkanaya; dan
d. PPK IV berfungsi sebagai pusat kegiatan bisnis global skala internasional,
nasional, dan regional ditetapkan pada kawasan pengembangan pesisir di
sebagian Kecamatan Tamalate dan sebagian Kecamatan Mariso, pusat
kegiatan bisnis di sebagian wilayah Kecamatan Rappocini, serta pusat
kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya skala internasional,
74
nasional, dan regional ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Mariso
dan sebagian wilayah Kecamatan Tamalate
2. Sub pusat pelayanan kota
75
f. Sub PPK VI ditetapkan pada Kawasan Losari yang mencakup Kecamatan
Mariso, Kecamatan Ujung Pandang, dan Kecamatan Wajo dengan fungsi
sebagai pusat kegiatan perumahan kepadatan sedang, pusat kegiatan
perumahan kepadatan tinggi, pusat kegiatan perdagangan dan jasa, pusat
kegiatan pariwisata, pusat kegiatan sosial budaya, pusat pelayanan
kesehatan, dan pusat kegiatan transportasi laut
g. Sub PPK VII ditetapkan pada Kawasan Sentral di Kecamatan Bontoala
dengan fungsi kegiatan sebagai pusat kegiatan perumahan kepadatan
sedang, pusat kegiatan perumahan kepadatan tinggi, dan pusat kegiatan
perdagangan dan jasa
h. Sub PPK VIII ditetapkan pada Kawasan Mattoanging yang mencakup
Kecamatan Mamajang, dan Kecamatan Makassar dengan fungsi sebagai
pusat kegiatan perumahan kepadatan sedang, pusat kegiatan perumahan
kepadatan tinggi, pusat pelayanan kesehatan, pusat kegiatan olahraga, dan
pusat kegiatan perdagangan dan jasa
i. Sub PPK IX ditetapkan pada Kawasan Barombong di Kecamatan
Tamalate dengan fungsi kegiatan sebagai pusat kegiatan perumahan
kepadatan sedang, pusat kegiatan perumahan kepadatan tinggi, pusat
kegiatan perdagangan dan jasa, pusat kegiatan pariwisata, pusat pelayanan
penelitian dan pendidikan tinggi, pusat pelayanan budaya, pusat pelayanan
olahraga
j. Sub PPK X ditetapkan pada Kawasan Sangkarrang di Kecamatan
Kepulauan Sangkarrang dengan fungsi sebagai pusat kegiatan perumahan
kepadatan sedang, dan pusat kegiatan pariwisata bahari.
3. Kawasan Peruntukan Perumahan bertujuan untuk
a. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia,
dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat
b. Memujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan
yang sehat, aman, serasi dan teratur
c. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang
rasional
76
d. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang-
bidang lain
77
Untuk arahan pengembangan kawasan permukiman di 6 kecamatan, yakni
kecamatan panakukang, kecamatan rappocini, kecamatan tamalate, kecamataan
manggal, kecamatan biringkanaya, kecamatan tamalanrea.
Lahan : Lahan yang sulit (mahal) dan tidak terjangkau bagi masyarakat
berpenghasilan rendah. Mengakibatkan banyak kawasan kumuh yang
menempati tanah ilegal dan berstatus tidak jelas.
Perizinan : Regulasi yang tidak berpihak pada masyarakat berpenghasilan
rendah, sehingga sulit menyelesaikan permasalahan lahan. Padahal
permukiman mereka sudah exis dan mendaptkan utilitas permukiman
seperti listrik, PDAM, telepin, jalan lingkungan, dsb.
Pembiayaan : Besarnya pembiayaan untuk menyelesaikan permasalahan
kumuh, mengakibatkan pemerintah harus punya strategi dalam
penangannya. Pembiayaan ini tidak hanya meliputi perumahannya saja
tetapi infrastruktur pendukung lainnya.
Jenis-jenis rusun di Kota Makassar
1. Tiga jenis rusuna di Kota makassar
Rusuna umum/ masyarakat pekerja informal
Rusuna masyarakat pekerja formal
Rusuna mahasiswa
2. Tiga scheme rusuan di Kota Makassar
Rusuna di atas tanah pemerintah kota
78
Rusuan di atas tanah swasta/ lembaga pendidikan/ yayasan
Rusuna di atas tanah milik
Tabel 3.8 Rumah susun sederhana yang telah terbangun di Kota Makassar
Tahun
No Rusuna Jumlah Sumber Dana Pengembangan
Pelaksanaan
1 Mariso 5 twin 2006/2008 Kementrian Ada (lahan
blok PU siapa)
(487
kamar)
2 Daya 3 twin 2003/2009 Kementrian Ada (lahan
blok PU siapa)
3 Universitas 4 twin 2004/2005 Kementrian Ada (lahan
Hasanuddin blok PU siapa)
Kementrian
Perumahan
Rakyat
4 Universitas 1 twin 2009/2010 Kementrian Ada (lahan
Negeri blok PU siapa)
Makassar Kementrian
Perumahan
Rakyat
5 Univeristas 3 twin 2007/2008 Kementrian Ada (lahan
Muhammadiyah blok PU siapa)
Kementrian
Perumahan
Rakyat
6 Universitas 1 twin 2007/2008 Kementrian Ada (lahan
Muslim blok PU siapa)
Indonesia Kementrian
Perumahan
Rakyat
7 Athirah 1 twin 2008/2009 Kementrian Ada (lahan
blok PU siapa)
Kementrian
Perumahan
Rakyat
8 Kawasan 4 twin 2009/2010 Kementrian Ada (lahan
Industri blok PU siapa)
Makassar Kementrian
Perumahan
Rakyat
9 Universitas 2 twin 2008/2009 Kementrian Ada (lahan
Islam Negeri blok PU siapa)
(100 Kementrian
79
kamar) Perumahan
Rakyat
Sumber: BAPPEDA Kota Makassar,2017
80
2007 dihuni Rusunawa Mariso berdiri dilahan seluas 1,2 hektar dibangun 288 unit
yang terdiri dari ruang tamu, satu kamar tidur, satu kamar mandi dan daur.
terdapat 6 twin blok dan setiap blok terdiri atas 4 lantai yang memiliki perbedaan
biaya sewa setiap lantainya.
Gambar 3.2 tempat jemur dan kondisi drainase yang dipenuhi sampah
Sumber: dokumentasi pribadi
Ditinjau dari aspek ekonomi, karena keterbatasan luasan unit pada rumah
susun sehingga menyebabkan ruang ekonomi yang memungkinkan untuk
dimanfaatkan pada unit hunian adalah hanya sebagai area jualan. Area tangga
utama juga dimanfaatkan untuk fungsi ekonomi karena dimensi ruangnya yang
cukup lapang dengan lokasi yang strategis, sebagai jalur utama sirkulasi di rumah
susun.
81
Sedangkan ditinjau dari aspek aktivitas sosial penghuni, tempat melakukan
aktivitas sosial oleh warga rumah susun memanfaatkan ruang-ruang kosong yang
memungkinkan, seperti selasar dan area tangga utama. Berbeda dengan orang
dewasa, anak-anak lebih banyak memanfaatkan area rumah susun sebagai area
sosial mereka untuk bermain dengan teman sebayanya, antara lain, selasar, tangga
utama, tangga darurat dan area bersama.
Gambar 3.3 Area selasar sebagai tempat bermain dan fungsi ekonomi
Sumber: dokumentasi pribadi
Rusunawa Panambungan merupakan rumah susun baru. Rusun ini terdiri atas
4 blok. Masing-masing blok berjumlah 5 lantai. Lantai dasar digunakan sebagai
tempat parkir, kantor pengelola, fasilitas peribadatan, ruang serbaguna dan
82
beberapa unit hunian. Lantai 1-4 diperuntukan untuk hunian, dan lantai atas
sebagai tempat penampungan air.
Untuk menghindari tempias air hujan dan panas matahari siang-sore, penghuni
memasang tenda atau anyaman bambu didepan unit mereka. bale-bale juga
ditemukan di selasar depan tangga sebagai tempat untuk berkumpul atau
merebahkan badan. Rusunawa panambungan dilengkapi dengan shaff sampah
yang terletak diujung bangunan. Kondisi bangunan terlihat mencolok jika
dibandingkan dengan rusunawa
Gambar Mariso. Namun
3.5 pemasangan tendakurangnya pemeliharan, terdapat
dan bale-bale
Sumber:terjadi
kebocoran dibagian atas sehingga dokumentasi pribadi
genangan di lantai.
83
adalah sistem strukur grid dengan rangka baja. Material bahan bangunan batako
ekspose.
Memberi
Gambarrasa aman, ketenangan
3.6 Kondisi hidup, KIMA
bangunan rusunawa kenyamanan
Daya dan sesuai
dengan budaya Sumber:
setempatdokumentasi pribadi
Menumbuhkan rasa memiliki dan merubah kebiasaan yang tidak sesuai
dengan gaya hidup di rumah susun
Mengurangi kecenderungan untuk memanfaatkan atau menggunakan
fasilitas lingkungan bagi kepentingan pribadi dan kelompok tertentu
Menunjang fungsi-fungsi aktivitas menghuni yang paling pokok baik
dan segi besaran maupun jenisnya sesuai dengan keadaan lingkungan
yang ada
Menampung fungsi-fungsi yang berkaitan dengan penyelenggaraan
dan pengembangan aspek-aspek ekonomi dan sosial budaya
84
fisik fisik kawasan
lingkungan permukaan 2. Karakteristik
tanah lingkungan
3. Aliran sungai
4. Kontur tanah
5. Transportasi
6. Sistem sanitasi
7. Pematusan
8. Pola tata ruang
2. Lokasi 1. Letak geografis 2. Jarak fasilitas
lingkungan rumah 3. Jumlah fasilitas
susun terhadap 4. Bentuk fasilitas
kawasan lain dan 5. Hubungan dengan
fasilitas yang telah lingkungan sekitar
ada disekitar
rumah susun
sesuai dengan tata
guna lahan
3. Iklim 1. Arah jalan 1. Lokasi/letak fasilitas
matahari 2. Jenis
2. Lama penghubung
penyinaran antar bangunan
matahari 3. Bentuk bangunan
3. Temperature 4. Orientasi bangunan
rata-rata 5. Tata letak bangunan
4. Kelembaban 6. Ventilasi
5. Curah hujan 7. Bukaan untuk
rata-rata penerangan
6. Musim alami siang
7. Kecepatan hari
angin
4. Bencana 1. Angin puyuh 1. Tinggi muka
alam 2. Gempa bumi tanah
3. Banjir 2. Konstruksi
4. Longsor 3. Tata letak bangunan
5. Vegetasi 1. Jenis pohon 1. Tata hijau
atau 2. Vegetasi
tumbuhan sebagai penutup
2. Pengaruh ruang laur
terhadap
lingkungan
3. Masa tumbuh
4. Tajuk
maksimal
yang dapat
dicapai
85
6.Bangunan 1. Jenis dan 1. Bentuk fasilitas
sekitar macam 2. Jumlah dan daya
lingkungan bangunan tampung
rumah 2. Distribusi 3. Jarak antar fasilitas
susun dan 4. Bentuk bangunan
kepadatan 5. Keserasian
penduduk lingkungan
3. Pencapaian
ke fasilitas
di luar
lingkungna
rumah
susun
4. Kapasitas
pelayanan
tiap jenis
fasilitas
2. Luas lahan
Tabel 2.5 Luas Lahan Rumah Susun Sederhana
No Luas lahan
Jenis peruntukan
. Maksimum (%) Minimum (%)
1. Bangunan untuh hunian 50 -
2. Bangunan fasilitas 10 -
3. Ruang terbuka - 20
4. Prasarana lingkungan - 20
Sumber: SNI 03-7013-2004 Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan
Rumah Susun Sederhana
Keterangan
- Luas lahan untuk fasilitas lingkungan rumah susun seluas-luasnya 30%
(tiga puluh persen) dan luas seluruhnya:
- Luas lahan untuk fasilitas ruang terbuka, berupa taman sebagai pengijauan,
tempat bermain anak-anak dan/atau lapangan olah raga seluas-luasnya
20% dari luas fasilitas lingkungan rumah susun.
3. Jenis fasilitas lingkungan
Tabel 2.6 Jenis-Jenis Fasilitas Rumah Susun Sederhana
86
Jenis fasilitas lingkungan Fasilitas yang tersedia
1. Fasilitas Niaga / Tempat Kerja 1. Warung
2. Toko-toko perusahaan dan dagang
3. Pusat perbelanjaan termasuk usaha
jasa
87
Fasilitas niaga/ tempat kerja
Tabel 2.7 Fasilitas Niaga/Tempat Kerja
88
Fasilitas Pendidikan
Tabel 2.8 Fasilitas Pendidikan
89
atau
digabung
dengan
sarana
pendidikan
lainnya.
Fasilitas kesehatan
Tabel 2.9 Fasilitas Kesehatan
90
Fasilitas Jumlah Fungsi Letak Jarak Luas Luas
minimu lantai lahan
m
penghuni
91
pelayanan
pada anak
sampai usia 6
tahun
Praktek 5000 Memberikan Berada Mudah Minim
dokter jiwa pelayanan ditengah dicapai um 18
pertama tengah dengan m2
kepada kelompok radius
penduduk dan bersatu pencapaian
dalam bidang dengan maksimum
kesehatan fasilitas 1000 m
umum/ lain atau dari unit
spesialis dilantai terjauh dan
dasar lantai
tertinggi
92
Balai RW penghuni ditengahtengah berada pada
lingkungan dan lantai unit
menjadi satu hunian
dengan ruang
serbaguna
93
Fasilitas ruang terbuka
Tabel 2.11 Fasilitas ruang terbuka
Fasilitas Maksimal Jarak Luas Lokasi Fungsi Ketentua
yang pelayana areal n dan
dapat n minim persyarat
dilayani maksima al (K2) an
l yang
dapat
dilayani
(m)
Taman 40-100 400-800 60-150 1. Antar 1. kesei 1. Mer
keluarga bangunan mbangan upakan
dan atau lingkungan taman
2. pada 2. kenya yang
batas manan dapat
(periferi) visual dan digunaka
lingkunga audial n oleh
n rumah 3. konta berbagai
susun dan k dengan kelompok
atau alam secara usaha
3. bersatu maksimal 2. 2.
dengan 4. berint Dapat
tempat eraksi sosial digunaka
bermain 5. pelay n untuk
dan anan sosial rekreasi
olahraga budaya aktif
atau
pasif
3. Me
ncakup
area
untuk
berjalan
atau
digabun
g dengan
tempat
bermain
Tempat 12-30 400-800 70-180 1. A 1. Tempat 1. Mu
bermain ntar bermain dah
bangun untuk anak dicapai
an- usia1-5 dan mudah
bangua tahun diawasi
n 2. Menyediak dari unit-
2. A an unit
94
tau rekreasi hunian,
pada aktif dan karena
ujung- pasif kelompok
ujung 3. Berinterak usia
cluster si balita
yang masih
diawasi membutuh
kan
pengawasa
n ketat
2. 0,3
anak usia
balita tiap
1
keluarga
3. 1,8
m tiap 1
2
anak
95
senam, penduduk
aerobik
96
interaksi sosial
sesuai dengan
keadaan sosial
budaya setempat
97
bermain 2. Elemen
untuk anak mencakup :
usia 1-5 tanaman rumput,
tahun, yaitu berbunga, semak,
tempat untuk pelindung,peneduh
anak yang ;
masih kran air, bangku
membutuhka duduk dan meja;
n permainan, aktif,
pengawasan pasif, kreatif: bak
langsung dari pasir,ayunan,luncu
orang ran, panjatan papan
dewasa; jungkit;
2. tempat bermain penanda
untuk anak usia 6-
12 tahun, yaitu
tempat bermain
untuk anak yang
tidak
membutuhkan
pengawasan
langsung dari
orang dewasa
98
Pelayanan 1.Menjajakan Peralatan 1. Kompoen
dagangan usaha mencakup:
(pelayanan bersifat pelataran dengan
ekonomi temporer, perkerasan,
merupakan 2. Elemen
tempat mencakup
untuk kran air
menjajakan bersih, kran
dagangan kebakaran,
pada lokasi saluran
yang tepat, drainase,
kenyamanan tempat
dan sampah;
kesehatan penanda
99
tempat
pembuangan
sampah
sementara;
WC umum;
penanda
Faslitas peribadatan
Fasilitas peribadatan harian harus disediakan di setiap blok. Fasilitas
beribadat dapat disatukan dengan ruang serba guna atau ruang
komunal, dengan ketentuan sebagai berikut:
Jumlah penghuni minimal yang dilayani adalah 40 kk setiap satu
fasilitas peribadatan disediakan 1 musalah untuk tiap 1 blok, dengan
luas lantai 9-36 m.
Jumlah penghuni minimal harus mendukung untuk setiap fasilitas
peribadatan kecil adalah 400 kk.
100
potensi-potensi yang ada pada site tersebut dengan tetap mempertahankan kondisi
alami kampung tersebut.
1. Permasalahan umum
Sebagai sesuatu yang baru bagi masyarakat, cukup banyak permasalahan yang
menyangkut pengelolaan rumah susun. Permasalahan penghuni datang dari
kenyataan bahwa menghuni rumah susun masih dirasakan sebagai bentuk budaya
baru yang memerlukan waktu penyesuaian. Rumah susun terdiri dari beberapa
lantai hunian, merupakan bentuk perubahan hidup yang biasa melekat dengan
tanah, menjadi tidak memiliki tanah untuk sekedar bercocok tanam. Kendala lain
adalah masalah penghunian sudah diadakan seleksi sesuai dengan target sasaran,
yaitu masyarakat yang berpenghasilan rendah. Namun dalam perjalanannya,
banyak penghuni yang memperjual-belikan hak penghuniannya kepada orang-
orang yang tidak berhak. Hal ini dipicu oleh kebutuhan ekonomi para penghuni
awal.
2. Permasalahan teknis
Mahalnya harga tanah di pusat-pusat kota yang berdekatan dengan tempat
bekerja dan berusaha, sehingga harga jual rusunawa masih mahal walau
bersubsidi
Kurang sempurnanya perletakkan dapur, kamar mandi dan kamar tidur,
dikarenakan keterbatasan luasan per satuan unit rumah susun serta belum
adanya desain standar yang ideal.
Kurangnya pengawasan pada saat pelaksanaan pembangunan, sehingga
sering terjadi kebocoran air, baik itu air bersih atau air kotor dari lantai di
atasnya
101
Tidak tersedianya ruang jemur pakaian yang memadai
Karena umumnya berlantai lebih dari 4, maka pada saat hujan terjadi
tempias dan pada saat musim panas cahaya dapat masuk langsung ke
dalam rumah
Kualitas bangunan yang serba standar, sehingga mengurangi rasa nyaman
Tidak tersedia lift untuk bangunan sampai dengan berlantai 5
Tidak tersedianya ruang pertemuan yang mamadai sebagai tempat
bersosialisasi
Belum semua bangunan rumah susun yang dilengkapi dengan ramp untuk
penyandang cacat
Distribusi air bersih sering kali tidak merata, misalnya apabila unit bagian
bawah memakai air, maka unit bagian atas akan kesulitan mendapatkan
air, karena kurangnya volume dan tekanan air.
3. Permasalahan sosial budaya
Berbicara dan menggunakan perangkat audio dengan keras, sehingga
mengganggu tetangga kamar maupun penghuni secara keseluruhan
Mengutamakan kepentingan individu dalam menggunakan fasilitas umum
seperti tangga, selasar depan kamar yang juga berfungsi sebagai jalan
akses bagi tetangga, dapur, dan kamar mandi umum, tempat bermain
umum bagi anak-anak, parkir dan fasilitas umum lainnya.
Menjemur pakaian keluar jendela, sehingga merusak pemandangan dan
dapat meneteskan air dari pakaian yang masih basah ke jemuran pakaian
yang sudah kering di bawahnya.
Tanpa disadari selalu membuang sampah atau barang tidak berharga
lainnya ke luar yang dapat menganggu kenyamanan penghuni lainnya,
khususnya lantai bawah.
Karena terletak saling berdekatan, maka segala kegiatan, harta benda
tetangga jelas terlihat, sehingga sering menjadi pergunjingan dan saling
cemburu.
Kurangnya kesadaran penghuni dalam memelihara fasilitas umum.
4. Permasalahan ekonomi
102
Penghuni rumah susun sewa umumnya adalah yang berpendidikan rendah
dan berpenghasilan rendah, sehingga dalam kegiatan penghuniaan selalu
timbul permasalahan :
Kriminalitas di antara sesama penghuni
Kecemburuan secara ekonomi antar penghuni
Terlambat membayar sewa, air, listrik dan iuran lainnya sebagai
penghuni
Kurangnya insentif perpajakan kepada para penghuni, penegelola
maupun pengembangnya.
5. Permasalahan hukum
Hak dan kewajiban penghuni dan pengelola tidak terperinci secara
jelas berikut sanksi yang akan diterapkan apabila terjadi pelanggaran
Rendahnya disiplin pada penghuni dalam mematuhi segala kewajiban
Lemahnya penegakan hukum terhadap semua pelanggaran yang
dilakukan
6. Permasalahan administrasi
Lemahnya pengelola dalam mengadministrasikan penghuni, baik yang
masuk maupun yang keluar
Rendahnya kesadaran para penghuni dalam melaporkan dan
mencatatkan segala kegiatan keluar masuk penghuni, jumlah dan
kegiatannya kepada pengelola.
103
antara Rp 1.200.000 sampai dengan Rp 4.500.000, dengan pengelompokan
sebagai berikut :
105
Kriteria keindahan/ keserasian/ keteraturan (kompatibilitas), dicapai
dengan penghijauan, mempertahankan karaktertistik topografi dan
lingkungan yang ada, misal tidak meratakan bukit, mengurung seluruh
rawa atau danau/setu/sungai/kali dan sebagainya;
Kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan
pertumbuhan fisik/pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan
kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.
Kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan
jarak pencapaian ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai
pengguna lingkungan terhadap penempatan sarana dan prasarana
utilitas lingkungan
Kriteria lingkungan bejati diri, dicapai dengan mempertimbangkan
keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat,
terutama aspek konstekstual terhadap lingkungan tradisional/ lokal
setempat.
b. Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status
kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan admnistratif, teknis dan
ekologis.
c. Keterpaduan antara tatanan kegiatan dan alam di sekelilingnya, dengan
mempertimbangkan jenis, masa tumbuh dan usia yang dicapai, serta
pengaruhnya terhadap lingkungan, bagi tumbuhan yang ada dan mungkin
tumbuh di kawasan yang dimaksud.
106
Kawasan-kawasan khusus yang karena memerlukan rumah susun, seperti
kawasan-kawasan industri, pendidikan dan campuran.
Mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar tahun 2015-
2034, untuk arahan pembangunan kawasan permukiman di 6 kecamatan, yakni:
Kecamatan Panakukang, Kecamatan Rappocini, Kecamatan Tamalate, Kecamatan
Manggala, Kecamatan Tamalanrea dan Kecamatan Biringkanaya. Sedangkan
107
kawasan padat dan kumuh di Makassar berdasarkan hasil pendataan yang
dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Makassar bersama Asian
Development Bank, terdapat 15 kelurahan yang ada di Kecamatan Biringkanaya,
Tallo, Tamalate, dan Manggala. Sementara penduduk paling banyak miskin
terdapat di Kecamatan Tamalate 7.499 kk, Tallo 5.714 kk, Panakukang 4.972 kk,
Rappocini 4.139 kk dan Biringkanaya 4.211 kk.
No Alternatif
Kriteria
. 1 2 3
1. Lokasi sesuai dengan RTRW Kota Makassar sebagai 5 3 5
arahan pembangunan kawasan permukiman.
2. Lokasi merupakan kawasan yang disarankan untuk 5 4 5
pembangunan rusuna (kawasan-kawasan industri,
pendidikan, campuran atau kawasan padat dan kumuh).
3. Berada dalam kondisi yang layak, sehat, aman dan 4 4 4
nyaman untuk dihuni dan ditunjang oleh prasarana dan
sarana serta utilitas permukiman yang memadai sesuai
kebutuhan penghuninya.
4. Lokasi berada pada pusat kegiatan kota 2 4 3
5. Kemudahan pencapaian (aksesibilitas) dengan jaringan 4 4 3
transportasi kota.
Jumlah 20 19 20
Sumber: analisis penulis
108
Keterangan:
1: buruk 2: sedang 3: cukup 4: baik 5: sempurna
109
perdagangan. Metro Tanjung Bunga.
Letak tapak berbatasan Letak sangat baik untuk
dengan Pasar Niaga fungsi bangunan sebagai
Daya dan permukiman. hunian.
Luasan lahan memadai Dekat dengan pusat
yakni 3.61 ha. kegiatan kota.
Kemudahan untuk Kemudahan untuk
mengakses Rumah Sakit mengakses ruang publik,
Umum Daya. seperti Taman Maccini
Mudah dijangkau dengan Sumbala, Pantai Losari
transportasi umum.
Luasan tapak sangat
memadai yakni 4.13
hektar.
2. Weakness Berada pada kawasan Tidak tersedia jaringan
industri transportasi umum
(Kelemahan)
a. Penghuni; mereka yang terdiri dari individu atau kelompok individu yang
terbentuk dari aspek keluarga, kerabat, dan sebagainya dan menempati
hunian secara sah dan memiliki hak untuk mengakses segala fasilitas-
fasilitas rusunawa.
110
b. Pengelola rusunawa terdiri dari kepala rusun, administrasi, bendahara,
pemasaran, sekretaris, 1 koordinator keamanan, 4 petugas keamanan (2
shift), 1 koordinator mekanikal dan elektrikal, 2 petugas mekanikal
elektrikal, 2 pemasaran,1 koodinator kebersihan, 4 petugas kebersihan (2
shift), 1 koordinator sarana-prasarana, dan 2 petugas sarana-prasarana.
c. Tamu rusunawa dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok tamu
yang berkunjung untuk menemui penghuni atau pengelola. Tamu
rusunawa yang berkunjung untuk menemui penghuni diasumsikan 1
keluarga menerima 1 tamu dalam sehari sehingga terdapat xxx tamu pada
jam betammu pukul 06.00 s/d 22.00 WITA sedangkan tamu yang
berkunjung untuk menemui pengelola diasumsikan terdapat 20 tamu
dalam sehari pada jam kerja pukul 08.00 s/d 16.00 WITA.
111
Fungsi pengelola dan service membutuhkan dukunga fungsi publik dan
komunal untuk memaksimalkan kegiatannya sebagai pelayanan publik yang
mudah diakses dari luar dan dalam tapak sehingga kedua fungsi tersebut
sebaiknya berdekatan. Fungsi pengelola dan service tidak seperti fungsi
hunian yang memiliki intensitas yang lebih sering mengakses ke ruang publik
dan komunal serta para pelaku zona ini terbatas oleh waktu kerja.
Kelompok ruang aktivitas administrasi
Kelompok ruang aktivitas pelayanan
Kelompok ruang aktivitas service
c. Kelompok aktivitas pengujung/ tamu
d. Kelompok aktivitas parkir
3. Besaran ruang
a. Kelompok aktivitas penghuni dalam hunian
Luasan unit hunian rumah susun yang ideal sangat diperlukan sesuai
dengan jumlah penghuni per unit agar kebutuhan udara segar perorang dewasa
dan anak-anak dapat terpenuhi secara baik dengan mempertimbangkan
pergantian udara dalam ruang, tinggi plafon rata-rata dan luas lantai per orang.
Luasan Standar Hunian
Luasan unit rumah susun mengambil referensi dari besaran rumah sehat
dan kisaran luas unit rumah susun pada umumnya .Referensi ini dapat dilihat
pada tabel 4.3 dan 4.4 dibawah ini;
Tabel 4.3 Standar Luas Lantai Per Jiwa
112
9,0
(internasional
)
12,0 36,0 60,0 -- -- 48,0 60,0 -- --
Sumber: Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa besaran unit bergantung
pada standar luasan perjiwa. Standar ini tidak dapat diterapkan bagi jumlah
penghuni rumah di atas 4 orang yang memiliki ruang berbagi lebih banyak.
Sedangkan tabel 4.2 kisaran luas unit hunian rumah susun pada umumnya
minimal 18 m2 dan paling besar adalah 50 m2. Survei lapangan dan studi banding
rumah susun pada bab sebelumnya, luasan unit rumah susun sederhana yang
disediakan disekitaran 21-36 m2. Luasan maksimal 36 m2 dengan asumsi 1
keluarga terdiri 4 orang dewasa atau 9 m2/ jiwa. Berdasarkan kegiatan yang
terjadi didalam rumah hunian, yaitu: tidur (ruang tidur), masak, makan (dapur),
mandi (kamar mandi), duduk (ruang duduk/ruang tamu), kebutuhan udara segar
perorang dewasa perjam 16-24 m3 dan peranak-anak perjam 8-12 m3, dengan
113
pergantian udara dalam ruang sebanyak-banyaknya 2 kali perjam dan tinggi
plafon rata-rata 2,5 m, maka luas lantai perorang dapat dilihat pada tabel 4.5
(acuan dari data dalam buku Neufert 1996),dibawah berikut;
Oleh karena itu, perlu adanya kategori bagi masing-masing jumlah penghuni.
Penulis mengkategorikan 3 jenis unit, yaitu :
Unit dengan jumlah penghuni 1-2 orang, unit ini dikategorikan menjadi 1
unit karena kemungkinan pemakainya adalah pekerja (single) atau
pasangan muda, karena penghuni ini sama-sama membutuhkan privasi
individu.
Unit dengan jumlah 3-4 orang, unit ini di kategorikan bersama karena
kemungkinan penghuninya adalah orang tua dengan anaknya. Interaksi
yang terjadi dalam rumah ini merupakan interaksi antara orang tua dengan
anaknya.
114
Unit dengan jumlah 5-6 orang, unit dikategorikan bersama karena
kemungkinan penghuni unit ini adalah orang tua dengan anaknya yang
lebih dari dua orang. kemungkinan lainnya adalah adanya tiga generasi
dalam satu unit tempat tinggal. Adanya kakek dan nenek, lalu kedua orang
tua dan kedua anak.
Unit untuk keluarga berkebutuhan khusus dengan jumlah 3 orang, unit
dikategorikan bersama karena kemungkinan adalah orang tua dengan
anaknya.
Analisis Standar Luas Hunian Ideal
Unit hunian dengan berdasarkan pedoman tabel 4.3 standar lantai perjiwa
dengan unit diasumsikan ke jumlah penghuni terbanyak, maka luasan unit
minimum dan maksimum dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah berikut:
115
1-2 penghuni Ruang tidur utama 9 m2 1 9 m2
Dapur 4 m2 1 4 m2
Kamar mandi 2.25 m2 1 2.25 m2
Ruang cuci/jemur 3 m2 1 3 m2
Total luasan 27, 25 m2
2. Unit Ruang tamu/keluarga 9 m2 1 9 m2
3-4 penghuni Ruang tidur utama 9 m2 1 9 m2
Ruang tidur anak 6 m2 1 6 m2
Dapur 4 m2 1 4 m2
Kamar mandi 2.25 m2 1 2.25 m2
Ruang cuci/jemur 3 m2 1 3 m2
Balkon 3 m2 1 3 m2
Total luasan 36.25 m2
Sumber : Analisis penulis
116
27 23% 62.1 62 2 124
36 48% 129.6 130 4 520
54 29% 78.3 78 6 468
Total 270 1.112 penghuni
117
Gambar 4.4 Bentuk umum denah rumah susun sederhana
Sumber: diolah penulis
1. Pendekatan Konsep Bentuk Dasar Rumah Susun
Dalam menentukan bentuk dasar rumah susun, tidak lepas dari pertimbangan
fungsi bangunan sebagai hunian susun untuk memudahkan ruang gerak dan
peracangan. Adapun bentuk dasar yang dapat dijadikan dasar pengembangan
bentuk dasar bangunan, yaitu: segi empat dan persegi panjang
118
Berdasarkan area privat, semiprivat, publik, semipublic dan service
Berdasarkan kesamaan fungsi, sifat dan hubungan ruang
Berdasarkan tingkat kebisingan yang ditimbulkan
Kemudahan pencapaian
Jenis kegiatan yang diwadahi
Pengelompokan kegiatan yang saling berhubungan dan mendukung
Beberapa contoh pola organisasi ruang :
Organisasi terpusat
Organisasi linear
119
Organisasi linear biasanya terdiri dan ruang-ruang yang berulang,
serupa dalam ukuran, bentuk, dan fungsi. Ruang-ruang yang secara
fungsional atau simbolis penting keberadaannya terhadap organisasi dapat
berada di manapun sepanjang rangkaian linear. Derajat kepetingannya
ditegaskan melaui ukuran, bentuk, maupun lokasinya.
Organisasi radial
120
Gambar 4.7 Organisasi radial
Organisasi cluster
121
lainnya. Sering kali organisasi ini terdiri dari ruang-ruang yang berulang
yang memiliki fungsi-fungsi sejenis dan memiliki sifar visual yang umum
seperti wujud dan orientasi.
122
Kondisi simetris atau aksial dapat dipergunakan untuk memperkuat
dan menyatukan bagian-bagian organisasi dan membantu menegaskan
pentingnya suatu ruang atau kelompok ruang.
Organisasi grid
123
Karena sebuah grid tiga dimensi dari unit-unit
ruang modular yang berulang; maka organisasi
ini dapat dikurangi, ditambah, atau dilapisi,
dengan tetap mempertahankan identitasnya
sebagai sebuah grid
Bagian-bagian grid dapat digeser untuk
mengubah kontinuitas visual maupun kontinuitas
ruang yang melampaui daerahnya
124
Interior corridor -Kelebihan: sirkulasi dan
pemakaian lahan efisien.
-Kekurangan: penghawaan dan
pencahayaan kurang.
125
Kriteria koridor yang sesuai dengan kebutuhan adalah pencahayaan dan
penghawaan baik, sirkulasi dan penggunaan lahan yang efektif serta akses
bertetangga baik. Perancangan sistem koridor dengan mempertimbangkan
perilaku penghuni yang menjadikan koridor sebagai ruang komunal mereka.
b. Sirkulasi vertikal
Rumah susun termasuk jenis bangunan tinggi (low rise building). Untuk
bangunan low rise, transportasi yang paling cocok digunakan adalah tangga.
Tidak digunakan elevator karena pertimbangan biaya dari pemeliharaannya
yang mahal. Sedangkan ketentuan bangunan tinggi yang tidak menggunakan
lifg, maksimal ketinggian adalah 4-5 lantai.
126
4. Pendekatan Konsep Material Bangunan
Setiap material bangunan mempunyai siklus hidup, dimulai dari pengambilan
bahan baku di tempat asal dan berakhir di tempat pembuangan. Namun,
pemanfaatan berbagai jenis material bangunan dalam proses konstruksi telah
menyisakan material dalam jumlah yang relatif besar. Fakta bahwa pembangunan
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa penurunan kualitas
lingkungan yang disebabkan oleh meningkatnya volume limbah yang dihasilkan
oleh aktivitas konstruksi. Salah satu penyebab timbulnya limbah konstruksi adalah
penggunaan sumberdaya yang melebihi apa yang diperlukan untuk proses
konstruksi (Ervianto, 2012).
127
Bahan bangunan yang ekologis seharusnya memenuhi syarat-syarat berikut:
Produksi bahan bangunan menggunakan energi sedikit mungkin
Tidak mengalami perubahan bahan yang dapat dikembalikan ke alam
Eksploitasi, pembuatan (produksi), penggunaan bahan bangunan
sesedikit mungkin mencemari lingkungan
Bahan bangunan yang berasal dari sumber lokal
128
Adapun dasar pertimbangan untuk menentukan sistem pencahayaan dan
penghawaan yang akan diterapkan agar tercipta kenyamanan termal penghuni.
a. Pencahayaan alami
b. Pencahayaan buatan
c. Penghawaan alami
129
Kualitas air minum mengikuti peraturan pemerintah nomor 16
tahun 2005 tentang pengembangan sistem air minum dan
permenkes 907/2002, sedangkan instalasi perpipaannya mengikuti
pedoman plumbing; dan
SNI 03-6481-2000 sistem plumbing 2000, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku
dan/atau pedoman teknis.
b. Jaringan air limbah
Sistem pembuangan air limbah dan/atau kotor harus direncanakan dan
dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor diwujudkan dalam
bentuk pemilihan sistem pengaliran/pembuangaan dan penggunaan
peralatan yang dibutuhkan.
Pertimbangan tingkat bahaya air limbah dan/atau air kotor diwujudkan
dalam bentuk sistem pengelohan dan pembuangannya.
Air limbah yang berisi bahan beracun dan berbahaya (B3) harus
diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Air limbah domestic
sebelum dibuang ke saluran terbuka harus diproses sesuai dengna
pedoman dan standar teknis yang berlalu.
Persyaratan teknis air limbah harus mengikuti:
SNI 03-6481-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru
SNI 03-2398-2002 Tata cara perencanaan tangki septik dengan
sistem resapan
SNI 03-6379-2000 Spesifikasi dan pemasangan perangkap bau
Tata cara perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan sistem
pembuangan air limbah dan air kotor pada bangunan gedung
mengikuti standar baku serta ketentuan teknis yang berlaku.
c. Sistem drainase
Sistem bangunan rusuna dan pekarangannya harus dilengkapi dengan
sistem penyaluran air hujan.
130
Sistem penyaluran air hujan harus direncakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan ketinggian permukiman air tanah, permeabilitas
tanah, dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/ kota.
Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam
tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur serapan dan/atau sumur
penampungan sebelum dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/ kota
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pemanfaatan air hujan diperbolehkan dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku.
Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang
dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara
laun yang dibenarkan oleh instalasi yang berwenang.
Sistem pematusan/ penyaluran air hujan harus dipelihara untuk
mencegah terjadinya endapana dan penyumbatan pada saluran.
Persyaratan penyaluran air hujan harus mengikuti:
SNI 03-4681-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru.
SNI 03-2453-2000 Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan
untuk lahan pekarangan.
SNI 03-2459-2002 Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan
pekarangan.
Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem penyaluran air hujan pada bangunan gedung;
dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
131
masing bangunan rusuna bertingkat tinggi, yang diperhitungkan
berdasarkan jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah.
Pertimbangan jenis sampah padat diwujudkan dalam bentuk penempatan
pewadahan dan/atau lahan pengelohannya yang tidak mengganggu
kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.
Ketentuan pengelolaan sampat padat
Bagi pengembang perumahan wajib menyediakann wadah sampah, alat
pengumpul dan tempat pembuangan sampah sementara, sedangkan
pengangkutan dan pembuangan akhir sampah bergabung dengan sistem
yang sudah ada.
Potensi reduksi sampah padat dilakukan dengan mendaur ulang,
memanfaatkan kembali beberapa jenis sampah seperti botol bekas, kertas,
kertas koran, kardus, aluminium, kaleng, wadah plastik dan sebagainya.
Sampah padat kecuali sampah bahan beracun dan berbahaya (B3) harus
dibakar dengan incinerator yang tidak mengganggu lingkungan. Dalam hal
masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung.
132
SNI 03-1746-2000 Tata cara perencanaa dan pemasangan sarana
jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru. Dalam hal masih ada
persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
b. Sistem proteksi aktif
Setiap bangunan rusuna, harus dilindungi terhadap bahaya
kebakarandengan proteksi aktif.
Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi, klasifikasi,
luas, ketinggian, volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi
penghuni dalam bangunan rusuna bertingkat tinggi.
Pada sistem proteksi aktif yang diperhatikan meliputi:
Sistem pemadaman kebakaran berupa APAR, sprinkler, hidran box
maupun hidran pilar/halaman.
Sistem deteksi dan alarm kebakaran.
Sistem pengendalian asap kebakaran
Pusat pengendalian kebakaran
c. Persyaratan jalan keluar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran
Persyaratan jalan keluar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran
meliputi perencanaan akses bangunan dan lingkungan untuk
pencegahan, bahaya kebakatan pada bangunan rusuna bertingkat
tinggi, dan perencanaan dan pemasangan sarana jalan keluar untuk
penyelamatan terhadap bahaya kebakaran.
Persyaratan jalan keluar dan aksesibiliats untuk pamadaman kebakaran
tersebut harus mengikuti;
SNI 03-1735-2000 Tentang cara perencanaan akses bangunan dan
akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakakaran pada
bangunan rumah dan gedung. Dalam hal masih ada persyaratan
lainnya yang belum tertampung, atau yang belum mempunyai SNI,
digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
133
BAB V KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN
SEDERHANA SEWA
134
sederhana sewa, lokasi yang terpilih adalah Kecamatan Biringkanaya, letak tapak
di jalan Parumpa.
135
Gambar 5.2 Kondisi eksisting tapak
Sumber : Diolah penulis
Letak tapak berada sekitar 300 meter dari jalan Poros Makassar-Maros,
sehingga kemudahan diakses dengan jaringan transportasi kota dan pencapaian
ideal kemampuan orang berjalan kaki. Selain itu, dengan posisi tapak yang tidak
berbatasan langsung dari jalan poros, sumber kebisingan yang berasal dari
kendaraan-kendaraan transportasi darat tidak sampai di tapak perancangan untuk
bangunan sebagai fungsi utama hunian. Vegetasi yang terdapat berupa beberapa
pohon ketapang kencana dalam tapak tetap dipertahankan sebagai peneduh dan
barrier.
136
Gambar 5.2 Analisis orientasi matahari, arah angin, dan kebisingan
Sumber : Diolah penulis
Arah angin darat bertiup dari arah utara terjadi pada malam hari, angin laut
bertiup dari arah selatan terjadi pada siang hari. bukaan dapat dimaksimalkan
pada sisi utara dan selatan.
137
Bangunan rumah susun dibagi menjadi dua zona, yaitu zona bangunan
rumah susun dan zona luar bangunan rumah suusn yang keduanya saling
berkaitan. Masing-masing zona berikut:
Zona Sirkulasi
138
Jalan untuk sirkulasi dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi kendaraan sebesar
6 m untuk akses utama dan 3 m untuk jalan sekunder yang diasumsikan
untuk sirkulasi sepeda motor dan zona sirkulasi untuk pejalan kaki seluas
2 meter.
Konsep Sirkulasi Tapak
Sirkulasi pada tapak dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan jenis pengguna,
yaitu sirkulasi kendaraan (mobil dan sepeda motor), sirkulasi untuk pejalan
kaki dan sirkulasi untuk disabilitas berupa ramp.
139
3. Konsep Denah Unit
Denah unit menggunakan sistem modular. Sistem modul terkecil 300 cmx 300
cm. adapun bentuk-bentuk alternatif dengan melipat gandakan modul
142
2. Struktur rangka bangunan (Super structure)
Konstruksi dinding yang dipakai adalah konstruksi rangka dengan ketentuan
sebagai berikut;
143
E. Konsep Utilitas Rumah Susun
1. Konsep Pencahayaan dan Penghawaan
Sistem pencahayaan yang digunakan menggunakan pencahayaan alami dan
buatan.
Salah satu cara efiensi energi adalah pengurangan pemakaian energi listrik
melalui penerangan alami. Untuk pemanfaatan cahaya alami dibuat bukaan-
bukaan, void pada koridor jika bukaan tidak terkena cahaya matahari, maka
memakai sistem reflector, dengan media air untuk merefleksikannya ke dalam
bangunan, untuk pemakaian pencahayaan buatan pada ruang-ruang sirkulasi
hanya pada malam hari.
144
Gambar 5.9 Konsep ventilasi silang
Sumber : Diolah penulis
145
b. Jaringan air kotor
Sistem pembuangan air kotor dibedakan menjadi 2 :
Air kotor padat , melalui kloset diteruskan menuju shaft air kotor
padat disalurkan ke STP (sewage treatment plant). Lalu diproses
secara kimia sehingga dapat dimanfaatkan untuk air yang tidak
dikomsumsi oleh manusia, seperti untuk menyiram tanaman.
Air kotor cair, melalui shaft yang tertanam di dinding disalurkan ke
roil kota bagian bawah dan dilanjutkan ke roil kota, dan tiap jarak
tertentu mempunyai bak kontrol.
146
Sistem pembuangan vertikal baik air kotor maupun air besih
perletakan KM/WC pada posisi yang sama agar dapat menghemat
pipa sesuai dengan tema.
Konsep biopori
Biopori adalah liang (terowongan-terowongan kecil) di dalam tanah
yang terbentuk akibat berbagai aktivitas fauna tanah dan perkarangan
tanaman. Biopori yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi
tempat lewatnya air di dalam tanah sehingga dapat melancarkan
peresapan air ke dalam tanah.
147
Konsep biopori pada penerapan ekologis pada rumah susun adalah
pembuatan lubang resapan biopori pada beberapa titik di area terbuka yang
telah direncanakan dan kemudian mengisinya dengan sampah organik.
Pemanfaatan kembali sampah organik untuk sistem biopori memiliki
beberapa keutungan bagi lingkungan baik secara langsung maupun tidak
langsung, yaitu:
Meningkatkan daya resapan air
Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar.
Sampah organik yang dimasukkan dalam lubang resapan biopori
akan diuraikan mikroorganisme tanah menjadi kompos. Kompos
dapat dipanen setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk organik berbagai jenis tanaman.
Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit
Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah
Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor
148
dimaksudkan agar bangunan tidak ikut terbakar jika ada petir membakar
pohon
Sistem faraday, berupa tiang setinggi 30 cm yang dipasang di puncak atap
bangunan, kemudian dihubungkan dengan kawat yang berjarak masing-
masing 35 cm, kemudian kawat ditanam ketanah sedalam 2-6 m.
149
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Permasalahan.............................................................................................6
C. Tujuan dan Sasaran...................................................................................6
D. Lingkup Pembahasan................................................................................7
E. Sistematika Penulisan................................................................................7
BAB II TINJAUAN UMUM...................................................................................9
A. Rumah Susun Sederhana...........................................................................9
1. Pengertian Rumah Susun..............................................................................9
2. Rumah Susun Sederhana Sewa.....................................................................9
3. Asas Pembangunan Rumah Susun..............................................................11
4. Tujuan Pembangunan Rumah Susun..........................................................13
5. Karakteristik Rumah Susun........................................................................14
6. Jenis-Jenis Rumah Susun............................................................................15
B. Pendekatan Arsitektur Ekologis..............................................................20
1. Sejarah dan Perkembangan Arsitektur Ekologis.........................................20
2. Definisi Arsitektur Ekologis Menurut Para Ahli........................................21
3. Prinsip Ekologis Dalam Perancagan Arsitektur..........................................23
4. Unsur Pokok Ekologi Arsitektur.................................................................24
5. Kriteria- Kriteria Bangunan Sehat dan Ekologis........................................25
6. Studi Banding Bangunan Berkonsep Arsitektur Ekologis..........................33
7. Studi Banding Rusunawa............................................................................55
BAB III TINJAUAN KHUSUS.............................................................................67
A. Gambaran Umum Kota Makassar...........................................................67
1. Kondisi Geografis, Topografi dan Klimatologi..........................................67
2. Gambaran Kependudukan dan Kepadatan Penduduk.................................68
B. Rencana Umum Tata Ruang Kota Makassar Tentang Kawasan
Perumahan..........................................................................................................73
C. Rumah Susun di Kota Makassar.............................................................77
D. Tinjauan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana.......................83
E. Permasalahan di Rumah Susun.............................................................100
F. Masyarakat Berpenghasilan Rendah.........................................................103
150
BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN
SEDERHANA SEWA.........................................................................................104
A. Pendekatan Konsep Desain Arsitektur Ekologis Pada Rumah Susun...104
B. Pendekatan Konsep Perancangan Makro..............................................105
1. Pendekatan Konsep Pemilihan Lokasi......................................................105
2. Pendekatan Konsep Alternatif Tapak.......................................................108
C. Pendekatan Konsep Perancangan Mikro...............................................110
1. Pelaku kegiatan.........................................................................................110
2. Kelompok Jenis Kegiatan.........................................................................111
3. Besaran ruang............................................................................................112
D. Pendekatan Konsep Penampilan Rumah Susun....................................117
1. Pendekatan Konsep Bentuk Dasar Rumah Susun.....................................118
2. Pendekatan Konsep Organisasi Ruang.....................................................118
3. Pendekatan Konsep Sirkulasi....................................................................124
4. Pendekatan Konsep Material Bangunan...................................................126
5. Pendekatan Sistem Struktur dan Konstruksi.............................................127
E. Pendekatan Sistem Utilitas Rumah Susun.............................................128
1. Pendekatan Sistem Pencahayaan dan Pengahawaan.................................128
2. Pendekatan Sistem Mekanikal Elektrikal.................................................128
3. Pendekatan Sistem Plambing....................................................................128
4. Pendekatan Sistem Persampahan..............................................................131
5. Pendekatan Sistem Bahaya Kebakaran.....................................................131
BAB V KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA
..............................................................................................................................134
A. Konsep Perancangan Makro..................................................................134
1. Lokasi Tapak Terpilih...............................................................................134
2. Konsep Analisis Tapak.............................................................................135
B. Konsep Perancangan Mikro..................................................................138
1. Konsep Zonasi Tata Letak Unit Kamar....................................................138
2. Konsep Fasilitas Bersama dan Service.....................................................138
3. Konsep Denah Unit...................................................................................139
C. Konsep Penampilan Bentuk..................................................................140
D. Konsep Struktur dan Konstruksi Rumah Susun....................................141
1. Struktur pondasi (Sub structure)...............................................................141
151
2. Struktur rangka bangunan (Super structure).............................................142
3. Struktur atap (Upper structure).................................................................142
E. Konsep Utilitas Rumah Susun...................................................................143
1. Konsep Pencahayaan dan Penghawaan.....................................................143
2. Konsep Sistem Mekanikal Elektrikal........................................................144
3. Konsep Sistem Plambing..........................................................................144
4. Konsep Sistem Persampahan....................................................................146
5. Konsep Sistem Bahaya Kebakaran...........................................................147
6. Konsep Sistem Penangkal Petir................................................................147
152