Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH GEOGRAFI DESA KOTA

“Tata Guna Lahan Desa dan Pola Pemukiman Beserta Permasalahannya”

Dosen Pengampu : Dra. Novida Yenny, M.Sc

Disusun Oleh Kelompok 7

Ayu Fadhilla (3192131003)


Cici Ariska Pasaribu (3192431015)
Diko Pranata Sembiring (318331002)
Kesita Saragih (3183131037)
Risky Fadilah (3182131014)

KELAS C
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas


berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.

Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi
Desa Kota. Adapun yang menjadi topik pembahasan dalam makalah ini adalah
“TataGuna Lahan Desa dan Pola Pemukiman Beserta Permasalahannya”

Rasa terima kasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada DraNovida Yenny
M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Geografi Desa Kota yang telah
memberikan arahan nya terkait pembuatan tugas makalah ini.

Walaupun tugas ini telah diselesaikan, bukan berarti tugas ini telah
sempurna. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
di dalam nya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak untuk menambah penyempurnaan tugas
ini di masa mendatang.

Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini, dapat memberikan


manfaat berupa ilmu pengetahuan dan penambah wawasan bagi penulis maupun
bagi para pembaca. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.

Pinang Lombang Bawah, 02 November 2020

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahan adalah keseluruhan lingkungan yang menyediakan kesempatan
bagi manusia menjalani kehidupannya (Rahayu, 2007). Lahan adalah tanah
yang sudah ada peruntukkannnya dan umumnya ada pemiliknya, baik
perorangan atau lembaga (Budiono, 2008). Berdasarkan pada dua pengertian
tersebut, maka dapat diartikan bahwa lahan merupakan bagian dari ruang
merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia sebagai ruang maupun
sumber daya, karena sebagian besar kehidupan manusia tergantung pada lahan
yang dapat dipakai sebagai sumber penghidupan, yaitu dengan mencari nafkah
melalui usaha tertentu selain sebagai pemukiman.
Penggunaan lahan merupakan wujud nyata dari pengaruh aktivitas
manusia terhadap sebagian fisik permukaan bumi. Faktor yang menyebabkan
perubahan penggunaan lahan adalah semakin meningkatnya jumlah penduduk,
sedangakan luas lahannya tetap. Pertambahan penduduk dan perkembangan
tuntutan hidup akan menyebabkan kebutuhan ruang sebagai wadah semakin
meningkat. Perubahan fungsi lahan ini merupakan suatu transformasi dalam
pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan/fungsi kepada
penggunanaan lainnya dikarenakan adanya faktor internal maupun eksternal.
Menurut Bintarto (1983), mengungkapkan bahwa telah terjadi gerakan
penduduk yang terbalik yaitu dari kota ke daerah pinggiran kota yang sudah
termasuk wilayah desa. Daerah pinggiran kota sebagai daerah yang memiiliki
ruang relatif masih luas memiliki daya tarik bagi penduduk dalam memperoleh
tempat tinggal. Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan
pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya, semakin meningkatnya jumlah
penduduk di suatu tempat akan berdampak pada makin meningkatnya
perubahan penggunaan lahan. Selain itu, dengan adanya pertumbuhan dan
aktivitas penduduk yang tinggi akan mengalami perubahan penggunaan lahan
yang cepat pula, sehingga diperlukan perencanaan tataguna lahan yang sesuai
dengan peruntukan wilayah tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi desa?
2. Apa saja ciri-ciri lahan pedesaan?
3. Bagaimana pemanfaatan tata guna lahan pedesaan?
4. Bagaimana perencanaan tata guna lahan pedesaan?
5. Bagaimana penggunaan lahan pedesaan?
6. Bagaimana saja bentuk pola permukiman di pedesaan?
7. Apa saja permasalahan desa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi dari desa
2. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri lahan pedesaan
3. Untuk mengetahui bagaaimana pemanfaatan tata guna lahan pedesaan
4. Untuk menegtahui bagaimana perencanaan tata guna lahan pedesaan
5. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan lahan pedesaan
6. Untuk mengetahui bagaimana saja bentuk pola permukiman di pedesaan
7. Untuk mengetahui apa saja permasalahan desa

D. Manfaat Penulisan
1. Untuk penulis, meningkatkan kemampuan menulis karya tulis dan
mengkaji mengenai bagaimana konsep tata guna lahan desa dan pola
pemukiman beserta permasalahannya.
2. Untuk pembaca, sebagai media informasi, referensi, maupun bahan kajian
diskusi mengenai konsep tata guna lahan desa dan pola pemukiman beserta
permasalahannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Desa

Menurut UU Nomer 5 tahun 1979, Desa adalah suatu wilayah yang


ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum, yang
mempunyai organisasi pemerintahan terendah, langsung di bawah camat dan
berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara
kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan menurut C.S Kansil, Desa adalah
suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai organisasi pemerntahan terendah langsung dibawah camat dan
berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
Desa merupakan suatu lokasi di pedesaan dengan kondisi lahan sangat
heterogen dan topografi yang beraneka ragam. Pola tata ruangnya sangatlah
tergantung pada topografi yang ada. Pola tata ruang merupakan pemanfaatan
ruang atau lahan di desa untuk keperluan tertentu sehingga tidak terjadi
tumpang tindih dan berguna bagi kelangsungan hidup penduduknya.

B. Ciri-Ciri Lahan Pedesaan


1) Areal lahan cukup luas.
2) Lahan masih bersifat alami.
3) Lahan belum banyak dikemas dengan teknologi.
4) Penggunaan lahan pedesaan, antara lain untuk perkebunan, peternakan,
perhutanan, tempat wisata alam, dan perikanan.

Secara umum permasalahan dalam pengembangan sumber daya lahan di


kawasan perdesaan adalah:  

3
1. Rendahnya produktifitas lahan di daerah lahan kering yang rawan terhadap
kekeringan di kawasan perdesaan.
2. Tingginya pengaruh negatif penurunan produktifitas lahan di kawasan
perdesaan.
3. Semakin rendahnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan
terutama di daerah lahan kering.

C. Pemanfaatan Tata Guna Lahan Pedesaan


Pemanfaatan lahan di desa dibedakan atas dua fungsi, yaitu:
1. Fungsi sosial adalah untuk perkampungan desa. Pola tata ruang desa pada
umumnya sangat sederhana, letak rumah di kelilingi pekarangan cukup luas,
jarak antara rumah satu dengan lain cukup longgar, setiap rumah
mempunyai halaman, sawah dan ladang di luar perkampungan. Selain itu
pada desa yang sudah berkembang pola tata guna lahan lebih teratur, yaitu
adanya perusahaan yang biasa mengolah sumberdaya desa, terdapat pasar
tradisional, tempat ibadah rapi, sarana dan prasarana pendidikan serta balai
kesehatan.
2. Fungsi ekonomi adalah dimanfaatkan untuk aktivitas ekonomi seperti ,
sawah, perkebunan, pertanian dan peternakan. teratur dan tertata dengan
baik. Perkampungan atau permukiman di perdesaan di Indonesia umumnya
merupakan permukiman memusat (agglomerated rural settlement) berupa
dukuh atau dusun dengan jumlah rumah bervariasi. Di sekitar desa terdapat
lahan pertanian, perikanan, peternakan, hutan, pertambangan, dll yang
merupakan tempat penduduk mencari nafkah sehari-hari.

D. Perencanaan Tata Guna Lahan Pedesaan


Pemanfaatan lahan pedesaan tidak terlepas dari tujuan dan ruang
lingkup pembangunan pedesaan itu sendiri. Adisasmita (2006) menguraikan
bahwa tujuan pembangunan pedesaan dapat dibedakan menjadi pembangunan
jangka panjang, pembangunan jangka pendek dan pembangunan secara spasial.
Dalam uraian tujuan pembangunan ini sudah mencakup ruang lingkup
pembangunan pedesaan yang apabila dicermati terdapat beberapa bagian

4
penting yang membutuhkan keterlibatan masyarakat setempat. Bagian penting
keterlibatan masyarakat ini antara lain berhubungan dengan pemanfaatan
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, kebutuhan akan sarana dan prasarana
pedesaan serta unsur-unsur kelembagaan masyarakat.
Nasution A.I. (2008) berpendapat bahwa masyarakat memiliki
pengetahuan yang mendalam mengenai wilayahnya sendiri sehingga
keterlibatan masyarakat sangat diperlukan. Salah satu kegiatan dalam
perencanaan TGL adalah tracking dan mapping. Dalam hal ini masyarakat
memiliki kemampuan untuk membuat peta yang lengap dan akurat mengenai
sejarah desa, aturan penggunaan lahan, analisa kecenderungan, kalender
musim, masalah kesehatan lingkungan dan sudah tentu harapan-harapan
masyarakat yang bersangkutan di masa yang akan datang.

E. Penggunaan Lahan Di Pedesaan


Penggunaan lahan pedesaan relatif berbeda dengan di daerah perkotaan.
Di daerah pedesaan, penggunaan lahan yang dominan adalah pertanian,
sedangkan di perkotaan non pertanian seperti permukiman, industri, pertokoan
dan lain-lain. Struktur ruang di pedesaan secara umum dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu ruang yang berfungsi sosial dan ruang yang berfungsi
ekonomi. Ruang yang berfungsi sosial berada pada wilayah permukiman. Pada
wilayah tersebut, terjadi interaksi antara anggota keluarga dan masyarakat.
Ruang yang berfungsi ekonomi berada pada wilayah pertanian. Pada wilayah
ini, penduduk mengolah lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sendiri maupun dijual ke daerah lainnya. Perbandingan luas penggunaan lahan
untuk pertanian dan perkampungan tentunya berbeda antara satu desa dengan
desa lainnya. Semakin maju atau semakin berkembang suatu desa, semakin
berkurang luas lahan pertanian dan semakin bertambah luas lahan
permukimannya. Hal ini terjadi karena adanya alih fungsi lahan dari lahan
pertanian ke permukiman akibat bertambahnya jumlah penduduk. Jika ruang
untuk non-pertanian lebih besar dibanding pertanian, maka struktur ruang desa
berubah menjadi struktur ruang kota.

5
Jayadinata (1999: 44), menjelaskan tanah di wilayah pedesaan,
disamping untuk perumahan, umumnya digunakan bagi pertanian (kegiatan
ekonomi ekstraktif dan reproduktif) yang tiap satuan kegiatannya memerlukan
tanah yang luas. Jumlah orang yang bekerja pada satuan luas tanah tersebut
relatif sedikit, sehingga penduduk di wilayah pedesaan umumnya jarang.
Penggunaan tanah di permukiman di pedesaan umumnya jarang. Penggunaan
tanah di permukiman pedesaan dilakukan dengan hati-hati dan secara terbatas
dengan memperhatikan aturan konservasi dalam segala kegiatan sosial
ekonomi. Tanah di wilayah perkotaan, di samping untuk perumahan, umumnya
digunakan bagi industri dan jasa (kegiatan produksi fasilitatif) yang dalam tiap
satuan kegiatan hanya memerlukan tanah yang relatif kecil dan jumlah orang
yang bekerja pada satuan luas tanah itu banyak; penggunaan tanah yang
intensif.

F. Pola Permukiman Pedesaan


1. Pola Memusat
Pola perkampungan memusat dapat dengan mudah Anda temui pada
wilayah-wilayah dataran tinggi atau perkampungan yang dibentuk karena
aturan adat. Penduduk yang mendiami perkampungan ini pun relatif tidak
begitu banyak dan biasanya dihuni secara turun temurun oleh beberapa
generasi.

2. Pola Tersebar
Pola desa tersebar terdapat di daerah dataran tinggi atau gunung api.
Penduduk akan mendirikan permukiman secara tersebar karena mencari
daerah-daerah yang relatif aman, tidak terjal, dan morfologi yang relatif
rata. Pola tersebar juga terdapat di wilayah karst (kapur). Penduduk akan
tersebar mencari daerah yang memiliki kondisi air yang baik karena
biasanya di daerah karst kondisi air sangat buruk.

6
3. Pola Linear atau Memanjang
Pola permukiman pedesaan yang masih sangat tradisional banyak mengikuti
pola bentuk sungai, karena saat itu sungai sebagai sumber kehidupan sehari-
hari. Selain itu, juga berfungsi sebagai jalur transportasi antarwilayah.
Melalui jalur transportasi sungai, perekonomian sederhana saat itu telah
berlangsung. Kondisi seperti ini banyak ditemui di wilayah-wilayah
kerajaan Jawa (contoh masa Majapahit) dan Sumatera (masa Sriwijaya).
Pola ini juga masih berkembang hingga kini di wilayah pedesaan
pedalaman, seperti di pedalaman Siberut, Kalimantan, dan Papua. Saat ini
pola permukiman wilayah pedesaan, khususnya di Pulau Jawa dan Sumatera
sedikit banyak telah dipengaruhi oleh keberadaan jalan. Sehingga
penempatan rumahnya pun akan mengikuti arah jalan. Biasanya, pola
permukiman ini banyak tersebar pada wilayah yang memiliki topografi
datar. Sejalan dengan itu, posisi bangunan rumah pedesaan menghadap ke
arah yang tidak teratur. Menurut kondisi fisik bangunan, rumah di pedesaan
banyak dibangun secara tidak permanen, terbuat dari bahan yang tidak
sepenuhnya dari tembok

G. Permasalahan Desa
1. Masyarakat
Dari segi masyarakatnya, masih banyak desa dengan warga kekurangan
pangan dan gizi. Kondisi ini menimpa anak dan balita. Masalah kesehatan
dan penyebaran penyakit juga belum tertangani dengan baik. Penduduk
yang terlalu sedikit dan terpencar-pencar juga menjadi masalah. Belum lagi
anak putus sekolah dan perkawinan anak di bawah umur.

2. Pemerintah
Dari segi pemerintahnya, masih ada masalah struktur dan adaptasi
pemerintahan desa. Banyak aparatur yang belum berfungsi sebagaimana
mestinya. Kepemimpinan di desa juga belum punya sistem yang kuat. Juga
koordinasi pelayanan pemerintahan yang belum berjalan maksimal. Ada

7
pula masalah penyelewengan dana dan bantuan dari pemerintah yang lebih
tinggi.

Masalah utama dan mendasar yang dihadapi oleh desa dengan


pemerintahannya dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Kedudukan desa dalam sistem pemerintahan Indonesia sampai saat ini


masih bersifat ambivalen, yakni sebagai kesatuan masyarakat yang
memiliki otonomi tradisional tetapi lebih banyak menjalankan urusan-
urusan pemerintahan yang datang dari pemerintahan supradesa.
2. Kedudukan organisasi pemerintah desa juga bersifat ambivalen seiring
ambivalensi kedudukan kesatuan masyarakat hukumnya.
3. Sumber keuangan desa bersifat tradisional sehingga tidak memberikan
kepastian untuk dapat digunakan untuk menggerakkan roda organisasi.
Desa tidak memiliki kewenangan memungut pajak dan retribusi atas
namanya sendiri. Pungutan pajak dan retribusi yang ada saat ini atas
nama pemerintah supradesa (misalnya Pajak Bumi dan Bangunan sebagai
pajak pemerintah pusat). Sumber keuangan desa berasal dari sumber-
sumber tradisional seperti iuran warga desa, tetapi yang terbesar justru
berasal dari transfer pemerintah supradesa (pusat, provinsi,
kabupaten/kota).
4. Kedudukan kepegawaian perangkat desa serta sistem imbalannya juga
tidak jelas karena kedudukan kesatuan masyarakat hukum dan
organisasinya yang bersifat ambivalen.
5. BPD (Badan Permusyawaratan Desa) menjalankan fungsi seperti DPRD,
salah satunya adalah bersama-sama Kepala desa menyusun Peraturan
Desa. Menurut Pasal 7 ayat (2) UU Nomor 10 Tahun 2004, Peraturan
Desa masuk dalam kategori Peraturan Daerah. Tetapi BPD tidak diisi
melalui mekanisme pemilihan umum, sehingga kedudukannya juga
menjadi ambivalen. BPD sekarang lebih diposisikan sebagai lembaga
tempat bermusyawarahnya masyarakat, bukan sebagai lembaga politik.

8
3. Geografi
Dari segi geografisnya, keadaan desa-desa di Jawa dan Bali belum seimbang
jika dibandingkan dengan desa di pulau lain. Desa pantai juga banyak yang
hidup dengan tidak sehat. Teknologi yang ada juga belum memadai. Begitu
pula desa yang mulai berkembang namun tidak terkendali. Ada msalah
sanitasi, perumahan, dan pembangunan.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Desa merupakan suatu lokasi di pedesaan dengan kondisi lahan sangat
heterogen dan topografi yang beraneka ragam. Pola tata ruangnya sangatlah
tergantung pada topografi yang ada. Pola tata ruang merupakan pemanfaatan
ruang atau lahan di desa untuk keperluan tertentu sehingga tidak terjadi
tumpang tindih dan berguna bagi kelangsungan hidup penduduknya.
Pemanfaatan lahan pedesaan tidak terlepas dari tujuan dan ruang lingkup
pembangunan pedesaan itu sendiri.
Ada beberapa bentuk pola pemukiman desa, diantaranya yaitu :
1) Pola memusat
2) Pola menyebar
3) Pola liner/memanjang

B. Saran
Dari makalah diatas masih banyak sekali kekuranga baik dari pengunaan kata-
kata, penulisan, ataupun isinya. Maka dari itu kami minta kepada semuap pihak
terkhusunya Bapak / Ibu Dosen mata kuliah yang bersangkutan untuk lebih
membimbing lagi dalam pembuatan makalah kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://geograpik.blogspot.com/2020/07/jelaskan-macam-macam-pola-
permukiman.html

https://ciburial.desa.id/5-identifikasi-masalah-yang-berkaitan-dengan-desa/

https://www.academia.edu/9000141/Penggunaan_Lahan_di_Pedesaan_dan_Perko
taan

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/09/160000269/manfaat-desa-dan-
masalah-di-desa?page=all

11

Anda mungkin juga menyukai