Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sangat luas dan merupakan negara

maritim terluas di dunia, jumlah pulau Indonesia sebanyak 13.466 pulau dan luas

lahan di Indonesia adalah 1.910.931,32 km2 yang terdiri dari yang terbentang dari

sabang hingga merauke. Dari jumlah luasan tersebut yang menjadi lahan produktif

bagi sektor pertanian adalah sekitar 7,75 juta hektar dari keseluruhan luas lahan di

Indonesia. Jumlah ini tentu saja tidak cukup luas dibandigkan dengan luasan lahan

produktif yang dimiliki dan juga jumlah penduduk yang mencapai 250 juta jiwa di

tambah lagi dengan peningkatan konversi lahan pertanian dari tahun ke tahun

mencapai 80.000 hektar per tahunnya menjadi lahan yang non pertanian.

Jumlah produksi dari produk–produk pertanian semakin menurun, di

karenakan alih fungsi lahan pertanian, disatu sisi pertumbuhan penduduk terus

meningkat, praktis hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah permintaan pasar

terhadap produk–produk pertanian. Beberapa upaya yang telah di lakukan oleh

pemerintah adalah diantaranya dengan pembukaan lahan baru untuk dimanfaatkan

sebagai lahan pertanian, sebagai upaya mendukung terhadap program pemerintah,

sebenarnya banyak lahan tidur yang tidak termanfaatkan di daerah kota seperti

pemanfaatan lahan di pekarangan rumah termasuk diantara lahan tidur yang masih

belum termanfaatkan di karenakan kehidupan dan mobilitas dari penduduk kota

sangat tinggi sehingga penduduk kota masih kurang sadar untuk memanfaatkan

1
lahan di pekarangan di bandingkan dengan penduduk desa di karenakan mobilitas

penduduk desa tidak terlalu tinggi di bandingkan di kota.

Kota yang ada di Indonesia penulis memfokuskan pada daerah kota

Bangko, karena dimana penulis berdomisili dan juga dilihat dari pertumbuhan dan

perkembangan kota Bangko sedang meningkat, karena dilihat dari makin

bertambahnya pembangunan perumahan–perumahan yang ada di kota Bangko

sehingga ini juga menggambarkan bahwa pengalih fungsi dan lahan pertanian

yang kian berkurang, di tambah dengan mobilitas penduduk yang tinggi

mengakibatkan interaksi terhadap tetangga dan juga kurangnya ruang rekreasi

yang bisa di nikmati kapan saja dan tanpa membayar mahal untuk

mendapatkannya.

Pemaparan yang telah di jelaskan diatas tentang karakteristik dari kota

Bangko yakni masih kurang sadar untuk memanfaatkan lahan di pekarangan di

bandingkan dengan penduduk desa di karenakan mobilitas penduduk desa tidak

terlalu tinggi di bandingkan di kota. Sehingga penulis merasa perlu adanya

analisis pemanfaatan pekarangan sebagai penunjang pemenuhan kebutuhan

keluarga.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas beberapa masalah dapat di rumuskan

sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kesadaran dalam pemanfaatan lahan pekarangan

penduduk di kota Bangko?

2. Bagaimana keuntungan dari pemanfaatan pekarangan di perumahan?

2
1.3. Gagasan Kreatif

Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan gagasan kesadaran akan

pemanfaatan lahan pekarangan di perumahan–perumahan dan juga masyarakat

urban untuk memenuhi kebutuhan sayuran sehari–hari dalam keluarga, agar tidak

bergantung terhadap ketersediaan barang yang ada di pasar, sehingga penduduk

kota tidak begitu pusing dan terpengaruh jika harga cabe ataupun harga sayuran

lainnya melambung tinggi, di karenakan penduduk kota telah memanfaatkan lahan

pekarangan sebagai media untuk menanam cabe ataupun sayuran lainnya untuk

kebutuhan memasak sehari–hari, sehingga uang yang dianggarkan untuk

berbelanja dapat di anggarkan untuk kebutuhan lainnya.

1.4. TujuanPenulisan

Tujuan dari penulisan dari karya tulis ini adalah untuk :

1. Peningkatan kesadaran terhadap penduduk perumahan kota Bangko

terhadap pemanfaatan lahan pekarangan.

2. Sebagai sumber pendapatan dan pemenuhan kebutuhan sehari–hari

keluarga.

3. Mendeskripsikan manfaat dan keuntungan dari pemanfaatan lahan

pekarangan.

1.5. Manfaat

Penulisan karya tulis inidiharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah,

penulis dan masyarakat dan masyarakat umum. Bagi pemerintah, tulisan ini dapat

dijadikan bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pengembangan

3
pertanian urban (pertanian perkotaan). Bagi penulis, manfaat dari tulisan ini

adalah sebagai media untuk meningkatkan mutu ilmu pengetahuan yang dimiliki

terutama yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi pertanian.

Manfaat karya tulis ini bagi masyarakat luas adalah sebagai sumbangan

ide/gagasan untuk meningkatkan pemanfaatan lahan pekarangan di rumah sebagai

upaya pemenuhan kebutuhan sehari - hari.

4
BAB II

METODE PENULISAN

2. 1. Penentuan Gagasan

Metodelogi penulisan menggunakan studi pustaka, karya tulis ini

mengangkat gagasan tentang analisis pemanfaatan lahan pekarangan sebagai

upaya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Gagasan ini di dasarkan pada potensi

pemanafaatan lahan tidur dan juga pekarangan rumah yang sering di biarkan

begitu saja, dan juga ketergantungan penduduk kota Bangko terhadap

ketersediaan barang yang ada di pasar, sehingga perlu pembentukan kemandirian

untuk pemenuhan kebutuhan seharai–hari keluarga. Hal ini penting mengingat

banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi perumahan, sehingga

kesadaran penduduk juga harus semakin tinggi seiring menjamurnya perumahan–

perumahan yang ada.

2. 2. Jenis dan Sumber Tulisan

Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian

besar berasal dari jurnal ilmiah, buku, makalah seminar, artikel di internet serta

berita dari media masa yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang di

bahas.

5
2. 3.Metode Penulisan

Metode penulisan meliputi, analisis-sintesis masalah, simpulan dan

rekomendasi.Tahapan analisis sintesis terdiri dari identifikasi masalah, deskripsi

pemanfaatan lahan pekarangan, analisis pekarangan di perumahan kota Bangko

melalui analisis SWOT serta manfaat yang dirasakan dari pemanfaatan

pekarangan rumah terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga.

Identifikasi Masalah

Analisis Pemanfaatan Pekarangan Rumah dengan Menanam Sayuran

serta manfaat yang dirasakan dari pemanfaatan pekarangan rumah terhadap

pemenuhan kebutuhan keluarga

Deskripsi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rumah

6
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Lahan dan Penggunaan Lahan

Lahan adalah suatu lingkungan fisik terdiri atas tanah, iklim, relief,

hidrologi, vegetasi, dan benda-benda yang ada di atasnya yang selanjutnya semua

faktor-faktor tersebut mempengaruhi penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya

juga hasil kegiatan manusia, baik masa lampau maupun sekarang (FAO. 1975,

dalam Arsyad, 1989).

Penggunaan lahan (land use) dapat diartikan sebagai campur tangan

manusia terhadap lahan, baik secara menetap maupun berkala untuk memenuhi

kebutuhan hidup baik material maupun spiritual (Arsyad, 1989, Talkurputra,

et.al.1996).

Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan

besar,yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.

Penggunaan lahan pertanian dibedakan secara garis besar ke dalam macam

penggunaan lahan berdasarkan penyediaan air dan lahan yang diusahakan.

Berdasarkan hal itu dikenal macam penggunaan lahan seperti sawah, tegalan,

kebun, kebun campuran, lalang, perkebunan dan hutan. Penggunaan lahan bukan

pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman),

industri, rekreasi dan sebagainya (Arsyad, 2000).

Hasil penelitian yang dilakukan Suharto (1994) tentang optimalisasi

alokasi penggunaan lahan di DAS Solo Hulu, Jawa Tengah, ditinjau dari segi

erosi,sedimentasi, dan debit menunjukkan erosi yang terbesar terjadi pada

7
penggunan lahan tegalan buruk, Kemudian diikuti oleh lahan pekarangan, lahan

tegalan baik, lahan hutan, dan yang paling rendah lahan sawah.

3.2.  Klasifikasi Area Lahan Pekarangan

Secara garis besar area atau daerah taman pekarangan pada umumnya

dapat dibagi menjadi:

1. Daerah umum (public area). Taman yang kita buat dimaksudkan pada area

ini selain dilihat dan dinikmati oleh penghuni rumah juga oleh siapa saja

yang lewat di depan atau disekitar rumah kita.

2. Daerah kesibukan (service area). Taman yag kita buat pada area ini adalah

untuk kesibukan penghuni rumah, misalnya tempat mencuci pakaian,

mencuci piring atau lainnya. Pada area inipun dapat ditanam tanaman

bumbu-bumbuan, sayur-sayuran atau tempat menanam tanaman obat-

obatan. Begitu pula tempat anak-anak bermain. Biasanya daerah ini

diletakkan dekat dapur, dengan maksud bila mau ambil tanaman bumbu

pada saat sedang memasak mudah dan dekat sehingga tidak memerlukan

waktu yang lama, jadi masakannya tidak menjadi hangus. Begitupula

tempat anak-anak bermain diletakkan didaerah ini, dengan maksud ibu

atau pembantu rumah tangga atau penghuni rumah yang lainnya sambil

bekerja, setiap saat dapat mengawasi anak-anak yang sedang bermain.

Apalagi tiba-tiba ada anggota keluarga memerlukan tanaman obat-obatan,

terutama pada malam hari dapat dengan mudah dan aman mengambilnya.

3. Daerah pribadi (private area). Daerah ini kita buat taman yang khusus

untuk pribadi, misalnya tempat ibu atau bapak menanam tanaman hobinya

8
tempat “bertukang”, melakukan penelitian yang paling hemat, aman, setiap

saat dapat diamati. Daerah pribadi ini biasanya disediakan disamping

rumah.

4. Daerah famili (family area). Daerah ini dapat dibuat taman untuk

kepentingan keluarga, atau tempat berolah raga, atau tempat keluarga

berkumpul, camping dan lainnya. Jangan lupa memikirkan tempat anak-

anak dikala remaja bersantai. Taman untuk keluarga ini diberi tempat yang

strategis dipekarangan bila pekarangannya luas (Irwan, 2008).

3.3.  Mobilitas Penduduk Kota

Dari waktu ke waktu, sejalan dengan selalu meningkatnya jumlah

penduduk perkotaan serta meningkatnya tuntutan kebutuhan kehidupan dalam

berbagai aspek-aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi telah

mengakibatkan meningkatnya kegiatan penduduk perkotaan. Baik meningkatnyya

jumlah penduduk perkotaan maupun kegiatan penduduk perkotaan telah

mengakibatkan meningkatnya kebutuhan ruang kekotaan yang besar. Oleh karena

ketersediaan ruang di dalam kota tetap dan terbatas, maka meningkatnya

kebutuhan ruang untuk tempat tinggal dan kedudukan fungsi-fungsi selalu akan

mengambil ruang di daerah pinggiran kota. Gejala pengambil alihan lahan non

urban di daerah pinggiran kota disebut sebagai “invasion”. Proses perembetan

kenampakan fisik kekotaan ke arah luar disebut “urban sprawl” (Yunus, 1999).

Yunus (1999) tersebut mengutip beberapa pengertian urban sprawl,

antara lain yaitu Menurut Northam (1975) : Urban sprawl refers to the areal

expansion of urban concentration beyond what they have been. Urban sprawl

9
involves the conversion of land peripheral to urban centers that has previously

been used for non urban uses to one or more urban uses.

3.4. Pertumbuhan Ekonomi di Perkotaan

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam

masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah

pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam

jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya, kemampuan suatu negara

untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang

meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami

pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah

barang modal. Teknologi yang digunakan berkembang. Disamping itu tenaga

kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja

dan pendidikan menambah keterampilan mereka. (Sukirno, 1997).

Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi juga didefinisikan

sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Persentase

pertambahan output itu harus lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah

penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu

akan berlanjut. Sedangkan menurut Tambunan (1996), pertumbuhan ekonomi

yang tinggi dan berkelanjutan merupakan salah satu kondisi utama bagi

kelangsungan pembangunan seluruh ekonomi negara Indonesia. Kemiskinan yang

berlangsung terus di banyak negara di Afrika merupakan salah satu contoh dari

akibat tidak adanya pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut (stagnasi).

10
Oleh karena itu, masalah pertumbuhan ekonomi telah menjadi perhatian ekonom,

baik dari negara-negara yang sedang berkembang maupun negara-negara industri

maju.

Teori pertumbuhan menurut ahli-ahli ekonomi klasik, ada empat faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Yaitu jumlah penduduk, jumlah stok

barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang

digunakan. Mereka lebih memfokuskan perhatian pada pengaruh pertambahan

penduduk kepada pertumbuhan ekonomi. Misalkan luas tanah dan kekayaan alam

adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan.Menurut

pandangan dari teori Schumpeter, menekankan tentang pentingnya peranan

pengusaha di dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi.

Teori ini ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang

akan terus menerus membuat pembaruan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi.

Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggikan

efisiensi dalam memproduksikan suatu barang, memperluas pasar suatu barang ke

pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan

mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi perusahaan dengan tujuan

mempertinggi efisiensinya.

Todaro (2000) mengatakan Ada tiga faktor atau komponen utama dalam

pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa. Ketiga faktor tersebut adalah :

1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru

yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya

manusia.

11
2. Pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah

angkatan kerja.

3. Kemajuan teknologi.

Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi jika sebagian dari

pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan untuk

memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. Sehingga dapat

meningkatkan stok modal (capital stock) yang pada akhirnya akan diinvestasikan

lagi dalam bentuk pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan, dan bahan

baku. Sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan output di masa yang akan

datang. Pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah

angkatan kerja, yang terjadi beberapa tahun kemudian secara tradisional dianggap

sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi.

Jumlah tenaga kerja yang besar akan menambah jumlah tenaga kerja

produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran

pasar domestiknya lebih besar. Kemajuan teknologi dapat meningkatkan modal

dan tenaga kerja. Dimana peningkatan tenaga kerja terjadi jika penerapan

teknologi tersebut mampu meningkatkan mutu atau keterampilan kerja secara

umum.

12
BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

Pemanfaatan lahan pekarangan rumah merupakan salah satu alternatif

untuk mewujudkan kemandirian pangan dalam rumah tangga, kenapa bisa

demikian? Karena  dengan kegiatan ini sudah barang tentu masyarakat akan

menjadi terbiasa dan terdidik untuk memanfaatkan potensi yang ada  walau hanya

sejengkal tanah,  soal kebutuhan pangan dan gizi keluarga tidak perlu dipusingkan

lagi, pendapatan keluarga juga akan bertambah.

Bagi rumah tangga yang mempunyai pekarangan luas khususnya

dipedesaan pekarangan akan lebih mudah dikembangkan dan dimanfaatkan

seperti untuk bercocok tanam, beternak, dan membuat kolam ikan. Namun lain

halnya bagi masyarakat perkotaan  yang lahan pekarangan sempit bahkan tidak

ada sama sekali. Masalah luas atau sempit  hendaknya jangan dijadikan patokan

untuk bisa  atau tidak dalam pemanfaatan pekarangan rumah kita yang penting

ada kemauan pasti akan dapat terlaksana.

Untuk pekarangan yang luas tentu lebih bisa memilih jenis dan model

pengelolaan pekarangannya, namun bagi masyarakat yang pekarangannya sempit 

dapat diterapkan sistim TABULAPOT (tanaman Buah/bumbu dalam pot). Bila hal

ini dapat kita lakukan dan mengaturnya sesuai dengan penataan eksterior tentunya

pekarangan rumah akan tampak asri dan juga bermanfaat untuk upaya

diversifikasi pangan dan gizi yang secara langsung dapat berkontribusi

mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan kualitas kesehatan. Pemilihan

komoditi yang akan di kembangkan tentunya harus juga mempertimbangkan

13
pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta pengembangannya secara

komersial berbasis kawasan.

4. 1. Pemanfaatan Pekarangan Rumah Sebagai Upaya Pemenuhan

Kebutuhan Keluarga

Pada tahun 2019 dan 2020 di Kelurahan Mundam ada program

pemanfaatan perkarangan lestari (P2L) yang dimanfaatkan oleh Kelompok

Kemuning yang beranggotakan 30 0rang. Pada tahun 2021 ini Kelompok

Kemuning sudah dikategorikan mandiri dalam program pemanfaatan perkarangan.

Ada 30 anggota yang telah merasakan manfaat dari penanaman tanaman di

perkarangan. Karena di Kelurahan Mundam yang rata-rata masyarakat masih

memiliki halaman yang sedikit luas maka tekniknya penanaman ada yang di lahan

langsung maupun memakai polibeg ataupun dengan sistem vertikultur.

Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk

mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan

dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung

beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan

benda-benda bekas di sekitar kita. Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah

dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan

kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar

pendek.

Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara

lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim,cabe rawit, katuk, kemangi, tomat,

pare, kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya. Dari berbagai

14
contoh tanaman sayuran yang di papaprkan, penulis mengambil salah satu contoh

yang sering naik turun harga di pasaran adalah cabe rawit di tanam dalam polibag

dengan ukuran 40 cm x 50 cm dengan luas lahan 2 m2 maka, polibag yang akan

disediakan adalah sekitar 30 buah polibag, yang bisa di tanam dengan cabe rawit

10 polibag, 10 polibag tomat, 10 polibag tanaman terung ungu, maka dalam satu

halaman itu selain menimbulkan nilai estetika dan juga penganekaragaman jenis

sayuran untuk pemenuhan kebutuhan keluarga.

Biaya yang di keluarkan

Polibag ukuran 40 cm x 50 cm Rp 10. 000


Pembelian pupuk kandang 10 karung Rp 30.000
Rp 40.000

Tanaman yang di tanam yakni :

Jenis tanaman Produksi/satu tanaman Harga/kg Jumlah


10 polibag cabe rawit 750 gram x 10 = 7.500 Rp 35.000 Rp 262.500
gram
10 polibag tomat 2000 gram x 10 = 20.000 Rp 3.200 Rp 64.000
gram
10 polibag terung ungu 1000 gram x 10 = 10.000 Rp 4.000 Rp 40.000

Jumlah dari satu kali panen adalah sebesar Rp 366.500 maka dengan

memanfaatkan lahan yang ada di pekarangan dapat menghemat uang sebsar Rp

366.500 dari anggaran pemebanjaan rumah dan dapat dialokasikan untuk

kebutuhan lain yang lebih bermafaat, bahkan jika berkeinginan dan produksi dari

tanaman yang kita tanam dapt kita jual atau di komersilakan untuk uang tambahan

dapur bagi ibu rumah tangga khususnya.

15
Ilustrasi ini jika di lakukan dalam satu rumah di perumahan saja yang

hanya dengan lahan terbatas saja dapat mendatangkan keuntungan uang, jika ini

dilakukan oleh penduduk perumahan dan penduduk urban lainnya maka bisa di

bayangkan dan diperkirakan ketergantungan terhadap keetersediaan barang di

pasar ini akan tehindar jika setiap rumah memanfaatkan lahannya dengan baik dan

optimal maka jika harga sayuran tinggi pun ibu – ibu rumah tangga tidak akan

begitu pusing memikirkan harga yang kian hari terus meningkat.

Kemandirian yang seperti ini sangat diperlukan, agar keseimbangan harga

yang terjadi di pasar juga tidak akan melambung tinggi.

4.2. Manfaat dari Pemanfaatan Lahan Pekarangan sebagai upaya

Pemenuhan Kebutuhan Keluarga

Perkarangan Pangan Lestari (P2L) merupakan program yang dicanangkan

pemerintah dengan tujuan pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan

pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan

kemandirian pangan rumah tangga. KWT (Kelompok Wanita Tani) dalam

pelaksanaan program P2L. Luasan pekarangan yang dimiliki bervarisi dengan

rata-rata luasan sekitar 2x3 dan 3x4 m. Jenis sayuran yang ditanam dipekarangan

sebelum ada program P2L adalah cabe dan biasanya tanpa pemeliharaan.

Setelah ada program P2L jenis sayuran yang ditanam bertambah antara

lain cabai (besar dan kecil), kangkung, bayam, terong, pakcoy, selada, mentimum,

dan buah-buahan seperti pepaya serta tanaman obat seperti sereh dan kunyit.

Pekarangan sangat potensial untuk dijadikan lahan usaha tani sayuran sebagai

“warung hidup”. Disebut warung hidup karena hasil sayuran dapat dimanfaatkan

16
untuk memenuhi kebutuhan sayuran sehari-hari tanpa harus membeli dipasar.

Warung hidup dipekarangan memiliki berbagai fungsi antara lain sebagai berikut.

a. Sumber vitamin

Vitamin adalah zat makanan yang diperlukan untuk mempertahankan

kesehatan tubuh. Walaupun tidak terlau besar, kebutuhan vitamin sangat penting

artinya bagi tubuh manusia antara lain sebagai :

 Vitamin A berperan dalam pertumbuhan fisik dan penglihatan

 Vitamin B berperan dalam pertumbuhan fisik, menambah nafsu makan,

penyempurnaan pencernaan, memelihara kesehatan jaringan tubuh dan

membantu proses pembentukan sel-sel darah merah.

 Vitamin C berperan untuk meningkatkan daya tahan tubuh serta berperan

dalam pembentukan sel-sel darah dan jaringan tubuh.

 Vitamin D berperan dalam pembentukan tulang dan gigi.

 Vitamin E berperan dalam hal kesanggupan untuk menghasilkan

keturunan.

 Vitamin K berperan dalam proses pembekuan darah.

Kekurangan vitamin dapat menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan

masyarakat. Sering terjadi didalam masyarakat kita adalah kekurangan vitamin A

dan C. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan buta senja dan xerophtholmia.

Akibat yang sangat serius adalah kebutaan dan tidak dapat disembuhkan lagi.

Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan gusi berdarah. Jika kekurangan

vitamin C pada masa kanak-kanak, pertumbuhan gigi geligi akan terganggu. Pada

tingkat yang ringan memberikan gejala pada jaringan gusi, bisa dijumpai pada

anak-anak pra sekolah.

17
Kebutuhan akan vitamin A dan C dapat dipenuhi dari sayur-sayuran.

Beberapa jenis sayaur-sayuran yang kaya akan vitamin A (5.000 – 18.000 SI)

adalah bayam, sawi, kankung, kacang panjang, kecipir, katuk, dan kemangi.

Sementara beberapa jenis sayuran yang banyak mengandung vitamin C (50 – 275

mg) adalah katuk, lobak, bayam, petsai, oyong, dan cabai hijau besar.

b. Sumber Mineral

Mineral menempati sekitar 4% dari total berat tubuh manusia. Berdasarkan

macamnya, unsur mineral yang dibutuhkan oleh manusia adalah unsur K, Na, Ca,

Mg, P, S dan Cl sbagai mineral makro, serta unsure Fe, Cu, Co, Se, Zn, Cr dan

Mo sebagai mineral mikro.Mineral yang berkaitan erat dengan sayuran serta

apabila tidak terpenuhi akan menimbulkan masalah kesehatan adalah zat besi (Fe).

Kekurangan Fe menimbulkan animea gizi yang dapat mengakibatkan

produktifitas dan daya konsentrasi berkurang. Sayuran yang mengandung vitamin

C berperan meningkatkan absorpsi Fe dalam usus. Jenis sayuran yang banyak

mengandung zat besi antara lain bayam, kacang panjang, kecipir, lobak,

kangkung, katuk, kemangi, petsai, sawi, cabai, dan wortel.

c. Sumber Penganekaragaman (Diversivikasi) Makanan

Teori Blum mengatakan bahwa faktor perilaku sangat besar pengaruhnya

terhadap peningkatan derajat kesehatan. Salah satu unsur yang penting dalam 4

sehat 5 sempurna adalah sayuran. Penganekaragaman (diversifikasi) makanan

pada dasarnya menekankan pada konsumsi makanan yang bervariasi.

Membiasakan berfikir dan bertindak dalam memilih bahan makanan atas dasar

pedoman 4 sehat 5 sempurna, termasuk didalamnya sayuran penting dilakukan.

18
Oleh karena itu penanaman pekarangan dengan aneka jenis sayuran akan

merupakan sumber penganekaragaman makanan.

d. Sarana Kesehatan

Produk sayuran kaya akan zat gizi yang dibutuhkan untuk perbaikan gizi

keluarga dan sarana kesehatan masyarakat. Kampanye dengan moto “kembali ke

alam” mengisyaratkan pentingnya menggunakan makanan alami, termasuk

sayuran.Usaha intensifikasi pekarangan secara kontinu dengan budidaya sayuran

merupakan penunjang utama tingkat konsumsi sayuran, perbaikan kualtas hidup,

dan peningkatan pendapatan.

e. Sarana Rekreasi

Dalam proses penanaman tanaman cabe ataupun sayuran yang lainnya,

bisa di jadikan sarana rekreasi untuk mendekatkan dan meningkatkan

keharmonisan keluarga, kegiatan penaman bisa di lakukan pada hari libur

sehingga kesenangan dan keharmonisan antar keluarga bisa di ciptakan tanpa

harus pergi berekreasi keluar rumah dan mengeluarkan anggaran yang lebih.

4.3. Pertumbuhan Ekonomi di Kota Bangko

Kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan ekonomi, kegiatan

ekonomiadalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan

barang atau jasa tertentu sesuai dengan kebutuhannya. Kegiatan ekonomi, juga

dapat dikatakan sebagai kegiatan untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya.

Selain itu, kegiatan ekonomi juga dapat diartikan sebagai cara untuk mendapatkan

maupun mencapai tujuan. Dalam hal ini barang dan jasa. Jadi, dapat dikatakan

bahwa kegiatan ekonomi bertujuan untuk kemakmuran hidup individu. Manusia

19
saat ini dihadapkan bagaimanacara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik

sandang, pangan dan papan dengan menggunakan sumber daya yang sangat

terbatas, maka manusia melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Ekonomi, sumber daya, tekhnologi serta manusia merupakan satu kesatuan

yang tidak bisa terlepaskan.Pertumbuhan ekonomi masyarakat di kota Bangko

semakin hari semakin meningkat ini terlihat dari meningkatnya upah minimum

regional, dan juga pembangunan–pembangunan perumahan serta berbagai fasilitas

publik seperti,pembukaan lahan untuk di jadikan jalan raya, perumahan dan

sekolah. Hal ini mengakibatkan adanya perubahan alih fungsi lahan terutama

lahan pertanian, yang dijadikan berbagai bangunan untuk menunjang fasilitas

publik ataupun pribadi.

Alih fungsi lahan pertanian mengakibatkan produksi dari berbagai

komoditas menjadi menurun, sehingga ini mempengaruhi terhadap harga-harga

barang yang tersedia di pasaran yakni imbasnya adalah tingginya harga , maka

dengan solusi pemanfaatan lahan pekarangan untuk mengurangi harga tertinggi

produk pertanian yang ada dipasaran. Jika satu rumah tangga melakukan dan

menerapkan sistem seperti ini adalah dengan efek yang akan di rasakan dari

produk, harga dan juga kemadirian masyrakat yang tidak tergantung terhadap

produk yang ada di pasaran.

Pemanfaatan lahan pekarangan tidak hanya terfokus dengan penggunaan

menanam tanaman hortikultura, masih banyak jenis tanaman lain yang bisa

ditanam di pekarangan rumah, seperti tanaman obat-obatan yakni yang sering

dikenal saat ini adalah “warung hidup”, konsep yang seperti ini masih segelincir

20
masyarakat yang mengetahuinya, dikarenakan kembali lagi dari kesadaran yang

dimiliki masih rendah.

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman


(Strengths) (Weaknesses) (Opportunities) (Threats)
 Dukungan  Kurangnya  Berkembang  klim yang tidak
kebijakan tingkat kesadaran pesatnya menentu
pemerintah masyarakat kota tekhnologi  Penolakan
 Dapat terhadap pertanian lahan masyarakat
mendatangkan pemanfaatan terbatas dalam
keuntungan lahan pekarangan  Mendatangkan mengadopsi
secara finansial  Paradigma keuntungan pemanfaatan
dan kepuasan msayarakat yang secara finansial lahan
rohani menganggap  Adanya pekarangan
 Input yang pekarangan program rumah
mudah hanya untuk pemerintah
didapatkan dinikmati bukan yakni recycling
 Tekhnik yang du untuk
gunakan sangat dimanfaatkan
mudah  Ketergantungan
terhadap barang
yang tersedia di
pasar
Analisis SWOT Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Berdasarkan analisis SWOT tersebut maka dapat dilakukan beberapa

carauntuk menghindari ancaman dan meningkatkan kekuatan yang ada sehingga

kesadaran dan kepedulian akan produk pertanian ini lebih meningkat secara

signifikan. Upaya-upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah menjadikan

adanya rumah percontohan yang peduli akan pemanfaatan pekarangan rumah,

dikarenakan pada umumnya penduduk akan mengadopsi suatu yang baru dengan

cara melihat terlebih dahulu dari pemanfaatan lahan pekarangan yang terlihat

lebih indah dan juga sejuk untuk dilihat pandang mata.

Tingkat kesadaran penduduk harus, diiringi dengan penjelasan dan

pemahan tentang keuntungan secara finansial yang dapat di datangkan dari

pemanfaatan lahan pekarangan, dikarenakan suatu tindakan dalam menyadarkan

tingkat kesadran penduduk harus diikutsertakan dalam pembahasan, agar

21
penduduk lebih tertarik dalam megadopsi percontohan pemanfaatan lahan

pekarangan.

BAB V

22
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Dari pemaparan tersebut di atas makadapat di tarik kesimpulanadalah

sebagai berikut :

1. Dengan pemanfaatan lahan yang dilakukan dapat mendatangkan

keuntungkan, dapat juga melatih kemandirian penduduk urban yang ada di

kota Bangko.

2. Jenis sayuran yang ditanam dipekarangan sebelum ada program KRPL

adalah cabe dan biasanya tanpa pemeliharaan. Setelah ada program KRPL

jenis sayuran yang ditanam bertambah antara lain cabai (besar dan kecil),

kangkung, bayam, terong, pakcoy, selada, mentimum, dan buah-buahan

seperti pepaya serta tanaman obat seperti sereh dan kunyit. Pekarangan

sangat potensial untuk dijadikan lahan usaha tani sayuran sebagai “warung

hidup”. Disebut warung hidup karena hasil sayuran dapat dimanfaatkan

untuk memenuhi kebutuhan sayuran sehari-hari tanpa harus membeli

dipasar. Warung hidup dipekarangan memiliki berbagai fungsi antara lain

sebagai berikut.Sumber vitamin, mineral,ekuntungan, kemandiriaan,

sarana kesehatan, sarana rekreasi dsb.

3. Tingkat kesadaran yang dimiliki oleh penduduk kota Bangko masih sangat

rendah, dikarenakan mobilitas penduduk kota Bangko yang sanagat tinggi

sehingga rendahnyakesadaran untuk pemanfaatan lahan pekarangan

sempit.

5.2.Saran

23
Berdasarkan hasil analisis pemanfaatan lahan pekarangan merupakan

gagasan kecil tapi berdampak besar terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga dan

juga dapat di jadikan lahan untuk di komersilkan. Demikian direkomendasikan

kepada berbagai pihak untuk bekerjasama dalam mengembangkan pemanfaatan

lahan pekarangan ini. Pemerintah disarankan agar konsep ini disisipkan dalam

rencana peningkatan kesejahteraan penduduk urban. Dinas pertanian diharapkan

dan disarankan untuk menggunakan analisis ini sebagai upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

24
Adiyoga, Witono.2003. Prospek Pengembangan Pertanian
Usaban(Perkotaan).Makalah Disampaikanpada Diseminasi Prospek
Pengembangan Sayuran di Perkotaan.11-13 Agustus 2003.Balai Penelitan
Tanaman Sayuran,Lembang,Bandung.

Anny, Mulyani.2011.Penguatan Ketahanan Pangan untuk Menekan Jumlah


Penduduk Miskin dan Rentan Pangan di Tingkat Nasional dan
Regional.Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional.11-12 Juli
2011.IPB CC,Bogor.

Anonim.2011.Intensifikasi Lahan Pekarangan.


URL:http//wwwsetiono774.blogsot.com (diaksestanggal 19 maret 2016)

Anonim.2011.Pertanian Pekarangan Setiap Kabupaten Wajib Memiliki Satu


Desa RPL.
URL:http//www.etradinggalery.blogsot.com (diaksestanggal 19 maret
2016)

http://indonesiaberkebun.org/

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/44859 (diakses tanggal 19 maret


2016)

http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/06/tinjauan-pustaka-ruang-
terbuka-hijau.html

http://green.kompasiana.com/penghijauan/2014/02/09/pemanfaatan-lahan-
pekarangan-untuk-kebutuhan-pangan-keluarga-633930.html

http://id.wikisource.org/wiki/Kitab_Undang-Undang_Hukum_Perdata

http://rosytaelf.blogspot.com/2013/09/contoh-merangkum-buku-ilmu-
pengetahuan.html

http://uripsantoso.wordpress.com/2011/03/08/optimalisasi-pemanfaatan-
pekarangan-menjadi-taman-sayur-yang-produktif/

25

Anda mungkin juga menyukai