Anda di halaman 1dari 91

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 16.056 pulau.

Luas wilayah Indonesia sebesar 5.455.675 km2 dengan 2/3 wilayahnya adalah

lautan dan 1/3 daratan. Sebagian besar masyarakat Indonesia bermata pencaharian

sebagai petani. Wilayah Indonesia memiliki potensi alam yang sangat besar. Hal

ini menyebabkan masyarakat khususnya petani mengolah dan memanfaatkan alam

tersebut (BPS, 2018).

Data menunjukkan masyarakat petani di Indonesia pada tahun 1963

sebanyak 12,2 juta meningkat menjadi 25,6 juta pada tahun 2013. Luas lahan

pertanian pada tahun yang sama sebesar 19,6 juta hektar dan hanya 25 %

diantaranya yang berupa sawah, sedangkan sisanya adalah lahan kering. Pada

tahun 1983 luas lahan sawah 5,7 juta hektar kemudian menurun terus pada

tahun 2013 menjadi 5 juta hektar. Lahan pertanian ini tersebar dari Sabang

sampai Marauke (BPS, 2013).

Pembahasan berkaitan dengan petani dan pendapatannya

bersinggungan dengan luas lahan. Penelitian Mardikanto (2006)

menyebutkan bahwa bagi petani kecil dengan luas sekitar 0,25 hektar,

pendapatan on farm (di pertanian) hanya memberikan sumbangan sekitar 20

– 30 % terhadap pendapatan keluarganya. Petani yang memiliki luas lahan 1

hektar pendapatan non farm (non pertanian) hanya menyumbang 70 %

terhadap pendapatan keluarga. Menghadapi situasi seperti ini, petani

1
berupaya meningkatkan pendapatannya dengan berusaha memperoleh double

income (pendapatan ganda) dari berbagai sumber pendapatan di luar usaha

taninya, salah satunya dengan cara memanfaatkan lahan pertanian untuk

kegiatan ekonomi. Dalam konteks itu, konversi lahan terjadi di mana-mana.

Konversi lahan dalam arti luas merupakan konsekuensi logis dari

peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk serta proses pembangunan.

Berkurangnya proporsi lahan pertanian sering terjadi terutama di wilayah

sekitar kota. Perluasan pengembangan permukiman dan kawasan industri/

pariwisata telah memperkecil lahan-lahan pertanian. Implikasinya, luas lahan

garapan petani menjadi semakin berkurang.

Pemanfaatan lahan pertanian yang berubah menjadi areal permukiman

telah berlangsung sejak tahun 1990-an. Dalam beberapa hal, alih fungsi lahan

pertanian ke penggunaan lainnya bersifat dilematis. Konsekuensi logis

alihfungsi lahan merupakan bagian dari Pertambahan penduduk dan kegiatan

ekonomi yang pesat di beberapa wilayah, meski dipahami bahwa

pertambahan jumlah penduduk tentu memerlukan supply bahan pangan dari

lahan pertanian yang sebagian menjadi tempat permukiman dan kegiatan

ekonomi, sementara itu, dengan lahan pertanian yang ada dan berjumlah

tetap, membuat masyarakat baik dari etnis lokal maupun dari etnis lain selalu

bersaing untuk mendapatkan dan memanfaatkan lahan pertanian yang ada

sehingga berdampak peningkatan nilai lahan (land rent), walaupun tidak

diperuntukkan sebagai lahan pertanian lagi, tetapi lebih kepada pembangunan

permukiman dan kegiatan ekonomi masyarakat (Anonim, 2012).

2
Berbicara penggunaan lahan sering dihubungkan dengan kegiatan

manusia sesuai peruntukkannya. Menarik pula untuk mengelompokkan

penggunaan lahan pertanian dan non-pertanian. Bergesernya lahan pertanian

menjadi areal permukiman dan kegiatan ekonomi masyarakat dapat menjadi

konsekuensi dari perubahan itu sendiri. Dalam hal ini ada yang menggunakan

tanah untuk lahan pertanian, terdapat pula diantara warga menjadikan tempat

permukiman untuk beraktivitas. Namun tidak dapat dipungkiri, tanah juga

diperuntukkan bagi kegiatan ekonomi, pemerintahan, agama, dan bangunan

lainnya. Menyadari begitu pentingnya manfaat tanah sesuai peruntukkannya,

seringkali menjadi pertimbangan ekonomi yang lebih menguntungkan.

Sebagaimana halnya tanah pertanian sawah disepanjang Jalan Timor

Raya Noelbaki, Kabupaten Kupang yang biasanya ditanami padi berubah

menjadi permukiman penduduk, pasar, bangunan toko, kios, rumah makan,

terdapat diantaranya disewakan, namun ada pula yang dibelikan dari pemilik

lahan. Fenomena ini tentunya menjadi perhatian bagi pendatang untuk

mengembangkan usaha di bidang ekonomi. Hal ini pula menggambarkan

semakin kompleksnya aktivitas penduduk yang tersebar ke dalam berbagai

kelompok. Keberagaman kelompok juga membentuk struktur sosial

berdasarkan jenis pekerjaan yang digeluti, menunjuk pada berbagai

keberagaman, sehingga tanah pertanian sawah tidak lagi menjadi ciri

penduduk setempat di Jalan Timor Raya.

Data menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di Desa Noelbaki

dari tahun 2011 dan 2012 meningkat dari 6.108 jiwa menjadi 6.315 jiwa,

3
pada tahun 2013 meningkat menjadi 6.537 jiwa. Pertumbuhan penduduk

Desa Noelbaki dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 terjadi

peningkatan sebanyak 429 jiwa (7,02%). Dari jumlah penduduk yang ada,

sebanyak 80 % kepala keluarga yang dari etnis lokal dan sisanya 20 % dari

etnis lain.

Hal ini berbanding terbalik dengan luas lahan pertanian di Desa

Noelbaki yang mencatat penurunan luas lahan pertanian pada tahun 2011

seluas 1.117 Ha (pertanian lahan basah 463 Ha dan pertanian lahan kering

654 Ha) menjadi 1.114 Ha (pertanian lahan basah 462 Ha dan pertanian lahan

kering 652 Ha) dan pada tahun 2013 luas lahan pertanian yang tersisa tinggal

1.110 Ha (pertanian lahan basah 460 Ha dan pertanian lahan kering 650 Ha)

atau dengan kata lain dalam kurung waktu tiga tahun belakangan ini luas

lahan pertanian di Desa Noelbaki menurun seluas 7 Ha (0,62%) (Monografi

Desa Noelbaki, 2018).

Berkaitan dengan alih fungsi lahan, fakta awal di Desa Noelbaki

menggambarkan 105 kepala keluarga mengalihkan lahan pertanian untuk

beberapa fungsi seperti perumahan, tempat berjualan, kantor, dan sekolah

(Kantor Desa Noelbaki, 2018). Disebutkan, letak wilayah Desa Noelbaki

yang berada di jalur utama Jalan Timor Raya dan posisinya yang dekat

dengan Kota Kupang menyebabkan persawahan di Noelbaki mudah dialihkan

fungsinya untuk tujuan lain.

Data awal menunjukan bahwa berdasarkan jumlah lahan pertanian per

kepala keluarga secara keseluruhan, rata-rata setiap masyarakat petani hanya

4
memiliki lahan 1 Ha. Dari data jumlah lahan yang saya teliti diantara

informan yang di wawancarai, bahwa dari sepuluh informan, ada tujuh

informan yang menunjukan ukuran jumlah lahan mereka masing-masing.

Dari 1 Ha lahan yang mereka miliki, dimana ada 600-800 m2 lahan mereka

sudah dialihfungsikan, dengan tujuan pengalihfungsian yang berbeda-beda.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka menarik untuk dikaji

lebih dalam mengenai ”Konversi Lahan Pertanin di Jalan Timor Raya

Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang

dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

1) Apa sajakah faktor penyebab terjadinya konversi lahan pertanian di Jalan

Timor Raya, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten

Kupang?

2) Bagaimanakah pengaruh dari Konversi lahan pertanian tersebut terhadap

kehidupan sosial ekonomi masyarakat?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian juga menjadi menarik untuk dikemukakan dalam

pembahasan ini. Untuk itu, yang menjadi tujuan penelitian adalah

1. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya konversi lahan pertanian

di Jalan Timor Raya, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah,

Kabupaten Kupang.

5
2. Untuk mengetahui pengaruh konversi lahan terhadap kehidupan

masyarakat di daerah yang mengalami konversi lahan pertanian di Jalan

Timor Raya, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten

Kupang.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat pula menjadi perhatian untuk dikemukakan.

Dalam hal ini manfaat penelitian dapat di jelaskan secara teoritis dan praktis.

1. Manfaat teoritis

a. Sebagai bahan untuk menambah khasanah pustaka dan sumber

referensi bagi peneliti selanjutnya.

b. Penelitian ini dapat pula dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Memberikan informasi baru bagi peneliti tentang faktor penyebab

terjadinya konversi lahan pertanian serta Pengaruh dari Konversi

Lahan Tersebut pada Perekonomian Masyarakat yang mengalami

Konversi Lahan di Jalan Timor Raya Desa Noelbaki Kecamatan

Kupang Tengah Kabupaten Kupang.

b. Agar dapat menjadikan masyarakat lebih memahami akan akibat dari

Konversi Lahan Pertanian di Jalan Timor Raya Desa Noelbaki

Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penjelasan Konsep

Perlu diketahui bahwa dalam setiap kalimat judul memiliki makna

yang berbeda-beda, maka penulis mencoba menjelaskannya dalam bentuk

pernyataan konsep. Bagian ini akan menjelaskan beberapa konsep terkait

konversi lahan.

2.1.1. Konversi

Alih fungsi lahan atau konversi lahan pertanian merupakan kegiatan

diubahnya lahan yang semula merupakan lahan yang digunakan untuk

kegiatan bertani seperti menanam padi dan lain-lain menjadi lahan untuk

keperluan lainnya. jadi Alih fungsi lahan adalah dirubahnya fungsi lahan

yang telah di rencanakan atau sudah digunakan untuk pertanian baik itu

sebagian maupun seluruh kawasan di alih fungsikan ke sektor

pembangunan dan lain-lain. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai

berubahnya guna lahan awal yang telah dialih fungsikan ke guna lahan

lain yang telah di rencanakan oleh pihak-pihak tertentu yang bersangkutan

dengan pengalihfungsian lahan tersebut guna kegiatan bisnis guna meraih

keuntungan lebih.

Alih fungsi lahan cenderung menjadi masalah (bersifat negatif) di

dalam sektor pertanian, akan tetapi masih banyak lahan pertanian yang di

alih fungsikan karena tekanan ekonomi pada masa-masa krisis ekonomi

atau rendahnya hasil jual di bidang pertanian yang menyebabkan banyak

7
petani yang menjual aset lahannya yang berupa perkebunan atau

persawahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang secara tidak

langsung menyebabkan meningkatnya alih fungsi lahan pertanian dan

makin meningkatkan penguasaan-penguasaan lahan pada pihak- pihak

yang memiliki modal tinggi atau masyarakat tingkat atas (high class).

Sedangkan Bagi para petani, lahan mempunyai arti yang sangat penting

karena dari lahan mereka dapat mempertahankan hidup bersama

keluarganya melalui kegiatan bercocok tanam dan beternak. Karena lahan

merupakan faktor produksi dalam berusaha tani, maka status penguasaan

terhadap lahan menjadi sangat penting yang berkaitan dengan keputusan

jenis komoditas apakah yang akan diusahakan dan berkaitan dengan besar

kecilnya bagian yang akan diperoleh dari usaha tani yang diusahakan.

Pengertian konversi atau alih fungsi lahan secara umum menyangkut

transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan

ke penggunaan lainnya. Konversi lahan pertanian ini tidak terlepas dari

situasi ekonomi Secara keseluruhan. Di negara-negara berkembang

konversi lahan umumnya dirangsang oleh transformasi struktur ekonomi

yang semulah bertumpu pada sektor pertanian ke sektor yang lebih bersifat

industrial. Proses transformasi ekonomi tersebut selanjutnya merangasang

terjadinya migrasi penduduk ke daerah-daerah pusat kegiatan bisnis

sehingga lahan pertanian yang lokasinya mendekati pusat kegiatan bisnis

dikonversi untuk pembangunan kompleks perumahan.

8
Konversi lahan pertanian ke non pertanian bukan semata-mata

sebagai fenomena fisik yang berpengaruh terhadap berkurangnya luas

lahan pertanian, melainkan sebuah fenomena yang bersifat dinamis

mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakat secara lebih luas, tidak

hanya berkaitan dengana aspek ekonomi, juga terkait dengan perubahan

sosial dan budaya masyarakat.

2.1.2. Konversi Lahan

Pada hakikatnya peralihan fungsi lahan dapat dilakukan tentunya cukup

beralasan untuk perbaikan kondisi sosial ekonomi adanya. Konversi lahan

menunjuk pada peralihan fungsi lahan.

Menurut Kustiawan (1997) konversi lahan berarti alih fungsi atau

mutasinya lahan secara umum menyangkut transformasi dalam

pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan

lainnya. Pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan

perubahan fungsi lahan pertanian. Proses terjadinya alih fungsi lahan

pertanian ke penggunaan non pertanian disebabkan oleh beberapa faktor.

Peralihan fungsi lahan dapat terjadi dari pertanian ke non pertanian.

Sebagaimana halnya fungsi lahan yang terjadi di Noelbaki dari lahan

pertanian ke areal pembangunan Perumahan warga, Ruko, Pertamina serta

Pasar.

Supriyadi (2004) menyatakan bahwa setidaknya ada tiga faktor

penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah sebagai

berikut:

9
1. Faktor eksternal; merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya

dinamika pertumbuhan perkotaan (fisik maupun spasial), demografi

maupun ekonomi.

2. Faktor internal; faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh

kondisi sosial ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan.

3. Faktor kebijakan; yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan.

Dalam suatu pemahaman yang menunjukan bahwa ketika konversi

lahan menjadi bagian dari pembangunan maka menjadi urusan yang di

sengaja.

Menurut Agus (2004) konversi lahan sawah adalah suatu proses

yang disengaja oleh manusia (anthropogenic), bukan suatu proses alami.

Kita ketahui bahwa percetakan sawah dilakukan dengan biaya tinggi,

namun ironisnya konversi lahan tersebut sulit dihindari dan terjadi setelah

sistem produksi pada lahan sawah tersebut berjalan dengan baik. Konversi

lahan merupakan konsekuensi logis dari peningkatan aktivitas dan jumlah

penduduk serta proses pembangunan lainnya. Konversi lahan pada

dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, namun pada kenyataannya

konversi lahan menjadi masalah karena terjadi di atas lahan pertanian yang

masih produktif.

Menurut Wahyunto (2001), perubahan penggunaan lahan dalam

pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut

terjadi karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi

kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan kedua

10
berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih

baik.

Utomo (1992) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya

disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau

seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan)

menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap

lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian

perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-

faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi

kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya

tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus

meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan

perkembangan struktur perekonomian. Alih fungsi lahan pertanian sulit

dihindari akibat kecenderungan tersebut. Beberapa kasus menunjukkan

jika di suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan, maka dalam waktu yang tidak

lama lahan di sekitarnya juga beralih fungsi secara progresif.

Alih fungsi lahan biasanya terkait dengan proses perkembangan

wilayah, bahkan dapat dikatakan bahwa alih fungsi lahan merupakan

konsekuensi dari perkembangan wilayah. Sebagian besar alih fungsi lahan

yang terjadi, menunjukkan adanya ketimpangan dalam penguasaan lahan

yang lebih didominasi oleh pihak kapitalis dengan mengantongi izin

mendirikan bangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

11
Kebijakan pemerintah menyangkut pertanian ternyata sebagian

besarnya tidak berpihak pada sektor pertanian itu sendiri. Hal ini terlihat

dengan semakin banyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non

pertanian. Lahan pertanian menjadi korban untuk memenuhi kebutuhan

akan permukiman dan industri yang tidak bertanggung jawab. Alih fungsi

lahan pertanian merupakan konsekuensi dari akibat meningkatnya

aktivitas dan jumlah penduduk serta pembangunan yang lainnya.

Wibowo (1996) menambahkan bahwa pelaku pembelian tanah

biasanya bukan penduduk setempat, sehingga mengakibatkan

terbentuknya lahan-lahan guntai yang secara umum rentan terhadap proses

alihfungsi lahan. Alih fungsi lahan sebagian besar untuk kegiatan

pembangunan perumahan dan sarana publik.kesamaan penelitian yang

akan di lakukan adalah sama-sama meneliti tentang alih fungsi lahan.

Perbedaannya adalah dalam penelitian yang dilakukan Wibowo, pelaku

pengalian fungsi lahan adalah mereka yang bukan masyarakat setempat

sedangkan penelitian yang di lakukan peneliti pelaku alih fungsi lahan

sangat dominan dilakukan oleh masyarakat setempat yang adalah pemilik

lahan itu sendiri.

Menurut Iqbal dan Sumaryanto (2007), secara empiris lahan

pertanian yang paling rentan terhadap alih fungsi adalah sawah. Hal

tersebut disebabkan oleh: Kepadatan penduduk di pedesaan yang

mempunyai agroekosistem dominan sawah pada umumnya jauh lebih

tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering, Daerah pesawahan

12
banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan, infrastruktur

wilayah pesawahan pada umumnya lebih baik dari pada wilayah lahan

kering, serta pembangunan prasarana dan sarana pemukiman, kawasan

industri, dan sebagainya cenderung berlangsung cepat di wilayah

bertopografi datar, dimana pada wilayah dengan topografi seperti itu

(terutama di Pulau Jawa) ekosistem pertaniannya dominan areal

persawahan.

Konversi lahan pertanian di kota semarang akan berdampak luas,

yakni terjadinya pergeseran struktur ketenaga kerjaan, pemilikan dan

penguasaan lahan, serta transformasi struktor ekonomi dari pertanian ke

industri, juga mobilitas penduduk. Dari aspek ekonomi akan mengurangi

ketahanan pangan bagi produksi pertanian. Bagi masyarakat petani akan

kehilangan pekerjaan sehingga daya beli menurun karena belum tentu

petani dapat pekerjaan baru yang lebih baik.

Konversi lahan pertanian adalah suatu hal tidak dapat dihindari

sebagai konsekuensi logis pembangunan, sehingga perlu sebuah

perencanaan penggunaan lahan yang baik dalam rangka pengendalian

konversi lahan pertanian di Kota Semarang. Untuk itu perlu diketahui

lebih dahulu mengenai pola dan intensitas konversi lahan pertanian di

Kota Semarang (Hariyanto, 2010).

Kesamaan peneliti dengan peneliti sebelumnya adalah sama-sama meneliti

tentang tentang lahan yang dialihfungsikan; perbedaannya adalah pada

penelitian yang dilakukan Iqbal dan Sumaryanto, lahan yang dialih

13
fungsikan lebih banyak terjadi pada lahan sawah sedangkan penelitian

yang dilakukan peneliti, alih fungsi lahan terjadi pada semua lahan yang

memang di peruntukan untuk lahan pertanian, baik lahan basah maupun

lahan kering. Konversi lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

konversi lahan pertanian di Jalan Timor Raya Desa Noelbaki Kecamatan

Kupang Tengah Kabupaten Kupang.

2.1.3. Pertanian

Secara umum, pertanian adalah suatu kegiatan manusia dalam

memanfaatkan sumber daya hayati untuk dapat menghasilkan bahan

pangan, sumber energi, bahan baku industri dan untuk mengolah

lingkungannya.

Secara luas, konsep pertanian yaitu pemanfaatan sumber daya

hayati yang dilakukan oleh manusia dengan cara menanam tanaman

produktif yang dapat dihasilkan dan dapat dipergunakan untuk kehidupan

atau seluruh yang mencakup pertanian, perkebunan, kehutanan,

peternakan, dan perikanan yang hasilnya dapat diginakan untuk kehidupan

manusia. Arti pertanian secara sempit merupakan proses budidaya

tanaman pada suatu lahan yang hasilnya dapat mencukupi kebutuhan

manusia atau proses bercocok tanam yang dilakukan dilahan yang telah

disiapkan sebelumnya dan dikelolah menggunakan cara manual tanpa

terlalu banyak menggunakan manajemen(www.pengertianku.net/2016/06).

Pertanian merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang bertujuan

untuk menghasilkan bahan pangan, ternak dan produk agroindustri lainnya

14
dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. pengertian

pertanian dibedakan menjadi dua yaitu dalam arti luas dan sempit.

Pertanian dalam arti luas merupakan usaha manusia dalam memanfaatkan

lingkungan alam dengan maksud untuk memperoleh hasil yang berasal

dari tanaman dan atau hewan. Pertanian dalam arti sempit merupakan

usaha manusia dalam memanfaatkan lingkungan alam dengan maksud

untuk memperoleh hasil yang berasal dari tanaman dan atau hewan dengan

jalan meningkatkan produksi. Pengertian pertanian yang lain adalah

sejenis proses produksi yang khas, didasarkan atas proses-proses

pertumbuhan tanaman dan hewan dalam suatu usaha tani (Mosher,1985).

2.1.4. Masyarakat

Koentjaraningrat mengemukakan : “bahwa suatu masyarakat

hendaknya memiliki empat cirri, yaitu (1) interaksi antar warga, (2) adat

istiadat,norma-norma,hukum,serta aturan-aturan yang mengatur pola

tingkah laku warga, (3) kontinuitas dalam waktu, (4) rasa identitas yang

mengikat semua warga”.

Seorang tokoh sosiologi modern, Talcot Parson (1968), dalam

Sunarto (2000:54) juga merumuskan kriteria bagi adanya

masyarakat.Menurutnya masyarakat ialah suatu sistem sosial yang

swasembada (self subsistent), melebihi masa hidup individu normal, dan

merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi

terhadap generasi berikutnya.

15
2.1.5. Ekonomi

Secara jamak bahwa ekonomi adalah merupakan cabang ilmu yang

mempelajari tentang kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya, aspek-aspek yang dikaji meliputi system produksi, sistem

distribusi serta penggunaannya atau cara mengkonsumsinya baik barang

ataupun jasa yang menurut wilkpedia ekonomi pada akhirnya memperoleh

penghargaan/gelar untuk mendapatkan kekuasaan ataupun untuk sosial

kemanusiaan atau saling membantu antara sesama manusia.

Menurut Abraham Maslow, pengertian ekonomi adalah suatu

bidang keilmuan yang akan menghasilkan permasalahan kehidupan

manusia melalui pengemblengan seluruh sumber ekonomi yang ada

berdasarkan pada prinsip dan teori dalam suatu sistem ekonomi yang

dianggap efektif dan efisien. Secara umum pengertian ekonomi ialah salah

satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan

dengan produksi, distribusi dan konsumsi terhadap barang dan jasa

(http:/www.sekolah pendidikan.com).

2.1.6. Pendapatan

Pendapatan nasional merupakan seluruh pendapatan yang diterima

oleh seluruh anggota masyarakat atau seluruh rumah tangga keluarga

(RTK) dalam suatu Negara dengan kurun waktu tertentu, biasanya dalam

waktu satu tahun. Pendapatan nasional dapat juga diartikan sebagai hasil

produksi nasional, yang berarti nilai hasil produksi yang dihasilkan oleh

16
seluruh anggota masyarakat suatu negara dalam waktu tertentu, bisanya

satu tahun, (http:/www.jurnal.id).

2.1.7. Pembangunan

Pembangun sering kali dikaitkan dengan ekonomi, politik, mental

dan berbagai bidang lainnya. Selain itu, pembangunan juga sering kali di

kaitkan dengan perubahan kearah yang lebih baik atau perubahan dari hal

lama ke hal baru. Jadi, secara singkat pengertian pembangunan adalah

setiap kegiatan terencana guna mencapai perubahan kearah yang lebih

baik.

Menurut Shoemaker, pembangunan adalah suatu jenis perubahan

sosial dimana ide-ide baru diperkenalkan kepada suatu sistem sosial untuk

menghasilkan pendapatan perkapita dan tingkat kehidupan yang lebih

tinggi melalui metode produksi yang lebih modernisasi pada tingkat sistem

sosial, (www.pelajaran.co.id).

2.2. Penelitian Terdahulu.

Menarik untuk di pertimbangkan bahwa sebelum menghasilkan

sebuah hasil karya tulis, tentu para penulis pernah melihat hasil karya tulis

orang lain dan ini menjadi referensi untuk penulis selanjutnya bisa

menghasilkan karya tulis yang baru dan dalam formulasi kalimat yang

berbeda pula dan dalam penulisan proposal ini penulis mencoba

menggunakan hasil penelitian sebelunya untuk dijadikan pedomaan

tentang bagaimana melihat sebuah masalah dan menyelesaikannya.

Adapun penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:

17
1. Bernadina M.A Bria, 2013; Meneliti tentang Dampak Alih Fungsi

Lahan Pertanian Ke Non Pertanian Terhadap Sosial Ekonomi

Masyarakat Di Desa Wehali Kecamatan Malaka Tengah Kabupaten

Malaka, Nusa Tenggara Timur. Tujuan penelitian untuk mengetahui

faktor-faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya alih fungsi

lahan pertanian, perubahan luasan dan bentuk penggunaan lahan

pertanian, mengkaji dampak alih fungsi lahan pertanian ke non

pertanian terhadap kondisi sosial ekonomi dan lingkungan di Desa

Wehali. Lokasi penelitian di Desa Wehali Kecamatan Malaka Tengah

Kabupaten Malaka. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan

sekunder. Metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis

statistik yaitu analisis tabel frekuensi, chi square, regresi logistik

biner, korelasi, regresi berganda. Hasil penelitian dianalisis secara

deskriptif dalam bentuk tabel, gambar dan grafik. Penelitian ini

menunjukkan bahwa hasil prediksi untuk faktor yang mempengaruhi

rumah tangga melakukan atau tidak melakukan alih fungsi lahan

sawah adalah tingkat pendidikan, pendapatan pertanian, pendapatan

non pertanian dan luas lahan sawah. Faktor pendorong yang

menyebabkan rumah tangga melakukan alih fungsi lahan sawah yaitu

usia pemilik lahan cenderung berusia 15 tahun sampai dengan 49

tahun, tingkat pendidikan yang tinggi, memiliki jumlah anggota

keluarga petani sedikit, pendapatan pertanian tinggi, pendapatan non

pertanian rendah, memiliki luas lahan sawah yang besar, lokasi lahan

18
sawah yang dimiliki terdapat akses jalan dan memiliki akses yang

lebih dekat dengan fasilitas/sarana permukiman. Selain itu harga

lahan sawah yang cenderung rendah mudah dialih fungsikan.

Penurunan luas lahan sawah di Kecamatan Malaka Tengah pada tahun

2013-2015 sebesar 687 hektar disertai penurunan luas lahan panen di

Desa Wehali pada tahun 2013-2015 sebesar 191 hektar. Bentuk

perubahan lahan sawah menjadi lahan non pertanian yaitu rumah

tinggal, infrastruktur, bangunan usaha berupa kos, bengkel, mebel,

kios, dan lahan sawah yang telah di timbun. Dampak positif yang

dirasakan yaitu terjadinya peningkatan pendapatan non pertanian dan

meningkatnya kesempatan kerja non pertanian. Sedangkan dampak

negatif yaitu sistem gotong royong yang mulai memudar, menurunnya

lahan pertanian dan meningkatnya lahan non pertanian, sistem

drainase yang mulai terganggu, perubahan suhu udara yang semakin

panas, sering terjadi banjir dan kekeringan.

Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan

penulis lakukan yaitu persamaan pada penentuan jenis data primer

dan sekunder. Selain itu ada pula persamaan lain yaitu sama-sama

meneliti faktor-faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya alih

fungsi lahan pertanian. Perbedaan dari penelitian ini dengan

penelitian yang akan penulis lakukan adalah perbedaan lokasi

penelitian, di mana lokasi dari penelitian yang akan penulis lakukan

19
adalah di Jalan Timor Raya Desa Noelbaki Kecamatan Kupang

Tengah Kabupaten Kupang.

2. Nurma Kumala Dewi, 2013, Mengidentifikasi Alih Fungsi Lahan

Pertanian dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Pinggiran

di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Metode pendekatan

penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian

ini menggunakan analisis spasial untuk menghitung luas perubahan

lahan dan menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat di

tiap lokasi, serta analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif

komparatif untuk menggambarkan kondisi sosial ekonomi

masyarakat terkait alih fungsi lahan. Teknik sampling yang dipakai

menggunakan Metode Stratified Random Sampling yang membagi

populasi menjadi kelompok berdasarkan jenis pekerjaan yaitu petani

dan bukan petani dengan jumlah sampel 69 responden. Tujuan

penelitian adalah untuk mengidentifikasi perkembangan alih fungsi

lahan pertanian menjadi lahan terbangun (nonpertanian) dan

menganalisis kondisi sosial ekonomi masyarakat terkait alih fungsi

lahan pertanian di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

Pertambahan penduduk dan perkembangan Kota Semarang yang

mengarah hingga ke daerah pinggiran (wilayah peri-urban)

menyebabkan kebutuhan lahan di area pinggiran kota semakin

meningkat. Adanya alih fungsi lahan terutama lahan pertanian

tentunya menyebabkan terjadinya perubahan kondisi sosial ekonomi

20
masyarakat disana. Dari alih fungsi lahan tersebut sangat

dimungkinkan terjadi perubahan mata pencaharian penduduk. Dari

yang awalnya petani, menjadi bukan petani, atau bahkan menjadi

pengangguran. Jika dibiarkan terus-menerus, hal tersebut dapat

mengancam keberlanjutan sistem livelihood (mata pencaharian)

masyarakat peri-urban khususnya petani. Berdasarkan hasil

penelitian, alih fungsi lahan pertanian terjadi secara progresif pada

aera-area pengembangan seperti pada area dekat pusat kota, pada

kawasan pendidikan, dan pada koridor yang merupakan pintu masuk

ke Kecamatan Gunungpati. Bagi petani yang kehilangan lahan

sawahnya mayoritas mengalami penurunan pendapatan. Hal ini

dikarenakan tingkat pendidikan dan ketrampilan para petani yang

terbatas atau tergolong rendah, sehingga mereka tidak dapat

mengakses pekerjaan formal. Selain itu, karena hilangnya lahan

pertanian, saat ini mereka mencari kegiatan ekonominya masing-

masing secara berbeda. Adanya perbedaan aktivitas ekonomi dan

didorong masuknnya penduduk pendatang pada area mereka

membuat kekerabatan antar warga menjadi memudar.

Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan

penulis lakukan yaitu menganalisis kondisi sosial ekonomi

masyarakat terkait alih fungsi lahan pertanian. Perbedaan dari

penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah

21
metode pendekatan penelitian yang di gunakan, teknik analisis data

dan tempat atau lokasi penelitian.

2.3. Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori tata guna lahan dan nilai lahan

yang dikemukakan oleh (Yunus, 2008). Teori ini menjelaskan bahwa

wilayah pinggiran sebagai wilayah peri urban atau didefinisikan sebagai

wilayah yang ditandai dengan percampuran kenampakan fisikal kekotaan

dan kedesaan. Dapat pula dikemukakan bahwa semakin lahan tersebut

menujukkan sifat kekotaannya maka makin besar proporsi wilayah itu

menjadi lahan kekotaan. ciri kekotaan dalam hal ini dapat dilihat dari

kehidupan masyarakat yang semakin kompleks dan juga lingkungan yang

semakin kompleks pula.

Dalam Teori nilai lahan menjelaskan bahwa nilai lahan dan

penggunaan lahan mempunyai kaitan yang sangat erat. Seperti diketahui

apabila masalah nilai lahan ini dikaitkan dengan pertanian misalnya maka

variasi nilai lahan ini banyak tergantung pada “fertility” (kesuburan), faktor

lingkungan, keadaan drainage dan lokasi di mana lokasi itu berada. Hal

yang terakhir ini banyak berkaitan dengan masalah aksesbilitas.

Lahan–lahan yang subur pada umumnya memberikan “output” yang

lebih besar dibandingkan dengan lahan yang tidak subur dan akibatnya

akan mempunyai nilai yang lebih tinggi serta harga yang lebih tinggi pula.

Walaupun demikian ada pula nilai–nilai lahan yang tidak ditentukan oleh

kesuburan, tetapi lebih banyak ditentukan oleh lokasi. Dalam hal ini untuk

22
lokasi tertentu mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan

lokasi yang lain. Derajad aksesbilitaslah yang mewarnai tinggi rendahnya

nilai lahan ini. Semakin tinggi aksesbilitas suatu lokasi semakin tinggi pula

nilai lahannya dan biasanya hal ini dikaitkan dengan beradanya konsumen

akan barang atau jasa.

Derajat keterjangkauan ini berkaitan dengan (a) potential shoppers

(pembeli potensial) yang banyak; (b) kemudahan untuk datang /pergi

ke/dari lokasi tersebut atau pasar. Kompetisi untuk memperoleh lokasi

dengan aksesbilitas tinggi sangat ketat dan lokasi seperti ini menentukan

nilai lahan yang tinggi. Nilai lahan dapat di ukur secara langsung maupun

tidak langsung. Pengukuran langsung berkaitan dengan kesuburan dan

faktor lingkungan tertentu untuk maksud sebagai lokasi pertanian (arti luas)

dan nilai produktivitasnya secara langsung dapat diukur. Pengkuburan tidak

langsung dikaitkan dengan kemampuan ekonomi/produktivitasnya dari segi

letaknya untuk penempatan fungsi-fungsi.

Dalam teori nilai lahan lebih menekankan pada besarnya nilai

sebuah lahan sehingga berpengaru pada banyaknya pembeli yang datang

dan mulai menetap. Keadaan ini secara tidak langsung membuat wilayah

tersebut mengalami sebuah perubahan khususnya dalam hal jumlah

penduduk. Pertambahan jumlah penduduk yang datang dari berbagai etnis

yang berbeda membuat lingkungan dalam wilayah ini menjadi semakin

kompleks. Hal ini juga berpengaruh pada perubahan sistem stuktur pada

masyarakat. Peubahan ini mulai nampak ketika masyarakat memiliki

23
peluang dan kesempatan yang sama tanpa memperhatikan suku dan atau

etnis lain. Terbukti ketika adanya etnis lain yang bergabung dalam berbagai

instansi misalkan dalam struktur pemerintahan desa. Besarnya pengaruh

etnis lain sehingga bisa menarik perhatian masyarakat pada etnis lokal. Hal

ini menunjukan bahwa nilai konversi lahan pertanian telah memberikan

sumbangsih yang besar bagi terwujutnya masyarakat yang sifatnya terbuka

dan kompleks.

Selain perspektif teori di atas, konversi lahan dapat pula

berdampak pada perubahan stuktur sosial masyarakat. Dalam hal ini

masyarakat sekitar Jalan Timor Raya, Desa Noelbaki menekuni pekerjaan

sebagai petani, yang kemudian menjual tanah pertanian mereka kepada

etnis pendatang. Kondisi ini pula menyebabkan semakin kompleksnya

etnis di sekitar Jalan Timor Raya, Desa Noelbaki. Hal ini pula dibuktikan

ketika masyarakat dari etnis lain mempunyai kesempatan yang sama

dalam mengemban tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan,

misalkan menjabat sebagai Kepala Desa, RT/RW, yang walaupun

masyarakat di wilayah ini di dominasi oleh etnis Timor. Lebih lanjut

Kornblum (dalam Sunarto.2004) mengatakan bahwa struktur sosial

merupakan pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan

antara individu dan antara kelompok dalam masyarakat. Realitas itu bisa

berubah jika terjadi perubahan fungsi dan pola relasi sosial dalam

masyarakat karena berbagai sebab. Salah satu di antaranya ialah karena

perubahan fisik dan sosial masyarakat. Konsekuensi logisnya, akan terjadi

24
banyak sekali lembaga atau perubahan lembaga sosial yang telah ada

karena perubahan sosial itu. Lebih lanjut Coleman (dalam Sunanto.2004)

melihat struktur sebagai pola hubungan antara manusia dengan manusia

lain. Coleman lebih memahami perubahan struktur sosial dari perspektif

perubahan fungsi struktur sosial. Dalam kategori itu, beberapa tugas dan

fungsi dalam struktur sosial menjadi dinamis karena tidak berpusat pada

satu dua elemen tetapi terbagi kepada beberapa elemen atau subsistem

yang baru. Pembagian struktur pemerintahan desa mulai dari tingkat

RT/RW sampai pada Kepala Desa misalnya dapat disebabkan karena

perubahan struktur sosial di masyarakat. Semua orang dari berbagai

kelompok memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk menjadi

pemimpin.

2.4. Kerangka Berpikir

Dalam kerangka berpikir ini pengaliran jalan pikiran menurut

kerangka yang logis. jalan pemikiran yang dimaksud adalah cara berpikir

deduktif, yaitu cara berpikir yang bertolak dari hal-hal yang bersifat general

(berlaku umum) kepada hal-hal yang lebih spesifik (masalah yang di

identifikasi). (Subyantoro, 2006 : 120)

Konversi lahan dalam arti luas merupakan konsekuensi logis dari

pertumbuhan penduduk, dinamika kota, tekanan modal, dan biaya hidup. Hal

ini juga menjadi bagian dari dinamika perkembangan masyarakat khususnya

di Jalan Timor Raya, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten

Kupang. Terbukti ketika banyak lahan pertanian yang dijadikan sebagai areal

25
permukiman warga maupun untuk aktifitas perekonomian masyarakat itu

sendiri. Masih terdapat lahan pertanian seperti areal persawahan di NTT

khususnya di Jalan Timor Raya, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah,

Kabupaten Kupang yang di alih fungsikan sebagai tempat dibangunnya

perumahan warga , Ruko, Pertamina, serta pasar. Konversi lahan pertanian

juga akan berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Konversi Lahan Pertanian

Kondisi pasca Faktor Penyebab Konversi


pengalihan fungsi
1. Pertumbuhan
lahan:
penduduk Teori Tata
1. Pengaruh terhadap 2. Dinamika Kota Guna Lahan
struktur sosial 3. Tekanan Modal dan Nilai
2. Pengaruh terhadap 4. Biaya Hidup Lahan,
diferensiasi
pekerjaan
3. Pengaruh terhadap
peningkatan
ekonomi keluarga

26
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah bersifat

kualitatif. Pendekatan kualitatif memiliki prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati, dengan kajian sosiologis yang diarahkan

untuk mengeksplorasikan permasalahan secara lebih spesifik di lokasi

penelitian.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jalan Timor Raya Desa Noelbaki

Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara

Timur. Penentuan lokasi penelitian ini berdasarkan penemuan bahwa

konversi lahan pertanian banyak ditemukan di sana, hal ini disebabkan karena

masyarakat Noelbaki termasuk dalam daerah pinggiran kota dengan akses

perekonomian yang sangat lancar sehingga banyak terjadi fariasi dalam hal

pekerjaan dan pemanfaatan akan lahan pertanian, atau dengan kata lain

masyarakat berproduksi di atas jenis lahan yang sama tetapi dengan sistem

dan cara kerja berbeda. Demikian alasan penentuan lokasi penelitian di Jalan

Timor Raya Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang.

27
3.3 Aspek-aspek yang diteliti

Konversi lahan pertanian, kehidupan sosial ekonomi masyarakat di

Jalan Timor Raya, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten

Kupang.

3.4 Unit analisis dan Subyek penelitian

a. Unit analisis dan subyek penelitian ini adalah masyarakat yang lahannya

dialifungikan dan Pemerintah Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah

Kabupaten Kupang,

b. Teknik Penentuan Informan

Teknik Penentuan informan yang digunakan dalam Penelitian ini adalah

Purposive Sampling, dimana peneliti memilih informan menurut kriteria

tertentu yang telah ditetapkan. Kriteria ini sesuai dengan topik penelitian

dan mereka yang dipilih dianggap kredibel untuk menjawab masalah

penelitian serta memiliki waktu yang memadai untuk diminta informasi.

3.5 Sumber Data

a. Data primer, diperoleh melalui observasi atau pengamatan langsung, dan

wawancara langsung yang mendalam dari informan yaitu masyarakat yang

lahannya dialihfungsikan dan pemerintah Desa Noelbaki Kecamatan

Kupang Tengah Kabupaaten Kupang.

b. Data sekunder, diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang

berkaitan dengan penelitian baik dari instansi pemerintah, swasta atau

berbagai referensi buku yang berhubungan dengan penelitian ini.

28
3.6 Teknik Pengumpulan Data

a) Observasi (Pengamatan)

Marshall dan Rossman dalam Suyanto dan Sutinah (2010:172)

mengatakan bahwa observasi adalah deskripsi secara sistematis tentang

kejadian dan tingka laku dalam setting sosial dan dipilih untuk diteliti.

Adapun pengertian observasi menurut Satori dan Komariah (2011:90) yaitu

teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung

terhadap subjek (partner penelitian) dimana sehari-hari mereka berada dan

biasa melakukan aktivitasnya.

b) Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan (Moleong, 2008:186). Wawancara merupakan

cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara melalui informan

yang sudah di tunjuk oleh informan kunci (snowball) yang memahami

situasi dan kondisi objek penelitian. Teknik wawancara yang digunakan

adalah wawancara tidak berstruktur yaitu dengan mengajukan beberapa

pertanyaan yang sudah disiapkan dan kemudian dikembangkan sesuai

dengan data yang dibutuhkan.

c) Studi Literatur

Literatur adalah bahan-bahan yang diterbitkan secara rutin ataupun

berkala. Menurut Green dalam Satori dan Komariah (2011:130) suatu

29
literatur menjadi dokumen kajian dalam studi literatur karena memiliki

kriteria yang relevan dengan fokus kajian yang dimaksud dengan relevance

ialah suatu sifat yang terdapat pada dokumen yang dapat membantu

pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan informasi. Demikian juga

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai literatur sebagai

sumber informasi.

d) Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara pengambilan foto-foto pada saat

penelitian dan wawancara berlangsung.

3.7 Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dengan beberapa cara dan selanjutnya

diproses melalui analisis kualitatif yaitu analisis yang menghasilkan

rangkaian kata-kata atau pernyataan yang disusun kedalam teks yang

diperluas. Analisis ini dilakukan dengan tiga jalur kegiatan yaitu sebagai

berikut.

1. Reduksi data, yaitu proses pemilahan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

2. Penyajian data, yaitu menyajikan sekumpulan informasi tersusun

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan atau penyederhanaan informasi yang

kompleks ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan dan

selektif yang mudah dipahami.

30
3. Menarik kesimpulan (verifikasi) yaitu suatu kegiatan konfigurasi

yang utuh, atau tinjauan terhadap catatan-catatan lapangan

31
BAB 1V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambaran umum lokasi penelitian dapat dijelaskan dalam pembahasan

hasil penelitian. Beberapa hal yang menarik untuk dijelaskan seperti kondisi

desa, sejarah desa, potensi sumberdaya alam, potensi sumberdaya manusia,

dan struktur organisasi.

1. Kondisi Desa

Desa Noelbaki adalah bagian dari pemerintahan Kecamatan Kupang

Tengah Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Luas wilayah

Desa Noelbaki 17,7 km, meliputi Dusun Air Sagu, Dusun Kiuteta, Dusun

Kuannoah, Dusun Dendeng dan Dusun Oehau. Dengan batas Desa adalah

sebagai berikut:

 Sebelah utara berbatasan dengan : Teluk Kupang

 Sebelah selatan berbatasan dengan : Desa Oelnasi

 Sebelah barat berbatasan dengan : Desa Mata Air

 Sebelah timur berbatasan dengan : Desa Tanah Merah Dan Desa

Oelpuah.

Dilihat dari iklim yang ada di Desa Noelbaki, mempunyai iklim

tropis yang terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu musim penghujan dan

musim kemarau. Pada kondisi normal musim kemarau terjadi pada bulan

Mei sampai bulan Oktober sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan

November sampai bulan April.

32
2. Sejarah Desa

Nama Noelbaki berasal dari bahasa Dawan (Timor) yang terdiri

dari kata Noelyang artinya sungai/kali dan Baki artinya pagar batu(pagar

yang dibuat dari batu yang disusun ). Jadi Noelbaki artinya sungai pagar

batu. Namun ada pemahaman lain bahwa Noelbaki artinya suatu

perkampungan atau pemukiman sekelompok orang di atas bukit/dataran

tinggi yang batas-batasnya dipagari dengan batu yang demikian panjang

sehingga terhindar dari ancaman musuh atau binatang liar. Pemahaman

tentang nama Noelbaki tersebut dipercaya secara turun temurun hingga

sekarang.

Menurut keterangan tokoh-tokoh masyarakat setempat, sebelum

menjadi bagian dari Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang Desa

Noelbaki mengalami berbagai perkembangan sebagai berikut :

a. Masa sebelum penjajahan.

Sebelum penjajah Portugis dan Belanda datang, masyarakat yang

bermukim di Noelbaki belum mempunyai pemerintahan desa

tersendiri, namun dibawah kekuasaan Fetor Amabi, dengan pusat

pemerintahan di Oebufu. Fetor Amabi bersama Fetor Amarasi di

Baun, Fetor Taibenu di Baumata, dan Fetor Babau di Babau, dibawa

kekuasaan raja (Usif) Nisnoni yang istana kerajaanya (Sonaf) di

Kupang (saat ini disebut Naikoten II). Pada waktu itu warga yang

bermukim di Noelbaki dipimpin oleh seorang kepala kampung yang

disebut Kua Tuaf.

33
b. Masa penjajahan Belanda.

Seiring dengan bertambahnya penduduk yang bermukim di Noelbaki,

maka pada tanggal 2 Agustus 1928, oleh Fetor Amabi, Noelbaki

dikukuhkan untuk mempunyai pemerintahan yang dipimpin oleh

seorang temukung bernama Alexander Luis Oematan, selama 15

tahun (1928-1943). Dalam melaksanakan tugas temukung dibantu

oleh para kepala kampung yang disebut Bernemen.

c. Masa penjajahan Jepang sampai pada kemerdekaan

Setelah Alexander Luis Oematan meninggal, diganti oleh A. E.

Tabana (1943-1945), dan selanjutnya berturut-turut diganti oleh

tamukung Obet Loinati (6 bulan), temukung Alfius Neno (6 bulan),

dan temukung Bernabas Tabana (putra A,E.Tabana) berkuasa hingga

tahun 1967.

d. Masa peralian pemerintahan temukung menjadi kepala desa

Pada era orde baru, istilah temukung diubah menjadi kepala desa dan

yang menjadi kepala Desa Noelbaki yang pertama Bernabas Tabana,

dengan sekretarisnya Petrus Pehang (1967-1972). Pengangkatan

kepala Desa Noelbaki melalui pemilihan, dilakukan pertama kali pada

tahun 1972, dan yang terpilih menjadi kepala desa adalah Petrus

Pehang dan sekretarisnya Oskar Kiubana (1972-1978).

Sistem pemerintahan dalam hal pengangkatan kepala desa

dilakukan secara demokrasi. Dalam artian bahwa setiap pergantian kepala

34
desa dipilih oleh masyarakat setempat. Pergantian kepala desa Noelbaki

melalui pemilihan sebagai berikut:

1. Piter Neno ( 1978 – 1983 )

2. Soleman Dethan ( 1983 – 1986 )

3. Saul Riwu ( 1986 – 1990 )

4. Yacob Nalle ( 1990 – 1991 )

5. Benyamin Dethan ( 1991 – 2002 )

6. Yacob Folle ( 2002 – 2007 )

7. Yacob Folle,Se ( 2007- 2013 )

8. Sander O. Luis ( 6 Bulan )

9. Melkisedek Keubana ( 2014 – 2019 )

3. Potensi Sumber Daya Alam

Potensi sumber daya alam dapat pula menjadi pilihan untuk

dikemukakan pada bagian hasil penelitian memperkaya data sekunder.

a) Luas wilayah menurut penggunaan.

Desa Noelbaki terbagi atas wilayah dusun, rukun warga (RW) dan

rukun tetatangga (RT) dan pemanfaat tanahnya sebagai berikut:

Tabel 1. Luas wilayah menurut penggunaan di desa Noelbaki.

Jumlah wilayah dusun 5 Dusun

Jumlah wilayah rukun warga ( RW ) 21 RW

Jumlah wilayah rukun tetangga (RT) 58 RT

35
Perkantoran pemerintah 5 Ha

Perumahan dinas 3 Ha

Perumahan rakyat 84 Ha

Rumah ibadah 16 Ha

Sarana pendidikan 24 Ha

Puskesmas pembantu dan polindes 0,40 Ha

Pertanian lahan basa (sawah ) 460 Ha

Pertanian lahan kering 650 Ha

Hutan 16,6 Ha

Pantai 10,2 Ha

Rawa-rawa 5,4 Ha

Sumber: Data Monografi Desa Noelbaki 2018

Berdasarkan tabel 1 di atas, menunjukan bahwa penggunaan luas

wilayah di Desa Noelbaki terbesar adalah pertanian lahan kering

dan pertanian lahan basah ( sawah ) serta pemukiman rakyat dan

fasilitas umum lainnya. Sedangkan, penggunaan luas wilayah

terkecil adalah perumaahan dinas. Luas wilayah hutan dapat

dilihat cukup luas di Desa Noelbaki. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa, lahan tidur di Desa Noelbaki memiliki jumlah

yang masif.

36
b) Sarana Desa

Sarana ibadat di Desa Noelbaki

Tabel 2 Sarana Ibadat Desa Noelbaki.

No Tempat ibadat Jumlah gedung

1 Gereja Protestan GMIT 3

2 Gerja Katholik 3

3 Gereja Musafir 3

4 Gereja Pentakosta 3

5 Gereja Adven 1

6 Mesjid 1

Sumber: Data Monografi Desa Noelbaki, 2018

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa di wilayah Desa Noelbaki

terdapat enam agama kepercayaan yang dianut masing-masing

dengan jumlah gedung yang seimbang dengan jumlah gedung

kebaktian Gereja Advend dan Mesjid yang brjumlah masing-

masing 1 gedung.

Sarana pendidikan di Desa Noelbaki:

Tabel 3 Sarana Pendidikan Desa Noelbaki.

No Sekolah Jumlah Keterangan

1 Paud/Tk 8 Swasta

2 SD 5 2 Negeri 3 Swasta

3 SLTP 4 Swasta

4 SLTA 3 Swasta

37
5 SMK 4 Swasta

6 Perguruan Tinggi 1 Swasta

Sumber: Data Monografi Desa Noelbaki 2018

Dari tabel diatas terlihat bahwa sarana pendidikan diwilayah Desa

Noelbaki tergolong lengkap karena terdiri dari sekolah paud hingga

perguruan tinggi dan yang terlihat sekolah swasta lebih

mendominasi dari pada sekolah negeri.

Sarana kesehatan di Desa Noelbaki

Tabel 4 Sarana Kesehatan Desa Noelbaki.

No Sarana Jumlah Keterangan

1 Polindes 1 Ppk ( bank dunia )

2 Pustu 2 Pemerintah

3 Bkia Advent 1 Swasta

4 Posyandu 7 Swadayah masyarakat

Sumber: Data Monografi Desa Noelbaki 2018

Dari keterangan tabel di atas terlihat bahwa ketersediaan fasilitas

kesehatan di wilayah Desa Noelbaki hanya terdiri dari fasilitas

kesehatan tingkat pertama yang terdiri dari tiga fasilitas kesehatan

swasta dan satu fasilitas kesehatan yang dibangun oleh pemerintah.

38
4. Potensi Sumber Daya Manusia

a) Jumlah Penduduk Secara Umum Perdusun:

Penduduk Desa Noelbaki tidak terkosentrasi di satu tempat,

melainkan tersebar ke berbagai dusun. Pembagian kelompok penduduk

berdasarkan dusun mempermudah mengatur untuk berbagai keperluan.

Sebaran penduduk berdasarkan dusun dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5 Jumlah Penduduk Secara Umum Perdusun Di Desa Noelbaki.

No Dusun Jumlah penduduk JumlahJiwa Jumlah

KK
Laki-laki Perempuan

1 Dusun air sagu 662 682 1.344 313

2 Kiuteta 1.315 1.173 2.488 547

3 Kuannoah 1.355 1.414 2.769 584

4 Dendeng 1.145 1.137 2.282 514

5 Oehau 453 492 945 203

Jumlah 5.170 5.066 10.236 2.161

Sumber: Data Monografi Desa Noelbaki 2018

b) Jumlah penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin

Penduduk di setiap wilayah, tentunya memiliki keberagaman

usia. Demikian halnya Desa Noelbaki, dimana penduduknya cukup

39
bervariasi. Keadaan penduduk berdasarkan golongan umur dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur Dan Jenis Kelamin.

No Umur Jenis kelamin Jumlah

(tahun ) Laki-laki Perempuan

1 0–5 554 516 1.070

2 6 – 12 754 769 1.523

3 13 – 18 742 721 1.463

4 19 – 25 739 739 1.478

5 26 – 58 1.928 1.838 3.766

6 59 + 453 483 936

Jumlah 5.170 5.066 10.236

Sumber: Data Monografi Desa Noelbaki 2018

c) Jumlah penduduk menurut pendidikan

Sebagaimana halnya yang tertuang dalam UUD 1945 bahwa setiap

warga negara berhak menikmati pendidikan. Keadaan ini di

manfaatkan pula oleh penduduk Desa Noelbaki yang menunjuk pada

tingkatan pendidikan cukup bervariasi. Keadaan jenjang pendidikan

yang dimiliki dapat dilihat pada tabel berikut:

40
Tabel 7 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

No Tingkat pendididkan Jenis kelamin Jumlah

Perempuan Laki-laki

1 BS/ TS 988 1.371 2.359

1 SD 1.452 1.511 2.963

2 SLTP 861 737 1.598

3 SLTA 1.355 1.153 2.508

4 PT/ AKADEMI 410 398 808

Jumlah 5.066 5.170 10.236

Sumber: Data Monografi Desa Noelbaki 2018

d) Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

Sebagaimana halnya dalam Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan khusunya pada

Bab I, Pasal I, poin no. 2 yang berbunyi “ Tenaga kerja adalah

setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”. Noelbaki

merupakan salah satu desa yang masyarakatnya memiliki variasi

41
pekerjaan. Hal ini dapat disebabkan karena masyarakat di Noelbaki

ini khususnya di sepanjang Jalan Timor Raya ini mempunyai latar

belakang pekerjaan yang berbeda-beda. Selanjutnya dapat di

buktikan pada tabel berikut ini:

Tabel 8 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata pencaharian Jumlah

( jiwa )

1 Petani 1.136

2 Nelayan 21

3 PNS 431

4 Wiraswasta 802

5 TNI 35

6 Buruh 144

7 Dokter 11

8 Pedagang 213

9 Pensiunan 136

10 Polri 38

11 Sopir 57

12 Guru 242

13 Honorer 438

14 Tb/bb 4.056

15 Lainnya 2.476

Jumlah 10.236

Sumber: Data Monografi Desa Noelbaki 2018

42
e) Jumlah penduduk menurut agama/kepercayaan

Sebagaimana halnya yang tertuang dalam UUD 1945 Tentang

Kebebasan Beragama. Pasal (29) ayat (2) Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan

kepercayaannya itu. Seperti halnya yang terjadi di desa Noelbaki,

masyarakatnya memiliki kepercayaan yang berbeda-beda.

Menariknya adalah walaupun masyarakatnya terlahir dari agama

yang berbeda, tetapi mereka sangat menjunjung tinggi Bineka

Tungga Ika. Hal ini pula dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 9 Jumlah Penduduk Menurut Agama/Kepercayaan

No Agama Laki-laki Perempuan Jumlah

(jiwa)

1 Kristen protestan 3.258 3.179 6.437

2 Katholik 1.698 1.712 3.410

3 Islam 185 166 351

4 Hindu 8 5 13

5 Budha 10 15 25

Jumlah 10.236

Sumber: Data Monografi Desa Noelbaki 2018

43
5. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Noelbaki

Gambar 1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Noelbaki

Kepala Desa

Melkisedek Keubana

Badan Sekretaris Desa


Permusyawaratan
Desa (BPD) Sander O.Luis

Kaur Kaur Kepala Staf


pemerintahan pembangu Urusan bendahara
nan Umum

Kepala Kepala Kepala Kepala Kepala


sumber:
Dusun 1 data monografi
Dusun II desa noelbaki
Dusun III 2018
Dusun IV Dusun V

4.2. Karakteristik informan

Dalam proses penelitian ini peneliti melakukan wawancara yang

mendalam (indepth interwiew) dengan para informan. Dalam penelitian ini

peneliti mengunakan teknik penarikan sampel dengan sampel purposif

(purposive sampling) yang didasarkan pada kemampuan informan

44
menggambarkan secara jelas mengenai konversi lahan pertanian di Jalan

Timor Raya, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten

Kupang.

Tabel 10 karakterisitk informan pelaku konversi lahan pertanian

No Nama Jenis Usia Status Agama


kelamin
1 Orvin Ola L 40 pengusaha Protestan
2 Bapak Herman L 45 Petani sayur Protestan
3 Klara Go’o P 52 Pembisnis bunga Katolik

4 Jhon Ludji Leo L 50 Pembisnis jasa Protestan


bengkel

5 Ester Kiubana P 39 Pembisnis bunga Protestan


6 Bapak Daniel L 48 pengusaha Protestan

7 Bapak Melkianus L 60 Pengusaha Protestan


Rumah Makan
8 Bapak Simen L 35 Pngusaha ayam Protestan
potong
9 Ibu Sebina P 50 Ibu rumah tangga Katolik

10 Melkisedek Keubana L 50 Kepala Desa Protestan

Sumber: Data Hasil Penelitian Terhadap Infoman

Hasil penelitian terdapat 10 orang informan yang berada di lokasi

penelitian di antaranya, pelaku pengalihfungsian lahan pertania dan pemerintah

desa setempat dengan kisaran umur 35-60 tahun terdiri dari 7 orang pengusaha

dan 1 orang petani sayur, 1 orang ibu rumah tangga, dan 1 orang pemerintah desa

45
setempat (KADES). Berdasarkan jenis kelamin informan, tabel tersebut

menunjukan bahwa jenis kelamin laki-laki berjumlah 7 orang dan perempuan

berjumlah 3 orang.

4.3. Pembahasan

Berkaitan dengan pembahasan penelitian yang juga menjadi bagian bab IV

dapat pula dijelaskan dan diperkuat dengan hasil wawancara informan. Dalam

hal ini membahas tentang keadaan pekerjaan masyarakat, konversi lahan

pertanian dan implikasi sosiologi, khususnya pada masyarakat di jalan Timor

Raya, Desa Noelbaki.

Perkembangan desa Noelbaki yang kian berubah, telah membawa banyak

pengaruh sebagai salah satu ciri desa yang mengalami perkembangan.

Perubahan demi perubahan mulai muncul di desa Noelbaki. Masyarakat tidak

hanya bergelut pada satu jenis pekerjaan saja, tetapi justru banyak muncul

pekerjaan lain yang mempunyai nilai dan daya tarik yang berbeda-beda.

Kekuatan arus perkembangan ini telah membawah perubahan banyak pada

masyarakat. Misalnya masyarakat mulai mengalifungsikan lahan mereka

untuk dijadikan sebagai tempat permukiman dan juga areal kegiatan ekonomi.

Hal ini dapat buktikan melalui pembahasan sebagai berikut :

1. Keadaan pekerjaan Masyarakat Noelbaki

Desa Noelbaki merupakan sebuah wilayah yang terkenal sebagai

tempat yang mempunyai bentangan wilayah persawahan yang sangat luas.

Hampir sebagian wilayah ini di kuasai oleh wilayah persawahan dan

46
pertanian lahan kering lainnya.Hal ini yang membuat masyarakat di desa

ini, rata-rata penduduknya bekerja sebagai petani.

Masyarakat Noelbaki khususnya yang berada di sekitar Jalan

Timor Raya, telah mengalami banyak perubahan dalam hal pekerjaan.

Keadaan pekerjaan masyarakat yang cukup bervariasi telah menunjukan

bahwa permintaan akan kebutuhan sudah semakin berbeda pula.

Permintaan yang semakin bervariasi ini, telah mengubah banyak pekerjaan

yang digeluti masyarakat.

Akibat yang terjadi dari perkembangan permintaan masyarakat

adalah semakin banyaknya pilihan pekerjaan yang memberikan peluang

sama dalam pencapaian hasil dan keberuntungannya, artinya setiap

pekerjaan yang dikerjakan oleh masyarakat, berhasil memberikan

kepuasannya masing-masing.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak kepala Desa

Noelbaki Melkisedek Keubana, mengatakan bahwa:

“……….saya selaku kepala desa, secara


keseluruhan melihat bahwa masyarakat yang ada di
Noelbaki ini telah mengalami banyak perubahan, baik dari
kehidupan ekonomi sampai pada keadaan pekerjaan
mereka.misalnya ada yang bekerja sebagai petani sawah,
petani sayur, pengusaha. Menariknya, banyak masyarakat
yang berperan ganda. Selain sebagai petani sawah juga
bekerja sebagai petani sayur dan bahkan sampai pada
penjual sayur. Hal inilah yang seakan-akan mengajarkan
masyarakat yang memiliki lahan terbatas untuk mencari
peluang usaha dengan tingkat keuntungan yang paling besar

47
sehingga beralasan untuk mengalifunsikan lahan pertanian
mereka.(wawancara tanggal 9 Agustus 2019)

Berbagai pertimbangan yang terjadi, membuat masyarakat

mengalami perubahan khusunya dalam hal pekerjaan. Masyarakat selalu

dihadapkan pada sebuah pilihan yang membuat mereka masuk dalam

perubahan tersebut. Terdapat pulah masyarakat yang mengubah pekerjaan

mereka dari petani sawah menjadi pengusaha, yaitu lewat cara

memanfaatkan lahan sawa menjadi tempat untuk berusaha ayam potong.

Seperti yang terjadi dengan lahan sawah Bapak Simen, selaku petani yang

mengubah lahan sawahnya menjadi tempat untuk usaha ayam potong,

yang mengatakan bahwa:

“………saya aslinya petani sawah. Dalam


perjalanan saya melihat hasil yang saya dapat hampir tidak
mengimbangi pengeluaran selama masa perawatan padi.
Seiring berjalannya waktu saya ditantang dengan bisnis ayam
potong. Berbagai informasi yang saya kumpulkan dan juga
pengamatan secara langsung bahwa usaha ayam potong ini
ternyata sangat menguntungkan. Berbagai tawaran masuk,
dengan perhitungan keuntungan yang begitu menggiurkan,
akhirnya saya memutuskan untuk mengalihfungsikan lahan
sawah menjadi tempat dibukanya bisnis ayam potong.
Awalnya saya langsung diberi kejutan dengan mendapatkan
keuntungan yang sangat besar. Bagi saya, keadaan pekerjaan
yang terjadi sekarang khususnya di Noelbaki ini, terus
mengalami perubahan dan hal ini pada dasarnya di sebabkan
oleh permintaan pasar dan desakan ekonomi masyarakat

48
yang semakin meningkat dan bervariasi.(hasil wawancara
tanggal 9 Agustus 2019)

Dari data hasil wawancara yang dilakukan terhadap kedua

informan diatas, mengatakan bahwa masyarakat Noelbaki pada umumnya

adalah petani. Mereka mulai mengeluti pekerjan lain ketika banyaknya

desakan kebutuhan masyarakat yang mulai meningkat dan bervariasi

sehingga berpengaruh pada bervariasinya pula pekerjaan mereka. Hal ini

pula dapat dibuktikan ketika masyarakat mengambil peran ganda dalam

hal pekerjaan, selain sebagai petani sawah juga berperan sebagai petani

sayur dan bahkan sampai pada petani penjual sayur. Hal ini seakan

mendesak para petani untuk mencari peluang pekerjaan yang hasilnya

besar dan menguntungkan. Sehingga mereka dengan berbagai

pertimbangan melakukan alihfungsi lahan pertanian mereka.

Berdasarkan data diatas dapat dipastikan bahwa untuk mencapai

sebuah keuntungan yang besar dan menjanjikan, masyarakat harus mampu

membaca peluang dari setiap usaha yang digeluti. Masyarakat harus

mampu untuk keluar dari pola hidup lama yang dianggap kurang

menguntungkan. Perubahan pola dan cara pencapain hidup yang lebih baik

sangat tidak terlepas dari sikap keberanian yang pasti dalam penggunaan

lahan. Lahan pertanian bagi masyarakat Noelbaki menjadi dasar untuk

kemudian bisa memberikan keuntungan dan menjadi penunjang kebutuhan

ekonomi keluarga. Masyarakat di tuntut untuk harus selalu mencari dan

melihat peluang yang sesuai dengan arus perkembangan itu sendiri.

49
Menarik untuk kemudian dipertimbangkan dan dipertahankan ketika usaha

pemanfatan lahan yang kita lakukan kedalam sector lain menjadi

menguntungkan dan bukan hanya itu, konversi lahan pertanian menjadi hal

yang wajar dan harus dilakukan ketika mampu mengeluarkan kita atau

masyarakat dari keadaan yang sulit.

2. Konversi Lahan Pertanian

a. Faktor penyebab terjadinya konversi lahan pertanian di Jalan

Timor Raya, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah,

Kabupaten Kupang.

Konversi lahan pertanian merupakan kegiatan yang dilakukan

masyarakat di atas lahan pertanian mereka masing-masing. Seperti

halnya yang dilakukan oleh Masyarakat Noelbaki khususnya di Jalan

Timor Raya, rata-rata masyarakat petani memiliki ukuran lahan masing-

masing 1 Ha. Dari jumlah lahan yang ada ini, ada 600 m2 sampai 800

m2 lahan mereka sudah dialihfungsikan untuk tujuan penggunan lain.

Dari 10 informan yang diwawancara, ada 7 informan yang lahannya

sudah dialihfungsikan yaitu mulai dari 600 m2 sampai 800 m2,

sedangkan tiga orang informan yang lain telah mengalihfungsikan

lahannya di bawah 600 m2.

50
Tabel pembagian jumlah lahan dalam (m2)

Jumlah lahan yang Jumlah masyarakat (kk)


No sudah dialihfungsi/ / jumlah lahan (m2)
m2
1 600 m2- 630 m2 2 orang

2 650 m2- 700 m2 2 orang

3 720 m2- 800 m2 3 orang

4 600 m2 kebawah 3 orang


sampai 250 m2

Sumber: wawacara informan

1. Pertambahan Jumlah Penduduk Atau Kepala Keluarga

Terhadap Konversi lahan

Konversi lahan pertanian merupakan salah satu cara masyarakat

untuk menunjang kebutuhan keluarga. Kegiatan mengalihfungsikan lahan

merupakan kegiatan yang tidak bisa dihindari, hal karenakan kebutukan

ekonomi keluarga semakin meningkat. Masyarakat NTT khususnya

masyarakat Noelbaki kebanyakan melakukan konversi lahan pertanian

diatas lahan yang masih sangat produktif dan hal ini bukanlah menjadi

sebuah beban yang kemudian harus diberhentikan. Konversi lahan

pertanian bukanlah hal yang mudah bagi sekelompok orang, khususnya

para pemilik lahan, terlebih lagi melakukan konversi diatas lahan yang

masih usia produktif, apalagi diperuntukkan untuk dibangunnya bangunan

51
yang sifatnya permanen seperti bangunan rumah untuk tempat tinggal,

pertamina, perkantoran, bangun sekolah yang walaupun ada larangan dari

pemerintah untuk tidak boleh membangun rumah yang sifatnya permanen

dan yang paling penting hasil sawah mereka semakin menurun karena

lahan semakin menyempit tetapi bagi sekian banyak orang,

mengalihfungsikan lahan pertanian merupakan hal yang wajar dan

menguntungkan, kerena bisa memanfaatkan lahan mereka untuk kemudian

dijadikan sebagai sumber pendapatan; yaitu mulai dibangunnya kios-kios,

rumah makan (warung makan), toko-toko barang dan berbagai jenis

layanan jasa lainnya.

Data lain menunjukan bahwa Kebanyakan lahan yang masih

produktif di desa Noelbaki ini barada pada posisi yang sangat strategis.

Diantaranya lahan –lahan sawah dan hampir 90 % berada di sekitar

jalanTimor Raya. Letak dan posisi inilah yang kemudian menjadikan

lahan-lahan ini menjadi aset atau sumber pendapatan bagi masyarakat

dengan standar nilai jual yang cukup tinggi. Namun pelaku

pengalifungsian lahan ini bukan hanya masyarakat asli Noelbaki tetapi

masyarakat luar yang membeli lahan di desa ini. Justru yang lebih banyak

melakukan konversi lahan pertanian ini adalah mereka yang membeli

lahan dari orang lain yang adalah pemilik lahan sebelumnya.

Hal ini sesuai hasil wawancara dengan Bapak Orvin Olah, umur

40 tahun selaku pengusaha di desa Noelbaki mengatakan bahwa:

52
“……….saya orang Timor So’e kaka tetapi sudah
menjadi warga Noebaki. Awalnya saya membeli tana di sini
adi pada tahun 2001 dari orang Noelbaki sini dan itu
adalah tanah sawah. tetapi saya punya keinginan untuk
harus bangun rumah dan tidak punya pilihan lain bagi saya
selain harus mengeringkan lahan sawah saya ini.
pertimbangan bahwa saya harus kehilang hasil dari sawa
ini itu soal kedua yang pasti saya harus bangun rumah di
sini. Karena bagi saya selain pengembangan bisnis tetapi
yang paling penting adalah penambahan anggota keluarga,
selain saya,istri dan anak saya, saya harus siapkan rumah
lagi untuk para pekerja saya, makanya saya berjuang untuk
pembangunan satu unit rumah lagi. (hasil wawancara
jumat, 9 agustus 2019)

Dalam konsep kepemilikan lahan khususnya di jalan Timor Raya,

desa Noelbaki, terdiri dari dua bagian yaitu pemilik lahan atau yang biasa

disebut sebagai masyarakat asli dan pendatang yang berperan sebagai

pembeli. Mengarah pada sebuah proses pemanfaatan lahan pertanian,

menjadi tanggung jawab dari setiap pemilik lahan. Alihfungsi lahan dalam

hal ini merupakan kegiatan yang dilakukan diatas lahan pertanian

khususnya lahan sawah dan juga besarnya pengaruh dari lahan tersebut

terhadap kehidupan ekonomi keluarga pelaku pemanfaatan lahan.

Persoalan biaya dan waktu menunggu hasil panen menjadi syarat kunci

mengapa masyarakat melakukan alihfungsi lahan pertanian khususnya

lahan sawah. Melanjut dari pernyataan yang sama bahwa disela waktu

tersebut apakah masyarakat pemilik lahan memiliki penghasilan yang lain

ataukah masyarakat hanya menunggu hasil panen tibah, sedangkan

53
kebutuhan keluarga terus mendesak. Bagi masyarakat pembisnis,

melakukan alihfunsi lahan pertanian dengan tujuan membuka kios atau

usaha sejenisnya menjadi hal yang wajar dan pantas dilakukan, karena

alasan seberapa besar keuntungan yang diperoleh dan seberapa banyak

biaya yang harus dikeluarkan.

Senada dengan itu, fenomena lain dari pemanfaatan lahan sawa

untuk pembangunan dan pengembangan rumah tinggal disebabkan karena

keluarga masyarakat peteni mengalami penambahan. Dengan perbagai

pertimbangan keterbatasan lahan dan ketiadaan modal untuk membeli

lahan baru, membuat mereka terpaksa mengunakan lahan yang sudah ada,

walaupun diatas lahan sawah. Sesuai hasil wawancara dengan Bapak

Daniel, umur 48 tahun selaku penduduk asli di desa Noelbaki yang

mengatakan :

“……….saya ini penduduk asli disini kaka, dari saya

kecil sampai hari ini, hasil sawah yang kami garap hampir

tidak mencukupi semua kebutuhan keluarga, padahal setiap

hari kita harus makan dan belum tertambah dengan

kebutuhan lain. Saya di rumah ini tampung banyak orang, di

luar keluarga inti, macam istri dan anak saya. Hal ini yang

membuat saya terpaksa harus memanfaatkan lahan sawah

untuk proses pengembangan rumah saya; karena selama ini

kondisi rumah saya sangat sempit dan bukan hanya itu, bagi

saya sawah adalah satu-satunya lahan yang saya harus

54
korbankan,karena tidak ada lahan lain lagi kaka. (hasil

wawancara jumaat, 9 agustus 2019)

Menarik pula untuk mengemukakan hasil wawancara dengan Ibu

Klara Go’o, umur 52 tahun selaku masyarakat pendatang yang bekerja

sebagai pembisnis bunga di Desa Noelbaki yang mengatakan bahwa :

“..........saya ini orang Flores ade, tapi kebetulan


saya dan suami tinggal dan menetap disini sejak tahun
1990. Di dalam rumah awalnya kami hanya terdiri dari tiga
orang saja, dalam perjalanan anak saya menikah, sehingga
terjadi pertambahan satu keluarga baru lagi. setelah saya
pikir-pikir dengan kondisi rumah kami yang sempit, saya
dan suami bertekat untuk harus bangun satu rumah lagi
dengan ukuran rumah yang sedikit lebih besar dari yang
sebelumnya,walaupun harus memanfaatkan lahan kosong
yang tersisa. Dengan pertimbangan, daripada harus
membeli lahan baru lagi., mau bagaimana lagi kaka,
terpaksa su ma (hasil wawancara sabtu, 10 agustus 2019)

Pertimbangan pengalihfungsian lahan menjadi tempat untuk

dibangunnya rumah sebagai tempat tinggal baru,masyarakat juga

dihadapkan pada satu pilihan untung dan rugi. Artinya mereka

mengorbankan modal mereka lagi untuk membeli tanah sedangkan lahan

mereka masih ada yang kosong. Hal ini yang membuat masyarakat

terpaksa harus mengalihfungsikan lahan yang ada tersebut untuk

dibangunnya rumah tinggal yang baru lagi. Selain pertimbangan

pertambahan anggota keluarga, alasan lain adalah bahwa mereka tidak

55
mau berpisah jauh dari anak cucu mereka. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara dengan Bapak Leo, umur 50 tahun, selaku masyarakat asli dan

juga pembisnis bagian jasa bengkel, mengatakan bahwa :

“..........saya ini orang asli sini adi tapi sampai dengan


saat ini be ju liat banyak masyarakat asli yang tidak maju-
maju dan justru yang lebih berkembang adalah orang yang
datang dari luar dan kebanyakan mereka yang berada di
pinggiran jalan,ada yang membuka warung,kios,rumah tinggal
dan lain sebagainya. Mereka itu kebanyakan orang Bugis,
Jawa, Rote, Sabu, Flores, dll. nah kita yang asli justru lari pi
hutan. tapi tida memang kaka.,karena menurut saya, di dalam
diri saya juga punya keterampilan. Selanjutnya yang saya
pikirkan adalah anak saya nantinya mau tinggal dimana, tidak
mungkin kedepannya tidak ada penembahan generasi lagi,
dari situ saya berpikir untuk harus mengorbankan lahan
sawah untuk dibangun rumah dan yang pasti bahwa saya tidak
terpisah dari anak cucu saya.intinya adalah bahwa saya tidak
bisa pisah jauh dari mereka.(hasil wawancara saptu,10
agustus 2019)

Dari penjelasan yang dikemukakan oleh keempet informan diatas

yakni : Bapak Orvin Ola (selaku masyarakat asli dan juga pengusaha),

Bapak Daniel(selaku masyarakat aslih ), Ibu Klara Go’o (selaku penduduk

pendatang dan penjual bungah)Bapak Leo (selaku masyarakat asli dan

pembisnis jasa bengkel) cukup beralasan bagi peneliti. Dari data di atas

menjelaskan bahwa pertumbuhan penduduk dapat mempengaruhi konversi

lahan pertanian, hal ini dapat dibuktikan dari penjelasan infoman yang

mengatakan bahwa penambahan anggota keluarga bisa mempengaruhi

56
lahan pertanian khususnya bagi mereka yang yang lahannya hanya

bergantung pada lahan sawah untuk tetap mengalihfungsikan lahan mereka

karena alasan tidak ada lagi lahan yang bisa untuk dimanfaatkan sebagai

lokasi pembangunan dan pengembahan areal perumahan mereka. Alasan

lain yang memperkuat pernyataan mereka adalah bahwa mereka tidak mau

berpisah dan tinggal jauh dari anggota keluarga mereka. Bukan hanya itu,

lokasi persawahan mereka dekat dengan tempat dimana mereka bekerja,

sehingga membuat mereka harus melakukan konversi lahan persawahan

mereka untuk dibagunnya rumah tinggal, walaupun dalam aturannya

masyarakat boleh bangun rumah diatas lahan pertanian atau lahan sawah

tetapi dengan catatan bahwa rumah yang mereka bangun tidak boleh

bersifat permanen.

Berdasarkan data pada penjelasan diatas maka konversi lahan

pertanian juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pertambahan penduduk.

Hal ini dapat dibuktikan dari pernyataan informan yang mengatakan

bahwa mereka melakukan konversi lahan pertanian mereka khususnya

lahan sawah karena di dalam keluarga mereka terjadi pertambahan

penduduk dan bukan hanya itu, mereka tidak memiliki lahan yang lain lagi

yang bisa dimanfaatkan untuk dibangunya rumah sebagai tempat tinggal

mereka. Konversi lahan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari apa

yang disebut sebagai pertumbuhan penduduk dan bukan hanya itu,

kedekatan emosional mereka yang kuat juga yang membuat mereka

melakukan Konversi lahan pertanian khususnya lahan sawah. Sehingga

57
pada akhirnya jalan keluar dalam mengatasi masalah diatas bisa

terselesaikan.

2. Dinamika kota menyebabkan konversi lahan pertanian

Pada hakikatnya peralihan fungsi lahan dapat dilakukan tentunya

cukup beralasan untukperbaikan kondisi sosial ekonomi. Konversi lahan

menunjuk pada peralihan fungsi lahan. Konversi lahan pertanian

merupakan kegiatan yang secara sengaja dilakukan oleh masyarakat guna

memenuhi permintaan akan sebuah perubahan baik secara ekonomi

maupun sosial. Dalam hal ini konversi lahan pertanian yang di sebabkan

oleh faktor dinamika kota yang selalu mengharapkan perubahan yang

mengarah pada kehidupan yang dianggap lebih baik.

Dinamika kota dalam hal ini merupakan perubahan yang terjadi

dalam sebuah lingkungan masyarakat karena melihat kondisi atau

perubahan yang terjadi di tempat lain atau dengan kata lain besarnya

pengaruh dari tempat lain sehingga masyarakat secara spontan melakukan

konversi lahan pertanian. Masyarakat melakukan alihfungsi lahan

pertanian karena merasa ada kesamaan dalam hal pemanfaatan lahan yang

harus dijadikan sebagai contoh dan patut dipertimbangkan.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Daniel,

umur 48 tahun yang mengatakan bahwa:

“……….begini kaka saya ini orang swasta.jadi


kalau mau bilang belajar dari orang atau pernah melihat hal

58
baru dimana,itu menjadi kewajiban.mennyangkut saya pung
tanah ini,kalau adi liat masih ada bekas sawah,sebenarnya
awalnya memang lahan sawah,dalam perjalanan,setelah
saya pikir-pikir mengenai hasil padi dan pengeluaran selama
kerja, beta rugi banyak. saya mulai termotivasi ketika saya
lewat di Oepoi,saya liat sawah dong korbankan untuk buat
usaha,ada yang buat kios yang walaupun ada juga yang buat
rumah tinggal. ketika saya cek, justru banyak orang yang
mengatakan kalau itu lebih menguntungkan.makanya saya
yakin usaha saya untuk korbankan lahan sawah menjadi
lokasi bisnis ini tida sia-sia dan saya baca untuk kedepannya
orang akan berlomba-lomba mendapatkan lahan di
sepanjang pinggiran jalan ini. Bagi saya, betul atau tida,
untuk kedepannya memang semua lahan di pinggiran jalan
ini tetap harus di korbankan.(hasil wawancara tanggal 10
agustus 2019)

Keberadaan sebuah lokasi pertanian yang sama khususnya lahan

sawah yang telah dialihfungsikan dan sudah dianggap sudah maju,

membuat masyarakat ikut terbawah dalam perubahan tersebut.

Menariknya adalah nilai jual lahan tersebut sangat tinggi, walaupun

dialihfungsikan ke penggunaan lain. Bukan hanya perubahan dalam

bentuk lahan, perkembangan lain yang ada di kota menjadi salah satu

contoh yang telah mengubah pola pikir masyarakat Noelbaki khusunya,

misalkan banyak masyarakat yang mampu mengubah rutinitas

kesehariannya dengan membudidayakan berbagai jenis bungah, hanya

karena pernah melihat disalah satu tempat di arah jalan menuju Eltari

Kupang. Hal inilah yang terjadi dengan salah seorang informan saya atas

59
nama Ester Kiubana, umur 39 tahun yang bekerja sebagai pembisnis

bunga mengatakan bahwa:

“……….saya ini kaka awalnya tidak tertarik untuk


menjual bunga. Dalam perjalanan, pada sebuah kesempatan,
saya lewat di kota kupang tepatnya sepanjang perjalan
mengarah ke Eltari. Saya melihat ada satu tempat di pinggiran
jalan, orang jual bunga dngan beragam jenis bunga, terus yang
datang beli juga sangat banyak dan kalau saya lihat, banyak
kaum ibu. Mulai dari situ sampe dirumah saya mulai pikir-
pikir, terakhinya saya nekat untuk harus mengadakan bunga
tersebut dengan berbagai variasi jenis, warna ,bentuk dan juga
harga. Saya mulai bergerak di bisnis ini selama tiga tahun
terakhir. Kalau persoalan bibitnya kita datangkan dari luar dan
ada yang kita dapat dari Lippo Plaza. Mulai dari situ, orang-
orang disini mulai bisnis bunga juga, tetapi walaupun begitu,
kita masih dapat keuntungan juga. Untuk saya berhenti dalam
bisnis ini sangat tidak mungkin kaka. Yang pasti bahwa dengan
usaha seperti ini kebutuhan ekonomi keluarga saya bisa
terpenuhi. Mau bilang apa kaka, namanya bisnis tentu harus
ada persaingan antara pedagang, tetapi selama itu tidak ada
pengaruh buruk bagi usaha saya, yang pasti saya tetap
jalankan, tinggal bagaimana kita menggaet pembeli agar bisnis
kita lancar dan barang laku habis (hasil wawancara tanggal
10 Agustus 2019)

Selanjutnya menarik pula untuk dikemukakan hasil wawancara

dengan Bapak Herman, umur 45 tahun, sebagai petani sayur, yang

mengatakan bahwa :

60
“……….persoalan alihfungsi lahan pertanian di
Noelbaki sini sudah dari dulu kaka. Ketika itu masyarakat
belum terlalu yakin untuk memastikan dong pung pilihan,
artinya antara mengalihfungsikan lahan dan tetap
menjadikan lahan pertanian mereka seperti sawah ini
sebagai sumber pendapatan kelurga itu masih ragu-ragu.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat secara berlahan
mulai mengubah lahan mereka dari yang sebelumnya lahan
sawah menjadi tempat di bangunya rumah dan usaha-usaha
kecil. Selain itu, masyarakat mulai mencontohi kehidupan
masyarakat Oepoi yang lahannya dialihfungsikan, yaitu
mulai dari lahan dimanfaatkan sendiri, sampai lahan itu di
jual dan bahkan disewakan kepada orang lain dengan tujuan
membuka kios, dan usaha-usaha kecil lainnya sampai pada
usaha-usaha menengah dan besar. Makanya seperti ada
perasaan kagum dan sedikit terdorong seakan memaksa kita
untuk harus melakukannya. Bahkan kalau kaka liat, banyak
orang-orang Bugis yang menyewakan lahan orang lain untuk
berbisnis. Dari sinilah masyarakat mulai mengubah cara
pandang mereka akan manfaat sebuah lahan, serta belajar
untuk memanfaatkan sebuah peluang. Makanya kalau kita
lihat sekarang banyak perubahan yang terjadi artinya
masyarakat punya keberanian untuk keluar dari kebiasaan
lama dan ternyata semuah orang punya keinginan yang sama
untuk keluar dari keterpurukan itu (hasil wawancara tanggal
10 Agustus 2019)

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap ketiga informan

diatas, dapat disimpulkan dan dijelaskan bahwa konversi lahan pertanian

slalu membawah perubahan. Dinamika kota menjadi kunci perubahan

tersebut. Hal ini dapat dibuktikan keika banyaknya pernyataan informan

61
yang mengatakan bahwa konversi lahan pertanian atau pemanfaatan lahan

untuk keperluan lain merupakan wujud dari penglihatan mereka akan

perubahan dan perkembangan di tempat lain. Bagi mereka dinamika yang

terjadi di wilayah mereka atau diatas lahan pertanian mereka merupakan

hasil sulapan dari tempat lain.

Dari data yang ada dapat diketahui bahwa masyarakat di Jalan

Trans Timor, Desa Noelbaki, melakukan konversi lahan pertanian bukan

karena mereka semata-mata mau berubah tetapi juga hal lain yang

mendorong mereka adalah perkembangan di tempat lain yang bagi mereka

ada kesesuaian dan layak untuk dijadikan sebagai contoh dan harus

dipraktekkan dalam kehidupan keseharian masyarakat. bukan hanya itu,

masyarakat menjadikan pengaruh dari luar ini sebagai sebuah penemuan

yang bisa dipraktekkan guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga

mereka.

Berdasarkan data diatas dapat pastikan bahwa dinamika kota dapat

mempegaruh konversi lahan pertanian. Hal ini dapat di pastikan dengan

pernyataan informan yang mengatakan bahwa konversi lahan pertanian

yang mereka lakukan karena masyarakat menjadikan tempat atau

perkembangan di wilayah lain sebagai sebuah contoh. Menariknya adalah

hasil dari pengalaman penglihatan mereka, dipraktekkan kembali di lokasi

mereka di Desa Noelbaki dan melekat sampai sekarang. Bagi mereka hal

baru yang berada di tempat lain itu merupakan sesuatu hal yang yang

harus di ulangi kembali di daerah mereka khususnya di wilayah Jalan

62
Timor Raya, Desa Noelbaki. Keunggulan lainnya adalah bahwa bagi

masyarakat di Jalan Timor Raya, Desa Noelbaki, pengaruh yang datang

dari wilayah lain dapat membawa perubahan dan perkembangan dalam

kehidupan ekonomi kelurga mereka. Bagi mereka alihfungsi lahan bukan

menjadi sebuah masalah tetapi yang paling penting adalah ketika mereka

melakukan alihfungsi lahan pertanian mereka dapat membawa perubahan

baru guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka dan

kesejahteraan keluarga mereka kedepan.

3. Tekan modal menyebabkan konversi lahan pertanian

Tekanan modal menjadi tantangan bagi masyarakat yang sedang

mengalami desakan ekonomi keluarga. Tanah menjadi sasaran utama,

pada saat masyarakat sedang mengalami krisis ekonomi atau

ketidakmampuan masyarakat dalam menjawab tantangan ekonomi

keluarga. Modal (uang), menjadi kunci para pemodal dalam mendapatkan

apa yang menjadi keinginannya. Seperti halnya yang terjadi di Jalan Timor

Raya, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang,

mengalami hal yang serupa, yaitu masuknya para pemodal atau para

pembeli tanah, dengan mengandalkan uang sebagai modal untuk

mendapatkan tanah.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Klara Go’o,

selaku pendatang, yang mengatakan bahwa :

63
“……….beta orang Flores kaka. Kalau persoalan
pengaruh modal atau tekanan modal itu mau dimana sa ade,
semuah orang pasti butu uang na. belum lagi desakan
kebutuhan ekonomi keluarga yang semakin hari semakin
bertambah dan bukan hanya itu, para pemodal mulai
menawarkan dengan harga diatas harga yang yang kita
target, pasti mau sudah ma. Yang paling sering terjadi itu,
lahan – lahan yang berada di sepanjang pinggiran jalan, itu
sudah pasuk dengan standar harga miliaran rupiah. Siapa
yang sonde mau dengan uang dan kebanyakan ada
masyarakat yang menjual lahan sawah atau lahan
pertaniannya karena su ada rumah yang lain, walaupun
beradah jauh dari pinggiran jalan sini. Makanya tidah salah
kalau disini banyak orang dari luar. Ada yang beli hanya
untuk buat rumah tinggal saja tetapi banyak yang beli untuk
buka usaha,walaupun di atas lahan sawah tetapi kalau di
sini untuk bangun rumah tidak boleh rumah yang permanen,
khusnya di lahan sawah, karena ada larangan dari
pemerintah, tetapi ada juga yang tidak mengikuti aturan
tersebut. Kalau kamu lihat banyak rumah yang permanen,
tetapi pemerintah tidak pernah memberi teguran. (hasil
wawancara tanggal 11 Agustus 2019)
Modal menjadi pusat segala-galanya. Ketika modal ada maka

secara otomatis lahan itu pasti ada. Hal inilah yang terjadi di Desa

Noelbaki. Keberadaan para pemodal dengan tipe penawaran harga

yang tinggi, membut masyarakat hampir kehilangan semua lahan

mereka. Kalau mau dilihat bahwa wilayah Noelbaki ini sangat layak

untuk kemudian semua lahannya dibuka lahan sawah. Namun

faktanya adalah banyak lahan yang kemudian dibangun bangunan

64
tempat tinggal dan bangunan usaha. Hal inilah yang membuat

pemerintah mengeluarkan aturan untuk tidak boleh membangun

bangunan yang sifatnya permanen diatas lahan sawah atau lahan

pertanian. Yang terjadi selanjutnya adalah para pemiliki tanah atau

para tuan tanahlah yang justru banyak kehilangan tanahnya dan hal

ini disebabkan karena besarnya tawaran yang ditawarkan oleh pihak

pemodal, sehingga mereka terbuai untuk menjual tanah milik

mereka. Seperti yang dialami oleh Bapak Daniel, sebagai masyarakat

asli Timor yang mengatakan bahwa :

“……….dulu katong pung bapa tuan tana disini


kaka, yang pasti katong pung tanah agak banyak setelah
masuk orang-orang yang punya modal dong, sampe-sampe
katong yang asli lari pi hutan sana. Ko dong datang tawar
tanah ni, dengan harga yang besar. Tau to kaka, katong
orang Timor sini, kalau su tawar begitu pasti jatuh na. beta
pung sa sisa untuk be bangun rumah sa, yang lain su jual
habis. Mau kermana lagi, mau sonde jual,orang su tawar
dengan harga enak na.(hasil wawancara tanggal 11 Agustus
2019)

Menarik pula untuk dikemukakan sesuai dengan hasil wawancara

dengan bapak Jhon Ludji Leo, umur 50 tahun, selaku masyarakat

pendatang yang berasal dari Sabu. Mengatakan bahwa:

“……….saya datang sini kaka, tidak perna ada


banyangan apa-apa mau dapat tanah atau tidak. Tahun-tahun
awal saya dengan keluarga tinggal di kontrakan. Setelah saya
pikir-pikir, saya harus beli tanah. Saya berjuang cari kerja

65
dan berlahan-lahan kumpulkan uang hasil kerja saya untuk
modal sedikit beli tanah. Terakhir saya beli dan apalagi dulu
masyarakat sini, masih kaya-kaya tanah, umpan uang sedikit,
langsung kasih. Begitu cara saya sampe sekarang. Budaya
orang Timor sinikan, kalau kita baik dengan mereka apalagi
tawar dengan harga yang menurut mereka itu sudah sangat
besar, mereka lebih baik dan yang pasti kita dapat tanah
banyak. Cara itu yang saya pake selama saya beli tanah
disini, tetapi jangan Tanya lagi kalau harga tanah sekarang,
saya saja bisa jual kembali dengan harga berapa kali lipat
diatas harga waktu saya beli adi, mau bilang apa, memang
kenyataan sudah seperti itu dan bagi saya, modal menjadi
kunci paling utama untuk mendapatkan apa yamh kita mau
(hasil wawancara tangal 11 Agustus 2019)

Dari data wawancara diatas, mengatakan bahwa untuk

mendapatkan lahan pertanian dengan tujuan untuk dibangunnya tempat

tinggal dan kegiatan ekonomi, masyarakat yang datang harus menyediakan

modal yang cukup. Bukan hanya itu, tawaran harga lahan yang pembeli

berikan harus sesuai dengan permintaan pemilik lahan, kalau mau

diharapkan harga yang pemodal tawarkan harus sedikit lebih diatas harga

yang pemilik lahan berikan. Namun selain dua pendekatan diatas, para

pemodal harus berusaha melekukan pendekatan secara keluarga. Menarik

untuk di perhatikan bahwa, etika dalam melakukan pendekatan pada saat

melakukan pembelian tanah, menjadi sesuatu yang paling berharga dan

sangat dihargai oleh para pemilik lahan.

66
Berdasarkan data diatas dapat dipastikan bahwa untuk

mendapatkan lahan khusnya di sepanjang jalan Timor Raya, Desa

Noelbaki ini, para pemodal dengan berbagai cara melakukan pendekatan

sehingga apa yang mereka harapkan dapat terwujud. Kemungkinan yang

lain adalah bahwa masyarakat pada zaman duluh memiliki lahan yang

banyak dan belum terlalu melihat perkembangan dunia kedepannya,

sehingga pada saat melakukan penawaran akan harga lahan masih

menggunakan pendekatan secara keluarga. Namun dalam perjalannya

sekarang khususnya masyarakat atau para pemodal sungguh – sungguh

mengandalkan modal mereka guna mendapatkan tanah yang bisa mereka

gunakan sebagai tempat dibangunnya rumah tinggal dan pusat kegiatan

ekonomi mereka

4. Beban biaya hidup yang menyebabkan konversi lahan pertanian

Biaya hidup menjadi tantangan yang paling pertama dan utama

dalam kehidupan ekonomi keluarga. Perubahan akan permintaan akan

kebutuhan ekonomi keluarga, menjadi penyebab orang melakukan

konversi lahan pertanian. Konversi lahan pertanian yang disebabkan oleh

semakin besarnya biaya hidup, membuat masyarakat semakin

memposisikan lahan mereka dengan nilai jual yang tinggi. Biaya hidup

menjadikan masyarakat semakin didesak untuk keluar dari beban ekonomi

keluarga dan salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan

melakukan konversi lahan pertanian mereka, ada yang dimanfaatkan

sendiri dan ada pulah yang di jual.

67
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Melkianus,

selaku masyarakat biasa yang membuka usaha rumah makan, mengatakan

bahwa:

“……….begini adi, beta ini umur-umur apalagi


masih mudah,tau to anak mudah, tidak ada beban apa-apa.
Ketika sudah berkeluarga begini su mulai rasa dan mengerti
apa yang disebut sebagai kebutuhan dan mulai itu juga saya
mulai belajar mencari cara untuk bisa keluar dari keadaan
seperti itu. Mulai dari kebutuhan makan minum, kebutuhan
pakyan sampai dengan kebutuhan rumah tangga yang lain.
Dari situ saya sudah bingung dan mencari akal agar saya
punya kebutuhan keluarga bisa terpenuhi semua. Untung saja
saya punya istri sedikit hebat memasak, makanya saya
manfaatkan dia punya kemampuan untuk kita buat warung
makan. Tapi saya pikir lahan lagi, yang ada hanya lahan
sawah saja yang dekat dengan jalan raya, akhirnya salah
satunya jalan keluar, saya alihkan lahan sawah ini untuk buat
warung makan dan terakhir jadi. hasil dari penjualan itu, kita
pelan-pelan penuhi kebutuhan keluarga. Bagi saya yang
terpenting adalah berani hati (hasil wawancara tanggal 12
Agustus2019)

Berbagai peruntukan alih fungsi lahan termasuk bangun warung

makan, terdapat pula diantaranya yang memiliki tanah kosong juga

dibangun kandang untuk usaha ayam potong. Hal seperti yang dialami

oleh Bapak Simen, yang mengatakan bahwa:

“……….awalnya saya pung lahan ini hanya untuk


buat rumah sa dan yang sisah saya lepas kosong.Seiring

68
berjalannya waktu,mulai terjadi penambahan anggota
keluarga dan yang pasti kebutuhan rumah tangga ju
bertambah. Hasil kerja di luar sonde cukup, setelah itu be
cari akal ko biar be pung lahan sawah dong yang hasil sonde
jelas ni bisa cepat dapat doi. Terakhir saya kerja sama
dengan bos ayam potong,habis itu be buat kandang,beta
datangkan ayam potong hampir seribu ekor, panen pertama
beta dapat 30 juta tetapi lebih banya ruginya. Dari hasil itu
beta penuhi semua kebutuhan dalam rumah tangga dan
sedikit sisa dari situ beta simpan. Awal-awal usaha memang
sedikit menjengkelkan, tapi beta berjuang untuk tetap
bertahan demi terpenuhinya kebutuhan kelurga.(hasil
wawancara tanggal 12 Agustus 2019 )

Perjuangan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, telah

melahirkan banyak pertimbangan dan juga berbagai usa peruntukan alih

fungsi lahan selain dibangunnya warung makan dan usaha ayam potong.

Terdapat pula diantaranya yang memiliki tanah kosong juga dibangun

rumah untuk disewakan . namun tidak kalah menariknya ketika usaha

kios juga dijalankan diatas lokasi yang sama dan hal inilah yang dijalan

kan oleh Ibu Sebina, selaku ibu rumah tangga, yang mengatakan bahwa:

“……….awalnya saya ini memang susah adi.


berbagai tantangan saya lewati bersama keluarga saya,
sampe-sampe saya mau pi merantau, anak pertama saya
sudah mau masuk SMA sedikit lagi kuliah.hasil yang mau beta
andalkan tidak ada, tapi hanya ada sebidang tanah sawah
yang hasilnya sama sekali tidak bisa mengimbangi kebutuhan
keluarga apalagi pendidikan anak saya. Akhirnya punya tekad
untuk berhenti menjadi sawah lagi dan membuat satu rumah

69
kecil untuk di berikan orang kontrak, sisah dari situ beta buat
usaha kios. Dari hasil itu,harapannya beta bisa melanjutkan
pendidikan beta pung anak-anak sampai kuliah.(hasil
wawancara tanggal 12 Agustus 2019)

Dengan demikian dari data diatas dapat dijelaskan bahwa biaya

hidup dapat mempengaruhi konversi lahan pertanian. konversi lahan

pertanian bisa saja terjadi sewaktu-waktu masyarakat mengalami

kesulitan. Biaya hidup seperti biaya rumah tangga, biaya pendidikan, dan

biaya hidup lainnya yang tidak terencana, yang membuat masyarakat

dalam posisi seperti demikian harus melakukan konversi lahan pertanian

atau dengan kata lain, masyarakat hanya mengandalkan lahan pertanian

mereka guna mengatasi setiap kebutuhan ekonomi keluarga.

Berdasarkan data diatas dapat pulah di jelaskan bahwa masyarakat

khususnya masyarakat Noelbaki yang berada disepanjang jalan Timor

Raya, harus melakukan alihfungsi lahan pertanian mereka guna memenuhi

setiap kebutuhan ekonomi keluarga dan biaya pendidikan, serta biaya

kehidupan yang lain. Dalam setiap beban biaya ini seakan-akan memiliki

sifat memaksa dan harus terpenuhi.

Konversi lahan pertanian yang dilakukan masyarakat merupakan

konsep pemenfaatan lahan pertanian yang disebabkan oleh desakan

kebutuhan keluarga. Masyarakat yang melakukan konversi lahan pertanian

seakan di dorong dan di tekan untuk harus melakukannya. Lagi-lagi, biaya

hidup menjadi puncak pernyataan masyarakat yang lahannya

70
dialihfungsikan. Masyarakat seakan dibawah pada sebuah konsep yang

mengatakan bahwa untuk bisa keluar dari sebuah beban biaya hidup harus

melakukan konversi lahan pertanian.

b. Pengaruh konversi lahan terhadap kehidupan Sosial Ekonomi

Masyarakat di daerah yang mengalami konversi lahan pertanian

di Jalan Timor Raya, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang

Tengah, Kabupaten Kupang.

1. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Perubahan

Stuktur Sosial

Konversi lahan pertanian merupakan usaha masyarakat dalam

mengalihfungsikan lahn pertanian mereka untuk tujuan lain. Salah satu

diantaranya adalah sebagai areal perumahan dan kegiatan ekonomi

masyarakat. Menariknya konversi lahan dapat melahirkan sebuah

kehidupan masyarakat yang sifatnya heterogen atau terlahir dalam sebuah

kehidupan yang beragam jenis etnis, suku dan bahasa. Hal inilah yang

menunjukan keunggulan dan sisi menariknya dari konversi lahan pertanian

tersebut. Konversi lahan pertanian menjadi ancaman bagi keberlangsungan

pertanian di Indonesia, namun konversi lahan pertanian telah melahirkan

sebuah konsep keterbukaan bagi masyarakat, seperti halnya yang terjadi di

Jalan Timor Raya, Desa Noelbaki. Bahwa masyarakat yang berada di

lokasi ini berasal dari suku dan etnis serta bahasa yang berbeda-beda.

Konversi lahan pertanian di wilayah ini telah dimaknai secara terbalik, hal

ini di buktikan ketika konversi lahan pertanian mempengaruhi struktur

71
sosial masyarakat. Artinya masyarakat yang berasal dari etnis lain atau

yang menetap dan berada di wilayah ini hanya karena alasan mereka

memiliki lahan di wilayah ini, di beri kedudukan yang sama dalam staf

kepengurusan desa. Secara struktur masyarakat yang beretnis lain juga

turut mengisi di setiap sela kepengurusan desa.

Hal ini sesuai hasil wawancara dengan Ibu Klara Go’o selaku

penduduk pendatang dan penjual bungah mengatakan bahwa:

“……….saya ini orang Flores, saya dan suami


bersama keluarga tinggal di sini sejak tahun 1990. Lahan
yang kami tinggal ini di beli dari orang lain yang asli sini.
awalnya di desa Noelbaki ini, rata-rata yang jadi Kepala
Desa hanya orang asli saja, tetapi lambat laun orang-orang
dari etnis lain juga banyak masuk dan menetap di sini. Mulai
dari beli lahan di sini sampai mereka membangun tempat
tinggal di sini. Bukan hanya itu, mereka juga mulai
mengambil bagian dalam urusan pendataan penduduk desa.
Segala permintaan yang berkaitan dengan atministrasi desa
mereka layani semuanya sampai pada pembuatan KTP yang
beralamat di desa Noelbaki. Mereka secara spontan, ikut
menjadi calon wajip pilih di desa ini. Sehingga pemerintah
desa, dengan sikap memberikan kesempatan kepada mereka
yang beretnis lain untuk mencalonkan diri dalam segala
urusan yang menyangkut dengan estavet kepemimpinan, baik
dari tingkat RT/RW sampai pada tingkat Kepala Desa dan
buktinya saya punya suami jadi dusun sampai sekarang,
padahal kita orang Flores (hasil wawancara tanggal 12
Agustus 2019)

72
Sebagaimana juga, infoman lain yakni Orvin Ola selaku penduduk

asli dan pengusaha mengatakan bahwa:

“……….menjadi pemimpin dalam satu wilayah itu


tergantung peluang dan kesempatan dan tingkat kepercayaan
masa terhadap setiap calon pemimpin. Noelbaki menjadi
salah satu contoh desa yang terbuka dan memberi kesempatan
yang sama terhadap siapa saja dan dari etnis yang mana
saja. Tetapi yang pasti yang bersangkutan sudah terdaftar
secara sah menjadi penduduk dalam wilayah desa ini. Justru
kami yang beretnis lokal atau masyarakat Timor asli sini
bersyukur karena bagi kami kehadiran masyarakat dari etnis
lain di desa kami ini, justru akan menghasilkan ide baru yang
datang dan boleh di terapkan di desa kami ini. Satu saja yang
kami yakini bahwa, mereka datang untuk membangun bukan
menghancurkan. Selama hal tersebut menguntungkan, mari
kita berbagi dan membawa desa kita ini untuk lebih maju lagi.
Karena bagi kami yang asli sini, kehadiran orang-orang dari
luar, justru banyak ide-ide baru yang masuk, untuk
berkolaborasi dengan keadaan dan situasi desa yang selalu
punya harapan untuk maju (hasil wawancara tanggal 12
Agustus 2019)

Konversi lahan pertanian telah membawa perubahan dan pengaruh

yang besar terhadap struktur sosial masyarakat di Desa Noelbaki.

Keberadaan masyarakat pendatang telah membawah perubahan dan

pengaruk pada sistem dan struktur pada pemerintahan Desa Noelbaki.

Kekuatan masyarakat pendatang telah mengubah cara pandang pada

73
masyarakat lokal akan keberadaan mereka. Berbagai kesempatan dan

posisi, masyarakat pendatang ikut masuk dalam struktur kepemimpinan

masyarakat lokal. Menariknya adalah bahwa masyarakat lokal merasa

sangat nyaman akan keberadaan masyarakat lokal ini karena bagi mereka

adalah masyarakat telah berhasil member mereka motivasi sehingga

mereka bisa keluar dari pola pikir mereka yang lama. Sikap toleransi yang

tinggi terhadap sesama masyarakat itulah yang membuat mereka sangat

berterima kasih terhadap masyarakat pendatang. Seperti halnya yang

dirasakan oleh salah seorang informan atas nama Bapak Melkisedek

Keubana, selaku kepala desa periode 2014-1019, yang mengatakan bahwa:

“……….saya selaku kepala desa di sini merasa


senang, karena bagi saya kolaborasi suku, agama, dan etnis,
bagi saya itu adalah seni, dikatakan demikian karena kami
bisa mengenal masyarakat yang satu dengan yang lain, kami
bisa belajar untuk saling menghargai, menolong, dan yang
paling penting bertoleransi dengan sesama manusia sebagai
satu masyarakat Indonesia, selain itu, saling memotivasi
untuk bisa saling melengkapi. Prinsip saya sebuah lukisan
akan terlihat indah, ketika terbentuk dari dua atau lebih
warna yang berbeda (hasil wawancara tanggal 12 Agustus
2019)

Dengan demikain dari data diatas dapat dijelaskan bahwa konversi

lahan pertanian dapat mempengaruhi struktur sosial masyarakat. Hal ini

dapat dibuktikan ketika masuknya etnis lain kedalam suatu wilayah

khususnya di desa Noelbaki. Keadaan ini menunjukan sikap keterbukaan

74
masyarakat asli atau etnis lokal terhadap etnis lain yang masuk kedalam

wilayah mereka. Mereka disebutkan memiliki sikap terbuka ketika

dibuktikan dengan banyaknya etnis lain yang mengambil peran secara

aktif dalam setiap urusan yang berkaitan dengan kehidupan pemerintahan

setempat. Dalam berbagai urusan pemerintahan mereka bergabung dan

bahkan dipercayakan untuk memimpin. Menariknya adalah kehadiran

masyarakat dari etnis lain justru membawah pengaruh yang sangat besar

terhadap etnis lokal. Mempercayakan masyarakat dari etnis lain untuk

menjadi pemimpin dengan prestasi kepemimpinannya yang sangat baik,

justru membuat masyarakat sebagai etnis lokal selalu berharap agar

masyarakat dari etnis lain tetap menghasilkan dan memberikan serta

menerapkan ide-ide baru lagi yang sifatnya membangun.

Berdasarka data diatas dapat di pahami bahwa konversi lahan

pertanian dapat mempengaruhi serta membentuk sikap masyarakat lokal

untuk tetap terbuka dan terus berkolaborasi dalam meningkatkan mutuh

kehidupan masyarakat dalam hal ini desa Noelbaki untuk menjadi lebih

maju lagi. Berlandaskan pada pernyataan informan yang mengatakakan

bahwa mereka mengalami sebuah perubahan yang sangat berbeda dari

yang sebelumnya, artinya masyarakat mampu untuk keluar dari kebiasaan

– kebiasaan lama yang menurut mereka itu adalah sesuatu hal yang mati.

Sesuatu hal yang mati artinya ketika sebuah kebiasaan itu tidak berjalan

pada posisi yang sebenarnya justru dianggap biasa dan tidak diperbaiki.

Masuknya etnis lain dengan kebiasaannya mereka yang dianggap punya

75
nilai lebih dari kebiasaan masyarakat lokal, justru menjadi cerminan untuk

masyarakat lokal melihat kembali kebiasaan mereka yang lama dan

mencari jalan keluar untuk memperbaruinya dengan cara memperbaikinya

kembali dan berkolaborasi dengan kebiasaan yang datang dari luar.

Mengutip dari pernyataan informan yang mengatakan bahwa masuknya

etnis lain justru menjadikan mereka untuk tetap peka dalam menghadapi

sebuah situasi yang baru. Memberikan kesempatan bagi etnis lain dalam

sebuah jabatan kepemimpinan desa, merupakan bukti dari keterbukaan

masyarakat lokal, misalnya masyarakat dari etnis lain yang menjabat

sebagai RT/RW bahkan menjadi kepala desa. Desa Noelbaki adalah salah

satu contoh desa yang menghargai keberagaman. Berbeda dalam hal

budaya atau adat istiadat tetapi sama dalam struktur kepemerintahan

misalnya suami seorang ibu yang bernama Klara Go’o, yang bersal dari

Flores Nagekeo, sekarang menjabat menjadi dusun di desa Noelbaki. Hal

ini yang menunjukan adanya keterbukaan dalam hal struktur sosial

masyarakat, Khususnya masyarakat di Desa Noelbaki.

2. Pengaruh Konversi Lahan Pertania terhadap Diferensiasi

Pekerjaan

Konversi lahan pertanian merupakan kegiatan yang dilakukan

masyarakat dalam memanfaatkan lahan pertanian, dalam hal ini

masyarakat memanfaatkan lahan pertanian yang di nilai masih produktif.

Konversi lahan pertanian membawa pengaruh yang sangat besar bagi

masyarakat di Jalan Timor Raya, yaitu terjadinya perubahan dalam system

76
pekerjaan. Masyarakat tidak hanya bergerak di bidang pertanian saja,

tetapi terjadinya kolaborasi dalam berbagai jenis pekerjaan.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Klara Go’o

yang mengatakan bahwa:

“……….jadi begini ade,awalnya memang saya


hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga saja,dalam
perjalanan khususnya selama tiga tahun terakhir ini saya
melihat peluang untuk bisnis bunga ini sangat besar,hal ini
saya buktikan ketika banyaknya pembeli bungah,sedangkan
persedian dan tempat yang jual bunga masih sedikit.hal ini
yang membuat saya terdorong untuk membuka bisnis ini, dan
ternyata pendapatan yang di dapat sangat lumayan dan kalau
saya lihat selama ini masyarakat tidak hanya memiliki satu
jenis pekerjaan saja tetapi hampir semua jenis pekerjaan
masyarakat geluti.(hasil wawancara tanggal 13 Agustus
2019)

Menarik pula untuk mengemukakan hasil wawancara dengan Bapak

Daniel, yang mengatakan bahwa:

“……….begini adi, dari yang saya lihat dan ikuti


selama ini,masyarakat sini sudah sangat sedikit masyarakat
yang fokus dengan bertani, apalagi kaum mudah sekarang,
sudah tidak lagi kerja di sawah, mereka lebih suka pergi ojek,
karena kalau yang pernah saya diskusi dengan salah satu
anak mudah, dia mengatakan kalau kita kerja sawah pasti
waktu menunggu panen itu sangat lama dan belum lagi biaya
yang dikeluarkan untuk perawatan, tetapi kalau ojek, setiap

77
hari pasti ada dapat uang.(hasil wawancara tanggal 13
Agustus 2019)
Pertimbangan peluang dan konsep untung rugi telah berhasil

mengubah posisi pekerjaan seseorang. Seperti halnya yang dirasakan oleh

informan sebelumnya yang telah memiliki pekerjaan lain karena alasan

peluang kerja dan keuntungan yang didapat. Lebihnya lagi adalah biaya

yang dikeluarkan untuk pekerjaan yang berkaitan dengan usaha bertani itu

sangat memberatkan bagi kaum mudah sekarang khusnya. Memilih

pekerjaan yang lebih cepat dapat uang dan lebih muda dikerjakan itu lebih

banyak diminati. Hal inilah yang menjadi bukti bahwa desa tersebut telah

mengalami perubahan dan perkembahan pola pikir masyarakat. Anak

mudah sekarang secara perlahan keluar dari sistem pemenuhan kebutuhan

hidup zaman dulu dan bagi mereka pertanian bukan satu-satunya cara

untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup. Seperti halnya yang dikatakan

oleh Bapak Melkianus, yang mengatakan bahwa:

“……….kalau saya pribadi melihat masyarakat


sekarang hampir-hampir tidak terlalu fokus dengan
bertani,mengapa saya katakana seperti itu karena kalau kita
lihat,hanya orang tua saja yang mau di bilang lebih sering
dan selalu ada di sawah,tetapi anak mudah lebih suka
pekerjaan yang cepat dapat uang. Buktinya ada yang
ojek,jualan sayur pake motor,buka usaha pangkas rambut
atau bahkan kerja di rumah makan,di tokoh. Hal ini kalau
saya pikir bahwa masyarakat sekarang tidak fokus pada satu
pekerjaan saja tetapi dalam satu pribadi manusia,dia bisa
lewati dua,tiga jenis pekerjaan.masyarakat sekarang

78
khususnya di wilayah sini,ada yang petani,ada yang
pengusaha,ada yang sopir,ada penjual sayur dan lain
sebagainya,yang menurut mereka bisa mengasilkan uang
lebih cepat. (hasil wawancara tanggal 13 Agustus 2019)
Data di atas menjelaskan bahwa diferensiasi pekerjaan yang terjadi

di Jalan Timor Raya, Desa Noelbaki, memangang sudah terjadi sejak

duluh, hal ini dapat dipastikan dengan banyaknya masyarakat luar yang

masuk dan menetap dengan pekerjaan yang digeluti berbeda-beda.

Menariknya adalah keberadaan masyarakat yang datang dari luar ini, juga

membawa pengaruh dan cara pandang masyarakat asli. Masyarakat dengan

mudah merubah dan memilih jenis pekerjaan yang menurut mereka lebih

cepat mendapatkan uang.

Berdasarkan data diatas dapat di pastikan bahwa diferensiasi

pekerjan yang terjadi pada masyarakat di Jalan Timor Raya, Desa

Noelbaki ini merupakan salah satu akibat dari konversi lahan pertanian.

Masyarakat melakukan pemanfaantan lahan pertanian mereka karena

merasa bahwa pekerjaan lain juga bisa menjanjikan kesejahteraan keluarga

mereka. Bagi mereka lahan sawah bukan hanya diperuntukan untuk

menanam padi saja, tetapi jenis tanaman lain juga bisa di Tanami, yang

bagi mereka bahwa tanaman yang lain ini seperti sayur-sayuran,tomat,

bisah menghasilkan uang yang lebih cepat. Bukan hanya itu, masyarakat

mulai bekerja di semua jenis pekerjaan,yaitu bukan hanya bekerja sebagai

petani saja tetapi yang terjadi sekarang adalah masyarakat lebih cendrung

untuk berbisnis, dengan jenis dan model yang berbeda-beda. Intinya

79
adalah bahwa masyarakat selalu mencari pekerjaan yang lebih cepat

menghasilkan uang, dengan cara pemanfaatan atau pengalihfungsian lahan

dengan tujuan yang berbeda-beda pulah.

c. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Peningkatan

Ekonomi Keluarga

Konversi lahan pertanian merupakan kegiatan memanfaatkan lahan

pertanian untuk penggunaan lain. Lahan pertanian di ubah dari fungsi

pemanfaatan yang sebelumnya. Dalam pengalianfungsi lahan pertanian,

masyarakat di bawah kedalam dua bentuk perubahan yang berbeda-beda,

yaitu dari sebelum konversi lahan pertanian dan setelah melakukan

konversi lahan pertanian. Perubahan ini dapat dilihat dari tingkat

pendapatan masyarakat yang lahannya di alihfungsikan.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Herman,

mengatakan bahwa:

“……….begini kaka, saya punya lahan ini awalnya


lepas kosong, itu sebelum saya alihfungsikan tetapi dalam
perjalanan, setelah saya lakukan alihfungsi lahan yang masih
kosong ini untuk diperuntukkan untuk budidaya sayuran,
ternyata lebih menguntungkan, dimana hasil panen sayurnya
saya jual ke pasar. Begitulah kegiatan saya setiap hari selama
ini kaka. Persoalan biaya dan perawatannya memang tidak
terlalu sulit dan membosankan. Intinya,ada keuntungan dari
sebelum saya konversi dan setelah saya konversi.paling tidak

80
saya masih bisa simpan uang setiap bulan walaupun hanya
Rp. 500.000. (hasil wawancara tanggal 14 Agustus 2019)

Sebagaimana informan lain yakni Bapak Simen, selaku pengusaha

ayam potong, mengatakan bahwa:

“……….awalnya saya punya lahan ini adi, lahan


sawah. Hasilnya satu kali panen memang lumayan juga,
tetapi kalau mau di bilang hampir tidak seimbang antara
biaya, tenaga yang kita keluarkan dan waktu. Karena dia
butuh perawatan yang serius juga, maksudnya setelah tanam
itu, pastinya harus pupuk, apalagi dengan kondisi tanah yang
tidak terlalu subur, yang pastinya harus diberi pupuk yang
secukupnya. Setelah saya konversikan lahan sawah ini, saya
manfaatkan untuk di bangunnya kandang ayam potong,
ternyata ini lebih menguntungkan, dari yang sebelumnya
dalam satu bulan saya hanya simpan uang hanya Rp. 500.000
saja, tetapi sekarang saya bisa simpan sampai Rp. 1.000.000
lebih ke atas. Artinya ada perubahan dalam hal
pendapatan.(hasil wawancara tanggal 14 Agustus 2019)

Peningkatan dan perubahan pendapatan masyarakat menjdi bukti

bahwa masyarakat sudah berkembang. Konversi lahan pertanian dengan

tujuan pemanfaatan yang berbeda-beda merupakan penyebab sehingga

masyarakat tetap memilih pekerjaan yang baru dan melepaskan pekerjaan

yang lama dengan keuntungan yang lebih. Seperti halnya yang dijelaskan

oleh Ibu Ester Kiubana, yang mengatakan bahwa:

“……….awal sebelum saya konversi lahan saya ini


memang tidak ada hasil dari pendapatan saya yang di simpan

81
sebagai tabungan. Setelah saya lakukan konversi pada lahan
saya ini, justru saya mendapatkan keuntungan dan separuh
dari hasil yang saya dapat, masih bisah di simpan walaupun
hanya Rp. 200.000/bulan. Dalam perjalanan penghasilan
saya mulai menurun, hal ini di sebabkan karena mulai
banyaknya orang lain yang menggeluti bisnis yang sama
sebagai penjual bunga, hal ini yang terkadang membuat saya
mulai setres dan bahkan dalam satu bulan itu, saya tidak ada
simpanan lagi.(hasil wawancara tanggal 14 Agustus 2019)

Data menjelaskan bahwa terjadi perubahan pendapatan

sebelum dan setelah melakukan konversi lahan pertanian. Sebagian

masyarakat merasa ada perbedaan dalam hal pendapatan sebelu

lahannya di alihfungsikan dan setelah lahan di alihfungsikan. Hal

ini di buktikan dari dua informan yang mengatakan bahwa mereka

bisa menyisikan hasil usaha mereka setelah melakukan konversi

lahan pertanian, artinya ada hal yang menjanjikan dari hasil usaha

mereka. Namun ada pula yang mengatakan konversi lahan

pertanian yang melakukan memang menguntungkan, tetapi justru

mengundang banyak orang yang melakukan konversi lahan

pertanian. Hal ini yang membuat semakin banyaknya peminat

dalam jenis usaha yang sama, sehingga berpengaruh pada tingkat

pendapatan mereka. Seperti yang di rasakan oleh salah satu

informan di atas, bahwa terjadi penurunan atau semakin

berkurangnya hasil atau pendapatannya setiap bulan.

82
Berdasarkan data di atas bahwa ternyata konversi lahan

pertanian telah mengubah tingkat pendapatan masyarakat.

Masyarakat mengalami sebuah perubahan dari yang sebelum

konversi dan setelah melakukan konversi. Walaupun bagi sebagian

orang masyarakat mengatakan bahwa konversi lahan pertanian

telah menggugah hati semua masyarakat untuk memanfaatkan

lahan pertanian mereka dalam berusaha dan yang paling penting

adalah dengan semakin banyaknya masyarakat yang

memanfaatkan lahan pertanian mereka dalam jenis usaha yang

sama, hal ini yang berpengaruh pada tingkat pendapatan mereka

masing-masing.

d. Implikasi Sosiologis

Konversi lahan pertanian menjadi salah satu kegiatan

memanfaatkan lahan pertanian khususnya pada masyarakat di

Jalan Timor Raya, Desa Noelbaki yang di anggap masih produktif.

Faktanya banyak permukiman penduduk dan kegiatan ekonomi

masyarakat yang dilakukan di atas lahan tersebut, walaupun

kegiatan ekonomi yang masyarakat lakukan ada beberapa di

antantaranya tetap memberikan nilai produktif. Buktinya

masyarakat justru merasa menguntungkan dari kegitan konversi

lahan pertanian tersebut. Konon aktifitas perekonomian

masyarakat hanya bergerak pada satu jenis kegiatan ekonomi saja,

83
tetapi setelah terjadi konversi lahan pertanian, terjadi perubahan

dalam hal pemanfaatan lahan pertanian. Bukan hanya itu, ada

beberapa hal yang mengalami perubahan di antaranya adalah

terjadinya perubahan secara stuktur sosial, terjadinya perubahan

dalam pekerjaan atau dapat di sebut sebagai diferensiasi pekerjaan

dan peningkatan ekonomi keluarga. Ketiga hal ini menjadi sebuah

akibat dari kegiatan konversi lahan tersebut, hal ini juga

dipengaruhi oleh banyaknya masyarakat dari etnis lain yang masuk

ke wilayah ini khususnya di Jalan Timor Raya, Desa Noelbaki,

Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.

Adapun implikasi sosiologis dalam hasil temuan peneliti di

Jalan Timor Raya, Desa Noelbaki adalah bahwa terjadinya

perubahan kehidupan masyarakat. Masyarakat mengalami

kehidupan yang semakin kompleks, keberadaan lingkungan juga

semakin konpleks. Bukan hanya itu, posisi keberadaan lahan

pertanian di Jalan Timor Raya ini justru berada pada jalur

aksesbilitas perekonomian yang bagus, hal ini disebabkan karena

berada dekat dengan pusat kegiatan ekonomi masyarakat.

Lazimnya, adapun implikasi sosial di balik kehidupan

masyarakat dan keberadaan lingkungan yang semakin kompleks,

hal lain yang terjadi adalah bahwa terjadi sebuah perubahan pada

struktur sosial masyarakat, diferensiasi pekerjaan dan juga

84
peningkatan ekonomi keluarga masyarakat yang lahannya di

alihfungsikan khususnya untuk tujuan produktif.

85
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang berkaitan dengan beberapa hal yang sesuai

dengan yang di bahas pada pembahasan sebelumnya adalah sebagai

berikut, antara lain seperti:

1. Keadaan pekerjaan masyarakat Noelbaki

2. Konversi Lahan Pertanian

a. Faktor penyebab terjadinya konversi lahan pertanian di jalan

Timor Raya Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah

Kabupaten Kupang

1. Pengaruh pertambahan jumlah penduduk atau kepala

keluarga terhadap konversi lahan

2. Pengaruh dinamika kota terhadap konversi lahan

pertanian

3. Pengaruh tekanan modal terhadap konversi lahan

pertanian

4. Pengaruh biaya hidup terhadap konversi lahan pertanian

b. Pengaruh Konversi Lahan terhadap masyarakat di daerah

yang mengalami konversi lahan pertanian di Jalan Timor

Raya Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten

Kupang

86
1. Pengaruh konversi lahan pertanian terhadap perubahan

struktur sosial

2. Pengaruh konversi lahan pertanian terhadap diferensiasi

pekerjaan

3. Pengaruh konversi lahan pertanian terhadap

peningkatan ekonomi keluarga.

3. Imlikasi sosisologis

5.2 Saran

Selain penjelasan dalam kesimpulan ini, di kemukakan

beberapa saran sebagai ususlan. Setidaknya menjadi pertimbangan

bagi masyarakat terhadap pemanfaatan lahan pertanian yang

dianggap sebagai sebuah identitas masyarakat Indonesia dan

masyarakat NTT khusnya sebagai sebuah masyarakat agraris,

menjadi pemikiran akhir dalam penulisan skripsi.

1. Bagi pemerintah setempat untuk tetap memastikan

masyarakatnya agar tetap memperhatikan nilai guna sebuah

lahan pertanian sesuai dengan fungsi aslinya dan juga untuk

pemerintah agar lebih memperketatkan serta menunjukan

batasan lahan pekarangan dan lahan pertanian.

2. Bagi masyarakat pemilik lahan yang berada di Jalan Timor

Raya, Desa Noelbaki untuk tetap mempertahankan lahan

pertanian sebagai sebuah budaya pertanian yang harus di jaga

87
dan di pelihara, dengan tidak terpengaruh oleh tawaran akan

nialai jual lahan yang di anggap sangat tinggi.

3. Bagi masyarakat secara keseluruhan agar tetap mendukung

setiap larangan berupa aturan yang di keluarkan oleh

pemerintah agar lahan pertanian khususnya lahan sawah tetap

di budidayakan sebagai sebuah budaya pertanian yang bisa di

regenerasikan untuk generasi penerus.

88
DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber-sumber (Literatur) Buku antara lain:

Kustiawan, Iwan. 1997. Konversi Lahan Pertanian di Pantai Utara

Jawadalam Prisma. No. 1 – 1997. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES

Indonesia.

Mardikanto, T. 2006. Prosedur Penelitian untuk Kegiatan Penyuluhan

Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Prima Theresia

Pressindo Surakarta.

Moleong, Lexi J.2008. Teori Metodologi Penelitian Kualitatif. PT.

Remaja Rosdakary: Bandung

Ritzer, George Dan Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi “Dari

Teori Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori “Sosial

Postmodern”. Kreasi Wacana: Jogjakarta.

Satori, D. dan Aan Komariah. 2011. Metode Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta

Setiawan, Handoko Probo, 2016. Alih Fungsi Lahan Pertanian Ke Non

Pertanian. Jurnal Sosiologi. Samarinda

Simatupang dan Bambang Irawan. 2002. Pengendalian Konversi Lahan

Pertanian: Tinjauan Ulang Kebijakan Lahan Pertanian Abadi.

Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan

Pertanian. Litbang Departemen Pertanian. Bogor

Sunarto, Kamanto.2004. Pengantar Sosiologi (edisi revisi). Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

89
Sumaryanto, Sudaryanto T. 2005. Pemahaman dampak negatif konversi

lahan sawah sebagai landasan perumusan strategi

pengendaliannya. Di dalam: Sunito S, Purwandari H,

Mardiyaningsih DI, editor.Penanganan Konversi Lahan dan

Pencapaian Lahan Pertanian Abadi.ISBN: 979-8637-31-3. Bogor

(ID):Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik

Indonesia, Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

LPPM – Institut Pertanian Bogor.

Suyanto, B dan Sutinah,(eds). 2010. Metodologi Penelitian Sosial:

Berbagai Alternatif Pendekatan. Kencana: Jakarta

Talcott Parsons,1968. Sebuah Pengantar. Yogyakarta : PT Tiara Wacana.

Utomo, Muhajir., Eddy Rifai, dan Abdulmuthalib Thahar. 1992.

Pembangunan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Bandar

lampung: Universitas Lampung.

Utomo M. 1992. Alih fungsi lahan: Tinjauan analitis. Di dalam: Utomo

M, Rifai E, Thahar A, editor. Pembangunan dan Pengendalian Alih

Fungsi Lahan. ISBN 979-8287-02-9. Bandar lampung

(ID):Universitas Lampung.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman

Yunus, Hadi Sabari. 2008. Dinamika Wilayah Peri‐Urban: Deterninan

Masa Depan Kota. Pustaka Pelajar.Yogyakarta

90
B. Sumber-sumber dari karya Ilmiah:

Agus F. 2004. Konversi dan Hilangnya Multifungsi Lahan Sawah. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor

Bernadina M.A Bria.2018.Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non

Pertanian Terhadap Sosial EkonomiMasyarakatdiDesaWehali

Kecamatan Malaka Tengah Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara

Timur. Program studi S2 Ilmu Lingkungan,Universitas Gadjah

Mada.Yogyakarta.

Kurniasari, M dan Ariastita, P.G. 2014. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Sebagai Upaya

Prediksi Perkembangan Lahan Pertanian di Kabupaten

Lamongan.Jurnal Teknik Pomits Vol. 3, No. 2.

N. Dewi, and I. Rudiarto, "Identifikasi Alih Fungsi Lahan Pertanian dan

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Pinggiran di

Kecamatan Gunungpati Kota Semarang," Jurnal Wilayah dan

Lingkungan, vol. 1, no. 2, pp. 175-188, Agustus. 2013.

C. Sumber-sumber dari karya online :

http://unnes.ac.id

http://balittanah.litbang.deptan.go.id

https://www.pengertianku.net/2016/06

http:/www.sekolah pendidikan.com

https://doi.org/10.14710/jwl.1.2.175-188

http://etd.repository.ugm.ac.id

91

Anda mungkin juga menyukai