Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN


MENJADI PEMUKIMAN

NAMA KELOMPOK 6 :
1. Tegar Ardiansyah ( 21 )
2. Nazarudin Syafrullah ( 22 )
3. Windi Winarti ( 23 )

SMA WALISONGO GEMPOL


JL. CEMPAKA PUTIH NO. 08 GEMPOL – PASURUAN
TELP. (0343) 850180, 851457 FAX. (0343) 850180
e-mail : sma_walisongo@yahoo.co.id
LATAR BELAKANG

Kenaikan “jumlah penduduk di Indonesia melonjak sangat signifikan dan diikuti dengan
peningkatan pembangunan di sektor tempat tinggal khususnya permukiman. Pertumbuhan
penduduk yang cukup pesat biasanya terjadi di kota-kota besar. Pertumbuhan penduduk
tersebut tentu menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal dan segala fasilitas
pendukungnya dan akan berdampak pada upaya pemenuhan kebutuhan manusia, kebutuhan
tersebut meliputi kebutuhan akan fasilitas dan lokasi kegiatan ekonomi seperti pertokoan,
pasar, pabrik dan lain-lain. Upaya pemenuhan kebutuhan tempat tinggal dan fasilitas
pendukungnya begitu besar tetapi ketersediaan lahan terbatas dan tidak bertambah. Di sisi
lain, hasil produksi pertanian semakin turun dan tidak memberikan keuntungan yang
signifikan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga petani. Maka di wilayah perkotaan
dalam upaya pemenuhan kebutuhan tempat tinggal dan fasilitas pendukungnya serta
pemenuhan kebutuhan rumah tangga petani seringkali dengan melakukan kegiatan alihfungsi
lahan, khususnya lahan pertanian sawah.

Alih fungsi lahan (konversi) lahan pertanian banyak dilakukan dan biasanya berlangsung
pada pertanian yang masih produktif. Alih fungsi lahan pertanian tersebut terjadi karena
besarnya dan meningkatnya permintaan serta kebutuhan akan permukiman. Konversi lahan
atau yang biasa dikenal dengan konversi lahan didefinisikan sebagai perubahan fungsi
sebagian atau seluruh areal lahan dari fungsi semula (sesuai harapan)” 2 menjadi fungsi lain
yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan potensi tanah itu sendiri. Di
Indonesia, “khususnya di Pulau Jawa, alih fungsi lahan pertanian sudah tidak terkendali.
Hampir sekitar 80 ribu Ha lahan pertanian hilang dan beralih fungsi setiap tahunnya.
Diperkirakan pada tahun 2025 luas lahan pertanian di Indonesia hanya menyisakan dua juta
hektare (Sutrisno, 2005). Pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan mendorong
kebutuhan dan permintaan masyarakat terhadap lahan, khususnya lahan pertanian yang
semakin meningkat sehingga menyebabkan luasan lahan pertanian menjadi berkurang.
Penyempitan lahan pertanian tersebut merupakan dampak dari upaya pemenuhan kebutuhan
tempat tinggal akibat pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Secara empiris, lahan sawah paling rentan terhadap konversi.
1. PENGERTIAN ALIH FUNGSI LAHAN

Menurut Winoto (2005) dalam Imam Indarto Gunawan (2019:19) mengemukakan


bahwa alih fungsi lahan merupakan suatu fenomena dinamika yang menyangkut aspek
fisik dan kehidupan masyarakat. Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, disamping
berubahnya fenomena fisik luasan tanah pertanian, juga berkaitan erat dengan berubahnya
orientasi ekonomi, sosial budaya dan politik masyarakat”.
I Made Yoga Prasada dan Tia Alfina Rosa ( 2018:213) mengemukakan bahwa, alih
fungsi lahan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengubah fungsi suatu jenis lahan
menjadi fungsi lainnya. Berbagai jenis lahan dapat dialihfungsikan menjadi berbagai jenis
fungsi lain yang dapat memberikan manfaat dan biaya yang berbeda-beda dari kegiatan
pemanfaatan lahan tersebut. Jenis lahan yang banyak dialih fungsikan adalah lahan
pertanian , khususnya lahan pertanian tanaman pangan yaitu lahan sawah ”.
Alih fungsi lahan tersebut biasanya mencakup hamparan lahan yang cukup luas,
terutama ditujukan untuk pembangunan kawasan perumahan, kawasan industri, kawasan
pendidikan dan fasilitas lainnya, dampak dari alih fungsi lahan yang berlangsung secara
berlebihan menyebabkan penurunan lahan pertanian produktif dan dapat mengakibatkan
penurunan pangan.

2. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN


PERTANIAN

Menurut Su Ritohardoyo (2013:39) dalam Haryanti (2019:27) faktor yang


mempengaruhi perubahan penggunaan lahan adalah :

a) Faktor fisik yang berpengaruh besar adalah hidrologi, iklim dan ketinggian tempat.
b) Faktor ekonomi dan sosial budaya hubungannya dengan penggunaan lahan adalah
kepadatan penduduk,pekerjaan,tingkat pengetahuan,persepsi dan nilai yang hidup
dimasyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya alam.
c) Faktor ekologi yang berpengaruh adalah sifat keterwakilan, kekhasan, sifat keaslian,
dan sifat keanekaragaman.
3. DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI PEMUKIMAN
Kasus alih fungsi lahan pertanian selain membawa manfaatt bagi warga yang tidak
memiliki tempat tinggal, juga memiliki beberapa dampan negative dan positif seperti
berikut ini :

 DAMPAK POSITIF
a. Meningkatnya harga jual lahan.
b. Terbukanya peluang usaha.
c. Peningkatan sarana dan prasarana fasilitas umum.
d. Banyak lahan untuk warga yang tidak mempunyai rumah.
 DAMPAK NEGATIF
a. Produtikvitas pangan menurun.
b. Berkurangnya ekosistem sawah.
c. Peningkatan kemiskinan masyarakat local.
d. Perubahan struktur penempatan kerja dan pendapatan komunitas setempat.

4. SOLUSI
a. Memberikan bantuan dan insentif bagi petani.
b. Peningkatan kapasitas SDM di sektor pertanian.
c. Penguatan kebijakan di sektor pertanian.
d. Menetapkan peraturan perundang - undangan tentang ketentuan perlindungan lahan
pertanian produktif.
e. Membatasi melakuakan pengalih fungsian lahan pertanian produktif.
f. Mengembangkan prinsip hemat lahan dengan cara misalnya melakukan
pembangunan rumah susun.

Anda mungkin juga menyukai