Anda di halaman 1dari 33

ALIH FUNGSI

LAHAN
Oleh:
Atinnajah Kamalasari
(07)
Endah Wulandari (18)
M. Afif Mutawally (25)
Sofina Galih F. T
(36)
Masalah alih fungsi lahan
Alih fungsi lahan/konversi lahan adalah perubahan
fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari
fungsinya semula (seperti yang direncanakan)
menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif
terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri
Alih fungsi lahan juga diartikan sebagai perubahan
untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor2
yang secara garis besar meliputi keperluan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang makin
bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan
akan mutu kehidupan yang lebih baik
Sektor pertanian sektor strategis dan
berperan penting dalam perekonomian
nasional dan kelangsungan hidup masyarakat
Lahan pertanian memiliki arti penting
sebagai media bercocok tanam yang
menghasilkan bahan pangan bagi kebutuhan
umat manusia
Seiring perkembangan zaman dan gerak
pembangunan dan pertumbuhan jumlah
penduduk eksistensi lahan mulai terusik
Masalah yang cukup terkait adalah maraknya
alih fungsi lahan pertanian untuk penggunaan
lainnya yaitu untuk pemukiman, pabrik, dll
Alih fungsi lahan biasanya terkait dengan
proses perkembangan wilayah dapat
dikatakan alih fungsi lahan merupakan
konsekuensi dari perkembangan wilayah
Sebagian besar alih fungsi lahan yang terjadi,
menunjukkan adanya ketimpangan dalam
penguasaan lahan yang lebih didominasi oleh
pihak kapitalis
Pertumbuhan penduduk dan intensitas
pembangunan yang berkembang dalam
berbagai bidang menyebabkan ikut
meningkatnya permintaan akan lahan
pembangunan perumahan, hotel, villa, pabrik,
dll
Terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non
pertanian atau industri bila terus dibiarkan
tanpa adanya upaya penyelamatan dan
perlindungan terhadap lahan pertanian
produktif maka lahan2 itu akan terus beralih
fungsi dan semakin berkurang jumlahnya
Alih fungsi lahan pada hakekatnya
merupakan hal yang wajar pada era modern
seperti sekarang ini, namun alih fungsi
lahan pada kenyataannya membawa banyak
masalah karena terjadi diatas lahan
pertanian yang masih produktif
Dampak alih fungsi lahan
1. Berkurangnya lahan pertanian
Dengan adanya alih fungsi lahan
menjadi non pertanian, maka
otomatis lahan pertanian menjadi
semakin berkurang. Hal ini tentu
saja memberi dampak negatif ke
berbagai bidang baik secara
langsung maupun tidak langsung
2. Menurunnya produksi pangan
nasional
Akibat lahan pertanian yang semakin
sedikit, maka hasil produksi juga
akan terganggu. Dalam skala besar,
stabilitas pangan nasional juga akan
sulit tercapai. Mengingat jumlah
penduduk yang semakin meningkat
setiap tahunnya sehingga kebutuhan
pangan juga bertambah, namun
lahan pertanian justru semakin
berkurang
3. Mengancam keseimbangan ekosistem
Dengan berbagai keanekaragaman populasi
di dalamnya, sawah/ lahan pertanian lainnya
merupakan ekosistem alami bagi beberapa
binatang. Jika lahan tersebut mengalami
perubahan fungsi, binatang2 tersebut akan
kehilangan tempat tinggal dan bisa
mengganggu ke pemukiman warga
Selain itu, adanya lahan pertanian juga
membuat air hujan termanfaatkan dengan
baik sehingga mengurangi resiko penyebab
banjir di musim penghujan
4. Sarana prasarana pertanian menjadi tidak
terpakai
Untuk membantu peningkatan produk
pertanian, pemerintah telah menganggarkan
biaya untuk membangun sarana dan
prasarana pertanian. Dalam sistem pengairan
misalnya, banyak kita jumpai proyek-proyek
irigasi dari pemerintah, mulai bendungan,
drainase, serta infrastruktur lain yang
ditujukan untuk pertanian. Sehingga jika
lahan pertanian tersebut beralih fungsi, maka
sarana dan prasarana tersebut menjadi tidak
terpakai lagi.
5. Banyak buruh tani kehilangan pekerjaan
Buruh tani adalah orang-orang yang tidak
mempunyai lahan pertanian melainkan
menawarkan tenaga mereka untuk
mengolah lahan orang lain yang butuh
tenaga. Sehingga jika lahan pertanian
beralih fungsi dan menjadi semakin
sedikit, maka buruh tani tersebut
terancam akan kehilangan mata
pencaharian mereka.
6. Harga pangan semakin mahal
Ketika produksi hasil pertanian semakin
menurun, tentu saja bahan-bahan pangan
di pasaran akan semakin sulit dijumpai
Hal ini tentu saja akan dimanfaatkan
sebaik mungkin bagi para produsen
maupun pedagang untuk memperoleh
keuntungan besar. Maka tidak heran jika
kemudian harga-harga pangan tersebut
menjadi mahal
7. Tingginya angka urbanisasi
Sebagian besar kawasan pertanian terletak
di daerah pedesaan. Sehingga ketika terjadi
alih fungsi lahan pertanian yang
mengakibatkan lapangan pekerjaan bagi
sebagian orang tertutup, maka yang terjadi
selanjutnya adalah angka urbanisasi
meningkat. Orang-orang dari desa akan
berbondong-bondong pergi ke kota dengan
harapan mendapat pekerjaan yang lebih
layak. Padahal bisa jadi setelah sampai di
kota keadaan mereka tidak berubah karena
persaingan semakin ketat.
Faktor Penyebab Alih Fungsi Lahan

Secara garis besar faktor yang menyebabkan


alih fungsi lahan digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Faktor Eksternal
Faktor yang disebabkan oleh adanya
pertumbuhan perkotaan, demografi maupun
ekonomi.
a) Pertumbuhan perkotaan semakin
padatnya daerah perkotaan maka terjadi
ekspansi ke daerah pinggiran ataupun
belakang kotaan
b) Demografi atau kependudukan yang
dimaksud disini adalah semakin
meningkatnya pertumbuhan dan jumlah
penduduk yang menyebabkan semakin
meningkatnya permintaan akan lahan yang
akan digunakan sebagai perumahan.
c)Faktor ekonomi merupakan faktor semakin
meningkatnya kebutuhan akan lahan di
bidang ekonomi baik itu digunakan sebagai
kegiatan pariwisata maupun perdagangan.
Selain itu, tekanan ekonomi juga dapat
menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan.
2. Faktor Internal
Faktor dari dalam, faktor ini lebih melihat
sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial
ekonomi rumah tangga pertanian
pengguna lahan.
Karakteristik petani yang mencakup umur,
tingkat pendidikan, jumlah tanggungan
keluarga, luas lahan yang dimiliki, dan
tingkat ketergantungan terhadap lahan.
Di zaman yang semakin modern ini tidak
dipungkiri para generasi muda lebih
memilih bekerja di bidang industri dan
perkantoran daripada bekerja di bidang
pertanian.
3. Faktor Kebijakan
Berkaitan dengan aspek peraturan (regulasi)
yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat
maupun daerah yang berkaitan dengan
perubahan fungsi lahan pertanian.

Selain 3 faktor diatas, ada faktor lain yang


menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan,
yaitu:
a. Faktor kependudukan
Pesatnya peningkatan jumlah penduduk
telah meningkatkan permintaan tanah untuk
perumahan, jasa, industri dan fasilitas umum
lainnya.
b. Kebutuhan lahan untuk kegiatan non pertanian
antara lain pembangunan real estate, kawasan
industri, kawasan perdagangan dan jasa-jasa
lainnya yang memerlukan lahan yang luas,
sebagian diantaranya berasal dari lahan petanian
termasuk sawah.
c. Faktor ekonomi. Tingginya nilai sewa tanah yang
diperoleh aktivitas sektor non pertanian
dibandingkan sektor pertanian. Rendahnya
insentif untuk berusaha tani disebabkan oleh
tingginya biaya produksi, sementara harga hasil
pertanian relatif rendah.
d. Faktor sosial budaya, antara lain keberadaan
hukum waris yang menyebabkan
terfragmentasinya tanah pertanian,
sehingga tidak memenuhi batas minimum
skala ekonomi usaha yang menguntungkan.
e. Otonomi daerah yang mengutamakan
pembangunan pada sektor menjanjikan
keuntungan jangka pendek lebih tinggi guna
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), yang kurang memperhatikan
kepentingan jangka panjang dan
kepentingan nasional yang sebenarnya
penting bagi masyarakat secara
keseluruhan.
f. Lemahnya fungsi kontrol dan pemberlakuan
peraturan oleh lembaga terkait.
g. Kurangnya minat generasi muda dibidang
pertanian. Beberapa golongan masyarakat
menganggap bahwa sektor pertanian adalah
sektor minim penghasilan dan berada dikelas
bawah untuk golongan pekerjaan, bahkan
tidak jarang masyarakat Indonesia
menganggap petani hanyalah untuk meraka
yang tidak ambil bagian dibidang
pendidikan.
Strategi Pengendalian Alih Fungsi
Lahan
Upaya pengendaliannya tidak mungkin hanya
dilakukan melalui satu pendekatan saja.
Mengingat nilai keberadaan lahan pertanian
bersifat multifungsi, maka keputusan untuk
melakukan pengendaliannya harus
memperhitungkan berbagai aspek yang
melekat pada eksistensi lahan itu sendiri.
Hal tersebut mengingat lahan yang ada
mempunyai nilai yang berbeda, baik ditinjau
dari segi jasa (service) yang dihasilkan
maupun beragam fungsi yang melekat di
dalamnya.
Ada 3 pendekatan secara bersamaan dalam
kasus pengendalian alih fungsi lahan:
1. Regulasi
Pengambil kebijakan perlu menetapkan
sejumlah aturan dalam pemanfaatan lahan
yang ada.
Berdasarkan berbagai pertimbangan
teknis, ekonomis dan sosial, pengambil
kebijakan bisa melakukan pewilayahan
(zoning) terhadap lahan yang ada serta
kemungkinan bagi proses alih fungsi.
Mekanisme perizinan yang jelas dan
transparan dengan melibatkan semua
pemangku kepentingan yang ada dalam proses
alih fungsi lahan.
Dalam tatanan praktisnya, pola ini telah
diterapkan pemerintah melalui penetapan
Rencana Tata Ruang Wilayah dan pembentukan
Tim Sembilan di tingkat kabupaten dalam
proses alih fungsi lahan. Sayangnya,
pelaksanaan di lapang belum sepenuhnya
konsisten menerapkan aturan yang ada.
2. Akusisi dan Manajemen
Melalui pendekatan ini pihak terkait perlu
menyempurnakan sistem dan aturan jual
beli lahan serta penyempurnaan pola
penguasaan lahan yang ada guna
mendukung upaya kearah
mempertahankan keberadaan lahan
pertanian.
3. Insentif/ Subsidi dan Pajak
Pemberian subsidi kepada para petani yang
dapat meningkatkan kualitas lahan yang
mereka miliki.
Adanya penerapan pajak yang menarik
bagi yang mempertahankan keberadaan
lahan pertanian.
Pengembangan prasarana yang ada lebih
diarahkan untuk mendukung
pengembangan kegiatan budidaya
pertanian berikut usaha ikutannya.
STRATEGI PERLINDUNGAN DAN
PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN
PERTANIAN SECARA MENYELURUH :
1. Memperkecil peluang terjadinya alih
fungsi lahan.
Dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi
penawaran dan permintaan.
Dari sisi penawaran dapat berupa insentif
kepada pemilik sawah yang berpotensi
untuk dirubah.
Dari sisi permintaan pengendalian sawah
dapat ditempuh melalui :
a. Mengembangkan pajak tanah yang
progresif.
b. Meningkatkan efisiensi kebutuhan lahan
untuk non pertanian sehingga tidak ada
tanah yang terlantar.
c. Mengembangkan prinsip hemat lahan
untuk industri, perumahan, dan
perdagangan.
2. Mengendalikan kegiatan alih fungsi lahan.
membatasi alih fungsi lahan pertanian yang
memiliki produktivitas tinggi, menyerap tenaga
kerja oertanian tinggi, dan mempunyai fungsi
lingkungan tinggi.
mengarahkan kegiatan alih fungsi lahan
pertanian untuk pembangunan kawasan
industri, perdagangan, danperumahan pada
kawasan yang produktif.
Membatasi luas lahan yang dialih fungsikan di
setiap kabupaten/kota yang mengacu pada
kemampuan pengadaan pangan mandiri.
Menetapkan Kawasan Pangan Abadi yang tidak
boleh dialih fungsikan, dengan pemberian
insentif bagi pemilik lahan dan pemerintah
daerah setempat.
3. Instrumen pengendalian alih fungsi
lahan.
Instrumen yuridis berupa peraturan
perundang-undangan yang mengikat
(apabila memungkinkan setingkat
undang-undang) dengan ketentuan sanksi
yang memadai.
Instrumen insentif dan dis-insentif bagi
pemilik lahan sawah dan pemerintah
daerah setempat.
Pengalokasian dana dekonsentrasi untuk
mendorong pemerintah daerah setempat.
Instrumen Rencana Tata Ruang Wilayah
dan perizinan lokasi.
Peraturan-peraturan terkait
dengan alih fungsi lahan
pertanian :
Kepres No. 52 Th. 1989,
mengenai pembangunan kawasan
industri, tidak boleh konversi sawah
Irigasi Teknis/tanah pertanaian subur.
Kepres No. 33 Th 1990,
mengenai pelarangan pemberian izin
perubahan fungsi lahan basar dan
pengairan beririgasi bagi pembangunan
kawasan industri.
UU No. 24 Th 1992,
mengenai penyusunan RTRW harus
mempertimbangkan budidaya
pangan/Sawah Iigasi Teknis (SIT).
UU No. 41 Th 2009,
tentang perlindungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan, malah
memungkinkan terjadinya alih fungsi lahan
dari non pertanian ke fungsi pertanian.
Pasal 44 UU No. 41 Th 2008,
yang pada dasarnya melarang alih fungsi
lahan pertanian, akan tetapi manakala
kepentingan umum menghendaki, alih
fungsi lahan tersebut diperkenankan
dengan persyaratan :
1.Dilakukan kajian kalayakan strategis.
2.Dilakukan rencana alih fungsi lahan.
3. Dibebaskan kepemilikan haknya dari
pemilik.
4. Disediakan lahan pengganti terhadap
lahan yang dialih fungsikan.
Alih fungsi lahan
Thank
you!

Anda mungkin juga menyukai