Anda di halaman 1dari 6

ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN

Ditujukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi

Dosen Pengampu:
Sisca Vaulina, SP., MP

Disusun Oleh :
Sabrina Salsabila
NPM. 234210277

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023
A. PERMASALAHAN
Lahan pertanian memiliki arti penting bagi masyarakat. Sawah menjadi media

kegiatan untuk menanam bahan makanan pokok yang merupakan kebutuhan dasar setiap

manusia, khususnya padi. Seiring kemajuan zaman teknologi dan perubahan

pembangunan dan pertumbuhan penduduk secara dinamis menyebabkan terancamnya

eksistensi lahan sawah. Masifnya alih fungsi kegiatan lahan sawah ke penggunaan lain

menjadi salah satu masalah serius.

Hasil pengamatan oleh Badan Pusat Statistik, Badan Informasi Geospasial dan

Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional pada tahun 2018 menunjukkan terjadi

penurunan luas sawah yang sangat signifikan di Indonesia. Luas lahan sawah yang

mulanya 7,75 juta hektar pada 2013, menjadi 7,1 juta hektar pada 2018. Artinya terjadi

penurunan seluas 650.000 hektar dalam waktu lima tahun.1

Pertanian merupakan sektor yang berkontribusi penting dalam pembangunan

nasional Indonesia karena perannya dalam pembentukan Produk Domestik Bruto atau

PDB, penyerapan tenaga kerja, dan sumber pendapatan masyarakat, serta perannya dalam

memproduksi produk pertanian untuk penyediaan pangan, pakan, industri dan ekspor.

Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduknya menyandarkan mata

pencaharian pada sektor pertanian. Pertanian di Indonesia saat ini dihadapkan dengan

berbagai ancaman seperti kurangnya regenerasi petani muda, rantai tata niaga, pandangan

sosial dan alih fungsi lahan.

Kasus alih fungsi lahan pertanian saat ini ramai diperdebatkan oleh berbagai

lapisan masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan alih fungsi lahan

menimbulkan pengaruh terhadap ketahanan pangan dan kesejahteraan petani serta

1
Firmansyah, F., Yusuf, M., Argarini, T. O., Perencanaan, D., Sipil, F. T., & Kebumian, P. (2021). Strategi
pengendalian alih fungsi lahan sawah di Provinsi Jawa Timur. Jurnal Penataan Ruang, 16(1), 47-53.
masyarakat sekitar. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi pembangunan.

Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

kehutanan, perumahan, industri, pertambangan, dan transportasi. Alih fungsi lahan

pertanian adalah suatu kegiatan di mana lahan pertanian yang semula digunakan untuk

produksi pangan dialihkan penggunaannya untuk kegiatan lain, seperti perumahan,

industri, atau bisnis.

Alih fungsi lahan pertanian merupakan ancaman terhadap produksi pangan dan

ketersediaan pangan di masa depan. Pergeseran fungsi lahan untuk memenuhi kebutuhan

lain akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem. Keseimbangan ekosistem alami

dengan berbagai keanekaragaman populasi di dalamnya, sawah atau lahan lahan pertanian

akan musnah. Lahan pertanian yang dialih fungsikan tidak hanya berdampak pada

hilangnya lahan pertanian, tetapi juga mengurangi keberlanjutan produksi pangan dan

menyebabkan peningkatan impor bahan pangan. Hal ini sangat merugikan negara dalam

hal kemandirian pangan dan ketergantungan pada bahan pangan impor.

Pada beberapa kasus mengungkapkan bahwa alih fungsi lahan pertanian juga

merugikan petani dan masyarakat sekitar. Banyak petani yang mengandalkan hasil panen

sebagai sumber penghasilan utama mereka. Alih fungsi lahan pertanian berarti hilangnya

sumber penghasilan bagi petani dan keluarga mereka. Selain itu, alih fungsi lahan

pertanian juga berdampak pada kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat sekitar yang

tergantung pada pertanian sebagai sumber penghidupan. Kondisi ini dapat menimbulkan

kesenjangan sosial yang semakin tampak dipermukaan. Masyarakat petani akan

kehilangan pekerjaan dan berpotensi menjadi pengangguran.

Alih fungsi lahan yang digunakan untuk pengembangan kawasan industri,

perdagangan, dan permukiman penduduk tidak lain menjadi bagian dari pembangunan

infrastruktur berkelanjutan. Pembangunan infrastruktur berkelanjutan merupakan bagian


dari kegiatan dengan menggunakan pendekatan konstruksi berkelanjutan guna

menciptakan fasilitas fisik yang memenuhi tujuan ekonomi, sosial, maupun lingkungan

pada jangka waktu masa kini dan masa yang akan datang dengan mengacu prinsip

berkelanjutan. Infrastruktur dapat berupa fasilitas fisik yang mendukung kegiatan dari

masyarakat berupa sumber daya air, jalan dan jembatan, bangunan gedung, perumahan,

dan kawasan permukiman. Alih fungsi lahan dapat berbuah positif apabila pemerintah

dapat bijak dalam melaksanakannya seperti dengan pertimbangan dan pengkajian yang

matang.

Terjadinya alih fungsi lahan sebagai akibat tuntutan pembangunan ini jika tidak

diatur dan dikendalikan dengan baik bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan, resiko

pencemaran serta terganggunya fungsi hidrologis, sehingga struktur dan fungsi dasar

ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak karenanya. Hal semacam ini

akan menjadi beban sosial, karena pada akhirnya masyarakat dan pemerintahlah yang

harus menanggung resikonya dan akan mengalami kesulitan beban pemulihannya. Alih

fungsi lahan pertanian pada beberapa kasus hadir untuk memberikan sumbangsih dalam

mendorong perekonomian negara. Namun, pada kenyataannya stimulus ini menyebabkan

masyarakat merasakan penderitaan yang lebih besar.2

B. SOLUSI

Untuk mengatasi kasus alih fungsi lahan pertanian, pemerintah harus

mengeluarkan kebijakan yang ketat dan mengatur penggunaan lahan pertanian agar lebih

efektif dan efisien. Selain itu, pemerintah juga dapat mendorong pengembangan pertanian

berkelanjutan dengan memberikan insentif untuk pertanian yang berkelanjutan,

meningkatkan investasi pada pertanian, serta memberikan bantuan dan pelatihan bagi

petani agar lebih produktif dan berdaya saing.

2
Misekta. 2023. Ancaman Alih Fungsi Lahan Pertanian. Diakses dari https://misekta.id/article/ancaman-alih-
fungsi-lahan-pertanian pada 06 November 2023 pukul 18:64.
Kontribusi masyarakat juga diperlukan dalam upaya menjaga lahan pertanian.

Masyarakat dapat membentuk kelompok tani dan kelompok pengawas lingkungan untuk

memonitor kegiatan alih fungsi lahan dan menentang praktik-praktik yang tidak sesuai

dengan ketentuan yang ada. Perwujudan suatu kebijakan tidak dapat berjalan jika

dilaksanakan secara sepihak. Maka korelasi berbagai pihak diharapkan dapat saling

bekerja sama untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah diharapkan dapat

bijak dalam mengambil keputusan.

Pengambil kebijakan bisa melakukan pewilayahan (zoning) terhadap lahan yang

ada serta kemungkinan bagi proses alih fungsi. Selain itu, perlu mekanisme perizinan

yang jelas dan transparan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang ada

dalam proses alih fungsi lahan. Dalam tatanan praktisnya, pola ini telah diterapkan

pemerintah melalui penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah dan pembentukan Tim

Sembilan di tingkat kabupaten dalam proses alih fungsi lahan. Sayangnya, pelaksanaan di

lapang belum sepenuhnya konsisten menerapkan aturan yang ada. Selain itu, Pemberian

subsidi kepada para petani yang dapat meningkatkan kualitas lahan yang mereka miliki,

serta penerapan pajak yang menarik bagi yang mempertahankan keberadaan lahan

pertanian, merupakan bentuk pendekatan lain yang bisa dilakukan dalam upaya

pencegahan alih fungsi lahan pertanian. Selain itu, pengembangan prasarana yang ada

lebih diarahkan untuk mendukung pengembangan kegiatan budidaya pertanian berikut

usaha ikutannya.

Mengingat selama ini penerapan perundang-undangan dan peraturan pengendalian

alih fungsi lahan kurang berjalan efektif serta berpijak pada acuan pendekatan

pengendalian sebagaimana dikemukakan di atas, maka perlu diwujudkan suatu kebijakan

alternatif. Kebijakan alternatif tersebut diharapkan mampu memecahkan kebuntuan


pengendalian alih fungsi lahan sebelumnya. Adapun komponennya antara lain instrumen

hukum dan ekonomi, zonasi, dan inisiatif masyarakat.

Solusi lainnya yaitu pemerintah harus segera mengawasi dan menghentikan

praktik spekulasi lahan, oleh bisnis skala besar yang cenderung terjadi di tengah masa

krisis. Hal ini semata agar tidak ada alih fungsi lahan besar-besaran saat krisis terjadi.

Selain itu, pemerintah juga perlu menggandeng komunitas rakyat dalam

menghadapi ancaman krisis pangan di tengah pandemi. Gotong royong antar elemen ini

penting guna memastikan tidak ada yang kekurangan pangan di masyarakat.

Alih fungsi lahan pertanian dapat mengancam ketahanan pangan dan

kesejahteraan petani serta masyarakat sekitar. Untuk mengatasi kasus alih fungsi lahan

pertanian, pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengatur penggunaan

lahan pertanian, mendorong pengembangan pertanian berkelanjutan, serta memberikan

bantuan dan pelatihan bagi petani agar lebih produktif dan berdaya saing.

Pelibatan masyarakat seyogyanya tidak hanya terpaut pada fenomena di atas,

namun mencakup segenap lapisan pemangku kepentingan. Strategi pengendalian alih

fungsi lahan pertanian yang patut dijadikan pertimbangan adalah yang bertumpu pada

masyarakat. Artinya, masyarakat adalah tumpuan dalam bentuk partisipasi dalam

pengendalian alih fungsi lahan pertanian.

Anda mungkin juga menyukai