Anda di halaman 1dari 7

Abstrak

Pertanian merupakan sektor unggulan di Indonesia. Dikarenakan dapat


menyerap tenaga kerja yang cukup besar dan masih dapat memberikan
konstribusi pendapatan bagi negara. Karena itu pengendalian lahan
pertanian menjadi salah satu kebijakan untuk memelihara kesediaan pangan.
Pertanian sering dianggap hanya sebagai penghasil bahan pangan, serat, dan
papan. Namun sebenarnya pertanian tidak hanya dapat mencukupi
kebutuhan pangan saja, melainkan dapat digunakan pada bidang sosial
budaya, lingkungan dan ekonomi. . Penilaian padi yang tidak memadahi
multi fungsi lahan menjadi salah satu faktor penentu percepatan pengolahan
lahan sawah konversi. Alih fungsi lahan pertanian semakin sering
dilakukan dikarenakan beberapa faktor, seperti penambahan jumlah
penduduk, demografi, ekonomi, kondisi sosial ekonomi , dan kebijakan
pemerintah untuk mengubah lahan pertanian menjadi lahan non pertanian.
Jawa merupakan daerah dengan alih fungsi terbanyak yang patut
dikhawatirkan. Konversi lahan, seperti sawah secara besar-besaran dan
dengan semakin menyempitnya lahan hutan serta meluasnya lahan
pemukiman menyebabkan berkurangnya fungsi DAS dalam pencegahan
banjir dan erosi. Sehingga pembangunan pertanian sangat diperlukan agar
kestabilan sumberdaya alam dapat tetap terjaga.

Kata kunci : multifungsi pertanian, ekonomi, alih fungsi lahan


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai negara agraris, pertanian menjadi sektor unggulan di
Indonesia. Sektor ini dapat memberikan pendapatan yang cukup
besar bagi perekonomian nasional dan dapat menyerap banyak
tenaga kerja. Jika dibandingkan dengan sektor lain, pertanian
memilki Angkatan kerja terbanyak sekitar 44%. Dan sekitar 85-
100% kebutuhan beras dalam negeri berasal dari lahan sawah
maupun lahan kering. Jika tingkat kecukupan luar negeri menurun,
maka akan terjadi pengurasan devisa negara untuk pembelian beras
impor dan peningkatan harga beras di pasar Internasional karena
proporsi impor Indonesia dapat mencapai 30% dari kuota bersa yang
diperdagangkan (Husein Sawit; Komunikasi pribadi) Karena itu,
untuk memelihara penyediaan pangan diperlukan kebijakan yang
dapat memelihara industri pertanian seperti pengendalian lahan
pertanian.
Pertanian tidak hanya sebagai penyedia lapangan pekerjaan
dan sumber pangan, tetapi pertanian juga dapat berfungsi sebagai
stabilisasi kuaitas lingkungan (pencegahan banjir, memelihara
pasokan air tanah, mencegah erosi tanah, penyejuk udara,
memelihara nilai sosial budaya dan daya Tarik pedesaan, mejaga
kestabilan ekonomi, maupun sebagai penanggulangan kemiskinan.
Konsep multifungsi pertanian penting artinya dalam lam
rangka pengembalian peran sektor pertanian kepada posisi yang
semestinya, artinya memperhitungkan nilai jasa pertanian dan
biayanya untuk menghasilkan jasa yang masih di luar perhitungan
ekonomi. Jika multifungsi pertanian tidak diperhitungkan, dapat
menyebabkan sektor lain (seperti sektor industri dan permukiman)
dapat dengan mudah mengalahkan sektor pertanian.
Alih fungsi lahan di Indonesia masih sulit dikendalikan
dikarenakan semakin banyaknya jumlah penduduk dan
pembangunan yang terus meningkat. Alih fungsi lahan yang tidak
terkendali dapat mempengaruhi dan mengancam ketahanan pangan.
Sehingga pemerintah menetapkan UU RI No. 41 Tahun 2009
tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(PLPPB).
Peningkatan erosi dan semakin meluasnya banjir merupakan
salah satu dampak dari alih funsi lahan pertanian menjadi non
pertanian, terutama ke area pemukiman dan industri. Maka agar
pertanian dapat diperlakukan dengan baik, diperlukan pemahaman
masyrakat terhadap fungsi pertanian. Perubahan alih fungsi lahan
pertanian banyak didorong oleh orientasi ekonomi yang lebih
mementingkan keuntungan jangka pendek dalam pengelolaan
sumberdaya alam, tanpa memikirkan kerugian yang akan terjadi.
Pendekatan multifungsi pertanian tidak hanya melihat manfaat
dalam jagka pendek saja, melainkan juga harus melihat manfaat
jangka panjangnya. Karena itu diperlukan penelitian yang lebih
lanjut untuk mendukung kebijakan pengelolaan SDA.

B. Rumusan Masalah :
- Apa itu multifungsi pertanian?
- Bagaimana pengaruh konvensi lahan terhadap ketahanan pangan?
- Bagaimana strategi mempertahankan multifungsi pertanian di
Indonesia?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Multifungsi Pertanian


Pertanian selama ini hanya dianggap sebagai pengasil produk
pertanian yang tampak nyata dan dapat dipasarkan, namun
sebbenarnya pertanian juga sebagai penghasil jasa yang tidak nyata.
Multi fungsi lahan pertanian merupakan berbagai fungsi lahan
pertanian yang dapat dinilai secara langsung melaui mekanisme
pasar maupun secara tidak langsung yang dapat dinilai berupa
kegiatan yang bersifat fungsional bagi lingkungan. Multifungsi
pertanian mempertimbangkan nilai dari berbagai jasa pertanian dan
biaya untuk menghasilkan jasa tersebut yang masih berada diluar
perhitungan ekonomi dan kebijakan (externalities).
Jika multifungsi pertanian tidak diperhatikan akan berdampak
pada jatuhnya sektor pertanian dikarenakan kalah dari sektor lain,
seperti sektor industry dan pemukiman.
Multifungsi pertanian meliputi fungsi lingkungan (mitigasi banjir,
pengendali erosi tanah, konservasi air tanah, penambat karbon atau
gas rumah kaca, penyegar udara, pendaur ulang sampah organik,
pemelihara keaneragaman hayati), pemelihara tradisi, budaya, dan
kehidupan pedesaan, penyedia lapangan kerja, serta basis bagi
ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi. Hanya dua sampai
tiga jenis multifungsi pertanian yang paling dikenal oleh masyarakat
yaitu fungsi pemelihara pasokan air tanah, pengendali banjir, dan
penyedia lapangan pekerjaan.
Sifat multifunsi pertanian ada 2 : non-exludability dan non-
rivalry. Non-exludability berarti jasa dapat dinikmati masyarakat
luas secara cuma-cuma. Sedangkan non-rivalry berarti jasa tersebut
milik umum sehingga masyrakat tidak harus berkompetisi untuk
mendapatkannya.
Multifungsi pertanian tidak hanya memberi manfaat pada satu
atau dua orang saja, melainkan dapat memberi manfaat bagi banyak
orang. Tindakan pemupukan untuk menjaga kesuburan tanah bukan
merupakan multifungsi pertanian dikarenakan manfaat yang terbatas.
Pengurangan sedimentasi di daerah hilir dapat digolongkan sebagai
multifungsipertanian dikarenakan pengurangan tersebut memberikan
manfaat bagi pengguna air di sepanjang aliran sungai. Penambatan
karbon juga dapat disebut multifungsi pertanian karena mampu
mngurangi pemanasan global. Daya tarik nilai budaya dan keindahan
pedesaan merupakan multifungsi karena keindahan dan keasriannya
dapat dinikmati siapapun yang mendatangi desa tersebut.
Multifungsi pertanian sering dirancukan dengan multiple
cropping. Berbagai hasil pertanian seperti kacang-kacangan, buah-
buahan, biji-bijian, dan sayur-sayuran merupakan hasil pertanian
yang dapat dipasarkan sehingga tidak termasuk multifungsi
pertanian.

B. Pengaruh Konvensi Lahan Terhadap Ketahanan Pangan


Dengan ditetapkannya program ketahanan pangan sebagai
proritas utama dalam upaya pembangunan pertanian, termasuk usaha
untuk meraih kembali swasembada pangan tahun 1984 terdapat
berbagai masalah, terutama peningkatan alih guna lahan pertanian ke
non pertanian. Rendahnya minat petani dalam berusaha tani dan
keuntungan yang tidak sebanding. Serangan hama, sulitnya
pemasaran, dan tidak tersedianya sarana produksi juga menjadi
masalah yang harus dihadapi.
Harga beras impor yang lebih rendah dari harga beras produksi
negeri membuat minat petani dan generasi muda untuk berusaha tani
menurun,sehingga berakibat pada meningkatnya laju alih fungsi
pertanian. Alih fungsi lahan yang terlalu besar dan jumlah penduduk
yang semakin banyak akan berdampak pada ketahanan pangan.
Sehingga diperlukan kesadaran masyarakat agar tidak terjadi
fenomena kelangkaan pangan.

C. Strategi Mempertahankan Multifungsi Pertanian


Mempertahankan multifungsi pertanian merupakan hal yang
penting, namun hal tersebut harus disertai dengan kesungguhan
masyarakat dan kemauan politik pemerintah dalam upaya
penggunaan strategi yang tepat.
- Meningkatkan Citra Pertanian dan Masyarakat Tani
Pertanian sering dianggap sebagai usaha yang kurang
menguntungkan,penuh risiko, dan kurang dihargai oleh masyarakat.
Dengan demikian pertanian perlu diubah menjadi lebih maju dan
Tangguh.Petani diharapkan dapat lebih nyaman dan tidak perlu
beralih ke sektor lain.
- Meningkatkan Apresiasi terhadap Multifungsi Pertanian
Upaya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pertanian sangat perlu dilakukan. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan melakukan promi mengenai pentingnya pertanian.
- Mengubah Kebijakan Produk Pertanian Harga Murah
Sebagai bahan pangan utama, produk pertanian harus dapat
dijangkau oleh semua masyarakat, sehingga tidak ada masyarakat
yang kesulitan memperoleh bahan pangan. Namun jika harga produk
pertanian sangat murah, petani akan dirugikan. Walaupun upaya
pemerintah sudah ada, dengan penetapan harga dasar gabah, tetapi
diperlukan upaya yang lebih efektif lagi.
KESIMPULAN

Sektor petanian tidak hanya sebagai pengasil pangan melainkan memiliki


berbagai fungsi lain. Penilaian multifungsi cenderung dibawah taksiran
sebenarnya. Multifungsi pertanian tidak hanya memberi manfaat pada satu
atau dua orang saja, melainkan dapat memberi manfaat bagi banyak orang.
Alih fungsi lahan pertanian berfokus pada keuntungan jangka pendek saja
dan tidak memikirkan dampak kedepannya. Alih fungsi lahan yang terlalu
besar dan jumlah penduduk yang semakin banyak akan berdampak pada
ketahanan pangan. Sehingga diperlukan kesadaran masyarakat agar tidak
terjadi fenomena kelangkaan pangan. Selain itu alih guna lahan dapat
mengancam kelestarian sumber daya alam dan peningkatan ketergantungan
pada produk import. Strategi untuk mempertahankan multifungsi pertanian
antara lain : meningkatkan citra pertanian dan masyarakat tani, mengubah
kebijakan produk pertanian harga murah, meningkatkan apresiasi terhadap
multifungsi pertanian.
DAFTAR PUSTAKA

Arsanti, I W., Michael B. Sistem Usaha Tani Tanaman Sayuran di Indonesia:


Apresiasi Multifungsi Pertanian, Ekonomi dan Eksternalitas Lingkungan.
197-230.

Mamondol, M R. 2017. Multifungsi Pertanian Padi Sawah di Kbupaten Poso.


Jurnal Envira. 2(1): 1-11.
Rahmanto, B., Bambang I, dan Irawan N K. 2006. Persepsi Mengenai Multifungsi
Lahan Sawah Dan Implikasinya Terhadap Alih Fungsi Ke Penggunaan Non
Pertanian. 6(2). 2-31.
Agus, F., Husen, E. 2005. Tinjauan Umum Multifungsi Pertanian. 1-16
Adimiharja, A. 2006. Strategi Mempertahankan Multifungsi Pertanian di Indonesia.
Jurnal Litbang Pertanian. 25(3). 99-105

Anda mungkin juga menyukai