Anda di halaman 1dari 21

Latar Belakang

Penatagunaan lahan adalah setiap bentuk campur tangan (intervensi) manusia


terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun
spiritual (Vink, 1975). Saat ini, penatagunaan lahan dapat berubah tidak sesuai apa
yang telah direncanakan di dalam Rencana Tata Ruang (RTRW) suatu daerah. Hal ini
disebabkan semakin banyaknya aktivitas terutama di perkotaan.
Semakin banyaknya keragaman aktivitas perkotaan menarik banyak masyarakat
untuk mengadu nasib di perkotaan sehingga meninggikan arus urbanisasi. Hal ini
mengakibatkan banyaknya permintaan akan penyediaan lahan untuk menampung
penduduk kota yang jumlahnya terus meningkat.
Munculnya area permukiman liar dan kumuh di suatu kota merupakan salah
satu bentuk perubahan lahan atau penggunaan lahan tidak sesuai yang telah
direncanakan. Perubahan lahan atau alih fungsi lahan semakin banyak terjadi sebagai
respon terhadap banyaknya jumlah penduduk yang tidak hanya membutuhkan
tempat tinggal namun juga berbagai infrastruktur yang menunjang berlangsungnya
kehidupan masyarakat. Dalam laporan ini memuat permasalahan dan penatagunaan
lahan yang meliputi alih fungsi lahan dan lahan terlantar.
Rumusan Masalah

a. Alih Fungsi Lahan

b. Lahan Terlantar
a. Alih Fungsi Lahan
Permasalahan umum yang dihadapi oleh kota besar di
Indonesia adalah pertumbuhan jumlah penduduk
perkotaan yang tinggi, penyebabnya adalah pertumbuhan
penduduk alamiah dan faktor urbanisasi. Secara umum,
setiap pertambahan jumlah penduduk akan disertai
dengan tuntutan pertambahan kebutuhan dasar (pangan,
sandang, dan papan).
Data BPS (2005)
Tingkat kepadatan penduduk Indonesia
pada tahun 2000 adalah 108 jiwa per
kilometer persegi, jumlah ini terus
meningkat menjadi 116 orang per
kilometer persegi pada tahun 2005.

Pertumbuhan penduduk yang begitu


cepat, serta aktivitas pembangunan dalam
berbagai bidang akan menyebabkan
meningkatnya permintaan lahan. .
Penyediaan lahan di pusat kota semakin
terbatas dan tentu sangat mahal sehingga
perkembangan perkotaan cenderung
bergerak menuju wilayah pinggiran
perkotaan.
Menurut Rahayu (2009)
Terkait dengan penggunaan lahannya, daerah pinggiran
perkotaan merupakan wilayah yang banyak mengalami
perubahan penggunaan lahan terutama perubahan penggunaan
lahan pertanian menjadi non pertanian yang disebabkan adanya
pengaruh perkembangan kota di dekatnya, sehingga berdampak
pada terjadinya alih fungsi lahan.
Sifat-sifat Lahan :

 Lahan Pertanian
 Lahan Non Pertanian
 Lahan Permukiman
 Kawan Hutan Lindung
Karakteristik Lahan :

 Penyediaannya bersifat tetap


 Tidak ada biaya penyediaan
 Bersifat unik
 Tidak dapat dipindahkan dan
 Permanen
Konversi lahan atau alih fungsi lahan
merupakan konsekuensi logis dari
peningkatan aktivitas dan jumlah
penduduk serta proses pembangunan
Jika tidak dikendalikan maka
lainnya.
akan semakin bermasalah
Fenomena konversi lahan pertanian ke karena umumnya alih fungsi
penggunaan non pertanian terjadi di atas lahan pertanian
yang masih produktif

Akan terjadi perubahan dalam penggunaan lahan untuk berbagai


aktivitas. Dalam kondisi inilah akan terjadi perubahan dalam
penggunaan lahan yang mengarah pada aktivitas yang mempunyai
land rent yang paling tinggi.
Perlindungan kawasan dan
lahan pertanian pangan
dilakukan dengan Dampak Negatif yang Kurang
menghargai kearifan budaya
lokal serta hak-hak komunal Menguntungkan :
adat. Terkonsentrasinya
• Berkurangnya luas sawah yang
pembangunan di perkotaan,
di satu sisi menambah mengakibatkan turunnya produksi
lapangan kerja di sektor
nonpertanian padi, yang mengganggu tercapainya
swasembada pangan
• Timbulnya kerawanan pangan serta
mengakibatkan bergesernya lapangan
kerja dari sektor pertanian ke
nonpertanian.
b. Lahan Terlantar
Sebagai bukti kepemilikan  Sebidang tanah yang dimiliki
oleh seseorang atau suatu badan usaha, harus jelas
batasnya, letaknya dan bukti kepemilikannya.Untuk
menandai hal tersebut, maka tanah diberi hak yang
melekat padanya oleh pemerintah yang dalam hal ini
adalah Badan Pertanahan Nasional (BPN)
UU No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria
Selayaknya manusia yang memiliki hak, sebuah lahan juga
memiliki hak-hak tertentu antara lain adalah hak milik, hak guna
usaha, hak guna bangunan ataupun hak pakai.
Harga lahan dari waktu ke waktu cenderung mengalami
kenaikan, khususnya di daerah perkotaan yang
mempunyai posisi strategis. Selain itu, nilai suatu lahan
turut mempengaruhi harga lahan tersebut, semakin subur
suatu lahan akan diikuti dengan harga lahan yang tinggi.
Oleh karena itu perasaan “memiliki” terhadap tanah akan
semakin tinggi dan terkadang sangat berlebihan.
Lahan yang ditetapkan sebagai lahan terlantar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) PP RI No. 11 Tahun 2010
tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, apabila
merupakan sebagian hamparan yang diterlantarkan
Apabila tanah hak yang diterlantarkan Suatu lahan yang telah

kurang dari atau sama dengan 25%, ditetapkan sebagai lahan

maka Pemegang Hak dapat terlantar, dalam jangka waktu

mengajukan permohonan revisi luas paling lama 1 (satu) bulan

atas bidang tanah yang benar-benar sejak ditetapkannya keputusan

digunakan dan dimanfaatkan sesuai penetapan lahan terlantar,

dengan keputusan pemberian haknya. wajib dikosongkan oleh bekas

Permohonan pengurangan luas lahan Pemegang Hak atas benda-

ini akan dikenakan biaya yang akan benda di atasnya dengan

menjadi tanggung jawab/beban beban biaya yang

Pemegang Hak. bersangkutan.

Jika Pemegang Hak tidak memenuhi kewajiban tersebut, maka


benda-benda yang berada diatas lahan tersebut tidak lagi
menjadi miliknya dan langsung dikuasai oleh negara.
Penelantaran lahan di
pedesaan dan perkotaan, Berdampak pada :
selain merupakan tindakan :
 Terhambatnya pencapaian berbagai
1. Tidak bijaksana,
tujuan program pembangunan
2. Tidak ekonomis
 Rentannya ketahanan pangan dan
(hilangnya peluang untuk
ketahanan ekonomi nasional
mewujudnyatakan
potensi ekonomi lahan)  Tertutupnya akses sosial-ekonomi
3. Tidak berkeadilan, masyarakat khususnya petani pada
4. Pelanggaran terhadap lahan
kewajiban yang harus  Terusiknya rasa keadilan dan harmoni
dijalankan para sosial.
Pemegang Hak
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan surat
keputusan pemberian haknya.

Pasal 4 juncto Pasal 16 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960


tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
Oleh sebab itu …

Penelantaran lahan harus dicegah


dan ditertibkan
Untuk mengurangi atau
menghapus dampak negatifnya
DAFTAR PUSTAKA

Eko, Trigus, Sri Rahayu. “Perubahan Penggunaan Lahan dan Kesesuaiannya


terhadap RDTR di Wilayah Peri-Urban Studi Kasus: Kecamatan Mlati”.
Biro Penerbit Planologi Undip
Prihatin, Budi Rohani. “Alih fungsi lahan di perkotaan (Studi kasus di kota
Bandung dan Yogyakarta)”. Jakarta
Renyut L. R., Veronica.A.K., Hendriek.H.K. 2018. “Identifikasi dan Pemetaan
Lahan Kritis dengan Menggunakan Teknologi Sistem Informasi
Geografis (Studi Kasus Kota Bitung)”. Manado
Widayanti, Rina. “Formulasi Model Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan
Terhadap Angkutan Kota di Kota Depok”. Depok
Yuwono. 2009. “Tanah Terlantar, Menyalahi Fungsi Sosial Tanah”. Jurnal
Sosial Humaniora, Vol. 2, No. 1
Thank You

Anda mungkin juga menyukai