Oswar Mungkasa2
BAB 1
Pentingnya Penataan Ruang
Secara umum, dapat disarikan hal yang mendukung pentingnya penataan
ruang yaitu (i) ruang yang tersedia terbatas dan dibutuhkan oleh banyak pihak
sehingga pengaturan menjadi keniscayaan untuk mencegah terjadinya konflik
diantara pihak pemanfaat
Boks 1. Manfaat Perencanaan Tata Ruang
ruang;
(ii)
penataan
Ekonomi
mengandung makna terjadinya
Memberikan tingkat kepercayaan dan stabilitas yang
lebih baik bagi investasi
optimalisasi
pemanfaatan
Mengidentifikasi lahan pada lokasi yang
ruang
sehingga
dengan
berkesesuaian untuk memenuhi kebutuhan
demikian berdampak pada
pembangunan ekonomi
Memastikan lahan bagi pembangunan pada lokasi
meningkatnya
pertumbuhan
yang tepat dikaitkan dengan jaringan transportasi
ekonomi dan meratanya kesedan lokasi kerja
jahteraan penduduk; (iii) men Meningkatkan kualitas lingkungan yang lebih baik
bagi investasi dan pembangunan
cegah terjadinya pemanfaatan
Mengidentifikasi pembangunan yang memenuhi
ruang yang berlebihan yang
kebutuhan masyarakat setempat
berdampak pada kerusakan
Membuat keputusan yang lebih efisien dan secara
konsisten.
lingkungan; (iv) secara impliSosial
sit langkah penataan ruang
berarti juga keterlibatan ma Mempertimbangkan kebutuhan masyarakat setempat
dalam pengembangan kebijakan
syarakat dalam prosesnya yang
Memperbaiki aksesibilitas lokasi pembangunan baru
berarti dukungan terhadap
Mendukung penyediaan fasilitas local
Meningkatkan pemanfaatan kembali lahan kosong
perkembangan demokrasi dan
Membantu penciptaan dan pemeliharaan lingkungan
partisipasi masyarakat; (v)
yang aman, sehat dan nyaman
penataan ruang yang ideal
Lingkungan
menjamin terpenuhinya hak
Meningkatkan pemanfaatan lahan, bangunan dan
konstitusional penduduk dan
infrastruktur yang berkesesuaian
penghidupannya; (vi) dalam
Menjaga asset budaya, sejarah dan lingkungan
Memperingatkan potensi resiko lingkungan (polusi,
Undang Undang Penataan
banjir)
Ruang diklaim bahwa pena Menjaga dan memperkuat kawasan rekreasi dan
taan ruang dapat mendukung
warisan budaya
Meningkatkan akses bukan kendaraan bermotor
keberadaan Negara Kesatuan
Mendorong efisiensi energi
Republik Indonesia (NKRI).
Sumber: Economic Commission for Europe Spatial Planning, 2008
1Bahan
Kuliah Manajemen Tata Ruang Perkotaan Universitas Negeri Jakarta, 2014, dapat diakses
di http://scribd.com/tata ruang dan pertanahan, http://pittsburgh.academia.edu/oswarmungkasa
2dosen tamu (pittsburgh.academia.edu/oswarmungkasa, scribd.com/oswarmungkasa,
slideshare.com/oswarmungkasa)
Menyiapkan visi dan arah yang berkesinambungan, termasuk penilaian strategis, yang
tidak sekadar keinginan tetapi yang dapat dicapai dalam berbagai konteks.
Melindungi hak rakyat. Perubahan terhadap pemanfaatan lahan harus
mempertimbangkan hak dan kewajiban masyarakat
Melindungi lingkungan alami. Lingkungan alami membutuhkan upaya pengelolaan
tersendiri terkait upaya pembangunan jangka panjang dan berskala besar untuk
menghindari atau setidaknya meminimalisasi dampak negatif.
Memanfatkan sumberdaya secara efisien. Sumberdaya seperti lahan, air, energy,
keuangan, bahan bangunan, keterampilan dan lainnya terbatas adanya. Pemanfaatan
sumberdaya yang terbatas tersebut perlu dimanfaatkan secara bijak untuk memastikan
hasil maksimum.
Mencapai kualitas layanan dasar yang lebih baik dari berbagai tingkatan pemerintahan
Mengoordinasikan kegiatan dan investasi, dalam waktu dan ruang, untuk menjamin
hasil maksimum dari pemanfaatan sumberdaya,. Koordinasi ini dapat terjadi antara
pemeintah dan pemerintah dengan swasata
Menetapkan prioritas. Memungkinkan menetapkan prioritas yang rasional, dan dapat
dikelola.
Menghindari duplikasi upaya berbagai institusi pemerintah dan tingkat pemerintahan.
Sumber: South African National Development and Planning Commission, 1999
BAB 2
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(j)
(k)
(l)
Boks 3 Pengertian Penting (Pasal 1 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang).
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsional.
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang
yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai
dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya.
Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat
diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas
dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada
tingkat wilayah.
Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan
pelayanan pada tingkat internal perkotaan.
Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.
Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan.
Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah
perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman
dan sistem agrobisnis.
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang
berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling
memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang
terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu
juta) jiwa.
Kawasan megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau lebih kawasan metropolitan
yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem.
Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan
keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia.
Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan.
Bab 3
Peran dan Fungsi Perencanaan Tata Ruang
Beragam peran dari perencanaan tata ruang, yaitu (i) menghasilkan
kondisi pencapaian kualitas kehidupan dan penghidupan yang lebih baik; (ii)
memenuhi tujuan efisiensi dan demokrasi melalui partisipasi masyarakat; (iii)
memenuhi tantangan pembangunan berkelanjutan.
Peran perencanaan tata ruang dalam pembangunan telah dikenali sejak
lama, dan dituangkan dalam berbagai dokumen pertemuan resmi internasional.
Dimulai pada tahun 1976, dalam the Vancouver Declaration on Human
Settlements (lebih dikenal sebagai Habitat I Conference/Konperensi Habitat I),
teridentifikasi peran utama perencanaan tata ruang terhadap pembangunan
perkotaan, yang dinyatakan bahwa ... menjadi tanggungjawab pemerintah untuk
menyiapkan rencana strategis ruang dan mengadopsi kebijakan permukiman
untuk memandu upaya pembangunan sosial ekonomi. Kebijakan ini seharusnya
merupakan komponen dasar dari strategi menyeluruh pembangunan, terhubung
dan terharmonisasi dengan kebijakan industrialisasi, pertanian, kesejahteraan
masyarakat, preservasi lingkungan dan budaya sehingga saling mendukung
dalam penciptaan kesejahteraan umat manusia secara progresif.... Pemerintah
wajib menciptakan mekanisme dan lembaga untuk mengembangkan dan
melaksanakan kebijakan tersebut di atas (UNECE, 2008).
Selanjutnya rencana aksi Agenda 21 yang diadopsi oleh 178 negara pada
the United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) pada
tahun 1992, menyiapkan bab khusus (Bab 10) terkait perencanaan dan
pengelolaan sumberdaya lahan.
Sementara the European Spatial Development Perspective (ESDP), yang
disepakati dalam Informal Council of Minister yang bertanggungjawab terhadap
perencanaan tata ruang pada tahun 1999, secara tegas menyatakan kebijakan
pengembangan tata ruang dapat meningkatkan pembangunan berkelanjutan
melalui penetapan struktur ruang yang baik.
Di Indonesia, Rencana Tata Ruang Wilayah sebagai produk perencanaan
tata ruang mempunyai fungsi diantaranya (i) acuan dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD); (ii) acuan dalam pemanfaatan/
pengembangan wilayah; (iii) acuan untuk mewujudkan
keseimbangan
pembangunan dalam wilayah; (iv) acuan lokasi investasi dalam wilayah yang
dilakukan pemerintah, masyarakat dan swasta; (v) pedoman penyusunan
rencana rinci tata ruang di wilayah; (vi) dasar pengendalian pemanfaatan ruang
yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif, pengenaan sanksi; (vii) acuan dalam administrasi pertanahan.
BAB 4
Tujuan dan Sasaran Perencanaan Tata Ruang
4.1
4.2
Secara umum, tujuan perencanaan tata ruang adalah (i) menggapai visi
masa depan dari sebuah wilayah atau lokasi berdasar kondisi saat ini, kearifan
lokal, dan keinginan masyarakat; (ii) menerjemahkan visi menjadi seperangkat
kebijakan, prioritas, program dan alokasi lahan dengan memanfaatkan
sumberdaya sektor publik untuk mewujudkannya; (iii) menciptakan kerangka
kerja investasi swasta yang meningkatkan perekonomian, lingkungan, dan
kesejahteraan sosial dari suatu daerah.
Sedikit berbeda, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing,
tujuan perencanaan tata ruang di negara Eropa yang terutama dikaitkan
dengan upaya meningkatkan kualitas hidup yang berkelanjutan, yaitu (i)
meningkatkan sistem kepemrintahan yang demokratis dan bermakna yang
menjawab kebutuhan masyarakat; (ii) memperbaiki kinerja lingkungan
perkotaan; (iii) memasilitasi kohesi soisal dan keamanan; (iv) meningkatkan
reformasi pasar perumahan dan perkotaan; (v) memperbaiki pasar lahan dan
real estate dan menjamin hak privat terhadap kepemilikan tanah (UNECE,
2008).
Adapun tujuan penataan ruang3 menurut Undang-undang Nomor 26
Tahun 2007 adalah mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional dengan (i) terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan, (ii) terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber
daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya
manusia; dan (iii) terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan
dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Lebih rinci, tujuan perencanaan tata ruang wilayah provinsi adalah
mewujudkan ruang wilayah provinsi yang mengakomodasikan keterkaitan
antarkawsan/kabupaten/kota untuk mewujudkan perekonomian dan
lingkungan yang berkelanjutan.
3Perencanaan tata ruang merupakan bagian dari penataan ruang yang terdiri dari perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian (UU No. 26 Tahun 2007).
10
BAB 5
Tantangan Perencanaan Tata Ruang
Berdasar pengalaman beberapa negara yang telah melalui masa transisi
dari negara berkembang menjadi negara maju, dikenali setidaknya 4 (empat)
tantangan perencanaan tata ruang (UNECE, 2000), yaitu
a. Globalisasi. Berkembangnya globalisasi di seluruh dunia telah merubah
secara signifikan kondisi sosial, ekonomi, dan politik seluruh Negara di
dunia. Termasuk diantaranya (i) berubahnya sistem demokrasi dan sistem
ekonomi; (ii) liberalisasi perdagangan dan aliran modal internasional; (iii)
pertumbuhan jumlah dan pengaruh perusahaan transnasional; (iv)
percepatan penemuan teknologi khususnya informasi dan komunikasi.
Kecenderungan ini berdampak pada struktur masyarakat, dapat berupa
meningkatnya peran swasta, menguatnya peran pemerintah daerah.
b. Pembangunan berkelanjutan. Isu ini membawa dampak perubahan
berkurangnya konsumsi energi dan dukungan terhadap energi terbarukan,
penerapan prinsip ramah lingkungan dalam pemanfaatan ruang,
bertambahnya keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan. Walaupun disadari sepenuhnya bahwa pembangunan
berkelanjutan belum sepenuhnya diterapkan dalam proses perencanaan
tata ruang. Masih sering ditemui konflik antara konsep pembangunan
berkelanjutan dan pengembangan berbasis komersil.
c. Terbentuknya masyarakat ekonomi dalam suatu wilayah. Sebagai contoh di
Indonesia pada tahun 2015 akan dimulai era Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Kondisi ini dapat merubah peta proporsi tenaga kerja di sektor layanan
jasa, aksesibilitas terhadap wilayah ASEAN, dan perkembangan kota besar
dan metropolitan.
d. Pertumbuhan penduduk. Kondisi ini berdampak pada meningkatnya
kebutuhan layanan dasar khususnya di perkotaan, meningkatnya
urbanisasi, berkembangnya pinggiran kota.Termasuk tentunya semakin
meningkatnya besaran masalah perkotaan seperti kemacetan, banjir, dan
lainnya.
Selain itu, pada beberapa waktu terakhir mulai disadari pentingnya
internalisasi konsep mitigasi bencana dalam perencanaan tata ruang, terutama
bagi negara yang berada pada daerah rawan bencana..Salah satu tantangan lain
menyangkut isu perubahan iklim yang dapat berdampak pada struktur ruang
khususnya terkait dengan gejala peningkatan muka air laut.
11
BAB 6
Prinsip Dasar dan Asas Penataan (Perencanaan) Tata Ruang
Secara umum, asas penataan ruang pada UU No. 26 Tahun 2007 (matra
darat) dan pada UU No. 27 Tahun 2007 (matra laut) relatif sama dengan
beberapa asas yang berbeda. Perbedaannya adalah pada UU No. 26 Tahun 2007
terdapat (i) asas keserasian, keselarasan dan keseimbangan; (ii)
keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; dan (iii) perlindungan kepentingan
umum.Sementara pada UU No.27 Tahun 2007 mengemuka asas (i) konsistensi,
(ii) pemerataan dan (iii) desentralisasi. Selengkapnya pada Tabel berikut
Tabel 6.1
No
1
Asas
Keterpaduan
Matra Darat
penataan ruang diselenggarakan
dengan mengintegrasikan berbagai
kepentingan yang bersifat lintas
sektor, lintas wilayah, dan lintas
pemangku kepentingan.
Pemangku kepentingan, antara lain,
adalah Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat.
Keserasian,
keselarasan,
keseimbangan
Keberlanjutan
Matra Laut
dikembangkan dengan:
1. mengintegrasikan kebijakan
dengan perencanaan berbagai
sektor pemerintahan secara
horizontal dan secara vertikal
antara pemerintah dan
pemerintah daerah;dan
2. mengintegrasikan ekosistem
darat dengan ekosistem laut
berdasarkan masukan
perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
untuk membantu proses
pengambilan putusan dalam
Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil.
12
Keberdayagunaan
dan
keberhasilgunaan
Keterbukaan
Kebersamaan dan
kemitraan
7
8
Perlindungan
kepentingan
umum
Kepastian hukum
dan keadilan
13
16
BAB 7
Perencanaan Tata Ruang di Indonesia:
Dasar Hukum, Konsep dan Pencapaiannya
7.1
Isu Strategis
Sampai saat ini, masih banyak produk Rencana Tata Ruang (RTR) yang
belum terselesaikan. Penyelesaian Peraturan Presiden (Perpres) RTR Kawasan
Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau hanya diberi tenggat waktu lima tahun
pasca ditetapkannya Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), yaitu
2013, dan Peraturan Daerah (Perda) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi, Kabupaten/Kota diberi tenggat waktu dua dan tiga tahun pasca
ditetapkannya UUPR, yaitu 2010 dan 2011. Produk RTR ini belum termasuk
produk rencana rinci tata ruang seperti rencana zonasi dan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR).
Siklus pelaksanaan penataan ruang, sebagaimana diatur oleh UUPR, terdiri
dari perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Produk
RTR adalah hasil dari tahap perencanaan. Mengingat bahwa masih banyak
produk rencana yang belum selesai, maka dapat dipastikan tahapan
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang belum dapat dilaksanakan
secara efektif.
(b)
20
Ring Of Fire
Isu yang juga dianggap terkait erat dengan penataan ruang adalah
kesenjangan antarwilayah. Sekitar 70 persen infrastruktur berlokasi di pulau
Sumatera, Jawa dan Bali, sisanya berada di pulau lainnya yang nota bene
meliputi 70 persen wilayah Indonesia. Kondisi ini ditengarai menjadi salah satu
penyebab makin tingginya kesenjangan antarwilayah di Indonesia.
Kawasan perbatasan, baik darat maupun laut juga menjadi isu penting.
Penataan ruang perlu mempertimbangkan keberadaan 9 (sembilan) kawasan
perbatasan negara yaitu (i) 3 (tiga) kawasan perbatasan darat negara yang
berbatasan dengan negara Malaysia di Pulau Kalimantan, Timor Leste di Pulau
Timor (NTT), dan Papua New Guinea di Pulau Papua; (ii) 6 (enam) kawasan
perbatasan laut yang berbatasan dengan negara India, Malaysia, Singapura,
Vietnam, Filipina, Palau, Timor Leste, dan Australia. Selain itu, terdapat 92 pulau
kecil terluar yang menjadi lokasi peletakan Titik Dasar dan Titik Referensi
daerah teritorial Indonesia, dengan fokus khusus pada 12 pulau kecil terluar.
Isu perkotaan merupakan salah satu isu penting dikaitkan dengan
pertumbuhan kawasan perkotaan yang demikian pesat terutama diakibatkan
fenomena urbanisasi yang demikian signifikan. Salah satu penyebanya adalah
kesenjangan antarwilayah perkotaan dan perdesaan disebabkan tidak
terkendalinya perkembangan kota.
Di era otonomi daerah, pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab
dalam operasionalisasi penataan ruang sehingga keberadaan RTRW
kabupaten/kota menjadi suatu keniscayaan. Namun bertambahnya daerah
otonom baru (DOB) cukup mempengaruhi konstelasi pengaturan ruang di
Indonesia. Keberadaan DOB harus diikuti dengan penyiapan RTRW
kabupaten/kota yang baru. Hal ini dapat mengganggu proses pembangunan
21
4Sebagian besar materi sub sub-bab ini di kutip dari Draft Nol Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015-2019, dengan beberapa penyesuaian.
22
7.4
fungsi utama kawasan, terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi
daya
wilayah administratif, terdiri atas penataan ruang wilayah nasional,
penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah
kabupaten/kota.
kegiatan kawasan, terdiri aatas
tas penataan ruang kawasan perkotaan dan
penataan ruang kawasan perdesaan
5dikutip
23
kerja sama penataan ruang antar negara dan pemfasilitasan kerja sama
penataan ruang antar provinsi.
26
Jangka waktu rencana tata ruang wilayah provinsi adalah 20 (dua puluh) tahun.
7.4.6 Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten
luas wilayah kota.Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota
paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota.
rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau; dan
rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan
pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang
evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah
kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan
wilayah.
30
7.5
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Jika tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang. Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang
ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Jika tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum. Setiap orang yang
tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundangundangan dinyatakan sebagai milik umum dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
Jika pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai
dengan rencana tata ruang. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang
menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).Selain sanksi pidana pelaku dapat
dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat
dari jabatannya.
Konsep Perencanaan Tata Ruang Laut (Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil)6
33
A.
Perencanaan
34
B.
Pengelolaan
untuk:
Pelanggaran juga dapat dikenakan pidana penjara dan pidana denda bagi
setiap orang yang melakukan pelanggaran.
38
7.6
7Sebagian besar materi sub sub-bab ini di kutip dari Draft Nol Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015-2019, dengan beberapa penyesuaian.
39
5
0%
71
277
20
4
20%
40%
71
60%
22
121
14
3
Sudah Selesai
Belum Selesai
80% 100%
40
7.7
i.
ii.
iii.
iv.
v.
Kebijakan
Pengembangan Struktur
Ruang Wilayah Nasional
Meningkatkan akses
pelayanan perkotaan dan
pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah
Strategi
Pengembangan Kawasan
Lindung Nasional
Memelihara dan
melestarikan kawsan
lindung
Pengembangan Kawasan
Budi Daya
Mewujudkan dan
42
Kebijakan
meningkatkan keterpaduan
dan keterkaitan
antarkegiatan budi daya
Mengendalikan
perkembangan kegiatan
budi daya agar tidak
melampaui daya dukung
dan daya tampung
lingkungan
Strategi
Pengembangan Kawasan
Strategis Nasional
Peningkatan fungsi
kawasan untuk pertahanan
dan keamanan negara
Pengembangan dan
peningkatan fungsi
kawasan dalam
pengembangan
perekonomian nasional
yang produktif, efisien dan
mampu bersaing dalam
perekonomian nasional
43
Kebijakan
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
Pelestarian dan
peningkatan sosial dan
budaya bangsa
Pelestarian dan
peningkatan nilai kawasan
lindung yang ditetapkan
sebagai warisan dunia,
cagar biosfer dan ramsar
Pengembangan kawasan
tertinggal untuk
mengurangi kesenjangan
tingkat perkembangan
antarkawasan
Strategi
A.
44
B.
45
C.
D.
46
E.
F.
47
G.
H.
48
I.
J.
49
50
B.
51
Gambar 7.18
52
Daftar Pustaka
Intanghinas Weblog. Tinjauan Teori Penataan Ruang dan Kebijakan Penataan Ruang Terhadap Lingkungan Hidup. http://Intanghina.Wordpress. Com.
Tanpa tahun.
Morphet, Janice, dkk. Sharing and Delivering Tomorrows Places: Effective
Practice in Spatial Planning. Report, findings and recommendations. Royal
Town Planning Institute, April 2007.
53