Anda di halaman 1dari 11

Mahipal, SH., MH.

A. Baik Uraian umum


Aspek dan pendekatan dalam penataan ruang dimaksud adalah hal-
hal mendasari dan cara merumuskan tata ruang sebagai instrumen
yuridis bagi pemamfaatan SDA secara optimal dan terpadu pada
tahap perencanaan, pemanfaatan, maupun pengendalian
pemanfaatan SDA tersebut. Pendekatan ini penting, baik dari segi
eksistensi tata ruang itu sendiri maupun motivasi dan dasar penataan
ruang tersebut. Dalam hal eksistensi tata ruang, hermanis lament
1989 mengemukakan bahwa “ rencana (pola) tata ruang untuk
meningkatkan daya mamfaat lahan dapat merupakan;
a. Penerjemahan keinginan atau kebutuhan masyarakat umum
kedalam pola lingkungan hidupnya
b. Berfungsi sebagai pengungkapan atau penjabaran kebijakan
(pemerintah daerah) tentang pengembangan dan pengelola
lingkungan
Dalam hal tujuan perencanaan tata ruang dan lingkungan hidup, menurut
hermanislamet, ada berbagai motivasi yang mendorong masyarakat ( dan
pemerintah sebagai subjek pengambilan kebijakan) mengubah atau mengatur
lingkungan hidupnya, yaitu :
a. Pemanfaatan lahan sesuai dengan kemampuannya,
b. Pemanfaatan lahan yang bertujuan menjamin kelestarian (fungsi)
lingkungan hidup
c. Menunjang keinginan/ kebutuhan masyarakat
d. Mencapai pola pemamfaatan lingkungan hidup paling tinggi (maksimal)
Dapat ditambahkan, bahwa adalah PPLH yang salah satu instrumennya adalah
tata ruang pemanfaatan yang dituju ialah titik optimal, bukan maksimal karena
yang terakhir ini sudah berada pada titik yang rawan kerusakan, setidaknya
kejenuhan.
a. Pemanfaatan lahan sesuai dengan kemampuan nya.
b. Pemanfaatan lahan yang bertujuan menjamin kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
c. Menunjang keinginan dan/atau kebutuhan masyarakat.
d. Mencapai pola pemamfaatan lingkungan hidup paling tingi (maksimal).
Empat dasar atau pendekatan (teoritis) perencanaan tata ruang dalam rangka
pemamfaatan lingkungan hidup dengan pertimbangan bahwa pengaturan tata
ruang lingkungan hidup ini perlu di dasarkan pada berbagai kaidah atau teori-
teori tentang wilayah sebagai kerangka kerja. keempat dasar atau pendekatan
dimaksud antara lain :
a. Dasar pemamfaatan ekonomis (optimasi).
b. Dasar konvasi ekologis.
c. Dasar yang berorientasi pada sosiokultural.
d. Dasar yang bersifat teknis teknologis.
Jadi, penataan ruang dan tata ruang adalah upaya menyelaraskan
pendayagunaan sumber daya alam dengan berpatokan pada :
a. Daya guna dan hasil guna yang di khendaki harus dilihat dalam batas-
batas yang optimal
b. Tidak mengurangi kemampuan dan kelestarian (fungsi) sumber daya alam
Lain yang berkaitan dalam suatu ekosistem.
c. Memberikan kemungkinan untuk mengadakan pilihan penggunaan dalam
pembangunan dimasa mendatang.
Pada garis besar nya, menurut pasal 7 uu no. 24 tahun 1992 (UUPRL) yang
telah diganti dengan uu no 26 tahun 2007 tentang penataan ruang (UUPR).
Jadi secara nyata, fenomena tata ruang wilayah (perkotaan/pedesaan)
disamping terbentuk secara alamiah dan buatan manusia atau tata ruang yang
di rencanakan, juga diwarnai oleh tatana informal (terbentuk tanpa
direncanakan), dan tata ruang formal yang dengan sengaja ditetapkan oleh
institusi resmi, yakni pemerintah.

B. Dasar penataan dan klafikasi tata ruang


Dalam sejarah penataan ruang indonesia sejak dikeluarkannya, UULH (1982)
yang antara lain mengamanatkan (setidaknya mengisyaratkan diadakannya
penataan ruang yang merupakan “sistem pengaturan ruang “ sebagai upaya
dasar untuk mengatur peruntukan berbagai kepentingan dan fungsi guna
mencapai keserasian dan keseimbangan, sesuai dengan hak menguasai dan
mengatir oleh negara (pasal 10 UULH dan penjelasannya) sebagaimana
terkandung dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945.
1. UUPRL (UU no. 24/ 1992 )
 Fusngsi utama kawasan
Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan (pasal 7 ayat 1 UUPL)
(yang pertimbangan utamanya adalah kondisi ekosistem dan topografinya),
kawasan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu
a. Kawasan lindung
b. Kawasan budidaya

 Aspek administratif
Penataan ruang berdasarkan aspek administratif (wilayah), ruang yang dengan
sendirinya juga tata ruang dibagi kedalam kelompok secara vertikal yaitu
a. Ruang wilayah nasional
b. Ruang wilayah provinsi
c. Ruang wilayah kabupaten dan kota (pasal 7 ayat 2 UUPRL)
Pada prisipnya, penataan ruang wilayah nasional ditetapkan oleh
presiden,sedangkan penataan ruang wilayah provinsi ditetapkan oleh gubernur,
kabupaten atau kota oleh bupati atau wali kota, dan ketentuan bahwa bila
mencakup lebih dari satu wilayah provinsi di koordinasi oleh presiden, dan
gubernur bagi yang mencakup lebih dari satu wilayah kabupaten atau kota.
 Fungsi kawasan dan aspek kegiatan (sebagai suatu kesatuan)
Dalam pasal 7 ayat 3 UUPRL dikatakan bahwa “penataan ruang fungsi
kawasan dan aspek kegitan meliputi kawasan perdesaan, kawasan perkotaan
dan kawasan tertentu’’.
Penegasan ketentuan tersebut mengandung makna, bahwa penataan ruang
yang berdasarkan “fungsi kawasan dan kegitan” (utama atau mayoritas sebagai
satu kesatuan sintesis) merupakan pendekatan yang menitik beratkan pada
manfaat yang dapat di capai pada kawsan yang bersangkuta.
1. UUPR
Dalam UU no 26 tahun2007 (UUPR) aspek-aspek yang mendasari klasifikasi
tata ruang tersebut lebih terperinci karena adanya tambahan beberapa aspek
pendekatan dengan mengganti istilah “kawasan tertentu” dengan istilah
“kawasan strategis” yang bila di simak dengan baik yang mempunyai makna
atau penggunaan yang sama.
 Sistem
a. Penataan ruang berdasarkan sistem mencakup
b. Penataan ruang berdasarkan sistem wilayah.
c. Penataan ruang berdasarkan sistem internal perkotaan
 Fungsi utama kawasan
a. Penataan ruang di amatkan di sini ada dua keompok yaitu :
b. Penataan ruang untuk kawasan yang menghasilkan RTRK lindung.
c. Penataan ruang untuk kawasan budi daya yang selanjutnya menghasilkan
RTRK budidaya dengan berbagai zona pemanfaatan didalamnya.
 Wilayah administratif
a. Artinya, seluruh wilayah nasional (wilayah negara) terbagi habis dalam
wilayah kabupaten / kota, selanjutnya sebagai satu kesatuan.
b. Rencana tata ruang wilayah nasional
c. Rencana tata ruang wilayah privinsi
d. Rencana tata ruang wilayah kabupaten dan kota
 Kegiatan kawasan
a. Jadi, menurut ketentuan ini tata ruang yang di adakan berdasarkan
kegiatan kawasan, meliputi kelompok tata ruang yaitu
b. Tata ruang kawasan perkotaan
c. Tata ruang kawasan perdesaan
 Jenis kawasan strategis
Antara lain kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahan dan keamanan,
pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, pendayagunaan SDA atau teknologi
tinggi, serta fungsi dan daya dukun lingkungan hidup.

C. Batas-batas penataan ruang


Batas-batas ruang lingkup “ruang” yang menjadi objek penata ruang
dan dengan sendirinya berarti juga batas keberlakuan hukum tata ruang yang
mengaturnya, diperlukan guna meberi kepastian hukum dan kewenangan,
setidaknya sebagai pengangan dalam penyelenggaraan penataan ruang, baik
penataan ruang pada tingkat nasional, provinsi, maupun pada tingkat
kabupaten/kota.
Dalam penjelasan UUPR antara lain dikatakan, bahwa “ruang sebagai
sumber daya” pada prinsipnya tidak mengenal batas wilayah. Namun, untuk
mewujudkan wilayah nasional yang aman,nyaman, produktif, dan
berkelanjutan serta sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang nyata dan
bertanggung jawab, penataan ruang menuntut adanya kejelasan ‘ pendekatn”
dalam perencanaannya.
Oleh karna itu, meskipun UUPRL dan PPTRL ini tidak berlaku lagi, namun
pemikiran dasar yang penting dan ternyata tidak terdapat dalam UUPR dan
PPTR dapat dijadikan pegangan, setidaknya dalam menafsirkan, mengisi
kekosongan, dan atau merevisi (memperbaiki) muatan UUPR tersebut dimana
terasa kurasa kurang.
THANKS YOU
TERIMA KASIH
HATUR NUHUN

Anda mungkin juga menyukai