Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberi rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini akhirnya bisa diselesaikan.
Makalah dengan judul hukum tata ruang ini dibuat dengan tujuannya untuk syarat
perbaikan nilai dalam mata kuliah hukum agrarian II.
Akhir kata, insya Allah makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membutuhkannya.
ii
DAFTAR ISI
Cover ..................................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang ............................................................................................. 1
B Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C Tujuan Makalah ........................................................................................... 2
BAB II ISI
A Ruang dan Penataan Ruang ......................................................................... 4
B Lingkungan Hidup dan Pengelolaan ............................................................ 6
C Peranan Penataan Ruang Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup .................. 7
D Hubungan Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ............... 8
E Hubungan Antara Penataan Ruang Dengan Hukum Linkungan ................. 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penataan ruang terpisah menjadi tiga, yaitu yang berdasarkan fungsi lindung dan
budidaya, serta yang berdasarkan aspek administratif di wilayah-wilayah
pemerintahan (pasal 7 butir 1 dan 2). Dalam penjelasannya kawasan lindung ialah
semua kawasan yang perlu dilindungi, seperti hutan lindung, kawasan resapan air,
kawasan cagar budaya, dsb., bukan kawasan berfungsi lindung.
1
https://suduthukum.com/2017/09/pengertian-dan-dasar-hukum-tata-ruang.html.
1
Penataan ruang beraspek lingkungan (alam, buatan, sosial dan interaksi antar
lingkungan) dan beraspek organisasi, kelembagaan, pengelolaan dan pembiayaan
(pasal 11 huruf a dan b). Dalam penjelasannya dikatakan bahwa dengan
memperhatikan aspek-aspek tersebut pemanfaatan ruang dapat dilakukan secara
berdaya guna dan berhasil guna serta dapat memelihara kelestarian kemampuan
lingkungan hidup.
Rencana tata ruang wilayah nasional merupakan strategi dan arahan kebijaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah negara (pasal 20 butir 1), berisi norma, kriteria dan
pedoman pengendalian pemanfaatan ruang (pasal 20 butir 2b dan 2c), dan menjadi
pedoman perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah nasional
(pasal 20 butir 3a)
B. Rumusan Masalah
1 Bagaimana Peranan penataan ruang dan pengelolaan lingkungan
hidup?
2 bagaimana upaya pemerintah dalam penataan ruang dan
pengelolaan lingkungan hidup?
2
C. Tujuan Makalah
1 menganalisis peranan penataan ruang dan pengelolaan lingkungan
hidup
2 menganalisis upaya pemerintah dalam penataan ruang dan
pengelolaan lingkungan hidup.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional. Wilayah beraspek administratif merupakan wilayah
pemerintahan, sedangkan yang beraspek fungsional disebut juga dengan kawasan.
Hal ini menyiratkan berlakunya kriterium ruang yang rangkap, yaitu politik
(pemerintahan) dan fungsi (kawasan). Dengan demikian wilayah merupakan
penjabaran mikro dari ruang, dengan menggunakan takrif (definition) leksikal
melingkar dimana tidak terdapat penjelasan tentang makna geografis dan unsur-
unsurnya.
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Tata ruang wujud
struktural dari pemanfaatan ruang dan pola pemanfaatan ruang, baik itu
direncanakan maupun tidak. Dari uraian tersebut, tata ruang memberikan dua
gambaran sekaligus, yaitu wujud struktural pemanfaatan ruang dan alokasi
kegiatan pemanfaatan ruang (pola pemanfaatan ruang). Tata ruang yang
direncanakan ialah tata ruang buatan, sedang yang tidak direncanakan ialah
terbentuk secara alamiah dengan unsur-unsur alam. Penataan ruang adalah suatu
sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Penataan ruang harus memperhatikan:
4
c geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi. Perencanaan tata ruang adalah
suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang
meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
Dan semua itu dituangkan dalam suatu rencana tata ruang. Rencana tata ruang
wilayah adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang
yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Perencanaan tata
ruang merupakan strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah
yang berisi norma, kriteria yang menjadi pedoman pengendalian pemanfaatan
ruang dan menjadi pedoman perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang
baik di wilayah nasional, provinsi, kabupaten/kota atau desa.
5
B Lingkungan Hidup dan Pengelolaan
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain. Lingkungan hidup merupakan sistem yang meliputi lingkungan alam
hayati, alam nonhayati, buatan dan sosial. Dalam mewujudkan lingkungan hidup
yang berwawasan lingkungan, Undang-Undang ini, memberikan batasan ruang
lingkup lingkungan hidup sebagai berikut, yaitu : perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum. Batasan tersebut
meliputi ruang sebagai pokok permasalahannya.
6
baik dan sehat, dan bersamaan dengan itu berkewajiban memelihara lingkungan
hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya.
Ruang dalam hal ini meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk
ruang di dalam bumi sebagai suatu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk hidup lain, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Penataan ruang memiliki peranan penting dalam usaha perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PPLH 2009), ada benang merah yang menghubungkan dua peraturan tersebut
dalam konteks usaha perlindungan lingkungan tentunya.
Dalam pasal 19 ayat 1 dan 2 Undang-undang PPLH 2009 dijelaskan bahwa, untuk
menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masayarakat, wajib
didasarkan pada KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) dan perencanaan
tata ruang wilayah ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup3. KLHS berisi kajian tentang kapasitas daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan, perkiraan mengenai
dampak dan risiko lingkungan hidup, kinerja layanan/jasa ekosistem, efisiensi
pemanfaatan sumber daya alam, tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim, dan tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman
hayati.
3
Undang- undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
7
terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang4. Intinya dua peraturan ini mempunyai
tujuan yang sama yakni, guna mengwujudkan keharmonisan antara lingkungan
alam dan lingkungan buatan serta antara manusia dan lingkungan itu sendiri (alam
dan buatan), sehingga terciptalah apa yang dinamakan dengan “keseimbangan”.
Selain itu, penataan ruang juga turut berperan dalam menciptakan lingkungan
yang asri. Misalnya, dalam pasal 29 Undang-undang Republik Indonesia Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dijelaskan mengenai ruang terbuka hijau
RTH. Dimana proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30%
dari luas wilayah kota dan proporsi ruang terbuka hijau publik paling sedikit 20%
dari luas wilayah kota. Penataan ruang memiliki peranan penting dalam usaha
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penataan ruang adalah suatu
sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
Penataan ruang memiliki makna tentang ruang lebih luas daripada pengelolaan
lingkungan hidup karena lingkungan hidup merupakan salah satu tampilan ruang.
Namun lingkungan hidup merupakan faktor utama penentu kehidupan manusia
sehingga pengelolaannya perlu dijadikan asas penataan ruang. Semua ungkapan
mengenai lingkungan hidup dalam Undang-Undang tentang penataan ruang tidak
4
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
8
jelas seberapa kuat komponen lingkungan diperhatikan dalam penataan ruang dan
seberapa konsistennya komponen lingkungan disertakan pada setiap kegiatan
penataan ruang. Pengelolaan lingkungan yang benar perlakuan konservasi dan
produksi harus selalu bergandengan sehingga muncul istilah ekoteknologi, suatu
teknologi yang memperantarai keadaan ekologi dengan sistem ekonomi suatu
masyarakat (Carlstein, 1982). Undang-Undang ini terlalu menekankan pencapaian
hasil yang berdaya guna dan berhasil guna, suatu ungkapan yang berkonotasi
mendahulukan keuntungan ekonomi (economic advantage). Sebenarnya
keuntungan ekonomi hanyalah salah satu tujuan pengelolaan lingkungan hidup.
Namun yang terjadi kebalikannya, keuntungan ekonomi menimbulkan sifat yang
tidak mengacuhkan kebutuhan hidup yang lain.
Arti penting penataan ruang bagi pengelolaan lingkungan hidup adalah bukan
sekedar penataan ruang membuka dengan kemungkinan mengelola lingkungan
hidup, melainkan lebih kepada penegasan kriteria mutu lingkungan hidup dapat
disertakan pada penataan ruang. Penataan ruang berwawasan lingkungan harus
diartikan sebagai penataan ruang yang menggunakan kriteria mutu lingkungan
hidup.
Pada dasarnya kendala dalam penyusunan Rencana Umum Tata Ruang tersebut
antara lain: Pertama, Rencana yang tersusun tidak memperhitungkan keserasian,
keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Karena itu jika rencana tersebut
dijalankan sebagaimana yang ditetapkan maka diperkirakan dalam waktu jangka
panjang akan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lainya. Kedua, Tidak adanya ketegasan hukum bagi setiap orang yang
9
melanggar ketentuan dalam ruang. Artinya bahwa setiap orang yang melakukan
penyimpangan penggunaan rencana tata ruang tidak pernah diberikan sanksi.
Ketiga, Dalam perencanaan tata ruang selalu disatukan dengan rencana
pengembangan. Sehingga penetapan rencana tata ruang menjadi kabur karena
simpang siur dengan rencana pengembangan. Seharusnya rencana pengembangan
mengacu pada rencana tata ruang. Keempat, Dalam penetapan rencana tata ruang
lebih banyak di dominasi oleh keputusan politik, sehingga obyektifitas terhadap
karakteristik wilayah menjadi tidak dapat berjalan dengan baik. Kelima, Dalam
menghadapi otonomi daerah setiap daerah dituntut untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah, sehingga setiap upaya pemanfaatan tata ruang diupayakan
harus dapat memberikan sumbangan nilai ekonomi bagi daerah.
Selain kendala tersebut di atas, dalam pemanfaatan tata ruang berpotensi juga
untuk menimbulkan konflik, jika pemanfaatan tanpa dilakukan koordinasi dan
perhitungan yang matang. Dengan demikian kendala dalam penyusunan Rencana
Umum Tata Ruang selalu juga diikuti oleh kendala yang muncul berupa konflik
dalam pemanfaatan ruang yang tanpa ada koordinasi. Adapun konflik dalam
pemanfaatan tata ruang secara umum dapat dikelompokan yakni sebagai berikut:
Pertama, Potensi konflik antar wilayah. Kedua, Potensi konflik antar sektor.
Ketiga, Potensi konflik antar masyarakat dan pemerintah. Keempat, Potensi
konflik dalam pemanfaatan tata ruang itu sendiri.
Urgensi Pengaturan tata ruang dalam perda. Dengan memperhatikan apa yang
menjadi kendala dalam penyusunan Rencana Umum Tata Ruang dan mencari
formula yang tepat untuk mengatasi kenadala tersebut, maka pengelolaan fungsi
tata ruang perlu ditata dalam bentuk arahan, pedoman dan ketentuan-ketentuan
mengenai peruntukkan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan tata ruang demi
kelestarian lingkungan hidup. Pola pengelolaan tersebut sudah barang tentu
mengacu pada asas-asas penataan ruang yaitu asas terpadu, berdaya guna, serasi,
seimbang dan berkelanjutan.Pengelolaan tata ruang lebih dititik beratkan pada
pada wujud fisik, penggunaan ruang merupakan hasil pengambilan keputusan dari
orang atau Badan Hukum yang menguasai dan yang berhak dalam pengelolaannya
sesuai kegiatan dan kebutuhannya. Hal yang tidak dapat dikesampingkan bahwa
penggunaan ruang tidak boleh bertentangan dengan peruntukan ruang lingkungan
hidup sendiri yang dalam hal ini merupakan keputusan pemerintah.
10
aparatur yang dapat mendukung kegiatan penataan ruang dan penataan pertanahan
demi menjaga kelesatarian lingkungan hidup.. Keempat, Meningkatkan
kemampuan aparatur yang dapat mendukung kegiatan penataan ruang dan
penataan pertanahan demi menjaga kelesatarian lingkungan hidup. Kelima,
Memantapkan pengendalian pemanfaatan ruang termasuk pengamanan terhadap
kawasan yang memiliki aset penting bagi pemerintah daerah. Keenam,
Meningkatkan sistem informasi, pemantauan dan evaluasi dalam penataan ruang
dan penataan pertanahan demi menjaga kelesatarian lingkungan hidup.
Pada dasarnya proses penataan ruang demi menjaga kelestarian lingkungan hidup
meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Penataan ruang
sesuai ketentuan perundang-undangan penataan ruang khusus wilayah kabupaten
yang ada di Indonesia meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara.
Melalui penataan ruang yang bijaksana, kualitas lingkungan akan terjaga dengan
baik, namun bila dilakukan dengan kurang bijaksana maka tentunya kualitas
lingkungan juga akan terganggu. Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Hal
tersebut tentunya dengan mewujudkan keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia serta
mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang
Paling tidak ada 3 (tiga) unsur penting dalam prinsip pembangunan berwawasan
lingkungan hidup, yakni sebagai berikut: Pertama, Pembangunan/pengelolaan
sumber daya secara bijaksana. Kedua, Pembangunan berkesinambungan
sepanjang Pemanfaatan ruang wilayah dilaksanakan sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung lingkungan itu sendiri. Agar keputusan terkait alokasi ruang
dan sumberdaya alam dalam rencana tata ruang dapat memberikan manfaat dalam
jangka panjang dan menjamin keberlanjutan, maka perlu diperhatikan ketentuan
dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. “Ketentuan tersebut menunjukkan adanya keterkaitan yang
sangat erat antara penataan ruang dengan upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang merupakan kunci bagi berhasilnya upaya pengembangan
11
wilayah.Lingkungan di dalam penataan ruang merupakan aspek yang sangat
penting disamping aspek sosial budaya, yang harus dipertimbangkan dalam
penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW). Pertimbangan lingkungan dalam
rencana tata ruang wilayah adalah mutlak untuk diperhatikan karena apabila aspek
lingkungan tidak diintegrasikan, akan memberikan dampak yang sangat besar
terutama bagi kehidupan masyarakat di kemudian hari. Karena pada dasarnya
lingkungan memiliki keterbatasan daya dukung dan daya tampung dalam
menopang kehidupan baik manusia maupun makhluk lainnya, sehingga apabila
daya dukung tersebut terlampaui maka sudah dapat dipastikan kelestarian fungsi
lingkungan akan terganggu.Pembangunan tata ruang yang berwawasan pada pada
pelestarian fungsi komponen lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk
menunjang pembangunan yang berkesinambungan dan dilaksanakan dengan
kebijakan terpadu, menyeluruh dan memperhitungkan kebutuhan generasi
sekarang dan mendatang. Ketiga, Peningkatan kualitas hidup generasi demi
generasi.Sejalan dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara tahun 1988 mengenai prinsip penggunaan sumber daya alam
untuk pembangunan yang berwawasan lingkungan, antara lain sebagai berikut:
Pertama, Dalam rangka pembangunan sumber-sumber alam harus digunakan
secara rasional. Kedua, Pemanfaatan sumber-sumber daya harus diusahakan untuk
tidak merusak lingkungan hidup. Ketiga, Harus dilakukan dengan kebijaksanaan
dengan memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang. Keempat,
Memperhitungkan hubungan kait mengkait dan ketergantungan antara berbagai
masalah.Berdasarkan uraian tersebut, maka regulasi terhadap tata ruang melalui
peraturan daerah merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Daerah ini
sangat membutuhkan regulasi berupa peraturan daerah terhadap tata ruang,
sehingga impelemntasi di lapangan terutama dalam pemanfaatan lahan dan
lingkungan hidup benar-benar sesuai dengan payung hukum yang ada. Hal yang
lebih utama juga dalam rancangan peraturan daerah nanti harus tetap
memperhatikan apa yang menjadi prinsip atau asas-asas utama dalam tata ruang
daerah sendiri.
12
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
Arti penting penataan ruang bagi pengelolaan lingkungan hidup adalah bukan
sekedar penataan ruang membuka dengan kemungkinan mengelola lingkungan
hidup, melainkan lebih kepada penegasan kriteria mutu lingkungan hidup dapat
disertakan pada penataan ruang. Penataan ruang berwawasan lingkungan harus
diartikan sebagai penataan ruang yang menggunakan kriteria mutu lingkungan
hidup.
13
DAFTRA PUSTAKA
https://suduthukum.com/2017/09/pengertian-dan-dasar-hukum-tata-ruang.html.
14