Anda di halaman 1dari 17

Tata Ruang Lingkungan

Hidup
Disusun oleh :
• Ahmad Fausi
• Rachelia Permata Sari
• Saskya Rizki Imani
Definisi Penataan Ruang
• Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.
• Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
• Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
• Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budi daya.
• Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
• Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaa, dan pengawasan penataan ruang.
• Penyelenggaraan penataan ruang dapat dikatakan sebagai sebuah gambaran
nyata dari suatu rencana penataan ruang yang ada.
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
belandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan :
• Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan
• Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia
• Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang

Hal tersebut telah tercantum di dalam Undang – Undang Nomor 26


Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Pasal 1 ayat (21) Undang – Undang Nomer 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
“ Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. “

Pasal 1 ayat (28) sampai ayat (30) Undang – Undang Nomer 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
28. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan
keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan
sebagai warisan dunia.
29. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
30. Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan.

Pasal 3 Undang – Undang Nomer 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
dengan:
1. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
2. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia; dan
3. Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan
akibat pemanfaatan ruang.
Pasal 6 ayat (1 b) Undang – Undang Nomer 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan; kondisi ekonomi, sosial,
budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai satu kesatuan.

Pasal 7 ayat (4) sampai (5) Undang – Undang Nomer 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
4. Peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi
peruntukan ruang untuk kegiatan pelestarian lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, dan
keamanan.B 11
5. Dalam rangka pelestarian lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dalam rencana tata ruang
wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai.

Pasal 20 ayat (5) Undang – Undang Nomer 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar yang
ditetapkan dengan peraturan perundang‐undangan dan/atau perubahan batas teritorial negara yang
ditetapkan dengan Undang-Undang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ditinjau kembali lebih dari 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Pasal 23 ayat (5) Undang – Undang Nomer 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar
yang ditetapkan dengan peraturan perundang - undangan dan/atau perubahan batas teritorial
negara dan/atau wilayah provinsi yang ditetapkan dengan Undang - Undang, rencana tata ruang
wilayah provinsi ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 26 ayat (6) Undang – Undang Nomer 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar
yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas teritorial
negara, wilayah provinsi, dan/atau wilayah kabupaten yang ditetapkan dengan Undang-Undang,
rencana tata ruang wilayah kabupaten ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.

Pasal 68 ayat (1) Undang – Undang Nomer 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Selain pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia, pegawai negeri sipil tertentu di
lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang penataan
ruang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk membantu pejabat penyidik kepolisian
negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang‐Undang Hukum Acara
Pidana
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Ada dua unsur penting dalam prinsip pembangunan lingkungan hidup, yakni sebagai berikut :
1. Pembangunan atau pengelolaan sumber daya secara bijaksana
2. Pembangunan berkesinambungan sepanjang pemanfaatan ruang wilayah dilaksanakan sesuai
dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan itu sendiri
Maka, agar keputusan terkait alokasi ruang dan sumber daya alam dalam rencana tata ruang dapat
memberikan manfaat dalam jangka panjang dan menjamin keberlanjutan maka perlu diperhatikan
ketentuan dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pasal 1 ayat (2) sampai (3) UU Nomer 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(2) Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
(3) Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek
lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan
lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan.

Ketentuan tersebut menunjukkan adanya keterkaitan yang sangat erat antara penataan ruang
dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang merupakan kunci bagi
berhasilnya upaya perkembangan wilayah.
Mengapa Lingkungan berpengaruh
pada Penataan Ruang?
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Lingkungan dalam penataan ruang sangat berpengaruh yang harus di


pertimbangkan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah. Karena
pada dasarnya lingkungan memiliki keterbatasan daya dukung dan
daya tampung dalam menopang kehidupan baik manusia maupun
makhluk hidup lainnya, sehingga apabila daya dukung tersebut
melampaui maka sudah dapat dipastikan kelestarian fungsi lingkungan
akan terganggu.
Kasus Penataan Ruang yang
Menyangkut dengan Lingkungan
Kampung Pulo, Jakarta

Kampung pulo sudah ada sejak 1930 sebelum merdeka, namun awalnya
kampung pulo adalah hutan serta kawasan yang dijadikan pusat
perniagaan di Timur Batavia serta merupakan bagian dari kawasan
Messter Cornelis pada masa kolonial Belanda. Namun, sekarang sudah
menjadi pemukiman yang tidak selayaknya untuk dihuni yang memakan
tepi sungai. Pertama, letak pemukiman ini di tepi sungai yang membuat
limbah rumah tangga mencemari sungai tersebut setiap harinya. Kedua,
letak pemukiman ini di tepi sungai yang memakan badan tepi sungai
sehingga sungai tidak dapat menampung debit air yang tinggi saat
musim penghujan datang. Ketiga, sirkulasi udara yang kurang baik bagi
kesehatan karena tinggal di tepi sungai. Maka penyebabnya, setiap
musim penghujan kawasan tersebut selalu banjir, kenapa bisa banjir?
Karena karena berlokasi di sekitar bantaran Kali Ciliwung serta
pemukiman yang tidak semestinya tersebut seharusnya adalah tempat
penghijauan agar tidak terjadi banjir.
Kampung Pulo, Jakarta

Kondisi pemukiman Kampung Pulo Kondisi banjir di Kampung Pulo


Penanganan Kasus
Sejak jaman Gubernur DKI Jakarta Jokowi Dodo (2014) sudah memikirkan untuk
menggusur kawasan Kampung Pulo. Namun, baru terealisasikan hal tersebut pada
masa Gubernur Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang akan
kembali menghijaukan hulu Sungai Ciliwung seperti pada masa pemerintahan
Belanda. Tidak seperti bagian kota yang dibangun turap beton (sheet pile), hulu
Ciliwung akan dibuat lebih alami. Sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor
1 Tahun 2012 tentang Rencana tata Ruang Wilayah Tahun 2030 dan Perda Nomor
1 Tahun 2014 tentang Rencana Detil Tata Ruang (RDTR).

Anda mungkin juga menyukai