Pengertian penataan ruang, Pengaturan dan penegakan hukum dalam penataan ruang,
dalam dimensi geografis dan geometris yang merupakan wadah bagi manusia dalam
dimaksud dengan ruang adalah “wadah yang meliputi daratan, ruang lautan, ruang
udara sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan mahluk hidup lainnya hidup
tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa ruang adalah “wadah yang meliputi ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lain hidup, melakukan
10
Juniarso ridwan dan Achmad Sodik, 2008, Hukum Tata Ruang (dalam Konsep Otonomi
Daerah), Nuansa, Bandung, h.23.
11
Ibid.
16
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya”. Dilihat dari pengertian tersebut,
1) Ruang Daratan adalah ruang yang terletak di atas dan di bawah permukaan
daratan, termasuk permukaan perairan darat dan sisi darat dari garis laut
terendah;
2) Ruang Lautan adalah ruang yang terletak di atas dan di bawah permukaan
laut dimulai dari sisi laut dari garis laut terendah termasuk dasar laut dan
bagian bumi di bawahnya, dimana negara Indonesia memiliki hak
yurisdiksinya;
3) Ruang Udara adalah ruang yang terletak di atas ruang daratan dan atau
ruang lautan sekitar wilayah negara dan melekat pada bumi, dimana
negara Indonesia memiliki hak yurisdiksinya.
Tata ruang merupakan wujud struktural ruang dan pola ruang, hal ini sesuai
ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Pola pemanfaatan ruang dalam hal ini meliputi pola lokasi, sebaran
permukiman, tempat kerja, industri, pertanian, serta pola penggunaan tanah perkotaan
dan pedesaan. Di mana tata ruang yang dimaksud adalah tata ruang yang
12
Ibid.
17
direncanakan, sedangkan tata ruang yang tidak direncanakan adalah tata ruang yang
Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia yang
ayat (3) UUD NRI Tahun 1945, serta makna yang terkandung di dalam falsafah dan
dasar negara Pancasila, untuk itu kemudian negara menyelenggarakan suatu penataan
yang dimaksud dengan penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata
kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan. Pengertian kawasan menurut Pasal 1
angka 20 Undang-Undang Nomor 2007 adalah wilayah yang memiliki fungsi utama
lindung dan budi daya. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan merupakan
13
Ibid.
18
1) Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
alam dan sumber daya buatan. Melihat fungsi utama dari kawasan lindung
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potenssi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Oleh karena itu, kawasan
aktivitas pembangunan.
Negara Indonesia, keberadaan fungsi kawasan tersebut perlu dituangkan secara tegas
dalam perencanaan tata ruang baik yang bersifat nasional, daerah provinsi, maupun
mengarahkan kegiatan atau usaha tertentu, yakni menempati wilayah sesuai dengan
peruntukannya, di sisi lain lokalisasi tersebut diharapkan dapat dengan mudah untuk
19
dukung yang memadai. Sementara dari aspek pengawasan dan pengendalian akan
yang tidak berbeda dengan organisasi pada umumnya terutama dalam hal kegiatan
dalam bentuk rencana-rencana. Menurut Ridwan H.R. rencana merupakan bagian tak
terelakkan dalam suatu organisasi sebagai tahap awal untuk pencapaian tujuan. 15
dengan sepenuhnya terwujudnya suatu keadaan tertentu yang teratur) tindakan yang
14
Ibid.
15
Ridwan H.R., 2007, Hukum Administrasi Negara, PT Rajagrafindo Persada, jakarta h.194.
16
Hasni, 2008, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah, PT. Rajagrafindo Persada,
Jakarta, h.3.
20
“rencana sebagai hasil kegiatan …. Merupakan keseluruhan tindakan yang
saling berkaitan dari tata usaha negara yang mengupayakan terlaksananya
keadaan tertentu yang tertib (teratur). Maka, …. Hanya rencana-rencana yang
berkekuatan hukum yang memiliki arti bagi hukum administrasi, dan suatu
rencana menunnjukan kebijaksanaan apa yang akan dilakukan oleh tata usaha
negara pada suatu lapangan tertentu”.17
hakekatnya dirumuskan dalam suatu bentuk hukum berupa pengaturan (regeling) atau
dengan ditetapkannya suatu rencana dalam bentuk hukum tersebut, maka suatu
rencana akan dapat membawa suatu akibat hukum. Rencana dapat dijumpai pada
17
Philipus M. Hadjon, et.al., 2008, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to
the Indonesian Administrative Law), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, h.156.
18
Ridwan H.R., opcit, h.203.
21
pembangunan. P. de Han mengklasifikasikan rencana dalam tiga kategori, yaitu
sebagai berikut19 :
Atas dasar klasifikasi rencana tersebut, dapat dikatakaan bahwa Rencana Tata
memiliki akibat hukum langsung bagi pemerintah sendiri serta bagi masyarakatnya.
disebutkan bahwa rencana tata ruang adalah “hasil perencanaan struktur dan pola
19
Ibid, h.197-198.
22
pemanfaatan ruang”. 20 Ketentuan Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007, menyatakan yang dimaksud dengan perencanaan tata ruang adalah suatu proses
untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan
sektor pembangunan, sehingga dalam memanfaatkan lahan dan ruang dapat dilakukan
secara optimal, efisien, dan serasi. Adapun tujuan diadakannya perencanaan tata
ruang itu sendiri adalah untuk mengarahkan struktur dan lokasi beserta hubungan
fungsionalnya yang serasi dan seimbang dalam rangka pemanfaatan sumber daya
manusia, sehingga tercapainya hasil pembangunan yang optimal dan efisien bagi
hal, yaitu21 :
20
Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, opcit, h.26.
21
Ateng Syafrudin, 1992, Pengurusan Perijinan (Licensing Handeling), Pusat Pendidikan dan
Pelatihan St. Aloysius, Bandung, h.1.
23
Perencanaan tata ruang berdasarkan ketentuan Pasal 14 Undang-undang
Nomor 26 tahun 2007 dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan
rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang merupakan penjabaran rencana
umum tata ruang yang dapat berupa rencana kawasan strategis yang penetapan
disempurnakan dengan tetap mematuhi batasan yang telah diatur dalam rencana rinci
wilayah kabupaten dan rencana tata ruang wilayah kota ini memiliki
Atas dasar penetapan wilayah rencana umum tata ruang tersebut, menurut
24
Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan
strategis nasional;
suatu rencana tata ruang yang telah ditetapkan dapat ditinjau kembali. Adapun
berupa :
Rencana tata ruang yang ada dapat tetap berlaku sesuai dengan masa
berlakunya;
Rencana tata ruang yang ada perlu direvisi, dimana suatu revisi
perundang-undangan.
2) Pemanfaatan Ruang
Undang Nomor 26 tahun 2007 adalah upaya untuk mewujudkan struktur dan pola
25
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
ruang secara vertikal maupun pemanfaatan ruang di dalam bumi, yang dimaksudkan
bertingkat, baik di atas tanah maupun di dalam bumi. Sementara itu, pemanfaatan
ruang lainnya di dalam bumi antara lain untuk jaringan utilitas dan jaringan kereta api
maupun jalan bawah tanah. Pemanfaatan ruang juga berkaitan dengan penatagunaan
tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya. Dalam hal ini, program pemanfaatan
22
Ibid.
26
Dampak terhadap kerusakan dan pencemaran lingkungan;
27
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
bahwa terdapat beberapa tingkatan aturan hukum yang nantinya harus dijadikan dasar
hukum dalam pembuatan suatu aturan hukum yang baru. Adapun tingkatan aturan
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah dalam tata urutan peraturan
merupakan konstitusi dari Negara Indonesia, maka setiap bentuk aturan hukum yang
dibuat harus bersumberkan pada UUD, dan dalam segala persoalan ketatanegaraan
penyelesaiannya haruslah terlebih dahulu mengacu pada UUD. Dari UUD, barulah
28
tingkatannya masing-masing.23 Jadi dalam hal ini, UUD NRI Tahun1945 merupakan
bawahnya.
Terkait dengan hal tersebut, dalam pengaturan penataan ruang, adanya tujuan
pembukaan UUD NRI Tahun 1945 alinea keempat yang dijabarkan lebih lanjut dalam
ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945, dijadikan sebagai dasar dalam
penetapan suatu aturan hukum nasional dalam bidang penataan ruang, yaitu Undang-
tentang penataan ruang, namun kemudian diganti karena dianggap tidak sesuai lagi
dengan situasi dan kebutuhan penataan ruang yang ada di Indonesia. Selain itu
kepada pemerintah daerah yang dalam penetaan ruang sebagaimana tertuang pada
Tahun 1992.
23
I Made Subawa, et.al., 2005, Hukum Tata Negara Pasca Perubahan UUD 1945, Bagian Tata
Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h.33.
29
kemudian dipergunakan suatu peraturan daerah, sebagaimana yang ditentukan dalam
pasal 136 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 bahwa, “Perda dibentuk
yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Dimana
ketentuan dalam perda tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau
Atas dasar tersebut, Perda yang dibuat dan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 dan peraturan
menetapkan suatu Peraturan Daerah.24 Dalam Perda tersebut, dituangkan rencana tata
Namun dalam hal ini, kedudukan Perda kabupaten tetap berada di bawah Perda
provinsi, untuk itu substansinya tidak boleh bertentangan dengan Perda provinsi.
24
Siswanto Sunarno, 2006, Hukum Pemerintahan Daerahdi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,
h.37.
30
bersifat abstrak. Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum pada hakikatnya
hukuum, yaitu26 :
menerapkan hukum;
diterapkan;
- Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
25
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar Baru,
Bandung, h.15.
26
Soerjono Soekanto, 1983, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali
Press, Jakarta, h.4-5.
31
preventif untuk memaksakan kepatuhan, sedangkan penerapan sanksi merupakan
norma hukum yang berlaku, sebagai suatu upaya preventif, dan juga dimaksudkan
hukum, sebagai suatu upaya represif. Selain itu, adanya pengawasan diupayakan
undangan, bahkan Ten Berge berpendapat bahwa, sanksi merupakan inti dari
akhir dalam peraturan, di mana saksi diperlukan untuk menjamin penegakan hukum
administrasi, yaitu29 :
32
Dalam penataan ruang, upaya penegakan hukum yang diterapkan adalah
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap zona
peruntukan yang penetapan zonanya sesuai dengan rencana rinci tata ruang. Pada
hakikatnya zona adalah sebagian dari muka bumi, (baik air maupun darat) zoning
“untuk”, berarti membuat zona tentang suatu peruntukan penggunaan dari muka bumi
yang bersangkutan. Zona sifat atau zona yang menyajikan fakta sangat diperlukan
Peraturan zonasi berisi ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh
dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan tentang
amplop ruang, penyediaan sarana dan prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan
untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Masing-
pengaturan zonasi di wilayahnya sesuai dengan potensi dan kondisi dari daerahnya
tersebut untuk dituangkan dalam peraturan daerah dengan tetap mengacu pada aturan
30
Hasni, op cit, h.80.
33
2) Perizinan
Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat
Umumnya yang menjadi tujuan utama dari adanya perizinan ini adalah untuk
berlaku serta membatasi aktivitas masyarakat agar tidak merugikan orang lain. 33
Dilihat dari tujuannya tersebut, dapat dikatakan bahwa adanya perizinan pada
31
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 1993, Sistem Administrasi Negara
Republik Indonesia, jilid II, CV. Masagung, Jakarta, h.126.
32
Ateng Syafrudin, opcit, h.4.
33
I Made Arya Utama, 2007, “Hukum Perizinan Daerah Berwawasan Lingkungan Hidup
dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan”, Kertha Pratika, Nomor 1, Th. XXXII,
Januari 2007, h.2.
34
hakekatnya adalah bersifat membatasi hak-hak masyarakat, maka pemerintah sebagai
organ administrasi negara memiliki otoritas penuh atas perizinan tersebut tidak boleh
pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan
rencana tata ruang. Izin pemanfaatan ruang diatur dan ditetapkan oleh pemerintah dan
dimaksud meliputi izin lokasi/fungsi ruang, amplop ruang, dan kualitas ruang.
wenang dalam mengeluarkan izin pemanfaatan ruang. Dalam hal ini pemerintah perlu
izinnya tersebut sudah sesuai dengan peruntukan kawasan sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam perncanaan tata ruang, baik itu di wilayah nasional, provinsi,
maupun kabupaten/kota.
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, baik yang
antara lain dapat berupa keringanan pajak, pembangunan prasarana dan sarana
35
mencegah, membatasi pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan
dengan rencana tata ruang. Disinsentif ini dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi,
penalti.
4) Pengenaan sanksi
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi
dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi administratif, sanksi
diberikan kepada pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan
pemanfaatan ruang semata, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang
berwenang yang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
36