Anda di halaman 1dari 19

Volume 15. Number 2.

December 2020 Page 242-260

Pandecta
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta

Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah

Edward James Sinaga1

1
Balitbang Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI, Jakarta, Indonesia
DOI: http://dx.doi.org/10.15294/pandecta.v15i2.23717

Article info Abstrak


Article History: Indonesia memiliki wilayah daratan dan lautan yang sangat luas, untuk itu perlu
Received : March 11th 2020 dilakukan penataan agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
Accepted: July 17th 2020 rakyat. Pemerintah Indonesia telah membuat Undang-undang Nomor 26 Tahun
Published: December 1st 2020 2007 tentang Penataan Ruang. Namun masyarakat masih kurang peduli dan belum
memahami esensi penataan ruang. Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum
Keywords: normatif untuk menjelaskan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku
penataan ruang; peran
berkaitan dengan penataan ruang dan peran masyarakat, serta upaya yang harus
dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan peraturan perundang-undangan atau ke-
masyarakat; penatagunaan
bijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah telah memberikan peran bagi masyarakat
tanah; wilayah secara optimal, dan komprehensif terhadap keterlibatan masyarakat dalam penataan
ruang. Pelaksanaan penataan ruang wilayah tidak terlepas dari peran penatagunaan
spatial planning; tanah yang merupakan sub sistem penataan ruang dalam mewujudkan rencana tata
community role; ruang untuk kepentingan masyarakat secara adil. Penataan ruang yang dijalankan
land stewardship; regional pemerintah bergantung pada tingkat respons dan peran masyarakat. Upaya yang
perlu dilakukan dalam meningkatkan peran masyarakat dalam perencanaan tata ru-
ang, antara lain dengan mempersiapkan peraturan yang lebih operasional, berupa
pedoman pelibatan peran masyarakat dalam penataan ruang yang lebih teknis dan
rinci, serta mudah dipahami.

Abstract
Indonesia has vast land and sea area, so it is necessary to arrange it to be utilized
as much as possible for prosperity. Indonesia has enacted Law Number 26 /2007
on Spatial Planning. However, the public still does not care and understand it. The
research uses a normative legal approach to explain various applicable laws and regu-
lations relating to spatial planning and the community’s roles. The implementation of
regional spatial planning is inseparable from the role of land stewardship, which is a
sub-system of spatial planning in realizing spatial plans for the benefit of the commu-
nity somewhat. Spatial planning carried out by the government depends on the level
of response and the role of the community. Efforts that need to enhance the role of
the community in spatial planning, among others, are by preparing more operational
regulations, in the form of guidelines for involving the community’s role in spatial
planning that is more technical and detailed, and easy to understand.

 ISSN 1907-8919 (Cetak)


Address : Jalan H. R. Rasuna Said Kav. 4-5, Jakarta Selatan 12920 ISSN 2337-5418 (Online)
E-mail : edwardjames88@ymail.com
Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260

1. Pendahuluan hara kelangsungan hidupnya secara optimal


Indonesia memiliki wilayah daratan (Ali, 2009).
dan lautan yang sangat luas. Luas wilayah In- Perencanaan tata ruang wilayah men-
donesia lebih kurang 840 juta hektar, yang jadi salah satu problematika pada perkem-
terdiri-dari 191,06 Juta hektar daratan dan bangan Kota dewasa ini, perkembangan kota
649 juta hektar lautan. Dari luas daratan, yang cukup cepat dengan pertumbuhan pen-
sekitar 125,92 juta hektar (65,90%) masih duduk yang cukup pesat juga, maka masalah
berupa hutan seperti hutan lebat, hutan se- lingkungan mejadi suatu masalah yang cukup
jenis, dan hutan belukar. Selebihnya seluas urgen dalam pembahasan mengenai keber-
65,14 juta hektar (34,10%) telah dibudida- lanjutan lingkungan untuk masa depan ge-
yakan dengan berbagai kegiatan (Kementeri- nerasi. Perencanaan tata ruang menjadi hal
an LHK, 2018). Dari luas daerah yang sangat yang penting maka setiap wilayah Provinsi,
luas tersebut Indonesia perlu melakukan pe- Kota/ Kabupaten harus mempunyai aturan
nataan sehingga pengelolaan terhadap wi- yang akan menjadi pedoman dalam pena-
layah tersebut dapat dimanfaatkan sebesar- taan ruang dan menjadi acuan dalam pelak-
besarnya untuk kemakmuran rakyat. Untuk saanaan pembangunan (Putri et al., 2013).
penataan wilayah agar dapat termanfaatkan Prinsip penataan ruang adalah peman-
secara makasimal, Pemerintah Indonesia te- faatan ruang bagi semua kepentingan secara
lah membuat Undang-undang Nomor 26 Ta- terpadu, efektif dan efisien, serasi, selaras,
hun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR) seimbang, berkelanjutan, keterbukaan, per-
dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun samaan, keadilan, dan perlindungan hukum.
2004 Tentang Penatagunaan Tanah. Adapun tujuan penataan ruang untuk terse-
Dalam UUPR disebutkan bahwa ruang lenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan
lingkungan, terselenggaranya pengaturan pe-
merupakan wadah yang meliputi ruang da-
manfaatan ruang kawasan lindung dan kawa-
ratan, ruang lautan, dan ruang udara seba-
san budi daya, serta tercapainya pemanfaa-
gai satu kesatuan wila­yah, tempat manusia
tan ruang yang berkualitas.
dan makhluk lainnya hidup dan melakukan
kegiatan serta memelihara kelangsungan hi- Amanat Undang-Undang Dasar Nega-
dupnya. Tata ruang merupakan wujud struk- ra Indonesia 1945 (UUD NRI 1945) seperti
tural dan pola pemanfaatan ruang, baik yang yang diuraikan dalam Penjelasan UUD NRI
direncanakan maupun tidak. Sementara pe- 1945 menyebutkan bahwa bumi dan air ser-
nataan ruang pada hakikatnya merupakan ta kekayaan alam yang terkandung dalam
proses perencanaan tata ruang, pemanfaa- bumi adalah pokok-pokok kemakmuran ra-
tan ruang, dan pengendalian pemanfaatan kyat. Negara berperan aktif dalam mengatur
ruang. Secara lebih spesifik, penataan ruang perekonomian (Risnain, 2016). Oleh sebab
dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk itu, harus dikuasai oleh negara dan diper-
mewujudkan tata ruang yang terencana, gunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat. Penguasaan tanah oleh negara mem-
dengan memperhati­kan keadaan lingkungan
punyai arti bahwa negara mempunyai wewe-
alam, lingkungan buatan, lingkungan sosial,
nang untuk mengatur dan menyelenggarakan
interaksi antarlingkungan, tahapan dan pen-
peruntukan, penggunaan, persediaan, dan
gelolaan pem­ bangunan, serta pembinaan
pemeliharaannya. Atas dasar hak menguasai
kemampuan kelembagaan dan sumber daya
ini, negara dapat menentukan bermacam-
manusia yang ada dan tersedia, dengan sela-
macam hak atas tanah yang dapat diberikan
lu mendasarkan pada kesatuan wilayah na-
dan dimiliki oleh orang perorang, baik sendi-
sional dan ditujukan bagi sebesar­besarnya
ri maupun bersama-­sama dengan orang lain,
kemakmuran rakyat. Ruang perlu ditata agar
serta badan hukum.
dapat memelihara keseimbangan lingkungan
dan memberikan dukungan yang nyaman Pasal 4 Undang-Undang Nomor 5 Ta-
terhadap manusia serta mahluk hidup lain- hun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
nya dalam melakukan kegiatan dan memeli- Pokok Agraria menyatakan bahwa : “atas


243
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah

dasar hak menguasai dari Negara sebagai tumpang tindih dalam upaya mewujudkan
yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan tujuan penataan ruang (Sugandhi, 1999).
adanya macam-macam hak atas permukaan Saat ini permasalahan penataan ruang
bumi, yang disebut tanah, yang dapat dibe- yang sering terjadi berupa ketidakpedulian
rikan kepada dan dimiliki oleh orang-orang, masyarakat dalam penyelenggaraan pena-
baik sendiri maupun bersama-sama dengan taan ruang dan kurang memahami esensi pe-
orang-orang lain serta badan-badan hukum”. nataan ruang itu sendiri. Seperti penataan ru-
Hal ini menyebutkan bahwa tanah secara fi- ang yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
sik dapat diartikan sebagai permukaan bumi. DKI Jakarta. Masyarakat di pemukiman padat
Atas dasar pemanfaatannya, penggunaan ta- dan di bantaran sungai tidak bersedia direlo-
nah dapat dibedakan dalam dua bentuk, yai- kasi dari tempat tinggalnya saat ini yang akan
tu penggunaan untuk hutan dan penggunaan dilakukan oleh aparatur Pemerintah Daerah
lain­
nya. Atas dasar fungsinya, penggunaan DKI Jakarta. Jika masyarakat kurang kesada-
dan pemanfaatan tanah dibedakan di dalam ran akan pentingnya perencanaa tata ruang,
kawasan lindung atau di dalam kawasan budi bagaimana nasib pembangunan Negara un-
daya. Sebaliknya, berdasarkan penguasaan tuk generasi yang akan datang (Junef, 2017).
dan atau kepemilikannya, tanah dapat dibagi Hal ini juga disebabkan kurangnya pelibatan
dalam dua kelompok, yaitu tanah yang lang- masyarakat dalam penyelenggaraan pena-
sung dikuasai oleh negara dan tanah hak se­ taan ruang. Jika subyek tidak berperan secara
bagaimana diatur oleh peraturan perundang- baik maka proses pembangunan tidak akan
undangan. berhasil. Ketaatan masyarakat pada rencana
Dengan makin meningkatnya jumlah tata ruang sangat diperlukan demi suksesnya
penduduk dan kegiatan pembangunan, sum- tujuan penataan ruang. Dan ketaatan mem-
ber daya alam, terutama lahan dan air yang butuhkan prasyarat harus memahami apa
terbatas jumlahnya perlu direncanakan den- dan bagaimana rencana tata ruang wilayah
di mana masyarakat tersebut tinggal. Peliba-
gan baik agar peman­ faatannya efektif dan
tan masyarakat bisa dipandang sebagai kont-
efisien. Hal ini untuk menjamin pembangu-
rol sosial yang akan mendorong pemerintah
nan yang berkelanjutan dan bagi sebesar-
untuk konsisten melaksanakan rencana tata
besarnya kemakmuran rakyat secara merata.
ruang yang aspiratif. Di sisi lain, pemerintah
Penataan ruang dan penataan pertanahan
juga perlu didorong untuk menyelenggara-
merupakan perangkat untuk mengupayakan
kan pemerintahaan secara baik (good gover-
tercapainya hal-hal tersebut. Melalui pena-
nance). Untuk meningkatkan pengelolaan
taan ruang, pemanfaatan sumber daya alam
ruang dan menciptakan atau menuju suatu
seperti lahan dan air dilaksanakan seoptimal
perwujudan Good Environmental Governan-
mungkin, di samping mencegah terjadinya
ce dalam suatu pemerintahan, dapat melihat
benturan berbagai kepentingan dalam pe- bagaimana perangkat perundang-undangan
manfaatan ruang. Penataan pertanahan me- dalam bidang sumber daya alamnya (Putri et
rupakan pendu­ kung pelaksanaan rencana al., 2013)
pemanfaatan ruang yang dijabarkan dalam
Pembangunan harus menerapkan prin-
rencana tata guna tanah.
sip-prinsip desentralisasi, bergerak dari ba-
Penataan ruang diselenggarakan oleh wah (bottom up), mengikutsertakan masyara-
berbagai instansi pemerintah dengan meli- kat secara aktif (participatory), dilaksanakan
batkan masyarakat seperti telah disebutkan dari dan bersama masyarakat (from and with
dan atau pemangku kepentingan non pe- people) (Fadil, 2013). Pelibatan masyarakat
merintah dalam penataan ruang, yang da- dalam penataan ruang menjadi bahasan yang
lam pelaksanaannya harus dilakukan secara penting sejak dikeluarkannya Pasal 12 Un-
koordinasi, baik di tingkat administrasi pe- dang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 yang
merintahan maupun antar pemerintah dan kemudian diganti dengan Undang-Undang
masyarakat sehingga terhindar dari kesenjan- Nomor 26 Tahun 2007 (UUPR). Dalam UUPR
gan penanganan ataupun penanganan yang ini masyarakat diperankan sebagai mitra da-

244

Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260

lam penyelenggaraan penataan ruang, tetapi menganalis data adalah pendekatan perun-
dalam operasionalnya sampai saat ini masih dang-undangan (statute approach), pendeka-
belum dilaksanakan dengan baik. Seperti pe- tan konsep (conceptual approach), dan pen-
libatan masyarakat dalam perencanaan kota dekatan komparatif (comparative approach).
di Indonesia masih sering diabaikan, padahal Pendekatan metode ini dimaksudkan untuk
penting sekali artinya untuk menumbuhkan menjelaskan berbagai peraturan perundang-
harga diri, percaya diri dan jati diri. Apalagi undangan yang berlaku berkaitan dengan
bagi kaum papa yang termasuk kategori “The penataan ruang dan mengaitkannya dengan
silent majority”, keterlibatan mereka boleh peran serta masyarakat, terutama Undang-
dikata tidak ada. Sehingga peran serta masy- Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Pe-
arakat dalam proses perencanaan tata ruang nataan Ruang, Peraturan Pemerintah Nomor
dan lingkungan hidup masih sangat terbatas 68 Tahun 2010 Tentang Bentuk dan Tata Cara
(Budihardjo, 1998). Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang,
Akibatnya issue pelibatan masyara- dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
kat ini terus menerus didengungkan kare- 2004 Tentang Penatagunaan Tanah. Peneliti-
na merupakan critical succes factor dalam an ini menggunakan analisis kualitatif untuk
pencapaian tujuan penataan ruang. Untuk mencari prinsip-prinsip hukum, hubungan-
keberhasilan program pelibatan masyarakat hubungan antara prinsip hukum yang satu
tersebut diperlukan perubahan paradigma dengan prinsip hukum lainnya, kemudian di-
dalam penyelenggaraan penataan ruang. simpulkan dengan menggunakan penalaran
Konsep stakeholder dan social transformation deduktif-induktif.
adalah pendekatan baru yang harus diterap-
kan sebagai pengganti pendekatan lama yang 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
memandang masyarakat sebagai obyek pera-
Penataan Ruang dalam Pertanahan
turan. Social transformation memandang ma-
syarakat sebagai subyek peraturan dan kea- Konsep penataan ruang adalah un-
nekaragaman perilaku. Masyarakat didorong tuk pemanfaatan pembangunan yang harus
untuk menentukan nasibnya sendiri (bottom mengacu pada beberapa aspek seperti, kea-
up planning). Pendekatan ini akan menuntut manan, kenyamanan, produktivitas, serta da-
peranan Pemerintah bersama dengan masy- pat bermanfaat secara luas bagi semua lapi-
arakat, untuk mengembangkan visi bersama san masyarakat, karena konsep penggunaan
dalam merumuskan wajah ruang masa de- ruang ini bukan hanya untuk hari ini dan ta-
pan, standar kualitas ruang, aktivitas yang hun depan saja akan tetapi untuk generasi di
diperbolehkan dan dilarang pada suatu ka- masa depan. Dalam Undang-Undang No. 26
wasan, distribusi dan alokasi fasilitas publik, tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (UUPR)
dan development control system. Dari pen- terdapat beberapa klasifikasi dalam penataan
jabaran permasalahan dalam penataan ruang ruang seperti, penataan ruang berdasarkan
dari perencanaan tata ruang wilayah dan ke- sistem, yang terdiri atas sistem wilayah dan
terlibatan masyarakat sebagai subjek dalam sistem internal perkotaan, penataan ruang
pembangunan wilayah maka perlu dilakukan berdasarkan fungsi utama kawasan, yang ter-
penelitian berkaitan dengan pengaturan pe- diri atas kawasan lindung dan kawasan budi
nataan ruang dan implementasi serta peran daya, penataan ruang berdasarkan wilayah
serta masyarakat dan upaya yang dilakukan administratif terdiri atas penataan ruang wi-
untuk untuk mewujudkan ruang wilayah na- layah nasional, penataan ruang wilayah pro-
sional yang aman, nyaman, produktif, dan vinsi, dan penataan ruang wilayah kabupa-
berkelanjutan. ten/kota. Tentunya di setiap daerah memiliki
ruang wilayah yang berbeda-beda, sehingga
2. Metode Penelitian UUPR yang mengatur tata ruang secara na-
Penelitian menggunakan metode pen- sional memberikan hak pemerintah provinsi
elitian hukum normatif (Soekanto & Mamud- untuk mengatur ruangannya sendiri, sesuai
ji, 2001). Pendekatan yang digunakan untuk keadaannya dan tidak bertentangan dengan

245
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah

UU tersebut. Karena tujuan penataan ruang bentuk Undang-Undang Penataan Ruang.


itu adalah untuk mewujudkan lingkungan Konsepsi dasar yang tertuang di dalam pera-
yang aman dari bencana, maka menjadi per- turan perundang-undangan tersebut selan-
hatian bagi pemerintah untuk menentukan jutnya dijabarkan dalam UUPR.
kawasan mana yang bisa dibangun dan mana Di dalam UUPR terdapat prinsip-prin-
kawasan yang harus dilindungi agar tidak ter- sip hukum penting sebagaimana diatur da-
jadi penurunan permukaan tanah yang men- lam Pasal 2 dan penjelasannya adalah seba-
gakibatkan bencana. gai berikut:
Tebitnya UUPR dimaksudkan untuk 1. Asas keterpaduan, bahwa dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Se- penataan ruang diselenggarakan
perti dalam Teori Negara Hukum Modern dengan mengintegrasikan berbagai
disebutkan bahwa tugas negara bukan hanya kepentingan yang bersifat sektoral,
sebagai penjaga keamanan dan ketertiban lintas wilayah dan lintas pemangku
masyarakat semata, akan tetapi berkewajiban kepentingan. Pemangku kepentigan
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Se- antara lain pemerintah, pemerintah
jalan dengan teori tersebut, Pembukaan UUD daerah dan masyarakat.
1945 alinea ke IV mengatakan: ”Negara me- 2. Asas keserasian, keselarasan dan
majukan kesejahteraan umum, mencerdas- keseimbangan, bahwa penataan
kan kehidupan bangsa...” Guna mewujud- ruang diselenggarakan dengan
kan cita-cita hukum negara tersebut, maka di mewujudkan keserasian antara struktur
dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 diatur: ruang dan pola ruang, keselarasan
Bumi, dan air, dan kekayaan alam yang ter- antara kehidupan manusia dengan
kandung di dalamnya dikuasai oleh Negara lingkungannya, keseimbangan antara
dan dipergunakan sebesar-besarnya kemak- pertumbuhan dan perkembangan
muran rakyat”. Penjelasan Pasal 33 ayat (3) antardaerah dan antar kawasan
ini mengatakan: “Bumi dan air dan kekayaan perekonomian serta antar kawasan
perkotaan dengan kawasan pedesaan.
alam yang terkandung dalam bumi adalah
3. Asas keberlanjutan, artinya bahwa
pokok-pokok kemakmuran rakyat”. Untuk
penataan ruang diselenggarakan
mewujudkan konsepsi hukum yang demikian
dengan menjamin kelestarian dan daya
itu, maka pemerintah membentuk Undang-
dukung dan daya tampung lingkungan
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pe-
dengan memperhatikan generasi
raturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA).
mendatang.
Di dalam Pasal 2 UUPA mengatur dan mem-
4. Asas keberdayagunaan dan
berikan kewenangan kepada negara sebagai
keberhasilgunaan, adalah bahwa
organisasi kekuasaan untuk menguasai, men-
penataan ruang diselenggarakan
gatur dan menyelenggarakan, mengelola dan
dengan mengoptimalkan manfaat ruang
mengawasi penyediaan, peruntukan, peng-
dan sumber daya yang terkandung di
gunaan, dan pemanfaatan bumi, air, ruang dalamnya serta menjamin terwujudnya
angkasa dan kekayaan alam yang terkandung tata ruang yang berkualitas.
di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemak- 5. Asas keterbukaan, bahwa penataan
muran rakyat (Ridwan & Sodik, 2008). ruang diselenggarakan dengan
Selanjutnya Pasal 14 UUPA yang me- memberikan akses yang seluas-
wajibkan kepada pemerintah untuk mela- luasnya kepada masyarakat untuk
kukan perencanaan penyediaan, peruntu- mendapatkan informasi yang berkaitan
kan, penggunaan, dan pemanfaatan bumi, dengan penataan ruang.
air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang 6. Asas kebersamaan dan kemitraan,
terkandung di dalamnya, untuk kepentingan bahwa penataan ruang diselenggarakan
bangsa dan negara dan kepentingan masya- dengan melibatkan seluruh pemangku
rakat bangsa Indonesia. Atas dasar perintah kepentingan.
Pasal 14 UUPA ini maka pemerintah mem- 7. Asas perlindungan kepentingan umum,

246

Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260

bahwa penataan ruang diselenggarakan macam aktivitas untuk keberlanjutan kehi-


dengan mengutamakan kepentingan dupannya, dan pada tanahlah manusia akan
masyarakat. dikembalikan (dikuburkan) jika sudah me-
8. Asas kepastian hukum dan keadilan, ninggal. Di lain pihak ketersediaan dan ke-
bahwa penataan ruang diselenggarakan mampuan ruang pada dasarnya terbatas”.
dengan melandaskan hukum/ketentuan Prinsip harmonisasi dan keseimbangan
peraturan perundang-undangan dan sejalan dengan tujuan hukum menurut teori
bahwa penataan ruang dilaksanakan hukum timur. Teori hukum timur tidak me-
dengan mempertimbangkan rasa nempatkan “kepastian” tetapi hanya mene-
keadilan masyarakat serta melindungi kankan pada tujuan hukum yaitu: ”keadilan
hak dan kewajiban semua pihak secara adalah keharmonisan, dan keharmonisan
adil dengan jaminan kepastian hukum. adalah kedamaian” (Ali, 2009). Menurut
dan teori hukum timur ini, bahwa hukum tidak
9. Asas akuntabilitas, bahwa bertujuan untuk mencapai kepastian hukum,
penyelenggaraan penataan ruang akan tetapi keadilan, yaitu keharmonisan
dapat dipertanggungjawabkan baik dan kedamaian. Asas “keberlanjutan” adalah
proses, pembiayaan, maupun hasilnya. bahwa penataan ruang diselenggarakan den-
Prinsip-prinsip dasar tersebut merupa- gan menjamin kelestarian dan kelangsungan
kan nilai-nilai dasar yang mengandung makna daya dukung dan daya tampung lingkungan
filsafat yang menjadi acuan dalam perumus- dengan memperhatikan kepentingan gene-
an pasal-pasal dalam peraturan perundang- rasi mendatang. Prinsip utamanya adalah
undangan penataan ruang. Prinsip-prinsip bahwa sumber daya alam dan lingkungan hi-
hukum, tujuan dan klasifikasi penataan ruang dup yang ada sekarang ini bukan hanya milik
tersebut harus menjadi pedoman utama bagi kita sekarang saja akan tetapi juga milik anak
pemerintah pusat dan daerah dalam rangka cucu dan umat manusia yang akan datang.
menyusun rencana tata ruang nasional dan Sedangkan asas kepastian dan keadilan ada-
tata ruang daerah. Apabila penyusunan suatu lah bahwa penataan ruang diselenggarakan
rencana tata ruang di daerah-daerah dan pe- dengan berlandaskan hukum dan dilaksana-
laksanaannya bertentangan dengan asas-asas kan dengan mempertimbangkan rasa keadi-
hukum yang tertuang di dalam UUPR, maka lan masyarakat serta melindungi hak dan
mengakibatkan rencana tata ruang tersebut kewajiban semua pihak secara adil dengan
batal demi hukum atau dapat dibatalkan. jaminan kepastian hukum.
Asas tersebut menghendaki adanya keserasi- Kepastian hukum dan keadilan ibarat
an, keselarasan, dan keseimbangan dari ber- dua mata pedang, yang kadang-kadang se-
bagai subsistem dalam perencanaan, peman- lalu dipersoalkan di kalangan ilmuan hukum,
faatan dan pengelolaan ruang, sehingga akan sebab seringkali mengutamakan kepastian
dapat meningkatkan kualitas ruang wilayah hukum mengabaikan keadilan, dan sebalik-
yang ada. nya mengejar keadilan mengabaikan kepas-
Di dalam penjelasan umum angka 5 tian hukum. Gustav Radbruch mengatakan
alinea kedua UUPR dijelaskan bahwa: “Nilai (Rahardjo, 2006): bahwa berbicara tentang
keserasian, keselarasan dan keseimbangan ini kepastian hukum adalah berbicara tentang
penting diwujudkan dalam penataan ruang bagian dari cita hukum (Idee des Rechts).
karena mengingat bahwa ruang (darat, laut Beliau mengatakan, “cita hukum ditopang
dan udara, serta ruang bawah tanah) adalah oleh kehadiran tiga nilai dasar (Grunwerten),
merupakan wadah manusia dan makhluk yaitu: keadilan (Gerech-tigkeit), kemanfaatan
hidup lainnya untuk tempat tinggal, men- (Zweckmaeszigkeit) dan kepastian hukum
gembangkan keturunannya, tempat mencari (Rechtssickerkeit).”
nafkah, tempat memenuhi berbagai kebutu- Pembentukan UUPR mempunyai mak-
han hidupnya baik kebutuhan fisik maupun sud dan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
rohaninya, serta tempat melakukan berbagai penataan ruang tersebut diatur dalam Pasal

247
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah

3 yang menentukan sebagai berikut: “Peny- buatan. kondisi ekonomi, kondisi


elenggaraan penataan ruang bertujuan untuk sosial, budaya, politik, hukum,
mewujudkan ruang wilayah nasional yang pertahanan keamanan, lingkungan
aman, nyaman, produktif, berkelanjutan hidup serta ilmu pengetahuan dan
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Keta- teknologi sebagai satu kesatuan.
hanan Nasional dengan: a. terwujudnya ke- c. Geostrategi, geopolitik, dan
harmonisan antara lingkungan alam dan ling- geoekonomi.
kungan buatan. b. terwujudnya keterpaduan 2. Penataan ruang wilayah nasional,
dalam penggunaan sumber daya alam dan penataan ruang wilayah provinsi,
sumber daya buatan dengan memperhatikan penataan ruang wilayah kabupaten/
sumber daya manusia. dan c. terwujudnya kota dilakukan secara berjenjang dan
perlindungan fungsi ruang dan pencegahan komplementer.
dampak negatif terhadap lingkungan akibat 3. Penataan ruang wilayah nasional
pemanfaatan ruang.” meliputi wilayah yuridiksi dan wilayah
Sesuai dengan asas dan tujuan di atas, kedaulatan nasional yang mesncakup
maka penataan ruang diklasikasikan lagi se- ruang darat, ruang laut dan ruang
bagaimana diatur dalam Pasal 4 dan 5. Pasal udara, termasuk ruang di dalam bumi
4 menentukan sebagai berikut: “Penataan sebagai satu kesatuan.
ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, 4. Penataan ruang wilayah provinsi dan
fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kabupaten/kota meliputi ruang darat,
kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawa- ruang laut dan ruang udara termasuk
san.” Pasal 5 menentukan sebagai berikut: ruang di dalam bumi sesuai dengan
1. Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri ketentuan peraturan perundang-
atas sistem wilayah dan sistem internal per- undangan.
kotaan. 2. Penataan ruang berdasarkan fungsi 5. Ruang laut dan ruang udara
utama kawasan terdiri atas kawasan lindung pengelolaannya diatur dengan
dan kawasan budi daya. 3. Penataan ruang undang- undang tersendiri”. Penataan
berdasarkan wilayah administrasi terdiri atas ruang dilakukan dengan pendekatan
penataan ruang wilayah nasional, penataan kegiatan utama kawasan yang
ruang wilayah provinsi, penataan ruang wila- terdiri atas penataan ruang kawasan
yah kabupaten/kota. 4. Penataan ruang ber- perkotaan dan penataan ruang
dasarkan kegiatan kawasan terdiri atas pena- kawasan perdesaan.
taan ruang kawasan perkotaan dan penataan Penataan ruang kawasan perdesaan di-
ruang kawasan pedesaan. 5. Penataan ruang selenggarakan pada kawasan perdesaan yang
berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri merupakan bagian wilayah kabupaten atau
atas penataan ruang kawasan strategis nasio- pada kawasan yang secara fungsional berciri
nal, penataan ruang kawasan strategis pro- perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih
vinsi, dan penataan ruang kawasan strategis wilayah kabupaten pada 1 (satu) atau lebih
kabupaten/kota. wilayah provinsi. Kawasan perdesaan yang
Agar prinsip-prinsip, tujuan, dan klasi- merupakan bagian wilayah kabupaten dapat
fikasi penataan ruang terselenggara dengan berupa kawasan agropolitan. Penataan kawa-
baik, maka di dalam Pasal 6 ditentukan peny- san agropolitan mengutamakan penggunaan
elenggaraan penataan ruang sebagai berikut: dan pemanfaatan tanah dan kawasan dengan
1. Penataan ruang diselenggarakan berorientasi pada kawasan pertanian, peter-
dengan memperhatikan: nakan, perkebunan, kehutanan, dan industri
a. Kondisi fisik Negara Kesatuan pertanian.
Republik Indonesia yang rentan Demikian halnya dengan penatagu-
terhadap bencana. naan tanah sebagai sub sistem penataan ru-
b. Potensi sumber daya alam, sumber ang. Penatagunaan tanah merupakan salah
daya manusia, dan sumber daya satu upaya dalam rangka Reforma Agraria

248

Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260

(Agrarian Reform) atau Pembaruan Agraria, arakat yang mempunyai hubungan hukum
yang dapat diartikan secara sempit sebagai dengan tanah sesuai dengan Rencana Tata
land reform, yang dalam arti sempit berarti Ruang Wilayah yang telah ditetapkan (Much-
redistribusi tanah, sedangkan dalam arti luas sin & Koeswahyono, 2008).
berarti pembaruan dalam struktur pengu- Setiap daerah otonomi mempunyai ke-
asaan, struktur produksi dan struktur pela- wenangan yang cukup luas untuk membuat
yanan pendukung. Sedangkan arti Agrarian perencanaan pembangunan di daerahnya
Reform dalam arti luas, merupakan upaya masing-masing, termasuk dalam peneta-
perubahan atau perombakan sosial yang di- pan kebijakan penatagunaan tanah. Hal ini
lakukan secara sadar, guna mentransforma- berarti daerah otonomi harus lebih mampu
sikan struktur agraria ke arah sistem agraria menetapkan skala prioritas yang tepat dalam
yang lebih sehat dan merata bagi pengem- kegiatan penatagunaan tanah dengan tetap
bangan pertanian dan kesejahteraan masya- memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan
rakat desa (Fauzi et al., 2001). kelestarian lingkungan hidup agar pemban-
Penatagunaan tanah atau pola penge- gunan dapat berjalan secara berkesinam-
lolaan tata guna tanah yang meliputi pengu- bungan. Pendekatan pembangunan daerah
asaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah melihat pemanfaatan ruang serta interaksi
melalui pengaturan kelembagaan yang terkait berbagai kegiatan di dalam ruang wilayah.
dengan pemanfaatan tanah sebagai satu ke- Jadi dalam hal ini kita melihat perbedaan
satuan sistem untuk kepentingan masyarakat fungsi ruang yang satu dengan ruang yang
secara adil. Penatagunaan tanah itu sendiri lainnya dan bagaimana ruang tersebut saling
mencakup 4 (empat) unsur esensial, yaitu: berinteraksi untuk diarahkan pada terca-
(1). Adanya serangkaian kegiatan/aktivitas, painya kehidupan yang efisien dan nyaman
yaitu pengumpulan data lapangan tentang (Adi, 2014).
penggunaan, penguasaan, kemampuan fisik, Prinsip-prinsip perencanaan penatagu-
pembuatan rencana/pola penggunaan tanah, naan tanah (tata guna agraria) berdasarkan
penguasaan dan keterpaduan yang dilakukan hasil seminar tata guna sumber-sumber alam
secara integral dan koordinasi antar sektoral, ke I Tahun 1967 dikemukakan bahwa peren-
(2). Dilakukan secara berencana, harus sesu- canaan tata agraria didasarkan pada 3 prin-
ai dengan prinsip lestari, optimal, serasi dan sip, yaitu (Mertokusumo, 1988):
seimbang, (3). Adanya tujuan yang hendak 1. Prinsip penggunaan aneka (prinsciple
dicapai, yaitu sejalan dengan tujuan pem- of multipele use), prinsip ini
bangunan untuk sebesar-besar kemakmuran menghendaki agar rencana tata
rakyat, dan (4). Harus memperhatikan daftar agraria (tanah) harus dapat memenuhi
skala prioritas dalam penggunaan tanah. beberapa kepentingan sekaligus pada
Adapun tujuan penatagunaan tanah satu kesatuan tanah tertentu. Prinsip
itu sendiri untuk: (1). Mengatur penguasaan, ini mempunyai peranan penting untuk
penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi mengatasi keterbatasan areal, terutama
berbagai kebutuhan kegiatan pembangunan di wilayah yang jumlah penduduknya
yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wi- sudah sangat padat.
layah, (2). Mewujudkan penguasaan, peng- 2. Prinsip peggunaan maksimum
gunaan dan pemanfaatan tanah agar sesuai (prinsciple of maximum production)
dengan arahan fungsi kawasan dalam Ren- Prinsip ini dimaksudkan agar
cana Tata Ruang Wilayah, (3). Mewujudkan penggunaan suatu bidang agraria
tertib pertanahan yang meliputi penguasaan, termasuk tanah diarahkan untuk
penggunaan dan pemanfaatan tanah terma- memperoleh hasil fisik yang setinggi-
suk pemeliharaan tanah serta pengendalian tingginya untuk memenuhi kebutuhan
pemanfaatan tanah, dan (4). Menjamin ke- rakyat yang mendesak. Yang dimaksud
pastian hukum untuk menguasai, menggu- hasil fisik adalah sesuatu yang
nakan dan memanfaatkan tanah bagi masy- dihasilkan dari tanah, misalnya sawah

249
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah

menghasilkan padi atau bahan pangan antar pemilik tanah sehingga


lainnya. ada perlindungan hukum dalam
3. Prinsip penggunaan optimal menggunakan dan memanfaatkan
(prinsciple of optimum use). Prinsip ini tanah.
dimaksudkan agar penggunaan suatu Penatagunaan tanah merupakan suatu
bidang agraria termasuk tanah dapat kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah da-
memberikan keuntungan ekonomis lam hal ini Kementerian Agraria dan Tata Ru-
yang sebesar-besarnya kepada orang ang bersama pemerintah daerah untuk me-
yang menggunakan/mengusahakan nata penyediaan, peruntukan, penggunaan,
tanpa merusak sumber alam itu sendiri. dan pemanfaatan tanah yang diakhiri dengan
Sementara asas-asas penatagunaan kegiatan konsolidasi tanah, baik berupa kon-
tanah yang tertuang di dalam Peraturan Pe- solidasi tanah pemukiman maupun konso-
merintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang lidasi tanah pertanian. Dalam perencanaan
Penatagunaan tanah disebutkan bahwa pe- penatagunaan tanah sebaiknya Pemerintah
natagunaan tanah berasaskan keterpaduan, membedakan antara prinsip penatagunaan
berdayaguna dan berhasil guna, serasi, sela- tanah perkotaan dan penatagunaan tanah
ras, seimbang, berkelanjutan, keterbukaan, pedesaan. Penatagunaan tanah perkotaan
persamaan, keadilan, dan perlindungan hu- harus berdasarkan asas Aman, Tertib, Lancar,
kum. Kemudian di dalam penjelasan Pasal 2 dan Sehat, sedangkan penatagunaan tanah
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 pedesaan harus berdasarkan asas Lestari,
dijelaskan sebagai berikut: Optimal, Serasi, dan seimbang.
1. Asas keterpaduan adalah bahwa
Penatagunaan tanah memiliki dua pe-
penatagunaan tanah dilakukan untuk
ran utama dalam mewujudkan rencana tata
mengharmonisasikan penguasaan,
ruang guna kepentingan masyarakat secara
penggunaan, dan pemanfaatan tanah.
adil. Pertama, peran secara makro, penata-
2. Asas berdaya guna dan berhasil guna
gunaan tanah bersama-sama dengan instan-
adalah bahwa penatagunaan tanah
si lain baik pusat maupun daerah, bekerja
harus dapat mewujudkan peningkatan
sama untuk merumuskan kebijakan dalam
nilai tanah yang sesuai dengan fungsi
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawa-
ruang.
san penataan ruang. Hal ini terwujud dalam
3. Asas serasi, selaras, dan seimbang
pembentukan Badan Koordinasi Penataan
adalah bahwa penatagunaan tanah
Ruang Nasional (BKPRN) maupun di daerah
menjamin terwujudnya keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara (BKPRD). Perlu diketahui bahwa sampai
hak dan kewajiban masing-masing dengan saat ini, penatagunaan tanah yang
pemegang hak atas tanah atau kuasanya diemban oleh Badan Pertanahan Nasional
sehingga meminimalkan benturan (Direktorat Penatagunaan Tanah), masih me-
kepentingan antar penggunaan atau rupakan instansi vertikal. Kondisi ini lebih
pemanfaatan tanah. memudahkan kontrol maupun koordinasi
4. Asas berkelanjutan adalah bahwa antara penatagunaan tanah nasional maupun
penatagunaan tanah menjamin daerah. Selain itu penatagunaan tanah juga
kelestarian fungsi tanah demi bertugas untuk menyusun neraca penata-
memperhatikan kepentingan antar gunaan tanah. Di dalam neraca ini terdapat
generasi. evalusai kesesuaian RTRW dengan penggu-
5. Asas keterbukaan adalah bahwa naan tanah saat ini, serta ketersediaan tanah
penatagunaan tanah dapat diketahui untuk pembangunan didasarkan pada RTRW,
seluruh lapisan masyarakat. penggunaan, dan penguasaan tanah. Neraca
6. Asas persamaan, keadilan, dan ini tentunya sangat berguna dalam revisi dan
perlindungan hukum adalah bahwa evaluasi RTRW.
dalam penyelenggaraan penatagunaan Kedua, Peran penatagunaan tanah di
tanah tidak mengakibatkan diskriminasi level mikro adalah pelaksanaan penatagu-

250

Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260

naan tanah pada administrasi pertanahan. Di Tata Ruang merupakan wujud struktur ruang
sini peran penatagunaan tanah semakin jelas, dan pola ruang. Adanya perencanaan tata
dimana secara langsung dalam administrasi ruang tersebut dapat menyerasikan berbagai
pertanahan, penatagunaan tanah dapat ter- kegiatan sektor pembangunan sehingga pe-
libat langsung dalam proses administrasi per- manfaatan lahan dan ruang dapat dilakukan
tanahan. Proses-proses administrasi pertana- secara optimal, efisien, dan serasi. Sedangkan
han mulai dari penerbitan hak, pemindahan tujuan suatu perencanaan tata ruang adalah
hak, pelepasan hak, dan lain-lain, kesemu- untuk mengarahkan struktur dan lokasi be-
anya harus mengacu pada rencana tata ruang serta berhubungan secara fungsional yang se-
wilayah. Dalam penyelenggaraan penatagu- rasi dan seimbang terkait pemanfaatan sum-
naan tanah, dapat ditempuh melalui pena- ber daya manusia, sehingga terciptanya hasil
taan kembali, upaya kemitraan, dan penye- pembangunan yang optimal dan efisien bagi
rahan dan pelepasan hak atas tanah kepada peningkatan kualitas manusia dan kualitas
negara. Dalam hal pembinaan dan pengen- lingkungan hidup secara berkelanjutan (Fitri-
dalian penatagunaan tanah dapat ditempuh ana & Supriyono, 2014).
melalui pemberian insentif dan disinsentif. Pengaturan tata ruang tentunya menga-
Peran Masyarakat dan Kelembagaan cu pada UUPR. Pada Pasal 2 UUPR, ditegas-
dalam Penataan Ruang kan bahwa dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia penyelenggaraan pena-
Masyarakat merupakan salah satu kom-
taan ruang didasari pada asas: Keterpaduan.
ponen yang beperan dalam penataan ruang.
Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan.
Dengan semakin berkembangnya pemaha-
Keberlanjutan. Keberdayagunaan dan keber-
man masyarakat atas kebutuhan penataan
hasilgunaan. Keterbukaan. Kebersamaan dan
ruang maka perlu pengaturan yang berkaitan
kemitraan. Pelindungan kepentingan umum.
dengan masyarakat itu sendiri dalam pera-
Kepastian hukum dan keadilan. dan Akunta-
turan perundang-undangan di bidang tata
bilitas. Berangkat dari asas-asas tersebut, ter-
ruang, khususnya dalam konteks peran, hak
lihat peran masyarakat merupakan hal yang
serta kewajibannya. Hal ini dimulai dari ke-
penting dalam pengaturan penataan ruang.
beradaan ruang yang terbatas serta kebutu-
Dimana masyarakat tidak semata-mata men-
han akan tata ruang yang harmonis menun-
jadi obyek dari sebuah pengaturan penataan
tut untuk melaksanakan penyelenggaraan
ruang melainkan turut menjadi subjek dalam
penataan ruang yang sesuai dengan tujuan
pengaturan penataan ruang.
penataan ruang yaitu mewujudkan ruang wi-
layah nasional yang aman, nyaman, produk- 1. Pengaturan Peran Serta Masyarakat di Ting-
tif, dan berkelanjutan berdasarkan wawasan kat Nasional
nusantara dan ketahanan nasional. Peran serta masyarkat dalam UUPR
Perencanaan tata ruang merupakan diatur secara khusus dalam BAB VIII yang
suatu keniscayaan. Di Indonesia berkai- berisi tentang hak, kewajiban dan peran ma-
tan dengan tata ruang secara nasional di- syarakat. Kemudian pengaturan mengenai
buat Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional bentuk dan tata cara peran serta masyarakat
(RTRWN). Kemudian RTRWN dijabarkan ke dalam penataan ruang yang awalnya diatur di
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 69
(RTRWP), dan Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 1996 tentang Pelaksanaan hak dan ke-
(RTRWP) tersebut dijabarkan lagi ke dalam wajiban serta bentuk dan tata cara peran ser-
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK). ta masyarakat dalam penataan ruang. PP ini
Ruang didefinisikan sebagai wadah yang me- merupakan aturan operasional dari Undang-
liputi ruang darat, ruang laut, dan ruang uda- Undang Nomor 24 Tahun 1992 yang selan-
ra, termasuk ruang di dalam bumi sebagai jutnya telah diganti dengan Undang-Undang
satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, Ruang (UUPR). Dengan adanya perubahaan
dan memelihara kelangsungan hidupnya. undang-undang penataan ruang, maka telah

251
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah

terbit kembali peraturan pemerintah men- nasional, penataan ruang wilayah provinsi,
genai peran serta masyarakat dalam pena- dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota
taan ruang, yaitu PP Nomor 68 Tahun 2010 dilakukan secara berjenjang dan komplemen-
Tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masy- ter sesuai dengan kewenangan administratif
arakat Dalam Penataan Ruang. Dengan de- yaitu dalam bentuk Rencana Tata ruang Wila-
mikian PP Nomor 69 tahun 1996 dinyatakan yah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang
tidak berlaku. PP Nomor 68 Tahun 2010 me- Wilayah Provinsi (RTRW provinsi) dan Ren-
rupakan pelaksanaan Pasal 65 ayat (3) UUPR cana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
yang mengatur bentuk dan tata cara peran (RTRW Kabupaten/Kota), serta rencana-ren-
masyarakat dalam penataan ruang. cana yang sifatnya lebih rinci seperti Ren-
Dalam PP Nomor 68 Tahun 2010 seca- cana Detail Tata Ruang (RDTR). Masyarakat
ra jelas disebutkan dalam BAB II yang berisi yang tidak dapat terpisahkan sebagai salah
Bentuk Peran Masyarakat. Pada pasal 5 di- satu unsur yang berkaitan langsung dengan
sebutkan peran masyarakat dalam penataan RTRW dalam implementasi, sangat penting
ruang dilakukan pada tahap perencanaan untuk mendapatkan informasi yang lengkap
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengen- mengenai Perda RTRW. Pemerintah seba-
dalian pemanfaatan ruang. Dalam peraturan gai implementor mempunyai peran penting
pemerintah ini juga diatur kewajiban, tugas, untuk menyosialisasikan Perda RTRW (Dar-
dan tanggung jawab Pemerintah pusat dan mawati et al., 2015). Untuk Pengaturan Tata
pemerintah daerah dalam mendukung pe- Ruang Pemda DKI misalnya, diatur dalam
laksanaan peran masyarakat dalam penataan PERDA Nomor 1 Tahun 2012 tentang Renca-
ruang, antara lain melalui pembinaan dan na Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030. Da-
pengawasan pelaksanaan peran masyarakat lam PERDA ini dijelaskan bahwa bagian yang
di bidang penataan ruang, pembangunan terpenting dalam pelaksanaan peran serta
sistem informasi dan komunikasi penataan masyarakat adalah penetapan prosedur yang
ruang, dan pendanaan. Masyarakat yang ma- harus dilalui yang berkaitan dengan berbagai
kin maju menuntut keterlibatan yang lebih aspek keserasian yang berbeda untuk jenjang
besar dalam penyelenggaraan penataan ru- rencana tata ruang yang ada di daerah DKI.
ang. Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah
Dalam penataan ruang berdasarkan
ini memberikan pengaturan yang memberi-
sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem
kan peluang bagi seluruh lapisan masyarakat
internal perkotaan, seperti penataan ruang
untuk berperan dalam penataan ruang.
yang dilakukan di DKI Jakarta. Penataan ru-
2. Pengaturan Peran serta Masyarakat di ting- ang di DKI Jakarta masih belum teratur se-
kat Daerah hingga sangat rentan akan terjadinya benca-
Pengaturan mengenai peran serta ma- na banjir. Seperti banjir yang terjadi di DKI
syarakat di daerah diatur dalam Permendag- Jakarta di awal tahun 2020 adalah salah satu
ri Nomor 56 tahun 2014 tentang Tata Cara bukti bahwa Ibukota Negara memiliki tata
Peran serta masyarakat Dalam Proses Peren- ruang kurang baik. Banyak hal yang menye-
canaan Tata Ruang Di Daerah. Permendagri babkan terjadinya bencana banjir di Jakarta,
Nomor 56 tahun 2014 ini dimaksudkan un- salah satunya adalah masih belum teraturnya
tuk melaksanakan Pasal 12 ayat (2) PP No- konsep penataan ruang yang diakibatkan
mor 68 Tahun 2010. Pengaturan dalam Per- oleh banyaknya pengembangan infrastruktur
mendagri tersebut hampir sama materinya yang tidak sejalan dengan prinsip keberlanju-
dengan pengaturan dalam PP Nomor 68 tan lingkungan hidup. Pentingnya kesadaran
Tahun 2010 (Pasal 5). Pengaturan tambahan- akan keselarasan antara keberlanjutan ling-
nya meliputi: obyek peran serta masyarakat, kungan hidup dengan perkembangan pem-
aspek formal institusional, tahapan-tahapan bangunan tentu saja erat kaitannya dengan
penataan ruang kota. konsep penataan ruang yang semestinya.
Sesuai dengan UUPR seperti yang dije- Situasi seperti ini juga secara nyata
laskan sebelumnya, Penataan Ruang wilayah diperkuat dengan banyaknya pembangu-

252

Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260

nan infrastruktur di DKI Jakarta yang sedang maupun Pemerintah Daerah Provinsi DKI Ja-
berjalan dan secara langsung memanfaatkan karta sendiri dalam konsep keruangan. Pem-
ruang, diantaranya adalah pembangunan buktian faktor ini dapat dibuktikan dalam
infrastruktur kereta cepat milik PT Kereta hal pengeluaran Peraturan Presiden Nomor
Cepat Indonesia China (KCIC) dan pem- 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Proyek
bangunan jalur Light Rapid Transit (LRT) di Strategis Nasional (PSN) pada Pasal 19 ayat
sekitar kawasan ruas jalan tol. Namun pada (2) menyatakan bahwa PSN dapat menyesu-
prosesnya, pengembangan infrastruktur ini aikan Rencana Tata Ruang berupa Rencana
justru menutup akses drainase ruang kota di Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail
wilayah DKI Jakarta (Pambagio, 2020). Di- Tata Ruang (RDTR) ataupun Rencana Zonasi
tambah lagi dengan semakin gundulnya po- Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil apabila
hon-pohon yang seharusnya dapat menyerap lokasi PSN tidak memungkinkan untuk dipin-
genangan air sehingga intensitas banjir tidak dahkan. Padahal Jakarta sendiri telah memi-
terlalu tinggi. liki RDTR, yang mana dokumen tersebut di-
Penataan ruang kota di DKI Jakarta gunakan sebagai acuan keseluruhan rencana
yang semestinya mengacu pada tiga konsep pembangunan yang ada di wilayah Jakarta.
utama penataan ruang yaitu perencanaan, RDTR merupakan salah satu dokumen
pemanfaatan hingga pengendalian peman- perencanaan yang menentukan pemanfaatan
faatan ruang yang pada praktiknya justru ruang suatu kawasan. Sebagai amanat dari
tidak berkesinambungan. Padahal, konsep Pasal 14 ayat (4) UUPR, bahwa setiap Ren-
ini merupakan salah satu wujud guna men- cana Rinci Tata Ruang wajib disusun kembali
capai pengelolaan ruang secara bijaksana, secara terperinci sebagai Rencana Tata Ruang
berdaya guna dan berhasil guna yang sesu- (RTR) kawasan tersebut yang disebut dengan
ai dengan konsiderans menimbang huruf (a) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang den-
UUPR. Hal ini juga yang seharusnya menja- gan fungsi sebagai perangkat operasional atas
di jalan keluar sekaligus tumpuan Pemerintah Rencana Rinci Tata Ruang. DKI Jakarta telah
DKI Jakarta dalam menyelenggarakan pena- memiliki RDTR melalui Peraturan Daerah
taan ruang dan menyelesaikan permasalahan Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2014
banjir. Pembuktian ketidakselarasan antara tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Pe-
konsep dan praktik penataan ruang di DKI Ja- raturan Zonasi (RDTR-PZ), yang mana hal ini
karta semakin terlihat dengan bencana ban- juga sebagai legitimasi dan acuan pengem-
jir yang semakin tahun semakin meningkat bangan kawasan perkotaan DKI Jakarta se-
kuantitas air menggenangnya. Ditambah lagi harusnya yang dapat berjalan berdampingan
pemukiman padat penduduk yang dibangun dalam segala aspek.
semakin marak menyebabkan banyak ruang Buruknya penataan kawasan perkotaan
yang manfaatkan tidak sesuai dengan perun- DKI Jakarta tentu saja menjadi penyebab uta-
tukannya. Selain itu, keterlibatan masyarakat ma masalah banjir. Kesadaran tersebut dapat
DKI Jakarta juga masih belum dioptimalkan, diawali dengan penyelenggaraan penataan
karena saat ini permasalahan penataan ruang ruang yang mana meliputi kegiatan penga-
yang sering terjadi berupa ketidakpedulian turan kawasan kota, pembinaan oleh Peme-
masyarakat dalam penyelenggaraan pena- rintah DKI Jakarta, pelaksanaan kawasan kota
taan ruang dan kurang memahami esensi yang sesuai peruntukannya hingga pengawa-
penataan ruang itu sendiri. Seperti pelibatan san penataan ruang sebagaimana yang diatur
masyarakat DKI Jakarta yang berada di sekitar dalam Pasal 55 ayat (1) UUPR. Dimana peny-
bantaran sungai yang akan sangat membantu elenggaraan tersebut harus berangkat dari tiga
untuk mewujudkan penataan ruang. konsep penataan ruang yang menjadi kunci
Terjadinya banjir di DKI Jakarta juga utama dalam membenahi sebagian wilayah
disebabkan oleh perbedaan kebijakan dalam banjir di DKI Jakarta. Sebagian wilayah banjir
regulasi dan kurangnya koordinasi antar pe- di DKI Jakarta diantaranya disebabkan oleh
mangku kepentingan, baik Pemerintah pusat tertutupnya saluran drainase yang disebab-

253
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah

kan pembangunan yang buruk perencanaan kurang tercapainya sasaran pembangunan


kawasannya, pemanfaatan ruang yang seha- sebagaimana yang telah direncanakan, dika-
rusnya sesuai dengan kebutuhannya seperti renakan adanya pemikiran yang parsial, baik
tidak membangun kawasan pemukiman di pada tataran formulasi maupun implemen-
kawasan ruang terbuka hijau, hingga pen- tasi. Kurang terakomodasinya aspirasi dari
gendalian pemanfaatan ruang yang dapat di- masing-masing kondisi tersebut merupakan
lakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta melalui salah satu faktor penyebab belum padunya
pengawasan pembangunan yang tidak sesu- pihak-pihak berkepentingan dalam mengin-
ai dengan kebutuhannya. terpretasikan pembangunan itu sendiri. Den-
Peraturan yang berkaitan dengan pena- gan demikian adanya ketaatan keterpaduan
taan ruang merupakan salah satu peraturan demi terselenggaranya pembangunan, selain
bidang hukum administrasi. Secara umum memerlukan kesadaran yang memadai, juga
peraturan perundang-undangan dalam bi- harus diletakkan pada suatu aturan hukum
dang hukum administrasi, masih belum ber- atau norma yang jelas (Yusuf, 2014).
hasil menempatkan partisipasi masyarakat Jika ini menjadi konsensus, tentunya
sebagai subyek dalam penyelenggaraan pem- akan mengandung konsekuensi logis bahwa
bangunan secara memadai. Secara empirik dalam pembangunan di bidang apapun, se-
dan terus bergulir hingga kini, terbukti bah- luruh pihak berhak dan wajib berpartisipasi,
wa penyelenggaraan kegiatan pembangunan tidak hanya dalam pelaksanaannya, tetapi
di manapun di dunia, sekurangnya meminta juga mulai dan inisiatif awal, penelitian dan
perhatian terhadap lima kondisi, yang berge- perencanaan, pengambilan keputusan kebi-
rak simultan dalam mencapai sasaran akhir jaksanaan, pengendalian, termasuk menang-
berupa kesejahteraan umum yang berkeadi- gung akibat dari suatu pelaksanaan kebijaksa-
lan, yakni (Yusuf, 2014): naan bersama tersebut. Paradigma partisipasi
1. Negara harus menjunjung tinggi seluruh stakeholders bersama-sama dengan
supremasi hukum dan hak-hak asasi paradigma lainnya, yaitu “pemberdayaan
manusia. masyarakat” menjadi semacam pemicu bagi
2. Pemerintahan yang demokratis dengan timbulnya gairah memformalkan partisipasi
titik berat sebesar-besarnya pada di segala aspek pembangunan dalam proses
kewajiban mengatur, melindungi, dan teknis dan prosedur administratif pembangu-
melayani kepentingan masyarakat. nan yang konstitusional legal, termasuk da-
3. Hukum yang berkeadilan dengan lam hal penataan ruang ataupun upaya-upa-
berintikan aspek kepastian, ya peningkatan kualitas permukiman lainnya.
kemanfaatan, dan pengayoman. (Salam, 2010).
4. Pembangunan harus ditujukan pada Salah satu kondisi sebagai prasyarat
sasaran yang bersifat material dan non- pembangunan yang berorientasi kesejahte-
material, lahir dan batin, serta adanya raan umum yang berkeadilan adalah Pem-
kesadaran bahwa sumber daya alam berdayaan masyarakat yang lebih genuine.
itu memiliki keterbatasan. Penyelenggaraan pemerintahan dan pem-
5. Pemberdayaan masyarakat yang lebih bangunan yang didasarkan pada prinsip-prin-
genuine. sip good governance tentunya terdapat fungsi
partisipasi yang dapat dilakukan oleh publik
Terdapatnya lima kondisi di atas se- atau masyarakat, sehingga dapat disebutkan
bagai prasyarat dalam pembangunan yang bahwa partisipasi publik dalam pengambilan
berorientasi kesejahteraan umum yang ber- penyelenggaraan prinsip-prinsip good gover-
keadilan, pada dasarnya telah meniscayakan nance sangatlah penting. Partisipasi diartikan
bahwa kegiatan pembangunan tidak mung- Bhattacharyya sebagai pengambilan bagian
kin dilaksanakan dengan mengabaikan satu dalam kegiatan bersama (Ndraha, 1990), se-
sama lain dari setiap kondisi tersebut. Kenya- dangkan Wahyudi Kumorotomo mengatakan
taan ini sekaligus menjadi peringatan, bahwa bahwa partisipasi adalah berbagai corak tin-

254

Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260

dakan massa maupun individual yang mem- gunan tidak hanya terbatas dalam pengertian
perlihatkan adanya hubungan timbal balik “IKUT SERTA” secara fisik, melainkan keter-
antara pemerintah dengan warganya (Kumo- libatan yang memungkinkan melaksanakan
rotomo, 1999). Partisipasi merupakan style of identifikasi masalah sendiri, mengorganisasi-
development yang berarti bahwa partisipasi kan masalah, mencari akar masalah dan me-
dalam kaitannya dengan proses pembangu- nentukan perencanaan program pembangu-
nan haruslah diartikan sebagai usaha ment- nan (Rinawati et al., 2004).
ransformasikan sistem pembangunan dan Keberhasilan pembangunan sangat ter-
bukan sebagai suatu bagian dari usaha sys- gantung pada keterlibatan masyarakat dalam
tem mainternance (Tangkilisan, 2005). segala program perencanaan, pelaksanaan
Hetifah Sj. Sumarto berpendapat bah- serta evaluasi pembangunan, karena masy-
wa: “Salah satu karakteristik dari good gover- arakat yang mengetahui permasalahan dan
nance atau tata kelola pemerintahan yang kebutuhan dalam rangka membangun wila-
baik atau kepemerintahan yang baik adalah yahnya dan masyarakat juga nantinya yang
partisipasi. Selanjutnya United Nations De- akan memanfaatkan dan menilai tentang
velopment Programme (UNDP) mengartikan berhasil atau tidaknya pembangunan di wila-
partisipasi sebagai karakteristik pelaksanaan yah mereka. Proses perencanaan partisipatif
good governance adalah keterlibatan masya- dapat dimulai dengan informasi tentang ke-
rakat dalam pembentukan keputusan baik se- tersediaan sumber daya dan arah pemban-
cara langsung maupun tidak langsung melalui gunan daerah, sehingga perencanaan ber-
lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan tujuan untuk menyusun hubungan optimal
aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas antara input, proses dan output atau dapat
dasar kebebasan bersosialisasi dan berbicara dikatakan sesuai dengan kebutuhan, dinami-
serta berpartisipasi secara konstruktif” (Su- ka reformasi, dan pemerintahan yang lebih
marto, 2003). demokratis dan terbuka. Dengan demikian
Partisipasi masyarakat juga dapat di- masyarakat sendiri yang paling tahu apa yang
artikan sebagai pemberdayaan masyarakat, dibutuhkannya, kemudian memperhatikan
peran sertanya dalam kegiatan penyusunan fokus perencanaan pada kepentingan ma-
perencanaan, dan implementasi program/ syarakat, partisipasi masyarakat, sinergitas
proyek pembangunan serta merupakan aktu- perencanaan, dan legalitas perencanaan.
alisasi, kesediaan, dan kemauan masyarakat Partisipasi harus berdampak signifikan terha-
untuk berkorban dan berkontribusi terha- dap peningkatan kualitas hidup masyarakat.
dap implementasi program pembangunan Dengan demikian masyarakat akan merasa
(Adisasmita, 2006). Peran pemerintah dalam memiliki atas pembangunan yang dilakukan.
pembangunan yang pada awalnya sebagai Dengan adanya partisipasi, masyarakat akan
“provider” atau penyedia/pemberi, pada per- mendukung sumber daya dengan sadar dan
kembangan selanjutnya menjadi “enabler” diakui (Purnamasari, 2011).
yaitu sebagai pendorong atau fasilitator. Se- Untuk peningkatan peran serta masya-
lanjutnya pembangunan yang menggunakan rakat dalam pembangunan hendaknya masy-
pendekatan top down dimana pemerintah arakat tidak dipandang sebagai obyek sema-
sebagai provider sering disebut sebagai “or- ta, tetapi harus dilibatkan sebagai pelaku aktif
thodox paradigm”, sementara pembangunan dalam pembangunan, mulai sejak perenca-
dengan pendekatan bottom up dimana pe- naan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangu-
merintah dalam pembangunan yang meng- nan. Peran masyarakat dalam reformasi ag-
gunakan pendekatan bottom up (partisipatif) raria sangat dibutuhkan pemerintah. Peran
tersebut masyarakat menjadi ujung tombak masyarakat dalam penataan ruang dimaknai
dari sebuah pembangunan. Oleh karena oleh Pemerintah sebagai proses pelibatan
itu masyarakat diharapkan dapat secara ak- atau dorongan untuk melakukan intervensi
tif berperan serta dalam menentukan arah oleh masyarakat dalam proses penyeleng-
membangunan. Partisipatif dalam pemban- garaan penataan ruang itu sendiri. Muncul-

255
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah

nya istilah pelibatan dikarenakan peran satu katan. Rencana tata ruang itu sendiri pada
pihak (pemerintah) lebih dominan diban- dasarnya merupakan kesepakatan berbagai
dingkan dengan pihak kedua (masyarakat). stakeholders yang dilahirkan dari serangkai-
Pada realisasinya proses pelibatan ini akan an dialog yang konstruktif dan berkelanjutan.
memberikan konsekuensi kepada pemerin- Melalui proses dialog yang terus menerus
tah untuk melakukan pemberdayaan kepada sepanjang keseluruhan proses penataan ru-
masyarakat agar mereka dapat berperan ser- ang, maka akan terjadi proses pembelajaran
ta secara baik dan benar. Sementara masy- bersama dan pemahaman bersama (mutual
arakat memaknai sebagai proses peran serta understanding) dari berbagai pihak tentang
yakni berupa rincian hak dan kewajiban dari penataan ruang. Sehingga proses ini secara
masyarakat serta bagaimana cara masyarakat langsung akan berkontribusi terhadap proses
berperan serta dalam proses penyelengga- pembinaan penataan ruang.
raan penataan ruang. Peran masyarakat menurut UUPR sen-
Dalam konteks penataan ruang, maka diri seperti yang terdapat pada BAB VIII yang
peran serta masyarakat dapat didefinisikan mengatur berkaitan dengan hak, kewajiban,
sebagai proses keterlibatan masyarakat yang dan peran masyarakat. Pada Pasal 60 dalam
memungkinkan mereka dapat mempengaru- hal penataan ruang, setiap masyarakat ber-
hi proses pengambilan keputusan penataan hak untuk mengetahui rencana tata ruang,
ruang yang meliputi keseluruhan proses se- menikmati pertambahan nilai ruang sebagai
bagaimana disebutkan dalam UUPR Pasal 1 akibat penataan ruang, memperoleh peng-
yaitu : pengaturan penataan ruang (ayat 9), gantian yang layak atas kerugian yang timbul
pembinaan penataan ruang (ayat 10), pelak- akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan
sanaan penataan ruang (ayat 11), dan pen- sesuai dengan rencana tata ruang. Selain itu,
gawasan penataan ruang (12). Jika pengerti- dalam Pasal 60 juga menjelaskan berkaitan
an peran serta masyarakat lebih pada proses dengan mengajukan keberatan kepada peja-
mempengaruhi pengambilan keputusan bat berwenang terhadap pembangunan yang
dalam keseluruhan proses penataan ruang, tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wi-
maka tujuan utama peran serta masyarakat layahnya, mengajukan tuntutan pembatalan
mencakup dua hal pokok yaitu melahirkan izin dan penghentian pembangunan yang
output rencana yang lebih baik dari pada tidak sesuai dengan rencana tata ruang ke-
dilakukan hanya melalui proses teknokratis, pada pejabat berwenang, dan mengajukan
dan mendorong proses capacity building an- gugatan ganti kerugian kepada pemerintah
tara masyarakat dan pemerintah. dan/atau pemegang izin apabila kegiatan
Adapun keluaran dari rencana tata ru- pembangunan yang tidak sesuai dengan ren-
ang yang dihasilkan melalui proses partisi- cana tata ruang yang menimbulkan kerugian.
pasi diharapkan dapat memperkecil derajat Sementara Pasal 61 menjelaskan kewajiban
konflik antar berbagai stakeholders terutama masyarakat dalam pemanfaatan ruang seperti
pada tahap pemanfaatan dan pengendalian menaati rencana tata ruang yang telah dite-
pemanfaatan ruang. Di samping itu, peran tapkan, memanfaatkan ruang sesuai dengan
serta masyarakat dapat memberikan kontri- izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
busi agar menghasilkan rencana tata ruang berwenang, mematuhi ketentuan yang di-
yang lebih sensitif dan lebih mampu men- tetapkan dalam persyaratan izin pemanfaa-
gartikulasikan kebutuhan berbagai kelompok tan ruang, dan memberikan akses terhadap
masyarakat yang beragam dengan tidak men- kawasan yang oleh ketentuan peraturan pe-
gesampingkan kearifan lokal. Selain mem- rundang-undangan dinyatakan sebagai milik
perbaiki kualitas rencana tata ruang, peran umum.
serta masyarakat dimaksudkan sebagai pro- Masyarakat dalam melaksanakan pe-
ses pembelajaran masyarakat dan pemerin- rannya harus melakukan dengan aturan
tah yang secara langsung dapat memperbaiki yang ada. Jika menyimpang atau melanggar
kapasitas mereka dalam mencapai kesepa- dari aturan akan mendapatkan sanksi seperti

256

Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260

yang diatur pada Pasal 63 berupa sanksi ad- dari kebijakan, Stakeholder yang mengawasi
ministratif seperti: peringatan tertulis, peng- kebijakan, stakeholder kelompok Interest dan
hentian sementara kegiatan, penghentian Presure Group yang terkait kebijakan, dan
sementara pelayanan umum, penutupan stakeholder yang mempunyai kepentingan
lokasi, pencabutan izin, pembatalan izin, agar kegiatan atau kebijakannya berjalan.
pembongkaran bangunan, pemulihan fungsi Sistem kelembagaan yang berperan
ruang, dan denda administratif. Peran serta dalam mengkoordinasi dan mengelola pe-
masyarakat dalam penataan ruang secara nyelenggaraan penataan ruang yang telah
jelas diatur dalam Pasal 65 ayat 1 menga- disusun dan ditetapkan harus berjalan den-
tur yang berkaitan dengan penyelenggaraan gan optimal. Sistem kelembagaan penataan
penataan ruang dilakukan oleh pemerintah ruang tingkat Nasional dikoordinasikan oleh
dengan melibatkan peran masyarakat. Peran BKPRN (Badan Koordinasi Penataan Ruang
masyarakat yang diamanatkan berupa: parti- Nasional), sedangkan pada tingkat provinsi
sipasi dalam penyusunan rencana tata ruang, dikoordinasikan oleh BKPRD (Badan Koor-
partisipasi dalam pemanfaatan ruang, dan dinasi Penataan Ruang Daerah) Provinsi, dan
partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan pada tingkat Kabupaten/ Kota dikoordinasi-
ruang. kan oleh BPKRD Kabupaten/ Kota. Pada ting-
Kondisi ideal partisipasi masyarakat kat masyarakat dapat diwakili oleh LSM atau
adalah berbentuk peran serta masyarakat yai- Forum/ Kelompok Masyarakat. Kementerian
tu berupa aktivitas pendelegasian kekuasaan terkait yang berada dalam wadah BKPRN
dan berjalannya kontrol masyarakat terhadap dan Kepala Daerah yang dibantu oleh Bap-
proses penyelenggaraan penataan ruang. Se- peda dan BKPRD dengan melibatkan seluruh
hingga pemerintah di tingkatan manapun stakeholder dalam proses penataan ruang
perlu menyadari bahwa aktivitas memberi- berperan dalam level dan tanggung jawab
kan informasi dan melayani konsultasi belum masing-masing untuk mengkoordinasikan
cukup dalam menjalankan amanah UUPR. proses sosialisasi dan adaptasi produk ren-
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah cana tata ruang kepada masyarakat di seti-
bahwa pelibatan masyarakat ini hanya seba- ap daerah. menerima dan memperhatikan
gai alat untuk mencapai tujuan dari penye- saran, pertimbangan, pendapat, tangapan,
lenggaraan penataan ruang itu sendiri. keberatan, atau masukan yang disampaikan
Prinsip pelibatan masyarakat dalam oleh masyarakat dalam penyelenggaraan pe-
penataan ruang seperti menempatkan masy- nataan ruang. menindaklanjuti saran, per-
arakat sebagai pelaku (ujung tombak) dalam timbangan, pendapat, tangapan, keberatan,
upaya meningkatkan pertumbuhan ekono- atau masukan pada setiap proses penye-
mi (termasuk dalam penataan ruang) dan lenggaraan penataan ruang. meningkatkan
memfasilitasi masyarakat agar menjadi pela- komunikasi yang efektif dengan masyarakat
ku dalam proses penataan ruang (Pemerin- dalam penyelenggaraan penataan ruang.
tah sebagai fasilitator, dan menghormati hak Peran serta masyarakat dalam pena-
masyarakat, serta menghargai kearifan lokal/ taan ruang menjadi hal yang sangat penting
keberagaman budayanya). Selain itu peliba- dalam rangka mencipatakan wilayah yang
tan masyarakat dapat mendorong agar stake- aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
holder mampu bertindak secara transparan, dengan dibangun berdasarkan kearifan lokal
akuntabel dan profesional dalam proses pe- yang mengutamakan kepentingan masyara-
nataan ruang (terutama dalam perencanaan kat. Oleh karena itu terdapat 3 hal yang ha-
tata ruang) dan mendorong perkuatan ke- rus diperhatikan, yaitu :
lembagaan yang mewadahi berbagai aspirasi 1. Menempatkan posisi masyarakat sesuai
dari berbagai stakeholder. Adapun stakehol- dengan hak dan kewajibannya sebagai
der dalam penataan ruang seperti stakehol- pelaku pembangunan wilayah dengan
der yang berwenang mengambil/membuat difasilitasi oleh pemerintah.
kebijakan, stakeholder yang terkena dampak 2. Meningkatkan upaya-upaya untuk

257
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah

mendorong public awareness, public Upaya penataan ruang juga dilakukan


services, dan public campaign. dengan pengembangan Pola Pemanfaatan
3. Mendorong dan meningkatkan Ruang Laut dan Ruang Udara. Potensi sumber
terus fungsi kelembagaan penataan daya alam, termasuk sumber daya yang ada
ruang yang efektif, yang dapat di lautan dan di udara, dimanfaatkan seopti-
mengakomodasi kepentingan mal mungkin untuk mewujudkan sasaran di
masyarakat dalam penyelenggaraan bidang ekonomi. Sejalan dengan kebijaksa-
penataan ruang. naan pengembangan pola tata ruang, dalam
Upaya dalam Penataan Ruang dan Menga- Repelita VI dikembangkan pola tata ruang
tasi Ketimpangan Penguasaan Tanah laut dan tata ruang udara yang terpadu dalam
pola tata ruang nasional untuk mening­katkan
Untuk mencapai berbagai sasaran pe- peran sektor kelautan dan kedirgantaraan
nataan ruang, dikembangkan kebijaksanaan dalam menunjang pencapaian sasaran pem-
penataan ruang yang meliputi upaya peman-
bangunan nasional di berbagai bidang.
tapan dan pengembang­an pola tata ruang na-
sional dan daerah khususnya pada kawasan Sementara itu, dilakukan juga pening-
yang cepat berkembang/andalan/strategis, katan kelembagaan dan kemampuan apara-
pemantapan proses penyusunan tata guna la- tur penataan ruang. Dalam hal ini kegiatan
han, air, dan sumber daya alam lainnya secara penataan ruang ditingkatkan agar semakin
terpadu, pengembangan pola pemanfaatan efektif, dilengkapi dengan kelembagaan yang
ruang laut dan ruang udara, penyempurnaan kuat, serta ditunjang dengan aparat yang
kelembagaan dan peningkatan kemampuan mampu dan terlatih, baik di tingkat nasional
aparatur penataan ruang, peningkatan peran maupun di tingkat daerah. Dalam pengem-
serta masyarakat dan dunia usaha dalam pe- bangan dan pemanfaatan kemampu­ an ke-
nataan ruang, dan peningkatan penegakan lembagaan diperjelas batas wewenang dan
hukum dalam penataan ruang. kewajiban masing­masing untuk menghindari
tumpang tindih wewenang dan kewajiban
Upaya pemantapan dan pengemban-
antarlembaga dalam penataan ruang. Selain
gan pola tata ruang nasional, daerah dan ka-
itu, dilakukan juga peningkatan peran serta
wasan dengan melakukan kegiatan pemban-
masyarakat dan dunia usaha.
gunan nasional dan daerah, khususnya pada
kawasan yang cepat berkembang, diserasikan Peran serta masyarakat ini sangat pen-
agar dapat mencegah terjadinya tumpang ting dalam penataan ruang. Dalam rangka
tindih, benturan berbagai kepentingan dalam mengikutsertakan masyarakat dan dunia
pemanfaatan sumber daya alam secara ber- usaha dalam penataan ruang dikembang-
lebihan dan tidak bertanggung jawab. Dalam kan mekanisme yang melibatkan masyarakat
kaitan itu, dikembangkan dan dimantap­kan pada tahap tertentu dalam proses perenca-
pola tata ruang nasional, daerah, dan kawa- naan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
san cepat berkembang/andalan/strategis. Ke- pengendalian pemanfaatan ruang. Peran
mudian pemantapan proses penyusunan tata serta masyarakat dikembangkan untuk me-
guna lahan, air, dan sumber daya alam lain- negakkan dan memasyarakatkan ketentuan
nya dilakukan dalam mewujudkan pola tata yang telah diatur di dalam rencana tata ruang
ruang yang terpadu, serasi, selaras, dan seim- sehingga dapat berjalan dengan baik karena
bang dilakukan penyusunan tata guna lahan, mendapat dukungan masyarakat yang seluas-
air, dan sumber daya alam lainnya dalam satu luasnya.
pola tata ruang yang menggambarkan keter- Dan menjadi sangat penting dilakukan
paduan, keserasian, keselarasan, dan ke­ peningkatan penegakan hukum dalam pelak-
seimbangan. Dalam proses penyusunannya sanaan peraturan perundang-undangan pe-
dipertahankan penggunaan tanah produktif nataan puang. Untuk mendukung pengelo-
untuk pertanian, kawasan hutan dimanfaat- laan tata ruang dalam mengatur keterpaduan
kan sesuai dengan fungsinya, dan kawasan serta keserasian, keselarasan, dan keseimban-
lindung dipertahankan fungsi lindungnya. gan penggunaan sumber daya yang ada, baik

258

Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260

di daratan, lautan maupun udara, perangkat rus mengacu pada rencana tata ruang wila-
peraturan perundang-undangan dikembang- yah. Dalam penyelenggaraan penatagunaan
kan dan disempurnakan, sehingga memberi tanah, dapat ditempuh melalui penataan
arah yang jelas dan memberi kepastian. Upa- kembali, upaya kemitraan, dan penyerahan
ya ini meliputi pula penyerasian berbagai pe- dan pelepasan hak atas tanah kepada nega-
raturan perundang-undangan yang ada serta ra. Dalam hal pembinaan dan pengendalian
penegakan hukum untuk menjamin bahwa penatagunaan tanah dapat ditempuh melalui
pembangunan berjalan dalam kerangka tata pemberian insentif dan disinsentif.
ruang yang telah disepakati dan ditetapkan. Peran serta masyarakat dalam pen-
Selain itu, upaya peningkatan SDM dan ke- gaturan tata ruang merupakan sebuah hak
mampuan tekhnis aparat agrarian perlu terus yang dijamin oleh konstitusi yang diatur da-
ditingkatkan, serta dilakukannya sosialisasi lam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
dan pemahaman agrarian kepada seluruh Tentang Penataan Ruang, dan PP Nomor 68
lapisan masyarakat agar memahami hak dan Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara
tanggung jawabnya. Apabila masyarakat dan Masyarakat Dalam Penataan Ruang. Peme-
aparat sudah saling memahami tentang gam- rintah telah berupaya memberikan peran
baran persoalan pertanahan, maka kita opti-
bagi masyarakat secara optimal, dan jika di-
mis UUPA dapat dilaksanakan sebagaimana
cermati dari pasal-pasal yang terkandung da-
diharapkan (Pardede, 2019).
lam peraturan tersebut terlihat bahwa pera-
4. Simpulan turan penataan ruang yang terbaru telah jauh
lebih lengkap dan komprehensip terutama
Berdasarkan hasil analisis dari peneli-
yang mengatur mengenai keterlibatan masy-
tian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
arakat dalam tata ruang. Hambatan dalam
tantangan reforma agraria yang dijalankan
pelaksanaan peran serta masyarakat dalam
pemerintah bergantung pada tingkat respons
pengaturan tata ruang disebabkan oleh fak-
terhadap penataan ruang dan peran masya-
tor internal dan eksternal yang terdapat pada
rakat. Relevansi reforma agraria ini ditentu-
masyarakat itu sendiri. Faktor internal seperti
kan oleh sejauh mana dampaknya bersifat
rendahnya pendidikan, pemahaman, kesa-
korektif, netral, atau justru memperparah
daran implementatif, konsistensi, dan ko-
kedua jenis ketimpangan. Reforma agraria
mitmen di kalangan masyarakat akan peran
dalam penataan ruang tidak terlepas dari
yang seharusnya dapat dilakukan, serta dari
peran penatagunaan tanah. Penatagunaan
faktor eksternal seperti minimnya sosialisasi,
tanah yang merupakan sub sistem penataan
kemudian pelibatan masyarakat yang hanya
ruang berperan dalam mewujudkan renca-
bersifat formalitas belaka.
na tata ruang guna kepentingan masyarakat
secara adil, yaitu peran secara makro yang Untuk itu perlu dilakukan peningkatan
merupakan penatagunaan tanah bersama- peran masyarakat dalam perencanaan tata ru-
sama dengan instansi lain baik pusat maupun ang, melalui membuat peraturan yang lebih
daerah, bekerja sama untuk merumuskan operasional, baik dalam bentuk Permendagri
kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan, atau Pedoman (Juklak/Juknis) pelibatan peran
dan pengawasan penataan ruang serta peran masyarakat dalam penataan ruang yang lebih
penatagunaan tanah secara mikro yang me- teknis dan rinci, serta mudah dipahami, ka-
rupakan pelaksanaan penatagunaan tanah rena yang ada sekarang dianggap masih be-
pada administrasi pertanahan. Di sini peran lum teknis dan rinci. Peraturan ini harus bisa
penatagunaan tanah semakin jelas, dimana membedakan tingkat peran masyarakat sesu-
secara langsung dalam administrasi pertana- ai dengan jenjang rencana kota dan tingkat
han, penatagunaan tanah dapat terlibat lang- kemampuan masyarakatnya (Tahap Pembe-
sung dalam proses administrasi pertanahan. lajaran, Pemberdayaan, atau Pembangunan
Proses-proses administrasi pertanahan mulai Berbasis Masyarakat). Peraturan tersebut juga
dari penerbitan hak, pemindahan hak, pe- diharapkan dapat menggambarkan mekanis-
lepasan hak, dan lain-lain, kesemuanya ha- me pelibatan masyarakat secara berjenjang.

259
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah

Selain itu, perlu peningkatan kesadaran ma- menterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
syarakat melalui sosialisasi, kampanye pub- Kumorotomo, W. (1999). Etika Administrasi Negara. Ra-
jawali Press.
lik, dan pelatihan kelompok masyarakat.
Mertokusumo, R. S. (1988). Hukum dan Politik Agraria.
Peningkatan kesadaran masyarakat ini juga Karunika Universitas Terbuka.
perlu didukung oleh peraturan yang ‘me- Muchsin, & Koeswahyono, I. (2008). Aspek Kebijaksa-
maksa’ aparat untuk melakukannya. Kemu- naan Hukum Penatagunaan Tanah dan Penataan
dian, kelompok- kelompok masyarakat yang Ruang. Sinar Grafika.
sudah dilatih tersebut diwadahi dalam suatu Ndraha, T. (1990). Masyarakat : Mempersiapkan Ma-
syarakat Tinggal landas. Rineka Cipta.
forum komunikasi, misalnya Forum Masyara-
Pambagio, A. (2020). Proyek Kereta Cepat Jorok, Tutup
kat Peduli Penataan Ruang, atau forum ke- Drainase Jalan.
lompok sosial lainnya, sehingga anggotanya Pardede, M. (2019). Hak Menguasai Negara Dalam
dapat saling berinteraksi. Membangun sistem Jaminan Kepastian Hukum Kepemilikan Hak
informasi online yg memudahkan peran ser- Atas Tanah Dan Peruntukannya. Jurnal Peneli-
tian Hukum DE JURE, Vol.19.
ta dan dapat diakses oleh publik secara luas
Purnamasari, I. (2011). Partisipasi Masyarakat Dalam
(Web tech, Public Participation GIS method, Perencanaan Pembangunan Di Kecamatan Ci-
etc), serta memadukan data spatial melalui badak Kabupaten Sukabumi. Jurnal Sosial Hu-
“one map policy” yang terintegrasi & update. maniora, Volume 2, 89–90.
Putri, C. D., Mindarti, L. I., & Nurani, F. (2013). Peran
5. Daftar Pustaka Pemerintah Daerah Dalam Mengelola Ruang
Terbuka Dengan Perspektif Good Environmen-
Adi, R. K. (2014). Penatagunaan Tanah Berbasis Ma- tal Governance. Jurnal Administrasi Publik, Vol-
syarakat Dalam Menunjang Sistem Dan Usaha ume 1, 43.
Agribisnis Di Indonesia. Jurnal SEPA, Volume 11,
71. Rahardjo, S. (2006). Hukum dalam Jagat Ketertiban
(UKI Press).
Adisasmita. (2006). Membangun Desa Partisipatif. Gra-
ha Ilmu. Ridwan, J., & Sodik, A. (2008). Hukum Tata Ruang
Dalam Konsep Kebijakan Otonomi Daerah.
Ali, A. (2009). Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Penerbit Nuansa.
Teori Peradilan (Judicalprundence) termasuk In-
terpretasi Undang-Undang (Legisprudence). Rinawati, R., Fardiah, D., & Kurniadi, O. (2004). Keter-
Kencana Prenada Media Group. libatan Perempuan Dalam Pengambilan Kepu-
tusan Pada Perencanaan Pembangunan. Jurnal
Budihardjo, E. (1998). Kota yang Berkelanjutan (Sus- Sosial Dam Pembangunan MIMBAR, Volume 2,
tainable City). UI Press. 158–159.
Darmawati, Saleh, C., & Hanafi, I. (2015). Implementasi Risnain, M. (2016). Peningkatan Daya Saing Bangsa
Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Melalui Reformasi Pembangunan Hukum
Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan. Dalam Mewujudkan Cita Negara Kesejahter-
Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Volume 4, 1. aan. Jurnal Rechts Vinding, Volume 5, 300.
Fadil, F. (2013). Partisipasi Masyarakat Dalam Musy- Salam, M. R. (2010). Partisipasi Masyarakat Dalam Pen-
awarah Perencanaan Pembangunan Di Kelu- ingkatan Kualitas Pemuliman Di Kawasan Pusat
rahan Kotabaru Tengah. Jurnal Ilmu Politik Dan Kota Palu. Jurnal RUANG, Volume 2, 8–9.
Pemerintahan Lokal, Volume II, 251.
Soekanto, S. (1986). Pengantar Penelitian Hukum. UI
Fauzi, N., Wiradi, G., Lapera, T., & Ghimire, K. (2001). Press.
Prinsip-Prinsip Reforma Agraria Jalan Penghidu-
pan dan Kemakmuran Rakyat. Lapera Pustaka Soekanto, S., & Mamudji, S. (2001). Penelitian Hukum
Utama. Normatif: Suatu Tinjauan Singkat (edisi 1). PT
Raja Grafindo Persada.
Fitriana, E. D., & Supriyono, B. (2014). Implementasi
Kebijakan Tata Ruang Wilayah Dalam Mewu- Sugandhi, A. (1999). Tata Ruang dalam Lingkungan Hid-
judkan Pembangunan Kota Berkelanjutan (Stu- up. Gramedia Pustaka.
di di Kabupaten Magetan). Jurnal Administrasi Sumarto, H. S. (2003). Inovasi, Partisipasi, dan Good
Publik, Volume 2, 217–223. Governance. Yayasan Obor Indonesia.
Junef, M. (2017). Penegakan Hukum Dalam Rangka Tangkilisan. (2005). Manajemen Publik. PT Gramedia.
Penataan Ruang Guna Mewujudkan Pemban- Yusuf, A. W. (2014). Partisipasi Masyarakat Dalam
gunan Berkelanjutan. Jurnal Penelitian Hukum Pembangunan Kota Yang Berkelanjutan Dan
DE JURE, Volue 17, 387–388. Berkeadilan. Jurnal Administrasi Publik, Volume
Kementerian LHK. (2018). Laporan Kinerja 2018 Ke- 11, 54–55.

260

Anda mungkin juga menyukai