Pandecta
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta
1
Balitbang Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI, Jakarta, Indonesia
DOI: http://dx.doi.org/10.15294/pandecta.v15i2.23717
Abstract
Indonesia has vast land and sea area, so it is necessary to arrange it to be utilized
as much as possible for prosperity. Indonesia has enacted Law Number 26 /2007
on Spatial Planning. However, the public still does not care and understand it. The
research uses a normative legal approach to explain various applicable laws and regu-
lations relating to spatial planning and the community’s roles. The implementation of
regional spatial planning is inseparable from the role of land stewardship, which is a
sub-system of spatial planning in realizing spatial plans for the benefit of the commu-
nity somewhat. Spatial planning carried out by the government depends on the level
of response and the role of the community. Efforts that need to enhance the role of
the community in spatial planning, among others, are by preparing more operational
regulations, in the form of guidelines for involving the community’s role in spatial
planning that is more technical and detailed, and easy to understand.
243
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah
dasar hak menguasai dari Negara sebagai tumpang tindih dalam upaya mewujudkan
yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan tujuan penataan ruang (Sugandhi, 1999).
adanya macam-macam hak atas permukaan Saat ini permasalahan penataan ruang
bumi, yang disebut tanah, yang dapat dibe- yang sering terjadi berupa ketidakpedulian
rikan kepada dan dimiliki oleh orang-orang, masyarakat dalam penyelenggaraan pena-
baik sendiri maupun bersama-sama dengan taan ruang dan kurang memahami esensi pe-
orang-orang lain serta badan-badan hukum”. nataan ruang itu sendiri. Seperti penataan ru-
Hal ini menyebutkan bahwa tanah secara fi- ang yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
sik dapat diartikan sebagai permukaan bumi. DKI Jakarta. Masyarakat di pemukiman padat
Atas dasar pemanfaatannya, penggunaan ta- dan di bantaran sungai tidak bersedia direlo-
nah dapat dibedakan dalam dua bentuk, yai- kasi dari tempat tinggalnya saat ini yang akan
tu penggunaan untuk hutan dan penggunaan dilakukan oleh aparatur Pemerintah Daerah
lain
nya. Atas dasar fungsinya, penggunaan DKI Jakarta. Jika masyarakat kurang kesada-
dan pemanfaatan tanah dibedakan di dalam ran akan pentingnya perencanaa tata ruang,
kawasan lindung atau di dalam kawasan budi bagaimana nasib pembangunan Negara un-
daya. Sebaliknya, berdasarkan penguasaan tuk generasi yang akan datang (Junef, 2017).
dan atau kepemilikannya, tanah dapat dibagi Hal ini juga disebabkan kurangnya pelibatan
dalam dua kelompok, yaitu tanah yang lang- masyarakat dalam penyelenggaraan pena-
sung dikuasai oleh negara dan tanah hak se taan ruang. Jika subyek tidak berperan secara
bagaimana diatur oleh peraturan perundang- baik maka proses pembangunan tidak akan
undangan. berhasil. Ketaatan masyarakat pada rencana
Dengan makin meningkatnya jumlah tata ruang sangat diperlukan demi suksesnya
penduduk dan kegiatan pembangunan, sum- tujuan penataan ruang. Dan ketaatan mem-
ber daya alam, terutama lahan dan air yang butuhkan prasyarat harus memahami apa
terbatas jumlahnya perlu direncanakan den- dan bagaimana rencana tata ruang wilayah
di mana masyarakat tersebut tinggal. Peliba-
gan baik agar peman faatannya efektif dan
tan masyarakat bisa dipandang sebagai kont-
efisien. Hal ini untuk menjamin pembangu-
rol sosial yang akan mendorong pemerintah
nan yang berkelanjutan dan bagi sebesar-
untuk konsisten melaksanakan rencana tata
besarnya kemakmuran rakyat secara merata.
ruang yang aspiratif. Di sisi lain, pemerintah
Penataan ruang dan penataan pertanahan
juga perlu didorong untuk menyelenggara-
merupakan perangkat untuk mengupayakan
kan pemerintahaan secara baik (good gover-
tercapainya hal-hal tersebut. Melalui pena-
nance). Untuk meningkatkan pengelolaan
taan ruang, pemanfaatan sumber daya alam
ruang dan menciptakan atau menuju suatu
seperti lahan dan air dilaksanakan seoptimal
perwujudan Good Environmental Governan-
mungkin, di samping mencegah terjadinya
ce dalam suatu pemerintahan, dapat melihat
benturan berbagai kepentingan dalam pe- bagaimana perangkat perundang-undangan
manfaatan ruang. Penataan pertanahan me- dalam bidang sumber daya alamnya (Putri et
rupakan pendu kung pelaksanaan rencana al., 2013)
pemanfaatan ruang yang dijabarkan dalam
Pembangunan harus menerapkan prin-
rencana tata guna tanah.
sip-prinsip desentralisasi, bergerak dari ba-
Penataan ruang diselenggarakan oleh wah (bottom up), mengikutsertakan masyara-
berbagai instansi pemerintah dengan meli- kat secara aktif (participatory), dilaksanakan
batkan masyarakat seperti telah disebutkan dari dan bersama masyarakat (from and with
dan atau pemangku kepentingan non pe- people) (Fadil, 2013). Pelibatan masyarakat
merintah dalam penataan ruang, yang da- dalam penataan ruang menjadi bahasan yang
lam pelaksanaannya harus dilakukan secara penting sejak dikeluarkannya Pasal 12 Un-
koordinasi, baik di tingkat administrasi pe- dang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 yang
merintahan maupun antar pemerintah dan kemudian diganti dengan Undang-Undang
masyarakat sehingga terhindar dari kesenjan- Nomor 26 Tahun 2007 (UUPR). Dalam UUPR
gan penanganan ataupun penanganan yang ini masyarakat diperankan sebagai mitra da-
244
Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260
lam penyelenggaraan penataan ruang, tetapi menganalis data adalah pendekatan perun-
dalam operasionalnya sampai saat ini masih dang-undangan (statute approach), pendeka-
belum dilaksanakan dengan baik. Seperti pe- tan konsep (conceptual approach), dan pen-
libatan masyarakat dalam perencanaan kota dekatan komparatif (comparative approach).
di Indonesia masih sering diabaikan, padahal Pendekatan metode ini dimaksudkan untuk
penting sekali artinya untuk menumbuhkan menjelaskan berbagai peraturan perundang-
harga diri, percaya diri dan jati diri. Apalagi undangan yang berlaku berkaitan dengan
bagi kaum papa yang termasuk kategori “The penataan ruang dan mengaitkannya dengan
silent majority”, keterlibatan mereka boleh peran serta masyarakat, terutama Undang-
dikata tidak ada. Sehingga peran serta masy- Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Pe-
arakat dalam proses perencanaan tata ruang nataan Ruang, Peraturan Pemerintah Nomor
dan lingkungan hidup masih sangat terbatas 68 Tahun 2010 Tentang Bentuk dan Tata Cara
(Budihardjo, 1998). Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang,
Akibatnya issue pelibatan masyara- dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
kat ini terus menerus didengungkan kare- 2004 Tentang Penatagunaan Tanah. Peneliti-
na merupakan critical succes factor dalam an ini menggunakan analisis kualitatif untuk
pencapaian tujuan penataan ruang. Untuk mencari prinsip-prinsip hukum, hubungan-
keberhasilan program pelibatan masyarakat hubungan antara prinsip hukum yang satu
tersebut diperlukan perubahan paradigma dengan prinsip hukum lainnya, kemudian di-
dalam penyelenggaraan penataan ruang. simpulkan dengan menggunakan penalaran
Konsep stakeholder dan social transformation deduktif-induktif.
adalah pendekatan baru yang harus diterap-
kan sebagai pengganti pendekatan lama yang 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
memandang masyarakat sebagai obyek pera-
Penataan Ruang dalam Pertanahan
turan. Social transformation memandang ma-
syarakat sebagai subyek peraturan dan kea- Konsep penataan ruang adalah un-
nekaragaman perilaku. Masyarakat didorong tuk pemanfaatan pembangunan yang harus
untuk menentukan nasibnya sendiri (bottom mengacu pada beberapa aspek seperti, kea-
up planning). Pendekatan ini akan menuntut manan, kenyamanan, produktivitas, serta da-
peranan Pemerintah bersama dengan masy- pat bermanfaat secara luas bagi semua lapi-
arakat, untuk mengembangkan visi bersama san masyarakat, karena konsep penggunaan
dalam merumuskan wajah ruang masa de- ruang ini bukan hanya untuk hari ini dan ta-
pan, standar kualitas ruang, aktivitas yang hun depan saja akan tetapi untuk generasi di
diperbolehkan dan dilarang pada suatu ka- masa depan. Dalam Undang-Undang No. 26
wasan, distribusi dan alokasi fasilitas publik, tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (UUPR)
dan development control system. Dari pen- terdapat beberapa klasifikasi dalam penataan
jabaran permasalahan dalam penataan ruang ruang seperti, penataan ruang berdasarkan
dari perencanaan tata ruang wilayah dan ke- sistem, yang terdiri atas sistem wilayah dan
terlibatan masyarakat sebagai subjek dalam sistem internal perkotaan, penataan ruang
pembangunan wilayah maka perlu dilakukan berdasarkan fungsi utama kawasan, yang ter-
penelitian berkaitan dengan pengaturan pe- diri atas kawasan lindung dan kawasan budi
nataan ruang dan implementasi serta peran daya, penataan ruang berdasarkan wilayah
serta masyarakat dan upaya yang dilakukan administratif terdiri atas penataan ruang wi-
untuk untuk mewujudkan ruang wilayah na- layah nasional, penataan ruang wilayah pro-
sional yang aman, nyaman, produktif, dan vinsi, dan penataan ruang wilayah kabupa-
berkelanjutan. ten/kota. Tentunya di setiap daerah memiliki
ruang wilayah yang berbeda-beda, sehingga
2. Metode Penelitian UUPR yang mengatur tata ruang secara na-
Penelitian menggunakan metode pen- sional memberikan hak pemerintah provinsi
elitian hukum normatif (Soekanto & Mamud- untuk mengatur ruangannya sendiri, sesuai
ji, 2001). Pendekatan yang digunakan untuk keadaannya dan tidak bertentangan dengan
245
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah
246
Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260
248
Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260
(Agrarian Reform) atau Pembaruan Agraria, arakat yang mempunyai hubungan hukum
yang dapat diartikan secara sempit sebagai dengan tanah sesuai dengan Rencana Tata
land reform, yang dalam arti sempit berarti Ruang Wilayah yang telah ditetapkan (Much-
redistribusi tanah, sedangkan dalam arti luas sin & Koeswahyono, 2008).
berarti pembaruan dalam struktur pengu- Setiap daerah otonomi mempunyai ke-
asaan, struktur produksi dan struktur pela- wenangan yang cukup luas untuk membuat
yanan pendukung. Sedangkan arti Agrarian perencanaan pembangunan di daerahnya
Reform dalam arti luas, merupakan upaya masing-masing, termasuk dalam peneta-
perubahan atau perombakan sosial yang di- pan kebijakan penatagunaan tanah. Hal ini
lakukan secara sadar, guna mentransforma- berarti daerah otonomi harus lebih mampu
sikan struktur agraria ke arah sistem agraria menetapkan skala prioritas yang tepat dalam
yang lebih sehat dan merata bagi pengem- kegiatan penatagunaan tanah dengan tetap
bangan pertanian dan kesejahteraan masya- memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan
rakat desa (Fauzi et al., 2001). kelestarian lingkungan hidup agar pemban-
Penatagunaan tanah atau pola penge- gunan dapat berjalan secara berkesinam-
lolaan tata guna tanah yang meliputi pengu- bungan. Pendekatan pembangunan daerah
asaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah melihat pemanfaatan ruang serta interaksi
melalui pengaturan kelembagaan yang terkait berbagai kegiatan di dalam ruang wilayah.
dengan pemanfaatan tanah sebagai satu ke- Jadi dalam hal ini kita melihat perbedaan
satuan sistem untuk kepentingan masyarakat fungsi ruang yang satu dengan ruang yang
secara adil. Penatagunaan tanah itu sendiri lainnya dan bagaimana ruang tersebut saling
mencakup 4 (empat) unsur esensial, yaitu: berinteraksi untuk diarahkan pada terca-
(1). Adanya serangkaian kegiatan/aktivitas, painya kehidupan yang efisien dan nyaman
yaitu pengumpulan data lapangan tentang (Adi, 2014).
penggunaan, penguasaan, kemampuan fisik, Prinsip-prinsip perencanaan penatagu-
pembuatan rencana/pola penggunaan tanah, naan tanah (tata guna agraria) berdasarkan
penguasaan dan keterpaduan yang dilakukan hasil seminar tata guna sumber-sumber alam
secara integral dan koordinasi antar sektoral, ke I Tahun 1967 dikemukakan bahwa peren-
(2). Dilakukan secara berencana, harus sesu- canaan tata agraria didasarkan pada 3 prin-
ai dengan prinsip lestari, optimal, serasi dan sip, yaitu (Mertokusumo, 1988):
seimbang, (3). Adanya tujuan yang hendak 1. Prinsip penggunaan aneka (prinsciple
dicapai, yaitu sejalan dengan tujuan pem- of multipele use), prinsip ini
bangunan untuk sebesar-besar kemakmuran menghendaki agar rencana tata
rakyat, dan (4). Harus memperhatikan daftar agraria (tanah) harus dapat memenuhi
skala prioritas dalam penggunaan tanah. beberapa kepentingan sekaligus pada
Adapun tujuan penatagunaan tanah satu kesatuan tanah tertentu. Prinsip
itu sendiri untuk: (1). Mengatur penguasaan, ini mempunyai peranan penting untuk
penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi mengatasi keterbatasan areal, terutama
berbagai kebutuhan kegiatan pembangunan di wilayah yang jumlah penduduknya
yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wi- sudah sangat padat.
layah, (2). Mewujudkan penguasaan, peng- 2. Prinsip peggunaan maksimum
gunaan dan pemanfaatan tanah agar sesuai (prinsciple of maximum production)
dengan arahan fungsi kawasan dalam Ren- Prinsip ini dimaksudkan agar
cana Tata Ruang Wilayah, (3). Mewujudkan penggunaan suatu bidang agraria
tertib pertanahan yang meliputi penguasaan, termasuk tanah diarahkan untuk
penggunaan dan pemanfaatan tanah terma- memperoleh hasil fisik yang setinggi-
suk pemeliharaan tanah serta pengendalian tingginya untuk memenuhi kebutuhan
pemanfaatan tanah, dan (4). Menjamin ke- rakyat yang mendesak. Yang dimaksud
pastian hukum untuk menguasai, menggu- hasil fisik adalah sesuatu yang
nakan dan memanfaatkan tanah bagi masy- dihasilkan dari tanah, misalnya sawah
249
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah
250
Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260
naan tanah pada administrasi pertanahan. Di Tata Ruang merupakan wujud struktur ruang
sini peran penatagunaan tanah semakin jelas, dan pola ruang. Adanya perencanaan tata
dimana secara langsung dalam administrasi ruang tersebut dapat menyerasikan berbagai
pertanahan, penatagunaan tanah dapat ter- kegiatan sektor pembangunan sehingga pe-
libat langsung dalam proses administrasi per- manfaatan lahan dan ruang dapat dilakukan
tanahan. Proses-proses administrasi pertana- secara optimal, efisien, dan serasi. Sedangkan
han mulai dari penerbitan hak, pemindahan tujuan suatu perencanaan tata ruang adalah
hak, pelepasan hak, dan lain-lain, kesemu- untuk mengarahkan struktur dan lokasi be-
anya harus mengacu pada rencana tata ruang serta berhubungan secara fungsional yang se-
wilayah. Dalam penyelenggaraan penatagu- rasi dan seimbang terkait pemanfaatan sum-
naan tanah, dapat ditempuh melalui pena- ber daya manusia, sehingga terciptanya hasil
taan kembali, upaya kemitraan, dan penye- pembangunan yang optimal dan efisien bagi
rahan dan pelepasan hak atas tanah kepada peningkatan kualitas manusia dan kualitas
negara. Dalam hal pembinaan dan pengen- lingkungan hidup secara berkelanjutan (Fitri-
dalian penatagunaan tanah dapat ditempuh ana & Supriyono, 2014).
melalui pemberian insentif dan disinsentif. Pengaturan tata ruang tentunya menga-
Peran Masyarakat dan Kelembagaan cu pada UUPR. Pada Pasal 2 UUPR, ditegas-
dalam Penataan Ruang kan bahwa dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia penyelenggaraan pena-
Masyarakat merupakan salah satu kom-
taan ruang didasari pada asas: Keterpaduan.
ponen yang beperan dalam penataan ruang.
Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan.
Dengan semakin berkembangnya pemaha-
Keberlanjutan. Keberdayagunaan dan keber-
man masyarakat atas kebutuhan penataan
hasilgunaan. Keterbukaan. Kebersamaan dan
ruang maka perlu pengaturan yang berkaitan
kemitraan. Pelindungan kepentingan umum.
dengan masyarakat itu sendiri dalam pera-
Kepastian hukum dan keadilan. dan Akunta-
turan perundang-undangan di bidang tata
bilitas. Berangkat dari asas-asas tersebut, ter-
ruang, khususnya dalam konteks peran, hak
lihat peran masyarakat merupakan hal yang
serta kewajibannya. Hal ini dimulai dari ke-
penting dalam pengaturan penataan ruang.
beradaan ruang yang terbatas serta kebutu-
Dimana masyarakat tidak semata-mata men-
han akan tata ruang yang harmonis menun-
jadi obyek dari sebuah pengaturan penataan
tut untuk melaksanakan penyelenggaraan
ruang melainkan turut menjadi subjek dalam
penataan ruang yang sesuai dengan tujuan
pengaturan penataan ruang.
penataan ruang yaitu mewujudkan ruang wi-
layah nasional yang aman, nyaman, produk- 1. Pengaturan Peran Serta Masyarakat di Ting-
tif, dan berkelanjutan berdasarkan wawasan kat Nasional
nusantara dan ketahanan nasional. Peran serta masyarkat dalam UUPR
Perencanaan tata ruang merupakan diatur secara khusus dalam BAB VIII yang
suatu keniscayaan. Di Indonesia berkai- berisi tentang hak, kewajiban dan peran ma-
tan dengan tata ruang secara nasional di- syarakat. Kemudian pengaturan mengenai
buat Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional bentuk dan tata cara peran serta masyarakat
(RTRWN). Kemudian RTRWN dijabarkan ke dalam penataan ruang yang awalnya diatur di
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 69
(RTRWP), dan Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 1996 tentang Pelaksanaan hak dan ke-
(RTRWP) tersebut dijabarkan lagi ke dalam wajiban serta bentuk dan tata cara peran ser-
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK). ta masyarakat dalam penataan ruang. PP ini
Ruang didefinisikan sebagai wadah yang me- merupakan aturan operasional dari Undang-
liputi ruang darat, ruang laut, dan ruang uda- Undang Nomor 24 Tahun 1992 yang selan-
ra, termasuk ruang di dalam bumi sebagai jutnya telah diganti dengan Undang-Undang
satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, Ruang (UUPR). Dengan adanya perubahaan
dan memelihara kelangsungan hidupnya. undang-undang penataan ruang, maka telah
251
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah
terbit kembali peraturan pemerintah men- nasional, penataan ruang wilayah provinsi,
genai peran serta masyarakat dalam pena- dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota
taan ruang, yaitu PP Nomor 68 Tahun 2010 dilakukan secara berjenjang dan komplemen-
Tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masy- ter sesuai dengan kewenangan administratif
arakat Dalam Penataan Ruang. Dengan de- yaitu dalam bentuk Rencana Tata ruang Wila-
mikian PP Nomor 69 tahun 1996 dinyatakan yah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang
tidak berlaku. PP Nomor 68 Tahun 2010 me- Wilayah Provinsi (RTRW provinsi) dan Ren-
rupakan pelaksanaan Pasal 65 ayat (3) UUPR cana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
yang mengatur bentuk dan tata cara peran (RTRW Kabupaten/Kota), serta rencana-ren-
masyarakat dalam penataan ruang. cana yang sifatnya lebih rinci seperti Ren-
Dalam PP Nomor 68 Tahun 2010 seca- cana Detail Tata Ruang (RDTR). Masyarakat
ra jelas disebutkan dalam BAB II yang berisi yang tidak dapat terpisahkan sebagai salah
Bentuk Peran Masyarakat. Pada pasal 5 di- satu unsur yang berkaitan langsung dengan
sebutkan peran masyarakat dalam penataan RTRW dalam implementasi, sangat penting
ruang dilakukan pada tahap perencanaan untuk mendapatkan informasi yang lengkap
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengen- mengenai Perda RTRW. Pemerintah seba-
dalian pemanfaatan ruang. Dalam peraturan gai implementor mempunyai peran penting
pemerintah ini juga diatur kewajiban, tugas, untuk menyosialisasikan Perda RTRW (Dar-
dan tanggung jawab Pemerintah pusat dan mawati et al., 2015). Untuk Pengaturan Tata
pemerintah daerah dalam mendukung pe- Ruang Pemda DKI misalnya, diatur dalam
laksanaan peran masyarakat dalam penataan PERDA Nomor 1 Tahun 2012 tentang Renca-
ruang, antara lain melalui pembinaan dan na Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030. Da-
pengawasan pelaksanaan peran masyarakat lam PERDA ini dijelaskan bahwa bagian yang
di bidang penataan ruang, pembangunan terpenting dalam pelaksanaan peran serta
sistem informasi dan komunikasi penataan masyarakat adalah penetapan prosedur yang
ruang, dan pendanaan. Masyarakat yang ma- harus dilalui yang berkaitan dengan berbagai
kin maju menuntut keterlibatan yang lebih aspek keserasian yang berbeda untuk jenjang
besar dalam penyelenggaraan penataan ru- rencana tata ruang yang ada di daerah DKI.
ang. Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah
Dalam penataan ruang berdasarkan
ini memberikan pengaturan yang memberi-
sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem
kan peluang bagi seluruh lapisan masyarakat
internal perkotaan, seperti penataan ruang
untuk berperan dalam penataan ruang.
yang dilakukan di DKI Jakarta. Penataan ru-
2. Pengaturan Peran serta Masyarakat di ting- ang di DKI Jakarta masih belum teratur se-
kat Daerah hingga sangat rentan akan terjadinya benca-
Pengaturan mengenai peran serta ma- na banjir. Seperti banjir yang terjadi di DKI
syarakat di daerah diatur dalam Permendag- Jakarta di awal tahun 2020 adalah salah satu
ri Nomor 56 tahun 2014 tentang Tata Cara bukti bahwa Ibukota Negara memiliki tata
Peran serta masyarakat Dalam Proses Peren- ruang kurang baik. Banyak hal yang menye-
canaan Tata Ruang Di Daerah. Permendagri babkan terjadinya bencana banjir di Jakarta,
Nomor 56 tahun 2014 ini dimaksudkan un- salah satunya adalah masih belum teraturnya
tuk melaksanakan Pasal 12 ayat (2) PP No- konsep penataan ruang yang diakibatkan
mor 68 Tahun 2010. Pengaturan dalam Per- oleh banyaknya pengembangan infrastruktur
mendagri tersebut hampir sama materinya yang tidak sejalan dengan prinsip keberlanju-
dengan pengaturan dalam PP Nomor 68 tan lingkungan hidup. Pentingnya kesadaran
Tahun 2010 (Pasal 5). Pengaturan tambahan- akan keselarasan antara keberlanjutan ling-
nya meliputi: obyek peran serta masyarakat, kungan hidup dengan perkembangan pem-
aspek formal institusional, tahapan-tahapan bangunan tentu saja erat kaitannya dengan
penataan ruang kota. konsep penataan ruang yang semestinya.
Sesuai dengan UUPR seperti yang dije- Situasi seperti ini juga secara nyata
laskan sebelumnya, Penataan Ruang wilayah diperkuat dengan banyaknya pembangu-
252
Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260
nan infrastruktur di DKI Jakarta yang sedang maupun Pemerintah Daerah Provinsi DKI Ja-
berjalan dan secara langsung memanfaatkan karta sendiri dalam konsep keruangan. Pem-
ruang, diantaranya adalah pembangunan buktian faktor ini dapat dibuktikan dalam
infrastruktur kereta cepat milik PT Kereta hal pengeluaran Peraturan Presiden Nomor
Cepat Indonesia China (KCIC) dan pem- 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Proyek
bangunan jalur Light Rapid Transit (LRT) di Strategis Nasional (PSN) pada Pasal 19 ayat
sekitar kawasan ruas jalan tol. Namun pada (2) menyatakan bahwa PSN dapat menyesu-
prosesnya, pengembangan infrastruktur ini aikan Rencana Tata Ruang berupa Rencana
justru menutup akses drainase ruang kota di Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail
wilayah DKI Jakarta (Pambagio, 2020). Di- Tata Ruang (RDTR) ataupun Rencana Zonasi
tambah lagi dengan semakin gundulnya po- Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil apabila
hon-pohon yang seharusnya dapat menyerap lokasi PSN tidak memungkinkan untuk dipin-
genangan air sehingga intensitas banjir tidak dahkan. Padahal Jakarta sendiri telah memi-
terlalu tinggi. liki RDTR, yang mana dokumen tersebut di-
Penataan ruang kota di DKI Jakarta gunakan sebagai acuan keseluruhan rencana
yang semestinya mengacu pada tiga konsep pembangunan yang ada di wilayah Jakarta.
utama penataan ruang yaitu perencanaan, RDTR merupakan salah satu dokumen
pemanfaatan hingga pengendalian peman- perencanaan yang menentukan pemanfaatan
faatan ruang yang pada praktiknya justru ruang suatu kawasan. Sebagai amanat dari
tidak berkesinambungan. Padahal, konsep Pasal 14 ayat (4) UUPR, bahwa setiap Ren-
ini merupakan salah satu wujud guna men- cana Rinci Tata Ruang wajib disusun kembali
capai pengelolaan ruang secara bijaksana, secara terperinci sebagai Rencana Tata Ruang
berdaya guna dan berhasil guna yang sesu- (RTR) kawasan tersebut yang disebut dengan
ai dengan konsiderans menimbang huruf (a) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang den-
UUPR. Hal ini juga yang seharusnya menja- gan fungsi sebagai perangkat operasional atas
di jalan keluar sekaligus tumpuan Pemerintah Rencana Rinci Tata Ruang. DKI Jakarta telah
DKI Jakarta dalam menyelenggarakan pena- memiliki RDTR melalui Peraturan Daerah
taan ruang dan menyelesaikan permasalahan Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2014
banjir. Pembuktian ketidakselarasan antara tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Pe-
konsep dan praktik penataan ruang di DKI Ja- raturan Zonasi (RDTR-PZ), yang mana hal ini
karta semakin terlihat dengan bencana ban- juga sebagai legitimasi dan acuan pengem-
jir yang semakin tahun semakin meningkat bangan kawasan perkotaan DKI Jakarta se-
kuantitas air menggenangnya. Ditambah lagi harusnya yang dapat berjalan berdampingan
pemukiman padat penduduk yang dibangun dalam segala aspek.
semakin marak menyebabkan banyak ruang Buruknya penataan kawasan perkotaan
yang manfaatkan tidak sesuai dengan perun- DKI Jakarta tentu saja menjadi penyebab uta-
tukannya. Selain itu, keterlibatan masyarakat ma masalah banjir. Kesadaran tersebut dapat
DKI Jakarta juga masih belum dioptimalkan, diawali dengan penyelenggaraan penataan
karena saat ini permasalahan penataan ruang ruang yang mana meliputi kegiatan penga-
yang sering terjadi berupa ketidakpedulian turan kawasan kota, pembinaan oleh Peme-
masyarakat dalam penyelenggaraan pena- rintah DKI Jakarta, pelaksanaan kawasan kota
taan ruang dan kurang memahami esensi yang sesuai peruntukannya hingga pengawa-
penataan ruang itu sendiri. Seperti pelibatan san penataan ruang sebagaimana yang diatur
masyarakat DKI Jakarta yang berada di sekitar dalam Pasal 55 ayat (1) UUPR. Dimana peny-
bantaran sungai yang akan sangat membantu elenggaraan tersebut harus berangkat dari tiga
untuk mewujudkan penataan ruang. konsep penataan ruang yang menjadi kunci
Terjadinya banjir di DKI Jakarta juga utama dalam membenahi sebagian wilayah
disebabkan oleh perbedaan kebijakan dalam banjir di DKI Jakarta. Sebagian wilayah banjir
regulasi dan kurangnya koordinasi antar pe- di DKI Jakarta diantaranya disebabkan oleh
mangku kepentingan, baik Pemerintah pusat tertutupnya saluran drainase yang disebab-
253
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah
254
Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260
dakan massa maupun individual yang mem- gunan tidak hanya terbatas dalam pengertian
perlihatkan adanya hubungan timbal balik “IKUT SERTA” secara fisik, melainkan keter-
antara pemerintah dengan warganya (Kumo- libatan yang memungkinkan melaksanakan
rotomo, 1999). Partisipasi merupakan style of identifikasi masalah sendiri, mengorganisasi-
development yang berarti bahwa partisipasi kan masalah, mencari akar masalah dan me-
dalam kaitannya dengan proses pembangu- nentukan perencanaan program pembangu-
nan haruslah diartikan sebagai usaha ment- nan (Rinawati et al., 2004).
ransformasikan sistem pembangunan dan Keberhasilan pembangunan sangat ter-
bukan sebagai suatu bagian dari usaha sys- gantung pada keterlibatan masyarakat dalam
tem mainternance (Tangkilisan, 2005). segala program perencanaan, pelaksanaan
Hetifah Sj. Sumarto berpendapat bah- serta evaluasi pembangunan, karena masy-
wa: “Salah satu karakteristik dari good gover- arakat yang mengetahui permasalahan dan
nance atau tata kelola pemerintahan yang kebutuhan dalam rangka membangun wila-
baik atau kepemerintahan yang baik adalah yahnya dan masyarakat juga nantinya yang
partisipasi. Selanjutnya United Nations De- akan memanfaatkan dan menilai tentang
velopment Programme (UNDP) mengartikan berhasil atau tidaknya pembangunan di wila-
partisipasi sebagai karakteristik pelaksanaan yah mereka. Proses perencanaan partisipatif
good governance adalah keterlibatan masya- dapat dimulai dengan informasi tentang ke-
rakat dalam pembentukan keputusan baik se- tersediaan sumber daya dan arah pemban-
cara langsung maupun tidak langsung melalui gunan daerah, sehingga perencanaan ber-
lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan tujuan untuk menyusun hubungan optimal
aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas antara input, proses dan output atau dapat
dasar kebebasan bersosialisasi dan berbicara dikatakan sesuai dengan kebutuhan, dinami-
serta berpartisipasi secara konstruktif” (Su- ka reformasi, dan pemerintahan yang lebih
marto, 2003). demokratis dan terbuka. Dengan demikian
Partisipasi masyarakat juga dapat di- masyarakat sendiri yang paling tahu apa yang
artikan sebagai pemberdayaan masyarakat, dibutuhkannya, kemudian memperhatikan
peran sertanya dalam kegiatan penyusunan fokus perencanaan pada kepentingan ma-
perencanaan, dan implementasi program/ syarakat, partisipasi masyarakat, sinergitas
proyek pembangunan serta merupakan aktu- perencanaan, dan legalitas perencanaan.
alisasi, kesediaan, dan kemauan masyarakat Partisipasi harus berdampak signifikan terha-
untuk berkorban dan berkontribusi terha- dap peningkatan kualitas hidup masyarakat.
dap implementasi program pembangunan Dengan demikian masyarakat akan merasa
(Adisasmita, 2006). Peran pemerintah dalam memiliki atas pembangunan yang dilakukan.
pembangunan yang pada awalnya sebagai Dengan adanya partisipasi, masyarakat akan
“provider” atau penyedia/pemberi, pada per- mendukung sumber daya dengan sadar dan
kembangan selanjutnya menjadi “enabler” diakui (Purnamasari, 2011).
yaitu sebagai pendorong atau fasilitator. Se- Untuk peningkatan peran serta masya-
lanjutnya pembangunan yang menggunakan rakat dalam pembangunan hendaknya masy-
pendekatan top down dimana pemerintah arakat tidak dipandang sebagai obyek sema-
sebagai provider sering disebut sebagai “or- ta, tetapi harus dilibatkan sebagai pelaku aktif
thodox paradigm”, sementara pembangunan dalam pembangunan, mulai sejak perenca-
dengan pendekatan bottom up dimana pe- naan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangu-
merintah dalam pembangunan yang meng- nan. Peran masyarakat dalam reformasi ag-
gunakan pendekatan bottom up (partisipatif) raria sangat dibutuhkan pemerintah. Peran
tersebut masyarakat menjadi ujung tombak masyarakat dalam penataan ruang dimaknai
dari sebuah pembangunan. Oleh karena oleh Pemerintah sebagai proses pelibatan
itu masyarakat diharapkan dapat secara ak- atau dorongan untuk melakukan intervensi
tif berperan serta dalam menentukan arah oleh masyarakat dalam proses penyeleng-
membangunan. Partisipatif dalam pemban- garaan penataan ruang itu sendiri. Muncul-
255
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah
nya istilah pelibatan dikarenakan peran satu katan. Rencana tata ruang itu sendiri pada
pihak (pemerintah) lebih dominan diban- dasarnya merupakan kesepakatan berbagai
dingkan dengan pihak kedua (masyarakat). stakeholders yang dilahirkan dari serangkai-
Pada realisasinya proses pelibatan ini akan an dialog yang konstruktif dan berkelanjutan.
memberikan konsekuensi kepada pemerin- Melalui proses dialog yang terus menerus
tah untuk melakukan pemberdayaan kepada sepanjang keseluruhan proses penataan ru-
masyarakat agar mereka dapat berperan ser- ang, maka akan terjadi proses pembelajaran
ta secara baik dan benar. Sementara masy- bersama dan pemahaman bersama (mutual
arakat memaknai sebagai proses peran serta understanding) dari berbagai pihak tentang
yakni berupa rincian hak dan kewajiban dari penataan ruang. Sehingga proses ini secara
masyarakat serta bagaimana cara masyarakat langsung akan berkontribusi terhadap proses
berperan serta dalam proses penyelengga- pembinaan penataan ruang.
raan penataan ruang. Peran masyarakat menurut UUPR sen-
Dalam konteks penataan ruang, maka diri seperti yang terdapat pada BAB VIII yang
peran serta masyarakat dapat didefinisikan mengatur berkaitan dengan hak, kewajiban,
sebagai proses keterlibatan masyarakat yang dan peran masyarakat. Pada Pasal 60 dalam
memungkinkan mereka dapat mempengaru- hal penataan ruang, setiap masyarakat ber-
hi proses pengambilan keputusan penataan hak untuk mengetahui rencana tata ruang,
ruang yang meliputi keseluruhan proses se- menikmati pertambahan nilai ruang sebagai
bagaimana disebutkan dalam UUPR Pasal 1 akibat penataan ruang, memperoleh peng-
yaitu : pengaturan penataan ruang (ayat 9), gantian yang layak atas kerugian yang timbul
pembinaan penataan ruang (ayat 10), pelak- akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan
sanaan penataan ruang (ayat 11), dan pen- sesuai dengan rencana tata ruang. Selain itu,
gawasan penataan ruang (12). Jika pengerti- dalam Pasal 60 juga menjelaskan berkaitan
an peran serta masyarakat lebih pada proses dengan mengajukan keberatan kepada peja-
mempengaruhi pengambilan keputusan bat berwenang terhadap pembangunan yang
dalam keseluruhan proses penataan ruang, tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wi-
maka tujuan utama peran serta masyarakat layahnya, mengajukan tuntutan pembatalan
mencakup dua hal pokok yaitu melahirkan izin dan penghentian pembangunan yang
output rencana yang lebih baik dari pada tidak sesuai dengan rencana tata ruang ke-
dilakukan hanya melalui proses teknokratis, pada pejabat berwenang, dan mengajukan
dan mendorong proses capacity building an- gugatan ganti kerugian kepada pemerintah
tara masyarakat dan pemerintah. dan/atau pemegang izin apabila kegiatan
Adapun keluaran dari rencana tata ru- pembangunan yang tidak sesuai dengan ren-
ang yang dihasilkan melalui proses partisi- cana tata ruang yang menimbulkan kerugian.
pasi diharapkan dapat memperkecil derajat Sementara Pasal 61 menjelaskan kewajiban
konflik antar berbagai stakeholders terutama masyarakat dalam pemanfaatan ruang seperti
pada tahap pemanfaatan dan pengendalian menaati rencana tata ruang yang telah dite-
pemanfaatan ruang. Di samping itu, peran tapkan, memanfaatkan ruang sesuai dengan
serta masyarakat dapat memberikan kontri- izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
busi agar menghasilkan rencana tata ruang berwenang, mematuhi ketentuan yang di-
yang lebih sensitif dan lebih mampu men- tetapkan dalam persyaratan izin pemanfaa-
gartikulasikan kebutuhan berbagai kelompok tan ruang, dan memberikan akses terhadap
masyarakat yang beragam dengan tidak men- kawasan yang oleh ketentuan peraturan pe-
gesampingkan kearifan lokal. Selain mem- rundang-undangan dinyatakan sebagai milik
perbaiki kualitas rencana tata ruang, peran umum.
serta masyarakat dimaksudkan sebagai pro- Masyarakat dalam melaksanakan pe-
ses pembelajaran masyarakat dan pemerin- rannya harus melakukan dengan aturan
tah yang secara langsung dapat memperbaiki yang ada. Jika menyimpang atau melanggar
kapasitas mereka dalam mencapai kesepa- dari aturan akan mendapatkan sanksi seperti
256
Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260
yang diatur pada Pasal 63 berupa sanksi ad- dari kebijakan, Stakeholder yang mengawasi
ministratif seperti: peringatan tertulis, peng- kebijakan, stakeholder kelompok Interest dan
hentian sementara kegiatan, penghentian Presure Group yang terkait kebijakan, dan
sementara pelayanan umum, penutupan stakeholder yang mempunyai kepentingan
lokasi, pencabutan izin, pembatalan izin, agar kegiatan atau kebijakannya berjalan.
pembongkaran bangunan, pemulihan fungsi Sistem kelembagaan yang berperan
ruang, dan denda administratif. Peran serta dalam mengkoordinasi dan mengelola pe-
masyarakat dalam penataan ruang secara nyelenggaraan penataan ruang yang telah
jelas diatur dalam Pasal 65 ayat 1 menga- disusun dan ditetapkan harus berjalan den-
tur yang berkaitan dengan penyelenggaraan gan optimal. Sistem kelembagaan penataan
penataan ruang dilakukan oleh pemerintah ruang tingkat Nasional dikoordinasikan oleh
dengan melibatkan peran masyarakat. Peran BKPRN (Badan Koordinasi Penataan Ruang
masyarakat yang diamanatkan berupa: parti- Nasional), sedangkan pada tingkat provinsi
sipasi dalam penyusunan rencana tata ruang, dikoordinasikan oleh BKPRD (Badan Koor-
partisipasi dalam pemanfaatan ruang, dan dinasi Penataan Ruang Daerah) Provinsi, dan
partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan pada tingkat Kabupaten/ Kota dikoordinasi-
ruang. kan oleh BPKRD Kabupaten/ Kota. Pada ting-
Kondisi ideal partisipasi masyarakat kat masyarakat dapat diwakili oleh LSM atau
adalah berbentuk peran serta masyarakat yai- Forum/ Kelompok Masyarakat. Kementerian
tu berupa aktivitas pendelegasian kekuasaan terkait yang berada dalam wadah BKPRN
dan berjalannya kontrol masyarakat terhadap dan Kepala Daerah yang dibantu oleh Bap-
proses penyelenggaraan penataan ruang. Se- peda dan BKPRD dengan melibatkan seluruh
hingga pemerintah di tingkatan manapun stakeholder dalam proses penataan ruang
perlu menyadari bahwa aktivitas memberi- berperan dalam level dan tanggung jawab
kan informasi dan melayani konsultasi belum masing-masing untuk mengkoordinasikan
cukup dalam menjalankan amanah UUPR. proses sosialisasi dan adaptasi produk ren-
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah cana tata ruang kepada masyarakat di seti-
bahwa pelibatan masyarakat ini hanya seba- ap daerah. menerima dan memperhatikan
gai alat untuk mencapai tujuan dari penye- saran, pertimbangan, pendapat, tangapan,
lenggaraan penataan ruang itu sendiri. keberatan, atau masukan yang disampaikan
Prinsip pelibatan masyarakat dalam oleh masyarakat dalam penyelenggaraan pe-
penataan ruang seperti menempatkan masy- nataan ruang. menindaklanjuti saran, per-
arakat sebagai pelaku (ujung tombak) dalam timbangan, pendapat, tangapan, keberatan,
upaya meningkatkan pertumbuhan ekono- atau masukan pada setiap proses penye-
mi (termasuk dalam penataan ruang) dan lenggaraan penataan ruang. meningkatkan
memfasilitasi masyarakat agar menjadi pela- komunikasi yang efektif dengan masyarakat
ku dalam proses penataan ruang (Pemerin- dalam penyelenggaraan penataan ruang.
tah sebagai fasilitator, dan menghormati hak Peran serta masyarakat dalam pena-
masyarakat, serta menghargai kearifan lokal/ taan ruang menjadi hal yang sangat penting
keberagaman budayanya). Selain itu peliba- dalam rangka mencipatakan wilayah yang
tan masyarakat dapat mendorong agar stake- aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
holder mampu bertindak secara transparan, dengan dibangun berdasarkan kearifan lokal
akuntabel dan profesional dalam proses pe- yang mengutamakan kepentingan masyara-
nataan ruang (terutama dalam perencanaan kat. Oleh karena itu terdapat 3 hal yang ha-
tata ruang) dan mendorong perkuatan ke- rus diperhatikan, yaitu :
lembagaan yang mewadahi berbagai aspirasi 1. Menempatkan posisi masyarakat sesuai
dari berbagai stakeholder. Adapun stakehol- dengan hak dan kewajibannya sebagai
der dalam penataan ruang seperti stakehol- pelaku pembangunan wilayah dengan
der yang berwenang mengambil/membuat difasilitasi oleh pemerintah.
kebijakan, stakeholder yang terkena dampak 2. Meningkatkan upaya-upaya untuk
257
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah
258
Pandecta. Volume 15. Number 2. December 2020 Page 242-260
di daratan, lautan maupun udara, perangkat rus mengacu pada rencana tata ruang wila-
peraturan perundang-undangan dikembang- yah. Dalam penyelenggaraan penatagunaan
kan dan disempurnakan, sehingga memberi tanah, dapat ditempuh melalui penataan
arah yang jelas dan memberi kepastian. Upa- kembali, upaya kemitraan, dan penyerahan
ya ini meliputi pula penyerasian berbagai pe- dan pelepasan hak atas tanah kepada nega-
raturan perundang-undangan yang ada serta ra. Dalam hal pembinaan dan pengendalian
penegakan hukum untuk menjamin bahwa penatagunaan tanah dapat ditempuh melalui
pembangunan berjalan dalam kerangka tata pemberian insentif dan disinsentif.
ruang yang telah disepakati dan ditetapkan. Peran serta masyarakat dalam pen-
Selain itu, upaya peningkatan SDM dan ke- gaturan tata ruang merupakan sebuah hak
mampuan tekhnis aparat agrarian perlu terus yang dijamin oleh konstitusi yang diatur da-
ditingkatkan, serta dilakukannya sosialisasi lam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
dan pemahaman agrarian kepada seluruh Tentang Penataan Ruang, dan PP Nomor 68
lapisan masyarakat agar memahami hak dan Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara
tanggung jawabnya. Apabila masyarakat dan Masyarakat Dalam Penataan Ruang. Peme-
aparat sudah saling memahami tentang gam- rintah telah berupaya memberikan peran
baran persoalan pertanahan, maka kita opti-
bagi masyarakat secara optimal, dan jika di-
mis UUPA dapat dilaksanakan sebagaimana
cermati dari pasal-pasal yang terkandung da-
diharapkan (Pardede, 2019).
lam peraturan tersebut terlihat bahwa pera-
4. Simpulan turan penataan ruang yang terbaru telah jauh
lebih lengkap dan komprehensip terutama
Berdasarkan hasil analisis dari peneli-
yang mengatur mengenai keterlibatan masy-
tian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
arakat dalam tata ruang. Hambatan dalam
tantangan reforma agraria yang dijalankan
pelaksanaan peran serta masyarakat dalam
pemerintah bergantung pada tingkat respons
pengaturan tata ruang disebabkan oleh fak-
terhadap penataan ruang dan peran masya-
tor internal dan eksternal yang terdapat pada
rakat. Relevansi reforma agraria ini ditentu-
masyarakat itu sendiri. Faktor internal seperti
kan oleh sejauh mana dampaknya bersifat
rendahnya pendidikan, pemahaman, kesa-
korektif, netral, atau justru memperparah
daran implementatif, konsistensi, dan ko-
kedua jenis ketimpangan. Reforma agraria
mitmen di kalangan masyarakat akan peran
dalam penataan ruang tidak terlepas dari
yang seharusnya dapat dilakukan, serta dari
peran penatagunaan tanah. Penatagunaan
faktor eksternal seperti minimnya sosialisasi,
tanah yang merupakan sub sistem penataan
kemudian pelibatan masyarakat yang hanya
ruang berperan dalam mewujudkan renca-
bersifat formalitas belaka.
na tata ruang guna kepentingan masyarakat
secara adil, yaitu peran secara makro yang Untuk itu perlu dilakukan peningkatan
merupakan penatagunaan tanah bersama- peran masyarakat dalam perencanaan tata ru-
sama dengan instansi lain baik pusat maupun ang, melalui membuat peraturan yang lebih
daerah, bekerja sama untuk merumuskan operasional, baik dalam bentuk Permendagri
kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan, atau Pedoman (Juklak/Juknis) pelibatan peran
dan pengawasan penataan ruang serta peran masyarakat dalam penataan ruang yang lebih
penatagunaan tanah secara mikro yang me- teknis dan rinci, serta mudah dipahami, ka-
rupakan pelaksanaan penatagunaan tanah rena yang ada sekarang dianggap masih be-
pada administrasi pertanahan. Di sini peran lum teknis dan rinci. Peraturan ini harus bisa
penatagunaan tanah semakin jelas, dimana membedakan tingkat peran masyarakat sesu-
secara langsung dalam administrasi pertana- ai dengan jenjang rencana kota dan tingkat
han, penatagunaan tanah dapat terlibat lang- kemampuan masyarakatnya (Tahap Pembe-
sung dalam proses administrasi pertanahan. lajaran, Pemberdayaan, atau Pembangunan
Proses-proses administrasi pertanahan mulai Berbasis Masyarakat). Peraturan tersebut juga
dari penerbitan hak, pemindahan hak, pe- diharapkan dapat menggambarkan mekanis-
lepasan hak, dan lain-lain, kesemuanya ha- me pelibatan masyarakat secara berjenjang.
259
Edward James Sinaga, Penataan Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah
Selain itu, perlu peningkatan kesadaran ma- menterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
syarakat melalui sosialisasi, kampanye pub- Kumorotomo, W. (1999). Etika Administrasi Negara. Ra-
jawali Press.
lik, dan pelatihan kelompok masyarakat.
Mertokusumo, R. S. (1988). Hukum dan Politik Agraria.
Peningkatan kesadaran masyarakat ini juga Karunika Universitas Terbuka.
perlu didukung oleh peraturan yang ‘me- Muchsin, & Koeswahyono, I. (2008). Aspek Kebijaksa-
maksa’ aparat untuk melakukannya. Kemu- naan Hukum Penatagunaan Tanah dan Penataan
dian, kelompok- kelompok masyarakat yang Ruang. Sinar Grafika.
sudah dilatih tersebut diwadahi dalam suatu Ndraha, T. (1990). Masyarakat : Mempersiapkan Ma-
syarakat Tinggal landas. Rineka Cipta.
forum komunikasi, misalnya Forum Masyara-
Pambagio, A. (2020). Proyek Kereta Cepat Jorok, Tutup
kat Peduli Penataan Ruang, atau forum ke- Drainase Jalan.
lompok sosial lainnya, sehingga anggotanya Pardede, M. (2019). Hak Menguasai Negara Dalam
dapat saling berinteraksi. Membangun sistem Jaminan Kepastian Hukum Kepemilikan Hak
informasi online yg memudahkan peran ser- Atas Tanah Dan Peruntukannya. Jurnal Peneli-
tian Hukum DE JURE, Vol.19.
ta dan dapat diakses oleh publik secara luas
Purnamasari, I. (2011). Partisipasi Masyarakat Dalam
(Web tech, Public Participation GIS method, Perencanaan Pembangunan Di Kecamatan Ci-
etc), serta memadukan data spatial melalui badak Kabupaten Sukabumi. Jurnal Sosial Hu-
“one map policy” yang terintegrasi & update. maniora, Volume 2, 89–90.
Putri, C. D., Mindarti, L. I., & Nurani, F. (2013). Peran
5. Daftar Pustaka Pemerintah Daerah Dalam Mengelola Ruang
Terbuka Dengan Perspektif Good Environmen-
Adi, R. K. (2014). Penatagunaan Tanah Berbasis Ma- tal Governance. Jurnal Administrasi Publik, Vol-
syarakat Dalam Menunjang Sistem Dan Usaha ume 1, 43.
Agribisnis Di Indonesia. Jurnal SEPA, Volume 11,
71. Rahardjo, S. (2006). Hukum dalam Jagat Ketertiban
(UKI Press).
Adisasmita. (2006). Membangun Desa Partisipatif. Gra-
ha Ilmu. Ridwan, J., & Sodik, A. (2008). Hukum Tata Ruang
Dalam Konsep Kebijakan Otonomi Daerah.
Ali, A. (2009). Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Penerbit Nuansa.
Teori Peradilan (Judicalprundence) termasuk In-
terpretasi Undang-Undang (Legisprudence). Rinawati, R., Fardiah, D., & Kurniadi, O. (2004). Keter-
Kencana Prenada Media Group. libatan Perempuan Dalam Pengambilan Kepu-
tusan Pada Perencanaan Pembangunan. Jurnal
Budihardjo, E. (1998). Kota yang Berkelanjutan (Sus- Sosial Dam Pembangunan MIMBAR, Volume 2,
tainable City). UI Press. 158–159.
Darmawati, Saleh, C., & Hanafi, I. (2015). Implementasi Risnain, M. (2016). Peningkatan Daya Saing Bangsa
Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Melalui Reformasi Pembangunan Hukum
Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan. Dalam Mewujudkan Cita Negara Kesejahter-
Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Volume 4, 1. aan. Jurnal Rechts Vinding, Volume 5, 300.
Fadil, F. (2013). Partisipasi Masyarakat Dalam Musy- Salam, M. R. (2010). Partisipasi Masyarakat Dalam Pen-
awarah Perencanaan Pembangunan Di Kelu- ingkatan Kualitas Pemuliman Di Kawasan Pusat
rahan Kotabaru Tengah. Jurnal Ilmu Politik Dan Kota Palu. Jurnal RUANG, Volume 2, 8–9.
Pemerintahan Lokal, Volume II, 251.
Soekanto, S. (1986). Pengantar Penelitian Hukum. UI
Fauzi, N., Wiradi, G., Lapera, T., & Ghimire, K. (2001). Press.
Prinsip-Prinsip Reforma Agraria Jalan Penghidu-
pan dan Kemakmuran Rakyat. Lapera Pustaka Soekanto, S., & Mamudji, S. (2001). Penelitian Hukum
Utama. Normatif: Suatu Tinjauan Singkat (edisi 1). PT
Raja Grafindo Persada.
Fitriana, E. D., & Supriyono, B. (2014). Implementasi
Kebijakan Tata Ruang Wilayah Dalam Mewu- Sugandhi, A. (1999). Tata Ruang dalam Lingkungan Hid-
judkan Pembangunan Kota Berkelanjutan (Stu- up. Gramedia Pustaka.
di di Kabupaten Magetan). Jurnal Administrasi Sumarto, H. S. (2003). Inovasi, Partisipasi, dan Good
Publik, Volume 2, 217–223. Governance. Yayasan Obor Indonesia.
Junef, M. (2017). Penegakan Hukum Dalam Rangka Tangkilisan. (2005). Manajemen Publik. PT Gramedia.
Penataan Ruang Guna Mewujudkan Pemban- Yusuf, A. W. (2014). Partisipasi Masyarakat Dalam
gunan Berkelanjutan. Jurnal Penelitian Hukum Pembangunan Kota Yang Berkelanjutan Dan
DE JURE, Volue 17, 387–388. Berkeadilan. Jurnal Administrasi Publik, Volume
Kementerian LHK. (2018). Laporan Kinerja 2018 Ke- 11, 54–55.
260