Anda di halaman 1dari 17

PERANAN MASYARAKAT LOKAL DALAM PERENCANAAN RUANG

KAWASAN PERMUKIMAN KABUPATEN TEMANGGUNG


Su Ritohardoyo1 dan Agung Jauhari1.
1)
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Email: surito@ugm.ac.id

ABSTRAK

Makalah ini menyajikan hasil penelitian tentang (1) pengetahuan masyarakat dan pelaksanaan RTRW;
(2) peran serta masyarakat dalam pelaksanaan RTRW dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam pelaksanaan
RTRW; (3) hak masyarakat dalam pemanfaatan ruang. Penelitian dilakukan di Kecamatan Temanggung
menggunakan metode penelitian survei, dan pengumpulan data dari 80 rumahtangga responden, yang dipilih
secara acak sederhana. Data diolah menggunakan teknik skoring untuk kuantifikasi data kualitatif. Analisis
dilakukan secara kualitatif deskriptif maupun kuantitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di
Kawasan Pusat Perkotaan memiliki kondisi sosial ekonomi (rerata pendapatan) lebih baik daripada masyarakat
di Kawasan Perkotaan Pinggiran. Namun demikian pengetahuan masyarakat tentang RTRW dan pelaksanaan
RTRW relatif sama yakni pada tingkat rendah, karena belum adanya sosialisasi dari pemerintah. Peranserta
masyarakat dalam melaksanakan kewajiban pada RTRW dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam
pelaksanaan RTRW masih relatif rendah. Hak pemanfaatan ruang untuk bangunan perumahan dan status
pemilikan lahan sebagian besar milik pribadi berasal dari warisan. Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan
fasilitas permukiman cukup tinggi, ditunjukkan dari keterkaitan erat antara lokasi perumahan dengan fasilitas
jalan, pengelolaan limbah cair dan sampah, drainase, fasilitas umum berupa RTH.

Kata kunci: partisipasi masyarakat lokal, perencanaan dan pemanfaatan ruang, kawasan permukiman

ABSTRACT
This article presents the research’s result about (1) public knowledge of spatial planning and it’s
implementation; (2) the role of the community in implementing and controlling the use of space in the spatial
planning; (3) the right of people in the utilization of space, and control the use of space. The research was
carried out in Temanggung district used survey method for data collecting from 80 households are taken
randomly. The data were processed using scoring techniques for quantifying qualitative data. Analysis technique
was done qualitatively and quantitatively.This research shows that peoples in urban area have better socio-
economic condition than the peoples who live in urban fringe area, in term of average income rate. Howewer,
both of them have little knowledge about Spatial Planing and it’s implementation, due to lack of socialisation
from the government. Therefore, their participation on implementing the spatial planning and controlling land
utilisation also poor. Public right on land utilisation is showed by settlement and land ownership which mostly
from legacy. Peoples participation on facilities utilisation is good enough, which is showed by their settlements
that associated with roads, sewerage, garbage management, drainage channel, and green open space.

Keywords: local community participation, spatial and utilization planning, residential areas
1. PENDAHULUAN negatif, yang mungkin diterima lingkungan sebagai
akibat dari pemanfaatan ruang. Berkenaan dengan
Permasalahan tata ruang menyangkut UU No. 32 tahun 2004 isi UU Nomor 26 Tahun 2007
berbagai aspek, antara lain (Handiman, 2006): (a) tersebut, serta tentang Pemerintahan Daerah, maka
kebijakan Pemerintah yang tidak sepenuhnya kewenangan pemerintah kabupaten dalam
berorientasi kepada masyarakat, (b) para pelaku penyelenggaraan penataan ruang mencakup: (1)
pembangunan tidak terbuka dalam menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap
proses penataan ruang (gap feeling); (c) rendahnya penataan ruang wilayah kabupaten dan atau kota; (2)
upaya-upaya pemerintah dalam memberikan pelaksanaan penataan ruang wilayah; (3) pelaksanaan
informasi tentang akuntabilitas dari program penataan ruang kawasan strategis; (4) kerjasama
penataan ruang; (d) partisipasi masyarakat sudah penataan ruang antar kabupaten/kota, dan (5)
menjadi kepentingan bersama (common interest), memberi fasilitas kerjasama penataan ruang
namun pemahaman masyarakat masih terbatas; (e) antarkabupaten atau kota.
tidak optimalnya kemitraan atau sinergi antara swasta Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun
dan masyarakat dalam penyelenggaraan penataan 2007, Pasal 25 ayat (2) butir d, dikemukakan bahwa
ruang; dan (f) persoalan perencanan partisipatif saat penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW)
ini antara lain panjangnya proses pengambilan kabupaten harus memperhatikan daya dukung dan
keputusan. Jarak antara penyampaian aspirasi hingga daya tampung lingkungan hidup, dan Pasal 65 ayat
jadi keputusan relatif jauh. (3), tentang peran serta masyarakat dalam penataan
Sebenarnya permasalahan tata ruang dalam ruang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kaitannya dengan peranserta masyarakat dan dilakukan antara lain melalui partisipasi dalam
perhatian daya dukung lingkungan, sudah diatur penyusunan RTRW, pemanfaatan ruang, dan
secara hukum dalam penataan ruang dari tahapan pengendalian pemanfaatan ruang. Berdasarkan pada
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang. Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan
Melalui UU Otonomi Daerah No. 21 tahun 2000, Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009 pada Bab XI,
dikemukakan bahwa pemerintah pusat memberikan Pasal 70, tentang Peranserta Masyarakat, dinyatakan
persentase kewenangan yang lebih besar untuk bahwa masyarakat memiliki hak dan kesempatan
daerah dalam mengatur daerahnya sendiri secara yang sama dan seluas-luasnya untuk berperanserta
mandiri. Namun demikian di dalam UU 32/2004 aktif untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan
tentang Otonomi Daerah, telah terjadi penggeseran hidup.
pemahaman dan pengertian dari banyak pihak, Peranserta seseorang dalam suatu objek
tentang usaha pemanfaatan sumber daya alam, kegiatan tidak lepas dari tiga aspek (Ritohardoyo,
terutama asset yang selama ini dianggap untuk 2010): (1) pengetahuan tentang objek kegiatan, (2)
kepentingan pemerintahan pusat dengan segala persepsi mengenai ‘biaya’ objek kegiatan, dan (3)
perijinan dan aturan yang menimbulkan perubahan persepsi tentang manfaat dan risiko kegiatan. Variasi
kewenangan. ketiga aspek tersebut tidak lepas dari pengaruh ciri
Perubahan sebagai tanggapan dari sosio-ekonomik seseorang, maupun lingkungan
ketidakadilan selama ini, seperti perubahan dalam biofisik dan lingkungan budaya (Gambar 1.).
pengelolaan sumber daya alam yang tidak diikuti Pengetahuan seseorang tentang penataan ruang
oleh aturan yang memadai, serta tidak diikuti oleh merupakan salah satu faktor penentu pilihan, yang
batasan yang jelas dalam menjaga keseimbangan mendorong individu untuk berperanserta. Pembuatan
fungsi regional atau nasional. Meskipun di dalam UU keputusan memerlukan suatu perhitungan tentang
tersebut desa juga dinyatakan sebagai daerah otonom, hasil, dan manfaat yang akan diperoleh, serta
namun tidak memiliki kewenangan yang jelas. perhitungan kemungkinan risiko kegagalan yang
Dengan kata lain, sebagian besar kebijakan publik, akan dihadapi pada masa mendatang. Demikian juga
paling rendah masih diputuskan di tingkat kabupaten. persepsi tentang biaya, manfaat, dan risiko objek
Padahal, mungkin masalah yang diputuskan kegiatan akan mempengaruhi seseorang untuk
sesunggguhnya cukup diselesaikan di tingkat lokal mengambil keputusan berperanserta atau tidak
(desa). Panjangnya rentang pengambilan keputusan berperanserta dalam objek kegiatan tersebut.
tersebut merupakan potensi terjadinya deviasi, yang
pada gilirannya menyebabkan banyak kebijakan
publik yang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang disebutkan, bahwa
penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk
mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif,
berkelanjutan. Penataan ruang diharapkan mampu
mengharmonisasi lingkungan alami dan buatan,
memadukan penggunaan sumberdaya, serta
melindungi fungsi ruang demi mencegah pengaruh
Karaktersistik Sosio Budaya Individu

Ting
gi
Pengetahuan Peranserta Kabupaten Temanggung telah memiliki
Persepsi thd:
ttg: pelaksanaan, dalam:
tujuan, ** Seda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2011-
manfaat, dan perencanaan, ng
pelaksana-an, pelaksanaan, 2031 yang dikuatkan dengan Peraturan Daerah
resiko
dan manfaat dan Kabupaten Temanggung No. 1 Tahun 2012 tentang
penataan penataan
pemanfaatan Rencana Tata Ruang Wilayah (Sekda. Kab.
ruang
ruang penataan Rend
ah
Temanggung, 2012). Dalam kasus ini, mengacu pada
ruang
UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman (Lembaran Negara RI Tahun
Lingkungan Biofisik dan Budaya 2011 No. 7, dan No. 5188), dipilih Kecamatan
Temanggung, sebagai lokasi kajian perencanaan
ruang kawasan perumahan dan permukiman.
Gambar 1. Hubungan Peranserta dengan Faktor- Alasannya, karena memiliki posisi sebagai pusat
Faktor Pengaruh Ibukota Kabupaten Temanggung, dan pusat segala
kegiatan dengan berbagai fungsi penting bagi daerah,
Beberapa asumsi dapat diajukan, pertama di samping mampu menyumbangkan SPPT PBB
jika seseorang memahami tujuan dan manfaat terbesar di antara daerah-daerah kecamatan lain di
penataan ruang, dan memiliki kemampuan penilaian Kabupaten Temanggung.
yang cukup tentang biaya dan waktu yang harus Secara deskriptif komparatif implikasi
disediakan dalam ikut serta pada penataan ruang; RTRW 2011-2031 pada perencanaan lingkungan
maka yang bersangkutan akan memperhitungkan perumahan dan permukiman Kecamatan
risiko dan untung ruginya dalam berperanserta. Temanggung, dengan mengacu pada Standar
Seseorang yang memahami manfaat dan memiliki Nasional Indonesia (SNI 03-1733-2004, 2004), dapat
kepentingan, serta memahami pengorbanan (biaya, dihasilkan rumusan yang secara potensial dapat
waktu, dan tenaga kerja) yang harus dikeluarkan, menunjang pembentukan model peran masyarakat
cenderung berpatisipasi tinggi, jika manfaat yang dalam perencanaan ruang kota. Jika dicermati makna
akan diperoleh lebih besar daripada pengorbanan. tujuan perencanaan lingkungan menyangkut harapan
Kedua, walaupun seseorang memahami mendapatkan ‘gambaran’ lingkungan seperti apa
tujuan dan manfaat penataan ruang, tetapi tidak yang diinginkan oleh masyarakat setempat (sebagai
melihat kemungkinan manfaat yang seimbang dengan penghuni). Untuk mendapatkan ini, partisipasi
pengorbanannya untuk memanfaatkan ruang, maka masyarakat mutlak diperlukan. Peranserta
cenderung berperanserta rendah dalam penataan masyarakat dalam perencanaan ruang wilayah secara
ruang. Demikian juga seseorang cenderung akan formal, baru tertuang pada UU No. 24 Tahun 1992
berperanserta rendah dalam penataan ruang jika: (1) tentang Penataan Ruang, yang selanjutnya diikuti
tidak memiliki kepentingan mendesak untuk oleh Peraturan Pemerintah, pada tanggal 3 Desember
memanfaatkan ruang, (2) mengetahui bahwa apabila 1996, yaitu PP No.69 Tahun 1996 tentang
tidak berperan-serta tidak ada sanksinya, dan (3) Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan
memiliki persepsi bahwa pengorbanan yang harus Tata Cara Peranserta Masyarakat dalam Penataan
dikeluarkan relatif besar tidak sesuai dengan Ruang.
manfaatnya. Dalam RTRW Kabupaten Temanggung
Penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan Tahun 2011-2031, disebutkan bahwa untuk kegiatan
ruang yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan. penataan ruang wilayah, masyarakat setempat berhak:
Penataan ruang diharapkan mampu mengharmonisasi (1) berperanserta dalam perencanaan, pemanfaatan
lingkungan alami dan buatan, memadukan dan pengendalian pemanfaatan ruang; (2)
penggunaan sumberdaya, serta melindungi fungsi mengetahui secara terbuka rencana tata ruang
ruang demi mencegah pengaruh negatif, yang wilayah Kota Temanggung; (3) menikmati
mungkin terjadi dan diterima lingkungan sebagai pemanfaatan ruang atau pertambahan nilai ruang
akibat dari pemanfaatan ruang. Dalam kaitannya akibat dari penataan ruang; (4) memperoleh
dengan tujuan perencanaan lingkungan adalah untuk penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya
mendapatkan gambaran lingkungan seperti apa yang akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang
diinginkan oleh masyarakat setempat (penghuni). sesuai dengan rencana tata ruang; (5) mengajukan
Untuk mendapatkan ini, tentunya informasi tentang keberatan pada masa atau periode tertentu yang
partisipasi masyarakat mutlak diperlukan. Dalam ditetapkan; dan (6) mendapat perlindungan dari
kenyataannya, pada tingkat ini jumlah masyarakat kegiatan-kegiatan yang merugikan.
yang terlibat sangat kecil, padahal di tingkat inilah Berdasarkan pada masalah tersebut
kemungkinan penentuan kebijakan yang demokratis penelitian ini bertujuan untuk mengkaji (1)
dapat diwujudkan. Oleh karena itu dilakukan kajian pengetahuan masyarakat tentang RTRW dan
tentang peranan masyarakat lokal dalam perencanaan pelaksanaan RTRW; (2) peranserta masyarakat dalam
ruang kawasan permukiman menngambil kasus melaksanakan kewajiban pada RTRW dan
Kabupaten Temanggung. pengendalian pemanfaatan ruang dalam proses
pelaksanaan RTRW; (3) hak masyarakat dalam
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan Temanggung, yang secara keruangan dilaksanakan
ruang. pada blok utama di pusat kota yakni Kalurahan
Temanggung I, dan blok kedua di BWPPK yakni
2. DATA DAN METODE PENELITIAN Kelurahan Kowangan (Gambar 1. dan Tabel 1.).
Pertimbangannya, untuk memperoleh kebutuhan data
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan
secara komparatif keruangan dapat terpenuhi, dengan
Temanggung, terutama di Bagian Wilayah Perkotaan
mengukur aspek sosial ekonomi dan respon
yang selanjutnya disingkat BWP dan Bagian Wilayah
masyarakat terhadap pelaksanaan RTRW.
Perdesaan Pingiran Kota (BWPPK). Berdasar pada
pembagian daerah tersebut, penelitian ini secara
khusus mengambil lokasi kawasan BWP Kecamatan

Gambar 1. Peta Administrasi Kota Temanggung

Tabel 1. Luas Lahan menurut Blok Areal di Sub


BWP Temanggung Dua jenis data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
No Nama Blok Luas No Nama Luas Data primer maupun data sekunder dijabarkan dari
(Ha) Blok (Ha) beberapa variabel utama. Jenis data yang digunakan
1 Temanggung 41 13 Jurang 108 secara rinci, beserta sumbernya tersebut dapat
I ditunjukkan pada Tabel 2. berikut. Responden di
2 Temanggung 76 14 Tlogorejo 230 dua kelurahan sebesar 1.611 KK, dengan jumlah
II sampel yang diambil sebanyak 5 persen dari seluruh
3 Jampiroso 66 15 Manding 163 jumlah populasi, adalah sebanyak 80 KK dianggap
4 Jampirejo 86 16 Kebonsari 88 representatif. Asumsinya setiap reponden dalam
5 Butuh 32 17 Sidorejo 160 populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
6 Banyuurip 56 18 Walitelon 181 terpilih sebagai sampel. Penentuan jumlah sampel di
Utara setiap kelurahan dilakukan secara acak proporsional
7 Kertosari 147 19 Walitelon 179 sederhana sebanyak 44 KK untuk Kelurahan
Selatan Temanggung I, dan 36 KK di Kelurahan Kowangan.
8 Kowangan 196 20 Joho 94
9 Madureso 238 21 Gilingsari 128
10 Purworejo 107 22 Guntur 67
11 Giyanti 93 23 Lungge 153
12 Mungseng 104 24 Mudal 287
Luas Total 3080
Sumber: Bappeda Kab. Temanggung, 2015.
Tabel 2. Jenis Data dan Sumber Data di Daerah (2) Analisis kuantitatif, dilakukan untuk menjawab
Penelitian beberapa pertanyaan penelitian rinci, terutama
analisis komparatif ataupun korelasional.
No. Jenis Data Keberlakuan jawaban pertanyaan penelitian rinci
DATA PRIMER diuji menggunakan analisis tabulasi silang.
1. Identitas sosial ekonomi rumahtangga Penyusunan rekomendasi untuk pelaksanaan
responden (jenis kelamin, umur, jumlah RTRW didasarkan pada hasil analisis aspek
anggota keluarga, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, persepsi, dan partisipasi
pemilikan pekarangan, pertanian, dan masyarakat dalam kaitannya dengan undang-
pendapatan) undang tata ruang dan RTRW.

2. Pengetahuan tentang undang-undang tata


ruang, RTRW, sumber informasi, tujuan, 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
manfaat, pelaksanaan, dan tentang
keuntungan dan kerugian. A. Karakteristik Sosial Ekonomi Penghuni
Kawasan Permukiman
3. Persepsi terhadap undang-undang tata ruang, Kawasan permukiman adalah areal di luar
RTRW, sumber informasi, tujuan, manfaat, kawasan lindung, yang diperuntukan sebagai
pelaksanaan, dan tentang keuntungan dan lingkungan tempat hunian penduduk, dan tempat
kerugian. kegiatan untuk mendukung kehidupan dan
penghidupan. Peruntukan lahan permukiman,
4. Peranserta dalam pelaksanaan kewajiban, Kabupaten Temanggung seluas 14.698 hektar,
dalam penyuluhan tentang RTRW, peranserta mencakup kawasan permukiman perkotaan dan
dalam pengendalian pemanfaatan ruang. perdesaan. Namun demikian luas kawasan
permukiman perkotaan terutama Kecamatan
Peranserta dalam menuntut hak atas masalah Temanggung hanya sebesar 46,95 persen atau 69 km2
5. kerugian akibat pelaksanaan, dan hak (BPS. Kab. Temanggung, 2013).Daerah perkotaan
perlindungan seluas itu terbagi ke dalam delapan kelurahan, dengan
luas bervariasi antara 3,7 km2 hingga 21,5 km2.
DATA SEKUNDER Jumlah total penghuni oleh 31.988 jiwa dengan
Kondisi fisik, biotik, dan sosio-ekonomik variasi antara 3.237 jiwa (Kelurahan Butuh) hingga
1. wilayah pesisir secara umum 5.425 jiwa (Kelurahan Kertosari). Kepadatan
Penyusunan dan pelaksanaan RTRW dan penduduk terendah sebesar 185 jiwa/km2 (Kelurahan
2. kendala yang dihadapi Kowangan), tertinggi 875 jiwa/km2 di Kelurahan
Dokumen RTRW Kabupaten Temanggung Butuh, sedangkan Kepadatan penduduk di Kota
3. dan RDTR Kabupaten Temanggung Temanggung 464 jiwa/km2 (Tabel 3.).
Kepadatan penduduk tertinggi di Kelurahan
Data hasil pengukuran maupun data yang Butuh karena lokasinya berbatasan dengan pusat kota
telah diperoleh dari sumber lain, dianalisis dan luas daerahnya paling sempit (3,7 Km2). Hal ini
menggunakan dua cara, baik analisis kuantitatif berbeda dari jumlah penduduk Kelurahan Kowangan
maupun analisis kualitatif. mempunyai jumlah penduduk sedikit, namun
(1) Analisis kualitatif dilakukan dengan cara daerahnya terluas sehingga meskipun letaknya berada
deskriptif untuk karakteristik responden, yakni di pinggiran kota menyebabkan kepadatan penduduk
dengan cara menyusun uraian atas dasar nilai Kelurahan Kowangan paling rendah 185 (jw/Km2).
relatif dari setiap faktor, yang mempengaruhi Jumlah dan kepadatan penduduk, serta dinamikanya
dalam pengambilan keputusan partisipasi dalam merupakan salah satu aspek penting dalam
pelaksanaan RTRW. Analisis kualitatif lainnya menentukan kuantitas, jenis, dan kualitas
mencitra kawasan permukiman atas dasar permukiman. Jumlah penduduk berbanding lurus
RTRW dan RDTR. Oleh karena itu analisis dengan kebutuhan ruang, terutama untuk
mencakup dua hal: permukiman dan fasilitas umum. Akibatnya Kota
(a) Karakteristik sosial ekonomi responden baik Temanggung semakin padat dan berkembang ke
meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, pinggiran kota, dan berpengaruh terhadap
pekerjaan, pemilikan asset, serta perkembangan prasarana dan sarana sosial ekonomi.
pendapatan.
(b) Penilaian responden terhadap variabel-
variabel yang terkait dengan pelaksanaan
RTRW dan RDTR, baik pelaksanaan
kewajiban dan pemanfaatan hak
perlindungan.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Temanggung 6 Banyuurip 6,6 3537 536
Luas Jumlah Kepadatan 7 Kertosari 11,8 5425 460
No Kelurahan Daerah Penduduk (jw/Km2) 8 Kowangan 21,5 3973 185
(Km2) (jw)
Jumlah 69,0 31988 464
1 Temanggung 4,8 3697 770 Sumber: BPS. Kab. Temanggung, 2013.
I Rumahtangga Kecamatan Temanggung
2 Temanggung 5,3 4216 795 dicirikan oleh lingkungan biofisik dan
II permukimannya, tampak pada sebagian besar
3 Jampiroso 5,7 3497 614 penggunaan dan peruntukan lahan, yang didominasi
oleh bentuk penggunaan lahan pertanian (Gambar
4 Jampirejo 9,6 4406 459 2.).
5 Butuh 3,7 3237 875

Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Kota Temanggung

Sebagian besar masyarakat perkotaan Temanggung terdukung oleh sektor jasa, yang berperan tertinggi
(76%) bekerja di sektor non pertanian, sedangkan (30,0%), sektor perdagangan, hotel dan restoran
yang bekerja di sektor pertanian tinggal sebesar
(24%). Di antara anggota masyarakat menuturkan, (20,0%), dan peran sektor pertanian sebesar 14,0
bahwa mata pencaharian sebagai petani bukan persen. Laju pertumbuhan PDRB kecamatan
menjadi satu-satunya matapencaharian utama. bervariasi baik menurut harga yang berlaku maupun
Mereka yang bekerja sebagai petani juga bekerja harga konstan. Pertumbuhan ekonomi menurut harga
sebagai pedagang, atau pegawai negeri. Mata berlaku sebesar 14,15%, dan menurut harga konstan
pencaharian rumahtangga banyak mengalami sebesar 7,47%. Kemampuan daerah dalam
diversifikasi sejalan dengan perkembangan perkotaan menciptakan nilai tambah per satu orang penduduk
Temanggung, yang berpengaruh pada kemampuan dalam jangka waktu satu tahun, ditunjukkan dari
menjangkau kebutuhan hidup. kenaikan PDRB perkapita sebagai salah satu
Peran masyarakat dan daerah kecamatan ini indikator kesejahteraan, yakni sebesar 13,16 persen,
tampakpada besarnya sumbangan tertinggi pada selama tahun 2012-2013.
PDRB Kabupaten Temanggung (12,96% atau Rp. Karakteristik kawasan perkotaan yang
896.244.840,-). Kecamatan ini sebagai pusat kota tercermin pada dominasi pekerjaan penduduk di
pemerintahan dan ekonomi kabupaten, menempati sektor non pertanian dan kegiatan sosial budaya,
posisi peranan tertinggi di antara 20 kecamatan yang tampak pada sarana dan prasarana kegiatan ekonomi
ada. Peranan terbesar Kecamatan Temanggung berupa pasar, perkantoran n e g e r i d a n swasta,
berada di kota bagian selatan, sedangkan pusat Tabel 4. Komposisi Rumah Tangga Berdasar
pelayanan pemerintahan terdapat di kota bagian utara Pendapatan
dan barat. Daerah perkotaan sebagai pusat ekonomi No Lokasi Kawasan Permukiman
membutuhkan banyak sumberdaya manusia sebagai Permukiman Pusat Kota Pinggiran Kota
p enggeraknya. D a t a B P S Kabupaten Temanggung Komponen
(2015) menunjukkan bahwa p enduduk di pusat Kota Pendapatan Juml Persen Jumlah Persen
Temanggung (Kelurahan Temanggung) banyak (Rp. /bulan) ah
bergantung pada sektor perdagangan, swasta, dan 1. < 1.000.000 3 6,5 17 46,7
jasa. Selain itu juga bergantung pada sektor industri 2. 1.000.001 - 24 54,8 19 53,3
pengolahan dan pengangkutan, sebagian kecil 3.000.000
penduduk menjadi pegawai negeri. Pekerjaan sebagai 3. 3.000.001 - 10 22,6 0 0,0
petani masih digeluti oleh sebagian penduduk yang 5.000.000
bermukim didaerah perkotaan pinggiran (Kelurahan 4. > 5.000.000 7 16,1 0 0,0
Kowangan), yang masih terdapat lahan untuk bertani. Total 44 100,0 36 100,0
Penduduk di pinggiran kota banyak yang bekerja di Rerata Pendapatan 2.998.500 1.299.500
sektor informal sebagai sopir, buruh, dan karyawan (Rp/bulan)
toko, serta berwiraswasta di samping sebagai petani. Sumber: Analisis Data Primer, 2016
Aspek penting terkait dengan sosial
ekonomi masyarakat perkotaan ini adalah pendapatan Perkembangan wilayah perkotaan
rumahtangga, yang bermanfaat untuk memenuhi Temanggung sangat bergantung pada faktor ekonomi,
kebutuhan hidup mereka. Peningkatan pendapatan yang berperanan sebagai faktor penentu dan pemicu
d a p a t sebagai penentu status sosial masyarakat, untuk terjadinya suatu pengembangan wilayah.
dimana keadaan pendapatan masyarakat secara Ekonomi bergerak secara menyeluruh dan memiliki
potensial dapat menggambarkan status kualitas pengaruh sangat besar pada setiap tipe wilayah.
tempat tinggal yang semakin baik. Asumsinya, jika Ketidaksiapan suatu wilayah pada pengaruh ekonomi,
kebutuhan primer terpenuhi maka kelebihan akan berpengaruh langsung pada tingkat
pendapatan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut, dan
kesejahteraan dan statussosial, salah satunya adalah menuntut terjadinya suatu perkembangan agar untuk
peningkatan kualitas bangunan rumah tempat tinggal. mengimbangi dinamika ekonomi yang terus maju.
Hasil penelitian mengenai penghasilan Pengaruh tersebut menyebabkan terjadinya dinamika
rumahtangga, di kawasan perkotaan Kabupaten spasial, sosial, dan ekonomi antardaerah kecamatan
Temanggung bervariasi sejalan dengan variasi jenis hingga perdesaan, bahkan antarrumahtangga.
pekerjaan. Kelompok masyarakat berpendapatan Komposisi ruang untuk kawasan
rendah (<Rp 1.000.000) lebih banyak (Tabel 4.). di permukiman di kecamatan Temanggung cukup
kawasan permukiman pinggiran kota (46,7%) tinggi. Luas lahan pertanian sawah sebesar 42,01
daripada di kawasan permukiman pusat kota persen, lebih sempit dari pada luas lahan non
(6,5%). Kesamaan proporsi pendapatan antara pertanian yang didominasi lahan untuk kawasan
masyarakat di pusat kota dengan masyarakat di permukiman (57,99%). Pemanfaatan lahan untuk
pinggiran kota (>50,00%), terjadi pada kelompok permukiman, lebih banyak untuk tempat tinggal.
masyarakat berpendapatan kategori cukup (Rp Ditinjau dari aspek sebarannya lebih bersifat
1.000.001 – Rp. 3.000.000,-). Ditinjau dari besarnya mengelompok, atau memiliki pola mengelompok.
rerata pendapatan terdapat perbedaan yang cukup Keberadaannya dekat dengan lahan pertanian,
mencolok, yakni pendapatan kelompok masyarakat sebagai perwujudan penataan ruang perdesaan alami,
per bulan di pusatkotalebih t i n g g i ( R p . 2.998.500,- sehingga mempermudah masyarakat dalam mencapai
) dari pada p e n d a p a t a n kelompok m a s y a r a k a t tempat bekerja. Hal yang mencolok dari pola sebaran
p e r b u l a n d i pinggirankota ( R p . 1.299.500,-) . permukiman adalah mengelompok memusat, dimana
Kenyataan ini menunjukkan bahwa semakin kearah pusat kota berada di pusat Kecamatan Temanggung
luar kota rerata pendapatan masyarakat semakin dalam kelompok besar, sedangkan yang lain
rendah, di bawah upah minimum kota (UMK), yang merupakan permukiman dalam kelompok kecil
besarnya Rp. 1.313.000,-/bulan (Anonimus, 2016). menyebar di daerah sekitarnya.
Maknanya, peran kota sebagai pusat kegiatan B. Pengetahuan Masyarakat tentang
ekonomi non pertanian lebih memiliki kemampuan Perencanaan Ruang Kawasan Permukiman
memberikan kesempatan kerja dan kesejahteraan
penghuninya lebih baik, daripada di pinggiran kota. Pengetahuan dalam penelitian ini diartikan
Perbedaan kondisi sosial ekonomi masyarakat di sebagai pemahaman hasil pembelajaran, dan
pusat kota dengan di pinggiran kota, berimplikasi pengalaman seseorang dan atau sekelompok orang,
pada perbedaan potensi pemanfaatan ruang untuk yang terakumulasi sehingga dapat diaplikasikan ke
kawasan permukiman. dalam pemecahan masalah tertentu. Dalam kasus
pengetahuan baik seseorang maupun sekelompok
penghuni permukiman, menyangkut pemahaman
tentang norma dan aturan, keberadaan, bentuk, memperoleh informasi dari media massa baik koran
ukuran, serta apa yang harus diperlakukan pada maupun televisi.
bangunan rumah tempat tinggal, beserta fasilitas dan
lingkungannya. Ukuran pengetahuan dan pemahaman Tabel 6. Komposisi Rumahtangga Berdasar
ditunjukkan dalam kaitannya dengan pendidikan Pengetahuan tentang UUTR
sebagai salah satu sumber pengetahuan.
Akses terhadap pendidikan bagi masyarakat N Lokasi Kawasan Permukiman
Kecamatan Temanggung, terutama di pusat kota dan o Permukim
pinggiran kota ternyata bervariasi, sehingga an Pusat Kota Pinggiran
memungkinkan terjadinya variasi pengetahuan umum Kota
atau khusus tentang objek pembangunan. Pendidikan Pengetahu Jumla Perse Jumla Perse
berperanan sebagai pembentuk polapikir pada an UUTR h n h n
masyarakat dalam kehidupannya, termasuk dalam hal 1. Rendah 31 71,0 26
tentang kawasan permukiman. Masyarakat yang (skor <12) 72,2
berpendidikan tentunya akan lebih sadar tentang 2. Sedang 10 22,6 9
pentingnya permukiman yang berkualitas. Kepala (skor 12 -
keluarga yang pada umumnya bertanggungjawab <17) 25,0
terhadap urusan bangunan rumah tempat tinggal 3. Tinggi 3 6,5 1
dan lingkungannya, maka dalam pengukuran (skor >17) 2,8
pengetahuan mereka, pertama diukur tingkat 44 36
pendidikannya, kedua diukur dari pengalaman Total 100,0 100,0
mereka terkait dengan objeknya. Sumber: Analisis Data Primer, 2016
Hasil penelitian (Tabel 5.) menunjukkan Kenyataan pengetahuan penduduk tentang
bahwa jumlah kelompok kepala keluarga yang UUTR dalam kaitannya dengan kawasan
berpendidikan SLTA di pusat kota, lebih banyak permukiman mereka, di kedua daerah yang relatif
(61,3%) daripada jumlah kelompok kepala keluarga rendah adalah wajar. Hal ini di samping pengakuan
yang berpendidikan SLTA di kota pinggiran (36,5%). masyarakat merasa belum pernah memperoleh
Sebaliknya, kelompok kepalakeluarga berpendidikan penerangan ataupun penyuluhan tentang UUTR, juga
SD dan SLTP (29,1%) di pusat kota, lebih sedikit didukung informasi dari penuturan informan di
daripada kelompok kepala keluarga berpendidikan daerah penelitian, yang menyatakan memang belum
SD dan SLTP di pinggiran kota (60,8%). Hal ini pernah dilaksanakan penerangan ataupun penyuluhan
menunjukkan bahwa penduduk pusat kota memiliki tentang UUTR. Artinya peran Pemerintah Daerah
pengetahuan umum lebih tinggi, daripada penduduk Kabupaten Temanggung dalam usaha
di pinggiran kota. menyebarluaskan pengertian dan pentingnya UUTR
kepada masyarakat, baik berwujud dokumen, dan
Tabel 5. Komposisi Rumahtangga Berdasar peraturan daerah, belum disosialisasikan lewat
Pendidikan berbagai penyuluhan.
Lokasi Kawasan Permukiman Hasil penelusuran pengetahuan penduduk
Permukima Pusat Kota Pinggiran khususnya tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
n Kota (RTRW) dalam kaitannya dengan kawasan
permukiman, baik di pusat kota maupun di pinggiran
Pendidikan Jum Perse Jumlah Perse kota ternyata memiliki pola yang sama dengan
lah n n pengetahuan tentang UUTR. Kesamaan terjadi pada
1. SD 3 6,5 10 27,7 sebagian besar (>65%) di antara mereka memiliki
2. SLTP 10 22,6 12 33,1 pengetahuan rendah atau tidak memahami (Tabel 7.).
3. SLTA 27 61,3 13 36,5 Ketidak-pahaman mereka sebagai akibat belum
4. D3 dan S1 4 9,7 1 2,7 pernah memperoleh penerangan atau penyuluhan
44 36 langsung tentang pentingnya RTRW. Beberapa di
Total 100,0 100,0 antara mereka yang mengetahui tentang RTRW
menyatakan memperoleh informasi dari media masa
Sumber: Analisis Data Primer, 2016
baik koran maupun televisi dan sebagian lagi
Ditinjau dari pengetahuan penduduk yang
memperoleh informasi dari internet web Kabupaten
lebih khusus, terutama tentang Undang Undang Tata
Ruang (UUTR) dalam kaitannya dengan kawasan Temanggung. Mereka ini adalah kelompok kecil
permukiman mereka, baik di pusat kota maupun di masyarakat yang berpendidikan SLTA, Diploma dan
S1, yang berdomisili di pusat kota Temanggung.
pinggiran kota, ternyata sebagian besar (>70%) di
antara mereka berpengetahuan rendah atau belum
tahu (Tabel 6.). Ketidaktahuan tersebut disebabkan Tabel 7. Komposisi Rumah Tangga Menurut
belum pernah memperoleh penerangan ataupun Pengetahuan Tentang RTRW
penyuluhan tentang pentingnya UUTR. Di antara N Lokasi Kawasan Permukiman
mereka yang mengetahui UUTR mengaku
o Permukim Pusat Kota Pinggiran penataan ruangnya. Dokumen RTRW tersebut masih
an Kota dalam proses revisi beberapa hal untuk
peneyempurnaan. Oleh karena itu adalah suatu
Pengetahu Jumla Perse Jumla Perse kewajaran jika sebagian anggota masyarakat belum
an RTRW h n h n memahami tentang RTRW daerah tempat tinggalnya.
1. Rendah 29 65,9 25
(skor <12) 69,4 C. PERSEPSI DAN PARTISIPASI
2. Sedang 10 22,7 9 MASYARAKAT TERHADAP
(skor 12 - PERENCANAAN RUANG KAWASAN
<17) 25,0 PERMUKIMAN
3. Tinggi 5 11,4 2
(skor >17) 5,6 1). Persepsi Masyarakat terhadap RTRW
Total 44 100,0 36 100,0
Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Masyarakat Kota Temanggung seperti
dikemukakan di atas belum memiliki pemahaman
Kesamaan pengetahuan tentang RTRW pada yang cukup baik mengenai RTRW. Istilah RTRW
kategori rendah antara masyarakat kawasan sendiri memang belum begitu familiar bagi
permukiman di pusat kota dengan di pinggiran kota masyarakat awam, sehingga masih perlu adanya
adalah wajar, mengingat jarak lokasi kedua kawasan penjelasan lebih lanjut untuk mengetahui persepsi
permukiman tersebut relatif dekat (jarak + 5 km). Di masyarakat terhadap kondisi RTRW, terutama di dua
samping itu meski status administratif kelurahan daerah kajian yakni di kawasan permukiman pusat
termasuk perkotaan, namun sifat fisik pinggiran kota kota dan pinggiran kota. Jika dibandingkan kedua
masih berupa permukiman perdesaan. Informasi dari kawasan tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 3.
penuturan beberapa Staf Bappeda Kabupaten dan Gambar 4., mengenai Rencana Detil Tata Ruang
Temanggung, hingga saat ini RTRW masih (RDTR).
merupakan dokumen rencana, belum dilaksanakan

Gambar 3. Peta Rencana Pemanfaatan Ruang BWP I

Kondisi RDTR pusat kota yang terdapat di Kalurahan perdagangan dan jasa, industri, dan sarana pelayanan
Temanggung memang yang paling luas adalah umum.
kawasan permukiman, disusul kawasan perkantoran,
Gambar 4. Peta Rencana Pemanfaatan Ruang BWP II

Kawasan ruang terbuka hijau (RTH) baik Tabel 8. Komposisi Rumahtangga menurut Persepsi
RTH privat maupun RTH publik relatif sempit. Hal terhadap RTRW
tersebit berbeda dengan kondisi RDTR yang terdapat N Lokasi Kawasan Permukiman
di pinggiran kota, kawasan permukiman cukup luas, o Permukim Pusat Kota Pinggiran
namun kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa, an Kota
industri, dan sarana pelayanan umum lebih sempit
daripada di pusat kota. Demikian pula kawasan RTH Persepsi Jumla Perse Jumla Perse
proporsi RTH publik hanya sebagian kecil saja. thd h n h n
Pandangan masyarakat terhadap proporsi tersebut RTRW
memang dibenarkan oleh masyarakat. Hal tersebut 1. Rendah 26 59,1 25
karena masih banyaknya sawah, kebun, dan (skor <16) 69,4
pekarangan rumah yang dimiliki oleh masyarakat, 2. Sedang 10 22,7 8
serta sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai (skor 16 -
petani. <22) 22,2
3. Tinggi 8 18,2 3
Berkaitan dengan pandangan masyarakat (skor > 22) 8,3
terhadap distribusi peruntukan ruang tersebut, lebih Total 44 100,0 36 100,0
lanjut ditelusuri persepsi mereka terhadap keberadaan Sumber: Analisis Data Primer, 2016.
RTRW dan RDTR di daerahnya. Persepsi mereka
dapat dikategorikan menjadi 3 klas, persepsi rendah Alasan mereka yang mempersepsikan
atau kurang baik, persepsi sedang atau cukup baik, RTRW dan RDTR tidak baik, karena sampai saat
dan persepsi tinggi berarti baik (Tabel 8.). Hasil penelitian dilakukan, mereka merasa tidak dan atau
analisis data persepsi masyarakat menunjukkan belum tahu apa keuntungan dan kerugian yang akan
bahwa secara keruangan sebagian besar (hampir diperoleh, jika keberadaan rencana tersebut
60%) persepsi masyarakat di pusat kota maupun dilaksanakan. Misalnya bagi masyarakat yang berada
pinggiran kota termasuk kategori rendah atau RTRW di sekitar lokasi RTH publik berupa taman kota
dianggap kurang baik bagi mereka. Hanya sebagian maupun rekreasi, stadion, dan jalur hijau, tidak
kecil saja yang menganggap RTRW dan RDTR terganggu dengan keberadaan ruang publik tersebut.
tersebut baik. Bahkan mereka mendapatkan manfaat dari adanya
ruang publik karena dapat dimanfaatkan sebagai
tempat rekreasi keluarga, tempat olah raga, bahkan
sebagai tempat berjualan untuk menambah Bappeda Kabupaten Temanggung (2015)
penghasilan. menjelaskan tentang peranserta masyarakat dalam
penataan ruang dilakukan pada tahap (a)
Menurut masyarakat setempat yang kurang
perencanaan, (b) pemanfaatan ruang; dan (c)
setuju terhadap keberadaan RTRW dan RDTR,
pengendalian pemanfaatan ruang. Seharusnya, bentuk
karena ruang yang sudah dimanfaatkan baik di pusat
peranserta masyarakat dalam perencanaan tata ruang
kota maupun di pinggiran kota, sudah tertata dengan
meliputi saran, pendapat, dan masukan, antara lain
baik dan mereka merasa settled (krasan). Alasan ini
tentang (1) persiapan penyusunan RDTR, (2)
cukup logis, mengingat sebagian besar dari mereka
penentuan arah pengembangan wilayah, (3)
adalah penduduk asli, yang sudah adaptasi cukup
pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan
lama terhadap lingkungan permukiman sekitarnya.
wilayah, (4) perumusan konsepsi RDTR, dan (5)
Akibatnya mereka menganggap tidak perlu lagi
penetapan RDTR. Di samping itu bentuk peranserta
adanya RTRW dan RDTR, karena mereka sudah puas
terwujud dalam kerja sama Pemerintah Daerah
dengan apa yang tersedia di lingkungannya.
dengan unsur masyarakat dalam perencanaan tata
Terkait dengan persepsi mereka terhadap
ruang. Namun demikian dalam kenyataannya
salah satu komponen lingkungan permukiman yakni
peranserta masyarakat yang terwujud ke dalam
RTH di pusat kota, di antara mereka menyetujui jika
kegiatan tersebut belum dilakukan masyarakat,
pemerintah mau menambahkan lahan untuk RTH
karena wujud rencanaannya sudah ada dalam wujud
publik. Alasannya, ruang publik dapat digunakan
dokumen, yang disusun oleh Bappeda dan
bersama tanpa harus dipungut biaya, dapat
Pemerintah Daerah, hingga saat penelitian ini belum
memperindah lingkungan dengan banyak pepohonan
ditetapkan dan disosialisasikan.
yang ada, serta memberikan kontribusi yang besar
Beberapa informan dari Bappeda dan
terhadap semakin tingginya polusi seiring
Pemda Kabupaten Temanggung menuturkan, bahwa
meningkatnya volume kendaraan. Selama ini RTH
RTRW dan RDTR sudah tersedia. Namun hingga
publik telah dirasakan kemanfaatannya oleh
tahun 2014/2015 dokumen tersebut masih dalam
masyarakat di antaranya adalah taman, stadion dan
proses revisi beberapa ketidaktepatan, ketidak
lapangan, jalur hijau, dan hutan kota. Satu hal penting
sesuaian, dan beberapa kesalahan. Ditinjau dari segi
tentang alasan persepsi mereka baik, walaupn baru
pemanfaatan ruang yang ada di Kecamatan
sekelompok kecil anggota masyarakat, tetapi jelas
Temanggung memang masih didominasi
bahwa faktor keuntungan yang dapat dimanfaatkan
pemanfaatan sektor pertanian, dengan penggunaan
dan dirasakan tanpa pengeluaran biaya.
lahan utama yang ada di kecamatan tersebut
Kondisi pengetahuan dan persepsi
merupakan lahan pertanian. Hal tersebut dikarenakan
masyarakat secara umum pada kategori rendah,
lingkungan fisik daerah yang masih banyak
merupakan akibat keterbatasan penyebarluasan
dipengaruhi oleh keberadaan gunungapi yang berada
informasi. RTRW dan RDTR. Namun sebenarnya
dekat dari lokasi tersebut. Keberadaan gunungapi
pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung
tersebut mengakibatkan lahan yang terdapat di daerah
sendiri telah memiliki web resmi pemerintah, yang
ini tergolong subur dan ketersediaan air melimpah.
memuat berbagai informasi UU, PP maupun Perda
Hal tersebut yang menyebabkan total produksi
dan juga RTRW, yang berhubungan dengan
pertanian dari Kecamatan Temanggung termasuk
perkembangan kawasan perkotaan dan perdesaan.
tinggi. Kondisi kesuburan tanah yang tersedia, pada
Keberadaan web tersebut selain memuat berbagai
awalnya merupakan daya tarik penduduk untuk
informasi kebijakan publik, yang dapat dilihat dan
bermukim dengan kegiatan utama pada sektor
dibaca online oleh masyarakat luas untuk dapat
pertanian, yang selanjutnya berkembang ke non
mengetahui, mempersepsi dan berpartisipasi secara
pertanian terutama perdagangan, yang mengarah ke
tidak langsung dalam pelaksanaan RTRW dan
terbentuknya kawasan permukiman perkotaan, dan
RDTR. Namun demikian sebagai media informasi
kehidupan kekotaan seperti terlihat hingga saat ini.
untuk sosialisasi UU, PP, Perda bagi anggota
Pemanfaatan ruang atau kawasan untuk
masyarakat Temanggung secara luas masih terbatas,
permukiman oleh warga masyarakat sebagai tempat
mengingat akses internet baru digunakan oleh
tinggal menetap sudah cukup padat. Persebarannya
sebagian kecil anggota masyarakat. Dalam
bersifat mengelompok, namun secara umum tersebar
kenyataannya, walaupun telah dilegalisasi dan
dengan pola memanjang jalur transportasi. Kawasan
disosialisasikan mengenai RTRW dan RDTR,
permukiman di daerah ini masih banyak yang berada
kenyataannya masih sulit bagi masyarakat secara
dekat dengan lahan pertanian. Hal tersebut
komunal mampu berpartisipasi aktif dalam ruang
menandakan bahwa penataan ruang oleh masyarakat
permukiman mereka.
setempat merupakan strategi yang dimaksudkan
untuk mempermudah masyarakat dalam mencapai
2). Peranserta Masyarakat dalam Perencanaan tempat pekerjaan terutama lahan pertanian. Namun
dan Pemanfaatan Ruang Kawasan demikian ke arah pusat pelayanan pemeritahan dan
Permukiman jasa terjadi pemadatan bangunan rumah tempat
tinggal maupun bangunan rumah non permukiman dimungkinkan sebagai akibat perbedaan kehidupan
terutama di pusat ibu kota Kabupaten Temanggung. sosial ekonomi masyarakatnya yang berbeda.
Pemanfaatan ruang untuk kawasan
permukiman merupakan salah satu wujud nyata
Tabel 9. Komposisi Rumah Tangga Menurut
peranserta masyarakat secara langsung dalam
Beberapa Aspek Bangunan Rumah
membentuk dan menata ruang dan lingkungannya.
Kawasan permukiman di di daerah kecamatan ini No Lokasi Kawasan Permukiman
berisi berbagai prasarana dan sarana permukiman, Permukiman
antara lain sarana hunian atau perumahan, jaringan Pusat Kota Pinggiran Kota
jalan, drainase, pengelolaan limbah, pengelolaan Komponen
sampah, fasilitas umum, dan fasilitas sosial. Dalam Tipe Juml Persen Jumlah Persen
bahasan ini lebih menekankan pada objek-objek Bangunan ah
tersebut baik di kawasan permukiman pusat kota, dan
kawasan kota pinggiran, terutama di Kelurahan 1. Bertingkat 16 35,5 4 10,0
Temanggung dan Kelurahan Kowangan. 2. Tidak 28 64,5 32 90,0
bertingkat
3). Peranserta Masyarakat secara Langsung Total 44 100,0 36 100,0
dalam Pemanfaatan Ruang Kawasan Kualitas
Permukiman Permanensi
Bangunan
a. Pemanfaatan Ruang untuk Bangunan
Rumah 1. Permanen 40 90,5 24 66,7
(Tidak dpt
Bahasan kondisi bangunan dan status dipindah)
penguasaannya, mengungkap tipe bangunan rumah, 2. Semi 1 3,2 7 20,0
kualitas menurut kondisi permanensi bangunan permanen
rumah tempat tinggal. Permanensi b a n g u n a n (Sebagian dpt
rumah dapat ditinjau berdasarkan p a d a d a p a t atau dipindah)
tidaknya bangunan rumah tersebut dipindahkan. 3. Tidak 3 6,4 5 13,3
Permanensi rumah dibagi ke dalam tiga tipe, permanen
permanen, semi permanen, dan tidak permanen. (Seluruhnya
Selain itu permanensi juga didasarkan pada ukuran dpt dipindah)
bahan yang digunakan untuk membangun bangunan Total 44 100,0 36 100,0
rumah. Padau mumnya bangunan rumah permanen Kualitas
cenderung mempunyai kualitas yang lebih baik Lingkungan
dibandingdengan bangunan rumah non permanen. Permukiman
Bahasan selanjutnya tentang kondisi bangunan rumah 1. Tinggi (Skor 30 67,77 10 27,77
yakni diungkap tentang asal dan status pemilikan 142-197)
lahan dan bangunannya (Tabel 9.). 2. Sedang (Skor 13 29,03 25 69,44
Permanenitas bangunan rumah adalah salah 85-141)
satu wujud ukuran kualitas perumahan, yang diukur 3. Rendah (Skor 1 3,2 1 2,77
berdasarkan pada dapat atau tidak dapatnya bangunan 28-84)
rumah tersebut dipindahkan. Selain itu permanenitas Total 44 100,0 36 100,0
juga barkaitan dengan bahan-bahan yang digunakan Kondisi
untuk membangun rumah. Pada umumnya rumah Bangunan
permanen cenderung memiliki kualitas yang lebih 1. Baik (rusak 41 32
baik dibanding dengan rumah non permanen. <10%) 93,5 90,0
Bangunan rumah permanen dibangun dengan bahan- 2. Rusak ringan 4
b ahan bangunan yang lebih kuat. Dalam menilai (10-20%) 2 6,5 10,0
permanenitas dinding menjadi acuan utama. Total 44 100,0 36 100,0
Bangunan rumah permanen cenderung memakai Sumber: Analisis Data Primer, 2016.
dinding batu bata, sedangkan rumah semi permanen
dan non permanen menggunakan dinding kayu atau Kerusakan bangunanrumahsebenarnya dapat
bahan lain yang ringan, dan dapat dipindahkan. Hasil dibagi ke dalam empat kategori, yaitu baik (tidak
penelitian menunjukkan (Tabel 9.) bahwa sebagian rusak), rusak sedang, rusak ringan, dan rusak berat.
terbesar (90%) bangunan rumah permanen berada di Kategori baik jika tidak ada kerusakan pada
daerahpusat Kota Temanggung. Demikian pula di bangunan rumah tersebut, rusak ringan jika terdapat
daerah pinggiran kota, jumlah bangunan rumah sedikit kerusakan, kategori rusak sedang jika
permanen cukup dominan (67%), tetapi lebih sedikit kerusakan cukup banyak, dan kategori rusak berat
proporsinya dari pada di pusat kota. Hal tersebut jika banyak bagian bangunan rumah yang rusak.
Bagian-bagian rumah tersebut terutama dinding,
pintu, jendela, dan atap. Namun demikian Secara keruangan pemilikan lahan dan
berdasarkan pada hasil penelitian (Tabel 9.) wilayah bangunan rumah antara kawasan permukiman pusat
pusat kota dan pinggiran kota mempunyai kota dan pinggiran kota memiliki kesamaan, yakni
kecenderungan sama yaitu sebagian besar (>90%) sebagianbesarrumahberstatushak milik, meskipun di
bangunan rumah dalam keadaan baik. pinggiran kota relatif lebih banyak daripada tengah
Berdasar ketiga aspek komponen bangunan kota. Sebagian lagi, bangunan rumah yang dihuni
tersebut pada hakekatnya menunjukkan, bahwa berstatus warisan dari orang tua, hanya sedikit yang
sebagian besar anggota masyarakat secara keruangan berstatus sebagai penyewa. Mereka yang menghuni
(di pusat kota maupun pinggiran kota Temanggung), sebagai penyewa biasanya adalah pendatang,
secara langsung dan tidak langsung telah berperan terutama di kawasan pusat kota, terutama mereka
aktif dalam mewujudkan sebagian lingkungan yang yang bekerja di pasar dan kantor yang berada dekat
sehat di kawasan permukiman mereka. Beberapa dengan permukiman tersebut. Pada umumnya mereka
fakta peran aktif mereka dimungkinkan sebagai belum mampu memiliki rumah tempat tinggal di
akibat rasa tanggung jawab yang besar, karena status tengah kota, karena kondisi ekonomi mereka belum
penguasaan bangunan yang tentunya lebih kuat. mencukupi.
b. Status Penguasaan Ruang dan Bangunan Ditinjau dari aspek asal lahan yang
Perumahan ditempati (Tabel 10.), terdapat perbedaan pola dari
Bahasan status penguasaan ruang yang cara perolehan lahan di Kota Temanggung.
dimanfaatkan untuk bangunan perumahan, Perbedaan pola dipengaruhi oleh faktor sosial yakni
dimaksudkan untuk menunjukkan hak penghuni atas di kawasan permukiman pusat kota masih terdapat
lahan dan bangunannya. Status kepemilikan lahan banyak penduduk asli, sehingga masih banyak
dan bangunan rumah berhubungan erat dengan pemilikan lahan berasal dari warisan, sedangkan di
tingkat ekonomi dan sosial pemilik rumah tersebut. pinggiran kota banyak ditempati pendatang yang
Berdasarkan pada hasil analisa data lapangan dapat awalnya membeli lahan untuk kemudian didirikan
dinyatakan bahwa sebagian besar masyarakat (>70%) bangunan rumah tempat tinggal mereka. Kenyataan
menempati bangunan rumah berstatus sebagai milik tersebut di atas terdukung fakta bahwa di kawasan
sendiri (Tabel 10.). Namun demikian masih terdapat pusat kota yang terbanyak (42%) berupa lahan dan
masyarakat yang menghuni lahan dan bangunan bangunan dari warisan, namun di pinggiran kota
rumah milik orang tuanya. sebagian besar masyarakat (56,7%) justru
memperoleh lahan hasil dari pembelian. Kenyataan
Tabel 10. Komposisi Masyarakat menurut Status tersebut menunjukkan bahwa kawasan pinggiran kota
Penguasaan dan Asal Lahan dan Bangunan merupakan perkembangan kawasan pusat kota, yang
Perumahan ditengarai oleh banyaknya kasus jual beli lahan. Hal
ini akibat dari masih tersedianya lahan dengan harga
N Lokasi Kawasan Permukiman yang lebih murah dari pada di kawasan pusat kota
o Permukiman Pusat Kota Pinggiran
Komponen Kota c. Peranserta Masyarakat dalam Pemanfaatan
Status Ju Pers Juml Pers Ruang Kawasan untuk Fasilitas Permukiman
Pemilikan mlah en ah en
Bangunan Fasilitas permukiman berupa prasarana dan
Rumah sarana yang terdapat di kawasan permukiman ini
1. Milik Sendiri 33 74,2 31 86,7 merupakan perwujudan salah satu peranserta
2. Sewa 1 3,2 0 0,0 masyarakat dalam memanfaatkan dan mengelola
3. Kontrak 4 9,7 0 0,0 lingkungan permukiman mereka. Beberapa fasilitas
4. Milik Orang 6 12,9 5 13,3 lingkungan permukiman di kawasan ini telah lama
Tua disediakan masyarakat, baik secara swadaya maupun
Total 44 100,0 36 100,0 atas bantuan subsidi dana beberapa program
Asal Lahan pemerintah dari waktu-ke waktu, telah membentuk
yang struktur ruang kota atas dasar kearifan lokal swadaya
Dikuasai masyarakat. Oleh karenanya meskipun RTRW dan
1. Membeli 13 9,1 4 10,0 RDTR tahun 2011/2012 masih dalam proses
Lahan dan penyelesaian revisinya, sebenarnya secara swadaya
Rumah masyarakat telah berperanserta pelaksanaan sebagian
2. Membeli 7 6,1 20 56,7 RTRW dan RDTR. Beberapa prasarana dan sarana
Lahan yang telah tersedia antara lain fasilitas jalan,
3. Warisan 18 41,9 12 33,3 drainase, pengelolaan limbah, fasilitas umum dan
4. Menyewa/Ko 6 2,9 0 0,0 fasilitas, sosial.
ntrak
Total 44 100 36 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2016.
(1) Fasilitas Transportasi banyak jalur jalan berupa gang kecil, sehingga yang
paling mungkin digunakan untuk memperkuat jalan
Aksesibilitas adalah tingkat kemudahan
adalah cor beton. Sementara itu jalan aspal terdapat
suatu lokasi yang dapat dijangkau oleh berbagail
pada lokasi berdekatan dengan rumah mukim yang
okasi lain (Soefat,1997). Salah satu ukuran
letaknya memang di pinggir jalan utama antarkota.
aksesibitas adalah fasilitas transportasi antara lain
Kenyataan jalan aspal lebih banyak pada bangunan
jalur jalan. Jalur jalan yang tersedia di kawasan
rumah yang dihuni masyarakat di pusat kota (32,3%)
permukiman, hingga saat ini mampu mendukung
dari pada masyarakat di pinggiran kota (16,7%).
mobilitas penduduk, mulai dari kondisi jalan yang
sebagian besar kualitasnya dalam kondisi baik.
Tabel 11. Komposisi Penduduk menurut Kualitas
Dengan mengacu pada SNI 03-1733-2004, hasil
Jalan menuju Rumah Tempat Tinggal
analisis komparatif berdasarkan pada baku
perencanaan lingkungan perkotaan versi SNI dengan
N Lokasi Pusat Kota Pinggiran
kondisi nyata lapangan, dapat ditunjukkan bahwa
o Permukim Kota
prasarana jalan telah memenuhi baku dimensi
an
minimal ideal tersebut sebagai berikut.
Jenis Jumla Pe Ju Pe
1) Jalan lokal sekunder I, lebar minimum dengan Jalan h rsen mlah rsen
dua jalur adalah 5,5 – 6,0 m dan lebar bahu jalan 1. Aspal 14 32,3 6 16,7
1,0 – 1,5 m; 2. Cor beton 27 61,3 28 76,7
3. Batu 3 6,4 1 3,3
2) Jalan lokal sekunder II, lebar badan jalan 4,5–
5,5m dengan lebar bahu jalan 0,75–1m; terasah
4. Tanah 0 0,0 1 3,3
3) Jalan lokal sekunder III lebar badan jalan 4,0–5,5 Total 44 100,0 36 100,0
m dengan lebar bahu jalan 0,75–m; Lebar Jumla Pe Ju Pe
Jalan (m) h rsen mlah rsen
4) Jalan lingkungan I lebar badan jalan 3,5 – 4 m
1. Lingkunga 14 32,3 12 33,3
dengan lebar bahu 0,5 – 0,75 m, yang dapat
n III (<3)
dilengkapi dengan trotoar untuk pejalan kaki dan
2. Lingkunga 21 48,4 18 50,0
fasilitas orang cacat;
n II (3- 3,5)
5) Jalan lingkungan II lebar badan jalan 3 – 3,5 m 3. Lingkunga 0 0,0 5 13,3
dengan lebar bahu 0,5 – 0,75 m serta trotoar n I (3,5 -
apabila diperlukan. >5)
4. Lokal ( > 9 19,3 1 3,4
Kondisi jalan-jalan tersebut mampu
5)
mendukung mobilitas penduduk sampai daerah
Total 44 100,0 36 100,0
pinggiran kota. Mengenai kondisi jalur jalan sebagai
Sumber: Analisis Data Primer, 2016.
prasarana transportasi di kawasan ini dibahas
keterkaitannya dengan kualitas jalan, yang Berdasarkan Tabel 12. d a p a t ditunjukkan
menyangkut jenis material bahan yang digunakan, bahwa sebagianbesarrumahdipusatkota (61,3%)
dan lebar jalan yang tersedia. Kualitas tersebut tidakmempunyaipohonpelindung.Keberadaan pohon
mendukung kekuatan dan kemampuan lalu lintas pelindung di pekarangan sebagian terbatas, karena
kendaraan menjangkau kawasan permukiman, yang letak rumah yang berada di pinggir jalan besar,
didasarkan pada asumsi, bahwa semakin tinggi namun masih mendapat peneduhan dari pohon–
kualitas jalur jalan maka keterjangkauan bangunan pohon pelindung jalan yang ditanam oleh pemerintah
rumah beserta kawasan permukimannya semakin kota di beberapa bagian sepanjang penggal jalan.
mudah. Material bahan bangunan jalan yang terdapat Bangunan rumah-rumah dikawasan permukiman
di kawasan permukiman secara keruangan bervariasi pinggiran kota relatif mempunyai lebih (58,3%)
antara kawasan di pusat kota dengan yang terdapat di banyak pohon pelindung daripada di pusat kota,
kawasan pinggiran kota. karena masih adanya ketersediaan ruang atau lahan
Hasil penelitian lapangan dapat dilihat pada yang cukup untuk menanam pohon.
Tabel 11. yang mencakup jenis jalan, dan lebar jalan
di kawasan permukiman pusat Kota maupun Tabel 12. Komposisi Penduduk Menurut Keberadaan
pinggiran Kota Temanggung. Dalam pengukuran di Pohon Pelindung di Jalan dan Pekarangan Dekat
lapangan jika ditemukan bangunan rumah yang Rumah
memiliki dua sisi depan, maka jenis material bahan
jalan yang diambil adalah jalan depan rumah yang No Keberadaan Jumlah Persen Jumlah Persen
kualitasnya paling baik. Kenyataan lapangan Pohon
menunjukkan bahwa sebagian besar (>60%) rumah Pelindung
tinggal (Tabel 11.), baik di pusat kota maupun di
pinggiran kota berada dan berhadapan dengan tepi 1. Banyak 0 0,0 8 22,2
atau pinggir jalan cor beton. Hal ini karena cukup 2. Sedikit 17 38,7 13 36,1
3. Tidak ada 27 61,3 14 38,9 makanan), maupun sampah anorganik. Permukiman
Total 44 100 36 100,0 yang bersih dari sampah tentunya mempunyai
Sumber: Analisis Data Primer, 2016. kualitas yang baik. Pengelolaan sampah dilakukan
dengan cara membuang sampah ke TPA, membakar,
(2) Fasilitas Pembuangan Limbah Cair dan menimbun dalam tanah, atau membuang ke sungai.
Sampah Peranserta masyarakat di kedua kawasan permukiman
Limbah merupakan salah satu masalah pusat Kota maupun pinggiran Kota, sudah cukup
penting di perkotaan, mengingat kepadatan bangunan baik. Hasil penelitian tentang pengelolaan sampah
rumah dan ketersediaan lahan yang sempit. Limbah menunjukkan bahwa semua anggota masyarakat
cair yang tidak terkelola dengan baik berpotensi membuang sampah mereka ke tempat penampungan
mencemari lingkungan, yang dapat berakibat pada sementara (TPS) yang sudah ditentukan, yang
penurunan kualitas lingkungan rumah itu sendiri. selanjutnya oleh petugaskebersihan kota diambil dan
Limbah cair berasal dari aktivitas rumah tangga diangkut ke tempat pembuangan akhir sampah
setiap hari, baik itu berupa limbah yang berasal dari (TPA). Kenyataan ini menggambarkan adanya
kamar mandi, limbah pencucian, maupun limbah cair pengelolaan sampah yang baik di kawasan
dari dapur. Pengelolaan limbah cair yang biasa permukiman pusat kota maupun di kawasan
dilakukan, yakni disalurkan ke saluran limbah khusus permukiman pinggiran kota.
ke tanki septik. Namun demikian alternatif lain
meskipun tidak dibenarkan banyak di antara mereka (3) Fasilitas Drainase
menyalurkan limbah cair ke sungai, dan atau Fasilitas drainase berfungsi mengalirkan air
dibiarkan tergenang, sehingga meresap ke tanah di lingkungan bangunan rumah utama ketika terjadi
( Tabel 13). hujan. Kondisi drainase yang tidak baik berpotensi
dapat berakibat pada meluapnya air dan
Tabel 13. Komposisi Penduduk Menurut Cara membanjiri rumah-rumah warga. Hal ini tentunya
Penanganan Limbah Rumah Tangga di Daerah dapat berakibat pada penurunan kualitas bangunan
Penelitian rumah maupun kualitas lingkungan permukiman.
Sebaliknya kualitas b a n g u n a n rumah d a p a t
s e m a k i n baik bila k o n d i s i drainase d a p a t
N Lokasi Pusat Kota Pinggiran
berfungsi dengan sempurna, sehingga bangunan
o Permukim
Pembuang Jumla Perse Kota
Jumla Perse rumah tidak akan terncam genangan air. Drainase di
an Limbahan h n h n kawasan permukiman kota ini, berupa parit atau
ke
1. Septic Tank 24 54,5 6 16,7 saluran air kecil, yang terletak di pinggir jalan dan
2. Kolam ikan 0 0,0 4 11,1 pinggir gang. Dalam kaitannya dengan peranserta
3. Saluran 20 45,5 25 69,4 masyarakat dalam pengelolaan drainase diukur
selokan/ p a d a s a a t turun hujan ada air yang menggenang
sungai atau tidak.
4. Tempat 0 0,0 1 2,8
Totalsembarang 44 100 36 100 Tabel 14. Komposisi Penduduk Menurut Kondisi
Drainase Perumahannya di Daerah Penelitian
Sumber: Analisis Data Primer, 2016.
No Drainase Jumlah Persen Jumlah Persen
Lokasi pembuangan limbah merupakan
Jumlah
salah satu wujud peranserta masyarakat dalam 1. Menggenang 2 3,0 2 6,6
Jumlah
pemanfaatan ruang, khususnya untuk sarana
mlah
pembuangan limbah dan mengelola kualitas
2. Mengalir 3 6,9 2 6,6
lingkungannya. Keadaan di lapangan menunjukkan
tidak lancar
bahwa terdapatperbedaandalam pembuangan limbah
antara masyarakat di pusat kota dengan di pinggiran
3. Mengalir 38 87,1 31 86,8
kota. Sebagian besar masyarakat (54,5%) di pusat
lancar
kota membuang atau menyalurkaan limbahnya ke
Total 44 100,0 36 100,0
dalam septic tank, sedangkan sebagian besar
masyarakat pinggiran kota (69,4%) membuang atau Sumber: Analisis Data Primer, 2016.
menyalurkan limbah cair langsung ke selokan atau ke
sungai. Hal ini disebabkan lokasi rumah tempat Berdasarkan hasil penelitian lapangan
tinggal mereka terletak di pinggiran kota yang dekat (T abel 14.) secara umum bangunan rumah di
dengan sungai. Perkotaan Temanggung sudah dilengkapi saluran
Aspek pengelolaan sampah merupakan hal drainase, sehingga jika terjadi aliran air dari hujan
yang penting dalam penilaian kualitas s u a t u atau dari sumber lain dapat mengalir lancar.
k a w a s a n permukiman, karena setiap kegiatan Kenyataan tersebut terjadi dan terdapat di
rumahtangga setiap harinya pasti menghasilkan kawasan permukiman pusat kota dan di kawasan
sampah, baik itu sampah organik (sampah dapur, sisa permukiman pinggiran kota. Di beberapa
pe kar an gan ban gu na n rumah ter dapat pula kecamatan sebagai ibukota kabupaten, belum
salur an dr ainase aliran air tidak lancar, karena sepenuhnya bersifat kekotaan. Hal ini disebabkan
letak rumah yang berada di pusat-pusat permukiman karakteristik kota secara morfologis maupun
dan mempunyai ukuran saluran drainase sangatkecil, kehidupan sosioekonomis kekotaan masih lebih
sehingga air tidak dapat mengalir dengan sempurna. dominan di pusat kota, sedangkan di pinggiran kota
meskipun secara morfologis berupa kota, tetapi masih
(4) Fasilitas Rekreasi dan Pemanfaatan Ruang
didominasi kehidupan yang bersifat kedesaan.
Terbuka Hijau
Dalam kaitannya dengan keberadaan UUTR
Peranserta masyarakat dalam pemanfaatan maupun RTRW di daerah kabupaten yang belum
ruang terutama untuk rekreasi dalam kota, adalah disosialisasikan secara intensif, berakibat pada
melakukan kegiatan menikmati keberadaan ruang beberapa aspek berikut.
terbuka hijau (RTH). Jenis RTH di Kecamatan atau - Pengetahuan dan persepsi masyarakat lokal, masih
Kota Temanggung, khususnya dibedakan menjadi termasuk kategori rendah. Masyarakat pada
RTH publik dan Ruang RTH privat. RTH publik umumnya belum merasakan manfaat adanya
merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan UUTR dan RTRW maupun RDTR, namun dengan
dikelola oleh pemerintah daerah kota atau kabupaten kearifannya justru menganggap ruang yang tersedia
yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara sudah terbentuk dengan baik, dan merasa nyaman
umum, sedangkan RTH privat merupakan ruang dengan kondisi saat ini.
terbuka hijau milik institusi tertentu atau - Peranserta masyarakat dalam pelaksanaan RTRW
perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan yang ada belum dilakukan, namun peranserta
terbatas, antara lain berupa kebun atau halaman masyarakat dalam pemanfaatan dan pengendalian
rumah gedung milik masyarakat atau swasta yang ruang secara umum telah terwujud, dalam bentuk
ditanami tumbuhan. Hasil penelitian ini dapat pemanfaatan dan pengedalian ruang untuk kegiatan
menunjukkan bahwa RTH Privat lebih luas dari pada pertanian, permukiman, dan tempat fasilitas
RTH Publik. pelayanan sosial ekonomi dan budaya.
Dari persepsi masyarakat di kedua lokasi Peran masyarakat terkait dengan hak dan
permukiman pusat kota maupun pinggiran kota, kewajiban masyarakat dalam pemanfaatan ruang dan
mengharapkan pemerintah mempertahankan dan pengendalian pemanfaatan ruang, tampak pada
memperluas RTH publik berupa taman kota maupun status penguasaan ruang tanah dan bangunan
rekreasi, stadion, dan jalur hijau. Mereka merasa perumahan secara legal. Peranserta masyarakat dalam
tidak terganggu dengan keberadaan ruang publik pengendalian pemanfaatan ruang kawasan
tersebut. Mereka justru mendapat manfaat dari permukiman ditunjukkan dari keterkaitan erat lokasi
adanya ruang publik, karena dapat dimanfaatkan perumahan dengan beberapa fasilitas pengendali
sebagai tempat rekreasi keluarga, tempat olahraga, lingkungan seperti, pengelolaan limbah cair dan
bahkan sebagai tempat berjualan untuk menambah sampah, drainase, fasilitas umum berupa RTH.
penghasilan.
Selama ini, RTH publik di dua kawasan 5. Saran
telah dimanfaatkan oleh masyarakat di antaranya Berdasarkan pada kesimpulan utama bahwa
taman, stadion, lapangan, jalur hijau, dan hutan kota. dalam kaitannya dengan keberadaan UUTR maupun
Namun masyarakat setempat masih mengeluhkan RTRW di daerah kabupaten yang belum
tentang beberapa fasilitas yang terdapat di taman disosialisasikan secara intensif, maka seyogyanya
yang kurang terawat, sehingga perlu adanya pemerintah daerah sesegera mungkin melaksanakan
perawatan rutin serta perlu adanya penambahan beberapa hal berikut.
pepohonan di sepanjang jalan agar jalan lebih sejuk, a. Sosialisasi UUTR dan RTRW serta RDTR untuk
dan mampu mengurangi polusi dari asap kendaraan. meningkatkan pengetahuan dan persepsi
Harapan dari masyarakat bahwa pemerintah masyarakat lokal yang masih termasuk kategori
dapat memberikan ruang publik yang lebih, agar rendah.
dapat dimanfaatkan secara umum karena saat ini b. Dalam sosialisasi ketiga aspek tersebut perlu
ruang bermain untuk anak, ruang rekreasi keluarga, ditekankan pada percontohan konkrit tentang
dan olahraga biasanya sudah semakin berkurang. manfaat yang dapat dirasakan masyarakat secara
Kondisi RTH publik yang ditanami dengan tanaman langsung, dengan tekanan tetap mempertahankan
yang berkanopi lebar atau tumbuhan kayu yang besar, kearifan lokal yang sudah dimiliki dan dinikmati
juga diperlukan untuk meminimalisir kerusakan masyarakat.
lingkungan dari segi polusi dan kondisi cuaca di Kota c. Peranserta masyarakat dalam pelaksanaan
Temanggung yang sudah tidak terlalu dingin seperti RTRW khususnya dalam usaha pengendalian
beberapa tahun yang lalu. pemanfaatan ruang untuk kegiatan pertanian,
permukiman, dan tempat fasilitas pelayanan
4. Kesimpulan sosial ekonomi dan budaya, masih harus
Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan diarahkan pada usaha-usaha yang bersifat
maka dapat disimpulkan, bahwa status daerah konservasi lingkungan.
d. Peran masyarakat terkait dengan hak dan Undang-undang 32/2004 tentang Otonomi Daerah
kewajiban dalam pemanfaatan ruang dan
Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan
pengendalian pemanfaatan ruang, khususnya
Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009
status penguasaan lahan dan bangunan
pada Bab XI, Pasal 70.
perumahan perlu dilindungi sesuasi dengan hak
asasi yang berlaku di daerah ini. UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2016, Daftar UMR dan UMK Jawa


Tengah, dalam http://www.teskerja.com/
2015/09/35-daftar-umk-jawa-tengah-
2016-2017.html. Diunduh September
2016.
Badan Pusat Statistik Kab. Temanggung, 2013.
Kabupaten Temanggung Dalam Angka
Tahun 2013. Temanggung: Badan Pusat
Statistik Kab. Temanggung.
_________________________________, 2015.
Kabupaten Temanggung Dalam Angka
Tahun 2015. Temanggung: Badan Pusat
Statistik Kab. Temanggung.
Bappeda Kab. Temanggung, 2015, Rencana Detil
Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten
Temanggung Tahun 2015. Temanggung:
Kantor Bappeda Kab. Temanggung.
Handiman, Rico. 2006. Kebijakan Nasional dalam
Perencanaan Tata Ruang. Dalam Artikel
Bakosurtanal, 08 Desember 2006.
Peraturan Pemerintah, 3 Desember 1996, PP No.69
Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara
Peran Serta Masyarakat dalam Penataan
Ruang.
Ritohardoyo, Su., 2010. Partisipasi Masyarakat dalam
Konservasi Sungai Bawahtanah di Desa
Seropan Kabupaten Gunung Kidul,
dimuat dalam Majalah Ilmiah Ulul Albab
Vol. 14, Nomor 1, Januari 2010, halaman
1 – 11, Lembaga Penelitian Universitas
Muhammadiyah Mataram tahun 2010.
Sekda Kab. Temanggung, 2012. Peraturan Daerah
Kabupaten Temanggung No.1. Th. 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Temanggung Tahun 2011-
2031. Temanggung: Kantor Pemda Kab.
Temanggung.
SNI 03-1733-2004, 2004. Tata cara perencanaan
lingkungan perumahan di Perkotaan.
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Soefat,1997,
Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang
Penataan Ruang.
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.

Anda mungkin juga menyukai