Anda di halaman 1dari 10

Wacana– Vol. 19, No.

4 (2016) ISSN : 1411-0199


E-ISSN : 2338-1884

Penerapan Prinsip Good Governance Dan Pengaruhnya Terhadap


Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata
Ruang Daerah
Studi pada Penyusunan RTRW Kabupaten Serdang Bedagai
Marintan Yosefin Napitupulu1*, Abdul Hakim2, Irwan Noor3
1Magister Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
2, 3Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Abstrak
Penataan ruang yang berjalan selama ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilaksanakan karena dalam penyusunan
rencana tata ruang, prinsip keterbukaan, partisipasi, daya tanggap akuntabilitas, dan penegakan aturan hukum terhadap
masyarakat masih rendah. Masyarakat belum ditempatkan pada posisi yang kuat dan partisipatif, sebagaimana yang
diamanatkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada Bab VIII pasal 65.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan sejauh mana prinsip good governance yang terdiri dari transparansi,
partisipasi, daya tanggap, akuntabilitas, dan aturan hukum terhadap penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW) di
Kabupaten Serdang Bedagai, baik secara simultan maupun parsial. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif,
dengan pendekatan survei, dengan maksud penjelasan (ekspalanatory research). Data kuesioner yang diperoleh dari
responden dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan
(serentak) variabel transparansi, partisipasi, daya tanggap, akuntabilitas dan aturan hukum berpengaruh signifikan
terhadap penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Serdang Bedagai dengan tingkat pengaruh kuat,
dan kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 83,3%. Akan tetapi secara parsial (masing-masing
variabel) ditemukan bahwa tidak semua variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, dimana variabel
transparansi, partisipasi dan aturan hukum berpengaruh, sedangkan variabel daya tanggap dan akuntabilitas tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat.

Kata kunci: good governance, penyusunan, rencana tata ruang wilayah, regresi.

Abstract
The ongoing spatial planning is not something easy to implement because in the preparation of spatial planning, the
principles of transparency, participation, responsiveness, accountability, and the rule of law to the society remain low.
Society has not been placed in a strong position and participatory, as mandated by Law No. 26 Year 2007 on Spatial
Planning in Chapter VIII of Article 65.
The study aims to explain the extent to which the principles of good governance which consists of transparency,
participation, responsiveness, accountability and the rule of law on spatial planning (RTRW) in Serdang Bedagai, either
simultaneously or partially. The study used a quantitative method with survey approach and explanatory research. The
questionnaire data obtained from the respondents were analyzed using multiple linear regression.
The results showed that the variables of transparency, participation, responsiveness, accountability and the rule of law
simultaneouslyhave a significant effect on the preparation of spatial planning (RTRW) in Serdang Bedagai with the strong
influence level and contribution of independent variables on the dependent variables by 83.3%. Partially (each variable),
however, it found that not all independent variables affect the dependent variables, where the variables of transparency,
participation and the rule of law have effect, while the variables of responsiveness and accountability have no effect on
the dependent variables.

Keywords: good governance, preparation, spatial planning, regression.

PENDAHULUAN pemanfaatan ruang, dengan produk rencana tata


Kegiatan penataan ruang terdiri dari 3 (tiga) ruang berupa Rencana Tata Ruang Wilayah
kegiatan yang saling terkait, yaitu: perencanaan (RTRW) yang secara hirarki terdiri dari Rencana
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana

Alamat Korespondensi Penulis:


Marintan Yosefin Napitupulu
Email : marintannapitupulu@yahoo.co.id
Alamat : Jl. Negara No. 300 Sei Rampah-Serdang Bedagai
20695

196
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)

Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), dan keterbukaan; f) kebersamaan dan kemitraan; g)
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota pelindungan kepentingan umum; h) kepastian
(RTRW Kab/kota). Ketiga rencana tata ruang hukum dan keadilan; dan i) akuntabilitas. Proses
tersebut harus dapat terangkum di dalam suatu penyusunan RTRW kabupaten ini telah
rencana pembangunan sebagai acuan di dalam mengadopsi partisipasi masyarakat dan menganut
implementasi perencanaan pembangunan asas keterbukaan kepada publik.
berkelanjutan di wilayah Indonesia. Sebagai Perencanaan tata ruang cenderung masih
payung hukum dalam penyelenggaraan penataan banyak diwarnai oleh “kepentingan publik
ruang, maka Undang-Undang Penataan Ruang ini terbatas”. [2] Oleh karena itu pada tataran
diharapkan dapat mewujudkan rencana tata implementasinya seringkali menyisakan berbagai
ruang yang dapat mengoptimalisasikan dan persoalan dan dampak yang muncul sebagai
memadukan berbagai kegiatan sektor akibat dari lemahnya perencanaan itu sendiri.
pembangunan, baik dalam pemanfaatan Proses pengambilan keputusan publik secara
sumberdaya alam maupun sumberdaya buatan. demokratis berdasarkan good governance
[1] merupakan suatu proses yang sangat kondusif
Disamping sebagai “guidance of future terhadap konsep perencanaan (tata ruang
actions” [2] RTRW pada dasarnya merupakan kabupaten/kota) sebagai sebuah proses
bentuk intervensi yang dilakukan agar interaksi pembelajaran sosial, dimana peran masyarakat
manusia/makhluk hidup dengan lingkungannya (termasuk di dalamnya civil society dan private
dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk sector) sebagai stakeholder rmenjadi sangat
tercapainya kesejahteraan manusia/makhluk diperhatikan dibandingkan dengan proses
hidup serta kelestarian lingkungan dan pengambilan keputusan yang dilakukan pada pola
keberlanjutan pembangunan (development rasional semata. Oleh karenanya, menjadi sangat
sustainability). relevan dan penting kajian terhadap penyusunan
Perencanaan tata ruang sebagai salah bagian rencana tata ruang kota dilakukan atas dasar good
dalam aktivitas penataan ruang sesungguhnya governance melalui penerapan prinsip-prinsip
merupakan bentuk formulasi kebijakan publik yang melekat di dalamnya. [2]
yang terkait dengan dengan pengelolaan ruang Tata kepemerintahan yang baik (good
kota. Dalam sebuah proses perencanaan, akan governance) itu diwujudkan dengan lahirnya
sangat terkait sekali dengan proses penentuan tatanan kepemerintahan yang demokratis dan
pilihan-pilihan yang merupakan pengejawentahan diselenggarakan secara baik, bersih, transparan
dari proses politik yang terjadi dalam proses dan berwibawa. [3]
perumusan kebijakan publik. Argo (2004) menjelaskan upaya konseptual
Mengingat pentingnya rencana tata ruang yang menghubungkan penataan ruang dan good
dalam pembangunan, maka suatu perencanaan governance, yaitu dengan diperkenalkannya
tata ruang harus disusun dengan prinsip good governance sebagai sebuah konsep
mempertimbangkan dan memperhatikan banyak untuk menentang pengambilan keputusan yang
aspek serta melibatkan berbagai pihak sehingga monokratik, perwujudan good governance akan
perencanaan yang dihasilkan adalah perencanaan membantu menempatkan dan membentuk
yang berkualitas dan dapat diimplementasikan kembali penataan dan perencanaan spasial di
dengan baik. Rencana tata ruang wilayah yang Indonesia. Dalam penelitian Argo ini dipaparkan
baik perlu disusun dengan melibatkan semua kriteria dan indikator untuk mengukur prinsip
stakeholders, baik pemerintah, masyarakat, dan good governance dalam penataan ruang di
swasta, melalui mekanisme tertentu yang Indonesia. [4]
memungkinkan semuanya dapat terlibat secara Dalam rangka mendukung peningkatan prinsip
aktif. good governance (transparansi, partisipasi, daya
Pada tahun 2009 Kabupaten Serdang Bedagai tanggap, akuntabilitas dan aturan hukum) dalam
kembali melakukan penyusunan rencana tata perencanaan tata ruang di Kabupaten Serdang
ruang wilayah sesuai dengan amanat Undang Bedagai, maka perlu diketahui apakah prinsip
Undang No. 26 tahun 2007 Tentang Penataan good governance tersebut berpengaruh secara
Ruang, yang mana pada Bab II pasal 2 UU tersebut serentak (simultan) dan secara parsial (masing-
disebutkan bahwa penataaan ruang harus masing prinsip) terhadap penyusunan RTRW
berasaskan a) keterpaduan; b) keserasian, Kabupaten Serdang Bedagai.
keselarasan, dan keseimbangan; c) keberlanjutan; Prinsip-prinsip good governance yang akan
d) keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; e) diteliti adalah prinsip yang berkaitan erat dengan

197
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)

topik penelitian dan hasil pemetaan dari pendapat skala likert dengan memberikan skor (nilai) pada 5
ahli/pakar (Bhatta, 1996; Mustopadidjaja, 1997; Prof. (lima) alternatif jawaban responden terhadap
Dr. H. Tjokroamidjojo, Bintaro, MA, 2000), lembaga setiap pertanyaan/pernyataan yang diajukan
(UNDP, 1997; LAN 2003) dan penelitian terdahulu melalui kuesioner, yaitu sebagai berikut:
(Argo, 2004; Utoyo, 2014), yaitu: transparansi, a. Jawaban Sangat Setuju diberi skor 5;
partisipasi, daya tanggap, akuntabilitas dan aturan b. Jawaban Setuju diberi skor 4;
hukum. Sedangkan indikator penyusunan rencana c. Jawaban Ragu-ragu/Netral diberi skor 3;
tata ruang adalah proses dan prosedur d. Jawaban Tidak Setuju diberi skor 2;
penyusunan rencana tata ruang. [5] e. Jawaban Sangat Tidak Setuju diberi skor 1.

RUMUSAN MASALAH Defenisi operasional untuk variabel bebas


Berdasarkan uraian dalam latar belakang di adalah sebagai berikut:
atas peneliti mencoba merumuskan masalah yang 1. Transparansi, yaitu ketersediaan informasi
diangkat dalam penelitian ini yaitu : pada masyarakat dan kejelasan (clarity)
1. Sejauhmanakah penerapan prinsip good tentang peraturan, undang-undang dan
governance berpengaruh secara simultan keputusan pemerintah atas penyusunan
terhadap Penyusunan RTRW dalam RTRW di Kabupaten Serdang Bedagai.
Perencanaan Tata Ruang Kabupaten Serdang Indikator yang digunakan : adanya
Bedagai? pemberitaan mengenai informasi penataan
2. Sejauhmanakah penerapan prinsip good ruang, Adanya komunikasi diantara para aktor,
governance berpengaruh secara parsial adanya keterbukaan informasi dalam
terhadap Penyusunan RTRW dalam penyusunan RTRW, pengetahuan aktor
Perencanaan Tata Ruang Kabupaten Serdang terhadap RTRW, frekuensi pengumuman
Bedagai? selama proses penyusunan RTRW, adanya
sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
TUJUAN PENELITIAN pemkab untuk menginformasikan fakta,
1. Menjelaskan sejauhmanakah pengaruh analisis, dan rencana;
penerapan prinsip good governance secara 2. Partisipasi, yaitu terbukanya peluang dan
simultan terhadap Penyusunan RTRW dalam ketersediaan ruang bagi aktor non pemerintah
Perencanaan Tata Ruang Kabupaten Serdang (masyarakat dan swasta) dalam penyusunan
Bedagai, RTRW di Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Menjelaskan sejauhmanakah pengaruh Pelibatan peran masyarakat di tingkat
penerapan prinsip good governance secara kabupaten dalam penyusunan RTRW
parsial terhadap Penyusunan RTRW dalam kabupaten yaitu pada tahap persiapan
Perencanaan Tata Ruang Kabupaten Serdang (pemerintah melibatkan masyarakat secara
Bedagai. pasif dengan pemberitaan mengenai informasi
penataan ruang), pada tahap pengumpulan
METODE PENELITIAN data dan informasi (masyarakat berperan
Penelitian ini menggunakan metode lebih aktif dalam bentuk: pemberian data &
kuantitatif, dengan pendekatan survey, dengan informasi kewilayahan yang diketahui/dimiliki
maksud penjelasan (ekspalanatory research). datanya, pendataan untuk kepentingan
Teknik analisis data menggunakan teknik analisis penatan ruang yang diperlukan, pemberian
deskriptif untuk mendeskripsikan masing-masing masukan, aspirasi, dan opini awal usulan
varaiabel dan analisis regresi linier berganda rencana penataan ruang, identifikasi potensi
untuk menguji hipotesis penelitian, yang dan masalah penataan ruang), dan pada tahap
sebelumnya telah dilakukan uji asumsi klasik, perumusan konsepsi RTRW kabupaten
meliputi normalitas, multikolinearitas, dan (masyarakat terlibat secara aktif dan bersifat
heterokedastisitas. dialogis/komunikasi dua arah).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: 3. Daya Tanggap, yaitu pembuatan dan
transparansi (X1), partsisipasi (X2), daya tanggap pelaksanaan kebijakan yang dilakukan
(X3), auntabilitas (X4), dan aturan hukum (X5). stakeholders mampu menyerap dan
Sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah menampung aspirasi dan kepentingan semua
penyusunan RTRW di Kabupaten Serdang pihak yang terlibat dalam penyusunan RTRW
Bedagai. Skala pengukuran variabel yang di Kabupaten Serdang Bedagai, dengan
digunakan dalam penelitian ini menggunakan indikator : Kemampuan untuk menanggapi

198
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)

dan mengakomodir perubahan (misal : 2. Diduga terdapat pengaruh prinsip good


kawasan perencanaan yang dipengaruhi dari governance (Transparansi(X1), Partisipasi (X2),
dalam maupun luar kawasan perencanaan), Daya Tanggap (X3), Akuntabilitas (X4), Aturan
mengakomodasi aspirasi dan kepentingan Hukum (X5)) secara parsial pada penyusunan
seluruh aktor, Memperhatikan potensi dan RTRW di Kabupaten Serdang Bedagai.
daya dukung sumberdaya yang tersedia,
Mengantisipasi dan memperhatikan Metode Pengumpulan Data
perkembangan dan konstelasi regional; Untuk medapatkan data, penelitian ini
4. Akuntabilitas, yaitu pembuatan keputusan dan menggunkan teknik kuesioner, wawancara, dan
pelaksanaan kebijakan yang dilakukan dokumentasi. Dalam penelitian ini yang menjadi
penyusunan RTRW di Kabupaten Serdang populasi sampling adalah ketiga aktor (unsur)
Bedagai memiliki kejelasan sasaran dan dapat dalam prinsip good governance yaitu pemerintah
dipertanggungjawabkan sesuai dengan tujuan (pemerintah daerah), masyarakat madani, dan
yang ingin dicapai, dengan indikator : swasta yang terkait dengan proses penyusunan
ada/tidaknya sistem informasi basis data, jenis RTRW. Dan yang menjadi populasi sasaran
dan tingkat validitas data, tingkat kelengkapan penelitian adalah para aktor yang terlibat
dan kedalaman peta, adanya langsung dalam proses penyusunan RTRW
pertanggungjawaban kepada publik, Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu:
terstruktur atau tidaknya penyampaian dalam 1. Pemerintah daerah : Kelompok Kerja (Pokja)
rencana tata ruang, RTRW dapat Perencanaan Tata Ruang pada Badan
diimplementasikan; Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD)
5. Aturan Hukum, yaitu penyusunan RTRW di Kabupaten Serdang Bedagai; [6]
Kabupaten Serdang Bedagai dilakukan dengan 2. Masyarakat madani dan swasta : masyarakat
penegakan hukum yang adil bagi semua pihak dan sektor swata yang menghadiri konsultasi
tanpa kecuali. Indikator yang digunakan : publik yang diselenggarakan oleh Pemerintah
adanya kerangka hukum yang mengatur Kabupaten Serdang Bedagai.
proses penyusunan rencana, proses harus Dari data penelitian diketahui bahwa
sesuai dengan prosedur yang telah diatur total populasi sasaran dalam penelitian ini adalah
dalam kerangka hukum tersebut, adanya 45 orang. Penentuan besaran sampel dalam
legalisasi/status hukum rencana tata ruang. penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
Defenisi operasional untuk variabel terikat adalah Rumus Slovin Rumus Slovin sebagai berikut :
penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW) N
n=
Kabupaten Serdang Bedagai 2013-2033, yang 1 + N𝑒 2
meliputi proses (tahap persiapan, tahap Keterangan :
pengumpulan data dan informasi, tahap n = Ukuran sampel
pengolahan dan analisis data, tahap perumusan N = Ukuran populasi
konsep RTRW kabupaten, dan tahap penyusunan e = Tingkat kesalahan yang ditoleransi (5%)
raperda tentang RTRW kabupaten) dan prosedur berdasarkan populasi yang dipaparkan di atas,
penyusunan RTRW kabupaten (pembentukan tim dengan menggunakan Rumus Slovin dengan
penyusunan RTRW kabupaten, pelaksanaan tingkat kesalahan 5% atau e = 0.05 maka besarnya
penyusunan RTRW kabupaten, pelibatan peran sampel dalam penelitian ini berjumlah 40,44 atau
masyarakat dalam penyusunan RTRW kabupaten, dibulatkan menjadi 40 orang.
pembahasan raperda tentang RTRW kabupaten. Sampel diambil dengan menggunakan teknik
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Proportioned Stratified Sampling, dimana jumlah
Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 elemen pada tiap-tiap strata sesuai dengan
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata proporsi dalam populasi total yang dipilih. Teknik
Ruang Wilayah Kabupaten. ini dipilih karena peneliti beranggapan bahwa
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: populasi yang diteliti adalah heterogen (tidak
1. Diduga terdapat pengaruh prinsip good sejenis) yang dalam hal ini berbeda dalam hal
governance (Transparansi(X1), Partisipasi (X2), kepentingan sehingga besaran sampel pada
Daya Tanggap (X3), Akuntabilitas (X4), Aturan masing-masing strata atau kelompok diambil
Hukum (X5)) secara simultan pada secara proporsional.
penyusunan RTRW di Kabupaten Serdang Maka jumlah sampel yang diambil berdasarkan
Bedagai. masing-masing bagian tersebut ditentukan
kembali dengan rumus :

199
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)

𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 memiliki pengaruh sebesar 83,3% terhadap naik


𝑛= × 𝑗𝑙ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 turunnya variabel terikat (penyusunan RTRW
Ket: kabupaten), sedangkan sisanya sebesar 16,7%
Jumlah sampel yang ditentukan diperoleh dari dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selain variabel
perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin bebas tersebut di atas.
yang telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan SPSS
Sehingga diperoleh jumlah sampel dengan rincian sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 2
sebagai berikut : diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1 Rincian Sampel Penelitian 1. Hasil uji t variabel transparansi (X1)
No Unsur Jumlah Persentase memperlihatkan thitung sebesar 3,978 dengan
1 Pemerintah 13 32,5% signifikansi 0,000. Nilai thitung (3,978) > ttabel
2 Masyarakat 17 42,5% (2.03) dan signifikansi thitung X1 (0.000) < α
madani (0.05), artinya secara parsial variabel
3 Swasta 10 25%
transparansi (X1) berpengaruh secara
Total 40 100%
Sumber: data penelitian, 2015.
signifikan terhadap penyusunan RTRW
kabupaten.
HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Hasil uji t variabel partisipasi (X2)
Tabel 2 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linier Berganda memperlihatkan thitung sebesar 4,246 dengan
Variabel B β t Sigt signifikansi 0.000. Nilai thitung (4,246) > ttabel
(2.03) dan signifikansi thitung X2 (0.000) < α
Konstansta 5,823 1,920 0,063
(0.05), artinya secara parsial variabel
Tranparansi (X1) 0,481 0,341 3,978 0,000
partisipasi (X2) berpengaruh secara signifikan
Partisipasi (X2) 0,785 0,460 4.,246 0,000 terhadap penyusunan RTRW kabupaten.
Daya Tanggap (X3) -0,182 -0,110 -1,129 0,267 3. Hasil uji t variabel daya tanggap (X3)
Akuntabilitas (X4) 0,416 0,112 1,366 0,181 memperlihatkan thitung sebesar -1,129 dengan
Aturan Hukum (X5) 1,145 0,349 4,212 0,000 signifikansi 0,267. Nilai thitung (-1,129) < ttabel
(2.03) dan signifikansi thitung X3 (0.267) > α
R = 0,912
(0.05), artinya secara parsial variabel daya
R square = 0,833
tanggap (X3) tidak berpengaruh secara
Adjusted R Square = 0,808 signifikan terhadap penyusunan RTRW
Fhitung = 33,831 kabupaten.
SigF = 0,000 4. Hasil uji t variabel akuntabilitas (X4)
Sumber: diolah dari data primer menggunakan SPSS versi
memperlihatkan thitung sebesar 1,366 dengan
17, 2015. signifikansi 0.181. Nilai thitung (1,366) < ttabel
(2.03) dan signifikansi thitung X4 (0,181) > α
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa (0.05), artinya secara parsial variabel
koefisien korelasi antara variabel X1, X2, X3, X4, dan akuntabilitas (X4) tidak berpengaruh secara
X5 secara bersama-sama terhadap Y (R) adalah signifikan terhadap penyusunan RTRW
sebesar 0,912. Kesimpulannya bahwa keeratan kabupaten.
pengaruh termasuk dalam kategori positif dan 5. Hasil uji t variabel aturan hukum (X5)
sangat kuat. memperlihatkan thitung sebesar 4,212 dengan
Pengaruh variabel variabel X1, X2, X3, X4, dan X5 signifikansi 0.000. Nilai thitung (4,212) > ttabel
secara bersama-sama (simultan) dapat dilihat dari (2.03) dan signifikansi thitung X5 (0.000) > α
nilai Fhitung sebesar 33,831 dengan signifikansi (0.05), artinya secara parsial variabel aturan
Fhitung sebesar 0,000. ternyata lebih besar hukum (X5) berpengaruh secara signifikan
dibandingkan Ftabel sebesar 2.49 (Fhitung>Ftabel) dan terhadap penyusunan RTRW kabupaten.
nilai signifikan (sig.) Fhitung lebih kecil dari 0,05, Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan
yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dengan menggunakan software SPSS for Windows
yang positif dan signifikan antara variabel variabel version 17.0, maka persamaan regresi yang
X1, X2, X3, X4, dan X5 secara bersama-sama dihasilkan dalam penelitian ini adalah:
terhadap variabel Y. Hal ini diperjelas dengan nilai Y = 5,823 + 0,481X1 + 0.785X2 - 0.182X3 + 0,416X4 + 1,145X5
R square (R2) yang diperoleh yaitu sebesar 0,833 , dimana :
artinya bahwa naik turunnya variabel bebas Y = Penyusunan RTRW Kab. Serdang Bedagai
(variabel transparansi, partisipasi, daya tanggap, X1 = Prinsip Transparansi
akuntabilitas, dan aturan hukum) secara simultan X2 = Prinsip Partisipasi

200
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)

X3 = Prinsip Daya Tanggap dimengerti dan dipantau. Dengan kata lain,


X4 = Prinsip Akuntabilitas transparansi dapat diartikan dengan harus
X5 = Prinsip Aturan Hukum tersedianya informasi yang memadai (akses/
Penjelasan dari model regresi tersebut adalah kesempatan stakeholder untuk mengetahui
sebagai berikut : rencana tata ruang kabupaten yang disusun,
1. Konstanta sebesar 5,823 menyatakan bahwa Tersedia informasi yang jelas (fakta, analisis, dan
apabila prinsip transparansi, partisipasi, rencana) tentang rencana tata ruang kabupaten
akuntabilitas, daya tanggap dan aturan hukum yang disusun )kepada masyarakat terhadap
tidak ada maka proses penyusunan RTRW proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan.
adalah sebesar 5,823. Prinsip transparansi di Kabupaten Serdang
2. Koefisien regresi Transparansi (X1) sebesar Bedagai sudah dilaksanakan, baik kepada
0,481 menyatakan bahwa setiap penambahan masyarakat dan swasta maupun kepada
1 unit transparansi akan meningkatkan bobot pemerintah daerah di sekitar Kabupaten Serdang
proses penyusunan RTRW kabupaten sebesar Bedagai. Transparansi kepada masyarakat
0,481 dengan asumsi variabel bebas yang lain dilakukan dengan melakukan penjaringan aspirasi
dari model regresi adalah tetap (tidak terjadi masyarakat dan konsultasi publik. Penjaringan
perubahan pada nilai/bobot X2, X3, X4, dan X5). aspirasi bertujuan untuk memberikan
3. Koefisien regresi Partisipasi (X2) sebesar 0,785 pemahaman tentang RTRW dan sekaligus
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 unit menampung masukan data dan informasi dari
partisipasi akan meningkatkan bobot proses masyarakat, sedangkan konsultasi publik
penyusunan RTRW kabupaten sebesar 0,785 dilakukan untuk memaparkan rancangan RTRW
dengan asumsi variabel bebas yag lain dari kabupaten dan sekaligus sebagai forum/wadah
model regresi adalah tetap (tidak terjadi untuk penyampaian masukan/saran apabila ada
perubahan pada nilai/bobot X1, X3, X4, dan X5). hal-hal yang tidak sesuai. Penjaringan aspirasi
4. Koefisien regresi Daya Tanggap (X3) sebesar - masyarakat dilakukan di kecamatan-kecamatan
0,182 menyatakan bahwa setiap penambahan dengan mengundang masyarakat kecamatan.
1 unit daya tanggap akan menurunkan bobot Penjaringan aspirasi yang dilakukan pemerintah
proses penyusunan RTRW kabupaten sebesar kabupaten dilaksanakan dengan sistem regional
0,182 atau sebaliknya setiap pengurangan 1 yaitu beberapa kecamatan yang berdekatan
unit daya tanggap akan meningkatkan bobot dan/atau memiliki ciri spasial yang mirip (misalnya
proses penyusunan RTRW kabupaten sebesar berada pada kawasan rawan bencana longsor
0,182 dengan asumsi variabel bebas yag lain atau berada pada kawasan pesisir) penjaringan
dari model regresi adalah tetap (tidak terjadi aspirasinya digabungkan. Penjaringan aspirasi
perubahan pada nilai/bobot X1, X2, X4, dan X5). dilakukan 3 (tiga) kali (12 kecamatan dari 17
5. Koefisien regresi Akuntabilitas (X4) sebesar kecamatan yang ada), dengan kehadiran masih
0,416 menyatakan bahwa setiap penambahan didominasi kepala desa dan pegawai kantor
1 unit akuntabilitas akan meningkatkan bobot kecamatan. Sedangkan konsultasi publik
proses penyusunan RTRW kabupaten sebesar dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali di kantor
0,416 dengan asumsi variabel bebas yag lain pemerintah kabupaten, dengan mengundang
dari model regresi adalah tetap (tidak terjadi seluruh SKPD di pemerintah kabupaten Serdang
perubahan pada nilai/bobot X1, X2, X3, dan X5). Bedagai, masyarakat (melalui pemerintah
6. Koefisien regresi Aturan Hukum (X5) sebesar kecamatan), pihak swasta yang ada di Kabupaten
1,145 menyatakan bahwa setiap penambahan Serdang Bedagai.
1 unit daya tanggap akan meningkatkan bobot Melalui wawancara tentang penerapan prinsip
proses penyusunan RTRW kabupaten sebesar transparansi pada responden yang mengikuti
1,145 dengan asumsi variabel bebas yang lain konsultasi publik, diperoleh kesimpulan bahwa
dari model regresi adalah tetap (tidak terjadi penerapan prinsip transparansi belum berjalan
perubahan pada nilai/bobot X1, X2, X3, dan X4). secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari
pengumuman yang dilakukan pemerintah belum
a. Transparansi benar-benar mencermati PermenPU No. 16 Tahun
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi 2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, Tata Ruang Wilayah Kabupaten, yaitu pada tahap
lembaga, dan informasi perlu dapat diakses oleh persiapan pemerintah melakukan pemberitaan
pihak pihak yang berkepentingan, dan informasi mengenai informasi penataan ruang melalui
yang tersedia harus memadai agar dapat brosur, leaflet, flyers, surat edaran, buletin, jurnal,

201
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)

dan buku; kegiatan pameran, pemasangan poster, memungkinkan mereka dapat mempengaruhi
pamflet, papan pengumuman, billboard; kegiatan proses pengambilan keputusan penataan ruang
kebudayaan (misal: pagelaran wayang dengan yang meliputi keseluruhan proses sebagaimana
menyisipkan informasi yang ingin disampaikan di disebutkan dalam Undang-undang nomor
dalamnya); multimedia (video, VCD, dan DVD); 26/2007 pasal 1 yaitu: pengaturan penataan
website; ruang pamer atau pusat informasi; ruang (ayat 9), pembinaan penataan ruang (ayat
dan/atau pertemuan terbuka dengan 10), pelaksanaan penataan ruang (ayat 11), dan
masyarakat/kelompok masyarakat. pengawasan penataan ruang (ayat 12).
Dari hasil wawancara juga diperoleh data bahwa Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa
pemberitahuan tentang penyusunan RTRW variabel bebas partisipasi merupakan faktor yang
Kabupaten Serdang Bedagai yang dilakukan paling dominan berpengaruh dalam penyusunan
aparatur pemerintah kepada masyarakat masih RTRW Kabupaten Serdang Bedagai. Melihat arti
sebatas sosialisasi pada saat penjaringan aspirasi penting partisipasi dalam penyusunan RTRW dan
dan kegiatan tersebut belum mencakup semua mengingat bahwa masyarakat berhak berperan
kecamatan, hanya beberapa saja, karena serta dan pemerintah wajib memungkinkan
keterbatasan anggaran. Ketidakoptimalan ini pelaksanaan hak tersebut, untuk itu pertama-
berakibat kurangnya pemahaman masyarakat dan tama masyarakat perlu mengetahui bahwa proses
swasta bahkan pemerintah tentang RTRW. perencanaan tata ruang akan dimulai, sehingga
Mereka tidak tahu, tidak mengerti, tidak familiar masyarakat dapat mempersiapkan diri untuk
degan RTRW sehingga ketika proses penyusunan berpartisipasi. Hal ini dilaksanakan melalui
RTRW kabupaten mulai berjalan, masyarakat dan pengumuman dengan cara yang memungkinkan seluruh
swasta tidak optimal dalam memberi masukan, masyarakat mengetahuinya. Tidak cukup
saran atau kritik atau bahkan potensi yang ada di disebarluaskan dengan surat kabar jika surat
daerah mereka. kabar tidak sampai di pelosok. Diperlukan
berbagai cara, melalui siaran radio dan televisi,
b. Partisipasi surat edaran ataupun utusan dan melalui forum
Partisipasi masyarakat dan swasta dapat pertemuan. Hasil pelaksanaan kegiatan persiapan
dilihat salah satunya dengan kehadiran mereka penyusunan rencana tata ruang daerah yang
pada acara penjaringan aspirasi yang dilaksanakan dilakukan pemerintah juga dipublikasikan melalui
di beberapa kecamatan dan juga konsultasi publik media komunikasi, yang paling sedikit memuat :
gambaran umum wilayah perencanaan; kesesuaian
di kantor pemerintahan Kabupaten Serdang
produk rencana tata ruang daerah sebelumnya
Bedagai. Ekspose telah dilakukan dengan tujuan
dengan kondisi dan kebijakan saat ini; hasil kajian
agar masyarakat dan swasta mengetahui awal berupa kebijakan terkait wilayah
rancangan RTRW kabupaten, dan dapat memberi perencanaan, isu strategis, potensi dan
masukan apabila ada yang kurang tepat dengan permasalahan awal wilayah perencanaan, serta
rancangan RTRW tersebut berdasarkan data riil di gagasan awal pengembangan wilayah perencanaan;
lapangan. Dari tingkat kehadiran, partisipasi metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan
masyarakat dan swasta masih kurang apabila yang akan digunakan; dan rencana kerja
dibandingkan dengan jumlah masyarakat dan pelaksanaan penyusunan rencana tata ruang
swasta yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai daerah. Masyarakat dapat memberikan
(<5%). Peran masyarakat dan swasta dalam hal masukan terhadap hasil pelaksanaan kegiatan
partisipasi aktif pada saat konsultasi publik juga persiapan penyusunan rencana tata ruang
masih sangat kurang dikarenakan kurangnya daerah yang telah dipublikasikan Bappeda atau
pemahaman tentang RTRW kabupaten, yang sebutan lain dan/atau SKPD yang membidangi
terlihat dari masukan/usulan dari masyarakat urusan penataan ruang paling lambat 14
yang bersifat sektoral, spasial, terlalu detail (empat belas) hari kerja sejak tanggal
sehingga sulit untuk menuangkannya dalam dipublikasikannya hasil pelaksanaan kegiatan
bahasa perencanaan (saran/usulan yang diberikan persiapan penyusunan rencana tata ruang
lebih kepada rencana pembangunan fisik seperti daerah, yang penyampaiannya dilakukan
parit desa atau jalan dusun yang seyogianya melalui media komunikasi atau dialog
usulan-usulan tersebut diusulkan pada sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
musyawarah rencana pembangunan Dalam Negeri No. 56 Tahun 2014 pada Bagian
(musrenbang). Kedua Pasal 7 dan Pasal 8.
Peran serta masyarakat dapat didefinisikan
sebagai proses keterlibatan masyarakat yang

202
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)

c. Daya Tanggap Dalam penyusunan RTRW Kabupaten Serdang


Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap Bedagai, prinsip akuntabiitas telah diterapkan,
daya tanggap dapat dilihat bahwa sebagian besar yaitu dengan mengumpulkan data yang benar
responden menyatakan bahwa RTRW kabupaten (data yang dikumpulkan berupa data tahunan
yang disusun telah sesuai dengan daya dukung (time series) minimal 5 tahun terakhir dengan
dan potensi sumber daya manusia, daya dukung kedalaman data setingkat kelurahan/desa,
dan potensi sumber daya alam, serta daya dukung dengan harapan dapat memberikan gambaran
dan potensi sumber daya buatan yang ada di perubahan apa yang terjadi pada wilayah
wilayah kabupaten. kabupaten), sehingga dapat
Daya tanggap merupakan kemampuan untuk dipertanggungjawabkan di kemudian hari.
meyediakan apa yang menjadi tuntutan rakyat. [7] Indikator yang dijadikan acuan dalam menilai
Daya tanggap sangat diperlukan karena dalam akuntabilitas adalah ada/tidaknya sistem
bidang keputusan publik hal ini merupakan bukti informasi basis data, jenis dan tingkat validitas
kemampuan pemerintah untuk mengenali data, tingkat kelengkapan dan kedalaman peta,
kebutuhan masyarakat, menyusun prioritas dan adanya pertanggungjawaban kepada publik,
program pembangunan sesuai dengan aspirasi terstruktur atau tidaknya penyampaian dalam
dan kebutuhan masyarakat. Aparat pemerintahan rencana tata ruang, dan RTRW dapat
harus cepat tanggap terhadap perubahan diimplementasikan.
situasi/kondisi mengakomodasi aspirasi
masyarakat, serta mengambil prakarsa untuk e. Aturan Hukum
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi Setiap langkah perencanaan tata ruang harus
masyarakat. Pemerintah dapat dikatakan sesuai dengan aturan hukum (UU No. 26 Tahun 2007
responsif terhadap kebutuhan masyarakat, tentang Penataan Ruang; Peraturan Menteri
manakala kebutuhan masyarakat tersebut Pekerjaan Umum No. 16/PRT/M/2009 tentang
diidentifikasi oleh para pembuat kebijakan dan Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
pengetahuan lokal yang tepat dan dapat Wilayah Kabupaten; Peraturan Menteri Dalam
menjawab apa yang menjadi kepentingan lokal. Negeri Nomor 50 Tahun 2010 tentang Pedoman
Dari hasil wawancara dengan beberapa Koordinasi Penataan Ruang Daerah; Peraturan
narasumber (anggota BKPRD dan kasubbid Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun
Bappeda) diketahui bahwa daya tanggap 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
pemerintah masih kurang, dimana salah satu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 68
penyebabnya adalah kurangnya pemahaman Tahun 2010 tentang Bentuk danTata Cara Peran
pemerintah kabupaten itu sendiri terhadap Masyarakat Dalam Penataan Ruang) dan setiap
RTRW. Hal ini dapat dilihat dari respon yang pelanggaran yang terjadi juga akan dikenai sanksi
kurang dari SKPD-SKPD terkait apabila dilakukan yang juga diatur dalam perundang-undangan.
rapat/ekspos oleh Bappeda untuk membahas Pedoman untuk pelaksanaan proses dan
bersama data-data dan perumusan konsep RTRW prosedur penyusunan RTRW kabupaten juga telah
Kabupaten Serdang Bedagai. Respon yang kurang jelas diatur dalam kerangka hukum. Semua proses
baik ini terlihat dari utusan yang datang bukanlah yang dilalui telah sesuai dengan pedoman yang
orang yang kompetibel (misalnya : staf yang tidak diatur dalam perundang-undangan. Bahkan
punya wewenang untuk mengambil keputusan, proses legalisasi RTRW menjadi peraturan daerah
atau staf yang tidak mengerti tentang bahasan juga dilakukan sesuai dengan peraturan
rapat). Ketidaktahuan pemerintah (dalam hal ini pemerintah yaitu terlegalisasinya produk RTRW
SKPD) akan pentingnya RTRW dan tujuan akhir Kabupaten Serdang Bedagai melalui Peraturan
RTRW mengakibatkan kurangnya daya tanggap Daerah Nomor 12 Tahun 2013 walaupun harus
akan kebutuhan masyarakat. menunggu selama kurang lebih 2 tahun karena
adanya masalah lahan (kawasan hutan) yang tidak
d. Akuntabilitas sesuai antara Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Akuntabilitas berhubungan dengan kewajiban No. 44 Tahun 2005 dengan data riil di lapangan.
dari institusi pemerintahan maupun para aparat
yang bekerja di dalamnya untuk membuat Penyusunan RTRW Kabupaten Serdang Bedagai
kebijakan maupun melakukan aksi yang sesuai Proses penyusunan RTRW Kabupaten Serdang
dengan nilai yang berlaku maupun kebutuhan Bedagai telah dilaksanakan dengan berpedoman
masyarakat. [8] pada Undang-undang Nomor 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang dan peraturan lainnya

203
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)

yang merupakan turunan dari UU Penataan keterbatasan masyarakat Kabupaten Serdang


Ruang. Bedagai mengakses media cetak dan elektronik
Indikator penyusunan RTRW Kabupaten seperti website sehingga hal ini kurang optimal
Serdang Bedagai adalah proses dan prosedur yang dilakukan.
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum (PermenPU) Nomor : 16/PRT/M/2009 KESIMPULAN DAN SARAN
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Kesimpulan
Ruang Wilayah Kabupaten. 1. Prinsip good governance (transparansi,
Proses penyusunan RTRW kabupaten terdiri dari partisipasi, daya tanggap, akuntabilitas dan
beberapa tahap, yaitu : (1) Tahap Persiapan; (2) aturan hukum) berpengaruh secara simultan
Pengumpulan Data dan Informasi; (3) Pengolahan terhadap penyusunan RTRW di Kabupaten
dan Analisis Data; (4) Perumusan Konsep RTRW Serdang Bedagai. Hasil analisis regesi
Kabupaten; (5) Penyusunan Raperda Tentang menunjukkan bahwa sebesar 83,3% dari
RTRW Kabupaten. variasi perencanaan tata ruang kabupaten bisa
Sedangkan Prosedur penyusunan RTRW dijelaskan dengan prinsip transparansi,
kabupaten meliputi: (A) Pembentukan tim partisipasi, daya tanggap, akuntabilitas, dan
penyusunan RTRW kabupaten yang aturan hukum. Sedangkan 16,7% sisanya
beranggotakan unsur-unsur dari pemerintah dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Dengan
daerah kabupaten, khususnya dalam lingkup demikian keragaman dari perencanaan tata
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah ruang kabupaten dapat diterangkan atau
(BKPRD) kabupaten yang bersangkutan; (B) diperhitungkan oleh keragaman dari prinsip
Pelaksanaan penyusunan RTRW kabupaten; (C) transparansi, partisipasi, daya tanggap,
Pelibatan peran masyarakat di tingkat kabupaten akuntabilitas, dan aturan hukum.
dalam penyusunan RTRW kabupaten; (D) 2. Secara parsial, dari kelima prinsip good
Pembahasan raperda tentang RTRW kabupaten governance yang diteliti, prinsip transparansi
oleh pemangku kepentingan di tingkat kabupaten. (X1), partisipasi (X2) dan aturan hukum (X5)
Dari hasil analisis deskriptif (berdasarkan berpengaruh signifikan terhadap penyusunan
jawaban kuesioner yang disebarkan kepada RTRW kabupaten (masing-masing tingkat
responden) diperoleh data bahwa secara signifikansi thitung untuk X1, X2, X5 < 0,05 (α)
keseluruhan penyusunan RTRW Kabupaten sedang prinsip daya tanggap (X3) dan
Serdang Bedagai sudah baik. Hal ini bisa dilihat akuntabilitas (X4) tidak berpengaruh signifikan
dari data modus sebesar 4, yang artinya (tingkat signifikansi thitung untuk X3 dan X4 >
responden dominan menjawab Setuju atas 0,05 (α).
dilaksanakannya setiap tahap penyusunan RTRW Saran
kabupaten. 1. Prinsip partisipasi dan transparansi
Tahap yang dilalui dalam proses penyusunan mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
RTRW Kabupaten Serdang Bedagai telah sesuai penyusunan RTRW di Kabupaten Serdang
dengan pedoman penyusunan RTRW kabupaten, Bedagai, sehingga pada penyusunan rencana
yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tata ruang kabupaten selanjutnya (baik RTRW
tahap analisis data, tahap perumusan konsepsi kabupaten maupun rencana tata ruang
RTRW kabupaten, dan pembahasan raperda. lainnya) diharapkan prinsip ini perlu
Namun apabila dilihat lebih rinci berdasarkan hasil ditingkatkan/dioptimalkan (informasi tata
wawancara maka pelaksanaan tahap-tahap ruang harus , bukan sebatas pemenuhan
proses penyusunan RTRW kabupaten ini belum peraturan perundangan yang berlaku.
memperhatikan detail pelaksanaannya. Misalnya Sehingga rencana tata ruang yang dihasilkan
dalam tahap persiapan ada kegiatan pemberitaan dapat diimplementasikan dan merangkul
kepada publik perihal akan dilakukannya semua kepentingan pelaku pembangunan di
penyusunan rencana tata ruang. Pemberitahuan Kabupaten Serdang Bedagai.
ini dapat dilakukan melalui berbagai media cetak 2. Mendorong dan meningkatkan terus fungsi
maupun elektronik yang mudah dijangkau kelembagaan penataan ruang yang efektif di
masyarakat dengan tujuan agar seluruh elemen Kabupaten Serdang Bedagai, yang dapat
masyarakat dan swasta tahu tentang penyusunan mengakomodasi kepentingan masyarakat
RTRW dan agar masyarakat juga swasta boleh dalam penyelenggaraan penataan ruang.
berpartisipasi secara aktif. Namun karena masalah 3. Perlu adanya peningkatan kesadaran dalam
keterbatasan dana dan juga personil, dan hal ini tanggung jawab dari Pemerintah

204
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)

Kabupaten Serdang Bedagai khususnya yang Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
membidangi perencanaan tata ruang untuk Kabupaten
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam [6]. Surat Keputusan Bupati Kabupaten Serdang
proses perencanaan tata ruang, salah satunya Bedagai Nomor : 194/050/TAHUN 2010
dalam hal pemberian informasi melalui Tentang Pembentukan BKPRD Kabupaten
berbagai media atau forum yang mudah Serdang Bedagai
diakses masyarakat agar masyarakat bisa [7]. Widodo, Joko, 2001. Good Governance :
mengetahui jalannya proses penyusunan Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol
rencana tata ruang dengan baik dan jelas, Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi
sehingga dapat meningkatkan partisipasi Daera. Insan Cendikia. Surabaya
masyarakat [8]. Krina P, Loina Lalolo, 2003. Indikator & Alat
4. Pemahaman yang baik terhadap konsep good Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi &
governance di kalangan stakeholders Partisipasi. Sekretariat Good Public
terutama pemerintah harus dipertajam agar Governance Badan Perencanaan
mekanisme tersebut bekerja dengan baik. Pembangunan Nasional Jakarta – Agustus
Tanpa pemahaman dan keinginan untuk 2003
menciptakan suatu tata pemerintahan yang
lebih baik maka mekanisme atau prosedur-
prosedur tersebut akan menjadi tidak berarti.

UCAPAN TERIMA KASIH


1. Bapak Prof. Dr. Abdul Hakim, M.Si selaku
Komisi Pembimbing I.
2. Bapak Dr. Irwan Noor, MA selaku Komisi
Pembimbing II dan juga selaku Ketua Program
Studi Magister Ilmu Administrasi Publik.
3. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.Si ,
selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi.
4. Pusbindiklatren BAPPENAS, yang telah
memberikan donasi beasiswa.
5. Semua pihak terkait yang membantu peneliti
dalam menyelesaikan publikasi ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1]. Koespramoedyo, Deddy. 2008. Ketertarikan
Rencana Pembangunan Nasional Dengan
Penataan Ruang. Online Bulletin Tata Ruang
edisi Maret-April 2008
[2]. Utoyo, 2014. Pengaruh Prinsip Governance
Dalam Perencanaan Tata di Kota Metro
Provinsi Lampung. Jurnal Sosiohumaniora, Vol.
16 No.3 November 2014 : 257-262
[3]. Thoha, Miftah, 2011. Ilmu Administrasi
Publik Kontemporer. Kencana Prenada Media
Group. Jakarta
[4]. Argo, Teti A. 2004. Memperkuat Posisis
Penataan Ruang di Daerah Melalui Penciptaan
Good Governance. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota Vol. 15 (1):8-33
[5]. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
16/PRT/M/2009 tentang Pedoman

205

Anda mungkin juga menyukai