Abstrak
Penataan ruang yang berjalan selama ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilaksanakan karena dalam penyusunan
rencana tata ruang, prinsip keterbukaan, partisipasi, daya tanggap akuntabilitas, dan penegakan aturan hukum terhadap
masyarakat masih rendah. Masyarakat belum ditempatkan pada posisi yang kuat dan partisipatif, sebagaimana yang
diamanatkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada Bab VIII pasal 65.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan sejauh mana prinsip good governance yang terdiri dari transparansi,
partisipasi, daya tanggap, akuntabilitas, dan aturan hukum terhadap penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW) di
Kabupaten Serdang Bedagai, baik secara simultan maupun parsial. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif,
dengan pendekatan survei, dengan maksud penjelasan (ekspalanatory research). Data kuesioner yang diperoleh dari
responden dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan
(serentak) variabel transparansi, partisipasi, daya tanggap, akuntabilitas dan aturan hukum berpengaruh signifikan
terhadap penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Serdang Bedagai dengan tingkat pengaruh kuat,
dan kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 83,3%. Akan tetapi secara parsial (masing-masing
variabel) ditemukan bahwa tidak semua variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, dimana variabel
transparansi, partisipasi dan aturan hukum berpengaruh, sedangkan variabel daya tanggap dan akuntabilitas tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat.
Kata kunci: good governance, penyusunan, rencana tata ruang wilayah, regresi.
Abstract
The ongoing spatial planning is not something easy to implement because in the preparation of spatial planning, the
principles of transparency, participation, responsiveness, accountability, and the rule of law to the society remain low.
Society has not been placed in a strong position and participatory, as mandated by Law No. 26 Year 2007 on Spatial
Planning in Chapter VIII of Article 65.
The study aims to explain the extent to which the principles of good governance which consists of transparency,
participation, responsiveness, accountability and the rule of law on spatial planning (RTRW) in Serdang Bedagai, either
simultaneously or partially. The study used a quantitative method with survey approach and explanatory research. The
questionnaire data obtained from the respondents were analyzed using multiple linear regression.
The results showed that the variables of transparency, participation, responsiveness, accountability and the rule of law
simultaneouslyhave a significant effect on the preparation of spatial planning (RTRW) in Serdang Bedagai with the strong
influence level and contribution of independent variables on the dependent variables by 83.3%. Partially (each variable),
however, it found that not all independent variables affect the dependent variables, where the variables of transparency,
participation and the rule of law have effect, while the variables of responsiveness and accountability have no effect on
the dependent variables.
196
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)
Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), dan keterbukaan; f) kebersamaan dan kemitraan; g)
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota pelindungan kepentingan umum; h) kepastian
(RTRW Kab/kota). Ketiga rencana tata ruang hukum dan keadilan; dan i) akuntabilitas. Proses
tersebut harus dapat terangkum di dalam suatu penyusunan RTRW kabupaten ini telah
rencana pembangunan sebagai acuan di dalam mengadopsi partisipasi masyarakat dan menganut
implementasi perencanaan pembangunan asas keterbukaan kepada publik.
berkelanjutan di wilayah Indonesia. Sebagai Perencanaan tata ruang cenderung masih
payung hukum dalam penyelenggaraan penataan banyak diwarnai oleh “kepentingan publik
ruang, maka Undang-Undang Penataan Ruang ini terbatas”. [2] Oleh karena itu pada tataran
diharapkan dapat mewujudkan rencana tata implementasinya seringkali menyisakan berbagai
ruang yang dapat mengoptimalisasikan dan persoalan dan dampak yang muncul sebagai
memadukan berbagai kegiatan sektor akibat dari lemahnya perencanaan itu sendiri.
pembangunan, baik dalam pemanfaatan Proses pengambilan keputusan publik secara
sumberdaya alam maupun sumberdaya buatan. demokratis berdasarkan good governance
[1] merupakan suatu proses yang sangat kondusif
Disamping sebagai “guidance of future terhadap konsep perencanaan (tata ruang
actions” [2] RTRW pada dasarnya merupakan kabupaten/kota) sebagai sebuah proses
bentuk intervensi yang dilakukan agar interaksi pembelajaran sosial, dimana peran masyarakat
manusia/makhluk hidup dengan lingkungannya (termasuk di dalamnya civil society dan private
dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk sector) sebagai stakeholder rmenjadi sangat
tercapainya kesejahteraan manusia/makhluk diperhatikan dibandingkan dengan proses
hidup serta kelestarian lingkungan dan pengambilan keputusan yang dilakukan pada pola
keberlanjutan pembangunan (development rasional semata. Oleh karenanya, menjadi sangat
sustainability). relevan dan penting kajian terhadap penyusunan
Perencanaan tata ruang sebagai salah bagian rencana tata ruang kota dilakukan atas dasar good
dalam aktivitas penataan ruang sesungguhnya governance melalui penerapan prinsip-prinsip
merupakan bentuk formulasi kebijakan publik yang melekat di dalamnya. [2]
yang terkait dengan dengan pengelolaan ruang Tata kepemerintahan yang baik (good
kota. Dalam sebuah proses perencanaan, akan governance) itu diwujudkan dengan lahirnya
sangat terkait sekali dengan proses penentuan tatanan kepemerintahan yang demokratis dan
pilihan-pilihan yang merupakan pengejawentahan diselenggarakan secara baik, bersih, transparan
dari proses politik yang terjadi dalam proses dan berwibawa. [3]
perumusan kebijakan publik. Argo (2004) menjelaskan upaya konseptual
Mengingat pentingnya rencana tata ruang yang menghubungkan penataan ruang dan good
dalam pembangunan, maka suatu perencanaan governance, yaitu dengan diperkenalkannya
tata ruang harus disusun dengan prinsip good governance sebagai sebuah konsep
mempertimbangkan dan memperhatikan banyak untuk menentang pengambilan keputusan yang
aspek serta melibatkan berbagai pihak sehingga monokratik, perwujudan good governance akan
perencanaan yang dihasilkan adalah perencanaan membantu menempatkan dan membentuk
yang berkualitas dan dapat diimplementasikan kembali penataan dan perencanaan spasial di
dengan baik. Rencana tata ruang wilayah yang Indonesia. Dalam penelitian Argo ini dipaparkan
baik perlu disusun dengan melibatkan semua kriteria dan indikator untuk mengukur prinsip
stakeholders, baik pemerintah, masyarakat, dan good governance dalam penataan ruang di
swasta, melalui mekanisme tertentu yang Indonesia. [4]
memungkinkan semuanya dapat terlibat secara Dalam rangka mendukung peningkatan prinsip
aktif. good governance (transparansi, partisipasi, daya
Pada tahun 2009 Kabupaten Serdang Bedagai tanggap, akuntabilitas dan aturan hukum) dalam
kembali melakukan penyusunan rencana tata perencanaan tata ruang di Kabupaten Serdang
ruang wilayah sesuai dengan amanat Undang Bedagai, maka perlu diketahui apakah prinsip
Undang No. 26 tahun 2007 Tentang Penataan good governance tersebut berpengaruh secara
Ruang, yang mana pada Bab II pasal 2 UU tersebut serentak (simultan) dan secara parsial (masing-
disebutkan bahwa penataaan ruang harus masing prinsip) terhadap penyusunan RTRW
berasaskan a) keterpaduan; b) keserasian, Kabupaten Serdang Bedagai.
keselarasan, dan keseimbangan; c) keberlanjutan; Prinsip-prinsip good governance yang akan
d) keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; e) diteliti adalah prinsip yang berkaitan erat dengan
197
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)
topik penelitian dan hasil pemetaan dari pendapat skala likert dengan memberikan skor (nilai) pada 5
ahli/pakar (Bhatta, 1996; Mustopadidjaja, 1997; Prof. (lima) alternatif jawaban responden terhadap
Dr. H. Tjokroamidjojo, Bintaro, MA, 2000), lembaga setiap pertanyaan/pernyataan yang diajukan
(UNDP, 1997; LAN 2003) dan penelitian terdahulu melalui kuesioner, yaitu sebagai berikut:
(Argo, 2004; Utoyo, 2014), yaitu: transparansi, a. Jawaban Sangat Setuju diberi skor 5;
partisipasi, daya tanggap, akuntabilitas dan aturan b. Jawaban Setuju diberi skor 4;
hukum. Sedangkan indikator penyusunan rencana c. Jawaban Ragu-ragu/Netral diberi skor 3;
tata ruang adalah proses dan prosedur d. Jawaban Tidak Setuju diberi skor 2;
penyusunan rencana tata ruang. [5] e. Jawaban Sangat Tidak Setuju diberi skor 1.
198
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)
199
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)
200
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)
201
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)
dan buku; kegiatan pameran, pemasangan poster, memungkinkan mereka dapat mempengaruhi
pamflet, papan pengumuman, billboard; kegiatan proses pengambilan keputusan penataan ruang
kebudayaan (misal: pagelaran wayang dengan yang meliputi keseluruhan proses sebagaimana
menyisipkan informasi yang ingin disampaikan di disebutkan dalam Undang-undang nomor
dalamnya); multimedia (video, VCD, dan DVD); 26/2007 pasal 1 yaitu: pengaturan penataan
website; ruang pamer atau pusat informasi; ruang (ayat 9), pembinaan penataan ruang (ayat
dan/atau pertemuan terbuka dengan 10), pelaksanaan penataan ruang (ayat 11), dan
masyarakat/kelompok masyarakat. pengawasan penataan ruang (ayat 12).
Dari hasil wawancara juga diperoleh data bahwa Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa
pemberitahuan tentang penyusunan RTRW variabel bebas partisipasi merupakan faktor yang
Kabupaten Serdang Bedagai yang dilakukan paling dominan berpengaruh dalam penyusunan
aparatur pemerintah kepada masyarakat masih RTRW Kabupaten Serdang Bedagai. Melihat arti
sebatas sosialisasi pada saat penjaringan aspirasi penting partisipasi dalam penyusunan RTRW dan
dan kegiatan tersebut belum mencakup semua mengingat bahwa masyarakat berhak berperan
kecamatan, hanya beberapa saja, karena serta dan pemerintah wajib memungkinkan
keterbatasan anggaran. Ketidakoptimalan ini pelaksanaan hak tersebut, untuk itu pertama-
berakibat kurangnya pemahaman masyarakat dan tama masyarakat perlu mengetahui bahwa proses
swasta bahkan pemerintah tentang RTRW. perencanaan tata ruang akan dimulai, sehingga
Mereka tidak tahu, tidak mengerti, tidak familiar masyarakat dapat mempersiapkan diri untuk
degan RTRW sehingga ketika proses penyusunan berpartisipasi. Hal ini dilaksanakan melalui
RTRW kabupaten mulai berjalan, masyarakat dan pengumuman dengan cara yang memungkinkan seluruh
swasta tidak optimal dalam memberi masukan, masyarakat mengetahuinya. Tidak cukup
saran atau kritik atau bahkan potensi yang ada di disebarluaskan dengan surat kabar jika surat
daerah mereka. kabar tidak sampai di pelosok. Diperlukan
berbagai cara, melalui siaran radio dan televisi,
b. Partisipasi surat edaran ataupun utusan dan melalui forum
Partisipasi masyarakat dan swasta dapat pertemuan. Hasil pelaksanaan kegiatan persiapan
dilihat salah satunya dengan kehadiran mereka penyusunan rencana tata ruang daerah yang
pada acara penjaringan aspirasi yang dilaksanakan dilakukan pemerintah juga dipublikasikan melalui
di beberapa kecamatan dan juga konsultasi publik media komunikasi, yang paling sedikit memuat :
gambaran umum wilayah perencanaan; kesesuaian
di kantor pemerintahan Kabupaten Serdang
produk rencana tata ruang daerah sebelumnya
Bedagai. Ekspose telah dilakukan dengan tujuan
dengan kondisi dan kebijakan saat ini; hasil kajian
agar masyarakat dan swasta mengetahui awal berupa kebijakan terkait wilayah
rancangan RTRW kabupaten, dan dapat memberi perencanaan, isu strategis, potensi dan
masukan apabila ada yang kurang tepat dengan permasalahan awal wilayah perencanaan, serta
rancangan RTRW tersebut berdasarkan data riil di gagasan awal pengembangan wilayah perencanaan;
lapangan. Dari tingkat kehadiran, partisipasi metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan
masyarakat dan swasta masih kurang apabila yang akan digunakan; dan rencana kerja
dibandingkan dengan jumlah masyarakat dan pelaksanaan penyusunan rencana tata ruang
swasta yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai daerah. Masyarakat dapat memberikan
(<5%). Peran masyarakat dan swasta dalam hal masukan terhadap hasil pelaksanaan kegiatan
partisipasi aktif pada saat konsultasi publik juga persiapan penyusunan rencana tata ruang
masih sangat kurang dikarenakan kurangnya daerah yang telah dipublikasikan Bappeda atau
pemahaman tentang RTRW kabupaten, yang sebutan lain dan/atau SKPD yang membidangi
terlihat dari masukan/usulan dari masyarakat urusan penataan ruang paling lambat 14
yang bersifat sektoral, spasial, terlalu detail (empat belas) hari kerja sejak tanggal
sehingga sulit untuk menuangkannya dalam dipublikasikannya hasil pelaksanaan kegiatan
bahasa perencanaan (saran/usulan yang diberikan persiapan penyusunan rencana tata ruang
lebih kepada rencana pembangunan fisik seperti daerah, yang penyampaiannya dilakukan
parit desa atau jalan dusun yang seyogianya melalui media komunikasi atau dialog
usulan-usulan tersebut diusulkan pada sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
musyawarah rencana pembangunan Dalam Negeri No. 56 Tahun 2014 pada Bagian
(musrenbang). Kedua Pasal 7 dan Pasal 8.
Peran serta masyarakat dapat didefinisikan
sebagai proses keterlibatan masyarakat yang
202
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)
203
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)
204
Penerapan Prinsip Good Governance dan Pengaruhnya Terhadap Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah (Napitupulu, et al.)
Kabupaten Serdang Bedagai khususnya yang Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
membidangi perencanaan tata ruang untuk Kabupaten
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam [6]. Surat Keputusan Bupati Kabupaten Serdang
proses perencanaan tata ruang, salah satunya Bedagai Nomor : 194/050/TAHUN 2010
dalam hal pemberian informasi melalui Tentang Pembentukan BKPRD Kabupaten
berbagai media atau forum yang mudah Serdang Bedagai
diakses masyarakat agar masyarakat bisa [7]. Widodo, Joko, 2001. Good Governance :
mengetahui jalannya proses penyusunan Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol
rencana tata ruang dengan baik dan jelas, Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi
sehingga dapat meningkatkan partisipasi Daera. Insan Cendikia. Surabaya
masyarakat [8]. Krina P, Loina Lalolo, 2003. Indikator & Alat
4. Pemahaman yang baik terhadap konsep good Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi &
governance di kalangan stakeholders Partisipasi. Sekretariat Good Public
terutama pemerintah harus dipertajam agar Governance Badan Perencanaan
mekanisme tersebut bekerja dengan baik. Pembangunan Nasional Jakarta – Agustus
Tanpa pemahaman dan keinginan untuk 2003
menciptakan suatu tata pemerintahan yang
lebih baik maka mekanisme atau prosedur-
prosedur tersebut akan menjadi tidak berarti.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Koespramoedyo, Deddy. 2008. Ketertarikan
Rencana Pembangunan Nasional Dengan
Penataan Ruang. Online Bulletin Tata Ruang
edisi Maret-April 2008
[2]. Utoyo, 2014. Pengaruh Prinsip Governance
Dalam Perencanaan Tata di Kota Metro
Provinsi Lampung. Jurnal Sosiohumaniora, Vol.
16 No.3 November 2014 : 257-262
[3]. Thoha, Miftah, 2011. Ilmu Administrasi
Publik Kontemporer. Kencana Prenada Media
Group. Jakarta
[4]. Argo, Teti A. 2004. Memperkuat Posisis
Penataan Ruang di Daerah Melalui Penciptaan
Good Governance. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota Vol. 15 (1):8-33
[5]. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
16/PRT/M/2009 tentang Pedoman
205