Anda di halaman 1dari 3

Nama : Leony Tanriono

Kelas : B

NIM : 21080120140079

Kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis sistematis, menyeluruh, dan partisipatif
untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS nantinya akan digunakan
sebagai acuan utama dalam perencanaan tata ruang melalui proses penataan ruang.

Penataan ruang merupakan proses yang terdiri atas perencanaan ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang yang dilakukan harus melalui proses dan prosedur
penyusunan serta penetapan rencana tata ruang. Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program
pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya, yang didasarkan atas rencana tata ruang. Pengendalian
pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan
ruang. Ketiganya terkait dalam suatu sistem penataan ruang.

Pemerintah secara aktif mendukung pelaksanaan KLHS dan perannya dalam penentuan proses
perencanaan tata ruang, hal ini ditunjukan dengan adanya dasar hukum legal yang mengatur tentang KLHS dan
tata ruang antara lain: Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis. Serta dasar hukum tata ruang yang diatur dalam Undang-
Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang yang kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Tujuan penyusunan panduan Kajian Lingkungan Hidup Stratejik (KLHS) dalam Perencanaan Tata Ruang
adalah:

 Membantu para perencana tata ruang, instansi sektoral, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga
pengelola lingkungan di daerah mengintegrasikan kepentingan lingkungan dalam perencanaan tata
ruang.
 Menunjukkan langkah-langkah pendekatan integrasi kepentingan lingkungan hidup (LH) dalam
perencanaan tata ruang.
 Upaya pengarusutamaan (mainstreaming) perencanaan pembangunan berwawasan lingkungan
melalui KLHS.

Manfaat yang diharapkan dengan adanya panduan implementasi KLHS dalam perencanaan tata ruang
adalah:
 Meningkatkan pemahaman para perencana tata ruang dan mereka yang menaruh perhatian terhadap
perencanaan tata ruang tentang metodologi (protokol) KLHS sebagai sarana pendukung dalam proses
pengambilan keputusan perencanaan tata ruang.
 Menciptakan tata pengaturan pembangunan yang lebih baik dengan terbangunnya keterlibatan para
pemangku kepentingan (stakeholders) dalam proses pengambilan keputusan melalui proses konsultasi
dan partisipasi masyarakat.
 Meningkatkan efektivitas pelaksanaan AMDAL dan/atau instrumen pengelolaan lingkungan lainnya.
 Memfasilitasi kerjasama lintas batas administrasi guna mencegah konflik, berbagi pemanfaatan
sumberdaya alam, dan mitigasi dampak lingkungan, terutama yang bersifat tidak langsung, kumulatif,
dan sinergistik.

Tujuan dan manfaat tersebut tidak lepas dari pengaruh dalam penentuan tata ruangnya. Adapun dalam
penataan ruang secara nasional, pola ruang wilayah nasional memiliki tiga bagian, yaitu kawasan lindung,
kawasan budi daya, dan kawasan strategis nasional. Tujuan serta manfaat penataan ruang wiayah nasional
mewujudkan beberapa hal, di antaranya:

 Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.


 Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan Keterpaduan pemanfaatan ruang
darat, laut, dan udara, termasuk ruang di dalam bumi.
 Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten atau kota.
 Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

KLHS dalam implementasinya dapat menentukan substansi RTRW. KLHS juga dapat memperkaya proses
penyusunan dan evaluasi keputusan. Serta tentunya dapat dimanfaatkan sebagai instrumen metodologis
pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran RTRW, atau kombinasinya.
Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas AMDAL dan atau
instrumen pengelolaan lingkungan lainnya, menciptakan tata pengaturan yang lebih baik melalui pembangunan
keterlibatan para pemangku kepentingan yang strategis dan partisipatif, kerja sama lintas batas wilayah
administrasi, serta memperkuat pendekatan kesatuan ekosistem dalam satuan wilayah.

Adapun selain peran KLHS dalam menentukan substansi RTRW, dalam perspektif studi tata ruang adanya
Implementasi kebijakan Perda RTRW yang menjadi acuan perencanaan penataan ruang wilayah berdasarkan
arahan pemanfaatan ruang yang meliputi tiga hal yaitu: pertama; strategi perwujudan struktur ruang, kedua;
perwujudan pusat kegiatan, dan ketiga; perwujudan sistem prasarana.

Dalam implementasinya, Kegiatan penataan ruang terdiri dari 3 (tiga) kegiatan yang saling terkait, yaitu:
perencanaan tata ruang, pemanfaatan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang melalui produk rencana
tata ruang berupa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang secara hieratki terdiri dari Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota (RTRW Kab/Kota). Ketiga rencana tata ruang tersebut harus dapat terangkum di dalam
suatu rencana pembangunan sebagai acuan di dalam implementasi perencanaan pembangunan berkelanjutan
di wilayah Indonesia. Sebagai UU utama (core) dalam penyelenggaraan penataan ruang, maka UU Penataan
Ruang ini diharapkan dapat mewujudkan rencana tata ruang yang dapat mengoptimalisasikan dan memadukan
berbagai kegiatan sektor pembangunan, baik dalam pemanfaatan sumber daya alam maupun sumber daya
buatan. 

Anda mungkin juga menyukai