Anda di halaman 1dari 6

p-ISSN 2302-6960

PERANAN STAKEHOLDER TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI


KELURAHAN MASSEPE KECAMATAN TELLU LIMPOE
KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
Rohandi
rohandi@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Peranan Stakeholder dalam Perencanaan
Pembangunan di Kelurahan Massepe Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang dan
untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi peranan stakeholder dalam perencanaan
pembangunan di Kelurahan Massepe Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif (tabel
persentase). Tehnik pengumpulan data yakni dengan membagikan quesioner kepada responden
yang berjumlah 33 orang. dan melakukan wawancara langsung kepada informan yang berjumlah 3
orang. Penelitian ini dapat dipaparkan bahwa Peranan Stakeholder dalam Perencanaan
Pembangunan di Kelurahan Massepe Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang
terdiri dari 3 indikator, yaitu subsistem pengambil kebijakan, 69,75 % dengan kategori baik, Pemberi
Pelayanan, 72,75% dengan kategori baik, dan penerima dampak 75,75% dengan kategori baik.
Hasil rekapitulasi dari peranan stakeholder menunjukkan 72,75% dengan kategori baik. Faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap peranan Stakeholder dalam Perencanaan Pembangunan di
Kelurahan Massepe Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang yaitu tingkat urgensi
46,25% dengan kategori cukup baik, pengetahuan 69,75% dengan kategori baik, Kedekatan
(komunikasi) 85,5% dengan kategori baik, dan sikap stakeholder 65 % dengan kategori baik. . Hasil
rekapitulasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peranan Stakeholder dalam Perencanaan
Pembangunan menunjukkan 66,63% dengan kategori baik

Kata Kunci : Peranan dan Pembangunan

Abstract
Target of this research is to know Role of Stakeholder in the plan Development in Sub-District Of
Massepe District Of Tellu Limpoe Sub-Province of Sidenreng Rappang and to know factors what
influencing role of stakeholder in the plan development in Sub-District Of Massepe District Of Tellu
Limpoe Sub-Province of Sidenreng Rappang. Method Research which is used in this research is
research method qualitative (tables of percentage). Technics of data collecting namely by alloting
quesioner to responder amounting to 33 people. and direct interview to informan amounting to 3
people. Of this research earn explain that Role of Stakeholder in the plan Development in Sub-
District Of Massepe District Of Tellu Limpoe Sub-Province of Sidenreng Rappang consist of 3
indicator, that is subsistem taker of policy, 69,75 % with good category, Giver of Service, 72,75%
with good category, and receiver affect 75,75% with good category. Result of summary of role of
stakeholder show 72,75% with good category. In this research there are factors having an effect on
to role of Stakeholder in the plan Development in Sub-District Of Massepe District Of Tellu Limpoe
Sub-Province of Sidenreng Rappang that is urgency storey;level 46,25% with good enough
category, knowledge 69,75% with good category, Contiguity (communication) 85,5% with good
category, and attitude of stakeholder 65 % with good category . Result of factors summary having
an effect on to role of Stakeholder in the plan Development show 66,63% with good category.

Keywords: Role and Development

PRAJA| Volume 6 | Nomor 3 | Edisi Oktober 2018


83
p-ISSN 2302-6960

A. PENDAHULUAN yang tepat sehingga apa yang diinginkan


Masa orde baru yang ditandai dengan pemerintah maupun masyarakat menjadi
sistem pemerintah yang lebih menekankan terwujud.
kepada sentralisasi, membawa bangsa ini Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
pada suatu sistem, pemerintahan yang selalu tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
mengutamakan negara, dimana setiap tahap Nasional, ditegaskan bahwa perencanaan
proses pembangunan ditentukan oleh negara. pembangunan lebih menitikberatkan kepada
Masyarakat hanyalah objek, pelengkap aspek perencanaan dari bawah. Dalam artian,
penderita, atau sekedar bagian yang masyarakat setempat yang melakukan
ditempelkan dalam skema pembangunan. perencanaan dengan tujuan untuk menjaring
Apa yang ingin dicapai, mengapa suatu aspirasi masyarakat dari tingkatan yang paling
kebijakan diambil, dan bagaimana hasil rendah sehingga dapat mempercepat proses
pembangunan didistribusikan menjadi hal pencapaiaan tujuan pembangunan,
yang sangat kabur dan cenderung khususnya untuk mengadakan pemerataan
dimanipulasikan. dan peningkatan taraf hidup masyarakat.
Salah satu pertimbangan Salah satu sistem perencanaan yang
dikeluarkannya kebijakan Otonomi Daerah dilakukan berdasarkan undang-undang
yang tertuang dalam Undan-Undang Nomor tersebut adalah dengan melakukan
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Musywarah Perencanaan Pembangunan
dimana penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Musrenbang) mulai dari tingkat desa/
dilaksanakan menurut Asas desentralisasi. kelurahan, kecamatan sampai pada tingkat
Dengan demikaian, pemerintah Pusat kabupaten yang intinya mempunyai dua fungsi
memberikan kebebasan kepada Pemerintah yaitu Pengelolaan keterpaduan pembangunan
Daerah dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pemerintahannya. Paradigma Otonomi evaluasi sampai pada tindak lanjut. Mengelola
Daerah, maka penyelenggaraan proses informasi pembangunan dengan cara
pembangunan bertumpu pada Daerah mengolah dan menganalisa data, memantau
Otonomi Kabupaten/kota sebagai daerah dan menjabarkan kegiatan pembangunan
yang diberikan kewenangan untuk mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan
merencanakan dan melaksanakan dan kabupaten serta pembangunan regional.
pembangunan di daerah. Dalam rangka Bertolak dari kedua fungsi tersebut,
efektifitas penyelenggaraan pembangunan maka perencanaan pembangunan pada
daerah di Indonesia, isu penting yang mucul semua tingkatan tidak jauh dari peran
dalam pelaksannan pembangunan tersebut Stakeholder sebagai pengambil Kebijakan
Perencanaan Pembangunan dari Bawah dalam Dunia Perencanaan. Partisipasi
(Bottom Up Planning) sistemini dimaksudkan masyarakat dalam pembangunan sangat
agar dapat mengidentifikasi tindakan-tindakan diperlukan karena tentunya rencana
efektif yang nantinya di harapkan dapat pembanguan dibuat demi kepentingan
mendukung usaha perencanaan msyarakat itu sendiri. Biasanya masyarakat
pembangunan tahap berikutnya,dengan yang berpartisipasi adalah para stakeholder.
berdasarkan informasi-informasi tentang Secara sederhana stakeholder sering
perkembangan suatu program atau proyek diartikan sebagai pihak-pihak terkait dengan
pembangunan disetiap jenjang pemerintahan. suatu rencana. Stakeholder dalam hal ini juga
Pemerintah makin mampu menyerap dapat disebut sebagai pemangku
aspirasi masyarakat banyak, sehingga kepentingan. Sejalan dengan hal tersebut
pembangunan yang dilaksanakan dapat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
memberdayakan dan memenuhi kebutuhan dengan judul “Peranan Stakeholder Terhadap
rakyat banyak. Melalui perencanaan yang Perencanaan Pembangunan Di Kelurahan
efektif diharapkan dapat mencapai hasil yang Massepe Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten
maksimal dengan sumber-sumber yang Sidenreng Rappang dengan tujuan untuk
tebatas adanya dan untuk menghindari mengetahui Peranan Stakeholder dalam
pemborosan. Pada hakekatnya dalam Perencanaan Pembangunan di Kelurahan
pembangunan terdapat unsur pertumbuhan Massepe Kec. Tellu Limpoe Kabupaten
dan perubahan menuju pada keadaan yang Sidenreng Rappang dan untuk
diinginkan. Untuk mencapai hal tersebut perlu mengidentifikasi faktor-faktor apa yang
adanya upaya berupa strategi atau kebijakan mempengaruhi Perencanaan Pembangunan

PRAJA| Volume 6 | Nomor 3 | Edisi Oktober 2018


84
p-ISSN 2302-6960

di Kelurahan Massepe Kecamatan Tellu suatu pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan


Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang. (Biset, 2007), secara singkat mendefenisikan
(F, 2007), mengemukakan bahwa stekeholder merupakan orang dengan suatu
peranan ialah fungsi. Kedudukan dan bagian kepentingan atau perhatian pada
kedudukan. Peranan adalah suatu yang permasalahan. Stakeholder ini sering
menjadi bagian atau yang memegang diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu
pimpinan terutama (dalam terjadinya sebagimana dikemukakan Freeman
peristiwa) misalnya tenaga-tenaga ahli dan (Mardiasmo., 2002) , yaitu dari segi kekuatan
buruhpun mempunyai peranan penting dalam dan kepentingan relatif stakeholder terhadap
pembangunan negara. (Amir Santoso, 2001), issu, Grimble and Wellard (Widjaja, 2003), dari
mengemukakan bahwa peranan adalah segi posisi penting dan pengaruh yang dimiliki
seperangkat perilaku yang terorganisir, mereka.
peranan adalah hal-hal yang harus dilakukan Perencanaan yang matang sangat
oleh seseorang untuk menyayihkan (validate). diperlukan, karena tanpa perencanaan maka
Sedangkan menurut Kamus Bahasa tindakan yang akan dilakukan akan
Indonesia, bahwa peranan adalah sesuatu menghasilkan suatu yang kurang bermanfaat
yang menjadi bagian atau memegang bahkan akan menimbulkan suatu kerugian.
pimpinan yang terutama dalam terjadinya Dan ddibawah ini ada beberapa konsep
sesuatu hal atau peristiwa. beberapa perencanaan menurut fokus masing-masing.
pendapat mengenai pengertian peranan (Kunarjo, 1996), mengatakan bahwa
sebagaimana dijelaskan di atas, maka dapat “perencanaan adalah suatu penyiapan
disimpulkan bahwa pengertian peranan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan
adalah seperangkat perilaku yang terorganisir pada waktu yang akan datangdan diarahkan
yang harus dilakukan oleh seseorang berupa pada tujuan tertentu”. Sedangkan
tugas,wewenang dan harapan untuk (Tjokroamidjojo, 2006), perencanaan adalah
mencapai tujuan. “suatu usaha yang berkenaan dengan suatu
Stakeholder merupakan unsur sistem pemecahan masalah”.
terpenting suksesnya suatu kebijakan. Karena (Bratakusumah, 2003), mengemukakan
sumber utama acuan peraturan dan bahwa “ perencanaan adalah suatu proses
perencanaan yang dibuat adalah dari untuk memutuskan tujuan-tujuan yang akan
kebijakan pihak stakeholder. Stakeholder dikejar selama periode waktu yang telah
yang mempunyai kuasa dalam mengarahkan ditentukan selama periode waktu dan apa
seperti apakah nantinya suatu kebijakan akan yang akan dilakukan agar mencapai tujuan
dibuat. Stakeholder diartikan sebagai seorang tersebut”. Menurut (Hasibuan, 2006),
yang memegang kuasa atas kebijakan- perencanaan adalah “suatu proses untuk
kebijakan yang mungkin dibuat. Jadi, dapat menentukan rencana, sedangkan produk dari
pula diartikan sebagai titik acuan atau titik perencanaan tersebut adalah rencana. Saul
pusat terciptanya suatu kebijakan. M. Katz (Tjokroamidjojo, 2006), menyatakan
Stakeholder adalah penentu kelangsungan bahwa “ perencanaan dapat dilihat dari segi
kehidupan pada suatu kelompok atau sutu alat atau cara untuk mencapai tujuan
organisasi terstruktur. Ketika seorang dengan lebih baik merupakan alasan yang
stakeholder tidak mampu membuat kebijakan kuat untuk melakukan perencanaan”.
secara tepat sasaran, maka habislah tatanan Perencanaan ialah sejumlah kegiatan
peraturan yang akan terjadi. yang ditentukan sebelumnya untuk
Secara sederhana, stakeholder sering dilaksanakan pada suatu priode tertentu
dinyatakan sebagai para pihak, lintas pelaku, dalam rangka mencapai tujuan yang
atau pihak-pihak yang terkait dengan suatu ditetapkan. Beberapa ahli memberikan
issu atau suatu rencana. Dalam buku pengertian perencanaan. Menurut Bintoro
Cultivating Peace: Conflict and Collaboration Tjokroaminoto, perencanaan ialah proses
in Natural Resources Management, Ramirez mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara
mengidentifikasi berbagai pendapat mengenai sistimatis yang akan dilakukan untuk
stakekholder ini. Defenisi yang penting mencapai tujuan tertentu.
dikemukakan seperti Freeman (1984) yang (Siagian, 2003), memberikan pengertian
mendefenisikan stakeholder sebagai tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha
kelompok atau individu yang dapat atau rangkaian usaha pertumbuhan dan
memengaruhi dan atau dipengaruhi oleh per¬ubahan yang berencana dan dilakukan

PRAJA| Volume 6 | Nomor 3 | Edisi Oktober 2018


85
p-ISSN 2302-6960

secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan sama lain kebijaksanaan pembangunan ini
pemerintah, menuju modernitas dalam rangka perlu serasi dan konsisten.
pembinaan bangsa (nation building)”. 5. Program investasi, dilakukan secara
Sedangkan (Katrasasmita, 1996), sektoral dan dilakukan bersama dengan
memberikan pengertian yang lebih penyusunan sasaran rencana. Program ini
sederhana, yaitu sebagai “suatu proses dilakukan diberbagai bidang seperti,
perubahan ke arah yang lebih baik melalui pertanian, industri, pendidikan,
upaya yang dilakukan secara terencana. pertambangan, dan perumahan.
Sebagaimana dikemukakan oleh para Administrasi pembangunan, salah satu
ahli di atas, pembangunan adalah sumua aspek penting dalam perencanaan
proses perubahan yang dilakukan melalui pembangunan adalah pelaksanaannya. Oleh
upaya-upaya secara sadar dan terencana. karena itu diperlukan suatu administrasi
Sedangkan perkembangan adalah proses negara yang mendukung usaha perencanaan
perubahan yang terjadi secara alami sebagai pembangunan tersebut.
dampak dari adanya pem¬bangunan. Dengan Perencanaan pembangunan lebih
semakin meningkatnya kompleksitas disebabkan adanya urgensi, pengetahuan,
kehidupan ma¬syarakat yang menyangkut kedekatan, dan sikap pemangku kepentingan.
berbagai aspek, pemikiran tentang Keempat variabel tersebut merupakan hasil
modernisasi pun tidak lagi hanya mencakup analisis faktor konfirmatori dari model yang
bidang ekonomi dan industri, melainkan telah dianalisis sebelumnya.
merambah ke seluruh aspek yang dapat 1. Urgensi pemangku kepentingan adalah
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh tingkat dimana tuntutan atau klaim dari
karena itu, moderni¬sasi diartikan sebagai pemangku kepentingan meminta perhatian
proses trasformasi dan perubahan dalam dengan segera. Urgensi ini akan tetap ada
masya¬rakat yang meliputi segala aspeknya, jika tuntutan yang diajukan pemangku
baik ekonomi, industri, sosial, budaya, dan kepentingan merupakan sesuatu yang
sebagainya. sensitif terhadap waktu dan bersifat kritis
Proses pembangunan, yang pertama (Mitchell, et al., 1997). Urgensi merupakan
dilakukan adalah perencanaan. atribut pemangku kepentingan dalam
(Tjokroamidjojo, 2006), pembangunan adalah memutuskan melakukan penekanan
“suatu pengarah penggunaan sumber-sumber terhadap tindakan darurat untuk
pembangunan yang terbatas untuk mencapai menyelesaikan tuntutan pemangku
tujuan-tujuan keadaan sosial ekonomi yang kepentingan (Nguyen et al., 2009) dalam
lebih baik secara efisien dan efektif”. Adapun Suharto (2013).
unsur-unsur pokok dari perencanaan 2. Pengetahuan pemangku kepentingan
pembangunan secara umum menurut Umar berada pada kisaran penuh kepedulian
Nimran (Tjokroamidjojo, 2006), adalah hingga ketidaktahuan total. Bentuknya
sebagai berikut : ditentukan oleh intensitas dari pemangku
1. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar kepentingan untuk meningkatkan
dari rencana pembangunan, biasa disebut pengetahuannya tentang perencanaan
tujuan, arah, sasaran dan prioritas untuk membantu mencapai tujuan
pembangunan. pemangku kepentingan itu sendiri.
2. Kerangka perencanaan atau makro Pengetahuan itu lebih banyak berdasar
rencana. Dalam kerangka ini dihubungkan atas apa yang didengarnya dan asumsinya
berbagai variabel pembangunan dan yang sering melebihi fakta dilapangan
implikasi hubungan tersebut. (McElroy & Mills, 2000). Mallak et al.,
3. Pemikiran sumber-sumber pembangunan (1991) dalam Nguyen et al., (2009)
adalah unsur yang penting dalam mengobservasi bahwa saat ini tendensi
penyusunan rencana pembangunan, pemangku kepentingan lebih tak sepenuh
khususnya adalah sumber pembiayaan hati, memberitahukan sesuatu yang terjadi,
pembangunan yang merupakan vokal dan lebih mempunyai pengetahuan
pengkajian dari makro rencana. tentang pembangunan dari pada
4. Uraian dari kerangka kebijaksanaan yang sebelumnya. Makin banyak pengetahuan
konsisten, berbagai kebijaksanaan perlu yang dimiliki pemangku kepentingan makin
dirumuskan kemudian dilaksanakan. Satu banyak pula pengaruhnya terhadap
pembangunan itu sendiri.( Mustikarini,

PRAJA| Volume 6 | Nomor 3 | Edisi Oktober 2018


86
p-ISSN 2302-6960

Diah. http://planologi17. rata persentase 69,75% yang menyatakan


blogspot.com/2013/09/ peran-stakeholder- dengan kategori baik. Hasil olahan Data
sebagai-pengambil.html.) menunjukkan Tanggapan responden
3. Kedekatan pemangku kepentingan adalah terhadap frekuensi pelayanan publik yang
keberadaan pemangku kepentingan yang diberikan stakeholder kepada masyarakat
berkaitan dengan keterlibatan dan dalam proses perencanaan Pembangunan di
hubungannya dengan pembangunan kelurahan Massepe yaitu rata-rata skor yang
(Nguyen et al., 2009). Keterlibatan ini bisa diperoleh 2,91 dan rata-rata persentase
secara langsung dan tidak langsung yang 72,75% dengan kategori hasil baik. Hasil
keseluruhannya akan mempengaruhi olahan Data menunjukkan Tanggapan
proses manajemen Gibson, 2003:97). responden terhadap frekuensi tentang
4. Sikap pemangku kepentingan dampak yang diterima masyarakat terhadap
merefleksikan apa-kah pemangku para stakeholder dalam proses perencanaan
kepentingan bersikap mendukung atau pembangunan di kelurahan Massepe bahwa
beroposisi terhadap pembangunan. Sikap rata-rata skor adalah 3,03 responden, rata-
ini merupakan tanda bagi para Stakeholder rata persentase adalah 75,75%. Dengan
agar peduli terhadap pengaruh positif atau kategori cukup baik.
negatif pemangku kepentingan dalam Hasil olahan Data menunjukkan
mencapai keluaran yang ingin dicapai Tanggapan responden tentang tingkat urgensi
(Mustikarini, Diah. http://planologi17. (lobi-lobi) stakeholder dalam meuntut
blogspot.com/2013/09/ peran-stakeholder- percepatan pembangunan infrastruktur
sebagai-pengambil.html.) terhadap proses perencanaan Pembangunan
di Kelurahan Massepe bahwa rata-rata skor
B. METODE PENEELITIAN adalah 1,85 dan rata-rata persentase 46,25 %
Tipe penelitian bersifat deskriptif dengan kategori tidak baik. Hasil olahan Data
kualitatif, yaitu suatu desain atau bentuk menunjukkan Tanggapan responden
penelitian dengan memberikan gambaran terhadap tingkat pengetahuan para
tentang peranan Stakeholder terhadap stakeholder yang terlibat dalam proses
perencanaan pembangunan di Kelurahan perecanaan pembangunan (musrenbang) di
Massepe Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten kelurahan Massepe bahwa rata-rata skor
Sidenreng Rappang. Dasar penelitian yang adalah 2,79 dan rata-rata persentase 69,75 %
dilakukan adalah survey. Adapun teknik dengan kategori cukup baik.
pengumpulan data yang digunakan dalam Hasil olahan Data menunjukkan
penulisan ini, yaitu: studi kepustakaan, Tanggapan responden tentang komunikasi
Observasi, wawancara, dan kuesioner, yang terjalin antara para stakeholder,
sedangkan teknik analisis data yang pemerintah, dan masyarakat kelurahan
digunakan adalah menggunakan bantuan Massepe dalam proses perecanaan
table frekuensi, dengan menggunakan Skala pembangunan (musrenbang) di kelurahan
Likert sebagai alat ukur. Untuk memudahkan Massepe bahwa rata-rata skor adalah 3,42
analisa maka pertanyaan yang diajukan dan rata-rata persentase 85,5 % dengan
kepada responden diberi gradasi sangat baik, kategori sangat baik. Hasil olahan Data
baik, cukup baik, tidak baik atau gradasi lain menunjukkan Tanggapan responden tentang
yang sesuai dengan pertanyaan kuesioner sikap stakeholder kelurahan Massepe dalam
Sugiyono (2009:107). Dengan pemberian skor mendukung proses perencanaan
jawaban, dengan 4 skala, yaitu sangat baik Pembangunan di Kelurahan Massepe bahwa
skor 4, baik skor 3, cukup baik skor 2, tidak rata-rata skor adalah 2,6 dan rata-rata
baik skor 1. persentase 65 % dengan kategori cukup baik.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN D. KESIMPULAN


Hasil olahan Data menunjukkan Subsistem pengambil kebijakan yang
Tanggapan Responden tentang bagaimana ada pada Musrtenbang tingkat Kelurahan
proses pengambilan keputusan / kebijakan Massepe pada Tahun 2014 sudah berjalan
yang dilakukan para stakeholder kelurahan dengan baik dalam pelaksanaannya terutama
Massepe terkait dalam proses perencanaan pada proses pelaksanaan Musrenbang tingkat
pembangunan di kelurahan Massepe bahwa kelurahan Indikator kedua adalah Pemberi
rata-rata skor yang diperoleh 2,79, dan rata- Pelayanan, dimana berdasarkan hasil

PRAJA| Volume 6 | Nomor 3 | Edisi Oktober 2018


87
p-ISSN 2302-6960

penelitian diketahui juga sudah berjalan Siagian, S. P. ( 2003). Administrasi


dengan baik, dan indikator ketiga adalah Pembangunan : Konsep, Dimensi dan
Pemberi dampak, dimana dari hasil penelitian strateginya. Jakarta: Bumi Aksara.
bahwa para stakeholder memberikan dampak
yang positif bagi pembangunan di kelurahan Tjokroamidjojo, B. (2006). Perencanaan
Massepe Pembangunan. Jakarta: Gunung
Dari ketiga indikator tersebut diatas,
Agung.
juga terdapat dfaktor-faktor yang
mempengaruhi peranan stakeholder dalam
Widjaja, H. (2003). Titik Berat Otonomi Pada
Perencanaan Pembangunan di Kelurahan
Massepe Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Daerah Tingkat II. Jakarta: Raja
Sidenreng Rappang, dimana dari hasil Grafindo Persada.
penelitian dapat diketahui bahwa Urgensi
pemangku kepentingan para responden
memberikan jawaban yang sangat tidak baik,
Pengetahuan dimana rata-rata responden
menyatakan sangat baik, kedekatan
komunikasi sudah berjalan dengan sangat
baik dan sikap stakeholder dalam
pelaksanaan Musrenbang yang diperoleh
adalah baik.

E. REFERENSI
Amir Santoso, d. J. (2001). Analisa kebijakan
public : Suatu Pengatar, Jurnal Ilmu
Politik No. 3. Jakarta: Gramedia.

Biset, J. (2007). Mencari Bentuk Otonomi


Daerah. Jakarta: Rineka Cipta.

Bratakusumah, D. d. ( 2003). Perencanaan


Pembangunan Daerah, Strategi
Menggali Potensi dalam Mewujudkan
Otonomi Daerah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

F, S. I. (2007). Pokok-pokok Pembangunan


Masyarakat Desa. Jakarta: Bharata.

Hasibuan, M. (2006). Manajemen Sumber


Daya Manusia. Jakarta: Gunung
Agung.

Katrasasmita, G. (1996). Pembangunan Untuk


Rakyat : memadukan pertumbuhan
dan pemerataan. Jakarta: Cides.

Kunarjo. (1996). Perencanaan dan


Pembiayaan pembangunan. Jakarta:
Universitas Indonesia.

Mardiasmo. (2002). Otonomi dan Manajemen


Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi.

PRAJA| Volume 6 | Nomor 3 | Edisi Oktober 2018


88

Anda mungkin juga menyukai